Anda di halaman 1dari 10

Contoh Khotbah:

Kedudukan Shalat Dalam Islam

Alhamdulillah Rabbil ‘alami ash-sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa ba’du

Jamaah yang dirahmati Allah, shalat merupakan ibadah yang agung. Allah menjadikannya sebagai
rukun Islam yang kedua setelah kalimat syahadat, kalimat yang memasukkan seseorang ke dalam
Islam.

Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah saw bersabda:

‫ان‬
َ ‫ض‬ َ ‫ َو‬،ِ‫الز َكا ِة َو َح ِّج ْال َب ْيت‬
َ ‫ص ْو ِم َر َم‬ َّ ‫ َوِإ َق ِام ال‬،ُ‫ َش َهادَ ِة َأنْ الَ ِإل َه ِإالَّ هللاُ َوَأنَّ م َُح َّم ًدا َع ْب ُدهُ َو َرس ُْولُه‬،‫ْس‬
َّ ‫ َوِإ ْي َتا ِء‬،ِ‫صالَة‬ ٍ ‫ ُبن َِي ْاِإلسْ ـالَ ُم َعلَى َخم‬.
“Islam dibangun atas lima (perkara): kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain
Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke baitullah,
dan puasa Ramadhan.” Namun hari ini shalat termasuk di antara ibadah yang diremehkan.
astagfirullahalazim

Lalu apakah Hukum Orang Yang Meninggalkan Shalat ?

Seluruh ummat Islam sepakat bahwa orang yang mengingkari wajibnya shalat, maka dia kafir dan
keluar dari Islam. Tetapi mereka berselisih tentang orang yang meninggalkan shalat dengan tetap
meyakini kewajiban hukumnya. Sebab perselisihan mereka adalah adanya sejumlah hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menamakan orang yang meninggalkan shalat sebagai orang kafir,
tanpa membedakan antara orang yang mengingkari dan yang bermalas-malasan mengerjakannya.

Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:

‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ِإنَّ َبي َْن الرَّ ج ُِل َو َبي َْن ال ِّشرْ كِ َو ْال ُك ْف ِر َتر‬.
َّ ‫ك ال‬

“Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan
shalat.”

Dari Buraidah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

َّ ‫اَ ْل َع ْه ُد الَّذِيْ َب ْي َن َنا َو َب ْي َن ُه ُم ال‬.


ُ َ‫صال‬
‫ َف َمنْ َت َر َك َها َف َق ْد َك َف َر‬،‫ت‬

‘Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.’
Namun pendapat yang kuat bahwa yang dimaksud dengan kufur di sini adalah kufur kecil yang tidak
mengeluarkan dari agama. Ini adalah hasil kompromi antara hadits-hadits tersebut dengan beberapa
hadits lain, di antaranya:

Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

‫ َو َمنْ َل ْم‬،‫هللا َع ْه ٌد َأنْ ي ُْد ِخلَ ُه ْال َج َّن َة‬ َ ‫ َمنْ َأ َتى ِب ِهنَّ لَ ْم يُضِ ي َْع ِم ْنهُنَّ َش ْيًئ ا اِسْ ت ِْخ َفا ًفا ِب َح ِّق ِهنَّ َك‬،ِ‫ت َك َت َبهُنَّ هللاُ َعلَى ْال ِع َبـاد‬
ِ ‫ـان لَ ُه عِ ْن َد‬ ٍ ‫صلَ َوا‬
َ ُ‫َخمْس‬
َ‫ ِإنْ َشا َء َع َّذ َب ُه َوِإنْ َشا َء غَ َف َر ل ُه‬،‫هللا َع ْه ٌد‬ ْ َ
ِ ‫ْس ل ُه عِ ن َد‬ َ َ
َ ‫ت ِب ِهنَّ فلي‬ ‫ْأ‬
ِ ‫ َي‬.

‘Lima shalat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-
nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian de-ngan Allah
untuk memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki
perjanjian dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Atau jika Dia berkehendak,
maka Dia mengampuninya.’”

Kita menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat masih di bawah derajat kekufuran dan
kesyirikan. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan perkara orang yang tidak
mengerjakannya kepada kehendak Allah.
Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:

َ ِ‫ُون ٰ َذل‬
‫ك لِ َمن َي َشا ُء ۚ َو َمن ُي ْش ِركْ ِباهَّلل ِ َف َق ِد ا ْف َت َر ٰى ِإ ْثمًا َعظِ يمًا‬ َ ‫ِإنَّ هَّللا َ اَل َي ْغفِ ُر َأن ُي ْش َر‬
َ ‫ك ِب ِه َو َي ْغفِ ُر َما د‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48]

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang muslim pada
hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan sempurna (maka ia selamat). Jika
tidak, maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki shalat sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah
maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan wajibnya
dihisab seperti halnya shalat tadi.’”
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi
diketahui apa itu puasa, shalat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam,
hingga tidak tersisalah satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang
tua dan renta. Mereka berkata, ‘Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan kalimat: Laa ilaaha
illallaah dan kami pun mengucapkannya.’” Shilah berkata kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha
illallaah tidak bermanfaat untuk mereka, jika mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan
shadaqah?”

Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali itu pula
Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah menoleh dan berkata, “Wahai Shilah,
kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga kali.”

Kepada Siapa Diwajibkan?

Shalat itu diwajibkan kepada setiap muslim yang telah baligh dan berakal
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

‫ َو َع ِن ْال َمجْ ُن ْو ِن َح َّتى َيعْ قِ َل‬،‫ َو َع ِن الص َِّبيِّ َح َّتى َيحْ َتلِ َم‬،‫اِئم َح َّتى َيسْ َت ْيقِ َظ‬ ْ
ِ ‫ َع ِن ال َّن‬:‫ ُرف َِع ال َقلَ ُم َعنْ َثالَ َث ٍة‬.
“Pena (pencatat amal) diangkat dari tiga orang: dari orang yang tidur hingga terbangun, dari anak-
anak hingga baligh, dan dari orang gila hingga kembali sadar.”

Wajib atas orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalat meskipun shalat tadi belum
diwajibkan atasnya, agar ia terbiasa untuk mengerjakan shalat.
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ َو َفرِّ قُ ْوا َب ْي َن ُه ْم فِي ْال َم‬،‫ َواضْ ِرب ُْو ُه ْم َعلَ ْي َها َو ُه ْم َأ ْب َنا ُء َع ْش َر سِ ِني َْن‬،‫صالَ ِة َو ُه ْم َأ ْب َنـا ُء َسب َْع سِ ِني َْن‬
‫ضا ِج ِع‬ َّ ‫ ُمر ُْوا َأ ْوالَدَ ُك ْم ِبال‬.

“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena
meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Serta pisahkanlah ranjang mereka.” [10]

[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz
KHOTBAH , TABLIG , DAN DAKWAH

Sebagai umat Islam, kita berkewajiban untuk menyiarkan dan berdakwah atau mengajak seluruh
umat manusia agar beriman dan bertakwa kepada Allah SWT serta gemar beramar ma’ruf nahi
munkar.

1. Dakwah

Secara bahasa (etimologi) dakwah berarti mengajak, menyeru atau memanggil. Adapun secara istilah
(terminologi), dakwah bermakna menyeru seseorang atau masyarakat untuk mengikuti jalan yang
sudah ditentukan oleh Islam berdasarkan Al Qur’an dan hadis untuk mencapai kebahagiaan dunia
dan akhirat.

Firman Allah SWT.. Artinya : “Serulah (manusia) kepada jalan tuhanmu dengan hikmah dan
pelajaran yang baik dan bantahlah mereka dengan cara yang baik.” (QS An Nahl : 125) lihat al-
Qur’an online di Goole,

Rasulullah SAW merupakan contoh sosok yang telah melaksanakan segenap tugas dakwah secara
maksimal sehingga mencapai hasil yang maksimal. Melalui dakwah rasulullah itulah ajaran-ajaran
Allah yang keseluruhannya adalah untuk kebahagian umat manusia di dunia dan akhirat dapat
tersiar dan diterima serta diamalkan oleh umat manusia di seluruh dunia.

Rasulullah suka berbincang-bincang atau berdialog dengan para sahabat dalam situasi dan kondisi
apapun. Kesempatan-kesempatan semacam itu selalu dimanfaatkan untuk menyampaikan ajaran-
ajaran yang diterimanya dari Allah. Cara berdakawah rasulullah melalui dialog ini terbukti tidak saja
mampu memberi pemahaman yang baik kepada sahabat tentang Islam, bahkan juga mengubah
perilaku mereka ke arah yang lebih baik. Lebih dari itu, melalui cara dialog rasulullah juga telah
berhasil membina sejumlah sahabat menjadi ulama dan pemuka Islam berkualitas tinggi.

Pada awalnya rasulullah berdakwah kepada masyarakat disekeliling beliau yang dikenal dengan
sebutan generasi sahabat. Selanjutnya generasi meneruskan dakwah rasulullah tersebut kepada
generasi berikutnya yang disebut generasi tabi’in. Generasi tabi’in juga meneruskan kepada generasi
berikutnya yaitu tabiit tabiin. Demikianlah seterusnya sehingga dakwah rasulullah SAW sampai
kepada generasi umat Islam seluruh dunia yang hidup sekarang ini. Generasi modern ini pun tentu
saja akan meneruskan dakwah rasulullah kepada generasi yang akan hidup di zaman mendatang.
Setiap orang memiliki tanggung jawab untuk menyampaikan ayat-ayat atau ajaran Islam kepada
saudaranya yang lain sebagaimana hadis nabi Muhammad SAW yang menyatakan sebagai berikut.

)‫ﺒﻠﻐﻮﺍ ﻋﻨﻲ ﻭﻟﻮ ﺃﻴﺔ (ﺮ ﻭﺍﻩ ﺍﻟﺒﺨﺎ ﺭﻯ ﻭ ﻤﺳﻟﻢ‬

Artinya : “Sampaikanlah dari ku walaupun satu ayat.” (HR Bukhari)

Ada hal-hal yang harus disiapkan dan diperhatikan sebelum seseorang menjalankan tanggung jawab
untuk menyampaikan ajaran Islam, yaitu sebagai berikut.

1. Bersikap lemah lembut, tidak berhati kasar dan tidak merusak.

2. Menggunakan akal dan selalu dalam koridor mengingat Allah SWT

3. Menggunakan bahasa yang mudah dimengerti


4. Mengutamakan musyawarah dan berdiskusi untuk memperoleh kesepakatan bersama

5. Materi dakwah yang disampaikan harus mempunyai dasar hukum yang kuat dan jelas sumbernya
(Al Qur’an dan hadis) dan disertai dengan hikmahnya

6. Tidak meminta upah atas dakwah yang dilakukannya

7. Menyampaikan dengan ikhlas dan sabar, harus sesuai waktu, pada orang dan tempat yang tepat

8. Tidak menghasut orang lain untuk bermusuhan, merusak, berselisih dan mencari-cari kesalahan
umat atau agama lain

9. Melakukan dakwah dan beramal shaleh

10. Tidak menjelek-jelekan atau membeda-bedakan orang lain karena inti yang harus disampaikan
dalam berdakwah adalah tentang tauhid dan ajaran Islam yang sesuai dengan tuntunan rasulullah

2. Khotbah

Khotbah merupakan kegiatan berdakwah atau mengajak orang lain untuk meningkatkan kualitas
takwa dan memberi nasihat yang isinya merupakan ajaran agama. Khotbah yang sering dilakukan
dan dikenal luas dikalangan umat Islam adalah khotbah Jumat dan khotbah dua hari raya yakni Idul
Fitri dan Idul Adha. Orang yang memberikan materi khotbah disebut khatib.

1. Syarat-syarat untuk menjadi khatib diantaranya sebagai berikut.

1. Khatib harus laki-laki dewasa

2. Khatib harus mengetahui tentang ajaran Islam agar khotbah yang disampaikan tidak
membingungkan atau menyesatkan jemaahnya

3. Khatib harus mengetahui tentang syarat, rukun dan sunah khotbah Jumat

4. Khatib harus mampu dan fasih berbicara di depan umum

5. Khatib harus bisa membaca ayat-ayat Al Qur’an dengan baik dan benar

2. Syarat khotbah Jumat

Setiap mengerjakan salat Jumat pasti disertai dengan khotbah yang dilaksanakan sebelum salat dan
setelah masuk waktu zuhur. Tidak sah salat jumat apabila tidak didahului oleh khotbah. Dalam
khotbah salat jumat ini khotib mengingatkan jemaah agar lebih meningkatakan iman dan takwa
kepada Allah SWT serta menganjurkan atau mendorong jemaah agar beribadah dan beramal shaleh

Khotbah jumat memiliki syarat-syarat antara lain sebagai berikut.

a. Khotbah harus dilaksanakan dalam bangunan yang dipakai untuk salat jumat

b. Khotbah disampaikan khotib dengan berdiri (jika mampu) dan terlebih dahulu memberi salam

c. Khotbah dibawakan agak cepat namun teratur dan tertib. Salah satu bentuk pelaksanaan khotbah
yang tertib adalah mengikuti sabagai contoh hadis berikut ini yang artinya: “Rasulullah SAW
berkhotbah dengan berdiri dan beliau duduk diantara dua khotbah.” (HR Jamaah kecuali Bukhari dan
Turmuzi)

d. Setelah khotbah selesai segera dilaksanakan salat jumat


e. Rukun khotbah dibaca dengan bahasa Arab, sedangkan materi khotbahnya dapat menggunakan
bahasa setempat.

f. Khotbah dilaksanakan setelah tergelincir matahari (masuk waktu zuhur) dan dilaksanakan sebelum
salat jumat.

g. Khotbah disampaikan dengan suara yang lantang dan tegas, namun tanpa suara yang kasar. Hadis
menyebutkan sebagai berikut. Yang artinya : “Bila rasulullah SAW berkhotbah kedua matanya
memerah, suaranya tegas dan semangatnya tinggi bagai seorang panglima yang memperingatkan
kedatangan musuh yang menyergap di kala pagi atau sore.” (HR Muslim dan Ibnu Majjah)

3. Rukun Khotbah jumat

Rukun khotbah harus dilakukan dengan tertib. Apabila rukun khotbah tidak dilaksanakan dengan
tertib, salat jumat tersebut akan menjadi tidak sah. Adapun rukun khotbah tersebut adalah sebagai
berikut.

1. Membaca hamdalah

2. Membaca shalawat atas nabi

3. Membaca syahadatain yaitu syahadat tauhid dan syahadat rasul

4. Berwasiat atau memberikan nasehat tentang ketakwaan dan menyampaikan ajaran Islam
tentang aqidah, Syariah atau muamalah

5. Membaca ayat Al Qur’an dalam salah satu khotbah dan lebih baik pada khotbah yang
pertama

6. Mendoakan kaum muslim dan muslimat.

4. Sunah khotbah jumat

Ketika menyampaikan khotbah jumat, ada hal-hal yang termasuk ke dalam sunah-sunah khotbah
jumat. Sunah salat jumat adalah sebagai berikut.

1. Khotbah disampaikan diatas mimbar atau di tempat yang sedikit lebih tinggi dari jamaah
salat jumat

2. Khotib menyampaikan khotbah dengan suara yang jelas, terang, fasih, berurutan, sistematis,
mudah dipahami dan tidak terlalu panjang atau terlalu pendek

3. Khotib harus menghadap arah jemaah

4. Khotib memberi salam pada awal khotbah

5. Khotib hendaklah duduk sebentar di kursi mimbar setelah mengucapkan salam pada waktu
azan disuarakan

6. Khatib membaca surat Al Ikhlas ketika duduk diantara dua khotbah

7. Khotib menertibkan rukun khotbah, terutama salawat nabi Muhammad SAW dan wasiat
takwa terhadap jamaah

Adapun mengenai panjang pendeknya khotbah, hadits menyatakan sebagai berikut. yang artinya :
“Rasulullah SAW memanjangkan salat dan memendekkan khotbahnya.” (HR Nasai)
5. Fungsi khotbah jumat

Khotbah sebenarnya memilki banyak sekali fungsi, baik bagi muslim secara individu maupun secara
sosial kemasyarakatan yakni antara lain sebagai berikut.

1. Memberi pengajaran kepada jamaah mengenai bacaan dalam rukun khotbah, terutama bagi
jamaah yang kurang memahami bahasa Arab

2. Mendorong jamaah untuk meningkatkan ketakwaan kepada Allah

3. Mengajak jamaah untuk selalu berjuang menggiatkan dan membudayakan syariat Islam
dalam masyarakat.

4. Mengajak jamaah untuk selalu berusaha meningkatkan amar ma’ruf dan nahi munkar

5. Menyampaikan informasi mengenai perkembangan ilmu pengetahuan dan hal-hal yang


bersifat aktual kepada jamaah

6. Merupakan kesempurnaan salat jumat karena salat jumat hanya dua rakaat

7. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan keimanan dan ketakwaan kepada
Allah

8. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan amal shaleh dan lebih memperhatikan
yang kurang mampu untuk menegakkan keadilan dan kesejahteraan dalam masyarakat

9. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan akhlakul karimah dalam kehidupan
pribadi, masyarakat, berbangsa dan bernegara

10. Mengingatkan kaum muslim agar lebih meningkatkan kemauan untuk menuntut ilmu
pengetahuan dan wawasan keagamaan

11. Mengingatkan kaum muslim agar meningkatklan ukhuwah islamiyah dan membantu sesama
muslim

12. Mengingatkan kaum muslim agar rajin dan giat bekerja untuk mengejar kemajuan dalam
mencapai kehidupan dunia dan akhirat yang sempurna

13. Mengingatkan kaum muslim mengenai ajaran Islam, baik perintah maupun larangan yang
terdapat didalamnya 

C. Perbedaan Berkhotbah dan Berdakwah

Dari hal-hal yang telah dijabarkan pada penjelasan teerdahulu, dapat kita analisa bahwa antara
berdakwah dan berkhotbah terlihat memiliki persamaan. Akan tetapi, tentu saja antara keduanya
dapat dibedakan karena memiliki tata cara yang berbeda. Perbedaan tersebut dapat kita ihtisarkan
sebagai berikut.

Dakwah Khotbah
1. Dapat dilaksanakan kapan saja 1. Dilaksanakan secara rutin sebagaimana hari
jumat atau hari raya Idul Fitri dan Idul Adha
2. Tidak ada rukun dan syaratnya
2. Ada rukun dan syaratnya
3. Tidak ada mimbar tempat khusus pada
pelaksanaannya 3. Ada mimbar khusu untuk menyampaikan
khotbah
4. Waktu tidak dibatasi dan siapapun boleh
berdakwah 4. Waktunya terbatas dan membutuhkan
pengetahuan luas.
5. Dapat dilakukan dengan cara kreatif dan
inovatif seperti seminar, lokakarya, 5. Dilakukan secara khusus dan ada tata tertibnya
pelatihan atau sarasehan

3.  Tablig

Arti Tablig:

Tablig berasal dari bahasa Arab ” balaga” yang berarti menyampaikan  . Adapun pengertian
menyampaikan disini adalah menyampaikan kebenaran yang terkandung di dalam Al-Quran maupun
hadis Rasulullah saw. Kepada orang lain maksud agar orang lain selalu mengamalkan ajaran dan
kebenaran sehingga tidak akan terjerumus kedalam kesesatan . Orang yang bertugas dalam
menyampaikan kebenaran sesuai ajaran Allah dan Rasul-Nya disebut mubalig . 

Makalah Pendidikan Agama Islam


Pelaksanaan khotbah, Tablig, dan Dakwah di
Masyarakat

Disusun oleh:
Argi Fergian Alfarizi
Annisa Khairuni
Ega Nurviana
Martia Shinta Herawati
X IPA

SMA YADIKA NATAR


T.P 2015/2016
CONTOH KHOTBAH:
Kedudukan Shalat Dalam Islam

Alhamdulillah Rabbil ‘alami ash-sholatu wassalamu ‘ala Rasulillah wa ‘ala alihi wa ba’du
Jamaah yang dirahmati Allah, shalat merupakan ibadah yang agung. Allah menjadikannya sebagai
rukun Islam yang kedua setelah kalimat syahadat, kalimat yang memasukkan seseorang ke dalam
Islam.
Dari ‘Abdullah bin ‘Umar radhiyallahu ‘anhu, dia mengatakan bahwasanya Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ‫صوْ ِم َر َمضَان‬ ِ ‫ َوِإ ْيتَا ِء ال َّزكَا ِة َو َح ِّج ْالبَ ْي‬،‫صالَ ِة‬


َ ‫ َو‬،‫ت‬ َّ ‫ َوِإقَ ِام ال‬،ُ‫ َشهَا َد ِة َأ ْن الَ ِإلهَ ِإالَّ هللاُ َوَأ َّن ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُه‬،‫س‬
ٍ ‫بُنِ َي ْاِإل سْـالَ ُم َعلَى خَ ْم‬.
“Islam dibangun atas lima (perkara): kesaksian bahwa tidak ada ilah yang berhak diibadahi selain
Allah dan Muhammad adalah Rasulullah, mendirikan shalat, mengeluarkan zakat, haji ke baitullah,
dan puasa Ramadhan.”
Namun hari ini shalat termasuk di antara ibadah yang diremehkan. astagfirullahalazim
Lalu apakah Hukum Orang Yang Meninggalkan Shalat ?
Seluruh ummat Islam sepakat bahwa orang yang mengingkari wajibnya shalat, maka dia kafir dan
keluar dari Islam. Tetapi mereka berselisih tentang orang yang meninggalkan shalat dengan tetap
meyakini kewajiban hukumnya. Sebab perselisihan mereka adalah adanya sejumlah hadits Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam yang menamakan orang yang meninggalkan shalat sebagai orang kafir,
tanpa membedakan antara orang yang mengingkari dan yang bermalas-malasan mengerjakannya.
Dari Jabir radhiyallahu ‘anhu, ia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda:
‫صالَ ِة‬ ُ ْ‫ك َو ْال ُك ْف ِر تَر‬
َّ ‫ك ال‬ ِ ْ‫ِإ َّن بَ ْينَ ال َّر ُج ِل َوبَ ْينَ ال ِّشر‬.
“Sesungguhnya (batas) antara seseorang dengan kesyirikan dan kekufuran adalah meninggalkan
shalat.”
Dari Buraidah, dia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
َّ ‫اَ ْل َع ْه ُد الَّ ِذيْ بَ ْينَنَا َوبَ ْينَهُ ُم ال‬.
ُ َ‫صال‬
‫ فَ َم ْن تَ َر َكهَا فَقَ ْد َكفَ َر‬،‫ت‬
‘Perjanjian antara kita dan mereka adalah shalat. Barangsiapa meninggalkannya, maka ia telah kafir.’”
Namun pendapat yang kuat bahwa yang dimaksud dengan kufur di sini adalah kufur kecil yang tidak
mengeluarkan dari agama. Ini adalah hasil kompromi antara hadits-hadits tersebut dengan beberapa
hadits lain, di antaranya:
Dari ‘Ubadah bin ash-Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:
‫ َو َم ْن لَ ْم‬،َ‫ض ْي َع ِم ْنه َُّن َش ْيًئا اِ ْستِ ْخفَافًا بِ َحقِّ ِه َّن َكـانَ لَهُ ِع ْن َد هللاِ َع ْه ٌد َأ ْن يُ ْد ِخلَهُ ْال َجنَّة‬
ِ ُ‫ َم ْن َأتَى بِ ِه َّن لَ ْم ي‬،‫ت َكتَبَه َُّن هللاُ َعلَى ْال ِعبَـا ِد‬
ٍ ‫صلَ َوا‬
َ ُ‫خَ ْمس‬
ُ‫ ِإ ْن شَا َء ع ََّذبَهُ َوِإ ْن شَا َء َغفَ َر لَه‬،‫ْس لَهُ ِع ْن َد هللاِ َع ْه ٌد‬ َ ‫ت بِ ِه َّن فَلَي‬ ِ َ‫ي‬.‫ْأ‬

‘Lima shalat diwajibkan Allah atas para hamba. Barangsiapa mengerjakannya dan tidak menyia-
nyiakannya sedikit pun karena menganggap enteng, maka dia memiliki perjanjian de-ngan Allah
untuk memasukkannya ke Surga. Dan barangsiapa tidak mengerjakannya, maka dia tidak memiliki
perjanjian dengan Allah. Jika Dia berkehendak, maka Dia mengadzabnya. Atau jika Dia berkehendak,
maka Dia mengampuninya.’”
Kita menyimpulkan bahwa hukum meninggalkan shalat masih di bawah derajat kekufuran dan
kesyirikan. Karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyerahkan perkara orang yang tidak
mengerjakannya kepada kehendak Allah.
Sedangkan Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‫َظي ًما‬ َ ِ‫ك بِ ِه َويَ ْغفِ ُر َما ُدونَ ٰ َذل‬
ِ ‫ك لِ َمن يَشَا ُء ۚ َو َمن يُ ْش ِر ْك بِاهَّلل ِ فَقَ ِد ا ْفت ََر ٰى ِإ ْث ًما ع‬ َ ‫ِإ َّن هَّللا َ اَل يَ ْغفِ ُر َأن يُ ْش َر‬
“Sesungguhnya Allah tidak akan mengampuni dosa syirik, dan Dia mengampuni segala dosa yang
selain dari (syirik) itu, bagi siapa yang dikehendaki-Nya. Barangsiapa yang mempersekutukan Allah,
maka sungguh ia telah berbuat dosa yang besar.” [An-Nisaa’: 48]
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Sesungguhnya yang pertama kali dihisab dari seorang hamba yang muslim pada
hari Kiamat adalah shalat wajib. Jika dia mengerjakannya dengan sempurna (maka ia selamat). Jika
tidak, maka dikatakan: Lihatlah, apakah dia memiliki shalat sunnah? Jika dia memiliki shalat sunnah
maka shalat wajibnya disempurnakan oleh shalat sunnah tadi. Kemudian seluruh amalan wajibnya
dihisab seperti halnya shalat tadi.’”
Dari Hudzaifah bin al-Yaman, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda, “Islam akan lenyap sebagaimana lenyapnya warna pada baju yang luntur. Hingga tidak lagi
diketahui apa itu puasa, shalat, qurban, dan shadaqah. Kitabullah akan diangkat dalam satu malam,
hingga tidak tersisalah satu ayat pun di bumi. Tinggallah segolongan manusia yang terdiri dari orang
tua dan renta. Mereka berkata, ‘Kami dapati bapak-bapak kami mengucapkan kalimat: Laa ilaaha
illallaah dan kami pun mengucapkannya.’” Shilah berkata kepadanya, “Bukankah kalimat laa ilaaha
illallaah tidak bermanfaat untuk mereka, jika mereka tidak tahu apa itu shalat, puasa, qurban, dan
shadaqah?”
Lalu Hudzaifah berpaling darinya. Shilah mengulangi pertanyaannya tiga kali. Setiap kali itu pula
Hudzaifah berpaling darinya. Pada kali yang ketiga, Hudzaifah menoleh dan berkata, “Wahai Shilah,
kalimat itulah yang akan menyelamatkan mereka dari Neraka. Dia mengulanginya tiga kali.”
Kepada Siapa Diwajibkan?
Shalat itu diwajibkan kepada setiap muslim yang telah baligh dan berakal
Dari ‘Ali radhiyallahu ‘anhu, dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:
‫ َو َع ِن ْال َمجْ نُوْ ِن َحتَّى يَ ْعقِ َل‬،‫صبِ ِّي َحتَّى يَحْ تَلِ َم‬
َّ ‫ َو َع ِن ال‬،َ‫ ع َِن النَّاِئ ِم َحتَّى يَ ْستَ ْيقِظ‬:‫ ُرفِ َع ْالقَلَ ُم ع َْن ثَالَثَ ٍة‬.
“Pena (pencatat amal) diangkat dari tiga orang: dari orang yang tidur hingga terbangun, dari anak-
anak hingga baligh, dan dari orang gila hingga kembali sadar.”
Wajib atas orang tua untuk menyuruh anaknya mengerjakan shalat meskipun shalat tadi belum
diwajibkan atasnya, agar ia terbiasa untuk mengerjakan shalat.
Dari ‘Amr bin Syu’aib, dari ayahnya, dari kakeknya, dia mengatakan bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda:

َ ‫ َوفَ ِّرقُوْ ا بَ ْينَهُ ْم فِي ْال َم‬، َ‫ َواضْ ِربُوْ هُ ْم َعلَ ْيهَا َوهُ ْم َأ ْبنَا ُء َع ْش َر ِسنِ ْين‬، َ‫صالَ ِة َوهُ ْم َأ ْبنَـا ُء َس ْب َع ِسنِ ْين‬
‫ضا ِج ِع‬ َّ ‫ ُمرُوْ ا َأوْ الَ َد ُك ْم بِال‬.
“Perintahkan anak-anak kalian untuk shalat pada usia tujuh tahun. Dan pukullah mereka karena
meninggalkannya pada usia sepuluh tahun. Serta pisahkanlah ranjang mereka.” [10]
[Disalin dari kitab Al-Wajiiz fii Fiqhis Sunnah wal Kitaabil Aziiz

Anda mungkin juga menyukai