Anda di halaman 1dari 280

17 Amalan Penghapus Dosa

Manusia pasti berbuat dosa dan pasti butuh


ampunan Allah. Oleh karena itu Allah memberikan
keutamaan dan kemurahan kepada hambaNya
dengan mensyariatkan amalan-amalan yang dapat
menghapus dosa disamping taubat. Sebagiannya
dijelaskan dalam Al Quran dan sebagiannya lagi
dalam Sunnah Rasulullah Shallallahualaihi
Wasallam. Diantaranya sebagai berikut:

1. Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke


masjid, sebagaimana disampaikan Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam:
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat
menghapus dosa dan mengangkat derajat. Mereka
menjawab: ya wahai rasululloh. Beliau berkata:
menyempurnakan wudhu ketika masa sulit dan
memperbanyak langkah kemasjid serta menunggu
shalat satu ke shalat yang lain, karena hal itu adalah
ribath (HR Muslim dan Al Tirmidzi).

Juga dalam sabda beliau yang lain:


Jika seseorang berwudhu lalu menyempurnakan
wudhunya kemudian berangkat sholat dengan
niatan hanya untuk sholat, maka tidak melangkah
satu langkah kecuali Allah angkat satu derajat dan
hapus satu dosa (HR. Al Tirmidzi).
2. Puasa hari Arafah dan Asyura, dalilnya:
Nabi Bersabda Shallallahualaihi Wasallam: Puasa
hari Arafah saya berharap dari Allah untuk
menghapus setahun yang sebelumnya dan setahun
setelahnya dan Puasa hari Asyura saya berharap
dari Allah menghapus setahun yang telah lalu (HR.
At Tirmidzi dan di-shahih-kan Al Albani dalam
Shahih Al Jaami no. 3853)

3. Shalat Tarawih di bulan Ramadhan, dengan


dalil sabda Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam:
Siapa yang menegakkan romadhon (shalat tarawih)
dengan iman dan mengharap pahala Allah maka
diampunilah dosanya yang telah lalu (Muttafaqun
Alaihi)

4. Haji yang mabrur, dengan dalil:


Siapa yang berhaji lalu tidak berkata keji dan
berbuat kefasikan maka kembali seperti hari ibunya
melahirkannya (HR. Al Bukhari)

dan sabda beliau:


Haji mabrur balasannya hanyalah surga (HR.
Ahmad).

5. Memaafkan hutang orang yang sulit


membayar, dengan dalil:
Dari Hudzaifah beliau berkata Allah memanggil
seorang hambaNya yang Allah karuniai harta. Maka
Allah berkata kepadanya: Apa yang kamu kerjakan
didunia? Ia menjawab: Wahai Rabb kamu telah
menganugerahkanku hartaMu lalu aku
bermuamalah dengan orang-orang. Dan dahulu
akhlakku adalah memaafkan, sehingga aku dahulu
mempermudah orang yang mampu dan menunda
pembayaran hutang orang yang sulit membayar.
Maka Allah berfirman: Aku lebih berhak darimu
maka maafkanlah hambaKu ini (HR. Muslim).

6. Melakukan kebaikan setelah berbuat dosa,


dengan dalil:
Bertakwalah kepada Allah dimanapun kamu
berada, ikutilah kejelekan dengan kebaikan yang
menghapusnya dan pergauli manusia dengan etika
yang mulia (HR Al Tirmidzi dan Ahmad dan
dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami no.
97.)

7. Memberi salam dan berkata baik, dengan dalil


sabda Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam:
Sesungguhnya termasuk sebab mendapatkan
ampunan adalah memberikan salam dan berkata
baik (HR Al Kharaithi dalam Makarim Al Akhlak dan
di-shahih-kan Al Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al
Shahihah, no. 1035)
8. Sabar atas musibah, sabda Rasulullah
Shallallahualaihi Wasallam:
Sesungguhnya Allah Azza Wa Jalla berfirman:
Sungguh Aku bila menguji seorang hambaKu yang
mukmin, lalu ia memujiku atas ujian yang aku
timpakan kepadanya, maka ia bangkit dari tempat
tidurnya tersebut bersih dari dosa seperti hari ibunya
melahirkannya (HR Ahmad, dan dihasankan Al
Albani dalam Silsilah Al Ahadits Al Shohihah no.
144).

9. Menjaga shalat lima waktu dan jumat serta


puasa Ramadhan, dengan dalil sabda Rasulullah:
Sholat lima waktu dan jumat ke jumat dan
Romadhon ke Romadhon adalah penghapus dosa
diantara keduanya selama menjauhi dosa besar
(HR Muslim)

10. Mengumandangkan adzan, dengan dalil sabda


Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam:
Seorang Muadzin diampuni dosanya sepanjang
(gema) suaranya (HR Ahmad dan dishohihkan Al
Albani dalam Shahih AL Jaami no. 1929)

11. Shalat wajib, dengan dalil sabda Rasulullah


Shallallahualaihi Wasallam:
Apa pendapat kalian sekiranya ada sungai di
depan pintu salah seorang di antara kalian,
dia mandi setiap hari 5 kali, apakah tersisa
kotorannya? Mereka (para Sahabat)
berkata:Tidak tersisa dari kotorannya sedikit
pun.Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda: itu seperti shalat lima
waktu, menjadi sebab Allah hapus dosa-
dosa.(HR.al-Bukihari dan Muslim. Lihat Fathul
Bari 2/11)

12. Memperbanyak sujud, dengan dalil sabda


Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam:
Hendaklah kamu memperbanyak sujud kepada
Allah, karena tidaklah kamu sekali sujud kepada
Allah kecuali Allah mengangkatmu satu derajat dan
menghapus satu kesalahanmu (dosa) (HR Muslim).

13. Shalat malam, dengan dalil:


Hendaklah kalian sholat malam, karena ia adalah
adat orang yang sholeh sebelum kalian dan amalan
yang mendekatkan diri kepada Robb kalian serta
penghapus kesalahan dan mencegah dosa-dosa
(HR Al Haakim, dan dihasankan Al Albani dalam
Irwa Al Ghalil 2/199).

14. Berjihad dijalan Allah, dengan dalil:


Semua dosa orang yang mati syahid diampuni
kecuali hutang (HR Muslim)

15. Mengiringi haji dengan umrah, dengan dalil:


Iringi haji dengan umroh, karena mengiringi antara
keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan dosa
sebagaimana Al Kier (alat pembakar besi)
menghilangkan karat besi (HR Ibnu Majah dan
dishohihkan Al Albani dalam Shohih Al Jaami
no,2899)

16. Shadaqah, dengan dalil:

Jika kamu menampakkan sedekah(mu), maka itu


adalah baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan kepada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu lebih
baik bagimu. Dan Allah akan menghapuskan dari
kamu sebagian kesalahan-kesalahanmu; dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan (QS. Al
Baqarah: 271)
Rasulullah Shallallahualaihi Wasallam pun
bersabda:
Shadaqah menghapus dosa seperti air
memadamkan api (HR Ahmad, Al Tirmidzi dan
selainnya dan di-shahih-kan Al Al Bani dalam Takhrij
Musykilat Al faqr no. 117)

17. Menegakkan hukum pidana sesuai syariat


Islam, dengan dalil:
Siapa saja yang melanggar larangan Allah
kemudian ditegakkan padanya hukum pidana maka
dihapus dosa tersebut (HR Al Haakim dan
dishohihkan Al Albani dalam Shahih Al Jaami
no,2732)

Demikian sebagian penghapus dosa, mudah-


mudahan penjelasan ini bermanfaat.

Penulis: Ustadz Kholid Syamhudi, Lc.


Artikel UstadzKholid.Com

18. Membaca dzikir-dzikir penghapus dosa,


Imam Muslim rahimahullah meriwayatkan di dalam
Shahihnya dari Sad bin Abi Waqqash radhiyallahu
'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam ,
beliau bersabda:







. .

Barang siapa yang ketika mendengar adzan
membaca:

maka akan diampuni dosanya.(Syarah Shahih


)Muslim oleh Imam Nawawi 4/331

Dan barang siapa yang membaca:


dalam sehari 100 kali, dihapuskan kesalahannya
walaupun seperti buih di lautan. (HR. al-Bukhari dan
Muslim. Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi
)17/20

Dan dalam Shahih Muslim juga dari Abu Hurairah


radhiyallahu 'anhu dari Rasulullah shallallahu 'alaihi
wasallam:










.
Barang siapa yang bertasbih selesai shalat 33 kali,
bertahmid 33 kali, bertakbir 33 kali maka itu 99 kali
dan menggenapkannya seratus dengan kalimat:




diampunilah dosa-dosanya walaupun sebanyak buih
di laut.(Syarah Shahih Muslim oleh Imam Nawawi
5/99)
Dari Muadz bin Anas (dari bapaknya) radhiyallahu
'anhu bahwa Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam
bersabda:Barang siapa yang makan lalu membaca:

(Segala puji bagi Allah yang telah memberi makan
aku dan memberi rizki tanpa daya dan kekuatanku),
diampuni dosanya yang telah lalu. (HR.at-Tirmidzi,
dihasankan oleh al-Albani rahimahullah)
Dan barang siapa yang memakai pakaian lalu
membaca:


(Segala puji bagi Allah yang telah memberi pakaian
kepadaaku dan memberi rizki tanpa daya dan
kekuatanku), diampuni dosanya yang telah
lalu.(HR.Abu Dawud, dihasankan oleh al-Albani
dalam Shahih Sunan Abi Dawud

92 Pintu-pintu Pahala dan Penghapus Dosa

Karya : Abdur Rahman Al-Jami

Mukadimah
Segala puji hanya bagi Allah Yang Maha Besar
karunia-Nya, shalawat serta salam kepada makhluk-
Nya yang paling Mulia, pemimpin kita, Nabi
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam beserta
keluarganya dan sahabatnya.

Al- Hafiz Ibnu Rajab -semoga Allah merahmatinya-


dalam pembukaan kitab-nya: At-Takhwif minannar
(Menumbuhkan rasa takut terhadap neraka)
menyatakan tentang sebab dia mengarang kitab
tersebut: Supaya -atas kehendak Allah- menjadi
penghalang bagi jiwa dari kesesatan dan kerusakan,
serta menjadi pendorong baginya untuk segera
menggapai kesuksesan dan petunjuk.

Sesungguhnya jiwa-jiwa manusia terutama pada


zaman sekarang ini telah diliputi perasaan malas
dan santai serta menuruti hawa nafsunya dan dibuai
angan-angan kepada Allah. Dan hawa nafsu itu
tidak akan meninggalkan hati kecuali dengan dua
cara: Rasa takut (kepada Allah) dan rindu (kepada-
Nya) (At-Takhwif Min An-Nar, hal. 7)

Dari bab inilah -bab tentang kerinduan kepada-Nya


kami susun untuk anda akhi muslim tercinta sebuah
buku kecil yang mengandung hadits-hadits pilihan
dari Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam. Hadits-
hadits yang shahih ini menunjukkan pintu-pintu
pahala dan amal shaleh beserta keutamaannya,
agar anda dapat bangkit dari kelalaian dan
mengibas debu kemalasan serta sikap santai,
langkah semakin terdorong untuk mencari ridha
Allah, sehingga anda akan mendapatkan cinta-Nya
dan masuk ke dalam syurga-Nya.
Hadits-hadits tersebut juga memuat tentang
penghapus-penghapus (kaffarat) kesalahan yang
dengannya Allah taala menghapuskan dosa-dosa,
agar diketahui bahwa Allah taala Maha Belas Kasih,
suka memberikan ampunan terhadap dosa-dosa
hamba-Nya yang lalai, pintu-pintu rahmat-Nya dan
ampunan-Nya selalu terbuka untuk mereka,
diberikannya seribu satu jalan untuk mereka dan
dimudahkan jalan untuk bertaubat supaya mereka
bersedia untuk kembali (kepada jalan Allah).

Maka marilah akhi muslim -semoga Allah


memberikan taufiq kepada anda- kita mencari ilmu
dan beramal shaleh, moga-moga anda termasuk
orang-orang yang mendapatkan naungan Allah pada
hari dimana tidak ada naungan selain naungan-Nya
di tempat dimana terdapat orang yang kita cintai
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wa sallam dan
para shahabatnya.

Sebelum saya memulai, ingin saya sampaikan


terlebih dahulu bahwa hadits-hadits yang saya kutip
dikumpulkan dari beberapa kitab, yaitu: Shahih
Bukhari, Shahih Muslim, ditambah dengan Shahih
Ibnu Majah, Turmuzi, Nasai, Abu Daud, At-Targhib
wa At-Tarhib dan Shahih Jami Ash-Shagir yang
telah dikoreksi oleh Syaikh Al Albani -semoga Allah
merahmatinya-, saya juga mengambil dari kitab
Amal Shaleh yang disusun oleh Abdul Wahhab Al
Utsman, begitu juga dari kitab Fadhailul Amal-nya
Dhia Al-Maqdisi yang dikoreksi oleh Ghassan
Harmaas, semoga Allah membalas mereka dengan
kebaikan. Bukan maksud saya untuk mentakhrij
hadist-hadits tersebut, akan tetapi yang ingin saya
katakan adalah bahwa-bahwa hadits-hadits berikut
adalah shahih -insya Allah-.

Saya mohon kepada Allah Yang Maha Mulia pemilik


Arsy yang agung agar mengampuni anda dan siapa
saja yang berperan dalam pekerjaan ini, dan akhir
doa kami adalah: Segala puji hanya bagi Allah Rabb
sekalian alam.

Ditulis oleh: Abdurrahman Al Jaami


Awal Ramadhan Mubarak 1411 H

1. TAUBAT
Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai
orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung
(An Nur: 31).

Sesungguhnya Allah Taala membentangkan


tangan-Nya pada waktu malam untuk menerima
taubat orang yang berdosa pada waktu siang dan
Dia membentangkan tangan-Nya pada waktu siang
untuk menerima taubat orang yang berdosa pada
waktu malam hingga matahari terbit dari tempat
terbenamnya (hari kiamat-pent) (HR.Muslim).
Allah taala berfirman: Wahai anak Adam,
sesungguhnya jika engkau berdoa dan berharap
kepada-Ku niscaya Aku akan mengampunimu
apapun yang ada pada dirimu. Wahai anak Adam
seandainya dosa-dosamu menjulang ke langit
kemudian engkau minta ampun kepada-Ku niscaya
Aku akan mengampunimu. Wahai anak Adam
sesungguhnya jika engkau mendatangi-Ku dengan
kesalahan sepenuh bumi kemudian engkau
menemui-Ku tanpa menyekutukan-Ku sedikitpun
maka aku akan memberimu ampunan sepenuh bumi
(Shahih Turmudzi).

Orang yang bertaubat dari dosanya bagaikan orang


yang tidak punya dosa sama sekali (shahih Ibnu
Majah).

Seandainya kalian melakukan kesalahan-kesalahan


sepenuh langit, kemudian kalian bertaubat, niscaya
taubat kalian akan diterima (Shahih Ibnu Majah).

2. MENUNTUT ILMU
Niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang
beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi
ilmu pengetahuan beberapa derajat (Al Mujadalah:
11).
"Seseorang yang keluar dari rumahnya untuk
menuntut ilmu niscaya akan Allah mudahkan
baginya jalan menuju syurga" (Shahih Al-Jami').

Siapa di pagi hari berangkat ke masjid hanya untuk


mempelajari kebaikan atau megajarkan kebaikan,
maka baginya bagaikan pahala orang yang
melakukan haji dengan sempurna. (Shahih Targhib
dan Tarhib).

"Siapa yang keluar untuk menuntut ilmu, maka dia


berada di jalan Allah hingga kembali" (Shahih
Turmuzi).

"Siapa yang Allah kehendaki menjadi baik maka


Allah akan memberikannya pemahaman terhadap
agama" (Shahih Ibnu Majah).

3. HALAQAH ZIKIR DAN MENGAJI


"Suatu kaum yang duduk untuk berzikir kepada Allah
taala lalu mereka berdiri, niscaya akan dikatakan
kepada mereka: Berdirilah kalian sesungguhnya
Allah telah mengampuni dosa-dosa kalian, dan
kesalahan-kesalahan kalian telah digantikan dengan
kebaikan" (Shahih Al-Jami).
Suatu kaum yang berzikir kepada Allah niscaya
malaikat akan mengelilingi mereka, rahmat
dicurahkan kepada mereka dan diturunkan kepada
mereka sakinah dan Allah sebut-sebut mereka
terhadap makhluk yang ada disisi-Nya (Shahih Al
Jami).

4. ZIKIR
Karena itu, ingatlah kamu kepada-Ku niscaya Aku
ingat (pula) kepadamu (Al Baqarah: 152).

"Sesungguhnya Aku berdasarkan persangkaan


hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersamanya saat dia
mengingat-Ku, jika dia mengingat-Ku dalam dirinya,
maka Akupun akan mengingatnya dalam diri-Ku,
dan jika dia mengingat-Ku di hadapan orang-orang
maka Aku-pun akan mengingatnya dihadapan
makhluk-makhluk yang lebih baik dari mereka, jika
mereka mendekatiku sejengkal maka Aku akan
mendekatinya sehasta dan jika dia mendekati-Ku
sehasta maka Aku mendekatinya sedepa dan siapa
yang mendatangiku dengan berjalan maka aku
mendatanginya dengan berlari. (HR.Muslim).

5. BERBUAT DAN MENGAJAK KEBAIKAN


Setiap kebaikan adalah shadaqah, dan orang yang
menunjukkan kepada kebaikan bagaikan orang
yang melakukannya (Shahih Al Jami).
Hendaklah kalian mengusahakan kebaikan, karena
hal tersebut dapat melindungi dari mati secara buruk
(Shahih Jami)

6. KEUTAMAAN BERDAKWAH DI JALAN ALLAH


"Siapakah yang lebih baik perkataannya daripada
orang yang menyeru kepada Allah, mengerjakan
amal yang shaleh dan berkata: Sesungguhnya aku
termasuk orang-orang yang berserah diri
(Fushshilat: 33).

Demi Allah, seandainya Allah memberi hidayah


kepada seseorang melalui perantara kamu maka
(ganjarannya) lebih baik bagi kalian daripada kalian
mendapatkan seekor onta merah (HR.Muslim).
Onta merah adalah harta benda yang paling tinggi
nilainya pada saat itu.

Siapa yang mengajak kepada kebaikan maka


baginya pahala seperti pahala orang yang
mengikutinya tanpa mengurangi pahala mereka
sedikitpun, dan siapa yang mengajak kepada
kesesatan maka baginya dosa seperti dosa orang
yang mengikutinya tanpa mengurangi dosa mereka
sedikitpun (HR.Muslim).

7. AMAR MARUF NAHI MUNKAR


Dan hendaklah ada diantara kamu segolongan
umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh
kepada yang maruf dan mencegah dari yang
munkar, merekalah orang-orang yang beruntung
(Ali Imran: 104).

Sesungguhnya ada dari ummatku yang diberikan


pahala seperti pahalanya generasi pertama, (hal
tersebut karena) mereka mencegah kemunkaran
(Silsilah Shahihah)

8. BELAJAR ALQURAN, MEMBACA DAN


MENGHAFALNYA
Sebaik-baik kalian adalah orang yang belajar Al
Quran dan yang mengajarkannya (HR.Bukhari)

Orang yang membaca Al Quran dan dia pandai


membacanya maka (nanti di akhirat akan
dikumpulkan) bersama para malaikat yang mulia,
sedangkan orang yang membaca Al Quran dan dia
terbata-bata karenanya serta kesusahan maka
baginya dua pahala (Muttafaq alaih).

Siapa yang membaca satu huruf dari Kitabullah


maka baginya satu kebaikan dan setiap kebaikan
akan lilipatkan gandakan sepuluh, saya tidak
mengatakan: alif lam mim satu huruf, akan tetapi alif
satu huruf, lam satu huruf dan mim satu huruf.
(HR.Bukhari).

Siapa senang dirinya mencintai Allah dan Rasul-


Nya maka hendaklah dia membaca Mushhaf ini (Al
Quran) (HR. Bukhari).

Dikatakan kepada orang yang suka membaca Al


Quran: Bacalah dan naik-lah, bacalah dengan tartil
sebagaimana engkau membaca dengan tartil di
dunia, karena sesungguhnya kedudukanmu ada
pada akhir ayat yang engkau baca (HR. Bukhari).

"Inginkah salah seorang di antara kalian yang


kembali ke keluarganya membawa tiga ekor unta
yang sedang hamil dan gemuk-gemuk? Kami
berkata: Ya, maka beliau bersabda: tiga ayat yang
kalian baca dalam shalat kalian itu lebih baik dari
tiga ekor unta hamil yang gemuk". (HR.Muslim).

9. BELAJAR AL QURAN DI MASJID

"Tidak berkumpul suatu kaum di salah satu rumah


Allah yang di dalamnya mereka membaca Al Quran
dan mempelajarinya di antara mereka, kecuali akan
diturunkan kepada mereka ketenangan, dicurahkan
rahmat dan dikelilingi oleh para malaikat serta Allah
sebut-sebut mereka pada (makhluk) yang ada disisi-
Nya. (HR.Muslim).

10. MEMBERI SALAM


Sesungguhnya yang pasti mendatangkan ampunan
adalah mengucapkan salam dan pembicaraan yang
baik. (Shahih Al-Jami).

Tidak masuk syurga kecuali kalian beriman, dan


tidak beriman sebelum kalian saling mencintai,
maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang jika
kalian kerjakan kalian akan saling mencintai,
sebarkanlah salam di antara kalian. (HR.Muslim).

11. BERJABAT TANGAN


"Siapa saja di antara dua orang muslim yang
berjumpa, kemudian salah seorang di antara
keduanya mengambil tangan sahabatnya untuk
berjabat tangan, dan mereka memuji Allah
semuanya, (maka jika mereka) berpisah tidak ada
dosa di antara mereka berdua. (Shahih Al-Jami).

Catatan dari penyusun artikel : hal ini bagi tidak


syariatkan bagi lawan jenis, Rasul yang mulia
Shallallahu alaihi wa sallam mengharamkan
seorang lelaki menyentuh wanita yang tidak halal
baginya. Beliau pernah bersabda: Kepala salah
seorang ditusuk dengan jarum dari besi itu lebih baik
baginya daripada menyentuh wanita yang tidak halal
baginya. (HR. Ath-Thabarani dari Maqil bin Yasar
radhiyallahu anhu, lihat Ash-Shahihah no. 226)

12. CINTA KARENA ALLAH


"Layak untuk mendapatkan cinta-Ku bagi orang
yang saling mencintai karena-Ku. Orang yang saling
mencintai karena-Ku (di hari kiamat) akan
ditempatkan di menara dari cahaya, tempat yang
diingini oleh para nabi, orang-orang yang benar dan
para syuhada" (Shahih Jami).

Sesungguhnya Allah taala berfirman pada hari


kiamat: Mana orang-orang yang saling mencintai
karena kebesaran-Ku, hari ini Aku akan menaungi
mereka pada saat tidak ada naungan selain
naungan-Ku (HR.Muslim).

"Siapa yang ingin merasakan lezatnya iman, maka


cintailah seseorang hanya karena Allah". (HR.
Muslim).

13. MENGUNJUNGI SAUDARA (REKAN)


KARENA ALLAH TAALA
"Siapa yang mengunjungi orang sakit atau
mengunjungi saudaranya karena Allah, maka akan
ada yang memanggilnya: Kebaikan buatmu dan
perjalananmu, dan engkau telah menyediakan
tempatmu di syurga" (Shahih Bukhari).

14. MEMBANTU ORANG LAIN DAN MEMENUHI


KEBUTUHAN MEREKA
"Siapa yang memenuhi kebutuhan saudaranya,
niscaya Allah akan memenuhi kebutuhannya"
(Shahih Al- Jami).

"Allah akan selalu menolong hamba-Nya selama


hamba-Nya selalu menolong saudaranya". (Muslim).

"Sungguh jika saya berjalan bersama saudara saya


yang muslim dalam rangka memenuhi
kebutuhannya hal itu lebih saya sukai dari itikaf di
masjid selama sebulan" (Silsilah shahihah).

"Siapa yang berjalan bersama saudaranya dalam


rangka memenuhi kebutuhannya hingga terpenuhi
kebutuhannya, maka Allah akan memantapkan
kakinya pada hari banyak kaki-kaki yang tergelincir
(hari kiamat)" (Silsilah Shahihah).

15. MEMBAHAGIAKAN ORANG BERIMAN


"Sebaik-baik amalan adalah mendatangkan
kesenangan terhadap saudaramu yang beriman,
melunaskan hutangnya dan memberinya makan
dengan sepotong roti (Shahih Jami).
16. HUTANG
"Seorang muslim yang memberikan pinjaman
kepada seorang muslim lainnya sebanyak dua kali
maka itu bagaikan sedekah darinya sekali" (Shahih
Ibnu Majah)

17. MENOLONG ORANG DALAM MASALAH


HUTANG
"Siapa yang menunda (pembayaran utang) orang
yang kesulitan atau menghapuskannya niscaya
akan Allah berikan dia naungan pada hari tidak ada
naungan selain naungan-Nya" (Shahih Jami).

"Siapa yang memberikan kemudahan bagi orang


yang kesulitan niscaya akan Allah berikan
kemudahan baginya di dunia dan akhirat" (Shahih
Jami).

"Dahulu ada seseorang yang memiliki piutang


kepada orang-orang, maka dia berkata kepada
budaknya: Jika kamu mendapatkan orang yang
kesulitan biarkanlah, semoga Allah akan memaafkan
(kesalahan) kita, maka tatkala dia berjumpa dengan
Allah, Dia (Allah) memaafkannya". (Muttafaq alaih).

"Siapa yang ingin ditolong Allah dari kesusahan hari


kiamat maka berilah tangguh (pembayaran utang)
bagi orang yang kesulitan atau gugurkanlah"
(HR.Muslim).

18. MENUTUPI AIB ORANG LAIN


"Seorang hamba yang menutupi aib hamba lainnya
di dunia niscaya Allah tutup aibnya di hari kiamat."
(HR.Muslim).

"Siapa yang menutupi aib seorang muslim maka


Allah akan menutup aibnya di dunia dan akhirat"
(HR.Muslim)

19.MEMBELA KEHORMATAN ORANG MUSLIM


Siapa yang membela kehormatan
saudaranya, niscaya Allah akan melindugi wajahnya
dari api neraka pada hari kiamat (Shahih Jami).

Siapa yang menolong saudaranya dari kejauhan


maka Allah akan menolongnya di dunia dan akhirat
(Shahih Jami)

20.MENDAMAIKAN MANUSIA
Allah Subhanahu wa taala berfirman: Tidak ada
kebaikan pada kebanyakan bisikan-bisikan mereka,
kecuali bisikan-bisikan dari orang yang menyuruh
(manusia) memberi sedekah, atau berbuat maruf,
atau mengadakan perdamaian di antara manusia.
Dan barangsiapa yang berbuat demikian karena
mencari keridhaan Allah, maka kelak Kami memberi
kepadanya pahala yang besar (An Nisa: 114)

Maukah engkau aku beritahukan (perbuatan) yang


lebih utama derajatnya dari puasa, shalat dan
shadaqah? Mereka menjawab: Ya, beliau bersabda:
Mendamaikan antara dua pihak (Shahih Abu Daud).

21. SILATURAHIM
Orang-orang yang mempunyai hubungan kerabat
itu sebagiannya lebih berhak terhadap sesamanya
(daripada yang bukan kerabat) di dalam kitab Allah
(Al Anfal: 75).

Orang-orang yang berbuat kebaikan melindungi


dirinya dari mati buruk, shadaqah yang
disembunyikan akan meredam murka Rabb,
silaturrahmi akan menambah umur (Shahih
Targhib).

Shadaqah terhadap orang miskin akan dinilai


shadaqah, dan (shadaqah) terhadap sanak saudara
dinilai dua: shadaqah dan penyambung silaturahim
(Shahih Targhib).

Tidak ada ketaatan kepada Allah subhanahu wa


ta'ala yang lebih cepat mendapatkan pahalanya
kecuali silaturahim (menyambung persaudaraan),
dan tidak ada suatu kemunkaran yang lebih cepat
mendatangkan hukuman kecuali memutus
persaudaraan (Shahih Jami)

22. AKHLAQ YANG BAIK


Tidak ada sesuatu yang lebih berat dalam
timbangan(amal kebajikan) selain akhlak yang baik
(Shahih Jami).

Sesungguhnya seseorang yang berakhlak baik


akan mendapatkan derajat orang yang bangun
malam (beribadah), dan puasa pada siang harinya
(Shahih Jami).

Sesungguhnya orang yang paling dekat di antara


kalian kepadaku pada hari kiamat adalah mereka
yang akhlaknya baik di dunia (Shahih Jami).

23. MENYINGKIRKAN GANGGUAN DI JALAN


Singkirkanlah segala rintangan dari jalan karena
bagimu hal itu bernilai shadaqah (Silsilah
Shahihah).

Siapa yang menyingkirkan bahaya apa saja dari


jalannya kaum muslimin, Allah akan mencatat
baginya kebaikan, dan siapa yang dicatat baginya
kebaikan maka Allah akan memasukkannya ke
dalam syurga (Shahih Jami).
24. MENANAM TUMBUH-TUMBUHAN
Siapa yang menanam tumbuh-tumbuhan,
kemudian sebagiannya dimakan anak Adam atau
makhluk Allah lainnya, niscaya baginya (pahala)
shadaqah (HR.Bukhari).

Tujuh (golongan) yang tetap mengalir bagi mereka


pahalanya saat dia di kubur setelah kematiannya:
Yang mengajarkan ilmu, mengalirkan sungai,
menggali (membuat) sumur, mewariskan mushaf,
meninggalkan anak yang memintakan ampun
untuknya setelah kematiannya (Shahih Jami).

25. JUJUR
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah
kepada Allah, dan hendaklah kamu bersama orang-
orang yang benar (At Taubah 119).

Hendaklah kalian berlaku jujur, karena kejujuran


mengarahkanya kepada kebaikan, dan kebaikan
mengarahkan kepada syurga (Shahih Jami).

26. PENYAYANG
Diharamkan bagi neraka setiap orang yang santun,
sopan dan memudahkan serta dekat dengan
manusia (Silsilah Shahihah).

Wahai Aisyah: Sesungguhnya Allah Maha Lembut


dan menyukai kelembutan, dan Dia memberikan
bagi sikap kelembutan apa-apa yang tidak diberikan
bagi sikap kekasaran dan apa-apa yang tidak
diberikan kepada sikap selainnya (Shahih Jami).

Siapa yang memiliki rasa belas kasih meskipun


terhadap sembelihan burung merpati, niscaya Allah
akan menyayanginya pada hari kiamat
(HR.Bukhari).

27. MENAHAN AMARAH


Siapa yang mampu menahan amarah sedangkan
dia mampu melakukannya, Niscaya Allah akan
memanggilnya di hadapan makhluk-makhluk-Nya
hingga Dia memilih untuknya bidadari yang dia
sukai (Shahih Turmuzi).

28. KEUTAMAAN TAQWA


Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Barangsiapa
yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar (At-Thalaq: 2).

29. TAWADHU' KARENA ALLAH


Siapa yang tawadhu karena Allah niscaya Allah
akan mengangkat (derajatnya) (HR.Muslim).

30. SABAR
Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: "Tiada lain
disempurnakan pahala orang yang sabar dengan
tanpa hitungan." [Az-Zumar :10].

"Orang beriman sungguh menakjubkan, Semua


perkaranya baik baginya, dan hal tersebut tidak
terjadi kecuali bagi seorang mumin, jika dia
mendapatkan kebaikan dia bersyukur karena itu
baik baginya, dan jika dia mendapatkan keburukan
dia bersabar, karena itu baik baginya". (HR.Muslim).

31. ZUHUD TERHADAP DUNIA


Zuhudlah kamu terhadap dunia niscaya Allah akan
mencintaimu, dan zuhudlah kamu terhadap apa
yang ada di tangan manusia, niscaya mereka akan
mencintaimu. (Silsilah Shahihah).

32.BERBAKTI KEPADA ORANG TUA


Dan kami wajibkan manusia (berbuat) kebaikan
kepada dua orang ibu-bapaknya (Al Ankabut: 8).

Ridhanya Robb terletak pada ridha orang tua, dan


murkanya Robb terletak pada murkanya orang tua
(Silsilah Shahihah).
Celaka, celaka, celaka, (shahabat) bertanya: Siapa
ya Rasulullah? : Siapa yang mendapatkan kedua
orang tuanya di masa tua, salah satunya atau
keduanya tapi dia tidak masuk syurga (HR.Muslim).

33. BERBAKTI KEPADA BIBI


Allah subhanahu wa ta'ala berfirman: Dan
bertakwalah kepada Allah yang dengan
(mempergunakan) nama-Nya kamu saling meminta
satu sama lain, dan (peliharalah) hubungan
silaturahim (An-Nisa: 1).

Seseorang mendatangi Rasulullah shallallahu


alaihi wa sallam dan berkata: Ya Rasulullah,
sesungguhnya aku telah melakukan suatu dosa
yang besar, apakah aku dapat bertaubat?, beliau
bersabda: Apakah ibumu masih ada ?, dia
berkata : Tidak , beliau bersabda : Apakah kamu
punya bibi ?, : Ya, beliau bersabda : Berbuat
baiklah kepadanya . (Shahih Turmuzi).

34.MEMPERHATIKAN PARA JANDA, ANAK


YATIM DAN ANAK WANITA
Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dari Rasulullah
beliau bersabda: Orang yang memperhatikan janda
dan orang miskin bagaikan mujahid di jalan Allah
saya (Abu Hurairah) mengira beliau juga bersabda:
Bagaikan orang yang beribadah tiada henti dan
bagaikan orang yang selalu puasa (Muttafaq alaih).

Saya dan orang yang mengurus anak yatim (nanti)


di Syurga seperti ini, seraya mengisyaratkan dua
jarinya". (HR. Bukhari).

Siapa yang mengusap kepala anak yatim karena


Allah, maka setiap usapan tangannya akan
melahirkan beberapa kebaikan, dan barangsiapa
yang berbuat kebaikan kepada anak yatim wanita
maupun laki-laki yang ada padanya, maka saya
akan bersamanya di syurga seperti ini, seraya
mengacungkan kedua jarinya, jari telunjuk dan
tengah (HR.Ahmad 5/250).

Seseorang yang memiliki dua orang anak wanita


lalu diperlakukannya dengan baik selama keduanya
bersamanya atau dia menemani keduanya kecuali
keduanya memasukkannya ke syurga" [Shahih Ibnu
Majah]

35.WUDHU'
"Siapa yang berwudhu dan melakukannya dengan
baik, maka segala kesalahannya keluar dari
tubuhnya hingga keluar dari bawah kuku-kukunya
(HR. Muslim).

Menyempurnakan wudhu pada saat tidak


menyenangkan, dan berjalan kaki ke masjid, dan
menunggu shalat setelah shalat dapat mencuci
(menghapus) kesalahan hingga bersih (Shahih
Targhib)

Seseorang yang berwudhu dengan sempurna,


kemudian melakukan shalat, niscaya dirinya akan
diampuni antara shalatnya hingga shalat berikutnya
(Muttafaq alaih).

36.WUDHU DALAM KONDISI YANG TIDAK


MENYENANGKAN
Maukah kalian aku tunjukkan sesuatu yang dapat
menghapus kesalahan dan meninggikan derajat,
mereka menjawab: Mau ya Rasulullah?,
Berwudhu pada saat yang tidak menyenangkan
dan memperbanyak langkah ke masjid, dan
menunggu shalat setelah shalat, itulah jihad, itulah
jihad (HR.Muslim).

37.MENGUCAPKAN SYAHADAT SESUDAH


WUDHU
Siapa yang berwudhu dan menyempurnakan
wudhunya kemudian mengucapkan: Asyhadu alla
ilaah illallahu wahdahu laa syarikalah wa anna
Muhammadan abduhu wa rasuuluh,
Allahummajalni minattawwabin wajalni minal
mutathahhirin, maka akan dibuka baginya pintu-
pintu syurga yang dia dapat masuk dari mana saja
dia suka (HR.Muslim)

38. AZAN
Siapa azan selama dua belas tahun maka wajib
baginya mendapatkan syurga dan azannya setiap
hari dicatat sebagai enampuluh kebaikan dan
iqamahnya dihitung tigapuluh kebaikan (Shahih
Jami).

Muazin (orang yang azan) akan diampuni


sepanjang suaranya dan disaksikan oleh semua
makhluk-Nya (Shahih Abu Daud).

Seorang muazin diampuni sepanjang suaranya


dan pahalanya bagaikan pahala orang yang shalat
bersamanya (Shahih Jami).

39.BACAAN TATKALA MENDENGAR AZAN


"Siapa yang berkata tatkala mendengar muazin:
tatkala (selesai) mendengarkan azan: Asyhadu
Allaailaaha illallah wahdahu laa syarikalah waanna
Muhammadan abduhu warasuluh, radhiitu billahi
rabba, wabil Islami diina wabimuhammadin nabiyya
warasulaa, maka dosanya akan diampuni
(HR.Muslim).

Dari Abu Hurairah radiallahuanhu dia berkata: Saat


kami bersama Rasulullah berdirilah Bilal dan
melakukan azan, tatkala diam bersabdalah
Rasulullah: Siapa yang mengucapkan seperti apa
yang dia ucapkan dengan yakin akan masuk syurga

40.MEMBANGUN MASJID
Siapa yang membangun masjid sekedar rumah
burung atau lebih kecil dari itu, maka Allah akan
membangunkan untuknya rumah di syurga (Shahih
Ibnu Majah).

41.SIWAK
Siwak dapat mensucikan mulut dan mendatangkan
keridhaan Rabb (Irwaul Ghalil).

42.BERJALAN MENUJU TEMPAT SHALAT


Siapa yang bersuci di rumahnya kemudian
berangkat ke rumah Allah untuk menunaikan salah
satu kewajiban dari Allah (shalat), niscaya langkah-
langkahnya yang satu akan menghapuskan
kesalahan dan yang lainnya akan mengangkat
derajat (HR.Muslim).

Siapa yang segera berangkat ke masjid dan


kemudian (setelah selesai shalat) keluar darinya
niscaya akan Allah sediakan baginya suatu tempat
di syurga setiap kali dia berangkat dan keluar dari
masjid (HR.Bukhari).

Siapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan


suci untuk melakukan shalat fardhu, maka
pahalanya bagaikan pahala orang yang sedang
melakukan ihram (Shahih Abu Daud).

Berikan kabar gembira kepada orang yang berjalan


dalam kegelapan menuju masjid, yaitu bahwa
mereka akan mendapatkan cahaya yang terang
benderang pada hari kiamat (Shahih Ibnu Majah).

43.SHALAT
Seorang hamba jika dia bangun untuk mendirikan
shalat, maka didatangkan semua dosanya dan
diletakkan diatas kepalanya dan kedua pundaknya,
maka setiap kali dia ruku dan sujud berjatuhanlah
(dosa-dosa itu) darinya (Silsilah Shahihah).

Seorang hamba di saat sujud kepada Allah niscaya


akan Allah tulis baginya satu kebaikan, dan dihapus
darinya satu kesalahan dan diangkat baginya satu
derajat, maka perbanyaklah kalian bersujud
(Shahih Jami)
.
Sesungguhnya shalat (fardhu) yang lima itu
menghapus segala dosa sebagaimana air
menghapus kotoran (Shahih Jami).

Siapa yang menyempurnakan wudhu


sebagaimana yang diperintahkan Allah, (kemudian
dia melakukan) shalat-shalat yang difardhukan,
niscaya semua itu menjadi penghapus (dosa-dosa)
di antara shalat fardhu itu. (HR.Muslim).

Shalat yang paling afdhal disisi Allah adalah shalat


Shubuh pada hari Jumat secara berjamaah
(Shahih Jami).

44.SHALAT DI AWAL WAKTU


Perbuatan yang paling disukai Allah adalah
(melakukan) shalat pada awal waktu, kemudian
berbakti kepada orang tua, kemudian jihad di jalan
Allah (Mutafaq alaih).

Sesungguhnya Rabb kalian berfirman: Siapa yang


shalat pada waktunya dan menjaganya serta tidak
melalaikannya karena menganggap remeh
kedudukannya, maka baginya ada janji dari-Ku
untuk Aku masukkan ke dalam syurga (Irwa' Ghalil).

45.SHALAT BERJAMAAH
Shalatnya seseorang dalam jamaah dibanding
shalatnya di rumah dan di pasar nilainya lebih
banyak duapuluh lima derajat, hal yang demikian itu
karena jika salah seorang di ntara kamu
menyempurnakan wudhunya kemudian berjalan
menuju masjid hanya untuk tujuan shalat, niscaya
setiap langkahnya akan mengangkat derajatnya dan
menghapus kesalahannya hingga dia masuk masjid,
jika dia telah masuk masjid, maka (pahalanya)
bagaikan dalam keadaan orang shalat, selama
shalat yang membuatnya tidak beranjak, sementara
para malaikat mendoakannya selama dia di tempat
shalatnya dengan mengucapkan : Yaa Allah,
ampunilah dia, Yaa Allah sayangilah dia, Yaa Allah
terimalah taubatnya, selama dia tidak menyakiti
(orang lain) di dalamnya dan tidak berhadats
(Muttafaq alaih)

Siapa yang shalat sebanyak empat puluh hari


secara berjamaah, dan mendapatkan takbir
pertama, dicatat baginya dua kebebasan,
kebebasan dari neraka, dan kebebasan dari nifaq
(sifat munafiq) (Shahih Jami).
46.BERADA DI SHAF PERTAMA DALAM SHALAT
Seandainya kalian mengetahui apa yang terdapat
dalam barisan pertama niscaya mereka akan
melakukan undian (untuk mendapatkannya)
(HR.Muslim).

47. MENGUCAPKAN AMIN


Jika Imam mengucapkan amin maka hendaklah
kalian juga mengucapkan amin, karena siapa yang
aminnya berbarengan dengan malaikat niscaya
akan diampuni baginya dosa yang berlalu (Muttafaq
alaih).

48. UCAPAN MAKMUM DALAM ITIDAL


Jika Imam berkata: Samiallahuliman hamidah,
maka ucapkanlah: Allahumma rabbana walakal
hamdu. Karena siapa yang ucapannya berbarengan
dengan ucapan malaikat niscaya akan diampuni
baginya dosa sebelumnya (HR.Bukhari).

49.SHALAT JUMAT
Siapa yang berwudhu dan menyempurnakan
wudhunya kemudian berangkat untuk shalat jumat,
lalu mendengarkan (khutbah) dan diam, niscaya
akan diampuni baginya antaranya dan antara Jumat
berikutnya ditambah tiga hari" [HR. Muslim].

50.BERSEGERA UNTUK SHALAT JUMAT


Siapa yang mandi pada hari Jumat dan bersegera
(berangkat) dengan berjalan tanpa berkendaraan,
lalu mendekati tempat imam dan mendengarkan
serta tidak berbuat sia-sia, maka bagi setiap
langkahnya bagaikan pahala amal puasanya dan
ibadahnya selama satu tahun (Shahih Turmuzi).

Siapa yang mandi pada hari Jumat seperti mandi


junub kemudian berangkat (pada waktu pertama)
maka dia bagaikan berkorban dengan seekor unta,
barangsiapa yang berangkat pada waktu kedua
seakan-akan berkurban dengan satu ekor sapi.
Barangsiapa berangkat pada waktu yang ketiga
seakan-akan berkurban dengan seekor kambing
yang bertanduk dan barangsiapa yang berangkat
pada waktu yang keempat seakan-akan berkurban
dengan seekor ayam. Barangsiapa yang berangkat
pada waktu yang kelima seakan-akan dia berkurban
dengan satu butir telur dan jika imam masuk untuk
naik mimbar datanglah malaikat untuk mendengar
dzikir[Khutbah]. (Muttafaq alaihi).

51.WAKTU MUSTAJAB PADA HARI JUMAT


Sesungguhnya pada hari Jumat terdapat saat-saat
yang jika bertepatan pada waktu seorang muslim
yang sedang sedang shalat meminta kepada Allah
tentang kebaikan niscaya akan Allah berikan
kepadanya (Muttafaq alaih).
52.SHALAT NAFILAH (SUNNAT)
Shalat sunnahnya seseorang yang tidak dilihat
manusia menyerupai shalatnya dia di depan
manusia sebanyak dua puluh lima kali (Shahih
Jami).

Dua rakaat (sebelum shalat) Fajar lebih baik dari


dunia beserta isinya (HR.Muslim).

Siapa yang secara terus-menerus melakukan dua


belas rakaat (shalat Rawatib) setiap hari dan malam
niscaya akan masuk syurga: Empat rakaat sebelum
Zuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat
sesudah Maghrib, dua rakaat setelah Isya, dan dua
rakaat sebelum Shubuh (Shahih Nasai).

Siapa yang menjaga empat rakaat sebelum Zuhur


dan empat rakaat sesudahnya Allah haramkan dia
dari api neraka (Shahih Abu Daud).

Semoga Allah merahmati orang yang shalat empat


rakaat sebelum Ashar (Shahih Abu Daud).

53.SHALAT DHUHA
Setiap tulang persendian kalian harus dishadaqahi,
setiap tasbih adalah shadaqah, setiap tahmid adalah
shadaqah, setiap tahlil adalah shadaqah, setiap
takbir adalah shadaqah, amar maruf adalah
shadaqah, nahi munkar adalah shadaqah, yang
demikian itu dapat terbalas dengan melakukan dua
rakaat shalat Dhuha. (HR. Muslim).

54.SUJUD
Tidak ada seorang hamba yang bersujud kepada
Allah sekali sujud saja niscaya Allah tulis baginya
dengan sujudnya itu, sebuah kebaikan, dan Dia
hapus kesalahannya, Dia angkat derajatnya, maka
perbanyaklah bersujud. (Shahih Ibnu Majah).

55.QIYAMULLAIL (TAHAJJUD)
Hendaklah kalian melakukan qiyamullail karena hal
tersebut merupakan kebiasaan orang-orang shaleh
sebelum kamu, dapat menghapuskan dosa serta
kesalahan dan dapat menyingkirkan penyakit dari
badan (HR.Muslim).

Jika seseorang membangunkan istrinya pada waktu


malam, kemudian mereka berdua shalat, atau dia
shalat dua rakaat bersama-sama, maka mereka
berdua dicatat sebagai orang-orang yang berzikir
(Shahih Targhib).

56. BERZIKIR SETELAH SHALAT SHUBUH


HINGGA TERBIT MATAHARI
Siapa yang shalat shubuh berjamaah, kemudian
duduk hingga terbit matahari, lalu shalat dua rakaat,
maka baginya bagaikan pahala haji dan umrah
dengan sempurna.dengan sempurna.dengan
sempurna (Shahih Turmuzi).

Saya duduk bersama orang-orang yang berzikir


setelah shalat Shubuh hingga terbit matahari lebih
saya sukai dari pada membebaskan empat orang
budak dari Bani Isamil (Shahih Abu Daud).

57.BERZIKIR KEPADA ALLAH SETELAH SHALAT


ASHAR HINGGA TERBENAM MATAHARI
Saya duduk bersama satu kaum yang berzikir
kepada Allah dari shalat Ashar hingga terbenam
matahari lebih saya sukai dari pada membebaskan
empat orang budak (Shahih Abu Daud).

58.ZIKIR DAN TASBIH


Tidak mampukah salah seorang di antara kalian
meraih seribu kebaikan dalam sehari? Maka
berkatalah salah seorang shahabatnya:
Bagaimanakah salah seorang di antara kita meraih
seribu kebaikan (dalam sehari)? Beliau bersabda:
Ucapkanlah tashbih Subhanallah wabihamdih
seratus kali, niscaya akan dicatat baginya seribu
kebaikan dan dihapus baginya seribu keburukan
(HR.Muslim).
Ada dua kalimat yang ringan (diucapkan) oleh lisan
tetapi berat dalam timbangan disisi Allah:
Subhanallah wabihamdihi subhanallahil Adzim
(Shahih Ibnu Majah).

Subhanallah Walhamdulillah Walaailaaha Illallah


Wallahuakbar, (adalah kalimat yang dengan
membacanya) akan ditanamkan bagimu sebatang
pohon dalam syurga (Shahih Ibnu Majah).

59.ZIKIR TATKALA BANGUN DARI MAJLIS


Siapa yang duduk dalam majlis yang di dalamnya
banyak terdapat senda gurau, kemudian sebelum
beranjak dari tempat itu dia mengucapkan:
Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu
Allailaaha Illa Anta Astaghfiruka Wa atuubu Ilaaik,
maka diampuni atas apa yang diperbuatnya pada
majlisnya tersebut (Shahih Turmuzi).

60. ISTIGHFAR
Dan barangsiapa yang mengerjakan kejahatan dan
menganiaya dirinya. Kemudian ia mohon ampun
kepada Allah, niscaya ia mendapati Allah
Pengampun Lagi Maha Penyayang (An Nisa: 110).

Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan


perbuatan keji atau menganiaya diri sendiri, mereka
ingat akan Allah (Ali Imran: 135).
Beruntunglah orang yang mendapatkan dalam
lembaran (kehidupan)-nya istighfar yang banyak
(Shahih Ibnu Majah).

Setiap hamba yang melakukan suatu dosa,


kemudian dia bersuci (berwudhu) dengan
sempurna, kemudian dia berdiri untuk
melaksanakan shalat dua rakaat kemudian istighfar
kepada Allah subhanahu wa taala. Pastilah Allah
ampuni dia . Kemudian Beliau membaca ayat ini:
walladzii na-idzaa faaluu faahizasyataa audhalamuu
anfusahum dzakarullaah. Hingga akhir ayat."
(Shahih Abu Daud).

61.UCAPAN: Laa haula Walaa Quwwata Illah


Billah
Perbanyaklah membaca: Laa haula Walaa
Quwwata Illah Billah karena merupakan gudang
harta di syurga (Shahih Ibnu Majah).

62.SHALAWAT KEPADA NABI


Siapa yang (membaca) shalawat kepadaku sekali
saja maka Allah akan bershalawat (merahmatinya)
sepuluh kali dan dihapuskan baginya sepuluh
kesalahan serta diangkat untuknya sepuluh derajat
(Shahih An Nasai).
63.PUASA
Puasa adalah tameng yang dengannya seorang
hamba berlindung dari api neraka (Shahih Al Jami).

Siapa yang puasa sehari di jalan Allah, maka Allah


jauhkan darinya api neraka sejauh seratus tahun
perjalanan" [Shahih Al-Jami].

Siapa yang berpuasa sehari dengan mengharap


pahala dari Allah taala maka dia masuk syurga".
(Silsilah Shahihah).

64.PUASA TIGA HARI SETIAP BULAN


Siapa yang puasa tiga hari setiap bulan maka dia
seperti berpuasa sepanjang masa (Shahih Jami).

65.PUASA RAMADHAN
Siapa yang yang puasa Ramadhan dengan iman
dan mengharap pahala maka diampuni baginya
dosa-dosa yang telah lalu [HR. Bukhari]

66.PUASA ENAM HARI PADA BULAN SYAWAL


Siapa yang puasa Ramadhan kemudian diikuti
dengan puasa Syawwal enam (hari) maka dia
bagaikan puasa selamanya (HR.Muslim).
67.PUASA PADA MUSIM DINGIN
Puasa pada musim dingin bagaikan mendapatkan
ghanimah (rampasan perang) dingin (Silsilah
Shahihah)

68.PUASA HARI ARAFAH DAN HARI ASYURA


Siapa yang puasa pada hari Arafah maka diampuni
baginya (dosa) setahun sesudahnya dan setahun
sebelumnya, dan siapa yang puasa Asyuro maka
diampuni baginya (dosa) setahun (Shahih Targhib).

69.PUASA SYABAN
(Bulan) Syaban terletak antara (bulan) Rajab dan
Ramadhan, banyak orang yang mengabaikannya,
pada bulan itu perbuatan manusia diangkat, maka
aku ingin saat amalku diangkat aku berada dalam
keadaan puasa (Silsilah Shahihah).

70.PUASA PADA BULAN MUHARRAM


Puasa yang paling utama setelah Ramadhan
adalah (puasa) pada bulan Allah (yaitu) Muharram
(HR.Muslim).

71.MEMBERI MAKAN BERBUKA BAGI ORANG


YANG BERPUASA
Siapa yang memberi makan berbuka bagi orang
berpuasa maka baginya pahala seperti orang
tersebut dan tidak mengurangi pahala orang yang
berpuasa sedikitpun (Shahih Jami).

72. SAHUR
Sahur semuanya adalah barokah, maka janganlah
kalian meninggalkannya walaupun sekedar
meminum seteguk air, karena Allah taala dan
malaikatnya mendoakannya kepada orang yang
sahur (Shahih Targhib).

73. BERIBADAH PADA BULAN RAMADHAN


Siapa yang beribadah pada bulan Ramadhan
dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka
diampuni baginya dosa-dosanya yang telah lalu
(HR.Bukhari)

74. BERIBADAH PADA LAILATUL QADAR


Siapa yang beribadah pada malam Lailatul Qada
dengan keimanan dan mengharapkan pahala maka
diampuni baginya dosanya yang telah lalu
(HR.Muttafaq alaih).

75. ZAKAT
Dari Umar bin Murrah Al Juhany radiallahuanhu dia
berkata: Datang seseorang dari (suku) Qudha'ah
kepada Rasulullah Shallallahualaihi wa sallam, lalu
berkata: Sesungguhnya aku bersaksi bahwa tidak
ada tuhan selain Allah dan bahwa engkau adalah
Rasulullah, aku melakukan shalat (fardhu) yang
lima, aku berpuasa pada bulan Ramadhan, aku
laksanakan zakat, maka Rasulullah
Shallallahualaihi wa sallam bersabda: Siapa yang
meninggal dalam keadaan seperti itu maka dia
tergolong orang-orang yang jujur (shiddiqin) dan
syuhada (Shahih Targhib).

76.ZAKAT FITRAH
Shadaqah (zakat) fitrah adalah pensuci bagi orang
yang berpuasa dari kelalaian dan perbuatan buruk
dan untuk memberi makan orang-orang miskin
(Shahih Targhib).

77.SHADAQAH
Puasa adalah tameng dan shadaqah dapat
memadamkan (menghapus) kesalahan
sebagaimana air memadamkan api (Shahih
Targhib).

Hendaklah kalian bershodaqah dengan


tersembunyi, karena hal demikian itu dapat
menahan amarah Allah Azza wa jalla (Shahih
Jami).

78.UCAPAN YANG BAIK


Takutlah kalian terhadap api neraka walau dengan
sekerat korma, jika tidak dapat maka hendaklah
(bersedekah) dengan kalimat yang baik (Shahih
Jami)

79.TIDAK BERBUAT BURUK KEPADA MANUSIA


Tahanlah perbuatan burukmu dari orang lain,
karena yang demikian itu merupakan sedekah
darimu untuk dirimu (Shahih Jami)

80.HAJI
Siapa yang menunaikan haji kemudian dia tidak
berkata kotor dan tidak berlaku buruk maka dia
pulang bagaikan saat dilahirkan ibunya
(HR.Bukhari).

Adapun keluarnya kamu dari rumah dengan tujuan


Baitullah, maka setiap langkah yang dilangkahkan
tungganganmu (kendaraan) akan dihitung sebagai
kebaikanmu dan penghapus bagi kesalahanmu,
sedangkan wukufmu di Arafah maka Allah turun dari
langit dunia dan membanggakan mereka kepada
para malaikat seraya berfirman: Mereka adalah
hamba-hamba- Ku, datang kepada-Ku dalam
keadaan kumal dan berdebu dari setiap penjuru dan
mereka takut akan azab-Ku padahal mereka tidak
melihat-Ku, apatah lagi jika mereka melihat-Ku.
Seandainya dosa-dosamu sebanyak butiran pasir,
atau sebanyak hari-hari dunia atau sebanyak
tetesan air hujan maka Aku akan mensucikannya
darimu. Sedangkan engkau melempar jumroh, maka
hal itu akan dihitung sebagai simpananmu. Adapun
engkau mencukur kepala maka setiap helai rambut
yang berjatuhan dihitung sebagai kebaikanmu dan
jika engkau thawaf di Baitullah, maka engkau akan
keluar dari dosa-dosamu bagaikan orang yang baru
dilahirkan ibunya (Shahih Jami).

Haji yang mambrur tidak ada balasannya kecuali


syurga (Shahih Jami).

81.AMAL SHALEH PADA HARI SEPULUH


(PERTAMA) BULAN DZULHIJJAH
Tidak ada suatu hari yang amal shaleh di
dalamnya lebih dicintai Allah kecuali pada hari-hari
ini yaitu sepuluh hari bulan Dzul Hijjah. Mereka
berkata: Tidak juga jihad di jalan Allah? Beliau
bersabda: Tidak juga jihad di jalan Allah kecuali
seseorang yang keluar (berjihad) dengan dirinya
dan hartanya dan tidak ada yang kembali darinya
satupun (HR.Bukhari).

82.UMRAH
Antara umrah yang satu dengan umrah yang lain
merupakan kaffarat (penghapus) dosa-dosa dan
kesalahan (Shahih Jami).
Umrah di bulan Ramadhan bagaikan
(melaksanakan ibadah) haji bersamaku (Shahih
Jami).

Iringilah antara haji dan umrah, karena


melaksanakan keduanya dapat menyingkirkan
kefakiran sebagaimana tempaan api panas
menghilangkan karat pada besi (Silsilah Shahihah).

83.MENGUSAP HAJAR ASWAD DAN RUKUN


YAMANI
Mengusap Hajar Aswad dan Rukun Yamani
menghapuskan kesalahan (Shahih Jami).

84.BERJIHAD DI JALAN ALLAH


Berangkat di pagi atau sore hari (saat berjihad) di
jalan Allah lebih baik nilainya dari dunia dan
seisinya (Irwa Al Ghalil: 282).

Siapa yang kedua kakinya berdebu di jalan Allah,


maka Allah haramkan baginya api neraka (Irwaul
Ghalil).

Berjihad selama sebulan lebih baik dari puasa


selamanya dan siapa yang meninggal saat berjihad
maka Allah lindungi dirinya dari kekalutan yang
paling besar dan dia (di hari kiamat) akan berangkat
membawa rizkinya dan wangi syurga serta
pahalanya tetap dihitung sebagai pahala orang yang
berjihad hingga hari kiamat (Shahih Jami).

Sesaat berada dalam (jihad) di jalan Allah, hal itu


lebih baik dari melakukan shalat malam pada
Lailatul Qadar di hadapan Hajar Aswad

85.INFAQ DI JALAN ALLAH


Siapa yang berinfaq di jalan Allah maka dicatat
baginya tujuh ratus kali lipat (HR.Muslim).

Siapa yang menyediakan (segala keperluan) bagi


seorang yang berperang maka dia (dianggap) telah
berjihad dan siapa yang memberikan jalan bagi
keluarganya untuk berperang maka dia telah
berperang (HR.Muslim).

86.JUJUR DAN AMANAH DALAM


PERDAGANGAN DAN PERLAKUAN YANG BAIK
Pedagang yang jujur dan terpercaya (nanti di hari
kiamat akan dikumpulkan) bersama para nabi dan
orang-orang yang benar serta para syuhada
(Shahih Turmuzi).

Penjual dan pembeli masih berada dalam keadan


khiyar (boleh memilih antara jadi atau tidak) selama
keduanya belum berpisah, jika keduanya jujur dan
menjelaskan (hal yang sebenarnya) maka keduanya
diberkahi dalam jual-belinya tersebut, dan jika
keduanya berbohong dan menyembunyikan (hal
yang sebenarnya) maka dihapuslah keberkahan jual
beli keduanya (HR.Bukhari).

Allah taala memasukkan ke dalam syurga


seseorang yang mudah dalam menjual dan
membeli (Shahih An Nasai).

87.MENJENGUK ORANG SAKIT


Seseorang yang pada sore hari menjenguk orang
sakit, maka saat keluar diringi oleh tujuh puluh ribu
malaikat yang memohon ampunan untuknya hingga
pagi hari dan siapa yang menjenguknya pada pagi
hari maka saat dia keluar diringi tujuh puluh ribu
malaikat yang memohon ampunan untuknya hingga
sore hari (Shahih Jami).

88. SHALAT DAN MENGANTAR JENAZAH


Siapa yang menghadiri jenazah hingga dishalatkan
maka baginya satu qirath dan siapa yang
menyaksikannya hingga dimakamkan maka baginya
dua qirath (dikatakan: Apakah yang dimaksud dua
qirath?) Beliau bersabda: Bagaikan dua gunung
yang besar (HR.Muslim).
89.MEMANDIKAN MAYIT DAN MENGKAFANI
Siapa yang memandikan orang mati kemudian dia
menutupinya maka Allah akan menutupkan dosa-
dosanya, dan siapa yang mengkafaninya maka Allah
akan mengenakannya (pakaian) dari Sundus
(Shahih Jami).

90.BERHARAP PAHALA ATAS MUSIBAH


Allah taala berfirman: Anak Adam jika engkau
sabar dan mengharap pahala saat pertama kali
datang musibah maka tidak ada balasan yang aku
ridhai kecuali syurga (Sahih Ibnu Majah).

91.SHADAQAH UNTUK MAYIT DAN KEUTAMAAN


MEMBERIKAN AIR
Dari Saad bin Ubadah radiallahuanhu,
sesungguhnya dia berkata: Yaa Rasulullah
sesungguhnya Ummu Saad telah meninggal,
shadaqah apakah yang paling utama?, beliau
bersabda: Air, maka dia menggali sumur lalu
berkata: Ini (pahalanya) untuk Ummu Saad .
(Shahih Ibnu Majah).

92.DOA DARI KEJAUHAN


Doa seorang muslim untuk saudaranya di kejauhan
mustajab, di kepalanya terdapat malaikat yang di
tugaskan, setiap kali dia berdoa untuk saudaranya
berupa kebaikan, maka malaikat yang ditugaskan
tersebut berkata: Amiin, dan engkaupun
mendapatkan hal serupa (HR.Muslim).
_____________
Penerjemah : ABDULLAH HAIDIR,LC
Murajaah : DR.MUH.MUINUDINILLAH BASRI, MA.
ERWANDI TARMIZI.

Sumber: Ebook Islamhouse.com


Apa itu Wahabi

Pertama dan utama sekali kita ucapkan puji syukur


kepada Allah subhaanahu wa taala, yang
senantiasa melimpahkan rahmat dan karunia-Nya
kepada kita, sehingga pada kesempatan yang
sangat berbahagia ini kita dapat berkumpul dalam
rangka menambah wawasan keagamaan kita
sebagai salah satu bentuk aktivitas ubudiyah kita
kepada-Nya.
Kemudian salawat beserta salam buat Nabi kita
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, yang telah
bersusah payah memperjuangkan agama yang kita
cintai ini, untuk demi tegaknya kalimat tauhid di
permukaan bumi ini, begitu pula untuk para keluarga
dan sahabat beliau beserta orang-orang yang setia
berpegang teguh dengan ajaran beliau sampai hari
kemudian.

Selanjutnya tak lupa ucapan terima kasih kami


aturkan untuk para panitia yang telah memberi
kesempatan dan mempercayakan kepada kami
untuk berbicara di hadapan para hadirin semua
pada kesempatan ini, serta telah menggagas untuk
terlaksananya acara tabliq akbar ini dengan segala
daya dan upaya semoga Allah menjadikan amalan
mereka tercatat sebagai amal saleh di hari kiamat
kelak, amiin ya Rabbal alamiin.

Dalam kesempatan yang penuh berkah ini, panitia


telah mempercayakan kepada kami untuk berbicara
dengan topik: Apa Wahabi Itu?, semoga Allah
memberikan taufik dan inayah-Nya kepada kami
dalam mengulas topik tersebut.

Pertanyaan yang amat singkat di atas membutuhkan


jawaban yang cukup panjang, jawaban tersebut
akan tersimpul dalam beberapa poin berikut ini:

* Keadaan yang melatar belakangi munculnya


tuduhan wahabi.
* Kepada siapa ditujukan tuduhan wahabi tersebut
diarahkan?.
* Pokok-pokok landasan dakwah yang dicap
sebagai wahabi.
* Bukti kebohongan tuduhan wahabi terhadap
dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah.
* Ringkasan dan penutup.
Keadaan yang Melatar Belakangi Munculnya
Tuduhan Wahabi

Para hadirin yang kami hormati, dengan melihat


gambaran sekilas tentang keadaan Jazirah Arab
serta negeri sekitarnya, kita akan tahu sebab
munculnya tuduhan tersebut, sekaligus kita akan
mengerti apa yang melatarbelakanginya. Yang ingin
kita tinjau di sini adalah dari aspek politik dan
keagamaan secara umum, aspek aqidah secara
khusus.

Dari segi aspek politik Jazirah Arab berada di bawah


kekuasaan yang terpecah-pecah, terlebih khusus
daerah Nejd, perebutan kekuasaan selalu terjadi di
sepanjang waktu, sehingga hal tersebut sangat
berdampak negatif untuk kemajuan ekonomi dan
pendidikan agama.

Para penguasa hidup dengan memungut upeti dari


rakyat jelata, jadi mereka sangat marah bila ada
kekuatan atau dakwah yang dapat akan
menggoyang kekuasaan mereka, begitu pula dari
kalangan para tokoh adat dan agama yang biasa
memungut iuran dari pengikut mereka, akan
kehilangan objek jika pengikut mereka mengerti
tentang aqidah dan agama dengan benar, dari sini
mereka sangat hati-hati bila ada seseorang yang
mencoba memberi pengertian kepada umat tentang
aqidah atau agama yang benar.

Dari segi aspek agama, pada abad (12 H / 17 M)


keadaan beragama umat Islam sudah sangat jauh
menyimpang dari kemurnian Islam itu sendiri,
terutama dalam aspek aqidah, banyak sekali di sana
sini praktek-praktek syirik atau bidah, para ulama
yang ada bukan berarti tidak mengingkari hal
tersebut, tapi usaha mereka hanya sebatas
lingkungan mereka saja dan tidak berpengaruh
secara luas, atau hilang ditelan oleh arus
gelombang yang begitu kuat dari pihak yang
menentang karena jumlah mereka yang begitu
banyak di samping pengaruh kuat dari tokoh-tokoh
masyarakat yang mendukung praktek-praktek syirik
dan bidah tersebut demi kelanggengan pengaruh
mereka atau karena mencari kepentingan duniawi di
belakang itu, sebagaimana keadaan seperti ini
masih kita saksikan di tengah-tengah sebagian umat
Islam, barangkali negara kita masih dalam proses
ini, di mana aliran-aliran sesat dijadikan segi batu
loncatan untuk mencapai pengaruh politik.

Pada saat itu di Nejd sebagai tempat kelahiran sang


pengibar bendera tauhid Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahab sangat menonjol hal tersebut.
Disebutkan oleh penulis sejarah dan penulis biografi
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab, bahwa di
masa itu pengaruh keagamaan melemah di dalam
tubuh kaum muslimin sehingga tersebarlah berbagai
bentuk maksiat, khurafat, syirik, bidah, dan
sebagainya. Karena ilmu agama mulai minim di
kalangan kebanyakan kaum muslimin, sehingga
praktek-praktek syirik terjadi di sana sini seperti
meminta ke kuburan wali-wali, atau meminta ke
batu-batu dan pepohonan dengan memberikan
sesajian, atau mempercayai dukun, tukang tenung
dan peramal.
Salah satu daerah di Nejd, namanya kampung
Jubailiyah di situ terdapat kuburan sahabat Zaid bin
Khaththab (saudara Umar bin Khaththab) yang
syahid dalam perperangan melawan Musailamah Al
Kadzab, manusia berbondong-bondong ke sana
untuk meminta berkah, untuk meminta berbagai
hajat, begitu pula di kampung Uyainah terdapat pula
sebuah pohon yang diagungkan, para manusia juga
mencari berkah ke situ, termasuk para kaum wanita
yang belum juga mendapatkan pasangan hidup
meminta ke sana.

Adapun daerah Hijaz (Mekkah dan Madinah)


sekalipun tersebarnya ilmu dikarenakan keberadaan
dua kota suci yang selalu dikunjungi oleh para
ulama dan penuntut ilmu. Di sini tersebar kebiasaan
suka bersumpah dengan selain Allah, menembok
serta membangun kubah-kubah di atas kuburan
serta berdoa di sana untuk mendapatkan kebaikan
atau untuk menolak mara bahaya dsb (lihat
pembahasan ini dalam kitab Raudhatul Afkar
karangan Ibnu Qhanim). Begitu pula halnya dengan
negeri-negeri sekitar hijaz, apalagi negeri yang jauh
dari dua kota suci tersebut, ditambah lagi kurangnya
ulama, tentu akan lebih memprihatinkan lagi dari
apa yang terjadi di Jazirah Arab.

Hal ini disebut Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab


dalam kitabnya al-Qawaid Arba: Sesungguhnya
kesyirikan pada zaman kita sekarang melebihi
kesyirikan umat yang lalu, kesyirikan umat yang lalu
hanya pada waktu senang saja, akan tetapi mereka
ikhlas pada saat menghadapi bahaya, sedangkan
kesyirikan pada zaman kita senantiasa pada setiap
waktu, baik di saat aman apalagi saat mendapat
bahaya. Dalilnya firman Allah:

Maka apabila mereka menaiki kapal, mereka


berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan agama
padanya, maka tatkala Allah menyelamatkan
mereka sampai ke daratan, seketika mereka
kembali berbuat syirik. (QS. al-Ankabut: 65)
Dalam ayat ini Allah terangkan bahwa mereka ketika
berada dalam ancaman bencana yaitu tenggelam
dalam lautan, mereka berdoa hanya semata kepada
Allah dan melupakan berhala atau sesembahan
mereka baik dari orang sholeh, batu dan
pepohonan, namun saat mereka telah selamat
sampai di daratan mereka kembali berbuat syirik.
Tetapi pada zaman sekarang orang melakukan syirik
dalam setiap saat.

Dalam keadaan seperti di atas Allah membuka


sebab untuk kembalinya kaum muslimin kepada
Agama yang benar, bersih dari kesyirikan dan
bidah.

Sebagaimana yang telah disebutkan oleh Rasulullah


Shallallahu'alaihi wa sallam dalam sabdanya:

Sesungguhnya Allah mengutus untuk umat ini pada


setiap penghujung seratus tahun orang yang
memperbaharui untuk umat ini agamanya. (HR.
Abu Daud no. 4291, Al Hakim no. 8592)
Pada abad (12 H / 17 M) lahirlah seorang
pembaharu di negeri Nejd, yaitu: Syaikh Muhammad
bin Abdul Wahhab Dari Kabilah Bani Tamim.

Yang pernah mendapat pujian dari Rasulullah


shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda
beliau: Bahwa mereka (yaitu Bani Tamim) adalah
umatku yang terkuat dalam menentang Dajjal. (HR.
Bukhari no. 2405, Muslim no. 2525)

tepatnya tahun 1115 H di Uyainah di salah satu


perkampungan daerah Riyadh. Beliau lahir dalam
lingkungan keluarga ulama, kakek dan bapak beliau
merupakan ulama yang terkemuka di negeri Nejd,
belum berumur sepuluh tahun beliau telah hafal al-
Quran, ia memulai pertualangan ilmunya dari ayah
kandungnya dan pamannya, dengan modal
kecerdasan dan ditopang oleh semangat yang tinggi
beliau berpetualang ke berbagai daerah tetangga
untuk menuntut ilmu seperti daerah Basrah dan
Hijaz, sebagaimana lazimnya kebiasaan para ulama
dahulu yang mana mereka membekali diri mereka
dengan ilmu yang matang sebelum turun ke medan
dakwah.

Hal ini juga disebut oleh Syaikh Muhammad bin


Abdul Wahab dalam kitabnya Ushul Tsalatsah:
Ketahuilah semoga Allah merahmatimu,
sesungguhnya wajib atas kita untuk mengenal
empat masalah; pertama Ilmu yaitu mengenal Allah,
mengenal nabinya, mengenal agama Islam dengan
dalil-dalil. Kemudian beliau sebutkan dalil tentang
pentingnya ilmu sebelum beramal dan berdakwah,
beliau sebutkan ungkapan Imam Bukhari: Bab
berilmu sebelum berbicara dan beramal, dalilnya
firman Allah yang berbunyi:

Ketahuilah sesungguhnya tiada yang berhak


disembah kecuali Allah dan minta ampunlah atas
dosamu. Maka dalam ayat ini Allah memulai
dengan perintah ilmu sebelum berbicara dan
beramal.

Setelah beliau kembali dari pertualangan ilmu,


beliau mulai berdakwah di kampung Huraimilak di
mana ayah kandung beliau menjadi Qadhi (hakim).
Selain berdakwah, beliau tetap menimba ilmu dari
ayah beliau sendiri, setelah ayah beliau meninggal
tahun 1153, beliau semakin gencar mendakwahkan
tauhid, ternyata kondisi dan situasi di Huraimilak
kurang menguntungkan untuk dakwah, selanjut
beliau berpindah ke Uyainah, ternyata penguasa
Uyainah saat itu memberikan dukungan dan
bantuan untuk dakwah yang beliau bawa, namun
akhirnya penguasa Uyainah mendapat tekanan dari
berbagai pihak, akhirnya beliau berpindah lagi dari
Uyainah ke Diriyah, ternyata masyarakat Diriyah
telah banyak mendengar tentang dakwah beliau
melalui murid-murid beliau, termasuk sebagian di
antara murid beliau keluarga penguasa Diriyah,
akhirnya timbul inisiatif dari sebagian dari murid
beliau untuk memberi tahu pemimpin Diriyah
tentang kedatangan beliau, maka dengan rendah
hati Muhammad bin Saud sebagai pemimpin
Diriyah waktu itu mendatangi tempat di mana
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab menumpang,
maka di situ terjalinlah perjanjian yang penuh berkah
bahwa di antara keduanya berjanji akan bekerja
sama dalam menegakkan agama Allah. Dengan
mendengar adanya perjanjian tersebut mulailah
musuh-musuh Aqidah kebakaran jenggot, sehingga
mereka berusaha dengan berbagai dalih untuk
menjatuhkan kekuasaan Muhammad bin Saud, dan
menyiksa orang-orang yang pro terhadap dakwah
tauhid.

Kepada Siapa Dituduhkan Gelar Wahabi Tersebut

Karena hari demi hari dakwah tauhid semakin


tersebar mereka para musuh dakwah tidak mampu
lagi untuk melawan dengan kekuatan, maka mereka
berpindah arah dengan memfitnah dan
menyebarkan isu-isu bohong supaya mendapat
dukungan dari pihak lain untuk menghambat laju
dakwah tauhid tersebut. Diantar fitnah yang tersebar
adalah sebutan wahabi untuk orang yang mengajak
kepada tauhid. Sebagaimana lazimnya setiap
penyeru kepada kebenaran pasti akan menghadapi
berbagai tantangan dan onak duri dalam menelapaki
perjalanan dakwah.

Sebagaimana telah dijelaskan pula oleh Syaikh


Muhammad bin Abdul Wahab dalam kitab beliau
Kasyfus Syubuhaat: Ketahuilah olehmu, bahwa
sesungguhnya di antara hikmah Allah subhaanahu
wa taala, tidak diutus seorang nabi pun dengan
tauhid ini, melainkan Allah menjadikan baginya
musuh-musuh, sebagaimana firman Allah:

Demikianlah Kami jadikan bagi setiap Nabi itu


musuh (yaitu) setan dari jenis manusia dan jin,
sebagian mereka membisikkan kepada bagian yang
lain perkataan indah sebagai tipuan. (QS. al-
An-am: 112)
Bila kita membaca sejarah para nabi tidak seorang
pun di antara mereka yang tidak menghadapi
tantangan dari kaumnya, bahkan di antara mereka
ada yang dibunuh, termasuk Nabi kita shallallahu
alaihi wa sallam diusir dari tanah kelahirannya,
beliau dituduh sebagai orang gila, sebagai tukang
sihir dan penyair, begitu pula para ulama yang
mengajak kepada ajarannya dalam sepanjang
masa. Ada yang dibunuh, dipenjarakan, disiksa, dan
sebagainya. Atau dituduh dengan tuduhan yang
bukan-bukan untuk memojokkan mereka di hadapan
manusia, supaya orang lari dari kebenaran yang
mereka serukan.

Hal ini pula yang dihadapi Syaikh Muhammad bin


Abdul Wahab, sebagaimana yang beliau ungkapkan
dalam lanjutan surat beliau kepada penduduk
Qashim: Kemudian tidak tersembunyi lagi atas
kalian, saya mendengar bahwa surat Sulaiman bin
Suhaim (seorang penentang dakwah tauhid) telah
sampai kepada kalian, lalu sebagian di antara kalian
ada yang percaya terhadap tuduhan-tuduhan
bohong yang ia tulis, yang mana saya sendiri tidak
pernah mengucapkannya, bahkan tidak pernah
terlintas dalam ingatanku, seperti tuduhannya:

* Bahwa saya mengingkari kitab-kitab mazhab yang


empat.
* Bahwa saya mengatakan bahwa manusia
semenjak enam ratus tahun lalu sudah tidak lagi
memiliki ilmu.
* Bahwa saya mengaku sebagai mujtahid.
* Bahwa saya mengatakan bahwa perbedaan
pendapat antara ulama adalah bencana.
* Bahwa saya mengkafirkan orang yang bertawassul
dengan orang-orang saleh (yang masih hidup -ed).
* Bahwa saya pernah berkata; jika saya mampu
saya akan runtuhkan kubah yang ada di atas
kuburan Rasululllah shallallahu alaihi wa sallam.
* Bahwa saya pernah berkata, jika saya mampu
saya akan ganti pancuran kabah dengan pancuran
kayu.
* Bahwa saya mengharamkan ziarah kubur.
* Bahwa saya mengkafirkan orang bersumpah
dengan selain Allah.
* Jawaban saya untuk tuduhan-tuduhan ini adalah:
sesungguhnya ini semua adalah suatu kebohongan
yang nyata. Lalu beliau tutup dengan firman Allah:

Wahai orang-orang yang beriman jika orang


fasik datang kepada kamu membawa sebuah
berita maka telitilah, agar kalian tidak mencela
suatu kaum dengan kebodohan. (QS. al-
Hujuraat: 6) (baca jawaban untuk berbagai tuduhan
di atas dalam kitab-kitab berikut, 1. Masud an-
Nadawy, Muhammad bin Abdul Wahab Muslih
Mazlum, 2. Abdul Aziz Abdul Lathif, Daawy
Munaawi-iin li Dakwah Muhammad bin Abdil Wahab,
3. Sholeh Fauzan, Min Alaam Al Mujaddidiin, dan
kitab lainnya)

Pokok-Pokok Landasan Dakwah yang Dicap


Sebagai Wahabi

Pokok landasan dakwah yang utama sekali beliau


tegakkan adalah pemurnian ajaran tauhid dari
berbagai campuran syirik dan bidah, terutama
dalam mengkultuskan para wali, dan kuburan
mereka, hal ini akan nampak jelas bagi orang yang
membaca kitab-kitab beliau, begitu pula surat-surat
beliau (lihat kumpulan surat-surat pribadi beliau
dalam kita Majmu Muallafaat Syeikh Muhammad bin
Abdul Wahab, jilid 3).

Dalam sebuah surat beliau kepada penduduk


Qashim, beliau paparkan aqidah beliau dengan jelas
dan gamblang, ringkasannya sebagaimana berikut:
Saya bersaksi kepada Allah dan kepada para
malaikat yang hadir di sampingku serta kepada
anda semua:
* Saya bersaksi bahwa saya berkeyakinan sesuai
dengan keyakinan golongan yang selamat yaitu
Ahlus Sunnah wal Jamaah, dari beriman kepada
Allah dan kepada para malaikat-Nya, kitab-kitab-
Nya, para rasul-Nya, kepada hari berbangkit setelah
mati, kepada takdir baik dan buruk.

* Termasuk dalam beriman kepada Allah adalah


beriman dengan sifat-sifat-Nya yang terdapat dalam
kitab-Nya dan sunnah rasul-Nya tanpa tahriif
(mengubah pengertiannya) dan tidak pula tatiil
(mengingkarinya). Saya berkeyakinan bahwa tiada
satupun yang menyerupai-Nya. Dan Allah itu Maha
Mendengar lagi Maha Melihat. (Dari ungkapan
beliau ini terbantah tuduhan bohong bahwa beliau
orang yang menyerupakan Allah dengan makhluk
(Musabbihah atau Mujassimah))

* Saya berkeyakinan bahwa al-Quran itu adalah


kalamullah yang diturunkan, ia bukan makhluk,
datang dari Allah dan akan kembali kepada-Nya.

* Saya beriman bahwa Allah itu berbuat terhadap


segala apa yang dikehendaki-Nya, tidak satupun
yang terjadi kecuali atas kehendak-Nya, tiada
satupun yang keluar dari kehendak-Nya.
* Saya beriman dengan segala perkara yang
diberitakan oleh Nabi shallallahu alaihi wa sallam
tentang apa yang akan terjadi setelah mati, saya
beriman dengan azab dan nikmat kubur, tentang
akan dipertemukannya kembali antara ruh dan
jasad, kemudian manusia dibangkit menghadap
Sang Pencipta sekalian alam, dalam keadaan tanpa
sandal dan pakaian, serta dalam keadaan tidak
bekhitan, matahari sangat dekat dengan mereka,
lalu amalan manusia akan ditimbang, serta catatan
amalan mereka akan diberikan kepada masing-
masing mereka, sebagian mengambilnya dengan
tangan kanan dan sebagian yang lain dengan
tangan kiri.

* Saya beriman dengan telaga Nabi kita Muhammad


shallallahu alaihi wa sallam.

* Saya beriman dengan shirat (jembatan) yang


terbentang di atas neraka Jahanam, manusia
melewatinya sesuai dengan amalan mereka masing-
masing.

* Saya beriman dengan syafaat Nabi kita


Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, bahwa Dia
adalah orang pertama sekali memberi syafaat,
orang yang mengingkari syafaat adalah termasuk
pelaku bidah dan sesat. (Dari ungkapan beliau ini
terbantah tuduhan bohong bahwa beliau orang yang
mengingkari syafaat Nabi shallallahu alaihi wa
sallam)

* Saya beriman dengan surga dan neraka, dan


keduanya telah ada sekarang, serta keduanya tidak
akan sirna.

* Saya beriman bahwa orang mukmin akan melihat


Allah dalam surga kelak.

* Saya beriman bahwa Nabi kita Muhammad


shallallahu alaihi wa sallam adalah penutup segala
nabi dan rasul, tidak sah iman seseorang sampai ia
beriman dengan kenabiannya dan kerasulannya.
(Dari ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong
bahwa beliau orang yang mengaku sebagai nabi
atau tidak memuliakan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam. bahkan beliau mengarang sebuah kitab
tentang sejarah Nabi shallallahu alaihi wa sallam
dengan judul Mukhtashar sirah Ar Rasul, bukankah
ini suatu bukti tentang kecintaan beliau kepada
Rasul shallallahu alaihi wa sallam.)

* Saya mencintai para sahabat Rasul shallallahu


alaihi wa sallam, begitu pula para keluarga beliau,
saya memuji mereka, dan mendoakan semoga Allah
meridhai mereka, saya menutup mulut dari
membicarakan kejelekan dan perselisihan yang
terjadi antara mereka.

* Saya mengakui karamah para wali Allah, tetapi


apa yang menjadi hak Allah tidak boleh diberikan
kepada mereka, tidak boleh meminta kepada
mereka sesuatu yang tidak mampu melakukannya
kecuali Allah. (Dari ungkapan beliau ini terbantah
tuduhan bohong bahwa beliau orang yang
mengingkari karamah atau tidak menghormati para
wali)

* Saya tidak mengkafirkan seorang pun dari


kalangan muslim yang melakukan dosa, dan tidak
pula menguarkan mereka dari lingkaran Islam. (dari
ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong
bahwa beliau mengkafirkan kaum muslimin, atau
berfaham khawarij, baca juga Manhaj syeikh
Muhammad bin Abdul Wahab fi masalah at takfiir,
karangan Ahmad Ar Rudhaiman)

* Saya berpandangan tentang wajibnya taat kepada


para pemimpin kaum muslimin, baik yang berlaku
adil maupun yang berbuat zalim, selama mereka
tidak menyuruh kepada perbuatan maksiat. (dari
ungkapan beliau ini terbantah tuduhan bohong
bahwa beliau orang yang menganut
faham khawarij (teroris))
* Saya berpandangan tentang wajibnya menjauhi
para pelaku bidah, sampai ia bertaubat kepada
Allah, saya menilai mereka secara lahir, adapun
amalan hati mereka saya serahkan kepada Allah.

* Saya berkeyakinan bahwa iman itu terdiri dari


perkataan dengan lidah, perbuatan dengan anggota
tubuh dan pengakuan dengan hati, ia bertambah
dengan ketaatan dan berkurang dengan
kemaksiatan.

Bukti Kebohongan Tuduhan Wahabi Tehadap


Dakwah Ahlussunnah Wal Jamaah

Dengan membandingkan antara tuduhan-tuduhan


sebelumnya dengan aqidah Syaikh Muhammad bin
Abdul Wahhab yang kita sebutkan di atas, tentu
dengan sendirinya kita akan mengetahui
kebohongan tuduhan-tuduhan tersebut.

Tuduhan-tuduhan bohong tersebut disebar luaskan


oleh musuh dakwah Ahluss sunnah ke berbagai
negeri Islam, sampai pada masa sekarang ini, masih
banyak orang tertipu dengan kebohongan tersebut.
sekalipun telah terbukti kebohongannya, bahkan
seluruh karangan Syaikh Muhammad bin Abdul
Wahhab membantah tuduhan tersebut.
Kita ambil contoh kecil saja dalam kitab beliau
Ushul Tsalatsah kitab yang kecil sekali, tapi penuh
dengan mutiara ilmu, beliau mulai dengan
menyebutkan perkataan Imam Syafii, kemudian di
pertengahannya beliau sebutkan perkataan Ibnu
Katsir yang bermazhab syafii jika beliau tidak
mencintai para imam mazhab yang empat atau
hanya berpegang dengan mazhab Hambali
saja, mana mungkin beliau akan menyebutkan
perkataan mereka tersebut.

Bahkan beliau dalam salah satu surat beliau kepada


salah seorang kepala suku di daerah Syam berkata:
Saya katakan kepada orang yang menentangku,
sesungguhnya yang wajib atas manusia adalah
mengikuti apa yang diwasiatkan oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam, maka bacalah buku-
buku yang terdapat pada kalian, jangan kalian ambil
dari ucapanku sedikitpun, tetapi apabila kalian telah
mengetahui perkataan Rasul shallallahu alaihi wa
sallam yang terdapat dalam kitab kalian tersebut
maka ikutilah, sekalipun kebanyakan manusia
menentangnya. (lihat kumpulan surat-surat pribadi
beliau dalam kitab Majmu Muallafaat Syaikh
Muhammad bin Abdul Wahab, jilid 3)
Dalam ungkapan beliau di atas jelas sekali bahwa
beliau tidak mengajak manusia kepada pendapat
beliau, tetapi mengajak untuk mengikuti ajaran
Rasul shallallahu alaihi wa sallam.

Para ulama dari berbagai negeri Islam pun


membantah tuduhan-tuduhan bohong tersebut
setelah mereka melihat secara nyata dakwah yang
beliau tegakkan, seperti dari daerah Yaman Imam
Asy Syaukani dan Imam As Shanany, dari India
Syekh Masud An-Nadawy, dari Irak Syaikh
Muahmmad Syukri Al Alusy.

Syaikh Muhammad Syukri Al Alusy berkata setelah


beliau menyebutkan berbagai tuduhan bohong yang
disebar oleh musuh-musuh terhadap dakwah tauhid
dan pengikutnya: Seluruh tuduhan tersebut
adalah kebohongan, fitnah dan dusta semata dari
musuh-musuh mereka, dari golongan pelaku bidah
dan kesesatan, bahkan kenyataannya seluruh
perkataan dan perbuatan serta buku-buku mereka
menyanggah tuduhan itu semua. (al Alusy, Tarikh
Nejd, hal: 40)

Begitu pula Syaikh Masud An-Nadawy dari India


berkata: Sesungguhnya kebohongan yang amat
nyata yang dituduhkan terhadap dakwah Syaikh
Muhammad bin Abdu Wahhab adalah penamaannya
dengan wahabi, tetapi orang-orang yang rakus
berusaha mempolitisir nama tersebut sebagai
agama di luar Islam, lalu Inggris dan turki serta
Mesir bersatu untuk menjadikannya sebagai
lambang yang menakutkan, yang mana setiap
muncul kebangkitan Islam di berbagai negeri, lalu
orang-orang Eropa melihat akan membahayakan
mereka, mereka lalu menghubungkannya dengan
wahabi, sekalipun keduanya saling bertentangan.
(Muhammad bin Abdul Wahab Mushlih Mazhluum,
hal: 165)

Begitu pula Raja Abdul Aziz dalam sebuah pidato


yang beliau sampaikan di kota Makkah di hadapan
jamaah haji tgl 11 Mei 1929 M dengan judul Inilah
Aqidah Kami: Mereka menamakan kami sebagai
orang-orang wahabi, mereka menamakan mazhab
kami wahabi, dengan anggapan sebagai mazhab
khusus, ini adalah kesalahan yang amat keji,
muncul dari isu-isu bohong yang disebarkan oleh
orang-orang yang mempunyai tujuan tertentu,
dan kami bukanlah pengikut mazhab dan aqidah
baru, Muhammad bin Abdul Wahab tidak membawa
sesuatu yang baru, aqidah kami adalah aqidah
salafus sholeh, yaitu yang terdapat dalam kitab Allah
dan Sunnah Rasul-Nya, serta apa yang menjadi
pegangan salafus sholeh. Kami memuliakan imam-
imam yang empat, kami tidak membeda-bedakan
antara imam-imam; Malik, Syafii , Ahmad dan Abu
Hanifah, seluruh mereka adalah orang-orang yang
dihormati dalam pandangan kami, sekalipun kami
dalam masalah fikih berpegang dengan mazhab
hambaly. (al Wajiz fi Sirah Malik Abdul Aziz, hal:
216)

Dari sini terbukti lagi kebohongan dan propaganda


yang dibuat oleh musuh Islam dan musuh dakwah
Ahlussunnah bahwa teroris diciptakan oleh wahabi.
Karena seluruh buku-buku aqidah yang menjadi
pegangan di kampus-kampus tidak pernah luput dari
membongkar kesesatan teroris (Khawarij dan
Mutazilah). Begitu pula tuduhan bahwa Mereka
tidak menghormati para wali Allah atau dianggap
membikin mazhab yang kelima. Pada
kenyataannya semua buku-buku yang dipelajari
dalam seluruh jenjang pendidikan adalah buku-buku
para wali Allah dari berbagai mazhab. Pembicara
sebutkan di sini buku-buku yang menjadi panduan di
Universitas Islam Madinah.

* Untuk mata kuliah Aqidah: kitab Syarah Aqidah


Thawiyah karangan Ibnu Abdil iz Al Hanafi, Fathul
Majiid karangan Abdurahman bin Hasan Al
hambaly. Ditambah sebagai penunjang, Al Ibaanah
karangan Imam Abu Hasan Al Asyari, Al Hujjah
karangan Al Ashfahany Asy Syafii, Asy Syariah
karangan Al Ajurry, Kitab At Tauhid karangan Ibnu
Khuzaimah, Kitab At Tauhid karangan Ibnu
Mandah, dll.

* Untuk mata kuliyah Tafsir: Tafsir Ibnu Katsir Asy


Syafii, Tafsir Asy Syaukany. Ditambah sebagai
penunjang: Tafsir At Thobary, Tafsir Al Qurtuby Al
Maliky, Tafsir Al Baghawy As Syafii, dan lainnya.

* Untuk mata kuliyah Hadits: Kutub As Sittah beserta


Syarahnya seperti: Fathul Bary karangan Ibnu
Hajar Asy Syafii, Syarah Shahih Muslim karangan
Imam An Nawawy Asy Syafii, dll.

* Untuk mata kuliyah fikih: Bidayatul Mujtahid


karangan Ibnu Rusy Al maliky, Subulus Salam
karangan Ash Shanany. Ditambah sebagai
penunjang: al Majmu karangan Imam An Nawawy
Asy Syafii, kitab Al Mughny karangan Ibnu
Qudamah Al Hambali, dll.

Kalau ingin untuk melihat lebih dekat lagi tentang


kitab-kitab yang menjadi panduan mahasiswa di
Arab Saudi silakan berkunjung ke perpustakaan
Universitas Islam Madinah atau perpustakaan
mesjid Nabawi, di sana akan terbukti segala
kebohongan dan propaganda yang dibikin oleh
musuh Islam dan kelompok yang berseberangan
dengan paham Ahlussunnah wal Jamaah seperti
tuduhan teroris dan wahabi.

Selanjutnya kami mengajak para hadirin semua


apabila mendengar tuduhan jelek tentang dakwah
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab, atau
membaca buku yang menyebarkan tuduhan jelek
tersebut, maka sebaiknya ia meneliti langsung dari
buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul Wahab
atau buku-buku ulama yang seaqidah dengannya,
supaya ia mengetahui tentang kebohongan
tuduhan-tuduhan tersebut, sebagaimana perintah
Allah kepada kita:

Wahai orang-orang yang beriman, bila seorang


fasik datang kepadamu membawa sebuah berita
maka telitilah, agar kamu tidak mencela suatu
kaum dengan kebodohan, sehingga kamu
menjadi menyesal terhadap apa yang kamu
lakukan.

Karena buku-buku Syaikh Muhammad bin Abdul


Wahhab bisa didapatkan dengan sangat mudah
terlebih-lebih pada musim haji dibagikan secara
gratis, di situ akan terbukti bahwa beliau tidak
mengajak kepada mazhab baru atau kepercayaan
baru yang menyimpang dari pemahaman Ahlus
Sunnah wal Jamaah, namun semata-mata ia
mengajak untuk beramal sesuai dengan kitab
Allah dan sunnah Rasul-Nya, sesuai dengan
mazhab Ahlus Sunnah wal Jamaah, meneladani
Rasulullah dan para sahabatnya serta generasi
terkemuka umat ini, serta menjauhi segala bentuk
bidah dan khurafat.

Ringkasan Dan Penutup

Ringkasan:

* Seorang dai hendaklah membekali dirinya dengan


ilmu yang cukup sebelum terjun ke medan dakwah.

* Seorang dai hendaklah memulai dakwah dari


tauhid, bukan kepada politik, selama umat tidak
beraqidah benar selama itu pula politik tidak akan
stabil.

* Seorang dai hendaklah sabar dalam menghadapi


berbagai rintangan dan tantang dalam menegakkan
dakwah.
* Seorang dai yang ikhlas dalam dakwahnya harus
yakin dengan pertolongan Allah, bahwa Allah pasti
akan menolong orang yang menolong agama-Nya.

* Tuduhan wahabi adalah tuduhan yang datang dari


musuh dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah, dengan
tujuan untuk menghalangi orang dari mengikuti
dakwah Ahlus Sunnah wal Jamaah.

* Muhammad bin Abdul Wahhab bukanlah sebagai


pembawa aliran baru atau ajaran baru, tetapi
seorang yang berpegang teguh dengan aqidah
Ahlus Sunnah wal Jamaah.

* Perlunya ketelitian dalam membaca atau


mendengar sebuah isu atau tuduhan jelek terhadap
seseorang atau suatu kelompok, terutama merujuk
pemikiran seseorang tersebut melalui tulisan atau
karangannya sendiri untuk pembuktian berbagai
tuduhan dan isu yang tersebar tersebut.

Penutup

Sebagai penutup kami mohon maaf atas segala


kekurangan dan kekeliruan dalam penyampaian
materi ini, semua itu adalah karena keterbatasan
ilmu yang kami miliki, semoga apa yang kami
sampaikan ini bermanfaat bagi kami sendiri dan bagi
hadirin semua, semoga Allah memperlihatkan
kepada kita yang benar itu adalah benar, kemudian
menuntun kita untuk mengikuti kebenaran itu, dan
memperlihatkan kepada kita yang salah itu adalah
salah, dan menjauhkan kita dari mengikuti yang
salah itu.

*) Penulis adalah Rektor Sekolah Tinggi Dirasat


Islamiyah Imam Syafii, Jember, Jawa Timur

***

Disampaikan dalam tabligh Akbar 21 Juli 2005 di


kota Jeddah, Saudi Arabia
Oleh: Ustadz DR. Ali Musri SP *
Artikel www.muslim.or.id

19 Perkara yang Merusak Amal


1. Kufur, Syirik, Murtad, dan Nifaq.
Wahai orang Muslim, wahai hamba Allah!
Ketahuilah, siapa yang mati dalam keadaan kafir
atau musyrik atau murtad, maka segala amal yang
baik tidak ada manfaatnya untuk mendekatkan diri
kepada Allah, seperti shadaqah, silaturrahim,
berbuat baik kepada tetangga dan lain-lainnya.
Sebab di antara syarat taqarrubadalah mengetahui
siapa yang didekati. Sementara itu orang kafir tidak
begitu. Maka secara spontan amalnya menjadi
rusak dan sia-sia.

Allah berfirman: "Barangsiapa yang murtad diantara


kamu dari agamanya, maka mereka itulah yang sia-
sia amalannya di dunia dan di akhirat, dan mereka
itulah penghuni neraka, mereka kekal di
dalamnya" [Al-Baqarah: 217].
"Barang siapa yang kafir sesudah beriman (tidak
menerima hukum-hukum Islam), maka hapuslah
amalannya dan ia pada akhirat termasuk orang-
orang yang merugi." [Al-Maidah: 5].

"Dan sesunggunya telah diwahyukan kepadamu


dan kepada (nabi-nabi) yang sebelummu: Jika
kamu mempersekutukan (Allah), niscaya akan
hapuslah amalmu dan tentulah kamu termasuk
orang-orang yang merugi." [Az-Zumar: 65].

Allah juga berfirman, mengabarkan tentang keadaan


semua rasul: "Seandainya mereka
mempersekutukan Allah, niscaya leyaplah dari
mereka amalan yang telah mereka kerjakan." [Al-
Anam: 88].

Dan juga sabda Rasulullah shallallahualaihi wa


sallam: "Apabila orang-orang mengumpulan orang-
orang yang terdahulu dan orang-orang yang
kemudian untuk satu hari dan tiada keraguan di
dalamnya, maka ada penyeru yang berseru:
Barangsiapa telah menyekutukan seseorang dalam
suatu amalan yang mestinya dikerjakan karena
Allah, lalu dia minta pahala di sisi-Nya, maka
sesungguhnya Allah adalah yang paling tidak
membutuhkan untuk dipersekutukan." [HR. At-
Tirmidzi 3154, Ibnu Majah 4203, Ahmad 4/215,
Ibnu Hibban 7301, hasan].

2. Riya.
Celaan terhadap riya telah disebutkan dalam Al-
Quran dan Sunnah. Firman Allah: "... seperti orang
yang menafkahkan hartanya karena riya kepada
manusia dan dia tidak beriman kepada Allah dan
hari kemudian. Maka perumpamaan orang itu
seperti batu yang licin dan diatasnya ada tanah,
kemudian batu itu mejadilah bersih (tidak bertanah).
Mereka itu tidak menguasai sesuatu sesuatu
apapun dari apa yang mereka usahakan, dan Allah
tidak memberi petunjuk kepada orang-orang
kafir." [ Al-Baqarah: 264].

Rasullullah shallallahualaihi wa sallam


bersabda: "Sesungguhnya yang aku paling takutkan
atas kamu sekalian ialah syirik kecil, yaitu riya.
Allah berfirman pada hari kiamat, tatkala
memberikan balasan terhadap amal-amal manusia,
Pergilah kepada orang-orang yang dulu kamu
berbuat riya di dunia, lalu lihatlah apakah kamu
mendapatkan balasan bagi mereka?" [HR. Ahmad
5/428, 429, shahih].

Maka dari itu jauhilah riya, karena ia merupakan


bencana amat jahat, yang bisa menggugurkan amal
dan menjadikannya sia-sia. Ketahuilah, bahwa
orang-orang yang riya adalah pertama kali menjadi
santapan neraka, karena mereka telah menikmati
hasil perbuatannya di dunia, sehingga tidak ada
yang menyisa di akhirat.

Ya Allah, sucikanlah hati kami dari nifaq dan amal


kami yang riya teguhkanlah kami pada jalan-Mu
yang lurus, agar datang keyakinan kepada kami.

3. Menyebut-Nyebut Shadaqah dan Menyakiti


Orang Yang Diberi.
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman
jangalah kamu menghilangkan (pahala)
shadaqahmu dengan menyebut-nyebutnya dan
menyakiti (perasaan si penerima)." [Al-Baqarah:
264].

Ketahuilah wahai hamba Allah! Jika engkau


menshadaqahkan harta karena mengharap balasa
dari orang yang engkau beri, maka engkau tidak
adakn mendapatkan keridhaan Allah. Begitu pula
jika engkau menshadaqahkannya karena terpaksa
dan menyebut-nyebut pemberianmu kepada orang
lain.

Rasulullah shallallahualaihi wa sallam


bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah
yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang
yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut
shadaqah dan mendustakan takdir." [HR. Ibnu Abi
Ashim 323, Ath-Thabrany 7547, hasan].

Abu Bakar Al-Warraq berkata, "Kebaikan yang


paling baik, pada setiap waktu adalah perbuatan
yang tidak dilanjuti dengan menyebut-nyebutnya."

Allah berfirman: "Perkataan baik dan pemberian


maaf lebih baik dari shadaqah yang diringi dengan
sesuatu yang menyakitkan (perasaan si penerima).
Allah Maha Kaya lagi Maha Penyantun." [Al-
Baqarah: 263].

4. Mendustakan Takdir.
Ketahuilah wahai orang Mukmin, iman seorang
hamba tidak dianggap sah kecuali dia beriman
kepada takdir Allah, baik maupun buruk. Dia juga
harus tahu bahwa bencana yang menimpanya
bukan unutk menyalahkannya, dan apa yang
membuatnya salah bukan untuk menimpakan
bencana kepadanya. Semua ketentuan sudah
ditetapkan dan ditulis di Mushhaf yang hanya
dikethaui Allah semata, sebelum suatu peristiwa
benar-benar terjadi dan sebelum Dia menciptakan
alam.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah
yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang
yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut
shadaqah dan mendustakan takdir."

Dan sabda beliau yang lain: "Andaikata Allah


mengadzab semua penghuni langit dan bumi-Nya,
maka Dia tidak zhalim terhadap mereka. Dan,
andaikata Allah merahmati mereka, maka rahmat-
Nya itu lebih baik bagi mereka dari amal-amal
mereka. Andaikata engkau membelanjakan emas
seperti gunung Uhud di jalan Allah, maka Allah tidak
akan menerima amalmu sehingga engkau beriman
kepada takdir, dan engkau tahu bahwa bencana
yang menimpamu, dan apa yang membuatmu salah
bukan untuk menimpakan bencana kepadamu.
Andaikata engkau mati tidak seperti ini, maka
engkau akan masuk neraka." [HR. Abu Daud 4699,
Ibnu Majah 77, Ahmad 5/183, 185, 189, shahih].

5. Meninggalkan Shalat Ashar.


Allah memperingatkan manusia agar tidak
meninggalkan shalatul-wustha (shalat ashar) karena
dilalaikan harta, keluarga atau keduniaan. Allah
mengkhususkan bagi pelakunya dengan ancaman
keras, khususnya shalat ashar. Firman-Nya: "Maka
kecelakaanlah bagi orang-orang yang shalat, (yaitu)
orang yang lalai dari shalatnya." [Al-Maun: 4-5].

Rasulullah shallallahualaihi wa sallam


bersabda: "Orang tidak mengerjakan shalat ashar,
seakan-akan dia ditinggalkan sendirian oleh
keluarga dan hartanya." [HR. Al-Bukhari 2/30,
Muslim 626]

Dari Abu Al-Malih, atau Amir bin Usamah bin Umair


Al-Hadzaly, dia berkata, "Kami bersama Buraidah
dalam suatu perperangan pada suatu hari yang
mendung. Lalu ia berkata, Segeralah melaksanakan
shalat ashar, karena Nabi shallallahualaihi wa
sallam pernah berkata: "Barangsiapa meninggalkan
shalat ashar, maka amalnya telah lenyap." [HR. Al-
Bukhari 2/31, 66].

6. Bersumpah Bahwa Allah Tidak Mengampuni


Seseorang
Dari Jundab ra sesungguhnya Rasulullah
shallallahualaihi wa sallam mengisahkan tentang
seorang laki-laki yang berkata, "Demi Allah, Allah
tidak akan mengampuni Fulan. Padahal Allah telah
berfirman, Siapa yang bersumpah kepada-Ku,
bahwa aku tidak mengampuni Fulan, maka aku
mengampuni Fulan itu dan menyia-nyiakan amalnya
(orang yang bersumpah)." [HR. Muslim 16/174].
Ketahuilah, bahwa memutuskan manusia dari
rahmat Allah merupakan sebab bertambahnya
kedurhakaan orang yang durhaka. Karena dia
merasa yakin, pintu rahmat Ilahi sudah ditutup di
hadapannya, sehingga dia semakin menyimpang
jauh dan durhaka, hanya karena dia hendak
memuaskan nafsunya. Allah akan mengadzabnya
dengan adzab yang tidak diberikan kepada orang
lain.

Bukanlah sudah selayaknya jika Allah menghapus


pahala amal orang yang menutup pintu kebaikan
dan membuka pintu keburukan, sebagai balasan
yang setimpal baginya?

7. Mempersulit Rasulullah, dengan Perkataan


maupun Perbuatan.
Allah berfirman: "Hai orang-orang yang beriman,
janganlah kamu meninggikan suaramu lebih dari
suara Nabi, dan janganlah kamu berkata kepadanya
dengan suara keras sebagaimana kerasnya (suara)
sebagian kamu terhadap sebagian yang lainm
supaya tidak menghapus (pahala) amalanmu,
sedang kamu tidak menyadarinya." [Al-Hujurat: 2].

Dari Anas bin Malik radhayallahuanhu, tatkala ayat


ini turun maka Tsabit bin Qais di rumahnya, seraya
berkata, "Pahala amalku telah terhapus, dan aku
termasuk penghuni neraka." Dia juga menghidari
Nabi shallallahualaihi wa sallam. Lalu beliau
bertanya kepada Sad bin Muadz, "Wahai Abu Amr,
mengapa Tsabit mengeluh?"
Sad menjawab, "Dia sedang menyendiri dan saya
tidak tahu kalau dia sedang mengeluh."
Lalu Sad mendatangi Tsabit dan mengabarkan apa
yang dikatakan Rasulullah. Maka Tsabit berkata,
"Ayat ini telah turun, sedang engkau sekalian tahu
bahwa aku adalah orang yang paling keras
suaranya di hadapan Rasulullah. Berarti aku
termasuk penghuni neraka."
Sad menyampaikan hal ini kepada beliau, lalu
beliau berkata, "Bahwa dia termasuk penghuni
surga." [HR. Al-Bukhari 6/260, Muslim 2/133-134].

Dengan hadits ini jelaslah bahwa mengeraskan


suara yang dapat menghapus pahala amal adalah
suara yang menggangu Rasulullah shallallahualaihi
wa sallam, menentang perintah beliau, tidak taat
dan tidak mengikuti beliau, baik perkataan maupun
perbuatan.

Allah taala berfirman: "Hai orang-orang yang


beriman taatlah kepada Allah dan Rasul dan
janganlah kamu merusakkan (pahala) amal-
amalmu." [Muhammad: 33].
8. Melakukan Bidah Dalam Agama.
Melakukan bidah akan mengugurkan amal dan
menghapus pahala. Dalam hal ini Rasulullah
shallallahualaihi wa sallam bersabda: "Barangsiapa
yang menciptakan sesuatu yang baru dalam agama
kami ini yang tidak termasuk bagian darinya, maka
ia tertolak."

Dalam riwayat lain disebutkan: "Barangsiapa yang


melakukan suatu amalan yang tidak termasuk
agama kami, maka ia tertolak." [HR. Al-Bukhari
5/301, Muslim 12/16].

9. Melanggar Hal-Hal Yang Diharamkan Allah


Secara Sembunyi-Sembunyi.
Dari Tsauban radhiyallahuanhu, dari Nabi
shallallahualaihi wa sallam, beliau
bersabda: "Benar-benar akan kuberitahukan tentang
orang-orang dari umatku yang datang pada hari
kiamat dengan membawa beberapa kebaikan
seperti gunung Tihamah yang berwarna putih, lalu
Allah menjadikan kebaikan-kebaikan itu sebagai
debu yang berhamburan". Tsauban berkata, "Wahai
Rasulullah, sebutkan sifat-sifat mereka kepada kami
dan jelaskan kepada kami, agar kami tidak termasuk
diantara mereka, sedang kami tidak
mengetahuinya". Beliau bersabda: "Sesungguhnya
mereka itu juga saudara dan dari jenismu. Mereka
shalat malam seperti yang kamu kerjakan. Hanya
saja mereka adalah orang-orang yang apabila
berada sendirian dengan hal-hal yang diharamkan
Allah maka, mereka melanggarnya." [HR. Ibnu
Majah 4245, shahih].

10. Merasa Gembira Jika Ada Orang Mukmin


Terbunuh.
Darah orang Muslim itu dilindungi. Maka seseorang
tidak boleh menumpahkan darahnya menurut hak
Islam.

Rasulullah shallallahualaihi wa sallam


bersabda: "Barangsiapa membunuh seorang
Mukmin lalu ia merasa senag terhadap
pembunuhannya itu, maka Allah tidak akan
menerima ibadah yang wajib dan yang sunat
darinya." [HR. Abu Daud 4270, shahih].

11. Menetap Bersama Orang-Orang Musyrik Di


Wilayah Perperangan.
Dari Bahz bin Hakim, dari ayahnya, dari kakeknya,
dia berkata: "Aku berkata, wahai Nabi Allah, aku
tidak pernah mendatangimu sehingga aku menjalin
persahabatan lebih banyak dari jumlah jari-jari
tangan? Apakah sekarang aku tidak boleh
mendatangimu dan mendatangi agamamu?
Sesungguhnya aku dulu adalah orang yang tidak
pernah melalaikan sesuatu pun kecuali apa yang
diajarkan Allah dan Rasul-Nya kepadaku, dan
sesungguhnya aku ingin bertanya atas ridha Allah,
dengan apa Rabb-mu mengutusmu kepada kami?"
Beliau menjawab, "Dengan Islam."
"Apakah tanda-tanda Islam itu?", Dia bertanya.
Beliau menjawab, "Hendaklah engkau
mengucapkan: Aku berserah diri kepada Allah,
hendaklah engkau bergantung kepada-Nya,
mendirikan shalat dan mengeluarkan zakat. Setiap
orang Muslim atas orang Muslim lainnya adalah
haram (menyakiti), keduanya adalah saudara dan
saling menolong. Allah tidak akan menerima suatu
amalan dari orang Muslim setelah dia masuk Islam,
sehingga dia meninggalkan orang-orang kafir untuk
bergabung dengan orang-orang Muslim." [HR. An-
Nasai 5/82-83, Ibnu Majah 2536, Ahmad 5/4-5,
hasan].

12. Mendatangi Dukun dan Peramal.


Beliau shallallahualaihi wa sallam mengancam
orang-orang yang mendatangi dukun dan
sejenisnya, lalu meminta sesuatu kepadanya,
bahwa shalatnya tidak akan diterima selama empat
puluh hari. Beliau bersabda: "Barangsiapa
mendatangi peramal lalu bertanya tentang sesuatu
kepadanya, maka shalatnya tidak akan diterima
selama empat puluh hari." [HR. Muslim 14/227].

Ancaman ini diperuntukkan bagi orang yang


mendatangi dukun dan menanyakan sesuatu
kepadanya. Sedangkan orang yang
membenarkannya, maka dia dianggap sebagai
orang yang mengingkari apa yang diturunkan
kepada Rasulullah shallallahualaihi wa sallam.
Beliau bersabda: "Barangsiapa mendatangi peramal
atau dukun lalu membenarkan apa yang
dikatakannya, maka ia telah kufur terhadap apa
yang diturunkan kepada
Muhammad shallallahualaihi wa sallam." [HR.
Muslim 135, Abu Daud 3904, Ahmad 2/408-476].

13. Durhaka Kepada Kedua Orang Tua.


Allah telah memerintahkan agar berbuat baik
kepada ibu bapak dan berbakti kepada keduanya.
Dia memperingatkan, mendurhakai keduanya dan
mengingkari kelebihan keduanya dalam pendidikan
merupakan dosa besar dan melenyapkan pahala
amal. Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Tiga orang, Allah tidak menerima ibadah
yang wajib dan yang sunat dari mereka, yaitu orang
yang durhaka kepada orang tua, menyebut-nyebut
shadaqah dan mendustakan takdir."
14. Meminum Khamr.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa meminum khamr, maka
shalatnya tidak diterima selama empat puluh pagi
(hari). Jika dia bertaubat, maka Allah
mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka
shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh
pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah
mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka
shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh
pagi (hari). Jika dia bertaubat, maka Allah
mengampuninya. Jika dia mengulanginya lagi, maka
shalatnya tidak diterima (lagi) selama empat puluh
pagi (hari). Dan, jika mengulanginya keempat
kalinya, maka shalatnya tidak diterima (lagi) selama
empat puluh pagi (hari). Jika dia bertaubat maka
Allah tidak mengampuninya dan Dia mengguyurnya
dengan air sungai al-khabal." Ada yang bertanya,
"Wahai Abu Abdurrahman (Nabi), apakah sungai al-
khabal itu?" Beliau menjawab, "Air sungai dari
nanah para penghuni neraka." [HR. At-Tirmidzi
1862, shahih].

15. Perkataan Dusta dan Palsu.


Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa tidak meninggalkan
perkataan palsu dan pelaksaannya, maka Allah
tidak mempunyai kebutuhan untuk meninggalkan
makanan dan minumannya."[HR. Al-Bukhari 4/16,
10/473].

Di dalam hadits ini terkandung dalil perkataan palsu


dan pengamalannya dapat meleyapkan pahala
puasa.

16. Memelihara Anjing, Kecuali Anjing Pelacak,


Penunggu Tanaman atau Berburu.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Barangsiapa memelihara seekor anjing,
maka pahala amalnya dikurangi setiap hari satu
qirath (dalam riwayat lain: dua qirath) kecuali anjing
untuk menjaga tanaman atau pun anjing
pelacak." [HR. Al-Bukhari 6/360, Muslim 10, 240].

17. Wanita Yang Nusyuz, Hingga Kembali


Menaati Suaminya.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Dua orang yang shalatnya tidak melebihi
kepalanya, yaitu hamba sahaya yang lari dari
tuannya hingga kembali lagi kepadanya dan wanita
yang mendurhakai suaminya hingga kembali lagi."

18. Orang Yang Menjadi Imam Suatu Kaum dan


Mereka Benci Kepadanya.
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Tiga orang yang shalatnya tidak melebihi
telinga mereka, yaitu hamba sahaya yang lari dari
tuannya sehingga dia kembali yaitu hamba sahaya
yang lari dari tuannya sehingga dia kembali, wanita
yang semalaman suaminya dalam keadaan marah
kepadanya, dan imam suatu kaum, sedang mereka
benci kepadanya." [HR. At-Tirmidzi 360, shahih].

Ada kisah yang dinukil dari Manshur, dia berkata:


"Kami pernah bertanya tentang masalah imam.
Maka ada yang menjawab, "Yang dimaksud hadits
ini adalah imam yang zhalim. Sedangkan imam
yang menegakkan Sunnah, maka dosanya kembali
kepada orang-orang yang membencinya."

19. Orang Muslim Mejauhi Saudaranya Sesama


Muslim Tanpa Alasan Yang Dibenarkan Syariat.
Dari Abu Hurairah radhiyallahuanhu, seungguhnya
Rasulullah shallallahualaihi wa sallam
bersabda: "Pintu-pintu surga dibuka pada hari Senin
dan Kamis, lalu setiap hamba yang tidak
menyekutukan sesuatu dengan Allah akan
diampuni, kecuali seseorang yang antara dirinya
dan saudaranya terdapat permusuhan. Lalu
dikatakan: Lihatlah dua orang ini hingga keduanya
berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya
berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya
berdamai. Lihatlah dua orang ini hingga keduanya
berdamai." [HR. Muslim 16/122, 123].
[Salim Al-Hilaly, Sumber: Ebook Buletin Al-Hujjah]
Tauhid Rububiyah, Uluhiyyah dan Asma Wash-
Shifat

Memahami Arti Tauhid

Tauhid secara bahasa arab merupakan bentuk


masdar dari fiil wahhada-yuwahhidu (dengan huruf
ha di tasydid), yang artinya menjadikan sesuatu satu
saja. Syaikh Ibnu Sholeh Al Utsaimin
berkata: Makna ini tidak tepat kecuali diikuti dengan
penafian. Yaitu menafikan segala sesuatu selain
sesuatu yang kita jadikan satu saja, kemudian baru
menetapkannya (Lihat Syarh Tsalatsatil Ushul).

Secara istilah syari, makna tauhid adalah


menjadikan Allah sebagai satu-satunya sesembahan
yang benar dengan segala kekhususannya (Lihat
Syarh Tsalatsatil Ushul). Dari makna ini
sesungguhnya dapat dipahami bahwa sesungguh
banyak hal yang dijadikan sesembahan oleh
manusia, bisa jadi mereka menyembah Malaikat,
menyembah para Nabi, menyembah orang-orang
shalih atau bahkan makhluk Allah yang lain, namun
seorang yang bertauhid hanya menjadikan Allah
sebagai satu-satunya sesembahan saja.

Pembagian Tauhid

Dari hasil pengkajian terhadap dalil-dalil tauhid yang


dilakukan para ulama sejak dahulu hingga sekarang,
mereka menyimpulkan bahwa ada tauhid terbagi
menjadi 3 aspek: Tauhid Rububiyah, Tauhid
Uluhiyah dan Tauhid Nama dan Sifat Allah (Asma
Wash-Shifat).

Yang dimaksud dengan Tauhid Rububiyyah adalah


mentauhidkan Allah dengan amalan dan penyataan
yang tegas bahwa Allah Taala adalah Tuhan, Raja,
Pencipta semua makhluk. Dan Allah-lah yang
mengatur dan mengubah keadaan mereka. (Lihat Al
Jadid Syarh Kitab Tauhid).

Meyakini rububiyah yaitu meyakini kekuasaan Allah


dalam mencipta dan mengatur alam semesta,
misalnya meyakini bumi dan langit serta isinya
diciptakan oleh Allah, Allahlah yang memberikan
rizqi, Allah yang mendatangkan badai dan hujan,
Allah menggerakan bintang-bintang, dll. Di nyatakan
dalam Al Quran:
Segala puji bagi Allah yang telah menciptakan
langit dan bumi dan Mengadakan gelap dan
terang (Al Anam: 1)

Dan perhatikanlah baik-baik, tauhid rububiyyah ini


diyakini semua orang baik mukmin, maupun kafir,
sejak dahulu hingga sekarang. Bahkan mereka
menyembah dan beribadah kepada Allah. Hal ini
dikhabarkan dalam Al Quran:
Sungguh jika kamu bertanya kepada mereka
(orang-orang kafir jahiliyah), Siapa yang telah
menciptakan mereka?, niscaya mereka akan
menjawab Allah . (Az Zukhruf: 87)

Oleh karena itu kita dapati ayahanda dari Rasulullah


shallallahualaihi wasallam bernama Abdullah,yang
artinya hamba Allah. Padahal Abdullah diberi nama
demikian, Rasulullah tentunya belum lahir.

Adapun yang tidak mengimani rububiyah Allah


adalah kaum komunis yang atheis. Syaikh
Muhammad bin Jamil Zainu berkata: Orang-orang
komunis tidak mengakui adanya Tuhan. Dengan
keyakinan mereka yang demikian, berarti mereka
lebih kufur daripada orang-orang kafir
jahiliyah (Lihat Firqotun Najiyyah)

Pertanyaan, jika orang kafir jahiliyyah sudah


menyembah dan beribadah kepada Allah sejak
dahulu, lalu apa yang diperjuangkan oleh Rasulullah
dan para sahabat? Mengapa mereka berlelah-lelah
penuh penderitaan dan mendapat banyak
perlawanan dari kaum kafirin? Jawabannya, meski
orang kafir jahilyyah beribadah kepada Allah
mereka tidak bertauhid uluhiyyah kepada Allah,
dan inilah yang diperjuangkan oleh Rasulullah dan
para sahabat.

Tauhid Uluhiyyah adalah mentauhidkan Allah dalam


segala bentuk peribadahan baik yang zhahir
maupun batin (Lihat Al Jadid Syarh Kitab Tauhid).
Dalilnya:
Hanya Engkaulah yang Kami sembah, dan hanya
kepada Engkaulah Kami meminta pertolongan (Al
Fatihah: 5)

Sedangkan makna ibadah adalah semua hal yang


dicintai oleh Allah baik berupa perkataan maupun
perbuatan. Apa maksud yang dicintai Allah? Yaitu
segala sesuatu yang telah diperintahkan oleh Allah
dan Rasul-Nya, segala sesuatu yang dijanjikan
balasan kebaikan bila melakukannya. Seperti shalat,
puasa, bershodaqoh, menyembelih. Termasuk
ibadah juga berdoa, cinta, bertawakkal, istighotsah
dan istianah.

Maka seorang yang bertauhid uluhiyah hanya


meyerahkan semua ibadah ini kepada Allah semata,
dan tidak kepada yang lain. Sedangkan orang kafir
jahiliyyah selain beribadah kepada Allah mereka
juga memohon, berdoa, beristighotsah kepada
selain Allah. Dan inilah yang diperangi Rasulullah,
ini juga inti dari ajaran para Nabi dan Rasul
seluruhnya, mendakwahkan tauhid uluhiyyah.
Syaikh DR. Shalih Al Fauzan berkata: Dari tiga
bagian tauhid ini yang paling ditekankan adalah
tauhid uluhiyah. Karena ini adalah misi dakwah para
rasul, dan alas an diturunkannya kitab-kitab suci,
dan alasan ditegakkannya jihad di jalan Allah.
Semua itu adalah agar hanya Allah saja yang
disembah, dan agar penghambaan kepada
selainNya ditinggalkan (Lihat Syarh Aqidah Ath
Thahawiyah).

Maka perhatikanlah, sungguh aneh jika ada


sekelompok ummat Islam yang sangat bersemangat
menegakkan syariat, berjihad dan memerangi orang
kafir, namun mereka tidak memiliki perhatian serius
terhadap tauhid uluhiyyah. Padahal tujuan
ditegakkan syariat, jihad adalah untuk ditegakkan
tauhid uluhiyyah. Mereka memerangi orang kafir
karena orang kafir tersebut tidak bertauhid
uluhiyyah, sedangkan mereka sendiri tidak perhatian
terhadap tauhid uluhiyyah??

Sedangkan Tauhid Nama dan Sifat Allah adalah


mentauhidkan Allah Taala dengan nama dan sifat
yang telah Ia tetapkan bagi dirinya dalam Al Quran
dan Hadits Rasulullah shallallahualaihi wasallam.
Bertauhid nama dalam dan sifat Allah ialah dengan
cara menetapkan nama dan sifat yang Allah
tetapkan bagi dirinya dan menafikan nama dan sifat
yang Allah nafikan dari dirinya, dengan tanpa tahrif,
tanpa tathil dan tanpa takyif (Lihat Syarh Tsalatsatil
Ushul). Allah Taala berfirman yang artinya:
Hanya milik Allah nama-nama yang husna, maka
memohonlah kepada-Nya dengan menyebut nama-
nama-Nya (Al Araf: 180)

Tahrif adalah memalingkan makna ayat atau hadits


tentang nama atau sifat Allah dari makna zhahirnya
menjadi makna lain yang batil. Sebagai misalnya
kata istiwa yang artinya bersemayam dipalingkan
menjadi menguasai.

Tathil adalah mengingkari dan menolak sebagian


sifat-sifat Allah. Sebagaimana sebagian orang yang
menolak bahwa Allah berada di atas langit dan
mereka berkata Allah berada di mana-mana.

Takyif adalah menggambarkan hakikat wujud Allah.


Padahal Allah sama sekali tidak serupa dengan
makhluknya, sehingga tidak ada makhluk yang
mampu menggambarkan hakikat wujudnya.
Misalnya sebagian orang berusaha menggambarkan
bentuk tangan Allah,bentuk wajah Allah, dan lain-
lain.

Adapun penyimpangan lain dalam tauhid asma wa


sifat Allah adalah tasybih dan tafwidh.

Tasybih adalah menyerupakan sifat-sifat Allah


dengan sifat makhluk-Nya. Padahal Allah berfirman
yang artinya: Tidak ada sesuatupun yang
menyerupai Allah. Sesungguhnya Dia Maha
Mendengar Lagi Maha Melihat (Asy Syura: 11)

Kemudian tafwidh, yaitu tidak mau menetapkan


pengertian sifat-sifat Allah, misalnya sebagian orang
menolak bahwa Allah bersemayam (istiwa) di atas
Arsy kemudian berkata kita serahkan makna istiwa
kepada Allah. Pemahaman ini tidak benar karena
Allah Taala telah mengabarkan sifat-sifatNya dalam
Quran dan Sunnah agar hamba-hambaNya
mengetahui. Dan Allah telah mengabarkannya
dengan bahasa Arab yang jelas dipahami. Maka jika
kita berpemahaman tafwidh maka sama dengan
menganggap perbuatan Allah mengabarkan sifat-
sifatNya adalah sia-sia karena tidak dapat dipahami
oleh hamba-Nya.

Pentingnya mempelajari tauhid


Banyak orang yang mengaku Islam. Namun jika kita
tanyakan kepada mereka, apa itu tauhid, bagaimana
tauhid yang benar, maka sedikit sekali orang yang
dapat menjawabnya. Sungguh ironis melihat realita
orang-orang yang mengidolakan artis-artis atau
pemain sepakbola saja begitu hafal dengan nama,
hobi, alamat, sifat, bahkan keadaan mereka sehari-
hari.

Di sisi lain seseorang mengaku menyembah Allah


namun ia tidak mengenal Allah yang disembahnya.
Ia tidak tahu bagaimana sifat-sifat Allah, tidak tahu
nama-nama Allah, tidak mengetahui apa hak-hak
Allah yang wajib dipenuhinya. Yang akibatnya, ia
tidak mentauhidkan Allah dengan benar dan
terjerumus dalam perbuatan syirik. Waliyydzubillah.

Maka sangat penting dan urgen bagi setiap muslim


mempelajari tauhid yang benar, bahkan inilah ilmu
yang paling utama. Syaikh Ibnu Utsaimin
berkata: Sesungguhnya ilmu tauhid adalah ilmu
yang paling mulia dan paling agung kedudukannya.
Setiap muslim wajib mempelajari, mengetahui, dan
memahami ilmu tersebut, karena merupakan ilmu
tentang Allah Subhanahu wa Taala, tentang asma-
asma-Nya, sifat-sifat-Nya, dan hak-hak-Nya atas
hamba-Nya (Lihat Syarh Ushulil Iman).

Tauhid Rububiyah Dan Pengakuan Orang-Orang


Musyrik Terhadapnya
Oleh Syaikh Dr. Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin
Fauzan
Tauhid adalah meyakini keesaan Allah dalam
Rububiyah, ikhlas beribadah kepadaNya, serta
menetapkan bagiNya Nama-nama dan Sifat-
sifatNya. Dengan demikian, tauhid ada tiga
macam: Tauhid Rububiyah , Tauhid Uluhiyah serta
Tauhid Asma wa Sifat. Setiap macam dari ketiga
macam tauhid itu memiliki makna yang harus
dijelaskan agar menjadi terang perbedaan antara
ketiganya.

Makna Tauhid Rububiyah


Yaitu mengesakan Allah Subhanahu wa Taala
dalam segala perbuatanNya, dengan meyakini
bahwa Dia sendiri yang menciptakan segenap
makhluk. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Allah menciptakan segala sesuatu [Az-Zumar:
62]

Bahwasanya Dia adalah Pemberi rizki bagi setiap


manusia, binatang dan makhluk lainnya. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman:
Dan tidak ada suatu binatang melatapun di bumi
melainkan Allah-lah yang memberi rizkinya, [Hud
: 6]

Dan bahwasanya Dia adalah Penguasa alam dan


Pengatur semesta, Dia yang mengangkat dan
menurunkan, Dia yang memuliakan dan
menghinakan, Mahakuasa atas segala sesuatu.
Pengatur rotasi siang dan malam, Yang
menghidupkan dan Yang mematikan. Allah
Subhanahu wa Taala berfirman:
Katakanlah: Wahai Tuhan Yang mempunyai
kerajaan, Engkau berikan kerajaan kepada orang
yang Engkau kehendaki dan Engkau cabut kerajaan
dari orang yang Engkau kehendaki. Engkau
muliakan orang yang Engkau kehendaki dan
Engkau hinakan orang yang Engkau kehendaki. Di
tangan Engkaulah segala kebajikan. Sesungguhnya
Engkau Maha Kuasa atas segala sesuatu. Engkau
masukkan malam ke dalam siang dan Engkau
masukkan siang ke dalam malam. Engkau
keluarkan yang hidup dari yang mati, dan Engkau
keluarkan yang mati dari yang hidup. Dan Engkau
beri rizki siapa yang Engkau kehendaki tanpa hisab
(batas). [Ali Imran: 26-27]

Allah telah menafikan sekutu atau pembantu dalam


kekuasaan-Nya. Sebagaimana Dia menafikan
adanya sekutu dalam penciptaan dan pemberian
rizki. Allah Subhanahu wa Taala berfirman:
Inilah ciptaan Allah, maka perlihatkanlah olehmu
kepadaku apa yang telah diciptakan oleh
sembahan-sembahan (mu) selain Allah
[Luqman: 11]

Atau siapakah dia ini yang memberi kamu rizki jika


Allah menahan rizkiNya? [Al-Mulk: 21]

Allah menyatakan pula tentang keesaanNya dalam


rububiyah-Nya atas segala alam semesta. Firman
Allah Subhanahu wa Taala :
Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. [Al-
Fatihah: 2]

Sesungguhnya Tuhan kamu ialah Allah yang telah


menciptakan langit dan bumi dalam enam masa,
lalu Dia bersemayam di atas Arsy. Dia menutupkan
malam kepada siang yang mengikutinya dengan
cepat, dan (diciptakanNya pula) matahari, bulan dan
bintang-bintang (masing-masing) tunduk kepada
perintahNya. Ingatlah, menciptakan dan memerintah
hanyalah hak Allah. Mahasuci Allah, Tuhan semesta
alam. [Al-A'raf: 54]

Allah menciptakan semua makhlukNya di atas fitrah


pengakuan terhadap rububiyah-Nya. Bahkan orang-
orang musyrik yang menyekutukan Allah dalam
ibadah juga mengakui keesaan rububiyah-Nya.
Katakanlah: Siapakah Yang Empunya langit yang
tujuh dan Yang Empunya `Arsy yang besar?
Mereka akan menjawab: Kepunyaan Allah.
Katakanlah: Maka apakah kamu tidak bertakwa?
Katakanlah: Siapakah yang di tanganNya berada
kekuasaan atas segala sesuatu sedang Dia
melindungi, tetapi tidak ada yang dapat dilindungi
dari (azab)-Nya, jika kamu mengetahui? Mereka
akan menjawab: Kepunyaan Allah. Katakanlah:
(Kalau demikian), maka dari jalan manakah kamu
ditipu? [Al-Mu'minun: 86-89]

Jadi, jenis tauhid ini diakui semua orang. Tidak ada


umat mana pun yang menyangkalnya. Bahkan hati
manusia sudah difitrahkan untuk mengakuiNya,
melebihi fitrah pengakuan terhadap yang lain-Nya.
Sebagaimana perkataan para rasul yang
difirmankan Allah:
Berkata rasul-rasul mereka: Apakah ada keragu-
raguan terhadap Allah, Pencipta langit dan
bumi? [Ibrahim: 10]

Adapun orang yang paling dikenal pengingkarannya


adalah Firaun. Namun demikian di hatinya masih
tetap meyakiniNya. Sebagaimana perkataan Musa
alaihis salam kepadanya:
Musa menjawab: Sesungguhnya kamu telah
mengetahui, bahwa tiada yang menurunkan
mu`jizat-mu`jizat itu kecuali Tuhan Yang memelihara
langit dan bumi sebagai bukti-bukti yang nyata: dan
sesungguhnya aku mengira kamu, hai Fir`aun,
seorang yang akan binasa. [Al-Isra': 102]

Ia juga menceritakan tentang Firaun dan kaumnya:


Dan mereka mengingkarinya karena kezhaliman
dan kesombongan (mereka) padahal hati mereka
meyakini (kebenaran) nya. [An-Naml: 14]

Begitu pula orang-orang yang mengingkarinya di


zaman ini, seperti komunis. Mereka hanya
menampakkan keingkaran karena ke-
sombongannya. Akan tetapi pada hakikatnya,
secara diam-diam batin mereka meyakini bahwa
tidak ada satu makhluk pun yang ada tanpa
Pencipta, dan tidak ada satu benda pun kecuali ada
yang membuatnya, dan tidak ada pengaruh apa pun
kecuali pasti ada yang mempengaruhinya. Firman
Allah Subhanahu wa Taala :
Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun
ataukah mereka yang menciptakan (diri mereka
sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit
dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini
(apa yang mereka katakan). [Ath-Thur: 35-36]

Perhatikanlah alam semesta ini, baik yang di atas


maupun yang di bawah dengan segala bagian-
bagiannya, anda pasti mendapati semua itu
menunjukkan kepada Pembuat, Pencipta dan
Pemiliknya. Maka mengingkari dalam akal dan hati
terhadap pencipta semua itu, sama halnya
mengingkari ilmu itu sendiri dan mencampakkannya,
keduanya tidak berbeda.

Adapun pengingkaran adanya Tuhan oleh orang-


orang komunis saat ini hanyalah karena
kesombongan dan penolakan terhadap hasil
renungan dan pemikiran akal sehat. Siapa yang
seperti ini sifatnya maka dia telah membuang
akalnya dan mengajak orang lain untuk
menertawakan dirinya.

[Disalin dari kitab At-Tauhid Lish Shaffil Awwal Al-Ali,


Edisi Indonesia Kitab Tauhid 1, Penulis Syaikh Dr
Shalih bin Fauzan bin Abdullah bin Fauzan,
Penerjemah Agus Hasan Bashori Lc, Penerbit Darul
Haq] http://www.almanhaj.or.id/content/1978/slash/0
Tauhid Uluhiyyah
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Artinya, mengesakan Allah Subhanahu wa Taala


melalui segala pekerjaan hamba, yang dengan cara
itu mereka bisa mendekatkan diri kepada Allah
Subhanahu wa Taala apabila hal itu disyariatkan
oleh-Nya, seperti berdoa, khauf (takut), raja
(harap), mahabbah (cinta), dzabh (penyembelihan),
bernadzar, istianah (minta pertolongan),
isthighotsah (minta pertolongan di saat sulit),
istiadzah (meminta perlindungan) dan segala apa
yang disyariatkan dan diperintahkan Allah Azza wa
Jalla dengan tidak menyekutukan-Nya dengan
sesuatu apapun. Semua ibadah ini dan lainnya
harus dilakukan hanya kepada Allah semata dan
ikhlas karena-Nya. Dan tidak boleh ibadah tersebut
dipalingkan kepada selain Allah.

Sungguh Allah tidak akan ridha bila dipersekutukan


dengan sesuatu apapun. Bila ibadah tersebut
dipalingkan kepada selain Allah, maka pelakunya
jatuh kepada Syirkun Akbar (syirik yang besar) dan
tidak diampuni dosanya. [Lihat An-Nisaa: 48, 116] [1]

Al-Ilah artinya al-Maluh, yaitu sesuatu yang


disembah dengan penuh kecintaan serta
pengagungan.
Allah Azza wa Jalla berfirman:
Dan Rabb-mu adalah Allah Yang Maha Esa, tidak
ada sesembahan yang haq melainkan Dia. Yang
Mahapemurah lagi Maha-penyayang [Al-Baqarah:
163]
Berkata Syaikh al-Allamah Abdurrahman bin Nashir
as-Sadi Rahimahullah (wafat th. 1376
H): Bahwasanya Allah itu tunggal Dzat-Nya, Nama-
Nama, Sifat-Sifat dan perbuatan-Nya. Tidak ada
sekutu bagi-Nya, baik dalam Dzat-Nya, Nama-
Nama, Sifat-Sifat-Nya. Tidak ada yang sama
dengan-Nya, tidak ada yang sebanding, tidak ada
yang setara dan tidak ada sekutu bagi-Nya. Tidak
ada yang mencipta dan mengatur alam semesta ini
kecuali hanya Allah. Apabila demikian, maka Dia
adalah satu-satunya yang berhak untuk diibadahi.
Tidak boleh Dia disekutukan dengan seorang pun
dari makhluk-Nya[2]

Allah Subhanahu wa Taala berfirman.


Allah menyatakan bahwa tidak ada yang berhak
disembah dengan benar selain Dia, Yang
menegakkan keadilan. Para Malaikat dan orang-
orang yang berilmu (juga menyatakan demikian).
Tidak ada yang berhak disembah dengan benar
selain-Nya, Yang Maha-perkasa lagi
Mahabijaksana [Ali Imran: 18]

Allah Subhanahu wa Taala berfirman mengenai


Lata, Uzza dan Manat yang disebut sebagai tuhan,
namun tidak diberi hak Uluhiyah:
Itu tidak lain hanyalah nama-nama yang kamu dan
bapak-bapakmu mengada-adakannya, Allah tidak
menurunkan suatu keterangan pun untuk
(menyembah)nya[An-Najm: 23]

Setiap sesuatu yang disembah selain Allah


Subhanahu wa Taala adalah bathil, dalilnya adalah
firman Allah Azza wa Jalla.
(Kuasa Allah) yang demikian itu adalah karena
sesungguhnya Allah, Dia-lah Yang Haq dan
sesungguhnya apa saja yang mereka seru selain
dari Allah, itulah yang bathil, dan sesungguhnya
Allah, Dia-lah Yang Mahatinggi lagi Mahabesar [Al-
Hajj: 62]

Allah Azza wa Jalla juga berfirman tentang Nabi


Yusuf 'alaihis Sallam yang berkata kepada kedua
temannya di penjara:
Hai kedua temanku dalam penjara, manakah yang
baik, tuhan-tuhan yang bermacam-macam itu
ataukah Allah Yang Mahaesa lagi Mahaperkasa?
Kamu tidak menyembah selain Allah, kecuali hanya
(menyembah) nama-nama yang kamu dan nenek
moyangmu membuat-buatnya. Allah tidak
menurunkan suatu keterangan pun tentang nama-
nama itu[Yusuf: 39-40]

Oleh karena itu para Rasul Alaihimus Salam


berkata kepada kaumnya agar beribadah hanya
kepada Allah saja[3]
Sembahlah Allah olehmu sekalian, sekali-kali tidak
ada sesembahan yang haq selain daripada-Nya.
Maka, mengapa kamu tidak bertaqwa (kepada-
Nya) [ Al-Mukminuun: 32]

Orang-orang musyrik tetap saja mengingkarinya.


Mereka masih saja mengambil sesembahan selain
Allah Subhanahu wa Taala. Mereka menyembah,
meminta bantuan dan pertolongan kepada tuhan-
tuhan itu dengan menyekutukan Allah Subhanahu
wa Taala .

Pengambilan tuhan-tuhan yang dilakukan oleh


orang-orang musyrik ini telah dibatalkan oleh Allah
Subhanahu wa Taala dengan dua bukti.

Pertama.
Tuhan-tuhan yang diambil itu tidak mempunyai
keistimewaan Uluhiyah sedikit pun, karena mereka
adalah makhluk, tidak dapat menciptakan, tidak
dapat menarik kemanfaatan, tidak dapat menolak
bahaya, tidak dapat menghidupkan dan mematikan.

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Mereka mengambil tuhan-tuhan selain daripada-
Nya (untuk disembah), yang tuhan-tuhan itu tidak
menciptakan apapun, bahkan mereka sendiri
diciptakan dan tidak kuasa untuk (menolak) sesuatu
kemudharatan dari dirinya dan tidak (pula untuk
mengambil) sesuatu kemanfaatan pun dan (juga)
tidak kuasa mematikan, menghidupkan dan tidak
(pula) membangkitkan. [Al-Fur-qaan: 3]

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Katakanlah: Serulah mereka yang kamu anggap
(sebagai tuhan) selain Allah. Mereka tidak memiliki
(kekuasaan) seberat dzarrah pun di langit dan di
bumi, dan mereka tidak mempunyai suatu saham
pun dalam (penciptaan) langit. Dan bumi dan sekali-
kali tidak ada di antara mereka yang menjadi
pembantu bagi-Nya. Dan tiadalah berguna syafaat
di sisi Allah, melainkan bagi orang yang telah
diizinkan-Nya memperoleh syafaat.. [Saba: 22-23]

Allah Subhanahu wa Taala berfirman:


Apakah mereka mempersekutukan (Allah dengan)
berhala-berhala yang tidak dapat menciptakan
sesuatu pun? Sedangkan berhala-berhala itu tidak
mampu memberi pertolongan kepada penyembah-
penyembahnya dan kepada dirinya sendiri pun
berhala-berhala itu tidak dapat memberi
pertolongan. [Al-Araaf: 191-192]

Apabila keadaan tuhan-tuhan itu demikian, maka


sungguh sangat bodoh, bathil dan zhalim apabila
menjadikan mereka sebagai ilah dan tempat
meminta pertolongan.

Kedua:
Sebenarnya orang-orang musyrik mengakui bahwa
Allah Subhanahu wa Taala adalah satu-satunya
Rabb, Pencipta, yang di tangan-Nya kekuasaan
segala sesuatu. Mereka juga mengakui bahwa
hanya Dia-lah yang dapat melindungi dan tidak ada
yang dapat melindungi-Nya. Ini mengharuskan
pengesaan Uluhiyyah (penghambaan), seperti
mereka mengesakan Rububiyah (ketuhanan) Allah.
Tauhid Rububiyah mengharuskan adanya
konsekuensi untuk melaksanakan Tauhid Uluhiyah
(beribadah hanya kepada Allah saja).
Hai manusia, sembahlah Rabb-mu yang telah
menciptakanmu dan orang-orang yang sebelummu,
agar kamu bertaqwa. Dia-lah yang menjadikan bumi
sebagai hamparan bagimu dan langit sebagai atap.
Dia menurunkan air (hujan) dari langit, lalu Dia
menghasilkan dengan hujan itu segala buah-buahan
sebagai rizki untukmu, karena itu janganlah kamu
mengadakan sekutu-sekutu bagi Allah, padahal
kamu mengetahui[Al-Baqarah: 21-22]

[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal


Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit
Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001,
Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus
2004M]
_________
Foote Note
[1]. Disebutkan oleh Ibnu Katsir dari Ibnu Abbas,
Mujahid, Atha, Ikrimah, asy-Syabi, Qatadah dan
lainnya. Lihat Fathul Majiid Syarh Kitabit Tauhiid
(hal. 39-40) tahqiq Dr. Walid bin Abdirrahman bin
Muhammad al-Furaiyan.
[2]. Lihat Min Ushuuli Aqiidah Ahlis Sunnah wal
Jamaaah dan Aqidatut Tauhiid (hal. 36) oleh Dr.
Shalih al-Fauzan, Fathul Majiid Syarah Kitabut
Tauhiid dan al-Ushuul ats-Tsalaatsah (Tiga
Landasan Utama).
[3]. Lihat Taisirul Kariimir Rahmaan fii Tafsiiri
Kalaamil Mannaan (hal. 63, cet. Mak-tabah al-
Maarif , 1420
H). http://www.almanhaj.or.id/content/1587/slash/0
Tauhid Al-Asma Wash-Shifat
Oleh Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

Ahlus Sunnah menetapkan apa-apa yang Allah Azza


wa Jalla dan RasulNya Shallallahu alaihi wa sallam
telah tetapkan atas diri-Nya, baik itu dengan Nama-
Nama maupun Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa
Taala dan mensucikanNya dari segala aib dan
kekurangan, sebagaimana hal tersebut telah
disucikan oleh Allah Subhanahu wa Taala dan
Rasul-Nya Shallallahu alaihi wa sallam. Kita wajib
menetapkan Sifat Allah sebagaimana yang terdapat
dalam al-Quran dan as-Sunnah dan tidak boleh
dita'wil.

Al-Walid bin Muslim pernah bertanya kepada Imam


Malik bin Anas, al-Auzaiy, al-Laits bin Saad dan
Sufyan ats-Tsaury tentang berita yang datang
mengenai Sifat-Sifat Allah, mereka semua
menjawab:
Perlakukanlah (ayat-ayat tentang Sifat Allah)
sebagaimana datangnya dan janganlah kamu
persoalkan (jangan kamu tanya tentang bagaimana
sifat itu).[1]

Imam Asy-Syafi Rahimahullah berkata:


Aku beriman kepada Allah dan kepada apa-apa
yang datang dari Allah sesuai dengan apa yang
diinginkan-Nya dan aku beriman kepada Rasulullah
dan kepada apa-apa yang datang dari beliau, sesuai
dengan apa yang dimaksud oleh Rasulullah"[2]

Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah


Rahimahullah: Manhaj Salaf dan para Imam Ahlus
Sunnah mereka mengimani Tauhid al-Asma wash
Shifat dengan menetapkan apa-apa yang Allah telah
tetapkan atas diri-Nya dan telah ditetapkan Rasul-
Nya Shallallahu alaihi wa sallam untuk-Nya, tanpa
tahrif[3] dan tathil[4] serta tanpa takyif[5] dan
tamtsil[6]. Menetapkan tanpa tamtsil, menyucikan
tanpa tathil, menetapkan semua Sifat-Sifat Allah
dan menafikan persamaan Sifat-Sifat Allah dengan
makhluk-Nya

Firman Allah Subhanahu wa Taala:


Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan-Nya.
Dan Dia-lah Yang Mahamendengar lagi
Mahamelihat" [Asy-Syuura':11]

Lafazh ayat : Tidak ada yang serupa dengan-


Nya merupakan bantahan kepada golongan yang
menyamakan Sifat-Sifat Allah dengan makhluk-Nya.

Sedangkan lafazh ayat : Dan Dia Mahamendengar


lagi Mahamelihat adalah bantahan kepada orang-
orang yang menafikan/mengingkari Sifat-Sifat Allah.

Itiqad Ahlus Sunnah dalam masalah Sifat Allah


Subhanhu wa Taala didasari atas dua prinsip:

Pertama.
Bahwasanya Allah Subhanahu wa Taala wajib
disucikan dari semua sifat-sifat kurang secara
mutlak, seperti ngantuk, tidur, lemah, bodoh, mati,
dan lainnya.
Kedua.
Allah mempunyai sifat-sifat yang sempurna yang
tidak ada kekurangan sedikit pun juga, tidak ada
sesuatu pun dari makhluk yang menyamai Sifat-Sifat
Allah.[7]

Ahlus Sunnah wal Jamaah tidak menolak sifat-sifat


yang disebutkan Allah untuk Diri-Nya, tidak
menyelewengkan kalam Allah Subhanahu wa Taala
dari kedudukan yang semestinya, tidak mengingkari
tentang Asma (Nama-Nama) dan ayat-
ayatNya, tidak menanyakan tentang bagaimana
Sifat Allah, serta tidak pula mempersamakan Sifat-
Nya dengan sifat makhluk-Nya.

Ahlus Sunnah wal Jamaah mengimani bahwa Allah


Azza wa Jalla tidak sama dengan sesuatu apapun
juga. Hal itu karena tidak ada yang serupa, setara
dan tidak ada yang sebanding dengan-Nya Azza wa
Jalla, serta Allah tidak dapat diqiaskan dengan
makhluk-Nya.

Yang demikian itu dikarenakan hanya Allah Azza wa


Jalla sajalah yang lebih tahu akan Diri-Nya dan
selain Diri-Nya. Dialah yang lebih benar firman-Nya,
dan lebih baik Kalam-Nya daripada seluruh
makhluk-Nya, kemudian para Rasul-Nya adalah
orang-orang yang benar, jujur, dan juga yang
dibenarkan sabdanya. Berbeda dengan orang-orang
yang mengatakan terhadap Allah Azza wa Jalla apa
yang tidak mereka ketahui, karena itu Allah
Subhanahu wa Taala berfirman:
Mahasuci Rabb-mu, yang mempunyai keperkasaan
dari apa yang mereka katakan. Dan kesejahteraan
dilimpahkan atas para Rasul, dan segala puji bagi
Allah Rabb sekalian alam."[Ash-Shaffat: 180-182]

Allah Jalla Jalaluhu dalam ayat ini mensucikan diri-


Nya, dari apa yang disifatkan untuk-Nya oleh
penentang-penentang para Rasul-Nya. Kemudian
Allah Azza wa jalla melimpahkan salam sejahtera
kepada para Rasul, karena bersihnya perkataan
mereka dari hal-hal yang mengurangi dan menodai
keagungan Sifat Allah.[8]

Allah Subhanahu wa Ta'ala dalam menuturkan Sifat


dan AsmaNya, memadukan antara an-Nafyu wal
Itsbat (menolak dan menetapkan)[9] Maka Ahlus
Sunnah wal Jama'ah tidak menyimpang dari ajaran
yang dibawa oleh para Rasul, karena itu adalah
jalan yang lurus (ash-Shiraathal Mustaqiim), jalan
orang-orang yang Allah karuniai nikmat, yaitu
jalannya para Nabi, shiddiqin, syuhada dan
shalihin[10]
[Disalin dari kitab Syarah Aqidah Ahlus Sunnah Wal
Jama'ah Oleh Yazid bin Abdul Qadir Jawas, Penerbit
Pustaka At-Taqwa, Po Box 264 Bogor 16001,
Cetakan Pertama Jumadil Akhir 1425H/Agustus
2004M]
_________
Foote Note
[1]. Diriwayatkan oleh Imam Abu Bakar al-Khallal
dalam Kitabus Sunnah, al-Laalikai (no. 930). Lihat
Fatwa Hamawiyah Kubra (hal. 303, cet. I, 1419 H)
oleh Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah, tahqiq Hamd bin
Abdil Muhsin at-Tuwaijiry, Mukhtashar al-Uluw lil
Aliyil Ghaffar (hal. 142 no. 134). Sanadnya shahih.
[2]. Lihat Lumatul Itiqaad oleh Imam Ibnul
Qudamah al-Maqdisy, syarah oleh Syaikh
Muhammad Shalih bin al-Utsaimin (hal. 36).
[3]. Tahrif atau tawil yaitu merubah lafazh Nama dan
Sifat, atau merubah maknanya, atau
menyelewengkan dari makna yang sebenarnya.
[4]. Tathil yaitu menghilangkan dan menafikan Sifat-
Sifat Allah atau mengingkari seluruh atau sebagian
Sifat-Sifat Allah Subhanahu wa Taala.
Perbedaan antara tahrif dan tathil ialah, bahwa
tathil itu mengingkari atau menafikan makna yang
sebenarnya yang dikandung oleh suatu nash dari al-
Quran atau hadits Nabi Shallallahu alaihi wa
sallam, sedangkan tahrif ialah, merubah lafazh atau
makna, dari makna yang sebenarnya yang
terkandung dalam nash tersebut.
[5]. Takyif yaitu menerangkan keadaan yang ada
padanya sifat atau mempertanyakan: Bagaimana
Sifat Allah itu?. Atau menentukan bahwa Sifat Allah
itu hakekatnya begini, seperti menanyakan:
Bagaimana Allah bersemayam? Dan yang
sepertinya, karena berbicara tentang sifat sama juga
berbicara tentang dzat. Sebagaimana Allah Azza wa
Jalla mempunyai Dzat yang kita tidak mengetahui
kaifiyatnya. Dan hanya Allah Azza wa Jalla yang
mengetahui dan kita wajib mengimani tentang
hakikat maknanya.
[6]. Tamtsil sama dengan Tasybih, yaitu
mempersamakan atau menyerupakan Sifat Allah
Azza wa Jalla dengan makhluk-Nya. Lihat Syarah
Aqidah al-Wasithiyah (I/86-100) oleh Syaikh
Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin, Syarah Aqidah
al-Wasithiyah (hal 66-69) oleh Syaikh Muhammad
Khalil Hirras, Tahqiq Alawiy as-Saqqaf, at-Tanbiihat
al-Lathifah ala Mahtawat alaihil Aqidah al-Wasithiyah
(hal 15-18) oleh Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-
Sadi, tahqiq Syaikh Abdul Aziz bin Bazz, al-
Kawaasyif al-Jaliyyah an Maanil Wasithiyah oleh
Syaikh Abdul Aziz as-Salman.
[7]. Lihat Minhajus Sunnah (II/111, 523), tahqiq Dr.
Muhammad Rasyad Salim.
[8]. Lihat at-Tanbiihaat al-Lathiifah hal. 15-16.
[9]. Maksudnya, Allah memadukan kedua hal ini
ketika menjelaskan Sifat-Sifat-Nya dalam al-Qur-an.
Tidak hanya menggunakan Nafyu saja atau Itsbat
saja.
Nafyu (penolakan) dalam al-Quran secara garis
besarnya menolak adanya kesamaan atau
keserupaan antara Allah dengan makhluk-Nya, baik
dalam Dzat maupun sifat, serta menolak adanya
sifat tercela dan tidak sempurna bagi Allah. Dan
nafyu bukanlah semata-mata menolak, tetapi
penolakan yang di dalamnya terkandung suatu
penetapan sifat kesempurnaan bagi Allah, misalnya
disebutkan dalam al-Quran bahwa Allah tidak
mengantuk dan tidak tidur, maka ini menunjukkan
sifat hidup yang sempurna bagi Allah.
Itsbat (penetapan), yaitu menetapkan Sifat Allah
yang mujmal (global), seperti pujian dan
kesempurnaan yang mutlak bagi Allah dan juga
menetapkan Sifat-Sifat Allah yang rinci seperti ilmu-
Nya, kekuasaan-Nya, hikmah-Nya, rahmat-Nya dan
yang seperti itu. (Lihat Syarh al-Aqiidah al-
Wasithiyyah oleh Khalil Hirras, tahqiq Alwiy as-
Saqqaf, hal. 76-78).
[10]. Lihat QS. An-Nisaa 69 dan at-Tanbiihaat al-
Lathiifah hal. 19-20.

http://www.almanhaj.or.id/content/1588/slash/0
40 Manfaat dan Keajaiban Shalawat

Manfaat dan Keajaiban Membaca Shalawat


1. Membaca shalawat sebagai bentuk realisasi
ketaatan kepada perintah Allah Taala.
2. Mencontoh Allah dalam membaca shalawat.
3. mencontoh para malaikat-Nya.
4. Mendapat balasan sepuluh rahmah dari Allah
setiap membaca sekali shalawat.
5. Diangkat sepuluh derajat karena membaca
sekali shalawat.
6. Ditulis sepuluh kebaikan bagi yang membaca
sekali shalawat.
7. Dihapus sepuluh keburukan bagi yang
membaca sekali shalawat.
8. Menjadi sebab utama dikabulkan doa.
9. Menjadi sebab meraih syafaat Nabi.
10. Mendapat pengampunan dari Allah.
11. Allah akan mencukupi hidupnya dari berbagai
macam keluh kesah.
12. Sebagai sebab dekatnya seorang hamba
dengan Nabi Muhammad Shallallahu'alaihi wa
sallam nanti pada hari kiamat.
13. Shalawat bisa mengganti dan menduduki
ibadah shadaqoh.
14. Menjadi sebab terpenuhi berbagai macam hajat
kebutuhan.
15. Meraih shalawatnya Allah dan shalawatnya para
malaikat atasnya.
16. Menjadi sebab seseorang meraih kesucian dan
kemuliaan.
17. Orang yang gemar membaca shalawat akan
mendapat kabar gembira sebelum matinya.
18. Akan meraih keamanan dan keselamatan dari
rintangan hari kiamat.
19. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam akan
menjawab shalawat dan salam kepada orang-
orang yang membaca shalawat dan salam
kepadanya.
20. Bisa membantu seorang hamba mengingatkan
sesuatu yang terlupa.
21. Menjadi sebab berkahnya suatu majlis agar
tidak kembali pulang dalam keadaan merugi dan
cacat.
22. Membaca shalawat mampu mengusir dan
melenyapkan kemiskinan.
23. Membaca shalawat mampu menghilangkan
penyakit bakhil dari seorang hamba.
24. Menjadi selamatnya seorang hamba dari
doanya Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam
yang buruk, karena beliau mendoakan celaka
bagi yang mendengar nama disebut tidak
membaca shalawat.
25. Membaca shalawat menjadi jalan menuju sorga.
26. Selamat dari busuknya majlis karena membaca
shalawat.
27. Membaca shalawat menjadi penyempurna bagi
pembicaraan pada saat berkhutbah.
28. Menjadi sebab sempurnanya cahaya seorang
hamba pada saat meniti titian.
29. Membaca shalawat akan mengeluarkan
seseorang dari sifat kasar dan keras kepala.
30. Menjadi sebab langgengnya pujian Allah
atasnya.
31. Mendatangkan keberkahan kepada orang yang
membaca shalawat.
32. Orang yang membaca shalawat akan meraih
rahmat dari Allah.
33. Sebagai bukti cinta Rasulullah Shallallahu'alaihi
wa sallam secara abadi.
34. Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam akan
selalu mencintai orang yang membaca shalawat.
35. Menjadi sebab seorang hamba meraih hidayah.
36. Nama orang yang membaca shalawat akan
disampaikan kepada Nabi Shallallahu'alaihi wa
sallam
37. Menjadi sebab teguhnya kaki pada saat meniti
titian.
38. Dengan membaca shalawat berarti seseorang
telah menunaikan haknya Nabi Muhammad
Shallallahu'alaihi wa sallam atasnya.
39. Mengandung dzikir dan syukur kepada Allah.
40. Shalawat adalah doa karena dengan membaca
shalawat berarti telah memuji khalilullah dan
kekasih-Nya. Dengan itu berarti telah mendoakan
baik untuknya.
______________

(Di salin dari kitab yang ditulis Abu Muhammad


Abdul Haq al-Hasyimi)
Sumber: Artikel Buka Hati Menuntut Ilmu

Hadits Tentang Keajaiban Membaca Shalawat

Segala puji bagi Allah, Tuhan alam semesta.


Semoga shalawat dan salam tetap tercurah kepada
Imam para utusan, penutup para nabi, diutus
pembawa rahmat bagi alam semesta, panglima bagi
orang-orang yang memiliki muka bercahaya,
pemberi syafaat bagi orang-orang yang berdosa,
dan pemilik bendara pujian pada hari pembalasan.
Semoga shalawat juga tercurah atas keluarganya
yang bersih dan para shahabatnya.

Allah Subhanahu wa ta'ala berfirman:




{56}

Sesungguhnya Allah dan malaikat-malaikat-Nya


bershalawat untuk Nabi. Hai orang-orang yang
beriman, bershalawatlah kamu untuk Nabi dan
ucapkanlah salam penghormatan kepadanya. (QS.
33:56)

Nabi Shallallahu'alaihi wa sallam


bersabda: Barangsiapa yang membaca shalawat
kepadaku sekali maka Allah akan membalasnya
sepuluh kali.

Pelayan kedua wahyu, penggemar dua tanah suci,


dan pecinta utusan Allah bagi bangsa jin dan
manusia berkata, risalah ini saya himpun untuk
menjelaskan tentang keajaiban membawa shalawat
kepada penghulu anak Adam. Saya himpun sebagai
hadiah bagi para pembawa shalawat Nabi. Saya
menurunkan delapan puluh hadits tentang shalawat
yang saya sertakan rujukan dan faedahnya, yang
saya ringkas dari kitab Jalaul Afham karya Ibnu
Qayyim, dan saya menambahi isinya kemudian saya
beri judul al-Arbainin Fis Shalah ala Ibnu
Dzabihain. Saya memohon kepada agar
menjadikan tulisan ini sebagai perantara untuk
meraih syafaat dan penjamin selamat.

Ditulis oleh: Abu Muhammad Abdul Haq al-


Hasyimi 1363 H

1. Dari Abu Bakar as-Shiddiq berkata bahwa aku


mendengar Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam
bersabda bersabda:

Barangsiapa yang bershalawat kepadaku, maka aku


akan memberinya syafaat pada hari kiamat. (Hadits
riwayat Ibnu Syahiin dalam at-Targhib dan Ibnu
Basykawal).

2. Dari Umar bin Khaththab dari Nabi


Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:


Barangsiapa bershalawat kepadaku satu kali
shalawat, maka Allah akan membalas sepuluh kali
shalawat dan mengangkatnya sepuluh
derajat. (Dikeluarkan Imam Bukhari dalam Adabul
Mufrad, Ibnu Abu Syaibah, al-Bazzar, Ibnu Syahiin
dan al-Ismaili dengan sanad malul).[1]

3. Dari Ali bin Abu Thalib berkata bahwa Rasulullah


Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:

"" .

Manusia bakhil adalah orang yang disebut namaku


di sisinya, tetapi tidak membaca shalawat
kepadaku. (Dikeluarkan Imam at-Tirmidzi dan beliau
berkata bahwa hadits hasan shahih. Dan juga
dikeluarkan Imam Nasai, Ibnu Hibban dal al-Hakim).

4. Dari Ali bin Abu Thalib[2] berkata bahwa


Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda
bersabda:

" :

" .

Barangsiapa yang ingin mendapat balasan dengan


takaran yang penuh ketika membaca shalawat
kepada kami, ahli bait, maka hendaknya membaca:
Allahumma Shalli Ala Muhammad an-Nabi al-Ummi,
Wa Azwajihi Ummahatil Mukminin Wa Dzurriatihi Wa
Ahli Baitihi, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Innaka
Hamidun Majid (Ya Allah berilah shalawat kepada
Muhammad, seorang nabi yang ummi, kepada
isteri-isterinya sebagai ibunda kaum mukminin, anak
cucunya dan keluarganya sebagaimana Engkau
telah bershalawat kepada keluarga Ibrahim.
Sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Agung. (Dikeluarkan Imam an-Nasai)[3]

5. Hadits Dari Abu Masud.

:
:

: "


."

Dari Abu Masud berkata: Pernah Rasulullah


Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda hadir ditengah
kami sementara kami sedang berada di majlisnya
Saad bin Ubadah. Maka Basyir bin Saad bertanya
kepada beliau: Allah telah memerintahkan kepada
kami bershalawat kepadamu, bagaimanakah cara
bershalawat kepadamu. Abu Masud berkata: Maka
Rasulullah diam, sehingga kami ingin kalau
sekiranya ia (Basyir bin Saad) tidak bertanya
kepada beliau. Kemudian Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:
Ucapkanlah Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa
Ala Ali Muhammad, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim,
Wa Bararik Ala Muhammad Wa Ala Ali Muhammad
Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Fil Aalamina Innaka
Hamidun Majid. (Ya Allah, berikanlah shalawat
kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim.
Dan berkahilah Muhammad dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberkahi keluarga Ibrahim atas sekalian
semesta alam, sesungguhnya Engkau Maha Terpuji
lagi Maha Mulia). Adapun salam sebagaimana yang
kalian ketahui. ( Dikeluarkan Ahmad, Muslim, Abu
Daud, an-Nasai, at-Tirmidzi, Ibnu Khuzaimah, dan
al-Hakim).

6. Dari Ibnu Abu Laila berkata bahwa Kaab bin


Ujrah berkata: Maukah kami aku beri suatu hadiah?
Rasulullah Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda
telah hadir di tengah kami, maka kami bertanya:
Kami telah mengetahui bagaimana mengucapkan
salam kepadamu, tapi bagaimana membaca
shalawat kepadamu. Beliau bersabda: Ucapkanlah

"

" .

Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Ala Ali


Muhammad, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim Innaka
Hamidun Majid, Allahumma Bararik Ala Muhammad
Wa Ala Ali Muhammad Kama Barakta Ala Ali
Ibrahim Innaka Hamidun Majid.(Ya Allah berilah
shalawat kepada Muhammad dan kepada keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah
bershalawat kepada keluarga Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Maka Terpuji lagi Maha
Mulia. Ya Allah berkahilah Muhammad dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberkahi keluarga Ibrahim, sesungguhnya
Engkau Maha Terpuji lagi Maha Mulia. (Dikeluarkan
Bukhari dan Muslim serta Abu Daud)

7. Dari Ibnu Abu Laila berkata bahwa Rasulullah


Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:
Hadirlah kalian. Maka kamipun hadir. Ketika naik
mimbar pada tangga pertama beliau
mengucapkan Amin, kemudian naik mimbar pada
tangga kedua beliau mengucapkan Amin.
Kemudian naik mimbar pada tangga ketiga beliau
juga mengucapkan Amin. Setelah usai khutbah,
beliau turun dari mimbar, maka kami bertanya
kepada beliau: Wahai Rasulullah kami mendengar
darimu sesuatu yang belum pernah kami dengar
darimu sebelumnya. Beliau Shallallahu'alaihi wa
sallam bersabda bersabda: Sesungguhnya Jibril
datang kepadaku lalu berkata: Semoga semakin
jauh dari Allah, orang yang menemui Ramadhan
namun tidak diampuni dosanya. Maka aku
katakan Amin. Ketika aku naik mimbar pada tangga
kedua, Jibril berkata: Semoga semakin jauh dari
Allah, orang yang namamu disebut namun dia tidak
membaca shalawat kepadamu, maka aku
katakan Amin. Ketika aku naik mimbar pada tangga
ketiga, Jibril berkata: Semoga semakin jauh dari
Allah, orang yang menemui kedua orang tuanya
dalam keadaan tua renta, atau salah satunya,
namun dia tidak masuk surga. Maka aku
katakan Amin. ( Dikeluarkan Ibnu Khuzaimah dan al-
Hakim dan beliau berkata: Sanadnya shahih).

8. Dari Abu Humaid as-Saidi bahwa mereka


berkata: Wahai Rasulullah bagaimana kami
membaca shalawat kepadamu, maka Rasulullah
Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda:
Ucapkanlah:
"

".

Allahumma Shalli Ala Muhammad Wa Azwaajihi Wa


Dzurriyatihi, Kama Shallaita Ala Ali Ibrahim, Wa
Barik Ala Muhammad Wa Azwaajihi Wa Dzurriyatihi,
Kama Barakta Ala Ali Ibrahim Innaka Hamidun
Majid. (Ya Allah berilah shalawat kepada
Muhammad, isteri-isterinya dan anak-anak cucunya,
sebagaimana Engkau telah bershalawat kepada
keluarga Ibrahim. Berkahilah Muhammad, isteri-
isterinya dan anak-anak cucunya, sebagaimana
Engkau telah memberkahi keluarga Ibrahim,
sesungguhnya Engkau Maha Terpuji lagi Maha
Mulia. (Dikeluarkan Imam Bukhari dan Muslim).

9. Abu Usaid berkata bahwa Rasulullah


Shallallahu'alaihi wa sallam bersabda bersabda: Jika
diantara kamu masuk masjid maka ucapkanlah
shalawat dan salam kepada nabi dan bacalah:

:
" .

Allahumma Shalli Ala Muhammad, Allahumma Iftah


Li Abwaaba Rahmatik, ( Ya Allah berilah shalawat
kepada Muhammad, ya Allah bukalah untukku pintu-
pintu rahmat-Mu) dan jika keluar dari Masjid,
hendaklah ia ucapkanAllahumma Inni Asaluka Min
Fadzlik. Ya Allah sesungguhnya aku memohon
kepada-Mu sebagian dari karunia-Mu) (Dikeluarkan
Imam Muslim dan Abu Daud secara ringkas)

10. Hadits Abu Said al-Khudri

! -:
: )).
.
(( .

Dari Abu Said al-Khudri berkata bahwa kami


bertanya: Wahai Rasulullah, Salam kepadamu kami
telah mengetahui, maka bagaimanakah kami
bershalawat kepadamu? Beliau Shallallahu'alaihi wa
sallam bersabda: Ucapkanlah: Allahumma Shalli Ala
Muhammad Abdika Warasulika Kama Shallaita Ala
Ali Ibrahim. Wabarik Ala Muhammad Wa Ala Ali
Muhammad Kama Barakta Ala Ibrahim. (Ya Allah,
berikanlah shalawat kepada Muhammad, hamba-Mu
dan utusan-Mu, sebagaimana Engkau telah
memberikan shalawat kepada keluarga Ibrahim.
Dan berkahilah Muhammad dan keluarga
Muhammad, sebagaimana Engkau telah
memberkahi Ibrahim). (Dikelurkan Bukhari)
_________________
[1] . Namun dinyatakan hasan oleh syaikh al-Bani
dalam shahih Adabul Mufrad (499) dan Silsilah
Hadits Shahihah (829).

[2] . Dalam Sunan Abu Daud dan Misykatul


Mashabih dari Abu Hurairah.

[3] . Dalam buku aslinya, penulis menyatakan bahwa


hadits ini dari Ali bin Abu Thalib yang dikeluarkan
Imam Nasai, namun setelah kami teliti ternyata kami
temukan dalam sunan Abu Daud, sunan al-Baihaqi
(2686) dan Miskatul Mashabih dari Abu Hurairah.

Sumber: Artikel Buka Hati Menuntut Ilmu

Hal-hal yang Menakutkan di Alam Kubur


Hal-hal yang Menakutkan di Alam Kubur. Melalui
pengamatan nas-nas yang shohih dari Al Quran dan
sunnah serta di topang oleh pemahaman dan
pandangan para ulama dalam memahami nash-
nash tersebut, bahwa manusia menempuh
kehidupan empat Alam: alam rahim, alam dunia,
alam barzahk (kubur), alam akhirat.

Keadaan manusia dalam alam kubur


Yang mana proses kehidupan setiap alam tersebut
memiliki kekhususan masing-masing, tidak bisa
disamakan proses kehidupan dalam setiap alam
tersebut dengan kehidupan alam yang lainnya, alam
rahim umpamanya mungkin saja bisa diketahui
sebahagian proses kehidupan disana melalui
peralatan kedokteran yang canggih, tapi di balik itu
semua masih banyak keajaiban yang tidak
terungkap dengan jalan bagaimanapun, semua itu
merupakan rahasia yang sengaja Allah tutup dari
ilmu dan pandangan umat manusia.

Allah telah menerangkan dalam firmanNya yang


berbunyi:
[85/} { ]
Tidaklah kalian diberi ilmu kecuali sedikit saja

Apalagi bila kita hendak berbicara tentang


kehidupan alam kubur dan alam akhirat, tiada pintu
yang bisa kita buka kecuali pintu keimanan dengan
yang ghaib, melalui teropong nas-nas Al Quran dan
sunnah. Beriman dengan hal yang ghaib adalah
barometer pembeda antara seorang mumin dengan
seorang kafir.

Sebagaimana termaktub dalam firman Allah:


2/( ]2)
[3
Kitab (Al Quran) ini tidak ada keraguan padanya;
petunjuk bagi mereka yang bertaqwa (yaitu) mereka
yang beriman kepada yang ghaib.

Banyak sekali nas-nas dari Al Quran dan sunnah


yang mengukuhkan persoalan ini yang tidak
mungkin untuk kita urai dalam tulisan yang singkat
ini.

Setiap manusia yang hidup di dunia ini pasti akan


melewati Alam kubur. Alam ini disebut pula alam
barzakh yang artinya perantara antara alam dunia
dengan alam akhirat.

Sebagaimana terdapat dalam firman Allah:


( 99)


[100 99/]
Apabila kematian datang kepada seseorang dari
mereka, ia berkata: Ya Tuhanku kembalikanlah aku
(ke dunia). Agar aku berbuat amal yang saleh
terhadap yang telah aku tinggalkan. Sekali-kali
tidak. Sesungguhnya itu adalah perkataan yang
diucapkannya saja. Dan di hadapan mereka ada
Barzakh (pembatas) hingga hari mereka
dibangkitkan.

Para ahli tafsir dari ulama salaf sepakat


mengatakan: Barzakh adalah perantara antara
dunia dan akhirat, atau perantara antara masa
setelah mati dan hari berbangkit[1].

Dinamakan alam Barzakh dengan alam kubur


adalah atas keadaan yang umum terjadi, karena
umumnya manusia bila meninggal dunia di kubur
dalam tanah. Namun bukan berarti orang yang tidak
dikubur telepas dari peristiwa-peristiwa alam
barzakh. Seperti orang yang dimakan binatang
buas, tenggelam di lautan, dibakar ataupun terbakar.
Sebab Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Seperti yang diceritakan Rasulullah Sallallahu Alaihi
Wa Sallam dalam sabdanya:
:
)


. (
Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu bahwa
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam bersabda:
Seorang yang tidak pernah beramal baik sedikitpun
berkata kepada keluarganya: apabila ia meninggal
maka bakarlah dia, lalu tumbuk tulangnya sehalus-
halusnya. Kemudian sebarkan saat terjadi angin
kencanng bertiup, sebagian di daratan dan sebagian
lagi di lautan. Lalu ia berkata: Demi Allah, Jika Allah
mampu untuk menghidupkannya, tentu Allah akan
mengazabnya dengan azab yang tidak diazab
dengannya seorangpun dari penduduk alam. Maka
Allah memerintahkan kepada lautan dan daratan
untuk mengumpulkan debunya yang terdapat
dalamnya. Maka tiba-tiba ia berdiri tegak. Lalu Allah
bertanya kepadanya: Apa yang mendorongnya
untuk melakukan hal tersebut?[2]

Dari kisah yang disebutkan dalam hadits di atas


dapat kita lihat bagaimana seseorang tersebut
berusaha untuk lari dari azab Allah dengan cara
yang menurut akal pikirannya dapat membuatnya
lolos dan lepas dari azab Allah. Tetapi hal tersebut
tidak dapat melemahkan kekuasaan Allah. Bila
seandainya ada seseorang mau melakukan tipuan
terhadap Allah agar ia terlepas dari azab kubur,
sesungguhnya kekuasan jauh lebih kuat daripada
tipuanya. Pada hakikatnya yang ditipunya adalah
dirinya sendiri.

Di alam kubur manusia akan mengalami kehidupan


sampai teropet sangkakal ditiup oleh malaikat Isrofil.
Di sana ada yang bersukacita dan ada pula yang
berdukacita, ada yang bahagia dan ada pula yang
menderita.

Sebagaimana yang diriwayatkan oleh Baraa bin


Azib Radhiallahu anhu. Ia berkata: Ketika kami
menghadiri penguburan jenazah di perkuburan Baqi
Al Gharqad Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam
mendatangi kami lalu beliau duduk maka kamipun
duduk di sekeliling beliau, bagaikan di atas kepala
kami hinggap burung (gambaran akan ketenangan
sahabat). Orang tersebut sedang dibikinkan lahat.

Lalu Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam


mengucapkan Aku berlindung dengan Allah dari
azab kubur sebanyak tiga kali. Kemudia beliau
berkta: Sesungguhnya seorang hamba apabila akan
menemui kehidupan akhirat dan akan berpisah
dengan kehidupan dunia. Maka para malaikat turun
mendatanginya, wajah mereka bagaikan matahari.
Mereka membawa kain kafan dan minyak harum
dari surga. Para malaikat tersebut duduk dengan
jarak sejauh mata memandang. Kemudian malaikat
Maut mendatanginya dan duduk dekat kepalanya
seraya berkata: Wahai jiwa yang baik keluar kepada
keampunan dan keredhaan Allah. Maka keluarlah
ruh tersebut bagaikan mengalirnya air dari mulut
cerek. Maka malaikat Maut mengambilnya. Bila
telah diambilnya, ia tidak membiarkan ditanganya
walau sekejab mata hingga para malaikat (yang
membawa kafan dan minyak harum) mengabilnya.
Lalu mereka bungkus ruhnya dengan kafan dan
minyak harum tersebut. Maka keluar darinya aroma
bagaikan aroma minyak kasturi yang paling harum
di muka bumi.
Maka mereka membawa ruh tersebut naik (ke
langit). Setiap mereka melewati malaikat-malaikat
mereka bertanya: Siapa harumnya yang mewangi
ini? Maka menyebutnya dengan namanya dengan
panggilan yang paling baik waktu di dunia. Sampai
naik kelangit, lalu mereka meminta dibukakan pintu
langit, maka lalu dibuka untuknya. Maka malaikat
penghuni setiap langit mengiringinya sampai pada
langit berikutnya. Sampai mereka berakhir pada
langit yang Allah berada disana. Maka Allah
berkata: Tulislah kitab hamba-Ku pada Illiyyin
(tempat yang tinggi) dan kembalikan ia kebumi,
sesungguhnya Aku menciptakan mereka dari bumi
kemudian padanya mereka dikembalikan dan
darinya mereka akan dibangkitkan kelak. Maka
ruhnya dikembalikan kepada jasadnya. Lalu
datanglah kepadanya dua malaikat, keduanya
menyuruhnya untuk duduk dan keduanya bertanya
kepadanya: Siapa tuhanmu? Maka ia menjawab
tuhanku adalah Allah. Apa agamamu? Maka ia
menjawab agamaku Islam. Siapa orang ini yang
diutus kepadamu? Ia menjawab: ia adalah
Rasulullah. Apa ilmumu? Ia menjawab: aku
membaca kitab Allah dan aku beriman dengannya.
Lalu di serukan dari langit: sungguh benar hambaku.
Maka bentangkanlah untuknya tikar dari surga. Dan
bukakan untuknya pintu surga.
Maka datanglah kepadanya keharuman surga dan
dilapangkan kuburnya sejauh mata memandang.
Maka datang kepadanya orang yang berwajah
tampan, berpakaian yang bagus dan harum
mewangi. Ia (orang berwajah tampan) berkata:
bergembiralah dengan hal yang menyenangkanmu,
inilah hari yang dijanjikan untukmu. Maka ia (mayat)
bertanya: siapa anda, wajahmu yang membawa
kebaikan? Maka ia menjawab: aku adalah amalmu
yang sholeh. Maka sang mayat berkata: Ya Allah
cepatkanlah kiamat, agar aku kembali kepada
keluarga dan hartaku.

Dan bila seorang kafir berpidah dari dunia dan


menuju kealam akhirat. Maka para malaikat turun
dari langit kepadanya dengan wajah yang hitam.
Mereka membawa kain ketan yang kasar, mereka
duduk dengan jarak dari mayat sejauh mata
memandang. Kemudian datanglah malaikat Maut
duduk di dekat kepalanya. Ia berkata: Wahai jiwa
yang kotor keluarlah kepada azab kemarahan Allah.
Maka ruhnya menyebar pada tubuhnya, maka
malaikat Maut mencabut ruhnya dengan kuat seperti
mencaput sisr bese dari ijuk yang basah. Bila telah
diambilnya ia tidak membiarkannya sekejab mata di
tangannya, sampai para malikat (ruh) meletakkanya
pada kain ketan yang kasar tersebut. Lalu ia
mengeluarkan bau yang paling busuk di muka bumi.
Kemudian meraka para malaikat tersebut membawa
naik, tiada malaikat yang mereka lewati kecuali
bekata: Bau apa yang sangat keji ini? Maka ia
dipanggil dengan namanya yang paling jelek waktu
di dunia. Sehingga arwahnya sampai pada langi
dunia lalu malaikat meminta pintunya dibuka, maka
tidak izinkan untuk dibuka untuknya.

Kemudia Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam


membaca firman Allah:
}
[40/ { ]
Tidak dibukakan untuk mereka pintu langit, dan
mereka tidak akan masuk surga sampai onta masuk
kedalam lubang penjahit.

Kemudian Allah berkata: Tulislah catatan amalnya


di Sijjin pada lapisan bumi yang paling bawah.
Maka ruhnya dilemparkan jauh-jauh.

Kemudian Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam


membaca ayat:

[31/ ]
Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah,
maka seolah-olah ia telah terjatuh dari langit lalu
disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin
ke tempat yang jauh.

Lalu ruhnya dikembalikan kepada jasadnya, dan


datang kepadanya dua orang malaikat lalu
menyuruhnya dudk. Lalu kedua malaikat itu berkata:
siapa tuhanmu? Maka ia menjawab: ha ha, aku
tidak tau. Lalu keduanya berkata lagi: siapakah
orang ini yang diutus kepadamu? Ia menjawab lagi:
ha ha, aku tidak tau. Maka seseorang menyeru dari
langit: sungguh ia telah berdusta. Maka bentangkan
tikar untuknya dari api neraka dan bukakan salah
satu pintu neraka untuknya. Maka datanglah
kepadanya angin panas neraka. Lalu kuburnya
disempitkan atasnya sehingga tulang-tulang
rusuknya saling bedempet. Kemudian datang
kepadanya seorang yang bewajah jelek, berpakaian
jelek, berbau busuk. Lalu orang tersebut berkata:
berbahagialah dengan apa yang mennyakitimu,
inilah hari yang dijanjikan padamu. Lalu ia (mayat)
bertanya: siapa engkau yang berwajah jelek? Ia
menjawab: aku adalah amalanmu yang keji. Lau
simayat berkata: Tuhanku janganlah engkau
datangkan kiamat[3].

Jika seorang muslim mau merenungkan sejenak


bagaimana keadaan dan kondisi kehidupannya nanti
di alam kubur. Niscaya ia akan menjauhi perbuatan
maksiat dan dosa. Bayangkan bagaimana ketika kita
berada dalam sebuah lubang yang sempit dan
gelab, tidak ada cahaya sedikitpun. Betapa suasana
gelap mencekam menimbulkan rasa takut yang
dalam, napas terasa sesak, semakin lama semakin
sulit untuk bernapas, rasa haus, lapar, panas, mau
berteriak tidak seorangpun yang mendengar.

Akan tetapi alam kubur jauh berbeda dari semua itu.


Tidak hanya sebatas apa yang tergambar ketika kita
berada dalam sebuah lubang sempit dan gelap.
Suasana di sana akan ditentukan oleh amalan kita
sewaktu di dunia. Orang yang beramal sholeh waktu
di dunia ia akan lulus dalam menjawab pertanyaan
malaikat. Tidur di atas hamparan tikar dari surga,
ditemani oleh orang berbau wangi dan berwajah
tampan. Kemudian senantiasa mencium bau harum
hembusan angin surga.
Adapun orang yang hidup di dunia bergelimang
dosa dan maksiat apalagi melakukan perbuatan
syirik. Ia tidak bisa menjawab pertanyaan malaikat.
Tidur di atas haparan tikar dari api neraka, di temani
oleh orang berbau busuk dan berwajah buruk.
Kemudian senantiasa mencium bau busuk
hembusan panas api neraka.
Bahkan setiap manusia akan diperlihatkan
kepadanya tempat tinggalnya saat di alam kubur
pada waktu pagi dan sore. Hal ini disebutkan oleh
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam dalam
sabdanya:


)
.(
Apabila seseorang telah mati, akan diperlihatkan
kepadanya tempat tinggalnya pada waktu pagi dan
sore. Jika ia dari penghuni surga maka diperlihatkan
tempatnya di surga. Dan jika ia dari penghuni
neraka maka diperlihatkan tempatnya di neraka.
Kemudian dikatakan kepadanya: inilah tempatmu
yang akan engkau tempati pada hari kiamat.

Dinatara hikmah diperlihatkannya tempat seseorang


di akhirat kelak ketika diwaktu alam kubur adalah
agar semakin menimbulkan rasa syukur dalam diri
orang yang beramal sholeh. Ini adalah salah satu
bentuk nikmat yang dirasakannya dalam alam kubur.

Adapun bagi orang berbuat dosa akan semakin


menambah rasa kekecewaan dan penyesalan
dalam dirinya. Ini adalah salah satu bentuk azab
yang dialaminya dalam alam kubur.

Hal ini disebutkan Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa


Sallam dalam sabdanya:
))
((.
.
Tidak seorang pun masuk kedalam surga kecuali
diperlihatkan kepadanya tempatnya di neraka jika
seandainya ia berbuat jelek. Agar bertambah rasa
syukurnya. Dan tidaklah seorang pun masuk
kedalam neraka kecuali diperlihatkan kepadanya
tempatnya di surga seandainya ia berbuat baik.
Agar semakin bertambah atasnya rasa penyesalan.

Dalam riwayat lain disebutkan:


.
.
.
.
.
) .
(.
Apabila seorang hamba diletakkan di kuburnya,
dan kerabatnya pergi meninggalkannya.
Sesungguhnya ia mendengar derap sandal mereka.
Datanglah kepadanya dua orang malaikat lalu
menyuruhnya duduk. Lalu keduanya berkata: apa
perkataanmu tentang orang ini? Adapun orang
mukmin akan menjawab: aku bersaksi ia adalah
hamba Allah dan utusannya. Lalu dikatakan
kepadanya: lihatlah tempatmu di neraka sungguh
Allah telah menukarnya dengan tempat di surga,
maka ia melihat keduanya. berkata Qotadah:
disebutkan kepada kami bahwa kuburnya di luaskan
tujuh puluh hasta, yang dipenuhi oleh tumbuhan
hijau sampai hari mereka dibangkit.

Bantahan Terhadap Orang Yang Mengingkari


Azab Kubur.
Sebagian kelompok sempalan dalam Islam justru
ada yang mengingkari dan tidak percaya dengan
azab kubur, seperti orang-orang Mutazilah dan para
pengagum pemikiran orientalis.

Mereka berpegang kepada akal dan indra mereka,


alasan mereka karena bertentangan dengan
kenyataan. Jika kita melakukan pengalian terhadap
sebuah kuburan, besarnya tidak berobah, kita temui
kuburannya tetap seluas itu.
Jawaban atas argumentasi mereka tersebut adalah
sebagai berikut:

Pandangan dan pendapat yang tidak percaya


tentang adanya azab kubur adalah batil menurut
kenyataan dan akal sehat, apalagi menurut agama.
Mari kita simak pada penjelasan berikut:

1. Sesungguhnya yang wajib menjadi pedoman


kita adalah Al Quran dan sunnah. Kita tidak boleh
menolak ketentuan Allah dan Rasul Sallallahu
Alaihi Wa Sallam dengan alasan tidak masuk
akal. Karena ketika diteliti ternyata hal tersebut
tidak bertentangan dengan akal. Karena yang
menciptakan akal dan yang menurun syariat
adalah Allah Yang Maha Tahu. Tidak ada ajaran
agama yang tidak terima akal. Tetapi sebagian
ajaran agama ada yang tidak terjangkau oleh akal
dan membuat akal bertekuk lutut dihadapan
agama. Oleh sebab itu Allah tidak menyerahkan
manusia pada akal semata. Akan tetapi Allah
mengutus para rasul dan menurunkan wahyu
untuk mengarahkan akal dalam berfikir.
2. Alam kubur adalah alam ghaib yang memiliki
kekhususan, tidak bisa diqiaskan dengan alam
dunia ini. Ada orang mencoba mengukur
kebenaran azab kubur dengan panca indranya.
Lalu ia mengingkari kejadian alam barzakh
dengan alasan karena tidak menyaksikanya
dengan panca intra. Menurut pemikirannya yang
picik dan dangkal kehidupan alam kubur seperti
kehidupan alam dunia. Ini suatu kekacauan dan
kekeliruan dalam mengimani alam barzakh
tersebut. Segala peristiwa di sana adalah alam
ghaib yang tidak bisa dijangkau dengan panca
indra biasa, tetapi bisa dijangkau dengan indra
keimanan kepada alam ghaib. Bahkan kadang
kala sebagian orang menemukan bukti nyata
tentang adanya azab kubur. Seperti ketika terjadi
penggalian terhadap kuburan karena alasan
tertentu. Ditemukan adanya perbedaan kondisi
mayat anatara satu dengan lainnya. Ada
kondisinya yang utuh, ada yang hancur seluruh
tulang teronggok di tengah, ada pula sebagian
tubuhnya hacur dan sebagian utuh, dan ada pula
seakan-akan baru dikubur, padahal ia sudah
dikubur sejak puluhan tahun. Semua ini
menunjukkan adanya proses di alam kubur
tersebut sesuai dengan kondisi keimanan masing-
masing orang.
3. Yang merasakan tentang nikmat dan azab
kubur tersebut adalah orang berada dalam kubur
itu sendiri. Sebagaimana seseorang yang
bermimpi dalam tidurnya merasa berada di
tempat yang luas atau di tempat yang sempit.
Tetapi orang yang melihatnya tidak merasakan
hal itu, ia hanya melihat orang tersebut sedang
tidur. Contoh lain adalah ketika Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam menerima wahyu di
hadapan para sahabat. Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wa Sallam dapat mendengar dan melihat
jibril akan tetapi para sahabat tidak mendengar
dan tidak melihatnya.
4. Kemapuan panca indra makhluk terbatas dalam
mengetahui segala sesuatu. Mereka tidak akan
mampu mengatahui segala apa yang terjadi di
langit dan di bumi. Sebagaimana Allah
menyebutkan bahwa langit dan bumi bertasbih
memuji Allah. Akan tetapi kita tidak mendengar
tasbihnya. Namun kadang kala yllah
memperdengarkannya kepada siapa yang
dikehendaki-Nya. Demikian pula halnya keadaan
alam Barzakh.
5. Kebatilan pendapat tersebut menurut
kenyataan.
Dalam keyataan sehari-hari ada kondisi yang amat
dekat kemiripannya dengan kondisi mayat dalam
kubur tentang hal yang sedang dialaminya. Kita
contohkan dua orang yang sedang tidur, salah
seorang diantara mereka melihat dalam tidurnya ia
sedang berada di padang hijau yang luas penuh
dengan bunga-bunga. Yang lain melihat ia sedang
berada dalam gua gelab yang sempit serta sangat
menakutkan. Sedangkan dalam kenyataannya
mereka sedang tidur terbaring dengan pulas. Tidak
seorangpun yang merasakan apa yang sedang
mereka alami dalam tidurnya. Demikian pula mayat
yang ada dalam kubur, ia tidur namun tidurnya
memiliki rahasia tentang apa yang sedang
dialaminya dalam kuburnya. Oleh sebab itu
dikatakan orang: tidur adalah saudara kematian.
6.Kebatilan pendapat tersebut menurut akal.
Peristiwa yang kita gambarkan pada poin kelima di
atas dapat diterima oleh akal. Bila kondisi tersebut
terjadi dan kita alami di dunia, apakah tidak mungkin
untuk terjadi di alam kubur.

7.Kebatilan pendapat tersebut menurut agama.


Adapun kebatilan pendapat tersebut menurut
Agama adalah sangat banyak sekali dalil yang
menerangkan tentang adanya azab kubur dalam Al
Quran dan hadits-hadits yang shohih. Kevalitan
keyakinan tentang adanya azab kubur sangat
banyak sekali dalil-dalilnya. Baik dari ayat-ayat Al
Quran maupun dari hadist-hadits yang shohih.
Sebagiannya telah kita sebutkan diawal
pembahasan ini. Namun tidak mengapa kita
tambahkan sedikit lagi pada berikut ini:

1. Ayat-ayat Al Quran.
Ayat Pertama: Firman Allah dalam Surat Ibrohim
ayat 27 yang berbunyi:

/ ]
[27
Allah meneguhkan (jawaban) orang-orang yang
beriman dengan ucapan yang teguh waktu
kehidupan di dunia dan di akhirat.
Ayat ini menerangkan tentang pertolongan Allah
dalamm meneguhkan jawaban orang mukmin ketika
menjawab pertanyaan dua orang malaikat ketika di
alam kubur. Sebagaimana yang diterangkan dan
disepakati oleh para ulama mufassirin.
Hal ini dipertegas oleh sebuah hadits yang
diriwayatkan oleh Imam Bukhari dan muslim dalam
kitab shohihnya:
)
(
) .
. . (
Melalui sahabat Barraak bin Azib Radhiallahu anhu
dari Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam, beliau
membaca firman Allah: Allah meneguhkan
(jawaban) orang-orang yang beriman dengan
ucapan yang teguh waktu kehidupan di dunia dan di
akhirat.
Lalu beliau bersabda: Ayat ini turun tentang Azab
kubur. Dikatakan kepada simayat: siapakah
tuhanmu? Maka ia menjawab: Tuhanku Allah,
nabiku Muhammad Sallallahu Alaihi Wa Sallam.
Maka itulah yang dimaksud firman Allah: Allah
meneguhkan (jawaban) orang-orang yang beriman
dengan ucapan yang teguh waktu kehidupan di
dunia dan di akhirat.
Ayat Kedua: Firman Allah dalam surat Al Mumin
ayat: 45-46 yang berbunyi:
( 45)

[46 45/ ]
Firaun beserta kaumnya dikepung oleh azab yang
amat buruk. Kepada mereka dinampakkan neraka
pada pagi dan petang, dan pada hari terjadinya
Kiamat. (Dikatakan kepada malaikat): Masukkanlah
Firaun dan kaumnya ke dalam azab yang sangat
keras.

Ayat yang mulia ini menjelaskan bahwa Firaun dan


pengikutnya telah mendapat azab di alam barzakh
(kubur), dinampakkan kepada mereka neraka pagi
dan petang sebelum hari berbangkit. Adapun pada
hari kiamat Firaun dan kaumnya akan dimasukkan
kedalam azab yang lebih keras lagi.

Imam Qurthubi mengomentari ayat diatas dalam


tafsirnya: Jumhur para mufasiriin mengatakan
bahwa penampakkan tersebut terjadi pada
alam Barzakh (kubur). Dan ini adalah hujjah dalam
ketetapan azab kubur[4].

Demikian pula komentar Imam Ibnu Katsir dalam


tasirnya: Ayat ini adalah landasan yang kokoh
sebagai dalil Ahlussunnah atas azab Barzakh di
dalam kubur[5].
Ayat Ketiga: Firman Allah dalam surat At Yaubah
ayat: 101 yang berbunyi:
[101/ ]
Kami akan menyiksa mereka dua kali kemudian
mereka akan dikembalikan kepada azab yang
besar.

Ayat ini telah dijadikan dalil tentang adanya azab


kubur oleh para ulama salaf[6], sepeti Mujahid,
Qotadah dan Imam Bukhary.

Berkata Mijahid dalam menafsirkan Kami akan


menyiksa mereka dua kali kemudian mereka akan
dikembalikan kepada azab yang besar: yakni
Dengan kelaparan dan azab kubur, kemudian
mereka dimasukkan kedalam azab yang lebih
dahsyat pada hari kiamat.

Berkata Imam Qotadah: Kami akan menyiksa


mereka dua kali kemudian mereka akan
dikembalikan kepada azab yang besar yakni Azab
dunia dan azab alam kubur kemudian mereka
dimasukkan kedalam azab yang lebih dahsyat[7].
Demikian pula Imam Bukhary berdalil dengan ayat
sebelumnya dan ayat ini tentang adanya azab
kubur. Sebagaimana beliau sebutkan dalam kitab
shohih beliau diawal Bab: Dalil-dalil tentang azab
kubur[8].

2.Hadits-hadits Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa


Sallam.
Adapun dalil dari hadits-hadits Rasulullah Sallallahu
Alaihi Wa Sallam tentang azab kubur sangat banyak
sekali. Pada brikut ini kita sebutkan sebagian kecil
saja sebagai tambahan dari apa yang telah
disebutkan pada awal pembahasan ini.

Hadits Pertama:


. .
Dari Anas Radhiallahu anhu bahwa Nabi Sallallahu
Alaihi Wa Sallam bersabda: Jika seandainya kalian
tidak akan dikubur, sungguh aku berdoa kepada
Allah untuk mendengarkan kalian dari azab kubur.
Dalam hadits ini Nabi Sallallahu Alaihi Wa Sallam
memberitahukan kepada para sahabat tentang
kepastian adanya azab kubur. Bahkan beliau
berkeinginan untuk bedoa kepada Allah agar
memperdengarkannya kepada para sahabat. Tetapi
ada hal yang menghalangi beliau adalah karena
mereka akan menghadapinya di kubur. Hal akan
berakibat membuat orang tidak akan merasa
tentram dalam hidupnya ketika mendengar azab
kubur tersebut. Dan bisa-bisa membawa kepada
keputus asaan dalam diri seseorang. Serta dapat
mengganggu dalam merasakan nikmat-nikmat dunia
yang diberikan Allah kepada mereka. Sebagaimana
yang diterangkan oleh para ulama tentang hikmah
untuk tidak diperdengarkannya azab kubur tersebut
kepada manusia.

Hadits Kedua:



. .
Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu ia berkata:
telah bersabda Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam: Apabila salah seorang kalian telah selesai
membaca Tasyahud, maka hendakla ia berlindung
kepada Allah dari empat hal: Ya Allah Aku berlindung
dengan-Mu dari azab neraka Jahannam, dari azab
kubur, dari fitnah kehidupan dan kematian serta dari
fitnah Masih Dajjal.

Hadits ini menunjukkan tentang keberadaan azab


kubur. Kalau seandainya tidak ada untuk Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam menyuruh umat
berlindung dengan Allah dari azab kubur. Tentulah
perintah tersebut akan menjadi sia-sia bila azab
kubur tersebut tidak ada. Bahkan banyak sekali
hadits yang menyebutkan tentang doa Rasulullah
Sallallahu Alaihi Wa Sallam agar dilindungi Allah dari
azab kubur. Hal ini menunjukkan begitu urgennya
masalah beriman dengan zab kubur.

Hadits Ketiga:


. .
Dari Ibnu Abbas Radhiallahu anhu ia berkata:
Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam melewati dua
kuburan. Lalu beliau berkata: sesungguhnya
keduanya sedang di azab. Keduanya diazab bukan
karena dosa besar. Adapun salah seorang mereka
suka memfitnah (mengadu-domba). Dan yang lain
tidak bersuci ketika buang air kecil.
Dalam hadits ini Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa
Sallam diberitahu oleh Allah tentang keadaan dua
orang penghuni kuburan tersebut. Bahwa keduanya
sedang diazab dalam kuburnya. Karena sebelum
terjadi hari kiamat belum ada orang yang diazab
dalam neraka. Adapun peristiwa yang digambarkan
kepada Rasulullah Sallallahu Alaihi Wa Sallam
ketika isra mikraj adalah tentang keadaan setelah
hari kiamat kelak.

Kemudian dalam hadits tersebut terdapa dua bentuk


sebab yang biasa menyebabkan seseorang diazab
dalam kuburnya. Pertama orang yang suka
memfitnah atau mengadu domba di tengah
masyarakat. Kedua orang yang tidak bersuci ketika
selesai buang air kecil.

Kesimpulan:
Azab kubur adalah benar-benar ada, dan kita wajib
beriman kepadanya karena ia adalah bagian dari
beriman kepada yang ghaib.

Azab kubur adalah umum untuk seluruh msnusia,


tidak khusus dengan umat nabi Muhammad
Sallallahu Alaihi Wa Sallam.

Diantara Azab atau nikmat kubur ada yang


berhubungan dengan ruh dan jasad secara
bersamaan. Dan ada pula yang khusus
berhubungan dengan ruh saja.
Semua ruh orang yang telah meninggal dunia
berada di alam Barzakh, sekalipun ia pelaku maksiat
atau orang kafir.

Seseorang tidak akan masuk surga atau neraka


kecuali setelah terjadinya hari kiamat dan
dibangkitnya seluruh manusia dari kuburnya.

Pelajaran di balik keimanan kepada Azab Kubur.


Dalam keimanan kepada azab kubur tersimpan
banyak hikmah dan pelajaran bagi pribadi seorang
muslim. Diantara pelajaran yang dapat kita ambil
dari keimanan kita kepada azab kubur adalah
sebagai berikut:

1. Menanamkan dalam diri seseorang sikap


mawas diri dalam meninggalkan perintah-perintah
agama.
2. Memiliki kemauan yang tinggi dalam melakukan
amal sholeh, agar mendapat keberuntungan di
alam kubur.
3. Menimbulkan dalam diri seseorang rasa takut
untuk melakukan maksiat, agar terhindar dari
azab kubur.

[1] Lihat tafsir Thobary: 18/53.


[2] Kisah ini terdapat dalam Shohih Bukhari (7067)
dan Shohih Muslim: (7157).
[3] Diriwayatkan oleh imam Ahmad dan dishohihkan
oleh syeikh Albany dalam Shohih Jami ash
Shoghiir no (1676).
[4] Lihat tasir Qurthuby: 15/318.
[5] Lihat tafsi Ibnu Katsir: 4/82.
[6] Lihat tafsir Thobari: 11/9-12.
[7] Lihat perkataan dua imam tersebut dalam tafsir
Thobary: 11/10-11.
[8] Lihat shohih Bukhary: 1/461.

Sumber: Dzikra.com
Siapa Wali Allah? Menggapai Jenjang Perwalian

Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam,


shalawat dan salam buat Nabi terakhir yang
membawa peringatan bagi seluruh umat manusia,
semoga shalawat dan salam juga terlimpahkan buat
keluarga dan para shahabatnya serta orang-orang
yang tetap berpegang teguh dengan petunjuk
mereka sampai hari kiamat.

: :
:




Terjemahan hadits:
Dari Abu Hurairah ia berkat, Telah
bersabda Rasulullah ; Sesungguhnya
Allah telah berfirman: Barangsiapa yang memusuhi
wali-Ku maka sesungguhnya Aku telah menyatakan
perang kepadanya, dan tidaklah seorang hamba-Ku
mendekatkan diri kepada-Ku dengan sesuatu
ibadah yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku
wajibkan kepadanya, dan senantiasa seorang
hamba-Ku mendekatkan diri kepadaKu dengan
amalan-amalan Sunah hingga Aku mencintainya.
Jika Aku mencintainya jadilah aku sebagai
pendengarannya yang ia gunakan untuk
mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya
yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai
kakinya yang ia gunakan untuk berjalan. Dan jika ia
meminta (sesuatu) kepadaKu pasti Aku akan
memberinya, dan jika ia memohon perlindungan
dari-Ku pasti Aku akan melindunginya.

Hadits ini dirawikan Imam Bukhary dalam kitab


shahinya, hadits no: 6137.

Hadits ini disebut juga hadits qudsi, karena Nabi


meriwayatkan perkataan Allah secara
langsung. Adapun perbedaan antara hadits qudsi
dengan hadits biasa ada beberapa pendapat; yang
masyhur dikalangan para ulama adalah bahwa
hadits qudsi lafadz dan maknanya datang langsung
dari Allah adapun hadits biasa lafadznya dari Nabi
sedangkan maknanya dari Allah
subhaanahu wa Taala. Kemudian apa perbedaan
antara hadits qudsi dengan Alquran? Karena
keduanya sama-sama datang dari Allah baik lafadz
maupun makna? Sebagian ulama menyebutkan:
perbedaanya adalah Alquran mendapat pahala
dalam segi membaca dan hal-hal lainnya, adapun
hadits qudsi mendapat pahala dengan memahami
dan mengamalkannya. Namun sebagian ulama
meninggalkan dari mencari-cari perbedaan tersebut
takut akan terjerumus kepada persoalan yang
berlebih-lebihan yang akhirnya akan menyebabkan
berbicara dalam agama tampa ilmu. Wallahu aalam
bissawaab.

Shahabat yang merawikan hadits ini dari Rasulullah


adalah Abu Hurairah ,
shahabat yang terbanyak meriwayatkan hadits dari
Rasulullah .

Nama beliau: Abdurrahman bin Shakhar Addausy,


masuk Islam pada saat perang khaibar tahun ke 7
H. dan meninggal dunia pada tahun 57 H.

Mengapa beliau shahabat yang terbanyak


meriwayatkan hadits?

o Pertama: berkat doa Nabi


kepadanya, agar setiap hadits yang ia dengar
langsung hafal dan tidak lupa untuk selamanya.
o Kedua: ia selalu bersama Nabi semenjak
berjumpa dengan beliau, ia tidak punya kesibukan
lain kecuali mengambil ilmu dari Nabi adapun
para shahabat yang lain mereka mempunyai
kesibukan untuk mengurus keluarga dan harta
mereka.
Imam Adz Dzahaby menyebutkan dalam kitab
Siyyar, seseorang bertanya kepada Thalhah bin
Ubaidillah: Kenapa Abu Hurairah lebih banyak
mengetahui hadits dari kalian? Kami mendengar
darinya apa yang tidak kami dengar dari kalian?
Apakah ia mengatakan sesuatu yang tidak
dikatakan Rasulullah? Jawab Thalhah: adapun
tentang ia mendengar sesuatu yang tidak kami
dengar, saya tidak meragukannya, saya akan
menerangkan hal tersebut padamu, kami memiliki
keluarga, binatang ternak dan pekerjaan, kami
datang menemui Rasululllah hanya
pada dua penghujung hari (pagi dan sore).
Sedangkan ia (Abu Hurairah) adalah orang yang
miskin, sebagai tamu dipintu rumah Rasululllah
, tangannya selalu bersama tangan
Rasulullah, maka kami tidak meragukan apa yang ia
dengar sekalipun kami tidak mendegarnya dari
Rasulullah, engkau tidak akan menemukan
seseorang akan tetap baik bila ia mengatakan
sesuatu yang tidak dikatan Rasulullah
.

Abu Hurairah sendiri pun telah menjelaskan tentang


hal tersebut ketika berita seperti ini dari seseorang
sampai kepadanya: aku datang menemui Rasulullah
pada saat perang khaibar, umurku saat itu sudah
melewati 30 tahun. Aku tetap tinggal bersamanya
sampai beliau meninggal dunia, aku ikut
bersamanya kerumah-rumah istri Beliau, aku selalu
membantu beliau, aku selalu ikut perang dan haji
bersama beliau, dan tetap selalu shalat di belakang
beliau, maka oleh sebab itu (demi Allah) aku
menjadi orang yang paling tahu dengan hadits-
hadits beliau.

Kandungan hadits
Hadits diatas mengandung beberapa pembahasan
penting diantaranya:

Pertama: Tentang al wala wal bara (loyalitas dan


berlepas diri).
Dalam potongan awal dari hadits diatas
disebutkan: Barangsiapa yang memusuhi Waliku
maka sesungguhnya Aku telah menyatakan perang
kepadanya.

Maksud dari memusuhi dalam hadits ini adalah


memusuhi karena alasan agama dan iman bukan
karena urusan duniawi, adapun pertikaian yang
disebabkan oleh urusan duniawi selama tidak
sampai pada puncak kebencian tidak mendapat
ancaman yang disebutkan Allah dalam hadits ini.
Karena perselisihan dan pertikaian juga terjadi
dikalangan sebahagian para shahabat, sebab
Mereka adalah manusia biasa yang juga memeliki
kesalahan dan kealpaan, tapi pertikaian tersebut
tidak sampai pada tingkat kebencian, bahkan
secepatnya Mereka saling memaafkan,
sebagaimana yang pernah terjadi antara Abu bakar
dan Umar. atau pertikaian tersebut timbul karena
ijtihad Mereka masing-masing sebagaimana apa
yang terjadi dalam perang Shiffin dan Jamal.

Adapun kebencian yang didasari oleh kebencian


kepada agama dan keimanan adalah merupakan
dosa besar dan bahkan bisa menyebabkan
seseorang keluar dari Islam, sebagaimana
kebencian orang orang Ahlu bidah kepada
AhlusSunah, atau kebencian orang-orang munafiqin
dan kafirin kepada umat Islam. Begitu pula setiap
orang yang tidak menginginkan Islam dan Sunah
tersebar dikalangan umat manusia. Apalagi bila
sampai pada tingkat menangkap atau menculik dan
membunuh tokoh-tokoh AhlusSunah. Orang yang
paling nomor satu dalam memusuhi wali-wali Allah
adalah kaum Rafihdah (Syiah), Mereka sangat
memusuhi orang-orang yang berada digaris depan
dan paling mulia dari seluruh wali Allah setelah para
Nabi dan Rasul yaitu para shahabat yang mulia.
Mereka orang-orang Rafidhah mengkafirkan dan
mencaci para shahabat yang telah berjuang dijalan
Allah untuk tegaknya agama Islam ini dengan harta
dan jiwa raga Mereka.

Imam Asy Syaby mengungkapakan bahwa


kebencian Rafidhah kepada para wali Allah melebihi
kebencian Yahudi dan Nasrani kepada para wali
Allah, Bila engkau bertanya kepada seorang yahudi
siapa generasi terbaik agama kamu? Ia akan
menjawab, Sahabat Musa. Begitu pula bila engkau
bertanya kepada seorang nasrani, Siapa generasi
terbaik agamamu? Ia akan menjawab: Sahabat
Isa. Tapi bila engakau bertanya kepada seorang
Rafidhah, Siapa generasi yang terburuk dalam
agama ini? Ia akan menjawab, Shahabat
Muhammad.

Oleh sebab itu, Imam Abu Hatim Arraazy berkata,


Sebetulnya mereka itu ingin membatalkan Alquran
dan Sunah, tapi Mereka tidak mampu maka mereka
ingin mencela orang yang menyampai Alquran dan
Sunah supaya bisa membatalkan Alquran dan
Sunah, tapi mereka (orang syiah) itu lebih berhak
untuk dicela, mereka itu adalah orang-orang zindik.

Cara ini pulalah yang ditempuh oleh berbagai


kelompok yang melenceng dari Sunah sekarang ini,
kita tidak perlu menyebutkan nama mereka masing-
masing, tapi cukup kita kenal ciri mereka, karena
nama mereka bisa bertukar disetiap tempat dan
disetiap saat, bila kita melihat ada kelompok yang
melecehkan ulama atau pengikut Sunah itulah
mereka. Kenapa mereka menempuh cara ini?
Karena bila generasi dijauhkan dari ulamanya maka
saat itu Mereka baru bisa memasukkan ide-ide atau
pemikiran mereka, oleh sebab itu mereka selalu
melecehkan atau meremehkan para penegak
Sunah, supaya bila label jelek ini sudah tertanam
dalam benak seseorang, saat itu ia tidak akan mau
lagi mendengar nasehat para ulama, maka saat itu
pula berbagai pemikiran dapat dimasukkan kepada
mereka.

Sekarang kita kembali kepada taufik utama kita,


yaitu apakah pengertian wali, siapa wali Allah itu?
bermacam pandangan telah mewarnai bursa
kewalian, ada yang berpandangan bila seseorang
telah memiliki hal-hal yang luar biasa berarti dia
telah sampai pada tingkat kewalian, seperti tidak
luka bila dipukul dengan senjata tajam dan
sebagainya. Sebagian orang berpendapat bila
sudah pakai baju jubah dan surban berarti sudah
wali, sebagian lain berpendapat bila seseorang suka
berpakaian kusut dan bersendal cepit berarti ia wali,
adapula yang berpandangan bila seseorang
kerjanya berzikir selalu berarti dia wali. Dan banyak
lagi pendapat-pendapat tentang perwalian yang
tidak dapat kita sebutkan satu persatu disini.

Pengertian wali

Wali secara etimologi berarti dekat.


Adapun secara terminologi menurut pengertian
sebagian ulama Ahlussunah, Wali adalah orang
yang beriman lagi bertakwa tetapi bukan Nabi.

Sebagian ulama lain berpendapat bahwa seluruh


orang yang beriman lagi bertakwa adalah disebut
wali Allah, dan wali Allah yang paling utama adalah
para Nabi, yang paling utama diantara para Nabi
adalah para Rasul, yang paling utama diantara para
Rasul adalah Ulul Azmi, yang paling utama diantara
Ulul Azmi adalah Nabi Muhammad .
Maka para wali Allah tersebut memiliki perbedaan
dalam tingkat keimanan mereka, sebagaimana
mereka memiliki tingkat yang berbeda pula dalam
kedekatan Mereka dengan Allah.

Maka dapat disimpulkan disini bahwa wali-wali


Allah terbagi kepada dua golongan;

Golongan petama: Assaabiquun Almuqarrabuun


(barisan terdepan dari orang-orang yang dekat
dengan Allah). Yaitu Mereka yang melakukan hal-hal
yang mandub (Sunah) serta menjauhi hal-hal yang
makruh disamping melakukan hal-hal yang wajib.

Sebagaimana lanjutan hadits Dan senantiasa


seorang hambaKu mendekatkan diri kepadaKu
dengan amalan-amalan Sunah hingga Aku
mencintainya.

Golongan kedua: Ashaabulyamiin (golongan


kanan). Yaitu mereka hanya cukup dengan
melaksanakan hal-hal yang wajib saja serta
menjauhi hal-hal yang diharamkan, tanpa
melakukan hal-hal yang mandub atau menjauhi hal-
hal yang makruh.

Sebagaimana yang disebutkan dalam potongan


hadits diatas, Dan tidaklah seorang hambaKu
mendekatkan diri kepadaKu dengan sesuatu ibadah
yang lebih Aku cintai dari apa yang telah Aku
wajibkan kepadanya.

Kedua golongan ini disebutkan Allah dalan firman-


Nya,
{ . .
. }
Adapun jika ia termasuk golongan yang dekat
(kepada Allah). Maka dia memperoleh ketentraman
dan rezki serta surga kenikmatan. Dan adapun jika
ia termasuk golongan kanan. Maka keselamatan
bagimu dari golongan kanan. (Q.S. Al Waaqiah: 88-
91).

Kemudian para wali itu terbagi pula menurut amalan


dan perbuatan mereka kepada dua bagian; wali
Allah dan wali setan. Maka untuk membedakan
diantara kedua jenis wali ini perlu kita melihat
amalan seorang wali tersebut, bila amalannya benar
menurut Alquran dan Sunah maka dia adalah wali
Allah sebaliknya bila amalannya penuh dengan
kesyirikan dan segala bentuk bidah maka dia
adalah wali setan. Berikut kita akan rinci ciri-ciri dari
kedua jenis wali tersebut.

Ciri-ciri Wali Allah


Allah telah menyebutkan ciri para waliNya dalam
firman-Nya,

{ .
}
Ingatlah, sesungguhnya para wali-wali Allah
mereka tidak merasa takut dan tidak pula merasa
sedih. Yaitu orang-orang yang beriman lagi
bertakwa. (Q.S. Yunus: 62-63).

Ciri pertama: Beriman, artinya keimanan yang yang


dimilikinya tidak dicampuri oleh berbagai bentuk
kesyirikan. Keimanan tersebut tidak hanya sekedar
pengakuan tetapi keimanan yang mengantarkan
kepada bertakwa. Landasan keimanan yang
pertama adalah Dua kalimat syahadat. Maka orang
yang tidak mengucapakan dua kalimat syahadat
atau melakukan hal-hal yang membatalkan kalimat
tauhid tersebut adalah bukan wali Allah. Seperti
menjadikan wali sebagai perantara dalam beribadah
kepada Allah, atau menganggap bahwa hukum
selain Islam adalah sama atau lebih baik dari hukum
Islam. Atau berpendapat semua agama adalah
benar. Atau berkeyakinan bahwa kenabian dan
kerasulan tetap ada sampai hari kiamat bahwa
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam bukan
penutup segala Rasul dan Nabi.
Ciri kedua: Bertakwa, artinya ia melakukan apa
yang diperintah Allah dan menjauhi apa yang
dilarang Allah. Sebagaimana yang disebutkan dalam
hadist ini yaitu melakukan hal-hal yang diwajibkan
agama, ditambah lagi dengan amalan-amalan
Sunah. Maka oleh sebab itu, kalau ada orang yang
mengaku sebagai wali, tapi ia meninggalkan
beramal kepada Allah maka ia termasuk pada jenis
wali yang kedua yaitu wali Setan. Atau melakukan
ibadah-ibadah yang tidak pernah dicontohkan oleh
Rasulullah dan para shahabatnya. Baik dalam
bentuk shalat maupun zikir, dll.

Ciri-ciri Wali Setan

Adapun ciri wali Setan adalah orang yang mengikuti


kemaun Setan, mulai dari melakukan syirik dan
bidah sampai bebagai bentuk kemaksiatan.
Diantaranya adalah apa yang disebutkan dalam
hadits ini yaitu memusuhi wali-wali Allah. Banyak
cara Setan dalam menyesatkan wali-walinya
diantaranya adalah bila ada orang yang melarang
berdoa atau meminta dikuburan wali, Setan
langsung membisikan kepadanya bahwa orang ini
tidak menghormati wali.

Sebagaimana Allah terangkan dalam firman-Nya


bahwa Setan juga memberikan wahyu kepada para
wali-wali mereka,
{
}
Sesunguhnya Setan-setan itu mewahyukankan
kepada wali-wali mereka untuk membantahmu, jika
kamu mentaati Mereka sesungguhnya kamu
termasuk menjadi orang-orang musyrikin. (Q.S. Al-
Anaam: 121).

Sesungguhnya menghormati wali bukanlah dengan


berdoa dikuburannya, justru ini adalah perbuatan
yang dibenci wali itu sendiri karena telah
menyekutukannya dengan Allah. Manakah yang
lebih tinggi kehormatan seorang wali disisi Allah
dengan kehormatan seorang Nabi? Jelas Nabi lebih
tinggi.

Jangankan meminta kepada wali kepada Nabi


sekalipun tidak boleh berdoa. Jangankan saat
setelah mati di waktu hidup saja Nabi tidak mampu
mendatangkan manfaat untuk dirinya sendiri,
apalagi untuk orang lain setelah mati! Kalau hal itu
benar tentulah para shahabat akan berbondong-
bondong kekuburan Nabi shallallahu alaihi wa
sallam saat mereka kekeringan atau kelaparan atau
saat diserang oleh musuh. Tapi kenyataan justru
sebaliknya, saat pace klik terjadi di Madinah Umar
bin Khatab mengajak kaum muslimin melakukan
shalat istikharah kemudian menyuruh Abbas bin
Abdul Muthalib berdoa, karena kedekatannya
dengan Nabi, bukanya Umar meminta kepada Nabi
shallallahu alaihi wa sallam. Karena kehidupan
beliau di alam barzah tidak bisa disamakan dengan
kehidupan di alam dunia.

Kemudian bentuk lain dari cara Setan dalam


menyesatkan wali-walinya adalah
dengan memotifasi seseorang melakukan
amalan-amalan bidah, sebagai contoh kisah yang
amat masyhur yaitu kisah Sunan Kalijaga, kita tidak
mengetahui apakah itu benar dilakukan beliau atau
kisah yang didustakan atas nama beliau, namun kita
tidak mengingkari kalau memang beliau seorang
wali, yang kita cermati adalah kisah kewalian beliau
yang jauh dari tuntunan Sunah, yaitu beliau
bersemedi selama empat puluh hari di tepi sebuah
sungai kemudian diakhir persemedian beliau
mendapatkan karomah. Kejanggalan pertama dari
kisah ini adalah bagaimana beliau melakukan
shalat, kalau beliau shalat berarti telah
meninggalkan shalat berjamaah dan shalat Jumat?
adakah petunjuk dari Rasulullah untuk mencari
karomah dengan persemedian seperti ini? Dengan
meninggalkan shalat atau meninggalkan shalat
berjamaah dan shalat jumat.
Banyak orang berasumsi bila seseorang memiliki
atau dapat melakukan hal-hal yang luar biasa
dianggap sebagai wali. Padahal belum tentu, boleh
jadi itu adalah tipuan atau sihir, atas bantuan Setan
dan jin setelah ia melakukan apa yang diminta oleh
jin dan Setan tersebut. Seperti ada orang yang bisa
terbang atau berjalan diatas air atau tahan pedang
atau bisa memberi tau tentang sesuatu yang hilang,
oleh sebab itu yang perlu dicermati dari setiap orang
memiliki hal-hal yang serupa adalah bagaimana
amalanya apakah amalanya sehari-hari menurut
Sunah atau tidak?

Sebagaimana dikatakan Imam SyafiI,

Bila kamu melihat seseorang berjalan di atas air


atau terbang di udara maka ukurlah amalannya
dengan Sunah (mengikuti ajaran Nabi pent).

Karena Setan bisa membawa seseorang untuk


terbang, atau memberitau para walinya sesuatu
yang tidak dilihat oleh orang lain. Sebagaimana
Dajjal yang akan datang diakhir zaman memiliki
kekuatan yang luar biasa. Begitu pula para kaum
musyrikin dapat mendengar suara dari berhala yang
mereka sembah, pada hal itu adalah suara Setan.
Dan banyak sekali kejadian yang luar biasa dimiliki
oleh orang-orang yang sesat begitu pula orang yang
murtad, dsb. Yang kesemuanya adalah atas tipuan
Setan.

Sebagaimana yang diriwayatkan dalam kisah


seorang Nabi palsu Mukhtar bin Abi Ubaid, yang
mengaku sebagai Nabi. Ketika ia mengaku bahwa
dia menerima wahyu, lalu seseorang
menceritakannya kepada Ibnu Umar dan Ibnu
Abbas: sesungguhnya Mukhtar mengaku diturunkan
kepadanya wahyu? Dua orang shahabat tersebut
menjawab, Benar, Kemudian salah seorang dari
Mereka membaca firman Allah,

{ . }
Maukah kamu Aku beritakan kepada siapa
turunnya para Setan? Mereka turun kepada setiap
pendusta yang banyak dosa. (Q.S. Asy Syuaraa:
221-222).

Dan yang lain menbaca firman Allah,


{}
Dan sesungguhnya para Setan itu mewahyukan
kepada wali-wali Mereka untuk
membantahmu. (Q.S. Al Anaam: 121).

Oleh sebab itu, bila seseorang mendapat ilham dia


tidak boleh langsung percaya sampai ia mengukur
kebenaranya dengan Alquran dan Sunah.

Karena Nabi shallallahu alaihi wa sallam


menyebutkan dalam sebuah hadits, Sesungguhnya
dalam diri anak Adam terdapat bisikan dari Setan
dan bisikan dari malaikat. (H.R. At Tirmizy no:
2988).

Berkata Abu Sulaiman Ad Daraany, Boleh jadi


terbetik dihatiku apa yang terbetik dihati mereka
(orang-orang sufi) maka aku tidak
menerimanya kecuali dengan dua saksi dari kitab
dan Sunah.

Beberapa kesalahpahaman tentang kewalian


yang terjadi ditengah-tengah masyarakat yaitu:
1. Berasumsi bahwa seorang wali itu maksum
(terbebas) dari segala kesalahan, sehingga
Mereka menerima segala apa yang dikatakan
wali.
2. Berasumsi bahwa seorang wali itu mesti
memiliki karomah (kekuatan luar bisa).
3. Berasumsi bahwa seorang wali dapat
mengetahui hal-hal yang ghaib.
Banyak orang memahami bahwa seseorang tidak
akan pernah sampai kepada puncak kewalian
kecuali ia (maksum) terbebas dari segala kesalahan,
hal ini sangat jauh dari kebenaran yang terdapat
dalam Islam. Sesungguhnya para ulama telah
sepakat tiada yang maksum dari umat
manusia kecuali para Nabi dan Rasul dalam hal
menyampai wahyu yang Mereka terima.

Nabi kita shallallahu alaihi wa sallam


bersabda, setiap anak adam adalah pasti bersalah,
dan sebaik-baik orang yang bersalah adalah yang
mau bertaubat. (HR. At Tirmizi no: 2499).

Pemahaman seperti ini telah menyeret banyak


orang kedalam kesesatan, dan lebih sesat lagi ada
yang berpendapat bahwa wali lebih tinggi derajatnya
dari Nabi sebagaimana pandangan orang-orang
Rafidhah (syiah) dan sebagian dari orang-orang
sufi. Sebagaimana seorang kyai sufi mengaku
bahwa Nabi shallallahu alaihi wa sallam datang
mencium lututnya ketika ia saat di Raudhah?! Yang
lebih aneh lagi adalah banyaknya orang yang
percaya dengan kebohongan yang amat nyata
tersebut?! Oleh sebab itu kebanyakan Mereka
mengkultuskan sang kyai atau sang guru dan
membenarkan kesesatan yang dilakukan oleh sang
kiyai atau sang guru sekalipun perbuatan tersebut
nyata-nyata melanggar Alquran dan Sunah.
Bahkan dikisahkan bila seorang murid melihat sang
guru minum khamar, maka sebenarnya ia minum
susu, tapi yang salah adalah penglihatan sang murid
karena matanya berlumuran dosa, begitulah orang-
orang sufi melakukan dokrin dalam menyebarkan
kesesatan mereka.

Bentuk kedua dari kesalahpahaman dalam masalah


perwalian adalah berasumsi bahwa Mereka mesti
memiliki karomah yang nyata bahkan bisa
dipertontonkan kepada khalayak ramai. Seperti
tahan pedang dan sebagainya. Tapi sebetulnya itu
semua adalah tipuan Setan. Seorang wali boleh jadi
ia diberi karomah yang nyata boleh jadi tidak, tapi
karomah yang paling besar disisi wali adalah
istiqomah dalam menjalankan ajaran agama, bukan
berarti kita mengingkari adanya karomah tapi yang
kita ingkari adalah asumsi banyak orang bila ia tidak
memiliki karomah berarti ia bukan wali.

Oleh sebab itu Abu Ali Al Jurjaany berpesan,

Jadilah engkau penuntut istiqamah bukan penuntut


karomah, sesungguhnya dirimu lebih condong untuk
mencari karomah, dan tuhanmu menuntut darimu
istiqomah.
Betapa banyaknya para shahabat yang merupakan
orang terdepan dalam barisan para wali tidak
memiliki karomah. Begitu pula Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam sebagai hamba yang paling mulia
disisi Allah waktu berhijrah beliau mengendarai onta
bukan mengendarai angin, begitu pula dalam
perperangan beliau memakai baju besi bahkan
pernah cedera waktu perang uhud. Karomah bukan
sebagai syarat mutlak bagi seorang wali. Karomah
diberikan Allah kepada seseorang boleh jadi sebagai
cobaan dan ujian baginya, atau untuk menambah
keyakinannya kepada ajaran Allah, atau pertolongan
dari Allah terhadap orang tersebut dalam kesulitan.
Para ulama menyebutkan seseorang yang tidak
butuh kepada karomah lebih baik dari orang yang
butuh kepada karomah. Bahkan kebanyakan para
ulama salaf bila Mereka mendapat karomah justru
Mereka bersedih dan tidak merasa bangga karena
Mereka takut bila hal tersebut adalah istidraaj
(tipuan). Begitu pula Mereka takut bila di akhirat
kelak tidak lagi menerima balasan amalan mereka
setelah Mereka menerima waktu didunia dalam
bentuk karomah. Begitu pula bila Mereka di beri
karomah, Mereka justru menyembunyikannya bukan
memamerkannya atau berbagga diri dihadapan
orang lain.

Bentuk kesalahpahaman ketiga dalam masalah


perwalian adalah berasumsi bahwa Mereka dapat
mengetahui hal-hal yang ghaib. Asumsi ini sangat
bertolak belakang dengan firman Allah,
{}
DisisiNya (Allah) segala kunci-kunci yang ghaib,
tiada yang dapat mengetahuinya kecuali Dia
(Allah). (Al Anaam: 59).

Dan firman Allah,


{
}
Katakanlah! Tiada seorangpun di langait maupun di
bumi yang dapat mengetahui hal yang ghaib kecuali
Allah. (An Namal: 65).

Termasuk para Nabi dan Rasul sekalipun tidak


dapat mengetahui hal yang ghaib kecuali sebatas
apa yang diwahyukan Allah kepada Mereka.
Sebagaimana firman Allah kepada Nabi kita
shallallahu alaihi wa sallam,
}
{
Katakanlah! Aku tidak mengatakan kepada kalian
bahwa disisiku gudang-gudang rezki Allah, dan
akupun tidak mengetahui hal yang ghaib. (Al Anaa:
50)

Dan firman Allah,



{
}
Katakanlah! Aku tidak memiliki untuk diriku
mamfaat dan tidak pula (menolak) mudarat, dan
jika seandainya aku mengetahui hal yang ghaib
tentulah aku akan (memperoleh) kebaikan yang
amat banyak dan tidak akan pernah ditimpa
kejelekkan. (Al Araaf: 188).

Asumsi sesat ini telah menjerumuskan banyak


manusia kejalan kesyirikan, sehingga Mereka lebih
merasa takut kepada wali dari pada takut kepada
Allah, atau meminta dan berdoa kepada wali yang
sudah mati yang Mereka sebut dengan tawassul.
Yang pada hakikatnya adalah kesyirikan semata.
Karena meminta kepada makhluk adalah syirik.
Tidak ada bedanya dengan kesyirikan yang
dilakukan oleh kaum Nuh 'Alaihissalam. Dan orang-
orang kafir Quraisy pada zaman jahiliyah. Dengan
argumentasi yang sama bahwa Mereka para wali itu
orang suci yang akan menyampaikan doa Mereka
pada Allah. Hal inilah yang dilakukan kaum
musyrikin sebagaimana yang disebutkan Allah 'Azza
wa jalla dalam firmannya,

{

}
Ingatlah; milik Allah-lah agama yang suci (dari
syirik), dan orang-orang mengambil wali
(pelindung) selain Allah berkata: kami tidak
menyembah Mereka melainkan supaya Mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan
sedekat-dekatnya. (Az Zumar: 3)
Manhaj yang benar dalam beribadah

Dalam hadits mulia ini terdapat pula manhaj (tata


cara) beribadah yaitu mendahulukan yang wajib
diatas yang mandub (sunah), namun yang sering
pula kita saksikan ditengah sebagian masyarakat
Mereka sangat antusias melakukan Sunah tapi lalai
dalam hal yang wajib, contoh seseorang yang rajin
qiamullail (shalat malam) tapi sering terlambat shalat
subuh berjamaah. Begitu pula masa musim haji
sebagian orang ada yang mati-matian supaya bisa
shalat di raudhah atau untuk bisa mencium Hajar
Aswat, tetapi dengan melakukan hal yang haram
seperti saling dorong sesama muslim. Ditambah lagi
hal-hal yang wajib dalam haji itu sendiri mereka
lalaikan seperti tidak mabit di Mina atau melempar
jumrah dipagi hari pada hari Tasyrik dan lain
sebagainya. Sebagaimana kata pepatah: Karena
mengharap burung punai di udara, ayam di pautan
dilepaskan.

Yang lebih memprihatinkan lagi kalau bersungguh-


sungguh dalam amalan yang tidak ada dasarnya
(amalan bidah), seperti Maulid atau memperingati
tahun baru Hijriah, atau Nuzul Quran atau Isra
Miraj, sering kita saksikan orang bersemangat
melakukan acara-acara bidah tersebut yang setiap
hari selalu lalai mengerjakan shalat. Begitu pula
dalam berdakwah ada yang berpacu bagaimana
mendirikan negara Islam tapi meremehkan orang
yang mengajak kepada tauhid yang merupakan
pondasi Islam itu sendiri. Begitu pula ada kelompok
yang mengajak kepada akhlak semata tanpa
membicarakan masalah Tauhid, dengan alasan
mengkaji tauhid akan memecah belah umat.
Betapa kejinya ungkapan tersebut, mengatakan
bahwa tauhid sebagai biang keladi perpecahan.
Tidakkah Mereka tahu bahwa tauhid adalah tujuan
utama dawah para Rasul. Data dan fakta telah
membuktikan selama dakwah tidak dilakukan sesuai
dengan manhaj yang dibawa Rasulullah shallallahu
alaihi wa sallam selama itu pula umat ini akan tetap
menjadi permainan musuh-musuhnya.

Oleh sebab itu Imam Malik berpesan, Tidak akan


baik generasi akhir umat ini kecuali dengan apa
yang telah membuat jaya generesi sebelum
mereka.

Beberapa kesalahan dalam melakukan ibadah

Diantara kesalahan dalam beribadah adalah


beribadah tanpa ilmu maka berakibat terjerumus
kedalam bidah. Umar bin Abdul Aziz
berkata, Orang beramal tanpa ilmu kerusakan yang
ditimbulkannya jauh lebih besar dari
kemaslahatannya.Oleh sebab itu, setiap amalan
yang akan kita lakukan, kita wajib memiliki ilmu
tentangnya.

Seperti berzikir yang ngetren saat ini, maka kita


perlu memiliki ilmu bagaimana berzikir menurut
tuntunan Sunah dan bagaimana pengaplikasiannya
oleh shahabat, jangan ikut sana, ikut sini, yang pada
akhirnya bermuara pada kesesatan. Carilah ilmu
kepada ahlinya, sebagaimana yang Allah Ta'ala
pesankan kepada kita,
}
{
Maka bertanyalah kepada ulama jika kamu tidak
tahu. (An Nahl: 43).

Kalau para ikhwan ingin menjadi ahli teknik tentu


belajar difakultas teknik yang para dosennya pakar
dalam bidang teknik, begitu pula dalam bidang ahli
lainnya, tapi saat sekarang banyak orang berani
berbicara dalam agama, padahal baca alfatihah saja
belum tentu benar. Banyak pakar gadungan
sekarang dalam mengajarkan agama karena
bisnisnya cukup mengembirakan, dan lebih sangat
aneh kalau seseorang belajar Islam kepada orang
kafir. Kalau sakit gigi saja kita pasti pilih dokter ahli
gigi, tapi dalam hal agama kita justru belajar kepada
siapa saja yang tidak tau dari mana rimbanya.

Allah telah berfirman,


{


}

Dan janganlah kamu mengikuti apa yang kamu


tidak mempunyai pengetahuan tentangnya.
Sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan hati
semuanya itu akan diminta pertanggung
jawabannya. (Al-Israa: 36).

Sebaliknya adalah tidak mengamalkan ilmu yang


dimiliki. Maka pelakukanya akan siksa sebagaimana
yang diceritakan dalam sebuah hadits bahwa orang
tersebut akan mengelilingi sebuah pautan dalam
neraka dengan tali perutnya, lalu orang-orang yang
melihat keheranan sebab didunia dia adalah orang
yang mengajarkan ilmu kepada mereka, lalu mereka
bertanya, Kenapa kamu ya si fulan? Bukankah
kamu yang mengajak kami kepada kebaikan? Ia
menjawab, Aku menyuruh kepada kebaikan tapi
aku tidak melakukannya, aku mencegah dari
kemungkaran tapi aku melakukannya. Nauzubillah
min haza haal.

Allah telah berfirman,


}
{
Apakah kamu menyuruh manusia dengan kebaikan
dan kamu melupakan dirimu sendiri, sedang kamu
membaca Al kitab taurat), apakah kamu tidak
memikirkannya. (Al Baqarah: 44).

Oleh sebab itu, kita berselindung dari kedua sikap


jelek ini, tidak kurang dari 17 kali dalam sehari
semalam yaitu; beramal tanpa ilmu atau berilmu tapi
tidak beramal.

{
.

}

Ya Allah tujukilah kami Jalan yang lurus. Yaitu jalan
orang-orang yang telah engkau beri nikmat kepada
mereka. Bukan jalan orang-orang yang engkau
marahi dan bukan pula jalan orang-orang yang
sesat. (Al Fatihah, ayat: 6-7).

Ayat ini ditafsirkan oleh Nabi shallallahu alaihi wa


sallam bahwa orang-orang yang dimarahi adalah
orang-orang Yahudi, karena Mereka mengetahui
kebenaran tapi tidak mau mengikuti kebenaran
tersebut. Sedangkan jalan orang-orang yang sesat
adalah orang-orang Nasrany, karena Mereka
beramal tapi tidak dengan ilmu.
Keutamaan melakukan amalan-amalan Sunah

Kemudian diantara hal yang amat cepat


mengantarkan seseorang kepada memperoleh
kecintaan dari Allah adalah aktif melakukan amalan-
amalan Sunah sebagaimana yang terdapat dalam
hadits yang sedang kita bahas ini.

Bila seseorang telah dicintai Allah maka seluruh


makhluk akan mencintainya. Disebutkan dalam
hadits lain bila Allah telah mencintai seseorang,
Allah memanggil Jibril dan memberitahunya bahwa
ia telah mencintai sipulan, maka Allah menyuruh
jibril untuk mencintainya, selanjutnya Jibrilpun
memberitahu para malaikat bahwa Allah mencintai
sipulan, maka seluruh malaikat mencintainya,
kemudian Allah menjadikannya orang yang diterima
di bumi. (HR. Bukhari no: 3037, dan Muslim no:
2637).

Kemudian diantara keutamaan amalan Sunah


adalah untuk menyempurnakan amalan wajib yang
punya nilai kurang dalam pelaksanaanya. Kemudian
melakukan amalan Sunah perlu pula mengurut
seperti dalam amalan wajib artinya kita mulai yang
lebih utama dari amalan-amalan Sunah. Kalau
dalam shalat umpamanya setelah Sunah rawatib
shalat witir dan tahajud. Kemudian perlu pula
diperhatikan kondisi dan situasi amalan tersebut,
seperti saat mendengar azan yang afdhol adalah
menjawab azan, bukan membaca Alquran
sebagaimana yang dilakukan oleh sebagian orang.
Begitu pula bagi seorang yang memiliki harta yang
utama baginya adalah berinfak dan membantu fakr-
miskin. Bagi seorang penguasa adalah belaku adil
dan amanah dalam menjalankan tugasnya. Begitu
pula halnya dalam berdakwah masing-masing
melaksanakan profesi yang digelutinya sesuai
dengan aturan Islam serta menyebarkan Islam
melalui profesinya tersebut. Maka disini kita perlu
menuntut ilmu supaya kita mengetahui tingkatan
amalan yang akan kita lakukan.

Golongan Ketiga: Tentang sifat Allah Al-Kalam


(berbicara) dan Al-mahabbah (cinta).

Hal tersebut diambil dari potongan


hadits, Senantiasa seorang hambaKu mendekatkan
diri kepadaKu dengan amalan-amalan Sunah
hingga Aku mencintainya.

o Kaidah umum dalam beriman kepada nama dan


sifat-sifat Allah.
Dalam mengimani sifat dan nama-nama Allah yang
terdapat dalam Alquran dan Sunah perlu
diperhatikan beberapa Kaidah penting, yang
disimpulkan dari nas-nas Al Qurah dan hadits.

1. Wajibnya beriman dengan seluruh sifat dan


nama-nam Allah yang terdapat dalam Alquran dan
Sunah yang shohih.
2. Tidak menyerupakan sifat-sifat Allah tersebut
dengan sifat-sifat makhluk.
3. Menutup keinginan untuk mengetahui hakikat
sifat-sifat tersebut.

Penjelasan kaidah-kaidah tersebut sebagai


berikut:
Bila kita tidak beriman dengan sifat-sifat tersebut
berarti kita mendustakan Alquran dan berita yang
dibawa oleh Nabi Muhammad shallallahu alahi wa
sallam, setiap orang yang mendustakan Alquran
atau berita yang dibawa oleh Nabi shallallahu alaihi
wa sallam maka ia adalah kafir. Sebagaimana
firman Allah Subhanahu wa ta'ala,

{

}
Sesungguhnya orang-orang yang kafir dengan
Allah dan Rasul-Rasul-Nya, dan bermaksud
memperbedakan antara Allah dan Rasul-Rasul-Nya,
dan mereka berkata, kami beriman dengan
sebagian dan kami kafir dengan sebagian (yang
lain) dan mereka bermaksud mengambil jalan
tengah diantara yang demikian. (QS. An Nisaa:
150).

Dan firman Allah lagi,


{


}
Apakah kamu beriman dengan sebahagian kitab
dan kafir dengan bagian (yang lain), maka tiada
balasan orang yang berbuat demikian kecuali
kenistaan dalam kehidupan dunia dan pada hari
kiamat Mereka akan dikembalikan kepada siksaan
yang amat berat, dan Allah tidak pernah lengah dari
apa yang mereka lakukan. (Al Baqarah: 85).

Kaidah pertama ini juga menunjukkan kepada kita


bahwa medan pembicaraan tentang sifat-sifat Allah
adalah sebatas adanya nas dari Alquran atau dari
Sunah yang sahih.

Kaidah ini menunjukkan pula batilnya sikap orang


yang mentakwil ayat atau hadits-hadits yang
menerangkan tentang sifat-sifat Allah.

Bila seseorang mentakwil sifat-sifat tersebut berarti


ia lebih tahu dari Allah dan Rasul dalam
menyamapaikan suatu berita, sehingga ia merubah
maksud dari perkataan Allah dan Rasul-Nya. Ini
adalah kebiasan kaum Yahudi yang suka merubah
dan memutar balik perkataan Allah dan Rasul-Nya.
Yang kemudian diwarisi oleh kaum rasionalisme
(Ahlulkalam).

Begitu pula orang yang menyerupakan sifat-sifat


Allah dengan sifat-sifat makhluk, berarti ia
menyerupakan Allah yang Maha Sempurna dengan
makhluk yang serba kurang. Orang yang
menyerupakan Allah dengan makhluk adalah kafir.
Karena tiada satupun makhluk yang meyerupai
Allah.

Sebagaimana firman Allah,


{
}
Tiada sesuatu apapun yang menyerupai-Nya. (QS.
Asy Syura: 11).

Dan firman Allah,


}
{
Maka jangalah kamu menjadikan tandingan-
tandingan bagi Allah. (QS. An Nahl: 74).

Begitu pula orang yang mempertanyakan


bagaimana hakikat sifat Allah tersebut. Karena Allah
itu ghaib bagaimana akan bisa mengetahui hakikat
sifatnya. Tiada yang mengetahui tentang hakikat
sifat Allah kecuali Allah itu sendiri. Sebagai contoh
sederhana bahwa akal manusia tidak bisa
mengetahui hakikat sesuatu yang amat dekat
denganya yaitu nyawa (ruh) manusia itu sendiri,
tidak ada seorangpun yang mengetahui hakikat
sifatnya, tapi semua orang meyakini bahwa ruh itu
ada. tetapi mereka tidak mampu mengetahui
hakikatnya.

Jadi dalam sifat Allah kita dituntut untuk beriman


atas keberadaan sifat tersebut, bukan dituntut
untuk mengetahui hakikat sifat tersebut. Karena
setiap sifat hakikatnya sesuai dengan zatnya
masing-masing sekalipun namanya sama seperti
kaki meja tidak sama dengan kaki gajah, kaki gajah
tidak sama dengan kaki manusia, sekalipun
namanya sama-sama kaki. Begitu pula sayab
burung tidak serupa dengan sayap pesawat, begitu
pula sayab burung dan sayap pesawat tidak sama
dengan sayap nyamuk. Begitulah seterusnya bahwa
hakikat setiap sifat sesuai dengan zatnya masing-
masing. Sifat sesama makhluk saja tidak sama
sekalipun namanya sama. Apalagi sifat Allah yang
Maha Sempurna, tentu pasti tidak akan sama
dengan sifat yang penuh kekurangan dan
kelemahan.

Allah mendengar tapi pendengarnya tidak seperti


pendengaran makhluk, pendengarannya sesuai
dengat zat-Nya Maha Sempurna. Maka pendengar
Allah Maha Sempurna dari segala pendengaran.
Allah dapat mendengar bisikan hati seseorang, tapi
seorang makhluk tidak bisa mendengar suara dibalik
dinding. Begitulah kesempurnaan sifat Allah. Allah
berbicara tapi tidak seperti makhluk berbicara. Ada
orang yang memahami kalau begitu Allah punya
lidah, punya tenggorokan, kemudian karena ini
adalah sifat makhluk, ia mentakwil sifat tersebut.

Pertama ia menyurupakan Allah dengan makhluk,


untuk selamat dari itu ia lari kepada takwil. Yang
kedua-duanya adalah jalan sesat. Kalau ia mengerti
dari semula bahwa Allah Tidak menyerupai makhluk
dalam segala sifat-Nya, tentu ia tidak perlu lagi
melakukan takwil. Banyak makhluk yang berbicara
tanpa mesti memiliki lidah dan tenggorokan, seperti
batu yang memberi salam kepada Nabi shallallahu
alaihi wa sallam sewaktu beliau di Makkah. Begitu
pula nanti diakhirat tangan dan kaki manusia akan
berbicara menjadi saksi atas perbuatan Mereka
tanpa ada mulut dan lidah. Oleh sebab itu yang
amat perlu dipahami adalah hakikat setiap sifat
sesuai menurut zatnya masing-masing sekalipun
namanya satu.

Golongan Keempat: Pengaruh ketaatan terhadap


prilaku seorang muslim.

Hal tersebut diambil dari potongan hadits: Dan


senantiasa seorang hamba-Ku mendekatkan diri
kepada-Ku dengan amalan-amalan Sunah hingga
Aku mencintainya. Jika Aku mencintainya jadilah
aku sebagai pendengarnya yang ia gunakan untuk
mendengar, dan sebagai penglihatannya yang ia
gunakan untuk melihat, dan sebagai tangannya
yang ia gunakan untuk berbuat, dan sebagai
kakinya yang ia gunakan untuk berjalan.

Kata-kata senantiasa menunjukkan bahwa amalan


tersebut berkesenambungan yang lebih dikenal
dalam istilah syari Istiqamah dalam melakukan
amalan-amalan tersebut. Oleh sebab itu, dalam
hadits lain disebutkan: Sebaik-baik amal adalah
yang selalu dilakukan sekalipun sedikit. Tapi
sebagian orang sering melakukan amalan pada
suatu saat saja, kemudian lalu ditinggalkan.

Maksud hadits ini adalah bila seseorang istiqomah


dalam melakukan amalan-amalan Sunah, ia
mendapat pringkat mahabbah dari Allah, orang yang
memperoleh pringkat ini Allah menuntun orang
tersebut untuk menjauhi kemaksiatan, bukan berarti
ia maksum dari kesalahan. Dan memberikan taufiq
dan inayah kepadanya untuk melakukan kebaikan
dan ketaatan. Sehingga mata seseorang tersebut
terjaga dari melakukan maksiat, dari melihat
kepada sesuatu yang diharamkan Allah, seperti
melihat foto-foto porno dan film-film porno, dsb.
tetapi dipergunakannya kepada hal yang
bermamfaat baik untuk kehidupan dunia maupun
kehidupan akhirat, seperti membaca Alquran atau
membaca buku-buku agama dan buku ilmu lainnya
sepeti ilmu kesehatan, tenik, pertanian dst.

Kemudian Allah juga menjaga telinganya dari


mendengar kata-kata yang kotor atau cumbu rayu
dan nyanyi-nyanyian. Tetapi dipergunakanya untuk
kemaslahatan duniawi atau kemaslahatan ukhrawi,
seperti mendengarkan nasehat agama atau
pelajaran di kampus dan disekolah. Begitu pula
tangannya akan dijaga Allah dari melakukan sesuatu
yang haram baik dari melakukan pencurian,
pembunuhan, penganiayaaan, KKN dan
sebagainya. Tetapi tangannya akan dituntun Allah
untuk melakukan hal-hal yang positif baik untuk
dirinya sendiri maupun orang lain. Maka dapat kita
simpulkan disini bahwa amal sholeh dapat
menuntun seseorang kepada segala hal yang baik
sebaliknya menjaga seorang muslim dari
ketejerumusan kepada kemaksiatan.

Sebaliknya orang yang lengket hatinya kepada


maksiat Allah membiarkannya tenggelam dalam
kemaksiatan tersebut. Sebagaimana firman Allah,
}
{
Maka tatkala Mereka berpaling (dari kebenaran),
Allah palingkan betul hati Mereka. (Ash shaaf: 5).

Hal ini juga diterangkan Rasulullah shallallahu'alaihi


wa sallam dan sabda beliau,
Sesungguhnya kejujuran menunjukan kepada
kebaikan, dan sesungguhnya kebaikan itu
menunjukan kepada surga. Sesungguhnya
seseorang senantiasa berlaku jujur hingga dicatat di
sisi Allah sebagai orang yang paling jujur. Dan
sesungguhnya kebohongan menunjukan kepada
kemaksiatan, dan sesungguhnya kemaksiat itu
menunjukan kepada neraka, sesungguhnya
seseorang senantiasa berbohong sampai dicatat di
sisi Allah sebagai seoranga yang paling
bohong. (HR. Bukhary no: 5743, dan Muslim no:
2607).

Dalam hadits lain: Sesungguhnya balasan (suatu


amalan) sesuai dengan amalan itu sendiri.
Maka jika amalannya baik, maka balasanya pun
baik dan sebaliknya bila amalan tersebut jelek maka
balasannyapun jelek. Oleh sebab itu sebagian
ulama mengatakan sebaik-baik balasan sebuah
amal shaleh adalah amal shaleh yang
mengiringinya, suatu hal yang menunjukkan bahwa
sebuah amalan diterima disisi Allah adalah ketaatan
yang diiringi oleh ketaatan.

Kekeliruan orang sufi dalam memahami makna


hadits ini

Sebagian orang justru memahami makna hadits


dengan keliru, seperti kelompok ekstrim dari orang-
orang sufi, Mereka memahaminya bahwa Allah
menjelma dalam pandangan, pendengaran dan
tangan serta kaki Mereka. Kebatilan paham ini
sangat jelas sekali bagi orang yang berakal dan
orang yang membaca Alquran dan Sunah. Sebab
tidak mungkin pendengaran seseorang, pelihatan
dan tangan serta kakinya akan memiliki sfat-sifat
ketuhanan. Kalau begitu bila kakinya terjepit atau
tangannya terjepit, maka yang terpit adalah tuhan?!.
Begitu pula kalau penedengaran dan
penglihatannya kabur berarti yang kabur adalah
tuhan?!. Pandangan seperti ini membawa kepada
kekufuran. Bila ada seseorang perpandangan
seperti ini maka tidak perlu diragukan lagi atas
kekafirannya. Karena kekhususan sifat-sifat
ketuhanan tidak boleh diberikan kepada makhluk,
begitu pula sebaliknya kekhususan sifat-sifat
makhluk tidak boleh diberikan kepada Allah. Kalau
benar apa yang Mereka pradiksi tentu tidak ada
disana lagi istilah hamba dan khlaik. berarti makluk
adalah tuhan, tuhan adalah makhluk! ini adalah
kekafiran yang amat nyata.

Tentu akan dipahami dari kelanjutan hadits tersebut


yang berdoa adalah hamba, dan yang mengabulkan
permintaanya adalah ia sendiri. Sungguh amat
nyata kekeliruan paham seperti ini karena Mereka
mengingkari akan keberadaan makhluk, atau
menyatukan antara keberadaan makhluk dengan
keberadaan Khalik. Hal ini dibantah oleh kandungan
hadits itu sendiri karena dalam hadits tersebut
disebut ada dua faktor yang saling berhubungan:

Seperti yang terdapat di penghujung hadits bahwa


Allah berkata, Dan jika ia meminta (sesuatu)
kepadaKu pasti Aku akan memberinya, dan jika ia
memohon perlindungan dariKu pasti Aku akan
melindunginya.

Jadi jelas ada disana dua pelaku yaitu hamba yang


meminta dan Allah yang memperkenangkan
permintaannya. Begitu pula ada hamba yang
memohon perlindungan dan Allah yang memberi
perlindungan kapadanya. Oleh sebab itu telah
berkata sebagian ulama: Bila seseorang bedalil
untuk kebatilannya dengan Alquran atau hadits
shohih, maka sesungguhnya dalam dalil itu sendiri
sudah ada jawaban untuk menunjukkan
kebatilannya.

Manhaj ulama dalam memahami nash-nash yang


mutasyabih (meragukan)

Perlu pula kita ingatkan disini, bila salah seorang di


antara kita menemukan suatu dalil atau perkataan
yang meragukan, maka yang perlu kita lakukan
adalah mengembalikan pemahaman dalil atau
perkataan tersebut kepada dalil yang jelas
pengertiannya. Yang lebih dikenal dengan istilah
Raddul Almutasyaabih ila Albayyinaat, wa Almujmal
ila Almufashshal (mengembalikan persoalan yang
meragukan kepada hal yang jelas, dan yang global
kepada yang rinci).

Golongan Kelima: Balasan yang diberikan Allah


untuk orang yang selalu taat pada Allah.

Hal tersebut diambil dari potongan: Dan jika ia


meminta (sesuatu) kepada-Ku pasti Aku akan
memberinya, dan jika ia memohon perlindungan
dari-Ku pasti Aku akan melindunginya.

Dari potongan yang terakhir dari hadits ini bahwa


para wali itu hanya berdoa dan memohon
perlindungan hanya kepada Allah. Bukan kepada
para wali, begitu pula wali yang mendapat
kedudukan yang terhormat disisi Allah bukanlah
tempat untuk meminta kebaikan atau untuk sebagai
tempat memohon perlindungan dari mara bahaya.
Sebagaimana yang banyak dilakukan oleh orang-
orang awam yang tertipu oleh kewalian seseorang,
sehingga telah menyeret Mereka berbuat syirik
kepada Allah. Sekalipun wali namun ia tetap tidak
bisa mendatangkan kebaikan maupun menolak
keburukan dari dirinya sendiri kecuali atas
pemberian Allah kepadanya. Juga wali bukan
sebagai tempat perantara kepada Allah dalam
berdoa, karena bila menjadikan Mereka sebagai
tempat perantara berarti telah menyekutukan
Mereka dengan Allah. Sebagaimana kebiasaan
umat Nabi Nuh 'Alaihissalam yang telah menjadikan
orang-orang sholeh Mereka sebagai tempat
perantara dalam berdoa kepada Allah.

Akhir hadits ini juga menerangkan keutamaan wali


Allah, bahwa Allah selalu mencurahkan rahmat dan
kebaikan kepada orang tersebut serta selalu
menjaganya dari berbagai bahaya dan bencana.
Lalu mungkin akan timbul suatu pertanyaan dalam
benak kita kenapa kita melihat kadangkala para wali
Allah itu juga ditimpa kejelekkan dan penyakit
seperti Nabi Ayub yang ditimpa penyakit begitu pula
Nabi kita Muhammad shallallahu alaihi wa sallam
pernah kalah dan cidera dalam perperangan Uhud?
Dan banyak lagi contoh-contoh serupa baik ditingkat
para Nabi dan Rasul maupun ditinggkat para
shahabat dan Tabiin?. Jawabannya adalah
sebagaimana berikut:

1. Diantara hikmahnya adalah untuk menunjukkan


bahwa mereka adalah manusia biasa tidak
memiliki sedikitpun sifat-sifat ketuhanan.
Sehingga tidak terjadi pengkultusan terhadap
mereka.
2. Diantara hikmahnya juga adalah untuk
mengangkat derajat mereka di sisi Allah, sebagai
balasan atas kesabaran mereka dalam
menghadapi berbagai cobaan tersebut.
Sebagaimana yang dinyatakan oleh Nabi
shallallahu alaihi wa sallam dalam
sabdanya, Bahwa seseorang itu akan diberi
cobaan sesuai dengan tingkat
keimanannya. (HR. At Tirmizy no: 2398).
Semakin tinggi tingkat keimanan seseorang
tersebut semakin besar pula cobaan yang akan
dihadapinya.
3. Diantara hikmahnya lagi adalah untuk
menunjukkan bahwa segala yang terjadi di muka
bumi ini adalah atas kehendak Allah, dan tidak
ada sedikitpun campur tangan seorangpun dari
makhluk, sekalipun ia Nabi atau wali.

Kekeliruan sebagian orang dalam masalah


berdoa.

Ada beberapa kesalahan dalam masalah berdoa


yang terjadi dikalangan sebagian sekte sufi yang
mana Mereka menolak untuk melakukan berdoa
dengan alasan bahwa segalanya telah ditakdirkan
Allah, untuk apa kita berdoa kalau kita sudah
ditakdirkan jadi penghuni surga ya sudah pasrah
saja sama takdir.
Kekeliruan paham seperti ini banyak sekali
diantaranya:

Pertama: Berdoa merupakan perintah dari Allah,


kalau manusia cukup pasrah kepada takdir tentu
Allah tidak akan menyuruh kita kepada sesuatu hal
yang sia-sia.

Kedua: Bukankah orang yang paling mengerti


dengan masalah takdir adalah para Nabi dan Rasul
termasuk Rasul yang paling agung Nabi kita
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam, kenapa
Mereka masih berdoa, kalau doa adalah perbuatan
sia-sia tentu Mereka tidak akan melakukannya apa
lagi menganjurkannya.

Ketiga: Berdoa disamping ia merupakan sebuah


permintaan, doa juga merupakan ibadah yang
agung, sebagaimana yang disebutkan Nabi
shallallahu alaihi wa sallam dalam sabda beliau,
Doa adalah ibadah.
Dalam riwayat lain, Doa adalah otaknya ibadah.
(HR. At-Tirmizy no: 2969, 3247, 3371).

Keempat: Doa adalah termasuk dari jumlah takdir.


Karena takdir Allah ada dua: Takdir kauniyah dan
takdir syariah .

Perbedaan antara keduanya adalah:


Takdir kauniyah adalah ketentuan Allah yang mesti
terjadi pada setiap makhluk tetapi tidak mesti hal
yang ditetapkan tersebut sesuatu yang dicintai Allah.
Adapun takdir syariyah adalah sebaliknya, ia
adalah segala perintah Allah yang diturunkan
kepada Rasul-Nya, tidak mesti terjadi, dan ia
merupakan sesuatu yang dicintai Allah. Oleh sebab
itu yang harus kita lakukan adalah melawan takdir
kauniyah dengan takdir syariah sebagaimana yang
terangakan oleh para ulama. Sebagaimana
ungkapan Amirul mukminin Umar bin Khatab: Kita
lari dari takdir Allah kepada Takdir Allah yang lain.
Kemudian beliau memberi contoh bila seandainya
kamu mengembala kambing lalu menemukan
padang rumput yang kering, apakah kamu tidak
akan mencari padang rumput yang subur?

Kelima: Doa adalah sebagai sebab yang


diperintahkan Allah untuk dilakukan, sebagaimana
makan sebagai sebab untuk kenyang, Barangsiapa
yang meninggalkan sebab berarti ia telah
membuang fungsi akal, begitu pula orang
bergantung kepada sebab semata adalah syirik.

Kemudian diantara kesalahan lain dalam berdoa


adalah eksrim dalam berdoa, yaitu melampaui batas
dalam berdoa. seperti berdoa agar Allah menjadikan
gunung kelud jadi gunung emas, atau berdoa agar
Allah memberinya keturunan tanpa menikah dan
yang seumpamanya.

Maka diantara sikap wali Allah adalah tidak


meninggalkan berdoa dan tidak pula eksrim dalam
berdoa serta ikhlas dalam berdoa hanya ditujukan
kepada Allah semata.

Ringkasan kandungan hadits wali


Hadits diatas mengandung beberapa pembahasan
penting diantaranya:

1. Tentang al walak wal barak (loyalitas dan


berlepas diri).

2. Bagaimana mendekatkan diri kepada


Allah.
3. Tentang sifat Allah: Al Kalam
(berbicara) dan Al mahabbah (cinta).
4. Pengaruh ketaatan terhadap prilaku
seorang muslim.
5. Balasan yang diberikan Allah untuk
orang yang selalu taat pada Allah.
6. Hadits diatas juga memberikan
support secara tidak langsung kepada kita
untuk menjadi wali Allah atau menjadi
penolong wali Allah yang hak.
7. Kemudian hadits ini juga menunjukkan
suatu kelaziman yang berbalik yaitu
memusuhi musuh-musuh Allah karena
tidak akan mungkin seseorang menjadi
wali Allah atau menjadi penolong wali
Allah sementara ia juga berloyalitas
kepada musuh Allah atau kepada musuh
para wali Allah. Ini sudah suatu kelaziman
yang secara otomatis pasti. Kalau tidak
berarti ia belum menjadikan Allah sebagai
wali karena ia mencintai apa yang dibenci
Allah. Seperti di masa akhir-akhir ini ada
tokoh-tokoh yang membela orang-orang
kuffar sebaliknya mencela orang-orang
Islam.

Wallahu Alam bisshawaab


Shalawat dan salam buat Nabi kita
Muhammad shallallahu alaihi wa sallam,
keluarga dan para shahabatnya serta orang-
orang yang tetap berpegang teguh dengan
petunjuk Mereka sampai hari kiamat.
Semoga tulisan ini bermanfaat bagi penulis
dan pembaca serta siapa saja yang
berpastisipasi dalam menyebarkannya.
Penulis: Ustadz Dr. Ali Musri Semjan
Putra, M.A.
Sumber: www.dzikra.com
17 Amalan Hapus Dosa
Tujuh Belas Amal Penghapus Dosa
Diterbitkan 12 September 2009 Hikmah,
Info, Islam.
Manusia pasti berbuat dosa dan pasti
memerlukan ampunan Allah. Oleh kerana
itu Allah memberikan keutamaan dan
kemurahan kepada hamba-Nya dengan
mensyariatkan amalan-amalan yang
dapat menghapus dosa disamping
taubat. Sebagiannya (amalan ini)
dijelaskan dalam Al-Quran dan
sebagiannya lagi dalam sunnah
Rasulullah s.a.w. Diantaranya sebagai
berikut :
1. Menyempurnakan wudhu dan berjalan ke
masjid, sebagaimana disampaikan Rasulullah
s.a.w., Mahukah kalian aku tunjukkan
sesuatu yang dapat menghapus dosa dan
mengangkat darajat. Mereka menjawab: ya,
wahai Rasulullah. Beliau berkata:
sempurnakan wudhu ketika masa sulit dan
memperbanyak langkah ke masjid serta
menunggu solat satu ke solat yang lain,
kerana hal itu adalah ribath. (Riwayat Muslim
dan At-Tirmidzi)
Juga dalam sabda beliau yang lain: Jika
seseorang berwudhu lalu menyempurnakan
wudhunya kemudian berangkat solat dengan
niat hanya untuk solat, maka tidak melangkah
satu langkah kecuali Allah angkat satu darjat
dan hapus satu dosa. (Riwayat At-Tirmidzi)
2. Puasa hari Arafah dan Asy Syura, hal ini
didasarkan pada sabda Rasulullah, Puasa
hari Arafah saya berharap dari Allah untuk
menghapus (dosa selama) setahun yang
sebelumnya dan setahun setelahnya dan
Puasa hari Asy Syura saya berharap dari Allah
menghapus setahun yang lalu. (Riwayat At-
Tirmidzi)
3. Solat tarawih di bulan Ramadan dengan
dalil sabda Rasulullah, Barangsiapa
menegakkan Ramadhan (solat tarawih)
dengan iman dan mengharap pahala Allah
maka diampunilah dosanya yang telah lalu.
(Muttafaqun Alaihi)
4. Haji yang mabrur Barangsiapa yang
berhaji lalu tidak berkata keji dan berbuat
kefasikan (kejelekan) maka ia kembali seperti
hari ibunya melahirkannya. (Riwayat Al-
Bukhari). Kemudian dalam sabda beliau
dinyatakan, Haji mabrur balasannya adalah
syurga. (Riwayat Ahmad)
5. Memaafkan hutang orang yang sulit
membayarnya
6. Melakukan kebaikan setelah berbuat dosa
dengan dalil: Bertakwalah kepada Allah di
mana pun kamu berada, ikutilah kejelekan
dengan kebaikan yang menghapusnya dan
pergauli manusia dengan etika yang mulia.
(Riwayat At-Tirmidzi dan Ahmad)
7. Memberi salam dan berkata baik dengan
dalil sabda Rasulullah, Sesungguhnya
termasuk sebab mendapatkan ampunan
adalah memberikan salam dan berkata baik.
(Riwayat Al-Kharaithi dalam Makarim al
Akhlak)
8. Sabar atas musibah dengan dalil sabda
Rasulullah, Sesungguhnya Allah Azza Wa
Jalla berfirman, Sesunguhnya apabila Aku
menguji seorang hamba-Ku yang mukmin,
lalu ia memuji-Ku atas ujian yang Aku
timpakan kepada-Nya, maka ia bangkit dari
tempat tidurnya (dalam keadaan) bersih dari
dosa seperti hari ibunya melahirkannya.
(Riwayat Ahmad)
9. Menjaga solat lima waktu dan Jumat serta
puasa Ramadan dengan dalil sabda
Rasulullah, Solat lima waktu dan jumat ke
jumat dan ramadan ke ramadan adalah
penghapus dosa diantara keduanya selama
dosa-dosa besar dijauhi. (Riwayat Muslim)
10. Adzan dengan dalil sabda Rasulullah,
Sesungguhnya seorang Muadzin akan
diampuni dosanya sepanjang (gema)
suaranya. (Riwayat Ahmad)
11. Melakukan solat, dengan dalil sabda
Rasulullah, Bagaimana pendapat kalian
seandainya ada sungai di pintu yang
digunakan untuk mandi setiap hari lima kali,
apa yang kalian katakan apakah tersisa
kotorannya? Mereka menjawab, Tidak ada
sisa kotorannya sedikitpun. Beliau
bersabda, Solat lima waktu menjadi sebab
Allah menghapus dosa-dosa. (Riwayat Al-
Bukhari)
12. Memperbanyak sujud dengan dalil sabda
Rasulullah, Hendaklah kamu memperbanyak
sujud kepada Allah, kerana tidaklah kamu
sekali sujud kepada-Nya melainkan Dia
mengangkatmu satu darjat dan menghapus
satu kesalahanmu (dosa) darimu. (Riwayat
Muslim)
13. Mengerjakan solat malam. Rasulullah
bersabda, Hendaklah kalian solat malam,
kerana ia adalah adat orang yang salih
sebelum kalian dan amalan yang
mendekatkan diri kepada Rabb kalian serta
penghapus kesalahan dan mencegah dosa-
dosa. (Riwayat Al-Hakim)
14. Berjihad di jalan Allah. Akan diampuni
tiap dosa orang yang mati syahid kecuali
hutang. (Riwayat Muslim)
15. Mengiringi haji dengan umrah. Rasulullah
pernah mengatakan, Iringi antara haji
dengan umrah, kerana pengiringan antara
keduanya dapat menghilangkan kefakiran dan
dosa sebagaimana Al Kier (alat pembakar
besi) menghilangkan karat besi. (Riwayat
Ibnu Majah)
16. Sedekah dengan dalil, Jika kamu
menampakkan sedekah(mu), maka itu adalah
baik sekali. Dan jika kamu
menyembunyikannya dan kamu berikan pada
orang-orang fakir, maka menyembunyikan itu
lebih baik bagimu. Dan Allah akan
menghapuskan dari kamu sebagian
kesalahan-kesalahanmu; dan Allah
mengetahui apa yang kamu kerjakan. (QS.
Al-Baqarah : 271) Rasulullah pun bersabda,
Sedekah menghapus dosa seperti air
memadamkan api. (Riwayat Ahmad, At-
Tirmidzi dan selainnya)
17. Menegakkan hukum pidana dengan adil,
Siapa saja yang melanggar larangan Allah
kemudian ditegakkan padanya hukum pidana
maka dihapus dosa tersebut. (Riwayat Al-
Hakim) Demikian sebagian penghapus dosa,
mudah-mudahan penjelasan bermanfaat.
Dari http://www.rizaldp.wordpress.com
Amalan Harian.
1. Bismillah hirohmanirohim
1000<2500 kali
2. Alfatihah
100 x
3. Selawat ke Atas
Nabi 40 < 100 x
4. Istighfar
40 < 100 x (Astaghfirullah ha innAllah
ha ghafurrurrahim)
5.Tasbih
40 < 200 x
(SubhanAllah, walhamdulillah, wallaila
ha illAllah Wallhakbar)
6. Lakhaula wala khuwata illa billa
hilaliyilazim 100 x
7. Laqad ja akumsampai .,..azim 40
< 100 x (dalam Surah at-Taubah)
8. Waman yat taqilla..sampai
qadra. 40 < 100 x (dalam Surah an-
Nisa ayat 2-3)
Solat
1. Solat Hajat
2 < 8 rakaat
2. Dhuha
4 rakaat
3. Rawatib
12 rakaat
4. Tahajjud
2 < 8 rakaat
5. Tasbih
4 rakaat (2 salam)
6. Witir
1 < 3 rakaat
Amalan Solat Tahajud
SATU cara paling berkesan untuk berhubung
dengan Allah s.w.t ialah dengan bangun
mengerjakan ibadat, khususnya sembahyang
Tahajud atau sembahyang di tengah malam.
Allah mahu menguji sejauh mana taatnya
seseorang makhluk yang mengaku
bertuhankan Allah. Dengan kata lain, amalan
bangun bertahajud adalah perbuatan amat
berat untuk dikerjakan.
Namun, pada kesukaran inilah tersembunyi
suatu rahsia Allah yang hanya sedikit sekali
diketahui hamba-Nya. Sekalipun sembahyang
Tahajud sekadar sunat, tetapi kelebihannya
amat besar di sisi Allah dan tinggi nilainya.
Firman Allah s.w.t bermaksud:Dan dari
malam, hendaklah engkau bertahajud
(tinggalkan tidur untuk sembahyang) semoga
Tuhanmu mengangkat kamu pada kedudukan
yang terpuji. (Surah Al-Israk: Ayat 79)
Ayat ini menjelaskan kepada kita betapa
pentingnya sembahyang Tahajud. Ia peluang
keemasan yang ditawarkan Allah kepada
manusia untuk mengukuhkan hubungan
mereka dengan Penciptanya. Sesungguhnya
segala kesusahan dan kepayahan itu hanya
dirasai mereka yang jarang atau tidak pernah
melakukannya, namun bagi mereka yang
biasa, ia menjadi suatu kenikmatan pula.
Bagi yang dapat menghayatinya, mereka
akan berasa satu kerugian besar jika
meninggalkan sembahyang Tahajud. Di waktu
inilah iaitu sepertiga malam, pintu langit
akan terbuka luas untuk menerima taubat
hamba Allah dan Malaikat akan membawa
kendi emas untuk mengumpul air mata taubat
bagi menyiram api neraka yang sedia
menanti mahu membakar tubuh manusia di
akhirat nanti. Sabda Rasulullah s.a.w
bermaksud: Allah s.w.t sayang kepada lelaki
yang bangun malam kemudian mengerjakan
sembahyang dan akan membangunkan
isterinya dan kalau isterinya enggan,
dipercikkan air di wajahnya. Dan Allah
sayangkan perempuan yang bangun malam
kemudian mengerjakan sembahyang dan
membangunkan suaminya dan jika suaminya
enggan, dipercikkan air ke wajahnya. (Hadis
Riwayat: Abu Daud)
Sesungguhnya untuk mendapat kasih sayang
daripada Allah bukan sesuatu yang mudah.
Allah mengasihi orang yang beriman dengan
melaksanakan suruhan-Nya dan
meninggalkan yang dilarang.Sembahyang
Tahajud satu suruhan Allah dan oleh itu Allah
menyayangi mereka yang mengerjakan
sembahyang ini.Bagi manusia yang benar-
benar yakin dan patuh kepada Allah tidak
akan keberatan untuk bangun melakukan
Tahajud di tengah malam.
Saidina Umar Al-Khattab menyatakan fadilat
atau kelebihan sembahyang malam dengan
berkata maksudnya: Sesiapa mengerjakan
sembahyang malam (Tahajud) dengan
khusyuk nescaya dianugerahkan Allah
sembilan perkara, lima di dunia dan empat di
akhirat.
Kurniaan di dunia ialah
a. Jauh daripada segala penyakit
b. Lahir kesan takwa pada wajahnya
c. Dikasihi sekalian mukmin dan seluruh
manusia
d. Percakapannya mengandungi hikmat
e. Dikurniakan kekuatan dan diberi rezeki
dalam agama (halal dan diberkati).
Sementara empat perkara di akhirat
ialah:
a. Dibangkitkan dari kubur dengan wajah
berseri-seri
b. Dipermudahkan hisab
c. Cepat melalui Sirat al-Mustaqim seperti
kilat
d. Diserahkan suratan amalan pada hari
akhirat melalui tangan kanan.
p/s : Ilmu yang bermanfaat ialah salah satu
amal yang berkekalan bagi orang yang
mengajarnya meskipun dia sudah mati.
AHLI SYURGA
Gambaran Ahli Syurga
Golongan Ahli Syurga yang
Didampingkan Di Sisi Allah (Muqarrobin)
Dilayani oleh Anak-Anak Muda Lelaki
dan bidadari-bidadari yang cantik
parasnya, Seperti mutiara yang
tersimpan dengan sebaik-baiknya.
Dan (puak yang ketiga pula ialah) orang-
orang yang telah mendahului (dalam
mengerjakan kebaikan di dunia), yang akan
mendahului (mencapai balasan yang sebaik-
baiknya di akhirat kelak); Mereka itulah
orang-orang yang didampingkan (di sisi
Allah), (Tinggal menetap) di dalam Syurga-
syurga yang penuh nikmat. (Di antaranya)
sekumpulan besar dari umat-umat manusia
yang terdahulu;
Dan sebilangan kecil dari orang-orang yang
datang kemudian. (Mereka duduk di dalam
Syurga itu) di atas takhta-takhta kebesaran
yang bertatahkan permata; Sambil berbaring
di atasnya dengan berhadap-hadapan.
Mereka dilayani oleh anak-anak muda lelaki
yang tetap kekal (dalam keadaan mudanya),
yang sentiasa beredar di sekitar mereka,
Dengan membawa piala-piala minuman dan
tekoh-tekoh serta piala atau gelas yang berisi
arak (yang diambil) dari sungainya yang
mengalir. Mereka tidak merasa pening kepala
dan tidak pula mabuk dengan sebab
menikmatinya.
Dan juga (dibawakan kepada mereka) buah-
buahan dari jenis-jenis yang mereka pilih,
Serta daging burung dari jenis-jenis yang
mereka ingini. Dan (mereka dilayani) bidadari-
bidadari yang cantik parasnya, Seperti
mutiara yang tersimpan dengan sebaik-
baiknya. (Semuanya itu) sebagai balasan bagi
(amal-amal baik) yang mereka telah kerjakan.
Mereka tidak akan mendengar dalam Syurga
itu perkataan yang sia-sia dan tiada pula
sesuatu yang menyebabkan dosa; Mereka
hanya mendengar ucapan: Selamat!
Selamat! (dari satu kepada yang lain). (Al-
Waaqiah 56 : 10-26)
Golongan Kanan Ahli Syurga
Bersenang Lenang Di Antara Pohon-
Pohon Bidara Yang Tidak Berduri. Allah
Telah Menciptakan Isteri-Isteri Mereka
Dengan Ciptaan Istimewa, Sentiasa Dara
Yang Tetap Mencintai Jodohnya
Dan puak kanan, alangkah bahagianya
keadaan puak kanan itu? Mereka bersenang-
lenang di antara pohon-pohon bidara yang
tidak berduri. Dan pokok-pokok pisang yang
tersusun rapi buahnya, Dan naungan yang
tetap terbentang, Dan air yang sentiasa
mengalir, Serta buah-buahan yang banyak,
Yang tidak putus-putus dan tidak pula
terlarang mendapatnya, Dan tempat-tempat
tidur yang tertinggi keadaannya.
Sesungguhnya Kami telah menciptakan isteri-
isteri mereka dengan ciptaan istimewa, Serta
Kami jadikan mereka sentiasa dara (yang
tidak pernah disentuh), Yang tetap mencintai
jodohnya, serta yang sebaya umurnya.
(Semuanya itu disediakan) bagi puak kanan;
Iaitu sebilangan besar dari orang-orang yang
terdahulu, Dan sebilangan besar dari orang-
orang yang datang kemudian. (Al-Waaqiah
56 : 27 27-40)
Dari Abu Hurairah, dari Nabi s.a.w. , beliau
bersabda: Allah berfirman: Aku sediakan
untuk hamba-hamba-Ku yang saleh sesuatu
yang belum pernah dilihat oleh mata dan
tidak pernah didengar oleh telinga serta tidak
terlintas dalam hati manusia. Hadis riwayat
Bukhari dan Muslim.
Dari Abdullah bin Umar r.a. bahawa Rasulullah
s.a.w. telah bersabda ; Jika kamu mati, akan
diperlihatkan kepadanya tempatnya di akhirat
kelak, setiap pagi dan petang. Andainya dia
adalah penghuni Syurga, maka tempatnya di
syurga akan ditunjukkan kepadanya. Dan
andainya dia adalah penghuni neraka, maka
tempatnya di neraka akan ditunjukkan
kepadanya. Hadis riwayat Bukhari dan
Muslim.
Dari Imran bin Hussien dari nabi s.a.w., beliau
telah bersabda; Aku melihat ahli Syurga,
sebahagian besar penghuninya adalah orang-
orang miskin. Kemudian aku melihat neraka,
kebanyakan penghuninya adalah
perempuan. Hadis riwayat Bukhari dan
Muslim.
Dari Abu Hurairah r.a., ketika kami bersama
Rasulullah s.a.w., beliau bersabda ; Dalam
tidurku, aku melihat diriku berada dalam
syurga, dan di sana aku bertemu dengan
seorang perempuan yang sedang berwuduk
dekat sebuah istana. Aku bertanya ; Untuk
siapa istana ini ? Jawab perempuan tersebut :
Untuk Umar al-Khattab. Aku teringat
bagaimana ghirah (sangat menjaga
kehormatan perempuan) Umar. Akupun
segera meninggalkan tempat tersebut. Umar
menangis mendengar perkara tersebut dan
berkata ; Bagaimana aku berani cemburu
terhadapmu Ya Rasulullah !. Hadis riwayat
Bukhari.
Dari Abu Hurairah r.a., Rasulullah s.a.w. telah
bersabda ; Kelompok pertama yang akan
masuk ke syurga akan bercahaya seperti
bulan purnama. Di syurga, mereka tidak akan
meludah, membuang hingus atau membuang
air besar. Bejana mereka dibuat daripada
emas. Sikat dari emas dan perak, alat
pemanggang (dupa) dari kayu cendana,
harum peluh mereka bagaikan wangi kasturi.
Setiap penghuninya memiliki dua isteri,
kulitnya sangat licin dan wajahnya teramat
cantik. Mereka tidak akan berselisih faham,
hati mereka bersatu dan mereka
mengagungkan Allah setiap pagi dan petang.
Hadis riwayat Bukhari.
Dari Sahl bin Saad r.a. bahawa Nabi s.a.w.
bersabda ; 70,000 atau 700,000 umatku
syurga bersama-sama. Yang pertama dan
yang terakhir akan masuk pada waktu yang
sama dan wajah-wajah mereka bercahaya
laksana bulan purnama. Hadis riwayat
Bukhari dan Muslim.
Abu Hurairah r.a. berkata: Aku telah
mendengar Rasulullah saw. bersabda: Akan
ada rombongan dari umatku tujuh puluh ribu
masuk surga tanpa hisab, bercahaya muka
mereka bagaikan bulan purnama. Abu
Hurairah r.a. berkata: Maka berdirilah Ukasyah
bin Mihshan Al-Asadi sambil menjinjing
selimutnya, lalu berkata: Ya Rasulullah.
doakan semoga Allah menjadikan aku dari
golongan mereka. Maka Nabi saw. berdoa: Ya
Allah, jadikanlah dia dari golongan mereka.
Kemudian seorang sahabat Anshar berdiri
dan berkata: Ya Rasulullah doakan semoga
Allah menjadikan aku dari golongan mereka.
Jawab Nabi s.a.w.: Engkau telah didahului
oleh Ukasyah r.a. (Bukhari dan Muslim).
Dari Nabi s.a.w., beliau bersabda:
Sesungguhnya seorang mukmin mempunyai
sebuah khemah di dalam surga yang terbuat
dari satu mutiara yang berlubang, panjangnya
60 batu, dan orang seorang mukmin juga
memiliki keluarga di dalamnya yang akan ia
kunjungi padahal sebagian mereka tidak
pernah melihat sebagian yang lain. Hadis
riwayat Muslim.
Dari Abu Hurairah r.a. dari Nabi s.a.w.
bersabda ; Sesungguhnya di syurga itu ada
sebuah pohon (sangat besar dan rendang)
sehinggakan seseorang mengelilinginya,
maka memerlukan masa 100 tahun. Jika kamu
mahu, bacalah ayat al-Quran {
}dan naungan yang terbentang luas(ayat
30 surah al-Waqiah). Hadis riwayat Bukhari.
Dari Abu Hurairah r.a.., ia berkata: Rasulullah
s.a.w. bersabda: Allah menciptakan Adam
dalam bentuknya setinggi enam puluh hasta.
Setelah menciptakannya, Allah berkata:
Pergilah dan ucapkanlah salam kepada
kelompok itu, yaitu beberapa malaikat yang
sedang duduk, dan dengarkanlah apakah
jawaban mereka karena itulah ucapan
selamat untukmu dan keturunanmu. Maka
Adam pergi menghampiri lalu mengucapkan:
Semoga keselamatan menyertai kalian.
Mereka menjawab: Semoga keselamatan dan
rahmat Allah menyertai kalian. Mereka
menambahkan rahmat Allah. Maka setiap
orang yang memasuki surga itu seperti
bentuk Adam yang tingginya enam puluh
hasta. Seluruh makhluk setelah Adam terus
berkurang tingginya sampai sekarang. Hadis
riwayat Muslim.
Dari Abu Saaid al-Khudri r.a. dari nabi s.a.w.
telah bersabda ; Para penghuni Syurga akan
melihat para penduduk al-Ghuraf (tempat
paling utama di Syurga) spt seorang melihat
cahaya bintang jauh di timur atau barat
cakerawala, kerana keutamaan mereka yang
melebihi orang lain. Mereka bertanya ; Ya
Rasulullah s.a.w., apakah tempat itu
diperuntukkan hanya kepada para nabi ?
Jawab Rasulullah s.a.w. : Tidak. Demi Zat
menggengam jiwaku, tempat itu
diperuntukkan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan RasulNya. Hadis
riwayat Bukhari.
Tujuh Golongan yang Mendapat Naungan
Allah
Golongan Ahli Syurga Dijamin Masuk Syurga .
Diriwayatkan dalam sebuah hadis bahawa
terdapat tujuh golongan manusia yang
dijamin masuk syurga dan akan dilindungi
Allah di saat tidak ada lagi pelindung selain
Dia, iaitu: a. Pemimpin yang adil. b. Seorang
pemuda yang hidupnya selalu beribadah
kepada Allah. c. Laki-laki yang hatinya terikat
dengan masjid. d. Dua orang yang saling
menyayangi kerana Allah. Bertemu kerana
Allah dan berpisah kerana Allah. e. Seorang
laki-laki yang apabila dirayu oleh wanita
cantik, berkedudukan dan kaya, ia berkata:
Tidak saya takut kepada Allah. f. Laki-laki
yang bersedekah dengan rahsia, sehingga
tangan kirinya tidak mengetahui yang
dikeluarkan oleh tangan kanannya. g. Laki-laki
yang berzikir kepada Allah secara sembunyi,
air matanya berlinang kerana takut kepada
Allah.
Perbezaan Ahli Syurga dan Neraka
Dari Iyadh bin Himar Ra, bahawa
sesungguhnya didalam khutbahnya Rasulullah
s.a.w. bersabda, Ahli Syurga ada 3 golongan,
yaitu para penguasa yang menggunakan
kekuasaannya untuk keadilan dan kebenaran,
seseorang yang penyayang dan lembut
hatinya kepada siapa saja dan orang muslim
yang menjaga diri dari kemaksiatan.
Sedangkan ahli neraka ada lima golongan
yaitu: orang lemah yang tidak peduli
sesamanya, para pengkhianat, penipu yang
memperdaya keluarga dan harta orang lain,
kikir dan pendusta, serta orang yang
berakhlak tercela (HR.Muslim)
Bagaimanakah Syurga dan Ahlinya
Tanbihul Ghafilin
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Hurairah r.a. berkata: Ya Rasullullah,
dari apakah dibuat syurga itu? Jawab Nabi
Muhammad s.a.w.: Dari air. Kami bertanya:
Beritakan tentang bangunan syurga. Jawab
Nabi Muhammad s.a.w.: Satu bata dari emas
dan satu bata dari perak, dan lantainya
kasturi yang semerbak harum, tanahnya dari
zafaran, kerikilnya mutiara dan yakut, siapa
yang masuk dalamnya senang tidak susah,
kekal tidak mati, tidak lapuk pakaiannya,
tidak berubah mukanya.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abu Hurairah r.a. berkata: Nabi
Muhammad s.a.w. bersabda: Sesungguhnya
didalam syurga ada pohon besar sehingga
seorang yang berkenderaan dapat berjalan
dibawah naungannya selama seratus tahun
tidak putus naungannya, bacalah: Wa dhillin
mamdud (Yang bermaksud) Dan naungan
yang memanjang terus. Dan didalam syurga
kesenangannya yang tidak pernah dilihat
mata atau didengar oleh telinga, bahkan tidak
pernah terlintas dalam hati (perasaan)
manusia. Bacalah kamu: Fala talamu nafsun
maa ukh fia lahum min qurrati ayunin
jazzaan bima kanu yamalun (Yang
bermaksud) Maka tidak seorang pun yang
mengetahui apa yang tersembunyi bagi
mereka dari kesenangan yang memuaskan
hari sebagai pembalasan apa yang telah
mereka lakukan. Dan tempat pecut didalam
syurga lebih baik dari dunia seisinya. Bacalah
ayat: Faman zuhziha aninnari wa udkhillal
jannata faqad faza (Yang bermaksud) Maka
siapa dijauhkan dari api dan dimasukkan
dalam syurga bererti telah untung.
Ibn Abbas r.a. berkata: Sesungguhnya
didalam syurga ada bidadari yang dijadikan
dari empat macam iaitu misik, ambar, kafur
dan zafaran, sedang tanahnya dicampur
dengan air hidup (hayawan), dan setelah
dijadikan maka semua bidadari asyik
kepadanya, andaikan ia berludah dalam laut
tentu menjadi tawar airnya, tercantum
dilehernya: Siapa yang ingin mendapat isteri
seperti aku, maka hendaklah taat kepada
Tuhanku.
Mujahid berkata: Bumi syurga dari perak,
dan tanahnya dari misik, dan urat-urat
pohonnya dari perak, sedang dahannya dari
mutiara dan zabarjad, sedang daun dan
buahnya dibawah itu, maka siapa yang makan
sambil berdiri tidak sukar, dengan duduk juga
tidak sukar, dan sambil berbaring juga tidak
sukar, kemudian membaca ayat: Wa dzulillat
quthufuha tadzlila. (Yang bermaksud) Dan
dimudahkan buah-buahnya sehingga
semudah-mudahnya. Sehingga dapat dicapai
oleh orang yang berdiri maupun yang duduk
dan berbaring.
Abu hurairah r.a. berkata: Demi Allah yang
menurunkan kitab pada Nabi Muhammad
s.a.w. Sesungguhnya ahli syurga tiap saat
bertambah elok cantiknya, sebagaimana
dahulu didunia bertambah tua.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Shuhaib r.a. berkata: Nabi Muhammad
s.a.w. bersabda yang bermaksud: Apabila
ahli syurga telah masuk kesyurga dan ahli
neraka telah masuk keneraka, maka ada
seruan: Hai ahli syurga, Allah akan menepati
janji-Nya kepada kamu. Mereka berkata:
Apakah itu, tidakkah telah memberatkan
timbangan amal kami dan memutihkan wajah
kami dan memasukkan kami kedalam syurga
dan menghindarkan kami dari neraka. Maka
Allah membukakan bagi mereka hijab
sehingga mereka dapat melihatNya, demi
Allah yang jiwaku ada ditanganNya belum
pernah mereka diberi sesuatu yang lebih
senang daripada melihat zat Allah.
Anas bin Malik r.a. berkata: Jibril datang
kepada Nabi Muhammad s.a.w. membawa
cermin putih yang ditengahnya ada titik
hitam, maka Nabi Muhammad s.a.w. bertanya
kepada Jibril: Apakah cermin yang putih ini?
Jawabnya: Ini hari Jumaat dan titik hitam ini
saat mustajab yang ada dihari Jumaat, telah
dikurniakan untuk mu dan untuk umat mu,
sehingga umat-umat yang sebelumnya
berada dibelakangmu, iaitu Yahudi dan
Nashara (kristian) dan saat dihari Jumaat, jika
seorang mukmin bertepatan berdoa untuk
kebaikan pada saat itu pasti ia akan diterima
oleh Allah, atau berlindung kepada Allah dari
suatu bahaya, pasti akan dihindarkannya, dan
hari Jumaat dikalangan kami (Malaikat)
dinamakan Yaumal Mazid (hari tambahan).
Nabi Muhammad s.a.w. bertanya lagi:
Apakah Yaumal Mazid itu? Jawab Jibril:
Tuhan telah membuat lembah disyurga
Jannatul Firdaus, disana ada anak bukit
dari misik kasturi dan pada tiap-tiap hari
Jumaat disana disediakan mimbar-minbar dari
nur (cahaya) yang diduduki oleh para Nabi,
dan ada mimbar-mimbar dari emas
bertaburan
permata yaqut dan zabarjaddiduduki para
siddiqin, syuhada dan solihin, sedang orang-
orang ahli ghurof (yang dibilik syurga) berada
dibelakang mereka diatas bukit kecil itu
berkumpul menghadap kepada Tuhan untuk
memuja muji kepada Allah, lalu Allah
berfirman: Mintalah kepadaKu. Maka semua
minta (Kami mohon keridhaanMu) Jawab
Allah:Aku telah redho kepadamu, keridhoan
sehingga kamu Aku tempatkan dirumahKu
dan Aku muliakan kamu. Kemudian Allah
menampakkan kepada mereka sehingga
mereka dapat melihat zatNya, maka tidak ada
hari yang mereka suka sebagaimana hari
Jumaat kerana mereka merasa bertambahnya
kemuliaan dan kehormatan mereka.
Dalam riwayat lain: Allah menyuruh kepada
Malaikat: Berikan makan kepada para
waliKu., maka dihidangkan berbagai
makanan maka terasa pada tiap suap rasa
yang lain dari semuanya, bahkan lebih lazat
sehingga bila selesai makan, diperintahkan
oleh Allah: Berikan minum kepada hamba-
hambaKu. maka diberi minum yang dapat
dirasakan kelazatannya pada tiap teguk dan
ketika telah selesai maka Tuhan berfirman:
Akulah Tuhanmu telah menepati apa yang
Aku janjikan kepadamu dan kini kamu boleh
minta, nescaya Aku berikan permintaanmu.
Jawab mereka: Kami minta ridhoMu. kami
minta ridhoMu. dua tiga kali. Dijawab oleh
Allah: Aku ridho kepadamu bahkan masih ada
tambahan lagi daripadaKu, pada hari ini Aku
muliakan kamu dengan penghormatan yang
terbesar dari semua yang telah kamu terima.
Maka dibukakan hijab sehingga mereka dapat
melihat dzat Allah yang Maha Mulia
sekehendak Allah, maka segera mereka
bersujud kepada Allah sekehendak Allah
sehingga Allah menyuruh mereka: Angkatlah
kepalamu sebab kini bukan masa beribadat.
Maka disitu mereka lupa pada nikmat-nikmat
yang sebelumnya dan terasa benar bahawa
tidak ada nikmat lebih besar daripada melihat
dzat Allah yang Maha Mulia. Kemudian
mereka kembali maka semerbak bau harum
dari bawah Arsy dari bukit kasturi yang putih
dan ditaburkan diatas kepala mereka, diatas
ubun-ubun kuda mereka, maka apabila
mereka kembali kepada isteri-isterinya
terlihat bertambah indah lebih dari semula
ketika mereka meninggalkan mereka
sehingga isteri-isteri mereka berkata: Kamu
kini lebih elok dari yang biasa.
Abul-Laits berkata: Terbuka hijab, bererti
hijab yang menutupi mereka untuk melihat-
Nya. Dan erti melihat kepadaNya iaitu melihat
kebesaran yang belum pernah terlihat
sebelumnya.
Ikrimah berkata: Ketangkasan ahli syurga
bagaikan orang berumur 33 tahun lelaki dan
perempuan sama-sa,a, sedang tingginya
enam puluh hasta, setinggi nabi Adam a.s.
muda-muda yang mesih bersih halus tidak
berjanggut, bola matanya, memakai tujuh
puluh macam perhiasan, yang berubah
warnanya tiap-tiap jam, tujuh puluh macam
warna, maka dapat melihat mukanya dimuka
isterinya, demikian pula didadanya,
dibetisnya, demikian pula isterinya dapat
melihat wajahnya diwajah suaminya, didada
dan dibetisnya, mereka tidak berludah dan
tidak berhingus, lebih-lebih yang lebih kotor,
maka lebih jauh.
Dalam lain riwayat: Andaikan seorang wanita
syurga menunjukkan tapak tangannya dari
langit nescaya akan menerangi antara langit
dan bumi.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
Zaid bin Arqam r.a. berkata: Seorang ahlil
kitab datang kepada Nabi Muhammad s.a.w.
dan bertanya: Ya Abal-Qasim, apakah kau
nyatakan bahawa orang syurga itu makan dan
minum? Jawab Nabi Muhammad s.a.w.: Ya,
demi Allah yang jiwa Muhammad ada
ditanganNya, seorang ahli syurga diberi
kekuatan seratus orang dalam makan, minum
dan jima (bersetubuh). Dia berkata: Sedang
orang yang makan, minum ia lazimnya
berhajat, sedang syurga itu bersih tidak ada
kekotoran? Jawab Nabi Muhammad s.a.w. :
Hajat seseorang itu berupa peluh yang
berbau harum bagaikan kasturi.
Abul-Laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Mutah bin Sumai mengenai firman Allah
s.w.t.: Thuba lahum wa husnu ma ab.
Thuba ialah pohon pokok disyurga yang
dahannya dapat menaungi tiap rumah
disyurga, didalamnya berbagai macam buah
dan dihinggapi burung-burung besar sehingga
bila seorang ingin burung dapat
memanggilnya dan segera jatuh diatas meja
makannya, dan dapat makan sayap yang
sebelah berupa dinding dan yang lain berupa
panggangan, kemudian bila telah selesai ia
terbang kembali.
Dari Alamasy dari Abu Salih dari Abu
Hurairah r.a. berkata: Nabi Muhammad s.a.w.
yang bermaksud: Rombongan pertama akan
masuk syurga dari umatku bagaikan bulan
purnama, kemudian yang berikutnya
bagaikan bintang yang amat terang dilangit,
kemudian sesudah itu menurut tingkatnya
masing-masing, mereka tidak kencing dan
buang air, tidak berludah dan tidak ingus, sisir
rambut mereka dari emas dan ukup-ukup
mereka dari kayu gahru yang harum dan
peluh mereka kasturi dan bentuk mereka
seperti seorang yang tingginya bagaikan
Adam a.s. enam puluh hasta.
Ibn Abbas r.a. berkata: Nabi Muhammad
s.a.w. bersabda: Sesungguhnya ahli syurga
itu muda semua, polos, halus, tidak ada
rambut kecuali dikepala, alis dan idep
(dikelopak mata), sedang janggut, kumis,
ketiak dan kemaluan polos tidak ada rambut,
tinggi mereka setinggi Nabi Adam a.s. enam
puluh hasta, usianya bagaikan Nabi Isa a.s 33
tahun, putih rupanya, hijau pakaiannya,
dihidangkan kepada mereka hidangan, maka
datang burung dan berkata: Hai waliyullah,
saya telah minum dari sumber salsabil dan
makan dari kebun syurga dan buah-buahan,
rasanya sebelah badanku masakan dan yang
sebelahnya gorengan, maka dimakan oleh
orang itu sekuatnya.
Dan tiap orang wali mendapat tujuh puluh
perhiasan, tiap perhiasan berbeza warna
dengan yang lain, sedang jari-jarinya ada
sepuluh cincin, terukir pada yang
pertama: Salam alaikum bima shobartum, dan
yang kedua: Ud khuluha bisalamin aminin,
yang ketiga : Tilkal janatullati urits tumu ha
bima kuntum tamalun, yang keempat: Rufiat
ankumul ahzana wal humum, yang
kelima: Albasakum alhuli wal hulal, yang
keenam Zawwa jakum ul hurul iin, yang
ketujuh: Walakum fihamatasy tahihil anfusu
wa taladzzul ayun wa antum fiha khalidun,
yang kelapan: Rafaq tumunnabiyina
wassiddiqin, yang kesembilan: Shirtum
syababa laa tahromun dan yang
kesepuluh: Sakantum fi jiwari man laa yudzil
jiran.
Ertinya:
1. Salam alaikum bima shobartum :-
Selamat sejahtera kamu kerana
kesabaran kamu
2. Ud khuluha bisalamin aminin :-
Masuklah kesyurga dengan selamat dan
aman
3. Tilkal janatullati urits tumu ha bima
kuntum tamalun :- Itulah syurga yang
diwariskan kepadamu kerana amal
perbuatanmu
4. Rufiat ankumul ahzana wal humum :-
Telah dihindarkan dari kamu semua risau
dan dukacita
5. Albasakum alhuli wal hulal :- Kami
berimu pakaian dan perhiasan
6. Zawwa jakum ul hurul iin :- Kami
kahwinkan kamu dengan bidadari
7. Walakum fihamatasy tahihil anfusu wa
taladzzul ayun wa antum fiha khalidun :-
Untuk mu dalam syurga segala keinginan
dan menyenangkan pandangan matamu.
8. Rafaq tumunnabiyina wassiddiqin :-
Kamu telah berkumpul dengan para Nabi
dan Siddiqin
9. hirtum syababa laa tahromun :- Kamu
menjadi muda dan tidak tua selamanya
10. Sakantum fi jiwari man laa yudzil
jiran :- Kamu tinggal dengan tetangga yang
tidak mengganggu tetangganya.
Abul-Laits berkata: Siapa yang ingin
mendapat kehormatan itu hendaklah
menepati lima perkara ini iaitu:
i. Menahan dari maksiat kerana firman
Allah s.w.t.: Wa nahannafsa anil hawa fainnal
jannat hiyal mawa yang bermaksud Dan
menahan nasfu dari maksiat maka syurga
tempatnya.
ii. Rela dengan pemberian yang
sederhana sebab tersebut dalam hadis:
Harga syurga itu ialah tidak rakus pada
dunia.
iii. Rajin pada tiap taat dan semua amal
kebaikan sebab kemungkinan amal itu yang
menyebabkan pengampunan dan masuk
syurga seperti firman Allah s.w.t. : Itu syurga
yang diwariskan kepadamu kerana amal
perbuatanmu.
iv. Cinta pada orang-orang yang soleh
dan bergaul dengan mereka sebab mereka
diharapkan syafaatnya sebagaimana dalam
hadis: Perbanyaklah kawan kerana tiap
kawan itu ada syafaatnya pada hari kiamat.
v. Memperbanyakkan doa dan minta
masuk syurga dan husnul khotimah.
Yahya bin Muadz Arrazi berkata:
Meninggalkan dunia berat tetapi
meninggalkan syurga lebih berat, sedang
maharnya syurga ialah meninggalkan dunia.
Anas bin Malik r.a berkata: Nabi Muhammad
s.a.w. bersabda: Siapa yang minta kepada
Allah syurga sampai tiga kali, maka syurga
berdoa: Ya Allah, masukkan ia kesyurga dan
siapa berlindung kepada Allah dari neraka tiga
kali maka neraka berdoa: Ya Allah, hindarkan
ia dari neraka.
Anas bin Malik r.a. berkata: Nabi Muhammad
s.a.w. bersabda: Didalam syurga ada pasar
tetapi tidak ada jual beli, hanya orang-orang
berkumpul membicarakan keadaan ketika
didunia, dan cara beribadat, bagaimana
keadaan antara si fakir dengan si kaya, dan
bagaimana keadaan sesudah mati dan lama
binasa dalam kubur sehingga sampai
kesyurga.
Abul-laits meriwayatkan dengan sanadnya
dari Abdullah bin Masud r.a. berkata:
Manusia semua akan berdiri didekat neraka,
kemudian mereka menyeberang diatas sirat
(jambatan) diatas neraka, masing-masing
menurut amal perbuatannya, ada yang
menyeberang bagaikan kilat, ada yang
bagaikan angin kencang, ada yang bagaikan
kuda yang cepat larinya, dan seperti lari
orang, dan ada yang bagaikan terbang
burung, dan ada yang seperti unta yang cepat
dan yang akhir berjalan diatas kedua ibu jari
kakinya, kemudian tersungkur dalam neraka
dan sirat itu licin, halus, tipis, tajam semacam
pedang, berduri sedang dikanan kirinya
Malaikat yang membawa bantolan untuk
membantol (menyeret) orang-orang, maka
ada yang selamat, ada yang luka-luka tetapi
masih selamat dan ada yang langsung
tersungkur kedalam api neraka, sedang para
Malaikat itu sama-sama berdoa: Robbi sallim
saliim (Ya Tuhan, selamatkan, selamatkan)
dan ada orang yang berjalan sebagai orang
yang terakhir masuk kesyurga, maka ia
selamat dari sirat, terbuka baginya pintu
syurga dan merasa tidak ada tempat baginya
disyurga, sehingga dia berdoa: Ya Tuhan,
tempat saya disini. Jawab Tuhan:
Kemungkinan jika Aku beri kamu tempat ini
lalu minta yang lainnya. Jawabnya: Tidak,
demi kemuliaanMu. Maka ditempatkan disitu,
kemudian diperlihatkan kepadanya tempat
yang lebih baik, sehingga dia merasakan
kerendahan tempat yang diberikan
kepadanya, lalu ia berkata: Ya Tuhan,
tempatkan lah aku disitu. Dijawab oleh
Tuhan: Kemungkinan jika Aku beri kamu
tempat ini lalu minta yang lainnya.
Jawabnya: Tidak, demi kemuliaanMu.
kemudian diperlihatkan kepadanya syurga
yang lebih baik, sehingga ia merasa bahawa
tempatnya masih rendah, tetapi ia diam tidak
berani minta beberapa lama sehingga
ditanya: Apakah kau tidak minta? Jawabnya:
Saya sudah minta sehingga merasa malu.
Maka firman Allah s.w.t.: Untukmu sebesar
dunia sepuluh kali, maka inilah yang terendah
tempat disyurga.
Abdullah bin Masud berkata: Nabi
Muhammad s.a.w. jika menceritakan ini maka
tertawa sehingga terlihat gigi gerahamnya.
Dalam hadis: Diantara wanita-wanita didunia
ini ada yang kecantikannya melebihi dari
bidadari kerana amal perbuatannya ketika
didunia.
Firman Allah s.w.t.: Kami cipta mereka baru
dan Kami jadikan mereka tetap gadis yang
sangat kasih dan cinta, juga tetap sebaya
umurnya, untuk orang-orang ahlil yamin
(golongan kanan). Surah al-Waqiah

Tiga Golongan Yang Menjadi Ahli Syurga


Rasulullah s.a.w. bersabda yang bermaksud:
Ahli syurga itu ada tiga golongan iaitu orang
yang memerintah yang bersifat adil dan
dikurniakan taufiq, orang yang berperasaan
kasih sayang serta berhati lembut kepada
setiap kaum karabat dan sesama Islam, orang
yang tidak suka meminta-minta dan berusaha
mengelak daripada meminta-minta
sedangkan ia mempunyai keluarga yang
ramai. Hadis Riwayat Muslim

Bidadari-Bidadari Syurga Dan Sifat-


Sifatnya
H. Sunaryo A.Y.

Kitab suci Al-Quran Al-Karim Allah


s.w.t. telah menjelaskan bahwa kenikmatan-
kenikmatan didalam syurga itu kekal, tidak
ada habisnya, kesenangan di syurga terus
menerus, tidak henti-hentinya. Makan,
minuman, pelayan, para bidadaridan lain-
lain lagi. Ringkasnya segala macam kelezatan
di syurga adalah tanpa hitungan sama sekali
dan berkekalan seterusnya serta semuanya
serba menyenangkan dan memuaskan hati.
Perhatikan Firman Allah SWT :
Para ahli syurga itu sama duduk-duduk
diatas sofa yang bertahtakan emas dan batu
permata, mereka duduk bersandar diatasnya,
berhadap-hadapan antara orang serorang
dengan lain-lainya. Mereka pun dilayani oleh
anak-anak muda yang beredar berkeliling dan
tetap saja pelayan-pelayan tadi membawa
mangkuk, cerek dan piala yang penuh berisi
minuman yang memancar jernih. Mereka
tidak merasa pening kepala dan tidak pula
menjadi mabuk kerana minuman tadi. Dan
buah buahan juga dihidangkan, mana saja
yang mereka pilih. Demikian pula daging
burung, mana saja yang mereka inginkan.
Lagi pula bidadari-bidadari yang bermata
bulat jelita sekali, bagaikan mutiara yang
tersimpan baik-baik. Itulah sebagai balasan
dari amalan-amalan yang mereka telah
kerjakan. (QS. Al-Waqiah : 15-24)
Kemudian Firman Nya
Para ahli Syurga itu memiliki bidadari yang
sopan setia lagi pula bermata jelita, mereka
itu adalah bagaikan telur yang tersimpan
rapi. (QS. Ash Shaffat : 48-49)
Dan Firman Nya :
Para ahli Syurga itu di karuniai bidadari-
bidadari yang duduk diatas hamparan yang
ditinggikan.
Sesungguhnya Kami menjadikan bidadari-
bidadari itu dengan kejadian yang baru,
maka Kami jadikanlah mereka sebagai gadis-
gadis yang suci, penuh kecintaan dan sebaya
saja umurnya. Itu semua untuk dikaruniakan
kepada orang orang yang menerima catatan
amalnya dengan tangan kanannya. (QS. Al-
Waqiah : 34-38)
Firman Allah SWT :
Dan Kami lenyapkan
segala kedengkian dari hati para ahli syurga
itu, sehingga mereka merupakan saudara
saudara, duduk berhadap-hadapan di atas
ranjang. Mereka tidak pernah merasakan
kelelahan dan tidak pula mereka itu akan
dikeluarkan dari situ. (QS. Al-Hijr : 47-48)
Kita perhatikan Firman Allah SWT yang
termaktub di dalam kitab suci Al-Quran.
Firman Allah SWT :
Demikianlah, dan Kami berikan kepada
mereka bidadari. (QS. Ad-Dukhan : 54)
Berfirman Allah SWT :
Mereka bertelekan di atas dipandipan
berderetan dan Kami kahwinkan mereka
dengan bidadari-bidadari yang cantik
bermata jeli. (QS. At-Thur : 20)
Dan Firman Nya :
Di dalam syurga itu ada bidadari-
bidadari yang baik-baik lagi cantik-cantik.
(QS. Ar Rahman : 70)
Dan Firman Nya :
(Bidadari-bidadari) yang jelita, putih bersih,
di pingit dalam rumah. (QS. Ar-Rahman :
72)
Kemudian Firman Nya :
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka
(bidadari-bidadari) dengan langsung.
Dan Kamijadikan mereka gadis-gadis
perawan. Penuh cinta lagi sebaya umurnya.
(QS. Al-Waqiah : 35-37)
Kemudian Firman Nya :
Sesungguhnya orang-orang yang bertakwa
mendapat kemenangan, (yaitu) kebun-kebun
dan buah-buahan anggur dan gadis-gadis
remaja yang sebaya. (QS. An-Naba : 31-
33)
Sekarang perhatikan sebuah hadis yang
diriwayatkan oleh para Imam yang tidak
diragukan kesahihan hadisnya.
Bersabda Rasulullah s.a.w. :
Sesungguhnya pertama kali kelompok yang
memasuki syurga itu adalah bagaikan rupa
bulan tanggal empat belas (yakni bulan
purnama), kemudian orang-orang yang masuk
dibelakang mereka itu adalah sebagai bintang
di langit yang terang cahayanya. Mereka itu
didalam syurga tidak akan mengeluarkan
kotoran kecil atau besar, juga tidak pernah
berludah atau berhingus. Sisirnya adalah
terbuat dari emas sedang keringatnya adalah
bagaikan minyak kasturi dan perapiannya
adalah kayu harum. Isteri-isteri mereka
adalah bidadari-bidadari yang jelita-jelita
matanya. Mereka itu di titahkan sebagai
seorang lelaki yang sama, sebagaimana rupa
ayah mereka yakni Nabi Adam, tingginya
ada enam puluh hasta kelangit (yakni
keatasnya). (HR. Bukhari, Muslim dan
Tirmidzi).

Bersabda Rasulullah s.a.w. dalam hadis


yang sama:
Sesungguhnya kelompok pertama yang
masuk syurga adalah seperti rupa bulan di
malam purnama. Berikutnya adalah seperti
bintang yang paling terang sinarnya di langit.
Mereka tidak buang air besar, dan tidak
meludah. Sisir mereka dari emas, minyak
mereka misik, asapannya adalah kayu
gaharu, pasangan mereka adalah bidadari,
akhlak mereka seperti akhlak satu orang.
Bentuk (postur tubuh) mereka seperti Nabi
Adam as, 60 lengan di langit. (HR. Bukhari
Muslim dll. Al-Jami Al Shaghir : 3778,
Shahih Al-Jami : 2015)

Dari Abu Said al-Khudri ra,


Rasulullah s.a.w. bersabda :
Sesungguhnya ahli syurga yang paling
rendah tingkatannya adalah seseorang
yang Allahpalingkan wajahnya dari Neraka
kearah syurga dan ditampakkan padanya satu
pohon syurga yang rindang. Lalu orang itu
berkata : Ya Allah dekatkanlah aku kepohon
itu agar aku bisa berteduh di bawahnya. lalu
Nabi s.a.w. terus menyebutkan angan-angan
orang itu hingga akhirnya beliau
(Nabi s.a.w.) bersabda:
Apabila telah habis angan-anganya
maka Allah berfirman kepadanya : Dia itu
milikmu dan ditambah lagi sepuluh kali
lipatnya. Nabi s.a.w. bersabda : Kemudian
ia masuk rumahnya dan masuklah
menemuinya dua bidadari syurga, lalu
keduanya berkata : Segala puji bagi Allah
yang telah menhidupkanmu untuk kami dan
yang menghidupkan kami untukmu. Lalu laki-
laki itu berkata : Tidak ada seorangpun yang
dianugerahi seperti yang dianugerahkan
kepadaku. (HR. Muslim)
Hadis dari Anas ra :
Sesungguhnya bidadari nanti akan
bernyanyi di syurga. Kami
para bidadari cantik disembunyikan khusus
untuk suami-suami yang mulia. (Sahih al
Jami : 1602)

Hadis dari Abdullah Ibnu Masud ra :


Kelompok pertama kali yang masuk syurga,
seolah wajah mereka cahaya rembulan di
malam purnama. Kelompok kedua seperti
bintang kejora yang terbaik dilangit. Bagi
setiap orang dari ahli syurga
itu dua bidadari syurga. Pada
setiap bidadari ada 70 perhiasan. Sumsum
kakinya dapat terlihat dari balik daging dan
perhiasannya, sebagaimana minuman mereka
dapat dilihat digelas putih. (HR.
Thabrani dengan sanad sahih
dan Baihaqi dengan sanad hasan. Hadis
hasan, sahih lighairi : Sahih al-
Targhib : 3745)

Hadis lafaz Tarmidzi :


Masing-masing mendapat dua bidadari,
sumsum kakinya dapat dilihat dari balik
daging kerana begitu cantiknya, tidak ada
perselisihan diantara mereka. Dan tidak ada
saling benci dihati mereka. Hati mereka
seperti hati satu orang, mereka semua
bertasbih kepada Allah pagi dan sore. (HR.
Tarmidzi)

Hadis al Miqdam Ibnu Madi Karib ra :


Orang yang mati syahid memiliki 7 (yang
benar 8) keistimewaan disisi Allah : (1)
diampuni dosanya diawal kucuran darahnya,
(2) melihat tempat duduknya dari syurga, (3)
dihiasi dengan perhiasan iman, (4) dinikahkan
dengan 72 bidadari syurga, (5) diamankan
dari adzab kubur, (6) aman dari goncangan
dahsyat di hari qiamat, (7) diletakkan diatas
kepalanya mahkota kewibawaan satu permata
dari padanya lebih baik dari pada dunia
seisinya, (8) memberi syafaat
kepada 70orang dari kerabatnya. (HR.
Ahmad, Tirmidzi dan Baihaqi)

Hadis Muadz ibnu Ana ra :


Barang siapa mampu menahan amarah
padahal ia boleh saja untuk
melaksanakannya,
maka Allah memanggilnya dihadapan para
makhluk hingga Dia memberikan hak untuk
memilih yang ia suka dari bidadari. (HR.
Abu Daud, Tirmidzi, Ibnu Majah)

Lagi Hadis Muadz ra :


Tidak ada seorang isteri yang menyakiti
suaminya didunia melainkan bidadari yang
menjadi pasangannya berkata : Jangan
engkau sakiti dia, semoga Allah melaknatmu,
sesungguhnya ia hanyalah bertamu
(dirumahmu), hampir saja ia berpisah
meninggalkan mu menuju kami. (sahih al
Jami : 7192)
Wanita Ahli Surga dan Ciri-Cirinya
Penulis: Azhari Asri dan Redaksi
Setiap insan tentunya mendambakan
kenikmatan yang paling tinggi dan abadi.
Kenikmatan itu adalah Surga. Di dalamnya
terdapat bejana-bejana dari emas dan perak,
istana yang megah dengan dihiasi beragam
permata, dan berbagai macam kenikmatan
lainnya yang tidak pernah terlihat oleh mata,
terdengar oleh telinga, dan terbetik di hati.
Dalam Al Quran banyak sekali ayat-ayat yang
menggambarkan kenikmatan-kenikmatan
Surga. Di antaranya Allah Subhanahu wa
Taala berfirman:
(Apakah) perumpamaan (penghuni) Surga
yang dijanjikan kepada orang-orang bertakwa
yang di dalamnya ada sungai-sungai dari air
yang tidak berubah rasa dan baunya, sungai-
sungai dari air susu yang tidak berubah
rasanya, sungai-sungai dari khamr (arak)
yang lazat rasanya bagi peminumnya, dan
sungai-sungai dari madu yang disaring dan
mereka memperoleh di dalamnya segala
macam buah-buahan dan ampunan dari Rabb
mereka sama dengan orang yang kekal
dalam neraka dan diberi minuman dengan air
yang mendidih sehingga memotong-motong
ususnya? (Surah: Muhammad: 15)
Dan orang-orang yang paling dahulu
beriman, merekalah yang paling dulu (masuk
Surga). Mereka itulah orang yang didekatkan
(kepada Allah). Berada dalam Syurga
kenikmatan. Segolongan besar dari orang-
orang yang terdahulu dan segolongan kecil
dari orang-orang yang kemudian. Mereka
berada di atas dipan yang bertahtakan emas
dan permata seraya bertelekan di atasnya
berhadap-hadapan. Mereka dikelilingi oleh
anak-anak muda yang tetap muda dengan
membawa gelas, cerek, dan sloki (piala) berisi
minuman yang diambil dari air yang mengalir,
mereka tidak pening kerananya dan tidak
pula mabuk dan buah-buahan dari apa yang
mereka pilih dan daging burung dari apa yang
mereka inginkan. (Surah Al Waqiah: 10-21)
Di samping mendapatkan kenikmatan-
kenikmatan tersebut, orang-orang yang
beriman kepada Allah Tabaraka wa
Taala kelak akan mendapatkan pendamping
(istri) dari bidadari-bidadari Syurga nan
rupawan yang banyak dikisahkan dalam ayat-
ayat Al Quran yang mulia, diantaranya:
Dan (di dalam Surga itu) ada bidadari-
bidadari yang bermata jeli laksana mutiara
yang tersimpan baik. (Surah Al Waqiah: 22-
23)
Dan di dalam Syurga-Syurga itu ada
bidadari-bidadari yang sopan, menundukkan
pandangannya, tidak pernah disentuh oleh
manusia sebelum mereka (penghuni-
penghuni Syurga yang menjadi suami
mereka) dan tidak pula oleh jin. (Surah Ar
Rahman: 56)
Seakan-akan bidadari itu permata yakut dan
marjan. (Surah Ar Rahman: 58)
Sesungguhnya Kami menciptakan mereka
(bidadari-bidadari) dengan langsung dan
Kami jadikan mereka gadis-gadis perawan
penuh cinta lagi sebaya umurnya. (Surah Al
Waqiah: 35-37)
Rasulullah Shallallahu Alaihi Wa
Sallam menggambarkan keutamaan-
keutamaan wanita penduduk Syurga dalam
sabda beliau:
seandainya salah seorang wanita
penduduk Syurga menengok penduduk bumi
niscaya dia akan menyinari antara keduanya
(penduduk Syurga dan penduduk bumi) dan
akan memenuhinya bau wangi-wangian. Dan
setengah dari kerudung wanita Syurga yang
ada di kepalanya itu lebih baik daripada dunia
dan isinya. (HR. Bukhari dari Anas bin
Malik radliyallahu anhu)
Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu
Alaihi Wa Sallam bersabda:
Sesungguhnya isteri-isteri penduduk Syurga
akan memanggil suami-suami mereka
dengan suara yang merdu yang tidak pernah
didengarkan oleh seorang pun. Diantara yang
didendangkan oleh mereka: Kami adalah
wanita-wanita pilihan yang terbaik. Isteri-
isteri kaum yang termulia. Mereka
memandang dengan mata yang
menyejukkan. Dan mereka juga
mendendangkan: Kami adalah wanita-wanita
yang kekal, tidak akan mati. Kami adalah
wanita-wanita yang aman, tidak akan takut.
Kami adalah wanita-wanita yang tinggal, tidak
akan pergi. (Shahih Al Jami nombor 1557)

Apakah Ciri-Ciri Wanita Syurga


Apakah hanya orang-orang beriman dari
kalangan laki-laki dan bidadari-bidadari saja
yang menjadi penduduk Syurga? Bagaimana
dengan isteri-isteri kaum Mukminin di dunia,
wanita-wanita penduduk bumi?
Isteri-isteri kaum Mukminin yang beriman
kepada Allah dan Rasul-Nya tersebut akan
tetap menjadi pendamping suaminya kelak di
Syurga dan akan memperoleh kenikmatan
yang sama dengan yang diperoleh penduduk
Syurga lainnya, tentunya sesuai dengan
amalnya selama di dunia.
Tentunya setiap wanita Muslimah ingin
menjadi ahli Syurga. Pada hakikatnya wanita
ahli Syurga adalah wanita yang taat kepada
Allah dan Rasul-Nya. Seluruh ciri-cirinya
merupakan cerminan ketaatan yang dia miliki.
Diantara ciri-ciri wanita ahli Syurga adalah:
1. Bertakwa.
2. Beriman kepada Allah, Malaikat-Malaikat-
Nya, Kitab-Kitab-Nya, Rasul-Rasul-Nya, hari
kiamat, dan beriman kepada takdir yang baik
maupun yang buruk.
3. Bersaksi bahwa tiada ilah yang berhak
disembah kecuali Allah, bersaksi bahwa
Muhammad adalah hamba dan Rasul-Nya,
mendirikan solat, menunaikan zakat,
berpuasa di bulan Ramadhan, dan
mengerjakan haji bagi yang mampu.
4. Ihsan, yaitu beribadah kepada Allah
seakan-akan melihat Allah, jika dia tidak
dapat melihat Allah, dia mengetahui bahwa
Allah melihat dirinya.
5. Ikhlas beribadah semata-mata kepada
Allah, tawakkal kepada Allah, mencintai Allah
dan Rasul-Nya, takut terhadap adzab Allah,
mengharap rahmat Allah, bertaubat kepada-
Nya, dan bersabar atas segala takdir-takdir
Allah serta mensyukuri segala kenikmatan
yang diberikan kepadanya.
6. Gemar membaca Al Quran dan berusaha
memahaminya, berzikir mengingat Allah
ketika sendiri atau bersama banyak orang dan
berdoa kepada Allah semata.
7. Menghidupkan amar maruf dan nahi
mungkar pada keluarga dan masyarakat.
8. Berbuat baik (ihsan) kepada tetangga, anak
yatim, fakir miskin, dan seluruh makhluk,
serta berbuat baik terhadap haiwan ternak
yang dia miliki.
9. Menyambung tali persaudaraan terhadap
orang yang memutuskannya, memberi
kepada orang, menahan pemberian kepada
dirinya, dan memaafkan orang yang
menzaliminya.
10. Berinfak, baik ketika lapang mahu pun
dalam keadaan sempit, menahan amarah dan
memaafkan manusia.
11. Adil dalam segala perkara dan bersikap
adil terhadap seluruh makhluk.
12. Menjaga lisannya dari perkataan dusta,
saksi palsu dan menceritakan kejelekan orang
lain (ghibah).
13. Menepati janji dan amanah yang diberikan
kepadanya.
14. Berbakti kepada kedua orang tua.
15. Menyambung silaturahmi dengan karib
kerabatnya, sahabat terdekat dan terjauh.
Demikian beberapa ciri-ciri wanita Ahli Syurga
yang disadur dari kitab Majmu
Fatawa karya Syaikhul Islam Ibnu Tamiyyah
juz 11 halaman 422-423. Ciri-ciri tersebut
bukan merupakan suatu batasan tetapi ciri-
ciri wanita Ahli Syurga seluruhnya masuk
dalam kerangka taat kepada Allah dan Rasul-
Nya. Allah Taala berfirman:
dan barangsiapa taat kepada Allah dan
Rasul-Nya, nescaya Allah memasukkannya ke
dalam Surga yang mengalir di dalamnya
sungai-sungai sedang mereka kekal di
dalamnya dan itulah kemenangan yang
besar. (Surah An Nisa: 13)
Wallahu Alam Bis Shawab.
Nota: Jika ada pembetulan sila email ke
zahidana@yahoo.com
SABTU, 22 FEBRUARI 2014
Wanita, Apakah Yang Perlu Dijaga?
Wanita Perhiasan Dunia, Wanita juga ramai
yang menghuni Neraka. Ayuh muslimah, tutup
aurat anda dengan sempurna. Berpakaian
kena bijaksana. Apa yang perlu dijaga?:
1. Bulu Kening
Menurut riwayat Bukhari, Rasullulah SAW
melaknat perempuan yang mencukur atau
menipiskan bulu kening atau meminta supaya
dicukurkan bulu kening.

2. Kaki (tumit kaki)


Dan janganlah mereka (perempuan)
membentakkan kaki (atau mengangkatnya)
agar diketahui perhiasan yang mereka
sembunyikan. (An-Nur: 31)

3. Wangian
Siapa sahaja wanita yang memakai wangi-
wangian kemudian melewati suatukaum
supaya mereka itu mencium baunya, maka
wanita itu telah dianggap melakukan zina dan
tiap-tiap mata ada zina. (Riwayat Nasaii, Ibn
Khuzaimah dan Hibban).
4. Dada
Hendaklah mereka (perempuan) melabuhkan
kain tudung hingga menutupi dada-dada
mereka. (An-Nur : 31)
5. Gigi
Rasullulah SAW melaknat perempuan yang
mengikir gigi atau meminta supaya dikikirkan
giginya. (Riwayat At-Thabrani)
Dilaknat perempuan yang menjarangkan
giginya supaya menjadi cantik, yang
mengubah ciptaan Allah. (Riwayat Bukhari
dan Muslim).

6. Muka dan Tangan


Asma Binti Abu Bakar telah menemui
Rasullulah SAW dengan memakai pakaian
yang tipis. Sabda Rasullulah SAW:

Wahai Asma! Sesungguhnya seorang gadis


yang telah berhaid tidak boleh baginya
menzahirkan anggota badan kecuali
pergelangan tangan dan wajah saja.
(Riwayat Muslim dan Bukhari).

7. Tangan
Sesungguhnya kepala yang ditusuk dengan
besi itu lebih baik daripada menyentuh kaum
yang bukan sejenis yang tidak halal
baginya(Riwayat At Tabrani dan Baihaqi).
8. Mata
Dan katakanlah kepada perempuan mukmin
hendaklah mereka menundukkan sebahagian
dari pandangannya. (An Nur : 31).
Sabda Nabi SAW, Jangan sampai pandangan
yang satu mengikuti pandangan lainnya.
Kamu hanya boleh pandangan yang pertama,
pandangan seterusnya tidak dibenarkan.
(Riwayat Ahmad, Abu Daud dan Tirmidzi).

9. Mulut (Suara)
Janganlah perempuan-perempuan itu terlalu
lunak dalam berbicara sehingga berkeinginan
orang yang ada perasaan serong dalam
hatinya, tetapi ucapkanlah perkataan-
perkataan yang baik.( Al Ahzab: 32)

Sabda Rasulullah SAW, Sesungguhnya akan


ada umatku yang minum arak yang mereka
namakan dengan yang lain, iaitu kepala
mereka dilalaikan oleh bunyi-bunyian (muzik)
dan penyanyi perempuan, maka Allah akan
tenggelamkan mereka itu ke dalam bumi.
(Riwayat Ibn Majah).

10.Kemaluan
Dan katakanlah kepada perempuan-
perempuan mukmin, hendaklah mereka
menundukkan pandangan mereka dan
menjaga kehormatan mereka. (An Nur : 31).

Apabila seorang perempuan itu sembahyang


lima waktu, puasa di bulanRamadhan,
menjaga kehormatannya dan mentaati
suaminya, maka masuklah ia ke dalam syurga
daripada pintu-pintu yang ia kehendakinya.
(Riwayat Al Bazzar)

Tiada seorang perempuan pun yang


membuka pakaiannya bukan di rumah
suaminya, melainkan dia telah membinasakan
tabir antaranya dengan Allah. (Riwayat
Tirmidzi, Abu Daud dan Ibn Majah).

11. Pakaian
Barangsiapa memakai pakaian yang
berlebih-lebihan, maka Allah akan
memberikan pakaian kehinaan di hari akhirat
nanti. (Riwayat Ahmad, Abu Daud, An Nasaii
dan Ibn Majah)

Sesungguhnya sebilangan ahli neraka ialah


perempuan-perempuan yang berpakaian tapi
telanjang yang condong pada maksiat dan
menarik orang lain untuk melakukan maksiat.
Mereka tidak akan masuk syurga dan tidak
akan mencium baunya. (Riwayat Bukhari dan
Muslim).

Hai nabi-nabi, katakanlah kepada isteri-


isterimu, anak perempuanmu dan isteri-isteri
orang mukmin, hendaklah mereka memakai
baju jilbab (baju labuh dan longgar) yang
demikian itu supaya mereka mudah dikenali.
Lantaran itu mereka tidak diganggu. Allah
Maha Pengampun lagi Maha Penyayang. (Al
Ahzab : 59).

12. Rambut
Wahai anakku Fatimah! Adapun perempuan-
perempuan yang akan digantung rambutnya
hingga mendidih otaknya dalam neraka
adalah mereka itu di dunia tidak mahu
menutup rambutnya daripada dilihat oleh
lelaki yang bukan mahramnya. (Riwayat
Bukhari dan Muslim)

Anda mungkin juga menyukai