Anda di halaman 1dari 6

Hukum dan Tuntunan Ziarah

Kubur

 admin Send an email3 weeks ago

1 1,675 5 minutes read

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum wr. wb.

Nama saya Rosyid Hasbullah dari Cirebon. Mau bertanya:

1. Apakah hukumnya ziarah bagi laki-laki dan perempuan?

2. Jika dibolehkan bagi laki-laki atau perempuan, apa yang harus dilakukan
ketika ziarah tersebut?

Terimakasih.

Pertanyaan Dari:
Rosyid Hasbullah Sahroni,
rosyidhasbullahsahroni@yahoo.com, Cirebon
(disidangkan pada hari Jum’at, 18 Rabiulakhir 1434 H / 1 Maret 2013)
Jawaban:
Dengan membaca referensi-referensi tersebut sebenarnya pertanyaan
saudara sudah dapat terjawab, namun untuk memfokuskan jawaban kepada
pertanyaan saudara maka kami paparkan jawaban sebagai berikut:

Pertama, mengenai hukum berziarah dapat dilihat dalam dua hadis


Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berikut ini;
‫ُور َف َق ْد ُأذِنَ ِلمُحَ َّم ٍد ِفى ِزيَارَ ِة َقب ِْر ُأ ِّم ِه‬
ِ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم ُكنْتُ نَ َه ْيتُ ُك ْم عَ نْ ِزيَارَ ِة ا ْل ُقب‬
ِ ‫عن بُرَ ْي َد َة َقا َل رَ سُو ُل‬
]‫ [رواه مسلم وابو داود والترمذي وابن حبان والحاكم‬.‫َفزُ ورُ و َها َفِإنَّ َها تُ َذ ِّكرُ اآلخِرَ ة‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Buraidah ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi


wa sallam bersabda; “Dahulu aku pernah melarang ziarah kubur, maka telah
diizinkan bagi Muhammad berziarah kubur bundanya. Maka berziarahlah
kubur, sebab hal itu mengingatkan akhirat”.” [HR. Muslim, Abu Dawud, at-
Tirmidzi, Ibnu Hibban dan al-Hakim]
ْ ‫ستَْأ َذنْتُ رَ بِّى تَعَالَى عَ لَى َأنْ َأ‬
‫ستَ ْغفِرَ َل َها َفلَ ْم يُْؤ َذنْ ِلى‬ ِ ‫عن أبي هريرة قال َقا َل رَ سُو ُل‬
ْ ‫هللا صلى هللا عليه وسلم ا‬
ِ ْ‫ستَْأ َذنْتُ َأنْ َأزُ ورَ َقبْرَ َها َفُأذِنَ ِلى َفزُ ورُ وا ا ْل ُقبُورَ َفِإنَّ َها تُ َذ ِّكرُ ِبا ْلمَو‬
]‫ [رواه الجماعة‬.‫ت‬ ْ ‫َفا‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ia berkata, Rasulullah shallallahu


‘alaihi wa sallam bersabda; “Aku memohon izin kepada Tuhanku agar aku
diperkenankan memohonkan ampun bagi ibuku, maka tidak diizinkan. Lalu
aku memohon izin untuk berziarah ke kuburnya, maka diizinkannya. Oleh
karena itu ziarahlah ke kubur, sebab hal itu dapat mengingatkan mati”.” [HR.
Jama’ah]
Dari dua hadis di atas dapat diketahui bahwa pada awal Islam, karena
dekatnya zaman itu dengan zaman jahiliyah, ziarah kubur sempat dilarang
oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam. Beliau khawatir ziarah kubur
menjadi sarana untuk menyekutukan Allah. Namun, setelah waktu berlalu dan
dirasa iman orang-orang pada masa itu telah kuat, maka ziarah kubur
diperbolehkan. Hal tersebut juga dikarenakan ada manfaat yang sangat besar
yaitu dapat mengingatkan kita kepada kematian yang pasti akan mendatangi
setiap makhluk, untuk kemudian dapat mendekatkan diri kita kepada
Allah subhanahu wa ta’ala Sang Pengatur segala kehidupan dan kematian.
Anjuran tersebut ditujukan secara umum kepada seluruh umat muslim baik itu
laki-laki maupun perempuan. Jadi tidak ada larangan bagi kaum perempuan
untuk berziarah.
Kedua, mengenai amalan apa saja yang dikerjakan ketika berziarah,
terangkum dalam beberapa poin berikut ini;
1. Meluruskan niat dan tujuan ketika hendak berziarah.
Niat adalah salah satu bagian terpenting dari segala perbuatan manusia.
Suatu perbuatan dapat dinilai baik atau buruk bermula dari niatnya. Dalam
sebuah hadis Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam disebutkan;
‫ « ِإنَّمَا‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ‫هللا‬ ِ ‫ب يَقُو ُل َقا َل رَ سُو ُل‬ ِ ‫س ِمعْتُ عُ مَرَ بْنَ ا ْلخَ طَّا‬
َ ‫ى َقا َل‬
ِّ ‫اص اللَّ ْي ِث‬
ٍ ‫ْن وَ َّق‬ ِ ‫عَ نْ عَ ْل َق َم َة ب‬
ِ ‫اَألعْ مَا ُل ِبالنِّي‬
ِ ‫َّات وَ ِإنَّمَا ِل ُك ِّل امْ ِرٍئ مَا نَوَ ى َفمَنْ َكانَتْ هِجْ رَ تُ ُه ِإلَى اللَّ ِه وَ رَ سُو ِل ِه َف ِهجْ رَ تُ ُه ِإلَى‬
ْ‫هللا وَ رَ سُو ِل ِه وَ مَن‬
]‫ [رواه الجماعة‬.» ‫ُصيبُ َها َأ ِو امْ رَ َأ ٍة يَتَزَ وَّ ُج َها َف ِهجْ رَ تُ ُه ِإلَى مَا َهاجَ رَ ِإلَ ْي ِه‬ ِ ‫َكانَتْ هِجْ رَ تُ ُه ِل ُد ْنيَا ي‬

Artinya: “Diriwayatkan dari ‘Alqamah ibn Waqas al-Laitsy ia berkata: saya


telah mendengar Umar bin Khattab ra sedang di atas mimbar dan berkata,
“Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“sesungguhnya segala amal perbuatan itu tergantung niatnya”. …” [HR.
Jama’ah]
Oleh karena itu, niat ziarah kubur hanyalah untuk mendoakan ahli kubur dan
sekaligus sebagai sarana kita untuk mengingat akhirat sebagaimana
disebutkan sebelumnya. Jangan sampai melakukan hal-hal yang dilarang
seperti meminta-minta kepada ahli kubur atau menjadikannya wasilah kepada
Allah subhanahu wa ta’ala.
2. Mengucapkan salam kepada seluruh ahli kubur ketika memasuki area
pekuburan.

‫سلَّ َم يَخْ رُ جُ آخِرَ اللَّ ْي ِل ِإلَى‬


َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬ ِ ‫ ُكلَّمَا َكانَتْ لَ ْيلَتُ َها مِنْ رَ سُو ِل‬: ْ‫هللا عَ ْن َها َقا َلت‬
ُ ‫هللا صَ لَّى‬ ُ ‫ي‬ َ ‫ض‬ ِ َ‫ش َة ر‬
َ ‫عَ نْ عَ اِئ‬
ُ ‫ وَ ِإنَّا ِإنْ شَا َء‬, َ‫ َغدًا ُمَؤ َّجلُون‬, َ‫ وَ َأتَا ُك ْم مَا تُوعَ دُون‬, َ‫ساَل ُم عَ لَ ْي ُك ْم دَارَ َقوْ ٍم ُمْؤ ِمنِين‬
, َ‫هللا ِب ُك ْم اَل ِحقُون‬ َّ ‫ ال‬:ُ‫ َفيَقُول‬,‫يع‬
ِ ‫ا ْلبَ ِق‬
]‫ [رواه مسلم‬.‫يع ا ْل َغرْ َق ِد‬ ‫الل ُه َّم ْ َأِل‬
ِ ‫اغفِرْ ْه ِل بَ ِق‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, ia berkata; “Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam pada tiap malam gilirannya, pergi ke Baqi’ pada
akhir malam, dengan ucapannya: “Assalamu’alaikum dara qaumin mukminin
wa atakum ma tu‘aduna ghadan muajjalun, wa inna insya Allahu bikum
lahiqun. Allahummaghfir li ahli Baqi’il Gharqad” (Semoga keselamatan bagi
kamu sekalian wahai negeri kaum yang beriman, dan akan datang apa yang
dijanjikan kepada kamu sekalian dengan segera. Dan sesungguhnya kami,
dengan izin Allah akan menyusul kamu sekalian. Yaa Allah ampunilah
penghuni Baqi’ al-Gharqad (nama kuburan)”.” [HR. Muslim]
3. Melepas alas kaki ketika memasuki area pekuburan

‫ُور َفقَا َل يَا‬ ‫هللا عَ لَ ْي ِه وَ َ َأ‬


ِ ‫ْن بَيْنَ ا ْل ُقب‬
ِ ‫سلَّ َم رَ ى رَ ُجاًل يَمْ ِشي ِفي نَ ْعلَي‬ ِ ‫اصيَ ِة َانَّ رَ سُو َل‬
ُ ‫هللا صَ لَّى‬ ِ َ‫ْن ا ْلخَ ص‬ِ ‫ير اب‬ ِ ‫عن ب َِش‬
]‫ [رواه البخاري واحمد وابو داود و النسائي وابن ماجه‬.‫ْن َأ ْل ِق ِه َم ا‬ ِ ‫س ْب ِتيَّتَي‬
َّ ‫صَ احِبَ ال‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Basyir bin al-Khasasiyyah bahwa Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam melihat seseorang yang berjalan di antara
kuburan dengan memakai kedua sandalnya, kemudian beliau bersabda;
“Wahai pemakai dua sandal, lepaslah sandalmu”.” [HR. al-Bukhari, Ahmad,
Abu Dawud, an-Nasai dan Ibnu Majah]
4. Beberapa etika ketika berada di pekuburan.

a. Menghadap kiblat ketika berada di kuburan seseorang.

]‫ [رواه ابو داود‬.ِ‫ستَق ِْب َل ال ِق ْبلَ ِة لَمَّا خَ رَ َج ِالَي ال َم ْقبَرَ ة‬ َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬


ْ ‫سلَّ َم ُم‬ ُ ‫ْث البَرَ ا ِء َانَّ ُه جَ لَسَ رَ سُوْ ُل هللا صَ لَّى‬
ِ ‫لِحَ ِدي‬

Artinya: “Menilik hadis Bara’ bahwasanya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa


sallam duduk menghadap qiblat ketika pergi berziarah kubur” [HR. Abu
Dawud]
b. Tidak menduduki kuburan.

‫ َأَلنْ يَجْ لِسَ َأحَ ُد ُك ْم عَ لَى جَ مْ رَ ٍة حَ تَّى‬:َ‫سلَّ َم َقال‬


َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬ ِ ‫هللا عَ ْن ُه َأنَّ رَ سُو َل‬
ُ ‫هللا صَ لَّى‬ ُ ‫ي‬ ِ َ‫ ر‬،‫عَ نْ َأ ِبي هُرَ يْرَ َة‬
َ ‫ض‬
]‫ [رواه مسلم‬.‫ خَ يْرٌ لَ ُه مِنْ َأنْ يَجْ لِسَ عَ لَى َقبْر‬,‫ وَ تَخْ لُصَ ِإلَى ِج ْل ِد ِه‬,ُ‫تُحَ رِّ قَ ِثيَابَه‬

Artinya: “Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwasanya Rasulullah


shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda; “Sungguh seseorang dari kalian duduk
di atas bara api sehingga membakar bajunya hingga tembus ke kulitnya, itu
lebih baik baginya dari pada duduk di atas kuburan.” [HR. Muslim]
5. Mendo’akan ahli kubur, baik ahli kubur yang dituju maupun ahli kubur
secara keseluruhan.

‫ستَ ْغفِرُ لَ ُه ْم وَ َاطَا َل ا ْل ِقيَا َم‬


ْ َ‫سلَّ َم خَ رَ َج لَ ْيالً ِإلَي ا ْلبَ ِقي ِْع ي‬
َ َ‫هللا عَ لَ ْي ِه و‬ ِ ‫هللا عَ ْن َها َأنَّ رَ سُو َل‬
ُ ‫هللا صَ لَّى‬ ُ ‫ي‬ ِ َ‫ش َة ر‬
َ ‫ض‬ َ ‫عَ نْ عَ اِئ‬
]‫ [رواه مسلم‬.‫ات‬ ٍ َّ‫ث مَر‬َ ‫وَ رَ َفعَ يَ َد ْي ِه ثَاَل‬
Artinya: “Diriwayatkan dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, bahwa Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada suatu malam ke Baqi’, beliau lama
berdoa, memohon ampun bagi mereka tiga kali, dengan mengangkat kedua
tangannya.” [HR. Muslim]
Hadis-hadis tersebut mengajarkan kita bagaimana tuntunan bersikap di
kuburan dan menghormati ahli kubur.

6. Dilarang meminta-minta kepada kuburan dan menjadikannya wasilah


kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Satu hal yang menjadi pantangan ketika berziarah kubur, sebagaimana telah
disinggung sebelumnya adalah meminta-minta kepada ahli kubur dan
menjadikan mereka perantara kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena
Allah subhanahu wa ta’ala berfirman dalam surat Yunus ayat 106 sebagai
berikut,
]۱۰٦ :)10(‫ [يونس‬. َ‫هللا مَا اَل يَ ْن َفعُكَ وَ اَل يَضُ رُّ كَ َفِإنْ َف َع ْلتَ َفِإنَّكَ ِإ ًذا مِنَ الظَّا ِلمِين‬
ِ ‫ُون‬ِ ‫وَ اَل تَدْعُ مِنْ د‬

Artinya: “Dan jangan engkau menyembah sesuatu yang tidak memberi


manfaat dan tidak (pula) memberi bencana kepadamu selain Allah. Sebab jika
engkau lakukan (yang demikian), maka sesungguhnya engkau termasuk
orang-orang zalim.” [QS. Yunus (10): 106]
Dalam surat az-Zumar (39) ayat 3 disebutkan’

… ]۳ :)39( ‫وَ الَّذِينَ اتَّخَ ُذوا مِنْ دُو ِن ِه َأوْ ِليَا َء مَا نَ ْعبُ ُد ُه ْم ِإاَّل ِليُ َقرِّ بُونَا ِإلَى اللَّ ِه زُ ْلفَى … [الزمر‬

Artinya: “… dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Dia (berkata),


“Kami tidak menyembah mereka melainkan (berharap) agar mereka
mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya …” [QS. az-Zumar
(39): 3]
Ayat terakhir menunjukkan bahwa orang-orang yang beralasan ingin
mendekatkan diri kepada Allah subhanahu wa ta’ala melalui perantara
apapun yang tidak dibenarkan syariat, termasuk dalam hal ini adalah melalui
ahli kubur, pada hakikatnya mereka itu menyekutukan Allah subhanahu wa
ta’ala.
Sebagaimana terjadi pada masa sekarang ini, banyak orang yang
mengunjungi kuburan-kuburan orang-orang tertentu, seperti kuburan para
wali misalnya. Kegiatan tersebut, dapat digolongkan kepada perbuatan yang
dilarang dikarenakan orientasi tujuannya sudah berubah, bukan untuk
mendoakan dan muhasabah diri namun cenderung meminta-minta dan
menjadikan kuburan-kuburan itu wasilah kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Indikasi itu muncul di antaranya karena kegiatan berziarah itu dikhususkan ke
tempat-tempat tertentu yang dinilai memiliki hal yang lebih dibanding
dengan kuburan-kuburan lain. Padahal Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam tidak pernah mengkhususkan kuburan tertentu baik ketika beliau
hendak mendoakan mereka maupun ketika bermuhasabah diri.
Demikianlah uraian mengenai hukum dan tuntunan berziarah. Semoga dapat
menjadikan ziarah kita lebih bermakna dan bermanfaat serta tidak
menyesatkan.

Anda mungkin juga menyukai