NIM: 12030411223
KELAS: ILHA.3-A
1. Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1520 - Kitab Hajji - Bab: Orang yang shalat dua
rakaat saat thawaf di luar masjid
2. Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1521 - Kitab Hajji - Bab: Orang yang shalat dua
rakaat saat thawaf di belakang maqam Ibrahim
B. Syarah Hadits
1. Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1520 - Kitab Hajji - Bab: Orang yang shalat dua
rakaat saat thawaf di luar masjid
Judul bab ini menjelaskan bolehnya seseorang melakukan shalat dua rakaat (setelah)
thawaf di mana saja dia sukai, meskipun melakukannya di belakang maqam adalah lebih
utama. Hal itu telah disepakati para ulama kecuali apabila dilakukan di dalam Ka'bah atau di
lokasi Al-Hijjr. Oleh sebab itu Imam Bukhari menyebutkan sesudahnya bab "Orang yang
Shalat Dua Rakaat Thawaf di Belakang Maqam". Adapun tentang Umar shalat di luar
wilayah haram, akan disebutkan pada bab berikutnya:
“Dari (Ummu Salamah RA, "Aku mengadu kepada Rasulullah SAW..."; dan telah
menceritakan kepadaku Muhammad bin Harb... dan seterusnya). Demikian kalimat ini
dihubungkan dengan kata sebelumnya, lalu dia menyebutkan lafazh riwayat yang kedua. Hal
ini diperbolehkan, sebab lafazh kedua riwayat itu berbeda. Adapun lafazh riwayat pertama
telah disebutkan pada bab "Thawaf Wanita Bersama Kaum Laki-laki", sebagaimana akan
disebutkan lagi setelah dua bab.
Pembicaraan mengenai hadits Ummu Salamah telah dijelaskan pada bab "Wanita Thawaf
Bersama Laki-laki". Adapun yang dibutuhkan di sini adalah lafazh "Beliau tidak shalat
hingga keluar", yakni keluar dari masjid atau dari Makkah. Maka, hal ini menunjukkan
bolehnya melakukan shalat thawaf di luar masjid, sebab bila pelaksanaan shalat thawaf di
masjid merupakan syarat yang harus dilakukan, tentu Nabi SAW tidak akan menyetujui
perbuatan Ummu Salamah tersebut. Dalam riwayat Hassan yang dikutip oleh Al Ismaili:
(“Apabila iqamat untuk shalat Subuh telah dilakukan, maka thawaflah di belakang manusia
di saat mereka shalat.". Ummu Salamah berkata, "Aku melakukan hal itu, lalu aku tidak
shalat hinggu keluar. "). yakni melakukan shalat di tempat lain. Berdasarkan penjelasan ini
terjadi keserasian antara hadits dengan judul bab.
Pada riwayat ini terdapat pula bantahan bagi mereka yang berpendapat bahwa; ada
kemungkinan Ummu Salamah menyelesaikan thawafnya sebelum shalat Subuh selesai.
Kemudian ia mendapati mereka masih shalat, maka ia pun shalat Subuh bersama mereka. dan
ia menganggap shalat tersebut telah mencukupi (sebagai ganti) shalat thawaf. Hanya saja
Imam Bukhari tidak menyebutkan hukum persoalan ini secara transparan, karena ada
kemungkinan yang demikian itu khusus bagi orang yang memiliki udzur (alasan syar'i). sebab
Ummu Salamah saat itu sedang sakit. Sedangkan Umar melakukannya karena alasan hukum,
yakni ia thawaf setelah shalat Subuh, sementara ia tidak membolehkan shalat sunah apapun
setelah shalat Subuh hingga matahari terbit, seperti yang akan dijelaskan setelah satu bab.
Hadits Ummu Salamah telah dijadikan pula sebagai dalil bahwa barangsiapa lupa
mengerjakan shalat dua rakaat thawaf, maka ia boleh menggantinya ketika ingat. Adapun
Imam Malik berpendapat bahwa apabila seseorang tidak mengerjakan shalat dua rakaat
setelah thawaf hingga berada jauh dari Masjidil Haram dan kembali ke negerinya, maka ia
harus membayar dam (menyembelih hewan). Ibnu Mundzir berkata, "Derajat shalat dua
rakaat setelah thawaf tidak lebih tinggi daripada shalat fardhu, sementara tidak ada bagi orang
yang meninggalkan shalat fardhu kecuali menggantinya di saat ia ingat."
2. Hadits Shahih Al-Bukhari No. 1521 - Kitab Hajji - Bab: Orang yang shalat dua
rakaat saat thawaf di belakang maqam Ibrahim
Dalam bab ini disebutkan hadits Ibnu Umar yang terdapat pada dua bab sebelumnya, dan
akan diterangkan pada bab-bab tentang umrah. Hubungan hadits ini dengan judul bab sangat
jelas. Sementara dalam hadits Jabir yang panjang mengenai sifat haji Wada' yang dikutip oleh
Imam Muslim disebutkan (Beliau thawaf kemudian membaca "dan jadikanlah maqom
Ibrahim sebagai mushalla", lalu beliau shalat dua rakaat di sisi maqam).
Ibnu Al Manayyar berkata, "Ayat yang beliau baca mengandung kemungkinan bahwa
hukum shalat di belakang maqam adalah wajib. Akan tetapi ulama sepakat bahwa orang yang
thawaf dan melakukan shalat dua rakaat di mana saja ia kehendaki, maka hal itu telah
mencukupi. Tetapi pendapat dari Imam Malik mengatakan bahwa apabila seseorang
melakukan shalat dua rakaat thawaf di Hijr. maka ia wajib mengulangi shalat tersebut. Hal ini
telah dibahas di bagian awal pembahasan tentang shalat pada bab tentang, firman Allah, "Dan
jadikanlah maqam lbrahim sebagai mushalla."
1) Penjelasan yang berkaitan dengan pengertian, hukum dan keutamaan shalat thawaf
Shalat sunat tawaf secara umum ialah shalat sunah yang didirikan oleh seseorang selepas
mengerjakan ibadah tawaf tujuh kali putaran di sekeliling Ka’bah.
Ketika pertama kali memasuki Masjidil Haram, orang yang ihram sunnah melaksanakan
thawaf pertama kali yang disebut thawaf qudum artinya thawaf pembukaan atau thawaf
selamat datang. Terdapat pula thawaf wajib yang merupakan rukun haji, dan thawaf wada’
atau thawaf perpisahan ketika selesai haji dan hendak bertolak ke tanah air.
Selama thawaf kita dianjurkan memperbanyak dzikir, shalawat dan talbiyah. Imam
Nawawi menyebutkan terdapat doa-doa ma’tsur yang sunnah dibacakan saat thawaf, namun
mayoritas ulama sepakat bahwa saat thawaf tidak harus hanya membaca doa-doa tertentu.
Contohnya, Imam Syafi’i lebih suka membaca doa Rabbana atiina fiddunyaa hasanah.
Bahkan kebanyakan pendapat ulama madzhab syafi’i mengatakan bahwa yang lebih utama
saat thawaf adalah membaca al-Qur’an serta doa-doa lainnya yang diajarkan Rasulullah.
Namun, yang tidak kalah penting adalah sunnah shalat dua rakaat setelah thawaf, Imam
Nawawi dalam kitab al-Adzkar berkata:
ويستحب إذا فرغ من الطواف ومن صالة ركعتين الطواف أن يدعوا بما أحب
Dan disunnahkan jika telah selesai thawaf dan shalat dua rakaat, membaca doa apapun yang
disukai.
Imam Ibnu Hajar didalam kitabnya Hasyiyah Ibni Hajar alal Idhah
اذا فرغ من الطواف صلى ركعتي الطواف وهما سنة مؤكدة على األصح وفي قول هما
واجبان
Artinya “Bila selesai tawaf, jamaah haji (umrah) hendaknya mengerjakan dua rakaat shalat
sunnah tawaf. Hukum shalat tawaf adalah sunnah yang sangat dianjurkan menurut pendapat
yang paling sahih. Tetapi pendapat lain mengatakan, hukum shalat tawaf adalah wajib,”
(Imam An-Nawawi, Al-Idhah fi Manasikil Hajji pada Hasyiyah Ibni Hajar alal Idhah,
[Beirut, Darul Fikr: tanpa tahun], halaman 132).
Dalam kitab Hasyiyatul Bujairimi ‘alal Khatib, Imam Al-Bujairimi menyebutkan bahwa
shalat sunnah thawaf ini termasuk shalat sunnah yang utama. Beliau berkata sebagai berikut;
ثم، ثم كسوف الشمس، ثم الفطر،وحاصل التفضيل أن تقول أفضل النفل صالة عيد األضحى
ثم الرواتب، ثم بقية الرواتب المؤكدة، ثم الوتر، ثم ركعتا الفجر ثم االستسقاء،خسوف القمر
ثم ركعتا الطواف ثم التحية ثم اإلحرام، ثم الضحا، ثم التراويح،غير المؤكدة
Simpulan keutamaan shalat sunnah secara urut adalah shalat Idul Adha, shalat Idul Fitri,
shalat gerhana matahari, shalat gerhana bulan, shalat sunnah fajar, shalat istisqa, shalat
witir, shalat rawatib muakkad, shalat rawatib ghairu muakkad, shalat tarawih, shalat dhuha,
shalat dua rakaat tawaf, shalat tahiyyatul masjid, shalat sunnah ihram.
2) Hal yang berkaitan dengan bacaan, tempat dan waktu pelaksanaan shalat thawaf
Syekh Abu Zakariya Al-Anshari dalam Asnal Mathalib fi Raudhatit Thalib menempatkan
shalat sunnah dua rakaat tawaf sebagaimana shalat sunnah lainnya perihal bacaan. Jika
dilakukan pada siang hari, maka bacaan shalat sunnah tawaf dilafalkan dengan sir (perlahan).
Sebaliknya, jika dilakukan pada malam hari, maka bacaan shalat sunnah tawaf dilafalkan
secara jahar (lantang). Tetapi jika ada jamaah lain yang terganggu oleh bacaan jahar, maka
bacaan shalat sunnah tawaf sebaiknya dilafalkan secara sir sebagaimana keterangan Syekh
Abu Zakariya Al-Anshari dalam Asnal Mathalib.
Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar didalam kitabnya Zubdatut Tafsir Min Fathil
Maqam adalah batu yang diketahui oleh orang-orang dan dijadikan sebagai tempat
mengerjakan shalat sunnah dua rakaat setelah melakukan tawaf. Dulunya Nabi Ibrahim
berdiri diatasnya untuk membangun ka’bah saat temboknya telah tinggi, batu ini didatangkan
Ismail agar digunakan Ibrahim untuk berdiri diatasnya. Dahulu batu ini menempel pada
dinding Ka’bah kemudian dipindah pertama kali oleh Umar bin Khattab.
Adapun pendapat Imam Nawawi tentang tempat dilakukannya shalat sunnah thawaf.
Beliau mengatakan shalat sunnah thawaf dilakukan di belakang Maqam Ibrahim. Jika tidak
memungkinkan karena penuh sesak dengan jamaah atau karena faktor lain, maka shalat tawaf
dapat dikerjakan di Hijir Ismail. Jika tidak memungkinkan juga, shalat tawaf dikerjakan di
titik mana saja pada Masjidil Haram. (Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ fi Syarhil Muhadzdzab,
[Kairo, Al-Maktabah At-Taufikiyyah: 2010 M], juz VIII, halaman 132)
Kalau di dalam Masjidil Haram juga tidak memungkinkan, shalat tawaf dapat dikerjakan
di luar Masjidil Haram. Shalat tawaf ketika itu dapat dilakukan di mana saja dan kapan saja.
Bahkan shalat tawaf tetap dianjurkan setelah jamaah haji tiba di Tanah Air-nya atau selain itu.
Sedangkan Ibnul Mundzir didalam kitab Al-Ijmaa’ (halaman 56), beliau berkata:
Adapun waktu pelaksanaan shalat thawaf adalah untuk seluruh jenis thowaf, termasuk
thawaf ifadhoh dan thawaf sunnah. Ibnu Abbas berkata َعلَى ُك ِّل ُسب ٍُع َر ْك َعتَا ِن “Setiap 7
putaran thowaf hendaknya melaksanakan sholat 2 raka’at”
Dan boleh mengerjakan sholat sunnah ini meskipun di waktu terlarang sebagaimana
sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam:
صلَّى ِ اس َش ْيًئا فَاَل يَ ْمنَ َعنَ َأ َحدًا طَافَ بِهَ َذا ْالبَ ْي
َ ت َو ِ ََّاف َم ْن َولِ َي ِم ْن ُك ْم ِم ْن َأ ْم ِر الن
ٍ يَا بَنِي َع ْب ِد َمن
ٍ َي َسا َعةَ َشا َء ِم ْن لَي ٍْل َأوْ نَه
ار َّ َأ
“Wahai Bani Abdu Manaaf, barangsiapa diantara kalian yang mengurusi sesuatupun dari
urusan manusia maka janganlah ia melarang seorangpun yang thowaf di ka’bah ini dan
sholat di waktu manapun yang ia kehendaki di malam hari maupun siang hari” (HR Abu
Dawud, At-Tirmidzi, An-Nasai, dan dishahihkan oleh Al-Albani di Al-Irwaa’ no 481)
Imam Ibnu Hajar Al-Asqalani didalam kitab Fathul Baari (jilid 3 halaman 488)
mengatakan: “Sebagaimana thowaf boleh kapan saja meskipun di waktu terlarang maka
demikian juga sholat dua raka’att sesudahnya karena thowaf mengkonsekuensikan sholat dua
raka’at yang disyariátkan untuk dikerjakan setelah thowaf”.
Sebagai tambahan, Ibnu Hajar berkata didalam kitab Fathul Baari (jilid 3 halaman 487):
Prinsipnya, selagi jamaah haji masih hidup, kesunnahan shalat tawaf belum gugur.
((Imam An-Nawawi, Al-Majmu’ fi Syarhil Muhadzdzab, [Kairo, Al-Maktabah At-Taufikiyyah:
2010 M], juz VIII, halaman 132)
*Seusai thowaf, maka posisi kain ihram dikembalikan seperti sedia kala, yaitu menutupi
kedua bahunya. Karena makruh seseorang sholat dalam kondisi bahunya tersingkap.
Rakaat Pertama
َ ُأ
ِ صلِّي ُسنَّةَ الطَّ َو
اف َر ْك َعتَي ِْن اَدَا ًء هلِل ِ تَ َعالَى
Ushallī sunnatat thawāfi rak‘atayni adā’an lillāhi ta‘ālā.
Artinya, “Saya menyengaja shalat sunnah tawaf dua rakaat secara ādā' karena Allah
ta’ālā.”
3. Takbiratul ihram
6. Surat Al-Fatihah
7. Surat Al-Kafirun
8. Rukuk
9. Itidal
10.Sujud
12.Sujud
Rakaat Kedua:
1. Berdiri
2. Surat Al-Fatihah
3. Surat Al-Ikhlash
4. Rukuk
5. Itidal
6. Sujud
8. Sujud
9. Duduk tasyahud
11.Salam
Kemudian setelah selesai shalat dua rakaat sunnah membaca doa, salah satunya doa
berikut ini;
َ ِب َكثِي َْر ٍة َوَأ ْع َما ٍل َسيَِّئ ٍة َوهَ َذا َمقَا ُم ْال َعاِئ ِد ب
ِ َّك ِمنَ الن
ار َ اللَّهُ َّم ّأنَا َع ْب ُدكَ َواب ُْن َع ْب ِد
ِ ْك َأتَ ْيتُكَ بِ ُذنُو
ِ فَا ْغفِرْ لِي ِإنَّكَ َأ ْنتَ ْال َغفُوْ ُر الر
َّح ْي ُم
“Ya Allah, aku adalah hamba-Mu dan putra hamba-Mu, aku mendatangi-Mu dengan dosa
yang banyak dan amal-amal yang buruk, ini adalah tempat berlindung kepada-Mu dari api
neraka, maka ampunilah aku, sesungguhnya Engkau Maka Pengampun lagi Maha
Penyayang”
Atau jika tidak hafal doa diatas cukup dengan doa semampunya dan secukupnya saja.
Ada juga pendapat yang mengatakan disunnahkan setelah sholat dua raka’at di belakang
maqom (shalat sunnah thawaf) maka disunnahkan untuk kembali ke hajar aswad untuk
mengusapnya kembali sebagaimana ditunjukan oleh hadits Jabir yang berkata :
ثُ َّم نَفَ َذ ِإلَى َمقَ ِام ِإب َْرا ِهي َم َعلَ ْي ِه، ا ْستَلَ َم الرُّ ْكنَ فَ َر َم َل ثَاَل ثًا َو َم َشى َأرْ بَعًا،َُحتَّى ِإ َذا َأتَ ْينَا ْالبَيْتَ َم َعه
… َكانَ يَ ْق َرُأ،ت ِ صلًّى} فَ َج َع َل ْال َمقَا َم بَ ْينَهُ َوبَ ْينَ ْالبَ ْي َ : فَقَ َرَأ،ال َّساَل م
َ {واتَّ ِخ ُذوا ِم ْن َمقَ ِام ِإ ْب َرا ِهي َم ُم
ُ ثُ َّم َر َج َع ِإلَى الرُّ ْك ِن فَا ْستَلَ َمه، َفِي ال َّر ْك َعتَي ِْن قُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌد َوقُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِرُون
“Hingga tatkala kami tiba di ka’bah maka Nabi melakukan ar-Romal 3 putaran dan beliau
berjalan 4 putaran. Lalu beliau menuju ke maqom Ibrahim álaihis salam maka beliau
membaca firman Allah:
صلًّى
َ َواتَّ ِخ ُذوا ِم ْن َمقَ ِام ِإ ْب َرا ِهي َم ُم
“Dan jadikanlah sebahagian maqam Ibrahim tempat shalat” (QS Al-Baqoroh : 125)
Lalu beliau menjadikan maqom Ibrahim antara beliau dan ka’bah….beliau membaca pada
dua raka’att tersebut قُلْ هُ َو هللاُ َأ َح ٌدdan َقُلْ يَا َأيُّهَا ْال َكافِرُون, lalu beliau kembali lagi ke hajar
aswad maka beliaupun mengusap hajar aswad” (HR Muslim no 1218)
D. Kesimpulan
Bahwasanya terdapat beberapa hadits yang menyinggung tentang shalat sunnah thawaf
diantaranya terdapat didalam kitab Shahih Bukhari No. 1521 - Kitab Hajji - Bab: Orang yang
shalat dua rakaat saat thawaf di belakang maqam Ibrahim dan No. 1520 - Kitab Hajji - Bab:
Orang yang shalat dua rakaat saat thawaf di luar masjid. Dan juga didalam Sunan Ibnu Majah
No. 2951 - Kitab Manasik - Bab: Shalat dua rakaat setelah thawaf. Namun sebenernya masih
banyak hadits yang membicarakan tentang shalat thawaf seperti didalam kitab Sunan An-Nasa’i
No. 2917 - Kitab Manasik haji - Bab: Keberangkatan Nabi Shallallahu'alaihiwasallam ke Shafa
melalui pintu dan Al-Jami’ At-Tirmidzi No. 784 - Kitab Haji - Bab: Teknik thawaf. Dan masih
banyak hadits-hadits yang membicarakannya.
Mengenai pengertian shalat sunnah tawaf yakni merupakan shalat sunnah yang dikerjakan
setelah melakukan thawaf (untuk semua jenis thawaf) sebagaimana pendapat Imam Nawawi
dalam kitab al-Adzkar dan Imam Ibnu Hajar didalam kitabnya Hasyiyah Ibni Hajar alal Idhah.
Sedangkan hukum melakukannya adalah mustahab (sunnah) dan merupakan shalat sunnah yang
utama setelah shalat dhuha sebagaimana yang tercantum didalam kitab Hasyiyatul Bujairimi
‘alal Khatib, Imam Al-Bujairimi.
Shalat Sunnah thawaf diutamakan untuk dilakukan dibelakang maqom Ibrahim namun kalau
tidak memungkinkan atau memberatkan boleh shalat dibelakan Hijir Ismail, jika tidak
memungkinkan juga maka boleh shalat dititik dimaana saja disekitar Masjidil Haram
sebagaimana pendapat Imam Khatib As-Syarbini didalam kitab Al-Iqna’ dan Imam An-Nawawi
didalam kitab Al-Majmu’ Syarh Muhazzab. Namun menurut Imam Malik sebagaimana yang
dikutip Ibnul Mundzir didalam kitab Al-Ijmaa’, bahwasanya shalat sunnah thawafnya tidak sah
jika tidak diilakukan dibelakang maqom Ibrahim. Adapun waktunya adalah kapan saja bahkan
boleh pada saat waktu terlarang melakukan shalat sebagaimana pendapat Ibnu Hajar Al-Asqalani
didalam kitab Fathul Bari dan dilakukan setiap selesai melakukan thawaf, apa saja jenis
thawafnya sebagaimana perkataan Ibnu ‘Abbas. Lalu Ibnu Hajar Al-Asqalani didalam kitab
Fathul Baari menambahkan bahwa shalat ini boleh di qadha jika lupa bahkan masih boleh
dilakukan jika sudah tidak berada di tanah haram (Masjidil Haram).
Tata cara shalat sunnah thawaf hampir sama dengan shalat sunnah dua raka’at pada
umumnya. Hanya saja ada beberapa hal yang harus diperhatikan seperti mengembalikan posisi
pakaian ihram agar menutup kedua bahu, sunnah membaca surat surat Al-Kafirun pada raka’at
pertama dan surat Al-Ikhlas pada raka’at kedua. Dan ada doa tertentu yang disunnahkan serta
sunnah juga mencium kembaki hajar aswad setelah shalat ditunaikan sebagaimana yang
dicantumkan pada poin rangkaian atau tata cara shalat thawaf diatas. Demikian artikel shalat
sunnah thawaf, semoga bermanfaat. Aamiin yaa Rabbal ‘Aalamiin.
Referensi
https://www.hadits.id/hadits/bukhari/1521
https://bincangmuslimah.com/ibadah/shalat-sunnah-thawaf-lengkap-dengan-niat-arti-dan-zikir-
setelah-shalat-35484/
https://islam.nu.or.id/post/read/130548/tata-cara-shalat-tawaf
https://bincangsyariah.com/ubudiyah/tata-cara-shalat-sunnah-thawaf/
https://tafsirq.com/2-al-baqarah/ayat-125
https://tafsirweb.com/560-surat-al-baqarah-ayat-125.html