Dalam arti sederhana Dhuha berarti waktu matahari sepenggal naik, yang dimaksud
dengan shalat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari
sedang merangkak naik. Waktu pelaksanaan shalat Dhuha dilakukan pada pagi hari,
saat matahari mulai naik kira-kira sepenggalah. Menurut Syaikh Hasan Ayyub dalam
kitab Fiqih Ibadah menjelaskan bahwa, shalat sunnah Dhuha dimulai setelah matahari
naik kira-kira setinggi tiga tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di
tengah-tengah langit, dan pada saat itulah melaksanakan shalat.
Pada masa Rasulullah Saw, waktu dimulainya shalat Dhuha ditentukan ketika anak
unta sudah merasa kepanasan. Pada saat itulah beliau mengerjakan shalat Dhuha.
Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
at-Tirmizi r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda,
“Shalat Awwabin (sholat Dhuha) itu ketika anak unta merasa kepanasan”. (HR.
at-Tirmizi) Dari penjelasan sebelumnya tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu
shalat Dhuha dapat dilaksanakan pada saat matahari menampakan sinarnya jika
dicermati waktu tersebut berkisar antara jam 7 hingga menjelang tengah hari, kira-kira
jam 12 siang. Shalat Dhuha dikerjakan minimal dua raka‟at dan maksimal 12 rakaat
dengan ketentuan setiap dua rakaat salam.
Shalat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi
shalat tersebut bisa menyamai pahala haji dan umrah yang sempurna. Juga shalat
Dhuha termasuk shalat orang-orang yang kembali taat.
Di antara keutamaan shalat Dhuha adalah:
Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam
hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah
menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ِ ان ِم ْن بَنِى آ َد َم َعلَى ِستِّينَ َوثَالَثِ َماَئ ِة َم ْف
ص ٍل ٍ ق ُكلُّ ِإ ْن َس
َ ِِإنَّهُ ُخل
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki
360 persendian” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha
sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Abu Buraidah, beliau mengatakan
bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ قَالُوا فَ َم ِن الَّ ِذى ي ُِطي.» ًص َدقَة
َ ِق َذل
ك يَا ِ ق ع َْن ُكلِّ َم ْف
َ ص ٍل ِم ْنهَا َ َص ٍل فَ َعلَ ْي ِه َأ ْن يَت
َ ص َّد ِ ان ِستُّونَ َوثَالَثُ ِماَئ ِة َم ْف
ِ فِى اِإل ْن َس
َ يق فَِإ ْن لَ ْم تَ ْق ِدرْ فَ َر ْك َعتَا الضُّ َحى تُجْ ِزُئ َع ْن
ك ِ َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل « النُّخَا َعةُ فِى ْال َمس
ِ ْج ِد تَ ْدفِنُهَا َأ ِو ال َّش ْى ُء تُنَحِّ ي ِه ع َِن الطَّ ِر
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah
dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan
gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup
lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang
menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya
kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at” (Syarh
Muslim, 5: 234).
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu Dzar dan
hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia
dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat
tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian.
Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus
menerus” (Nailul Author, 3: 77).