Anda di halaman 1dari 16

KESALAHAN DALAM SHALAT

‫ِن‬
‫َص ُّلوا َك َم ا َرَأيُتُم و ي ُأَص ي‬
‫ِّل‬
“Shalatlah kalian sebagaimana kalian melihat aku shalat.”
(H.R. Bukhari no. 631)

‫َل‬ ‫ْت‬ ‫َل‬ ‫ْن‬ ‫ِإ‬‫َف‬ ،‫ُة‬ ‫اَل‬ ‫َّص‬‫ال‬ ‫ة‬ ‫ِم‬‫ا‬ ‫ق‬‫ِل‬‫ا‬ ‫و‬ ‫ُد‬‫ب‬ ‫ال‬ ‫ه‬‫ِب‬ ‫ا‬ ‫ا‬ ‫ُل‬ ‫َّو‬‫َأ‬
‫َص َح َص َح‬ ‫َم ُيَح َس ُب َع َي َم َي‬
‫ إْن َف َد ْت َف َد اِئ َع ِلِه‬،‫لُه اِئ َع ِلِه‬
‫َس َس ُر َم‬ ‫َس ُر َم َو َس‬
“Amalan hamba yang pertama kali akan dihisab pada hari
kiamat adalah shalat, apabila baik maka baiklah seluruh
amalnya dan apabila rusak maka rusaklah seluruh amalnya.”
(H.R. Al-Thabrani no. 1859)
TIDAK MENEGAKKAN TULANG PUNGGUNG PADA
SAAT RUKU’ ATAU SUJUD
‫َال َالَة ِل َل ِق ْل ُه ِفى الُّرُك ِع والُّس ِد‬
‫ُجْو‬ ‫ْو‬ ‫َص َم ْن ْم ُي ْم ُص َب‬
“Tidak sah shalat seseorang di antara kalian sehingga dia menegakkan punggungnya baik pada
saat ruku’ dan sujud.” (H.R. Ahmad: 4/122)
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam telah menjadikan orang yang mencuri di dalam
shalatnya sebagai pencuri yang paling keji dibanding pencuri harta.

‫ َال ُيِتُّم ُرُك وَعَه ا‬: ‫ َوَك ْيَف َيْس ِرُق ِم ْن َص َالِتِه؟ َقاَل‬،‫ َيا َرُس وَل اِهلل‬:‫ َقاُلوا‬.‫َأْس َو ُأ الَّناِس َس ِرَقًة اَّلِذ ي َيْس ِرُق ِم ْن َص َالِتِه‬
‫ْل ُه ِفى الُّرُك ِع الُّس وِد‬ ‫ اَل ِق‬: ‫َد ا َأ َقاَل‬
‫ْو َو ُج‬ ‫ُي ْيُم ُص َب‬ ‫َواَل ُسُجْو َه ْو‬
“Orang yang paling buruk adalah orang yang mencuri dari shalatnya”. Para sahabat bertanya:
Wahai Rasulullah bagaimanakah seseorang mencuri dari shalatnya? Beliau bersabda: Dia tidak
menyempurnakan ruku’ dan sujudnya.” Atau beliau bersabda: “Dia tidak menegakkan tulang
punggungnya pada saat dia ruku’ atau sujud.” (H.R. Ahmad: 5/310)
TIDAK THUMA’NINAH
‫َّل‬ ‫َّل‬ ‫ِج‬
‫َّن‬ ‫ل‬
‫َفَر ُّيِب‬‫ا‬ ‫َّد‬ ‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫اهلل‬ ‫صلى‬ ‫َّن‬ ‫ل‬‫ا‬ ‫ى‬ ‫َل‬
‫َج َء َس َم َع ِّيِب‬ ‫َف‬ ‫ا‬ ‫َّمُث‬ ‫ى‬ ‫ َأَّن الَّنَّيِب صلى اهلل عليه وسلم َدَخ َل اْلَمْس َد َد َخ َل َرُج ٌل َص‬،‫َعْن َأيِب ُه َرْيَرَة‬
‫َف‬ ‫َف‬
” ‫ َّمُث َج اَء َفَس َّلَم َعَلى الَّنِّيِب صلى اهلل عليه وسلم َفَق اَل‬،‫صلى اهلل عليه وسلم َعَلْيِه الَّس َالَم َفَق اَل ” اْرِج ْع َفَص ِّل َفِإَّنَك ْمَل ُتَص ِّل ” َفَص َّلى‬
‫ َّمُث اْقَرْأ َم ا‬، ‫ َقاَل ” ِإَذا ُقْم َت ِإىَل الَّصَالِة َفَك ِّبْر‬. ‫ َفَق اَل َواَّلِذ ي َبَعَثَك ِباَحْلِّق َفَم ا ُأْح ِس ُن َغْيَرُه َفَعِّلْم يِن‬.‫ َثَالًثا‬.” ‫اْرِج ْع َفَص ِّل َفِإَّنَك ْمَل ُتَص ِّل‬
‫ َّمُث اْرَفْع َح ىَّت َتْطَم ِئَّن‬،‫ َّمُث اْس ُج ْد َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َس اِج ًد ا‬،‫ َّمُث اْرَفْع َح ىَّت َتْع َتِد َل َقاِئًم ا‬،‫ َّمُث اْرَك ْع َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َراِكًعا‬، ‫َتَيَّس َر َمَعَك ِم َن اْلُقْرآِن‬
‫ َّمُث اْفَعْل َذِلَك يِف َص َالِتَك ُك ِّلَه ا‬،‫ َّمُث اْس ُج ْد َح ىَّت َتْطَم ِئَّن َس اِج ًد ا‬،‫َج اِلًس ا‬
“Dari Abu Hurairah bahwa Rasulullah memasuki mesjid dan seorang lelaki masuk setelah beliau lalu mengerjakan
shalat. Kemudian lelaki tersebut mengucapkan salam kepada dan beliau menegurnya: Kembalilah dan shalatlah sebab
engkau belum shalat. Akhirnya, dia kembali dan shalat seperti sebelumnya kemudian dia mendatangi Nabi dan
mengucapkan salam kepada beliau dan Nabi Muhammad tetap mengatakan: Kembalilah dan shalatlah sebab
sesungguhnya engkau belum shalat. Beliau menegurnya sampai tiga kali. Lalu lelaki itu bertanya: Demi Zat yang telah
mengutusmu dengan kebenaran aku tidak bisa melakukan yang lebih baik dari selain itu. Maka ajarkanlah aku! Maka
Nabi bersabda: Apabila engkau mendirikan shalat maka bertakbirlah, kemudian bacalah dari bacaan Al-Qur’an yang
mudah bagimu, kemudian ruku’lah sehingga engkau benar-benar thuma’ninah dalam ruku’, kemudian tegaklah
sehingga engkau benar-benar berdiri tegak, kemudian bersujudlah sehingga engkau benar-benar tenang dalam
bersujud, kemudian bangkitlah dari sujud sehingga dirimu tenang duduk antara dua sujud dan kerjakanlah hal itu
dalam seluruh rangkaian shalatmu.” (Bukhari no. 757 dan Muslim no. 397)
MENDAHULUI GERAKAN IMAM
– ‫َأُّيَه ا الَّناُس ِإيِّن ِإَم اُمُك ْم َفَال َتْس ِبُقويِن ِبالُّرُك وِع َوَال ِبالُّس ُج وِد َوَال ِباْلِق َياِم َوَال ِباِال ْنِص َراِف َفِإيِّن َأَراُك ْم َأَم اِم ي َو ِم ْن َخ ْلِف ي – َّمُث َقاَل‬
‫َّنا‬ ‫ل‬ ‫ا‬ ‫َة‬‫َّن‬ ‫ا‬ ‫َأ‬ ” ‫َل‬ ‫ا‬‫َق‬ ‫ َقاُلوا ا َأ ا وَل الَّلِه‬. ” ‫اَّلِذي ْف َّم ٍد ِب ِدِه َل َأ ُت ا َأ َل ِح ْك ُت َقِليًال َل َك ُت َك ِث ا‬
‫َر ْيُت َجْل َو َر‬ ‫َو َم َر ْيَت َي َرُس‬ ‫َو َب ْي ْم ًري‬ ‫َن ُس َحُم َي ْو َر ْي ْم َم َر ْيُت َض ْم‬ ‫َو‬
Dari Anas bin Malik radhiyallahu ‘anhu berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam shalat
bersama kita pada suatu hari lalu pada saat beliau telah selesai shalat beliau menghadapkan
wajahnya kepada kami dan bersabda: Wahai sekalian manusia! Sesungguhnya aku adalah imam
kalian maka janganlah sekali-kali mendahuluiku dalam ruku’, sujud, berdiri dan bubar shalat
sesungguhnya aku melihat kalian dari sisi belakangku. Kemudian beliau bersabda: Demi Zat yang
jiwa Muhammad ada di tangan-Nya! Seandainya kalian melihat apa yang aku lihat niscaya kalian
sedikit ketawa dan banyak menangis. Para sahabat bertanya: Apakah yang engkau lihat wahai
Rasulullah? Beliau bersabda: Surga dan Neraka.” (Muslim no. 426)
‫أما خيشى اَّلذي يرَفُع رأَس ُه قب اإلماِم راكًعا أو ساجًد ا أن حيِّوَل الَّلُه رأَس ُه رأ محاٍر‬
‫َس‬ ‫َل‬
“Tidakkah orang yang mengangkat kepalanya sebelum imam takut jika Allah mengganti kepalanya
dengan kepala himar?” (Bukhari no. 691 dan Muslim no. 427)
PAKAIAN YANG MELEWATI MATA KAKI
-‫صلى اهلل عليه وسلم‬- ‫َثَالَثٌة َال ُيَك ِّلُم ُه ُم الَّلُه َيْو َم اْلِق َياَم ِة َوَال َيْنُظُر ِإَلْيِه ْم َوَال ُيَزِّك يِه ْم َو ُهَلْم َعَذ اٌب َأِليٌم » َقاَل َفَق َرَأَه ا َرُس وُل الَّلِه‬
‫ َقاَل َأ و َذٍّر َخ ا وا َخ ِس وا ُه ا وَل الَّلِه َقاَل « اْل ِب اْل َّناُن اْل ِّف ُق ِس ْل َتُه ِبا ِلِف اْلَك اِذِب‬. ‫َثَالَث ِم اٍر‬
‫َع َحْل‬ ‫ُمْس ُل َو َم َو ُم َن‬ ‫ُب َو ُر َمْن ْم َي َرُس‬ ‫ُب‬ ‫َر‬
“Tiga orang yang tidak akan diajak bicara oleh Allah pada hari kiamat kelak dan tidak pula
dilihat, serta tidak disucikan dan bagi mereka azab yang pedih. Rasulullah
menyebutkannya tiga kali, Abu Dzar berkata: Mereka akan kecewa dan merugi, siapakah
mereka wahai Rasulullah? Rasulullah bersabda: Orang yang isbal, orang yang menyebut-
nyebut pemberiannya, dan orang yang menjual barang dagangannya dengan sumpah yang
dusta.” (H.R. Muslim no. 106)

‫َم ا َأْس َف ِم ْن اْلَك ْعَبِنْي ِم ْاِإل َزاِر َفِف ي الَّناِر‬


‫َن‬ ‫َل‬
“Apa yang menjulur di bawah mata kaki dari kain adalah di neraka.” (H.R. Bukhari no.
5787)
TIDAK PERHATIAN DENGAN SHAF

،‫ َوَخ ْيُر ُصُفوِف الِّنَس اِء آِخ ُرَه ا‬،‫ َو َش ُّرَه ا آِخ ُرَه ا‬،‫خْيُر ُصُفوِف الِّرَج اِل َأَّوَهُلا‬
‫َو َش ُّرَه ا أَّوَهُلا‬
“Sebaik-baik shaf bagi laki-laki adalah yang paling depan, sedangkan shaf
yang paling buruk adalah yang paling akhir. Adapun shaf yang terbaik bagi
wanita adalah paling belakang dan yang paling buruk adalah yang paling
depan.” (H.R. Muslim)
‫ُّووا ُفوَفُك ؛ َفإَّن َت ِو َة الَّصِّف ِم َمَتاِم الَّصَالِة‬
‫ْن‬ ‫ْس َي‬ ‫َس ُص ْم‬
“Luruskan shaf-shaf kalian, karena lurusnya shaf termasuk kesempurnaan
shalat.” (H.R. Bukhari dan Muslim)
SHALAT SUNNAH SAAT IQAMAH

‫و‬ ‫ا‬ ‫َّال‬‫ِإ‬ ‫ال‬ ‫ِت‬


‫َذ َم َّص َالُة َفَال َص َالَة ْلَم ْك ُت َبُة‬‫ي‬‫ِق‬
‫ُأ‬ ‫ا‬ ‫ِإ‬
“Apabila iqamah sudah dikumandangkan, maka tidak
ada shalat kecuali shalat wajib.” (H.R. Muslim)
MENGENAKAN PAKAIAN KETAT
‫ِج ٍد ُك ُلوا اْش وا اَل ُت ِرُفواۚ ِإَّن اَل ِحُي ُّب اْل ِرِف‬ ‫ُك‬ ‫ْن‬ ‫ِع‬ ‫ُك‬ ‫ي‬‫ِز‬ ‫ا‬
‫و‬ ‫ُذ‬ ‫آ‬ ‫يِن‬ ‫ا‬
‫ُمْس َني‬ ‫ُه‬ ‫ُب‬
‫ْس َو َو َر َو ْس‬ ‫َم‬ ‫ِّل‬ ‫َد‬ ‫ْم‬ ‫َت‬‫َن‬ ‫ُخ‬ ‫َم‬ ‫َد‬ ‫َب‬ ‫َي‬
“Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid...”
(Q.S. Al-A’raf: 31)
Memakai pakaian ketat dalam shalat adalah makruh dalam tinjauan syar’i dan
tidak baik dari segi kesehatan.
Syaikh Muhammad Nashiruddin al-Albani berkata: “Celana panjang (ketat) itu
membentuk aurat, dan aurat laki-laki adalah dari lutut sampai pusar. Seorang yang
sedang shalat harus semaksimal mungkin menjauhi segala kemaksiatan ketika dia
sedang sujud, yakni dengan terlihat bentuk kedua pantatnya (karena sempitnya
celana), atau bahkan membentuk aurat yang ada di antara keduanya (kemaluan).
Maka bagaimana orang seperti ini berdiri di hadapan Rabb seru sekalian alam?”
MENGGUNAKAN PAKAIAN APA ADANYA

‫ِﺈ‬ ‫ِﻪ‬
‫ِﺇَﺫﺍ َﺻ َّﻠﻰ َﺃَﺣ ُﺪُﻛ ْﻢ َﻓْﻠَﻴْﻠَﺒْﺲ َﺛْﻮ َﺑْﻴ َﻓ َّﻥ ﺍَﻪﻠﻟ َﺃَﺣ ُّﻖ َﻣْﻦ ُﺗُﺰِّﻳَﻦ ُﻪَﻟ‬
“Jika salah seorang di antara kalian shalat,
pakailah dua pakaian. Karena sesungguhnya Allah
lebih berhak untuk mendapatkan penampilan yang
terbaik.” (H.R. Ath-Thabrani dan Al-Baihaqi)
AURAT TERBUKA

‫اَل َيْق َب َالَّلُه َص اَل َة َح اِئٍض ِإاَّل ِخِب اٍر‬


‫َم‬ ‫ُل‬
“Allah tidaklah menerima shalat wanita yang telah
mengalami haid sampai ia mengenakan kerudung.”
(H.R. Abu Dawud no. 641, Tirmidzi no. 377, Ibnu
Majah no. 655, dan Ahmad)
MELIPAT/MENYINGSINGKAN LENGAN BAJU

‫ٍة‬ ‫ِم‬
‫ َال َأُك ُّف َش َعًرا َوَال َثْو ًبا‬، ‫ُأ ْرُت َأْن َأْس ُج َد َعَلى َس ْبَع‬
“Aku diperintahkan untuk sujud di atas tujuh
anggota badan, tidak menahan rambut dan
menyingsingkan pakaian.” (H.R. Bukhari no. 812
dan Muslim no. 490)
MEMAKAI PAKAIAN BERGAMBAR
‫ اْذَه ُبوا َهِبا‬،‫ َش َغَلْتيِن َأْع اَل ُم َه ِذِه‬: ‫ َأَّن الَّنَّيِب َص َّلى اُهلل َعَلْيِه َو َس َّلَم َص َّلى يِف ِمَخ يَص ٍة َهَلا َأْع اَل ٌم َفَق اَل‬:‫َعْن ‌َعاِئَش َة‬
‫ ْأُتويِن ِبَأْنِب اِنَّيٍة‬، ‫ِإىَل َأيِب ٍم‬
‫َج‬ ‫َج ْه َو‬
Aisyah radhiayallahu ‘anha berkata: Suatu ketika Rasulullah shalat dengan memakai
qamishah (gamis) yang terdapat gambar, tatkala selesai shalat beliau bersabda, “Bawalah
qamishah ini kepada Abu Jahm bin Khudzaifah dan bawakan untukku anbijaniyah, karena
qamishah tadi telah mengganggu shalatku.” (H.R. Bukhari no. 373 dan Muslim no. 556)
‫َّل‬‫ل‬ ‫ا‬ ‫ى‬‫َّل‬ ‫ٍة يِف اْل ِت َفَك اَن وُل الَّلِه‬ ‫ىَل‬‫ِإ‬ ‫ْل‬ ‫َف‬ ‫ي‬‫ِو‬ ‫ا‬ ‫َت‬ ‫ِه‬ ‫ي‬‫ِف‬ ‫يِت‬ ‫يِف‬ ‫َن‬‫ا‬ ‫َك‬ ‫َل‬ ‫ا‬‫َق‬ ‫َة‬ ‫ِئ‬‫ا‬
‫َص ُه‬ ‫َرُس‬ ‫َبْي‬ ‫َو‬ ‫ْه‬ ‫َس‬ ‫ُه‬‫ُت‬ ‫َجَع‬ ‫ُر‬ ‫َص‬ ‫ٌب‬ ‫َث‬
‫ْو‬ ‫ْي‬
‫َب‬ ‫ْت‬ ‫َش‬ ‫َعْن َع‬
‫ِئ‬‫ا‬ ‫ْل‬ ‫ِه‬‫ي‬‫ِر‬ ‫ِّخ‬ ‫َأ‬ ‫ِئ‬‫ا‬ ‫ا‬ ‫َل‬ ‫ا‬ ‫َّمُث‬ ‫ِه‬ ‫َل‬‫ِإ‬ ‫ي‬ ‫ِّل‬ ‫َّل‬ ‫ِه‬
‫َف‬ ‫يِّن‬
‫َع َفَنَزْعُتُه َجَع ُتُه َو َس َد‬ ‫ُة‬ ‫َي َع َش‬ ‫َق‬ ‫َعَلْي َو َس َم ُيَص ْي‬
Aisyah radhiyallahu ‘anha berkata: “Dahulu di rumahku ada kain yang bergambar, maka aku
jadikan sebagai gorden/tirai. Namun ketika Rasulullah shalat menghadap ke arahnya, beliau
berkata, Wahai Aisyah, palingkan dariku dan lepaslah. Kemudian aku melepaskan kain itu dan
aku jadikan bantal.” (H.R. Muslim)
PAKAIAN BERWARNA KUNING

‫َل‬ -‫وسلم‬ ‫عليه‬ ‫اهلل‬ ‫صلى‬- ‫الَّلِه‬ ‫َأَّن َعْبَد الَّلِه ْبَن َعْم ِرو ْبِن اْلَعاِص َأْخ َبَرُه َقاَل َرَأى َرُس وُل‬
‫َع َّى‬
‫اْلُك َّف اِر َفَال َتْلَبْس َه ا‬ ‫ِنْي ْص َف ْيِن َق اَل ِإَّن َه ِذِه ِم ِث اِب‬
‫ْن َي‬ ‫َثْو َب ُمَع َر َف‬
Abdullah bin ‘Amru bin al-‘Ash berkata: Rasulullah pernah melihat aku memakai
dua potong pakaian yang dicelup ‘ushfur, lalu beliau bersabda, “Sesungguhnya ini
adalah pakaian orang-orang kafir, maka janganlah kamu memakainya.” (H.R.
Muslim no. 2077)
‫َعْن َأَنِس ْبِن َم اِلٍك ؛ َأّن الَّنَّيِب َص َّلى الَّلُه َعَلْيِه َو َس َّل َنَه ى َعِن الَّتَزْع ُف ِر‬
‫َم‬
Anas radhiyallahu ‘anhu berkata: “Rasulullah melarang seseorang untuk mewarnai
bajunya dengan warna kuning (za’faran, semisal warna kunyit-red).” (H.R.
Bukhari)
TANPA PENUTUP KEPALA
 Apabila yang melakukan demikian adalah laki-laki maka
dibolehkan, namun tidak dibolehkan bagi kaum wanita, karena
kepala bagi seorang wanita adalah aurat. Akan tetapi yang mustahab
(dianjurkan) adalah shalat dengan menutup kepala karena lebih
sempurna dan pantas.
 Syaikh Nashiruddin al-Albani berkata: “Saya berpendapat bahwa
shalat dengan kepala terbuka adalah makruh, karena merupakan hal
yang bisa diterima jika seorang muslim masuk masjid untuk shalat
dengan penampilan islami yang semaksimal mungkin, berdasarkan
hadis, “Sesungguhnya berhias (rapi) di hadapan Allah adalah lebih
berhak (dilakukan).”
SHALAT DI MASJID ADA KUBURAN

‫َأاَل َو ِإَّن َمْن َك اَن َقْبَلُك ْم َك اُنوا َيَّتِخ ُذ وَن ُقُبوَر َأْنِبَياِئِه ْم َو َص اِحِليِه ْم َم َس اِج َد َأَال َفاَل َتَّتِخ ُذ وا‬
‫َذِل‬ ‫َأ‬ ‫ِإ‬ ‫ِج‬
‫“اْلُقُبوَر َم َس ا َد يِّن ْنَه ُك ْم َعْن َك‬
‫ا‬
“Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dahulu
menjadikan kubur-kubur Nabi mereka dan orang-orang shalih mereka
sebagai masjid-masjid. Ingatlah, janganlah kamu menjadikan kubur-
kubur sebagai masjid-masjid, sesungguhnya aku melarang kamu dari
itu!”. (H.R Muslim no. 532)

‫َال ْجَتِلُس وا َعَلى اْلُقُبوِر َوَال ُتَص ُّلوا ِإَلْيَه ا‬


“Janganlah kamu duduk di atas kubur dan janganlah kamu shalat
menghadapnya.” (H.R. Muslim no. 972)

Anda mungkin juga menyukai