Anda di halaman 1dari 8

ISRA WAL MI’RAJ

‫حَرا ِم ىَل الْ َم ْس ِج ِد اَأْل ْقىَص‬


َ ْ‫ُس ْب َح َان اذَّل ِ ي َأرْس َ ى ِب َع ْب ِد ِه لَ ْياًل ِم َن الْ َم ْس ِج ِد ال‬
‫ِإ‬
‫اذَّل ِ ي اَب َر ْكنَا َح ْوهَل ُ ِلرُن ِ ي َ ُه ِم ْن آاَي ِتنَا‬
“Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari
Masjidil Haram ke Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami
perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami,” (QS. Al-Isra’
[17]: 1)

‫ُس ْب َح َان اذَّل ِ ي‬


Setiap yang di awali dengan Subhanallah adalah peristiwa luar biasa yang diluar
akal manusia

KEUTAMAAN DZIKIR SUBHANALLAH

ُ ‫هللا – َص ىَّل‬
‫هللا‬ ِ ‫ول‬ ُ ‫ قَا َل َر ُس‬: ‫هللا َع ْن ُه – قَا َل‬ ُ َ ‫َو َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة – َريِض‬
ِ ‫ ُس ْب َح َان‬: ‫ (( َم ْن قَا َل ِحنْي َ يُ ْص ب ُِح َو ِحنْي َ يُ ْميِس‬: – َ ‫عَلَ ْي ِه َو َس مَّل‬
‫هللا‬
‫ الَّ أحَ ٌد‬، ‫ لَ ْم يَْأ ِت َأ َح ٌد ي َ ْو َم ال ِق َيا َم ِة ِبأفْضَ َل ِم َّما َج َاء ِب ِه‬، ‫ ِمَئ َة َم َّر ٍة‬، ‫َوحِب َ ْم ِد ِه‬
‫ِإ‬
. ٌ ‫ َر َوا ُه ُم ْسمِل‬. )) ‫قَا َل ِمثْ َل َما قَا َل َأ ْو َزا َد‬
Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallambersabda, “Barangsiapa yang mengucapkan ini ketika pagi dan petang hari:
SUBHANALLAHI WA BIHAMDIH (Mahasuci Allah dengan memuji-Nya), seratus kali,
tidak ada seorang pun yang lebih baik daripada yang ia bawa pada hari kiamat,
kecuali seseorang yang mengucapkan yang sama seperti yang ia ucapkan atau
lebih dari itu.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 2692)

ASAL-USUL KALIMAT SUBHANALLAH


Dalam Kitab Tanbihul Ghafilin karya Abu al-Layts al-Samarqandi
Ketika Allah menciptakan ‘Arsy, Dia (Allah) memerintahkan kepada sejumlah
malaikat untuk memikulnya. Kemudian, mereka merasakannya sebagai sebuah
beban yang agak berat. Karena itu Allah berfirman kepada mereka, “Katakan
Subhanallah.” Lalu, para malaikat mengucapkan kalimat itu, hingga ringanlah
beban pikulan mereka. (Subhanallah = Berat menjadi ringan)

Sejak saat itu mereka mengucapkan kalimat “Subhanallah” tersebut sepanjang


zamannya sampai kemudian Allah menciptakan Nabi Adam as. Ketika Allah
menciptakan Adam, Adam as tiba-tiba bersin. Allah mengilhamkan kepadanya
agar mengucapkan “alhamdulillah”. (Alhamdulillah = Obat segala penyakit

Kemudian dua kalimat ini mereka sebut-sebut dalam zikir mereka sampai Allah
SWT mengutus Nabi Nuh as. Umat Nabi Nuh as adalah umat pertama yang
menyembah berhala dan menjadikannya sebagai Tuhan. Kemudian, Allah SWT
mewahyukan kepada Nuh as untuk menyampaikan kepada kaumnya kalimat ” laa
ilaaha illallah ” tiada tuhan selain Allah’. Nuh pun dengan penuh taat
menyampaikan kalimat tersebut kepada kaumnya. Mendengar kalimat ini para
malaikat merasa sangat berbahagia Mereka kemudian menggabungkan kalimat
terakhir ini dengan dua kalimat sebelumnya, sehingga mereka membaca
sepanjang waktu kalimat-kalimat ” subhanallah walalhamdulillah walaa ilaaha
illallah “ (La Ilaha illallah = Penolak Aqidah Sesat)

Sampailah kemudian Allah mengutus Nabi Ibrahim as Ketika Allah mengutus Nabi
Ibrahim as dan memerintahkannya untuk berkorban dan menyembelih seekor
domba sebagai ganti dari putranya Ismail as seketika itu dia berkata “allahu
akbar” sebagai ungkapan rasa senang dan gembira. Para malaikat pun berkata,
“Sungguh indah kalimat yang keempat ini.” (Allahuakbar = Pengekal kenikmatan)

Dan, mereka pun menggabungkan kalimat ini dengan tiga kalimat sebelumnya,
sehingga mereka membaca sepanjang zaman kalimat-kalimat : ”subhanallah
walalhamdulillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar” Ketika riwayat ini
disampaikan oleh malaikat Jibril as kepada Nabi Muhammad SAW dengan nada
takjub Nabi SAW berkata : “laa haula walaa quwwata illaa billaahil’aliyyil’azhim”

Mendengar kalimat tersebut kemudian malaikat Jibril as menggabungkan kalimat


terakhir ini dengan empat kalimat sebelumnya sehingga menjadi: “subhanallah
walalhamdulillah walaa ilaaha illallah wallaahu akbar walaa haula walaa quwwata
illaa billaahil’aliyyil’azhim”. Adapun keutamaan membaca zikir sebagaimana hadis
Nabi SAW:
‫َع ْن َأيِب ه َُر ْي َر َة َريِض َ اهَّلل ُ َع ْن ُه َأ َّن َر ُس و َل اهَّلل ِ َص ىَّل اهَّلل ُ عَلَ ْي ِه َو َس مَّل َ قَا َل‬
‫يك هَل ُ هَل ُ الْ ُمكْل ُ َوهَل ُ الْ َح ْم دُ َو ُه َو عَىَل‬َ ِ ‫َم ْن قَا َل اَل هَل َ اَّل اهَّلل ُ َو ْح دَ ُه اَل رَش‬
‫ِإ ِإ‬
‫قَاب َو ُك ِت َب هَل ُ ِماَئ ُة‬ ٍ ‫عَد َل َعرْش ِ ِر‬ ْ ُ ‫لُك ِ ّ يَش ْ ٍء قَ ِد ٌير يِف ي َ ْو ٍم ِماَئ َة َم َّر ٍة اَك ن َْت هَل‬
َ ‫الش ْي َط ِان ي َ ْومَ ُه َذكِل‬ َّ ‫َح َسنَ ٍة َو ُم ِح َي ْت َع ْن ُه ِماَئ ُة َسيَِّئ ٍة َواَك ن َْت هَل ُ ِح ْر ًزا ِم ْن‬
‫َحىَّت يُ ْميِس َ َولَ ْم يَْأ ِت َأ َح ٌد ِبَأفْضَ َل ِم َّما َج َاء اَّل َر ُج ٌل مَع ِ َل َأ ْكرَث َ ِمنْ ُه‬
‫ِإ‬
Dari Abu Hurairah radliallahu anhu bahwa Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
bersabda: "Barang siapa yang membaca laa ilaaha illallahu wahdahuu laa syariika
lahuu, lahul mulku wa lahul hamdu wa huwa alaa kulli syaiin qadir Tidak ada ilah
(yang berhaq disembah) selain Allah Yang Maha Tunggal tidak ada sekutu bagi-
Nya. Milik-Nya kerajaan dan bagi-Nya segala puji dan Dia Maha Kuasa atas segala
sesuatu sebanyak seratus kali dalam sehari, maka baginya mendapatkan pahala
seperti membebaskan sepuluh orang budak, ditetapkan baginya seratus hasanah
(kebaikan) dan dijauhkan darinya seratus keburukan dan baginya ada
perlindungan dari (godaan) setan pada hari itu hingga petang dan tidak ada orang
yang lebih baik amalnya dari orang yang membaca doa ini kecuali seseorang yang
mengamalkan lebih banyak dari itu." (HR. Bukhari) [No. 6403 Fathul Bari ] Shahih.
Hingga saat ini kalimat tersebut selalu diucapkan, bahkan mungkin sampai akhir
zaman. Tanda kiamat kubro adalah sudah tidak terdengarnya lafaz Allah SWT di
alam bumi ini, baik dari dzikir atau orang adzan sehingga tidak ada yang
mendirikan sholat dan seterusnya.
‫َأرْس َ ى‬
Asro : Dijalankan, atas izin Allah

Semua yang kita lakukan adalah berkat izin Allah, pintar, kecantikan, kaya dan lain
sebagainya itu semua atas izin Allah

‫ حَ َّدثَنَا‬: ‫هللا َع ْن ُه قَا َل‬ ُ َ ‫هللا ِبن َم ْس ُع ْو ٍد َريِض‬ ِ ‫َع ْن َأيِب َع ْب ِد ال َّرمْح َ ِن َع ْب ِد‬
‫ َّن َأ َحدَ مُك ْ جُي ْ مَ ُع‬: ‫الصا ِد ُق الْ َم ْصدُ ْو ُق‬ َّ ‫هللا صىل هللا عليه وسمل َوه َُو‬ ِ ‫َر ُس ْو ُل‬
‫ِإ‬
‫ َّ يَ ُك ْو ُن‬، َ ‫ مُث َّ يَ ُك ْو ُن عَلَ َق ًة ِمثْ َل َذكِل‬،‫َخلْ ُق ُه يِف ب َ ْط ِن ُأ ِ ّم ِه َأ ْرب َ ِعنْي َ ي َ ْوم ًا ن ُْط َف ًة‬
‫مُث‬
ِ ‫ َويُ ْؤ َم ُر ِب َأ ْربَع‬،‫ مُث َّ يُ ْر َس ُل ِإ ل َ ْي ِه الْ َمكَل ُ فَ َي ْن ُفخُ ِف ْي ِه ال ُّر ْو َح‬، َ ‫ُم ْض َغ ًة ِمثْ َل َذكِل‬
.‫ ِب َك ْت ِب ِر ْز ِق ِه َوَأ َجهِل ِ َومَع َ هِل ِ َو َش ِق ٌّي َأ ْو َس ِع ْي ٌد‬:‫ات‬
ٍ ‫لَك ِ َم‬
Dari Abu Abdurrahman Abdullah bin Mas’ud radhiyallahu ‘anhu beliau berkata,
Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam menyampaikan kepada kami dan beliau
adalah orang yang benar dan dibenarkan, “Sesungguhnya setiap kalian
dikumpulkan penciptaannya di perut ibunya sebagai setetes mani (nuthfah)
selama empat puluh hari, kemudian berubah menjadi setetes darah (‘alaqah)
selama empat puluh hari, kemudian menjadi segumpal daging (mudhgah) selama
empat puluh hari. Kemudian diutus kepadanya seorang malaikat lalu ditiupkan
padanya ruh dan diperintahkan untuk ditetapkan empat perkara, yaitu rezekinya,
ajalnya, amalnya dan kecelakaan atau kebahagiaannya. (Bukhari)

‫ِب َع ْب ِد ِه‬
Siapapun bisa mendekatkan diri kepada Allah, bukan Nabi saja
‫َع ْن َأىِب ه َُر ْي َر َة – رىض هللا عن ه – قَا َل قَا َل النَّىِب ُّ – ص ىل هللا علي ه‬
، ‫ َوَأاَن َم َع ُه َذا َذ َك َرىِن‬، ‫ول اهَّلل ُ تَ َعاىَل َأاَن ِع ْندَ َظ ِّن َع ْب ِدى ىِب‬ ُ ‫وسمل – « ي َ ُق‬
‫َ ِإ‬
‫كَرىِن ىِف َمٍأل ذ َك ْرتُ ُه ىِف َمٍأل‬ َ ‫ َو ْن َذ‬، ‫فَِإ ْن َذ َك َرىِن ىِف ن َ ْف ِس ِه َذ َك ْرتُ ُه ىِف ن َ ْفىِس‬
‫ِإ‬
‫ َو ْن تَ َق َّر َب ىَل َّ ِذ َراعًا‬، ‫ َو ْن تَ َق َّر َب ىَل َّ ب ِِشرْب ٍ تَ َق َّربْ ُت ل َ ْي ِه ِذ َراعًا‬، ‫َخرْي ٍ ِمهْن ُ ْم‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬ ‫ِإ‬
» ً ‫ َو ْن َأاَت ىِن ي َ ْمىِش َأتَيْ ُت ُه ه َْر َوةَل‬، ‫تَ َق َّربْ ُت ل َ ْي ِه اَب عًا‬
Dari Abu Hurairah –radhiyallahu ‘anhu-, ia berkata bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
wa sallam bersabda, “Allah Ta’ala berfirman: Aku sesuai persangkaan hamba-Ku.
Aku bersamanya ketika ia mengingat-Ku. Jika ia mengingat-Ku saat bersendirian,
Aku akan mengingatnya dalam diri-Ku. Jika ia mengingat-Ku di suatu kumpulan,
Aku akan mengingatnya di kumpulan yang lebih baik daripada pada itu (kumpulan
malaikat). Jika ia mendekat kepada-Ku sejengkal, Aku mendekat kepadanya
sehasta. Jika ia mendekat kepada-Ku sehasta, Aku mendekat kepadanya sedepa.
Jika ia datang kepada-Ku dengan berjalan (biasa), maka Aku mendatanginya
dengan berjalan cepat.” (HR. Bukhari no. 6970 dan Muslim no. 2675).

‫ل َ ْياًل‬
Malam adalah waktu yang paling tepat untuk mendekatkan diri kepada Allah

ُ ‫هللا – َص ىَّل‬
‫هللا‬ ِ ‫ مَس ِ ْع ُت َر ُس ْو َل‬: ‫ قَا َل‬، – ‫هللا َع ْن ُه‬ ُ َ ‫َو َع ْن َجا ِب ٍر – َريِض‬
ٌ ‫ َال يُ َوا ِف ُقهَا َر ُج ٌل ُم ْس مِل‬،‫ (( َّن يِف الل َّ ْي ِل لَ َس اعَ ًة‬: ‫ ي َ ُق ْو ُل‬، – َ ‫عَلَ ْي ِه َو َس مَّل‬
‫ِإ‬
َّ ‫ َو َذكِل َ لُك‬، ‫ الَّ أ ْعطَ ا ُه إ اَّي ُه‬،‫هللا تَعَ اىَل َخرْي ًا ِم ْن َأ ْم ِر ادلُّ نْ َيا َواآل ِخ َر ِة‬َ ‫ي َ ْسأ ُل‬
‫ِإ‬
. ٌ ‫لَ ْيةَل ٍ )) َر َوا ُه ُم ْسمِل‬
Jabir radhiyallahu ‘anhu berkata, “Aku mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, ‘Sesungguhnya pada malam hari itu ada satu waktu yang
tidaklah seorang muslim tepat pada waktu itu meminta kepada Allah kebaikan
perkara dunia dan akhirat, melainkan Allah pasti memberikannnya kepadanya.
Dan waktu itu ada pada setiap malam.” (HR. Muslim) [HR. Muslim, no. 757]

‫الْ َم ْس ِج ِد‬
‫وت اهَّلل ِ ِل َي ْقىِض َ فَ ِر َيض ًة ِم ْن‬ ِ ‫ىَل بَيْ ٍت ِم ْن بُ ُي‬ ‫َم ْن ت ََطه ََّر ىِف بَيْ ِت ِه مُث َّ َمىَش‬
‫ِإ‬
‫ْحدَ امُه َا حَت ُ طُّ خ َِطيَئ ًة َواُألخ َْرى تَ ْرفَ ُع د ََر َج ًة‬ ‫فَ َراِئ ِض اهَّلل ِ اَك ن َْت خ َْط َواَت ُه‬
“Barangsiapa bersuci di rumahnya lalu dia berjalan menuju salah satu dari rumah
‫ِإ‬
Allah (yaitu masjid) untuk menunaikan kewajiban yang telah Allah wajibkan, maka
salah satu langkah kakinya akan menghapuskan dosa dan langkah kaki lainnya
akan meninggikan derajatnya.” (HR. Muslim, no. 666)

KEUTAMAAN SHALAT
1 Waktu = 10 Waktu

1. Ibadah yang dicintai Allah


-‫ص ىل هللا علي ه وس مل‬- ِ ‫َع ْن َع ْب ِد اهَّلل ِ ْب ِن َم ْس ُعو ٍد قَا َل َس َألْ ُت َر ُس و َل اهَّلل‬
‫ قَا َل قُلْ ُت مُث َّ َأ ٌّى قَا َل « ِب ُّر‬.» ‫الص َال ُة ِل َو ْقهِت َا‬
َّ « ‫مَل َأفْ َض ُل قَا َل‬ ِ ‫َأ ُّى الْ َع‬
.» ِ ‫ قَا َل قُلْ ُت مُث َّ َأ ٌّى قَا َل « الْ ِجهَا ُد ىِف َس ِب ِيل اهَّلل‬.» ‫الْ َوادِل َ ْي ِن‬
Dari ‘Abdullah bin Mas’ud, ia berkata, “Aku pernah bertanya pada Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wa sallam, amalan apakah yang paling afdhol?” Jawab beliau,
“Shalat pada waktunya.” Lalu aku bertanya lagi, “Terus apa?” “Berbakti pada
orang tua“, jawab Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. “Lalu apa lagi”, aku bertanya
kembali. “Jihad di jalan Allah“, jawab beliau. (HR. Bukhari no. 7534 dan Muslim
no. 85)
2. Shalat mencuci dosa
ُ ‫ َما تَ ُق‬، ‫ ي َ ْغت َ ِس ُل ِفي ِه لُك َّ ي َ ْو ٍم مَخ ْ ًسا‬، ْ ‫َأ َرَأيْمُت ْ لَ ْو َأ َّن هَن َ ًرا ِب َب ِاب َأ َح ِدمُك‬
َ ‫ول َذكِل‬
َ « ‫ قَا َل‬. ‫ قَالُوا َال يُ ْب ِقى ِم ْن د ََر ِن ِه َش يًْئا‬. » ‫يُ ْب ِقى ِم ْن د ََر ِن ِه‬
‫فَذكِل َ ِمثْ ُل‬
» ‫ ي َ ْم ُحو اهَّلل ُ هِب َا الْخ ََطااَي‬، ‫الصلَ َو ِات الْ َخ ْم ِس‬ َّ
“Tahukah kalian, seandainya ada sebuah sungai di dekat pintu salah seorang di
antara kalian, lalu ia mandi dari air sungai itu setiap hari lima kali, apakah akan
tersisa kotorannya walau sedikit?” Para sahabat menjawab, “Tidak akan tersisa
sedikit pun kotorannya.” Beliau berkata, “Maka begitulah perumpamaan shalat
lima waktu, dengannya Allah menghapuskan dosa.” (HR. Bukhari no. 528 dan
Muslim no. 667)

3. Sholat penerang alam selanjutnya

ِ ُّ‫الظمَل ِ ىَل الْ َم َس ِاج ِد اِب لن‬


‫ور التَّا ِّم ي َ ْو َم الْ ِق َيا َم ِة‬ ُّ ‫بَرِّش ِ الْ َم َّشاِئ َني ىِف‬
“Berilah kabar gembira bagi orang yang berjalan ke masjid dalam keadaan gelap
‫ِإ‬
bahwasanya kelak ia akan mendapatkan cahaya sempurna pada hari kiamat.” (HR.
Abu Daud no. 561 dan Tirmidzi no. 223. Al Hafizh Abu Thohir mengatakan bahwa
hadits ini shahih)

4. Pahala nya setarap haji dan umroh


‫َاجِ الْ ُم ْح ِر ِم‬ ّ ‫َم ْن خ ََر َج ِم ْن بَيْ ِت ِه ُمتَ َطهّ ًِرا ىَل َص َال ٍة َم ْك ُتوبَ ٍة فََأ ْج ُر ُه َأَك ْج ِر الْح‬
‫ِإ‬
ْ
‫يح الضُّ َحى َال يُ ْن ِص ُب ُه الَّ اَّي ُه فََأ ْج ُر ُه َأَك ْج ِر ال ُم ْع َت ِم ِر‬
ِ ‫َو َم ْن خ ََر َج ىَل ت َ ْس ِب‬
‫ِإ ِإ‬
“Barangsiapa yang keluar dari rumahnya dalam keadaan bersuci menuju shalat
‫ِإ‬
wajib, maka pahalanya seperti pahala orang yang berhaji yang dalam keadaan
berihram. Barangsiapa yang keluar untuk menunaikan shalat Dhuha dan rasa
capek yang ia peroleh karena melaksanakan shalat tersebut, maka pahalanya
seperti pahala orang berumrah.” (HR. Abu Daud no. 558 dan Ahmad 5: 268.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan).

5. Shalat mencegah perbuatan keji dan munkar


‫الصاَل َة تَهْن َى َع ِن الْ َف ْحشَ ا ِء َوالْ ُم ْن َك ِر‬
َّ ‫َّن‬
‫ِإ‬
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan- perbuatan) keji dan
mungkar.” (QS. Al ‘Ankabut: 45).

‫الص َال َة َال تَ ْن َف ُع الَّ َم ْن َأ َطا َعهَا‬


َّ ‫َّن‬
‫ِإ‬ ‫ِإ‬
“Shalat tidaklah bermanfaat kecuali jika shalat tersebut membuat seseorang
menjadi taat.” (HR. Ahmad dalam Az Zuhd, hal. 159 dengan sanad shahih dan Ibnu
Abi Syaibah dalam Al Mushonnaf 13: 298 dengan sanad hasan dari jalur Syaqiq
dari Ibnu Mas’ud).

Anda mungkin juga menyukai