Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN
   

A. Latar Belakang Masalah


Perjalanan, merupakan salah satu kegiatan yang tidak dapat dielakkan dalam
kehidupan manusia, apa lagi pada jaman modern ini. Perjalanan selalu membutuhkan
tenaga dan menyita waktu kita, entah itu banyak atau sedikit. Meski dengan
berkembangnya teknologi transportasi, jarak tempuh perjalanan tidak selalu
berbanding lurus dengan waktu yang dibutuhkan, karena ada faktor lain yang sangat
menentukan, yaitu alat transportasi yang dipergunakan.
Demi sebuah perjalanan, banyak hal dan kadang kewajiban yang dengan
terpaksa meski kita tinggalkan atau pun kita tunda. Namun ada kewajiban-kewajiban
yang tidak boleh kita tinggalkan meski dengan alasan perjalanan. Salah satunya
adalah kewajiban terhadap sang khalik, yaitu Sholat 5 waktu. Dalam Islam sudah
ditentukan aturan-aturan yang sangat mempermudah bagi para musafir. Sholat yang
dilaksanakan dalam perjalanan biasa disebut sholatus safar.
Islam adalah agama Allah SWT yang banyak memberikan kemudahan kepada
para pemeluknya didalam melakukan berbagai ibadah dan amal sholehnya,
sebagaimana firman Allah SWT :

 ‫ي ُِري ُد ٱهَّلل ُ بِ ُك ُم ْٱليُس َْر َواَل ي ُِري ُد بِ ُك ُم ْٱل ُع ْس َر‬ 3.....


“Allah menghendaki kemudahan bagimu, dan tidak menghendaki kesukaran
bagimu.  (QS. Al Baqarah : 185)
ٍ ‫َو َما َج َع َل َعلَ ْي ُك ْم فِي الدِّي ِن ِم ْن َح َر‬
  ۚ‫ج‬

Artinya : “Dia sekali-kali tidak menjadikan untuk kamu dalam agama suatu
kesempitan.” (QS. Al Hajj : 78)
Islam juga dibangun dengan lima pilar. Salah satu pilarnya adalah shalat.
Karenanya shalat merupakan tiang agama. Ketika seorang meninggalkan shalat ia
disebut penghancur agama tetapi sebalikya ketika ia melaksanakan shalat dengan
sebaik-baiknya maka ia disebut sebagai penegak agama. Karenanya, seorang muslim

1
tidak boleh meninggalkan shalat walau bagaimanapun juga tak terkecuali dalam
bepergian. Seperti halnya seorang yang tidak memiliki air untuk berwudhu maka ia
diperbolehkan bertayammum, begitupula dengan sholat yang dapat dilakukan dengan
cara dijama’ (dirangkap) maupun diqoshor (dipotong).
Dengan demikian, pembahasan kali ini akan membahas tentang jama’ qashar
dan menjama’ shalat menurut pendapat para ulama.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan sholat Jamak dan sholat Qhasar?
2. Apa dasar hukum sholat Jamak dan sholat sholat Qashar?
3. Apa hukum sholat Qashar dan Jamak menurut para Ulama?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian sholat Jamak dan sholat Qashar.
2. Untuk mengetahui dasar hukum sholat Jamak dan sholat Qashar.
3. Untuk mengetahui hukum sholat Jamak dan Qashar menurut para ulama.

2
BAB II
PEMBAHASAN

SHALAT JAMA’ DAN QASHAR

A.      PENGERTIAN
1.      Shalat Jama'

            Menurut bahasa shalat jama' artinya shalat yang dikumpulkan. Sedangkan menurut
syariat Islam ialah dua shalat fardhu yang dikerjakan dalam satu waktu karena ada sebab-
sebab tertentu.1
a.       Shalat yang Boleh Dijama' :
Shalat yang boleh dijama' adalah shalat zhuhur dengan shalat ashar, dan shalat
maghrib dengan shalat isya.
b.      Shalat jama' ada dua macam, yakni :

  1. Jama' Taqdim yaitu shalat zhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu zhuhur, atau shalat
maghrib dengan shalat isya dikerjakan pada waktu maghrib.

 2. Jama' Ta'khir yaitu shalat zhuhur dan shalat ashar dikerjakan pada waktu ashar atau shalat
maghrib dan isya dikerjakan pada waktu isya.

2.    Shalat Qashar
Shalat qashar menurut bahasa ialah shalat yang diringkas, yaitu meringkas shalat yang
jumlahnya 4 rakaat menjadi 2 rakaat. Dalam hal ini shalat yang dapat diringkas adalah
zhuhur, ashar dan isya.1

B.       DASAR HUKUM SHALAT JAMA' DAN QASHAR


11http://pai-smp21padangmateri.blogspot.com/2008/06/sholat-jama.dan.qoshar.html

3
1. Al-Qur’an

Q.S An-Nisa : 101

ۚ ‫الص\اَل ِة ِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأ ْن يَ ْفتِنَ ُك ُم الَّ ِذينَ َكفَ\ر‬


‫ِإ َّن ْال َك\\افِ ِرينَ َك\\انُوا لَ ُك ْم‬ ‫ُوا‬ ُ ‫ْس َعلَ ْي ُك ْم ُجنَ\\ا ٌح َأ ْن تَ ْق‬
َّ َ‫ص\رُوا ِمن‬ ِ ْ‫ض َر ْبتُ ْم فِي اَأْلر‬
َ ‫ض فَلَي‬ َ ‫وَِإ َذا‬
  .‫َع ُد ًّوا ُمبِينًا‬

Artinya : Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, Maka tidaklah Mengapa kamu men-
qashar sembahyang(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-
orang kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu. (QS. An-Nisaa : 101).

2. Hadits

Dari Ibnu Abbas radhiallahu ‘anhuma berkata: “Allah menentukan shalat melalui
lisan Nabimu Shalallahu ‘Alaihi Wassalam empat raka’at apabila hadhar (mukim) dan dua
raka’at apabila safar.” (HR. Muslim, Ibnu Majah, Abu Dawud dll).

Dari Umar radhiallahu ‘anhu berkata:”Shalat safar (musafir) adalah dua raka’at,
shalat Jum’at adalah dua raka’at dan shalat ‘Ied adalah dua raka’at.” (HR.Ibnu Majah dan
An Nasa’i dll dengan sanad dengan shahih).

C.      HUKUM SHALAT QASHAR MENURUT PENDAPAT ULAMA

Di kalangan ulama terdapat perbedaan pendapat, apakah mengqashar shalat dalam


perjalanan (safar) itu wajib, sunnah atau pilihan.

1.      Wajib

Mazhab imam Abu Hanifah berpendapat, bahwa shalat qashar bagi orang yang


melakukan perjalanan hukumnya adalah wajib.2 Dalil yang mereka gunakan adalah hadits
Nabi berikut :

‫ت‬ َ ‫صاَل ةُ َأ َّو ُل َم\\ا فُ ِر‬


ْ \‫ض‬ ْ َ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهَا قَال‬
َّ ‫ال‬ : ‫ت‬ ِ ‫ي ع َْن عُرْ َوةَ ع َْن عَاِئ َشةَ َر‬ ُّ ‫َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُم َح َّم ٍد قَا َل َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ع َْن‬
ِّ ‫الز ْه ِر‬
2
( 1028 : ‫(رواه البخاري‬.‫ض ِر‬ َ ‫صاَل ةُ ْال َح‬
َ ‫ت‬ ْ ‫صاَل ةُ ال َّسفَ ِر َوُأتِ َّم‬َ ‫َّت‬ْ ‫َر ْك َعتَ ْي ِ\ن فَُأقِر‬

2  Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah, Juz : 1, Muassasah Al-Mukhtar, Kaero, 200
 3Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Yaqshuru idzaa kharaja min maudh’ihii, juz : 4, ha. 2386
M/1426H, hal. 381 -383
4
Sunan An-nasai, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab kaifa Furidhatish shalaatu, juz : 2, ha. 235)

4
Telah menceritakan kepada kami [Abdullah bin Muhammad], ia berkata : Telah
menceritakan kepada kami [Sufyan], dari [Az-Zuhri], dari [Urwah], dari [‘Aisyah ra], ia
berkata : Shalat pada awal mulanya diwajibkan 2 rakaat, kemudian (ketentuan ini)
ditetapkan sebagai shalat safar (2 rakaat) dan disempurnakan (menjadi 4 rakaat) bagi shalat
di temapat tinggal (mukim). (HR Bukhari : 1028 ).3

ِ ‫\ر ب ِْن اَأْل ْخن‬


ٍ ‫َس ع َْن ُم َجا ِه\ ٍد ع َْن ا ْب ِن َعبَّا‬
‫س‬ ِ \‫ َو َع ْب ُد الرَّحْ َم ِن قَااَل َح َّدثَنَا َأبُو َع َوانَ \ةَ ع َْن بُ َك ْي‬ ‫ال َح َّدثَنَا يَحْ يَى‬
َ َ‫َأ ْخبَ َرنَا َع ْمرُو بْنُ َعلِ ٍّي ق‬
‫(رواه‬ .ً‫ف َر ْك َع\ ة‬ ِ ْ‫ض ِر َأرْ بَعًا َوفِي ال َّسفَ ِر َر ْك َعتَي ِْن َوفِي ْال َخو‬ َ ‫فِي ْال َح‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ  ‫صاَل ةُ َعلَى لِ َسا ِن النَّبِ ِّي‬ ْ ‫ض‬
َّ ‫ت ال‬ َ ‫فُ ِر‬ : ‫ال‬ َ َ‫ق‬
) ‫النسائي‬
Telah mengabarkan kepada kami [Amr bin Ali], ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami [Yahya] dan [Abdurrahman], mereka berdua berkata : Telah menceritakan
kepada kami [Abu ‘Awanah] dari [Bukair bin Al-Akhnas] dari [Mujahid] dari [Ibnu Abbas],
ia berkata : Shalat diwajibkan lewat lisan Nabi saw bagi yang tinggal di tempat (mukim) 4
rakaat, dalam keadaan bepergian 2 rakaat, dan dalam keadaan takut satu rakaat.(HR. An-
Nasai : 452 ).4

Dua hadits di atas memang tegas menyebut dengan kata `diwajibkan`, sehingga


dijadikan dalil oleh mazhab imam Hanafi untuk mewajibkan qashar shalat dalam perjalanan
(safar).

2.      Sunnah

Mazhab imam Maliki berpendapat, bahwa shalat qashar bagi orang yang melakukan


perjalanan hukumnya adalah sunat muakkad. Dalilnya adalah tindakan Rasulullah saw yang
secara umum selalu mengqashar shalat dalam hampir semua perjalanannya, sebagaimana
hadits yang diriwayatkan oleh Ibnu Umar :

ِ ‫ول هَّللا‬ َ  : ‫ص ٍم قَا َل َح َّدثَنِي َأبِي َأنَّهُ َس\ ِم َع ا ْبنَ ُع َم\ َر يَقُ\\و ُل‬
ُ ‫ص\ ِحب‬
َ \‫ْت َر ُس‬ ِ ‫ص ْب ِن عَا‬ ِ ‫َح َّدثَنَا ُم َس َّد ٌد قَا َل َح َّدثَنَا يَحْ يَى ع َْن ِعي َسى ب ِْن َح ْف‬
: ‫(رواه البخ\\اري‬.‫ض\ َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم‬ِ ‫ك َر‬ َ ِ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم فَ َكانَ اَل يَ ِزي ُد فِي ال َّسفَ ِر َعلَى َر ْك َعتَ ْي ِ\ن َوَأبَا بَ ْك ٍر َو ُع َم َر َوع ُْث َم\\انَ َك\ َذل‬
َ
(1038
Telah menceritakan kepada kami [Musaddad], ia berkata : Telah menceritakan
kepada kami [Yahya] dari [‘Isa bin Hafash bin ‘Ashim], ia berkata : Telah menceritakan
kepadaku [ayahku], bahwa ia pernah mendengar [Ibnu Umar] berkata: Aku menemani

5
Rasulullah saw, beliau tidak pernah menambah shalat lebih dari 2 rakaat dalam safar
(perjalanan), demikian pula Abu Bakar, Umar dan Utsman ra. (HR.Bukhari :1038).

3.      Pilihan

Mazhab imam Syafi`i dan Hanbali berpendapat bahwa shalat qashar bagi orang yang


melakukan perjalanan hukumnya adalah ‘Jaiz’, yaitu boleh memilih antara mengqashar shalat
atau itmam (menyempurnakan 4 rakaat). Namun menurut mereka, mengqashar itu tetap lebih
utama daripada itmam, karena merupakan sedekah dari Allah swt. Hadits Nabi :

ِ ‫ق َأ ْخبَ َرنَا َوقَا َل اآْل َخرُونَ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا‬ ُ ‫ال ِإ ْس َح‬ َ َ‫ق بْنُ ِإ ْب َرا ِهي َم ق‬
ُ ‫ب وَِإ ْس َح‬ ٍ ْ‫ب َو ُزهَ ْي ُر بْنُ َحر‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ِر بْنُ َأبِي َش ْيبَةَ َوَأبُو ُك َر ْي‬
‫ْس َعلَ ْي ُك ْم‬ َ ‫{لَي‬ ‫ب‬ ُ ‫ار ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن بَابَ ْي ِه ع َْن يَ ْعلَى ْب ِن ُأ َميَّةَ قَا َل قُ ْل‬
ِ ‫ت لِ ُع َم\\ َر ْب ِن ْال َخطَّا‬ ٍ ‫ْج ع َْن اب ِْن َأبِي َع َّم‬ ٍ ‫يس ع َْن ا ْب ِن ج َُري‬ َ ‫بْنُ ِإ ْد ِر‬
‫ول‬ ُ ‫ْت ِم َّما ع َِجبْتَ ِم ْن\هُ فَ َس\َأ ْل‬
َ \‫ت َر ُس‬ َ \َ‫الص\اَل ِة ِإ ْن ِخ ْفتُ ْم َأ ْن يَ ْفتِنَ ُك ْم الَّ ِذينَ َكفَ\رُوا} فَقَ\ ْد َأ ِمنَ النَّاسُ فَق‬
ُ ‫\ال ع َِجب‬ َّ ‫صرُوا ِم ْن‬ ُ ‫جُ نَا ٌح َأ ْن تَ ْق‬
َ ‫ق هَّللا ُ بِهَا َعلَ ْي ُك ْم فَا ْقبَلُوا‬
( ‫(رواه مسلم‬.ُ‫ص َدقَتَه‬ َ َ‫ص َدقَةٌ ت‬
َ ‫ص َّد‬ َ ‫ع َْن َذلِكَ فَقَا َل‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ  ِ ‫هَّللا‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah] dan [Abu Kuraib] dan
[Zuhair bin Harb] dan [Ishaq bin Ibrahim]. Ishaq berkata : “Telah mengabarkan kepada
kami”. Yang lain mengatakan : “Telah menceritakan kepada kami” [Abdullah bin Idris]
dari [Ibnu Juraij] dari [Ibnu Abi Ammar] dari [Abdullah bin Babaih], dari [Ya’la bin
Umayyah], ia berkata :  Aku berkata kepada [Umar bin Khattab] tentang firman Allah yang
artinya :“Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar shalat(mu), jika kamu takut diserang orang-orang kafir. Sesungguhnya orang-orang
kafir itu adalah musuh yang nyata bagimu”. (QS. An-Nisa : 101),-Sementara saat ini
manusia dalam kondisi aman (maksudnya tidak dalam kondisi perang). Umar menjawab :
Sungguh aku juga pernah penasaran seperti yang engkau juga penasaran tentang ayat itu,
lalu aku tenyakan 3kepada Rasulullah saw tentang ayat tersebut. Beliau saw menjawab : Itu
(mengqashar shalat) adalah sedekah yang Allah berikan kepada kalian, maka terimalah
sedekah-Nya. (HR.Muslim : 1108 ).5

Dalam riwayat yang lain disebutkan bahwa Allah swt menyukai bila kita menerima
sedekah-Nya, yaitu berupa rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan.
3

 Shahih Muslim, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Sahalatul Musafir wa qashrihaa, juz : 19, ha.296)
5

 6Shahih Ibnu Hibban, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab Sahalatul Musafir wa qashrihaa, juz : 15, ha. 133)

6
َ \‫\ز بْنُ ُم َح َّم ٍد ع َْن ُع َم‬
َ‫\ارة‬ ِ \‫ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِزي‬: ‫ قال‬، ‫ حدثنا قتيبة بن سعيد‬: ‫ قال‬، ‫أخبرنا محمد بن إسحاق بن إبراهيم مولى ثقيف‬
‫ ِإ َّن هَّللا َ ي ُِحبُّ َأ ْن تُ \ْؤ تَى‬: ‫ ق\\ال‬، ‫س ع َْن نَ\\افِ ٍع ع َِن ا ْب ِن ُع َم\ َر عن رس\\ول هللا ص\\لى هللا علي\\ه وس\\لم‬
ٍ ‫ب ْب ِن قَ ْي‬
ِ ْ‫َزيَّةَ ع َْن َح\ ر‬
ِ ‫ْب ِن غ‬
( 3637 : ‫(رواه ابن جبان‬.ُ‫ َك َما يُ ِحبَّ َأ ْن تُْؤ تَى َع َزاِئ ُمه‬ ُ‫صه‬
ُ ‫رُ َخ‬
Telah mengabarkan kepada kami [Muhammad bin Ishaq bin Ibrahim] mantan budak
[Tsaqif], ia berkata : Telah menceritakan kepada kami [Qutaibah bin Sa’id], Ia berkata :
telah menceritakan kepada kami [Abdul Aziz bin Muhammad] dari [‘Ammar bin Ghaziyyah]
dari [Harb bin Qais] dari [Nafi’] dari [Ibnu Umar] dari Rasulullah saw, beliau
bersabda : Sesungguhnya Allah suka jika rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan
sebagaimana Dia suka jika kewajiban-Nya dijalankan. (HR. Ibnu Hibban : 3637 ).6

َ \َ‫\ال ق‬
‫\ال‬ َ \َ‫\ر ق‬ ٍ ‫ب ب ِْن قَ ْي‬
َ \‫س ع َْن نَ\\افِ ٍع َع ِن اب ِْن ُع َم‬ ِ ْ‫َزيَّةَ ع َْن َحر‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َعلِ ُّي بْنُ َع ْب ِد هَّللا ِ َح َّدثَنَا َع ْب ُد ْال َع ِز‬
ِ ‫يز بْنُ ُم َح َّم ٍد ع َْن ُع َما َرةَ ب ِْن غ‬
)5606: ‫(رواه احمد‬.ُ‫صيَتُه‬ ِ ‫صهُ َك َما يَ ْك َرهُ َأ ْن تُْؤ تَى َم ْع‬
ُ ‫ ِإ َّن هَّللا َ يُ ِحبُّ َأ ْن تُْؤ تَى ُر َخ‬: ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫هَّللا‬ ‫َرسُو ُل‬

Telah menceritakan kepada kami [Ali bin Abdillah], telah menceritakan kepada kami
[Abdul Aziz bin Muhammad] dari [Ammar bin Ghaziyyah] dari [Harb bin Qais] dari [Nafi’]
dari [Ibnu Umar], ia berkata : Rasulullah saw, bersabda : Sesungguhnya Allah suka jika
rukhshah (keringanan dari)Nya dilaksanakan sebagaimana Dia benci jika kemaksiatan
kepada-Nya dilakukan. (HR.Ahmad : 5606 )

Selain dari keterangan di atas, Aisyah dan Rasulullah saw pernah mengadakan
perjalanan, dimana mereka saling berbeda dalam shalat, yang satu mengqashar dan yang lain
tidak mengqashar. Hadits Nabi :

‫ق ْال َمرْ َو ِزىُّ قَاالَ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ِإ ْب َرا ِهي َم ب ِْن‬ ِ ‫َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر النَّ ْي َساب‬
َ ‫ُورىُّ َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُم َح َّم ِد ْب ِن ِزيَا ٍد َو َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُم َح َّم ِد ب ِْن ِإ ْس َحا‬
‫بْنُ يُوسُفَ ْالفِرْ يَ\\ابِ ُّى‬ ‫ُورىُّ َح َّدثَنَا َع ْب ُد هَّللا ِ بْنُ ُم َح َّم ِد ْب ِن َع ْم ٍرو ْالغ َِّزىُّ قَاالَ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد‬ ِ ‫الصُّورىُّ ح َو َح َّدثَنَا َأبُو بَ ْك ٍر النَّ ْي َساب‬
ِ ٍ ِ‫َكث‬
‫ير‬
‫ت َم\ َع َر ُس\و ِل هَّللا ِ ص\لى هللا علي\ه وس\لم‬ ُ ْ‫ خَ َرج‬: ‫ت‬ ْ َ‫َح َّدثَنَا ْال َعالَ ُء بْنُ ُزهَي ٍْر ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ب ِْن اَأل ْس َو ِد ع َْن َأبِي ِه ع َْن عَاِئ َشةَ قَال‬
َ‫ت يَا َرسُو َل هَّللا ِ بَِأبِى َوُأ ِّمى َأ ْفطَرْ ت‬
ُ ‫ت فَقُ ْل‬ُ ‫ص َر َوَأ ْت َم ْم‬َ َ‫ت َوق‬ ُ ‫ص ْم‬ُ ‫ضانَ فََأ ْفطَ َر َرسُو ُل هَّللا ِ صلى هللا عليه وسلم َو‬ َ ‫فِى ُع ْم َر ٍة فِى َر َم‬
ِ ‫ قَا َل َأحْ َس ْن‬.‫ت‬
) 2317 : ‫(رواه الدارقطني‬.ُ‫ت يَا عَاِئ َشة‬ ُ ‫صرْ تَ َوَأ ْت َم ْم‬ ُ ‫ص ْم‬
َ َ‫ت َوق‬ ُ ‫َو‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar An-Naisabury], telah menceritakan
kepada kami [Abdullah bin Muhammad bin Amr Al-Ghazzi], mereka berdua berkata : Telah
menceritakan kepada kami [Muhammad bin Yusuf Al-Firyaby], telah menceritakan kepada
kami [Al’Ala’ bin Zuhair] dari [Abdurrahman bin Al-Aswad] dari ayahnya, dari ‘Aisayah, ia
berkata : Aku pernah keluar melakukan umrah bersama Rasullah saw di bulan Ramadhan,
beliau saw berbuka dan aku tetap berpuasa, beliau mengqashar shalat dan aku tidak. Maka
aku berkata : Wahai Rasulullah! Dengan ayah dan ibuku, anda berbuka dan aku berpuasa,

7
anda mengqashar dan aku tidak. Beliau menjawab : Kamu baik, wahai Aisyah. (HR. Ad-
Daruquthuny : 2317 )[9]

D.      SYARAT SAH SHALAT QASHAR

1. Niat shalat qashar

Shalat qashar harus dilakukan dengan niat qashar ketika takbiratul Ihram. Mazhab
imam Syafi’I dan Hanbali sepakat, bahwa “niat” qashar harus dilakukan untuk setiap kali
shalat. Mazhab imam Malik berpendapat bahwa “niat” qashar cukup dilakukan di awal shalat
yang diqashar dalam perjalanan itu, dan shalat berikutnya tidak wajib memperbaharui niat
qashar. Sedangkan mazhab imam Abu Hanifa berpendapat bahwa yang wajib dilakukan
adalah “niat safar”; dan bila niat safar telah dilakukan, maka bagi sang musafir wajib
mengqashar shalatnya menjadi 2 rakaat.

2. Bukan perjalanan maksiat

Shalat qashar dapat dilakukan dengan syarat perjalanan itu mubah, bukan perjalanan
maksiat. Mazhab imam Syafi’I dan Hanbali sepakat, bahwa perjalanan yang terlarang atau
maksiat, tidak membolehkan untuk mengqashar shalat; dan kalau shalatnya itu diqashar,
maka shalat tersebut tidak sah. Sedangkan mazhab imam Abu Hanifa dan Malik berpendapat
bahwa mengqashar shalat tidak disyaratkan perjalanan yang mubah. Bahkan menurut mazhab
imam Abu Hanifa wajib mengqashar shalatnya atas setiap orang yang melakukan perjalanan
(musafir), walaupun perjalanannya termasuk yang terlarang/diharamkan. Dan menurut
mazhab imam Malik, shalatnya sah walaupun dilakukan bersama perbuatan dosa.4

3. Shalat Adaa’ (tunai)

Shalat yang diqashar itu adalah shalat adaa’ (tunai), bukan shalat Qadha’. Adapun
shalat yang ketinggalan di waktu dalam perjalanan boleh diqashar bila diqadha’ dalam
perjalanan; tetapi shalat yang ketinggalan waktu mukim tidak boleh diqadha’ dengan qashar
sewaktu dalam perjalanan.
4

7
Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab Fii kam Yaqshurusa sdalaata, juz : 4, hal.231

8
4. Perjalanan jarak jauh

Shalat Qashar dapat dilakukan bagi orang yang melakukan perjalanan dengan jarak
jauh, yaitu 16 farsakh. Jarak 16 Farsakh dalam kitab Fiqih empat madzhab : 80,640 km.
Sedangkan satu Farsakh menurut Sayyid Sabiq dalam kitab Fiqhussunnah : 5541 m[12]. jadi
16 x 5541 = 88,656 (16 Farsakh = 88,656 km). Dalam suatu riwayat ditegaskan, bahwa Ibnu
Umar dan Ibnu Abbas mengqashar shalat setelah menempuh perjalanan dengan jarak 4
burud, yaitu 16 Farsakh :

)‫(رواه البخاري‬.‫ص َرا ِن َويُ ْف ِط َرا ِن فِي َأرْ بَ َع ِة بُ ُر ٍد َو ِه َي ِستَّةَ َع َش َر فَرْ َس ًخا‬
ُ ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنهُ ْم يَ ْق‬ ٍ ‫َو َكانَ ابْنُ ُع َم َر َوابْنُ َعبَّا‬
ِ ‫س َر‬
Dan adalah Ibnu Umar dan Ibnu Abbas pernah mengqashar dan berbuka dalam
perjalanan 4 burud, yaitu 16 Farsakh. (HR.Buklhari).7

Para ‘Ulama’ berbeda pendapat tentang jarak tempuh yang membolehkan shalat
qashar. Namun imam Malik, Syafi’I dan Ahmad sepakat, bahwa jarak tempuh yang
membolehkan shalat qashar adalah 4 burud[14], yaitu 16 Farshakh. (80,640 km/88,656
km). Walaupun jarak itu dapat ditempuh dengan waktu yang singkat, hanya satu jam
perjalanan umpamanya, seperti naik pesawat terbang, maka tetap dianggap telah memenuhi
syarat untuk mengqashar shalat, karena yang dijadikan dasar adalah jarak tempuh, bukan hari
atau waktu tempuh. Dalilnya adalah hadits Nabi :

ٍ ‫َح َّدثَنَا َأحْ َم\ ُد بْنُ ُم َح َّم ِد ب ِْن ِزيَ\\ا ٍد َح\ َّدثَنَا َأبُ\\و ِإ ْس\ َما ِعي َل التِّرْ ِم\ ِذىُّ َح\ َّدثَنَا ِإ ْب\ َرا ِهي ُم بْنُ ْال َعالَ ِء َح\ َّدثَنَا ِإ ْس\ َما ِعي ُل بْنُ َعيَّا‬
‫ش ع َْن َع ْب\ ِد‬
َ‫\ل َم َّكةَ ال‬َ ‫ يَ\ا َأ ْه‬:‫\ال‬
َ َ‫س َأ َّن َر ُس\و َل هَّللا ِ ص\لى هللا علي\ه وس\لم ق‬ ٍ ‫\اح َع ِن اب ِْن َعبَّا‬ٍ َ‫ب ب ِْن ُم َجا ِه ٍد ع َْن َأبِي\ ِه َو َعطَ\ا ِء ب ِْن َأبِى َرب‬ ِ ‫ْال َوهَّا‬
)1463 : ‫(رواه الدارقطني‬ . َ‫صالَةَ فِى َأ ْدنَى ِم ْن َأرْ بَ َع ِة بُ ُر ٍد ِم ْن َم َّكةَ ِإلَى ُع ْسفَان‬ ُ ‫تَ ْق‬
َّ ‫صرُوا ال‬
Telah menceritakan kepada kami [Ahmad bin Muhammad bin Ziyad], telah
menceritakan kepada kami [Abu Isma’il At-Tirmidzi], telah menceritakan kepada kami
[Ibrahim bin Al-‘Ala’], telah menceritakan kepada kami [Isma’il bin ‘Ayyasy], dari [Abdul
wahhab bin Mujahid] dari ayahnya, dan [‘Atha’ bin rabah] dari [Ibnu Abbas ra], bahwa
Rasulullah saw bersabda : Wahai penduduk Mekkah, janganlah kalian mengqashar shalat
bila kurang dari 4 burud, dari Mekkah ke Usfan. (HR. Ad-Daruquthuny : 1463).8

Mengqashar shalat dalam perjalanan sudah boleh dilakukan walaupun belum


mencapai jarak yang telah ditetapkan, dengan syarat sejak awal niatnya memang akan
menempuh jarak sejauh itu. Shalat qashar sudah bisa dimulai ketika musafir itu sudah keluar
dari kota atau wilayah tempat tinggal. Suatu ketika Anas bin Malik mengqashar shalat
bersama Nabi saw di Dzul Hulaifah atau sekarang dikenal dengan Bir ‘Ali setelah melakukan

9
perjalanan dari kota Madinah. Sedangkan jarak antara Madinah–Bir ‘Ali (Dzul Hulaifaf)
hanya 12 km.[16] Hadits Nabi :

ُ ‫ص\لَّي‬
‫ْت َم\ َع‬ َ  : ‫\ك يَقُ\\و ُل‬ َ ‫ُور َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ ْال ُم ْن َك\ ِد ِر َوِإ ْب\ َرا ِهي ُم بْنُ َمي َْس\ َرةَ َس\ ِم َعا َأن‬
ٍ \ِ‫َس ْبنَ َمال‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا َس ِعي ُد بْنُ َم ْنص‬
)1115 : ‫(رواه مسلم‬.‫ْت َم َعهُ ْال َعصْ َر بِ ِذي ْال ُحلَ ْيفَ ِة َر ْك َعتَ ْي ِن‬ ُ ‫صلَّي‬َ ‫الظ ْه َر بِ ْال َم ِدينَ ِ\ة َأرْ بَعًا َو‬
ُّ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫َرس‬
Telah menceritakan kepada kami [Sa’id bin Manshgur], telah menceritakan kepada
kami [Muhammad bin Al-Muknkadir] dan [Ibrahim bin maisarah] mereka berdua pernah
mendengar [ Anas bin Malik ra] berkata : Aku pernah shalat Zhuhur bersama Rasulullah
SAW di Madinah 4 rakaat, dan shalat Ashar bersama beliau di Dzil Hulaifah 2
rakaat. (HR.Muslim : 1115)[17]

a.   Batas Jarak Minimal

Jarak paling dekat untuk bolehnya mengqashar shalat menurut imam Nawawi dan
pengikutnya adalah 3 mil. Sedangkan satu mil menurut Sayyid Sabiq dalam kitab
Fiqhussunnah : 1748 m. (3 x 1748 = 5,238), jadi, 3 mil = 5,238 km. Hadits Nabi :

‫َر قَا َل َأبُو بَ ْك ٍر َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َج ْعفَ ٍر ُغ ْن َد ٌر ع َْن ُش ْعبَةَ ع َْن يَحْ يَى‬ ٍ ‫بَ ْك ِر بْنُ َأبِي َش ْيبَةَ َو ُم َح َّم ُد بْنُ بَ َّش‬ ‫َح َّدثَنَاه َأبُو‬
ٍ ‫ار ِكاَل هُ َما ع َْن ُغ ْند‬
َ ‫ِإ َذا خَ َر َج َم ِس‬ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم‬
‫يرةَ ثَاَل ثَ\ ِة‬ َ  ِ ‫ال َكانَ َرسُو ُل هَّللا‬َ َ‫صاَل ِة فَق‬
َّ ‫ك ع َْن قَصْ ِر ال‬ ٍ ِ‫َس ْبنَ َمال‬ َ ‫ت َأن‬ ُ ‫ َسَأ ْل‬: ‫قَا َل‬ ‫ْب ِن يَ ِزي َد ْالهُنَاِئ ِّي‬
)  ‫(رواه مسلم‬.‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن‬ ُّ ‫ ُش ْعبَةُ ال َّش‬-‫َأ ْميَا ٍل َأوْ ثَاَل ثَ ِة فَ َرا ِس َخ‬
َ  -‫اك‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Bakar bin Abi Syaibah] dan [Muhammad bin
Basysyar] keduanya dari [Ghundzar], [Abu Bakar] berkata : Telah menceritakan kepada
kami [Muhammad bin ja’far] [Ghundar] dari [Syu’bah] dari [Yahya bin Yazid Al-huna’i] ia
berkata : Aku bertanya kepada [Anas bin Malik] tentang shalat qashar, lalu ia menjawab 5:

Rasulullah SAW jika keluar menempuh jarak 3 mil atau 3 farsakh[Syu’bah


ragu] beliau shalat 2 rakaat. (HR.Muslim : 1116).

b.  Tanpa Batas Jarak

Menurut Ibnu Hazm Azh-Zhahiri, seorang musafir dapat mengqashar shalatnyatanpa


adanya batas minimal jarak yang harus ditempuh, yang penting sudah termasuk dalam
perjalanan (safar), berdasarkan umumnya firman Allah surat An-Nisa ayat101 yang
artinya : Dan apabila kamu bepergian di muka bumi, maka tidaklah mengapa kamu men-
qashar shalat(mu).

c. Jarak 3 Hari Perjalanan


58 Sunan Ad-Daruqthny, Al-Maktabah Asy-Syamilah, Bab maa filmashi ‘alalkhuffain bighairi tawqiit, juz : 2,
ha. 375

10
Sebagian Ulama’ berpendapat, bahwa bolehnya mengqashar shalat adalah
menggunakan ukuran hari atau waktu tempuh. Seperti mazhab imam Abu
Hanifahberpendapat, bahwa hari atau waktu yang harus tempuh adalah minimal perjalanan 3
hari. Dan perjalanan itu cukup dilakukan sejak pagi hingga zawal di siang hari. Dasar dari
penggunaan masa waktu tiga hari ini adalah hadits Nabi SAW, dimana dalam beberapa hadits
beliau selalu menyebut perjalanan dengan masa waktu tempuh tiga hari. Seperti hadits
tentang mengusap sepatu, disana dikatakan bahwa seorang boleh mengusap sepatu selama
perjalanan 3 hari.

‫ص لِ ْل ُم َس \افِ ِر‬
َ ‫ َر َّخ‬ ُ‫اج ُر بْنُ َم ْخلَ ٍد َأبُو َم ْخلَ ٍد ع َْن َع ْب ِد الرَّحْ َم ِن ْب ِن َأبِى بَ ْك َرةَ ع َْن َأبِي ِه ع َِن النَّبِ ِّى صلى هللا عليه وس\\لم َأنَّه‬
ِ َ‫َح َّدثَنَا ْال ُمه‬
) ‫(رواه الدارقطني‬....‫ثَالَثَةَ َأي ٍَّام َولَيَالِيَه َُّن‬

Telah menceritakan kepada kami [Al-Muhajir bin Makhlad Abu Makhlad], dari
[Abdurrahman bin Abi Bakrah] dari ayahnya, dari Nabi saw, bahwa sesungguhnya beliau
memberikan keringanan (Rukhshah) kepada orang yang bepergian (untuk mengusap
sepatu) dalam jangka waktu tiga hari tiga malam. (HR. Ad-Daruqthny : 796).8 Demikian
juga ketika Rasulullah saw menyebutkan tentang larangan wanitabepergian tanpa mahram
yang menyertainya, beliau menyebut perjalanan selama 3 hari.

:  ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم قَا َل‬


َ ‫ك ع َْن نَافِ ٍع ع َْن َع ْب ِد هَّللا ِ ْب ِن ُع َم َر ع َْن النَّبِ ِّي‬ َّ ‫ك َأ ْخبَ َرنَا ال‬
ُ ‫ضحَّا‬ ٍ ‫َح َّدثَنَا ُم َح َّم ُد بْنُ َرافِ ٍع َح َّدثَنَا ابْنُ َأبِي فُ َد ْي‬
)‫(رواه مسلم‬.‫ال ِإاَّل َو َم َعهَا ُذو َمحْ َر ٍم‬ ِ ‫اَل يَ ِحلُّ اِل ْم َرَأ ٍة تُْؤ ِمنُ بِاهَّلل ِ َو ْاليَوْ ِم اآْل ِخ ِر تُ َسافِ ُر َم ِسي َرةَ ثَاَل‬
ٍ َ‫ث لَي‬
Telah menceritakan kepada kami [Muhammad bin Raf’I’], telah menceritakan
kepada kami [Ibnu Abi Fudaik], telah mengabarkan kepada kami [Adh-Dhahhak] dari
[Nafi’] dari [Abdullah bin Umar] dari Nabi saw, beliau bersabda : Tidak halal bagi wanita
yang beriman kepada Allah dan hari akhir bepergian sejauh 3 malam kecuali bersama
mahram. (HR.Muslim : 2382)

Menurut mazhab imam Abu Al-Hanifah, penyebutan 3 hari perjalanan itu pasti ada
maksudnya, yaitu untuk menyebutkan bahwa minimal jarak perjalanan yang membolehkan
qashar adalah sejauh perjalanan 3 hari.

E.       BERAKHIRNYA KEBOLEHAN QASHAR

Pada waktu Rasulullah saw melaksanakan haji wada’ mukim di Makkah dan
sekitarnya selama 10 hari. Dan selama 10 hari mukim, beliau mengqashar shalatnya. Beliau
datang di Makkah pada hari ke 4 dan mukim di Makkah pada hari ke 5, 6 dan 7; dan pada
hari ke 8 keluar dari Makkah menuju Mina, hari ke 9 menuju Arafah, hari ke 10 kembali ke

11
Mina; dan mukim di Mina pada hari ke 11, 12 dan berangkan ke Makkah lagi pada hari ke13;
lalu kembali ke Madinah pada hari ke 14.

ُ ‫ص\\لَّى هَّللا‬
َ ِ ‫ُول هَّللا‬
ِ ‫ َخ َرجْ نَا َم َع َرس‬: ‫ك قَا َل‬ٍ ِ‫َس ْب ِن َمال‬ ِ ‫ق ع َْن َأن‬ َ ‫َح َّدثَنَا يَحْ يَى بْنُ يَحْ يَى التَّ ِمي ِم ُّي َأ ْخبَ َرنَا هُ َش ْي ٌم ع َْن يَحْ يَى ْب ِن َأبِي ِإ ْس َح‬
)‫(رواه مسلم‬.‫ال َع ْشرًا‬ َ َ‫ت َك ْم َأقَا َم بِ َم َّكةَ ق‬
ُ ‫صلَّى َر ْك َعتَ ْي ِن َر ْك َعتَ ْي ِن َحتَّى َر َج َع قُ ْل‬
َ َ‫َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم ِم ْن ْال َم ِدينَ ِة ِإلَى َم َّكةَ ف‬
Telah menceritakan kepada kami [Yahya bin Yahya At-tamimy], telah mengabarkan
kepada kami [Husyaim] dari [Yahya bin Abi Ishaq] dari [Anas bin Malik] : kami berangkat
bersama Rasulullah saw dari Madinah ke Makkah, lalu beliau shalat 2 rakaat, 2 rakaat
hingga pulang. Aku bertanya : Berapa lama beliau mukim di Makkah? Dia menjawab :
Sepuluh hari. (HR.Muslim : 1118)

‫ال َأقَ ْمنَا َمع‬


َ َ‫ق‬ ُ‫ض َي هَّللا ُ َع ْنه‬ ٍ َ‫ق ع َْن َأن‬
ِ ‫س َر‬ َ ‫صةُ َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ع َْن يَحْ يَى ْب ِن َأبِي ِإس‬
َ ‫ْحا‬ َ ‫َح َّدثَنَا َأبُو نُ َعي ٍْم َح َّدثَنَا ُس ْفيَانُ ح َح َّدثَنَا قَبِي‬
)395 : ‫(رواه البخاري‬.َ‫صاَل ة‬ ُ ‫صلَّى هَّللا ُ َعلَ ْي ِه َو َسلَّ َم َع ْشرًا نَ ْق‬
َّ ‫ص ُر ال‬ َ ‫النَّبِ ِّي‬
Telah menceritakan kepada kami [Abu Nu’aim], telah menceritakan kepada kami [Sufyan],
telah menceritakan kepada kami [Qabishah], telah menceritakan kepada kami [Sufyan] dari
[Yahya bin Abi Ishaq] dari [Anas ra], ia berkata : Kami bermukim bersama Nabi saw 10
hari, dan sekian hari itu kami melakukan qashar.(HR.Buklhari : 3959).96

Empat Mazhab Beda Pendapat :

1.      Imam Malik dan Imam As-Syafi`i berpendapat bahwa masa berlakunya qashar bila
menetap disuatu tempat selama 4 hari.

2.      Imam Abu Hanifah berpendapat bahwa masa berlakunya jama` dan qashar bila menetap
disuatu tempat selama 15 hari.

3.      Imam Ahmad bin Hanbal dan Daud berpendapat bahwa masa berlakunya qashar bila
menetap disuatu tempat lebih dari 4 hari.
7

6 9
 Shahih Bukhari, Al-Maktabah Asy-Syamilah, bab maqaaminj Nabiyyi bi Makkata zamanl fathi, juz : 13,
hal. 194

12
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dari paparan di atas dapat difahami bahwa qashar shalat dibolehkan dalam bepergian
atau safar adalah rukhsah dan hukumnya mubah. Seorang musafir mendapat keringanan
untuk melakukan shalat ini baik dengan qashar maupun itmam.
Adapun hal lainnya yakni menjama’, para ulama berbeda pandangan kapan bolehnya
seseorang melakukan jama’. Sampai pada kesimpulan terutama mazhab Hambali yang
membolehkan alasan di luar hal yang disepakati yakni: jama’ karena bepergian, jama’ di
Arafah dan Muzdalifah dan karena hujan.
Karenanya bagi yang mendapati kesulitan atau kesukaran dalam tiap kali shalat pada
waktunya maka memungkinkan baginya untuk menjama’ shalat. 
Pemaparan hal itu sudah dikemukakan di atas tetapi dengan syarat tidak menjadi
kebiasaan dan rutin dan hal tersebut tidak bermaksud selain untuk memudahkan dan tidak
menyulitkan umat. Demikian, meski sering jalan-jalan, dan menempuh perjalanan panjang
jangan lupa melaksakan sholat 5 waktu.

A. SARAN

13
Kami menyadari masih banyak kekurangan dalam penyusunan dalam makalah ini,
maka dari itu kami mengharap saran dan kritik yang membangun dari pembaca guna
penyempurnaan makalah ini.

DAFTAR PUSTAKA

Abdurrahman Al-Jaziri, Al-Fiqhu ‘alaa Madzaahibil Arba’ah, Juz : 1, Muassasah Al-Mukhtar,


Kaero, 2006M/1426H
PETNJUK IBADAH HAJI, UMRAH DAN ZIARAH” oleh DR.Miftah Faridl, Penerbit Pustaka
Bandung, 1427 H – 2006 M
 http://pai-smp21padangmateri.blogspot.com/2008/06/sholat-jama.dan.qoshar.html

14

Anda mungkin juga menyukai