Khutbah Pertama
Segala puji kita panjatkan pada Allah atas berbagai macam nikmat yang telah Allah
anugerahkan pada kita sekalian. Allah masih memberikan kita nikmat sehat, umur panjang.
Juga lebih dari itu, kita masih diberikan nikmat iman dan Islam.
Apa pun nikmat yang Allah berikan patut kita syukuri walau itu sedikit.
Semoga kita menjadi hamba Allah yang bersyukur dan dapat memanfaatkan nikmat yang ada
dalam ketaatan dan ketakwaan pada Allah.
Shalawat dan salam semoga tercurahkan kepada junjungan dan suri tauladan kita, Nabi besar
kita Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, juga kepada para sahabat, para tabi’in, serta
para ulama yang telah memberikan contoh yang baik pada kita.
Pertama
Dari sahabat Shakhr Al-Ghamidiy radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Apabila Nabi shallallahu mengirim peleton pasukan, beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam
mengirimnya pada pagi hari. Sahabat Shokhr sendiri (yang meriwayatkan hadits ini, pen)
adalah seorang pedagang. Dia biasa membawa barang dagangannya ketika pagi hari. Karena
hal itu dia menjadi kaya dan banyak harta. Abu Daud mengatakan bahwa dia adalah Shokhr
bin Wada’ah. (HR. Abu Daud, no. 2606. Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani)
Dan ini bahayanya jika meninggalkan shalat Shubuh, maka akan lepas dari jaminan Allah.
Dari Jundab bin ‘Abdillah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
َّ ِطلُبَنَّ ُك ُم
َ َّللاُِم ْنِذ َّمتهِب
ُِش ْىءٍ ِفَيُ ْدر َكه ْ ََِّللاِفَالَِي ُّ صلَّىِال
َّ ص ْب َحِفَ ُه َوِفىِذ َّمة َ َِم ْن
فَ َي ُكبَّهُِفىِنَارِ َج َهنَّ َِم
“Barangsiapa yang shalat subuh, maka ia berada dalam jaminan Allah. Oleh karena itu,
janganlah menyakiti orang yang shalat Shubuh tanpa jalan yang benar. Jika tidak, Allah
akan menyiksanya dengan menelungkupkannya di atas wajahnya dalam neraka jahannam.”
(HR. Muslim, no. 657)
Kedua
Sedikit shalat berarti kurang ketaqwaan, padahal taqwa itulah pembuka pintu rezeki. Allah
berfirman dalam ayat,
Ketiga
Bermalas-malasan juga jadi sebab rezeki sulit datang. Karena seorang muslim dituntut kerja
dan tawakkal pada Allah. Contohilah burung seperti yang disebutkan dalam hadits berikut.
Imam Ahmad pernah ditanya mengenai seseorang yang cuma mau duduk-duduk saja di
rumahnya atau hanya berdiam di masjid, dan ia berkata, “Aku tidak mau bekerja sedikit pun
dan hanya mau menunggu sampai rezekiku datang.” Imam Ahmad pun berkata, “Orang ini
benar-benar bodoh. Padahal Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda – sebagaimana
hadits burung di atas – bahwa burung saja bekerja dengan berangkat pada pagi hari. Para
sahabat Nabi yang mulia pun berdagang dan bekerja dengan hasil kurma mereka. Merekalah
sebaik-baik teladan.” (Fath Al-Bari, 11:306)
Jadi tidaklah boleh beralasan karena sibuk ibadah dan berdakwah, sampai malas bekerja.
Ibnu ‘Allan mengatakan bahwa As-Suyuthi berkata, “Al-Baihaqi mengatakan dalam Syu’ab
Al-Iman, “Hadits ini bukanlah dalil untuk duduk-duduk santai, enggan melakukan usaha
untuk memperoleh rezeki. Bahkan hadits ini merupakan dalil yang memerintahkan untuk
mencari rezeki karena burung tersebut pergi pada pagi hari untuk mencari rezeki.” (Dalil Al-
Falihin, 1:335)
Inilah keutamaan bagi seseorang yang rajin mencari nafkah untuk keluarganya.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ْ صب ُح
ِ،ِِالع َبادُِفيهِإالَِّ َملَ َكانِيَ ْنزالَنِفَ َيقُولُِأ َ َحدُ ُه َماِاللَّ ُه َّمِأَعْطِ ُم ْنفقًاِ َخلَِفًا ْ َُماِم ْنِ َي ْو ٍمِي
ًِ ََو َيِقُولُِاآلخ َُرِاللَّ ُه َّمِأَعْطِ ُم ْمس ًكاِتَل
ف
“Tidaklah para hamba berpagi hari di dalamnya melainkan ada dua malaikat yang turun,
salah satunya berkata, “Ya Allah, berilah ganti kepada orang yang senang berinfak.” Yang
lain mengatakan, “Ya Allah, berilah kebangkrutan kepada orang yang pelit.” (HR. Bukhari,
no. 1442 dan Muslim, no. 1010).
Keempat
Tidak amanah, ini juga jadi sebab orang sulit percaya. Kalau yang lain sulit percaya,
bagaimana ia mudah mendapatkan pekerjaan, mendapatkan tanggungjawab sehingga
mendapatkan rezeki dengan mudah?
Ketahuilah bahwa orang yang berkhianat terhadap amanat pun menyandang salah satu sifat
munafik. Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam
bersabda,
Termasuk di sini pula adalah tidak amanah dalam melunasi utang. Ingatlah bahwa utang akan
menyusahkan seseorang di akhirat kelak. Dari Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma, Nabi
shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ِِوالَِد ْر َه ٌم
َ َار َ سنَاتهِِلَي
ٌ ْسِث َ َّمِدين َ َارِأ َ ْوِد ْر َه ٌمِقُض
َ ىِم ْنِ َح ٌ ِو َعلَيْهِدين َ َم ْنِ َم
َ ات
“Barangsiapa yang mati dalam keadaan masih memiliki hutang satu dinar atau satu dirham,
maka hutang tersebut akan dilunasi dengan kebaikannya (di hari kiamat nanti) karena di
sana (di akhirat) tidak ada lagi dinar dan dirham.” (HR. Ibnu Majah, no. 2414. Syaikh Al-
Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih.)
Demikian khutbah pertama ini.
Sumber : https://rumaysho.com/16374-khutbah-jumat-empat-hal-penghambat-rezeki.html