Anda di halaman 1dari 5

ُ‫ال َّسالَ ُم َعلَ ْي ُك ْم َو َرحْ َمةُ هللاِ َوبَ َر َكاتُه‬

‫ َأ َّما بَعْد‬، َ‫صحْ بِ ِه َو َم ْن َوااَل ه‬


َ ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى َرسُوْ ِل هللاِ َو َعلَى آلِ ِه َو‬
َّ ‫الـ َح ْم ُد هللِ َوال‬
Alhamdulillah. Puji serta syukur hanya pantas kita haturkan kepada Allah yang telah
melimpahkan banyak kenikmatan. Termasuk kenikmatan Iman. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita, sang suri tauladan terbaik sepanjang
masa, yakni Nabi Muhammad SAW. dengan sama-sama bershalawat kepada beliau.
Allahumma shalli ‘ala Muhammad.
Pada kesempatan yang baik ini, saya akan menyampaikan Tausyiah tentang sholat
dhuha.

Dalam arti sederhana Dhuha berarti waktu matahari sepenggal naik, yang dimaksud
dengan shalat Dhuha adalah sholat sunnah yang dikerjakan pada waktu matahari
sedang merangkak naik. Waktu pelaksanaan shalat Dhuha dilakukan pada pagi hari,
saat matahari mulai naik kira-kira sepenggalah. Menurut Syaikh Hasan Ayyub dalam
kitab Fiqih Ibadah menjelaskan bahwa, shalat sunnah Dhuha dimulai setelah matahari
naik kira-kira setinggi tiga tombak, dan berakhir ketika posisi matahari tepat berada di
tengah-tengah langit, dan pada saat itulah melaksanakan shalat.
Pada masa Rasulullah Saw, waktu dimulainya shalat Dhuha ditentukan ketika anak
unta sudah merasa kepanasan. Pada saat itulah beliau mengerjakan shalat Dhuha.
Sebagaimana yang disebutkan dalam sebuah hadits yang diriwayatkan oleh Imam
at-Tirmizi r.a bahwa Rasulullah Saw bersabda,

“Shalat Awwabin (sholat Dhuha) itu ketika anak unta merasa kepanasan”. (HR.
at-Tirmizi) Dari penjelasan sebelumnya tersebut dapat disimpulkan bahwa waktu
shalat Dhuha dapat dilaksanakan pada saat matahari menampakan sinarnya jika
dicermati waktu tersebut berkisar antara jam 7 hingga menjelang tengah hari, kira-kira
jam 12 siang. Shalat Dhuha dikerjakan minimal dua raka‟at dan maksimal 12 rakaat
dengan ketentuan setiap dua rakaat salam.

Shalat tersebut juga akan memudahkan urusan kita hingga akhir siang. Ditambah lagi
shalat tersebut bisa menyamai pahala haji dan umrah yang sempurna. Juga shalat
Dhuha termasuk shalat orang-orang yang kembali taat.
Di antara keutamaan shalat Dhuha adalah:

Pertama: Mengganti sedekah dengan seluruh persendian


Dari Abu Dzar, Nabi shallallahu ‘alihi wa sallam bersabda,
ٌ‫ص َدقَة‬
َ ‫ص َدقَةٌ َو ُكلُّ تَ ْهلِيلَ ٍة‬
َ ‫ص َدقَةٌ َو ُكلُّ تَحْ ِمي َد ٍة‬ َ ‫يُصْ بِ ُح َعلَى ُكلِّ ُسالَ َمى ِم ْن َأ َح ِد ُك ْم‬
َ ‫ص َدقَةٌ فَ ُكلُّ تَ ْسبِي َح ٍة‬
ِ ‫ك َر ْك َعت‬
َ‫َان يَرْ َك ُعهُ َما ِمن‬ َ ‫ى ع َِن ْال ُم ْن َك ِر‬
َ ِ‫ص َدقَةٌ َويُجْ ِزُئ ِم ْن َذل‬ ٌ ‫ص َدقَةٌ َونَ ْه‬ ِ ‫ص َدقَةٌ َوَأ ْم ٌر بِ ْال َم ْعر‬
َ ‫ُوف‬ َ ‫َو ُكلُّ تَ ْكبِي َر ٍة‬
‫الضُّ َحى‬
“Pada pagi hari diharuskan bagi seluruh persendian di antara kalian untuk
bersedekah. Setiap bacaan tasbih (subhanallah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan
tahmid (alhamdulillah) bisa sebagai sedekah, setiap bacaan tahlil (laa ilaha illallah)
bisa sebagai sedekah, dan setiap bacaan takbir (Allahu akbar) juga bisa sebagai
sedekah. Begitu pula amar ma’ruf (mengajak kepada ketaatan) dan nahi mungkar
(melarang dari kemungkaran) adalah sedekah. Ini semua bisa dicukupi (diganti)
dengan melaksanakan shalat Dhuha sebanyak 2 raka’at” (HR. Muslim no. 720).

Padahal persendian yang ada pada seluruh tubuh kita sebagaimana dikatakan dalam
hadits dan dibuktikan dalam dunia kesehatan adalah 360 persendian. ‘Aisyah pernah
menyebutkan sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,
ِ ‫ان ِم ْن بَنِى آ َد َم َعلَى ِستِّينَ َوثَالَثِ َماَئ ِة َم ْف‬
‫ص ٍل‬ ٍ ‫ق ُكلُّ ِإ ْن َس‬
َ ِ‫ِإنَّهُ ُخل‬
“Sesungguhnya setiap manusia keturunan Adam diciptakan dalam keadaan memiliki
360 persendian” (HR. Muslim no. 1007).
Hadits ini menjadi bukti selalu benarnya sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Namun sedekah dengan 360 persendian ini dapat digantikan dengan shalat Dhuha
sebagaimana disebutkan pula dalam hadits dari Abu Buraidah, beliau mengatakan
bahwa beliau pernah mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ ‫ قَالُوا فَ َم ِن الَّ ِذى ي ُِطي‬.» ً‫ص َدقَة‬
َ ِ‫ق َذل‬
‫ك يَا‬ ِ ‫ق ع َْن ُكلِّ َم ْف‬
َ ‫ص ٍل ِم ْنهَا‬ َ َ‫ص ٍل فَ َعلَ ْي ِه َأ ْن يَت‬
َ ‫ص َّد‬ ِ ‫ان ِستُّونَ َوثَالَثُ ِماَئ ِة َم ْف‬
ِ ‫فِى اِإل ْن َس‬
َ ‫يق فَِإ ْن لَ ْم تَ ْق ِدرْ فَ َر ْك َعتَا الضُّ َحى تُجْ ِزُئ َع ْن‬
‫ك‬ ِ ‫َرسُو َل هَّللا ِ قَا َل « النُّخَا َعةُ فِى ْال َمس‬
ِ ‫ْج ِد تَ ْدفِنُهَا َأ ِو ال َّش ْى ُء تُنَحِّ ي ِه ع َِن الطَّ ِر‬
“Manusia memiliki 360 persendian. Setiap persendian itu memiliki kewajiban untuk
bersedekah.” Para sahabat pun mengatakan, “Lalu siapa yang mampu bersedekah
dengan seluruh persendiannya, wahai Rasulullah?” Nabi shallallahu ‘alaihi wa
sallam lantas mengatakan, “Menanam bekas ludah di masjid atau menyingkirkan
gangguan dari jalanan. Jika engkau tidak mampu melakukan seperti itu, maka cukup
lakukan shalat Dhuha dua raka’at.” (HR. Ahmad, 5: 354. Syaikh Syu’aib Al Arnauth
mengatakan bahwa hadits ini shahih ligoirohi)
Imam Nawawi rahimahullah mengatakan, “Hadits dari Abu Dzar adalah dalil yang
menunjukkan keutamaan yang sangat besar dari shalat Dhuha dan menunjukkannya
kedudukannya yang mulia. Dan shalat Dhuha bisa cukup dengan dua raka’at” (Syarh
Muslim, 5: 234).
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Hadits Abu Dzar dan
hadits Buraidah menunjukkan keutamaan yang luar biasa dan kedudukan yang mulia
dari Shalat Dhuha. Hal ini pula yang menunjukkan semakin disyari’atkannya shalat
tersebut. Dua raka’at shalat Dhuha sudah mencukupi sedekah dengan 360 persendian.
Jika memang demikian, sudah sepantasnya shalat ini dapat dikerjakan rutin dan terus
menerus” (Nailul Author, 3: 77).

Kedua: Akan dicukupi urusan di akhir siang


Dari Nu’aim bin Hammar Al Ghothofaniy, beliau mendengar Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
ُ‫آخ َره‬
ِ ‫ك‬َ ِ‫ار َأ ْكف‬ ٍ ‫ْج ْز ع َْن َأرْ بَ ِع َر َك َعا‬
ِ َ‫ت ِم ْن َأ َّو ِل النَّه‬ ِ ‫قَا َل هَّللا ُ َع َّز َو َج َّل يَا ا ْبنَ آ َد َم الَ تَع‬
“Allah Ta’ala berfirman: Wahai anak Adam, janganlah engkau tinggalkan empat
raka’at shalat di awal siang (di waktu Dhuha). Maka itu akan mencukupimu di akhir
siang.” (HR. Ahmad (5/286), Abu Daud no. 1289, At Tirmidzi no. 475, Ad Darimi no.
1451 . Syaikh Al Albani dan Syaikh Syu’aib Al Arnauth mengatakan bahwa hadits ini
shahih)
Penulis ‘Aunul Ma’bud –Al ‘Azhim Abadi- menyebutkan, “Hadits ini bisa
mengandung pengertian bahwa shalat Dhuha akan menyelematkan pelakunya dari
berbagai hal yang membahayakan. Bisa juga dimaksudkan bahwa shalat Dhuha dapat
menjaga dirinya dari terjerumus dalam dosa atau ia pun akan dimaafkan jika
terjerumus di dalamnya. Atau maknanya bisa lebih luas dari itu.” (‘Aunul Ma’bud, 4:
118)
At Thibiy berkata, “Yaitu engkau akan diberi kecukupan dalam kesibukan dan
urusanmu, serta akan dihilangkan dari hal-hal yang tidak disukai setelah engkau shalat
hingga akhir siang. Yang dimaksud, selesaikanlah urusanmu dengan beribadah pada
Allah di awal siang (di waktu Dhuha), maka Allah akan mudahkan urusanmu di akhir
siang.” (Tuhfatul Ahwadzi, 2: 478).
Ketiga: Mendapat pahala haji dan umrah yang sempurna
Dari Anas bin Malik, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
.» ‫َت لَهُ َكَأجْ ِر َح َّج ٍة َو ُع ْم َر ٍة‬
ْ ‫صلَّى َر ْك َعتَي ِْن َكان‬ ْ ‫صلَّى ْال َغدَاةَ فِى َج َما َع ٍة ثُ َّم قَ َع َد يَ ْذ ُك ُر هَّللا َ َحتَّى ت‬
َ ‫َطلُ َع ال َّش ْمسُ ثُ َّم‬ َ ‫« َم ْن‬
‫ « تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة تَا َّم ٍة‬-‫صلى هللا عليه وسلم‬- ِ ‫قَا َل قَا َل َرسُو ُل هَّللا‬
“Barangsiapa yang melaksanakan shalat shubuh secara berjama’ah lalu ia duduk
sambil berdzikir pada Allah hingga matahari terbit, kemudian ia melaksanakan shalat
dua raka’at, maka ia seperti memperoleh pahala haji dan umroh.” Beliau pun
bersabda, “Pahala yang sempurna, sempurna dan sempurna.” (HR. Tirmidzi no. 586.
Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini hasan)
Al Mubaarakfuri rahimahullah dalam Tuhfatul Ahwadzi bi Syarh Jaami’ At Tirmidzi
(3: 158) menjelaskan, “Yang dimaksud ‘kemudian ia melaksanakan shalat dua raka’at’
yaitu setelah matahari terbit. Ath Thibiy berkata, “Yaitu kemudian ia melaksanakan
shalat setelah matahari meninggi setinggi tombak, sehingga keluarlah waktu terlarang
untuk shalat. Shalat ini disebut pula shalat Isyroq. Shalat tersebut adalah waktu shalat
di awal waktu.”

Keempat: Termasuk shalat awwabin (orang yang kembali taat)


Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, ia berkata bahwa Rasulullah shallallahu
‘alaihi wa sallam bersabda,
‫ وهي صالة األوابين‬،‫ال يحافظ على صالة الضحى إال أواب‬
“Tidaklah menjaga shalat sunnah Dhuha melainkan awwab (orang yang kembali
taat). Inilah shalat awwabin.” (HR. Ibnu Khuzaimah, dihasankan oleh Syaikh Al
Albani dalam Shahih At Targhib wa At Tarhib 1: 164). Imam Nawawi rahimahullah
berkata, “Awwab adalah muthii’ (orang yang taat). Ada pula ulama yang mengatakan
bahwa maknanya adalah orang yang kembali taat” (Syarh Shahih Muslim, 6: 30).
Semoga Allah memberikan kita hidayah dan taufik untuk merutinkan shalat yang
mulia ini. Wallahu waliyyut taufiq.

Dalam buku M.Khalilurrahman Al-Mahfani yang berjudul Berkah Shalat


Dhuha, dijelaskan beberapa manfaat yang didapat dengan mengerjakan shalat
Dhuha, berdasarkan pengalaman-pengalaman dari orang-orang yang
mengerjakannya, antara lain: a. Hati menjadi tenang. b. Pikiran menjadi lebih
konsentrasi. c. Kesehatan fisik terjaga. d. Kemudahan dalam urusan. e.
Memperoleh rizki yang tidak disangka-sangka.

Selain keutamaan-keutamaan dan manfaat tersebut, masih banyak keutamaan


lain dari shalat dhuha. Misal, termasuk golongan orang-orang yang bertaubat.
Oleh karena itu, mari sama-sama kita berupaya untuk melaksanakan shalat
dhuha sebisa kita. Agar mendapatkan ridha Allah, dan memperoleh
keutamaan-keutamaan tersebut. Akhirul kalam, wassalamualaikum
warahmatullahi wabarakatuh.

Anda mungkin juga menyukai