MUHAMMAD RISZKY
1471041013
FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
MAKASSAR
2019
1
DAFTAR ISI
A. Latar Belakang......................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah.................................................................................... 6
C. Tujuan Penelitian...................................................................................... 6
D. Manfaat Penelitian.................................................................................... 7
E. Hipotesis .................................................................................................. 22
2. Validitas ........................................................................................... 27
3. Reliabilitas ........................................................................................ 27
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
pembelajaran matematika, siswa dilatih untuk terbiasa berpikir secara kritis, logis,
kritis, ilmiah serta mampu meningkatkan kreativitas. Wigati dan Sutriyono (2017)
Pelajaran matematika sudah sejak dulu sebagai salah satu pelajaran yang
sulit dan menakutkan. Seperti yang dikemukakan oleh Yuliana (2013) bahwa
matematika merupakan salah satu pelajaran yang dianggap sulit oleh sebagian
Mathematics and Science Study tahun 2015 (Mullis, Martin, Foy & Hooper,
dari hasil Ujian Nasional (UN). Data yang dikeluarkan oleh Kementerian
dari 2015 sampai 2018. Begitupun juga dengan jurusan IPS dan Bahasa pada
dalam lima tahun terakhir mengalami naik turun di tiap tahunnya bahkan menurun
2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018 2015 2016 2017 2018
59,7 53,5 41,9 37,2 56,0 47,9 37,9 33,2 47,7 42,7 37,7 35,2
3 4 2 5 6 2 6 3 3 2 6 8
ketidakpercayaan diri siswa menghadapi ujian dan khawatir mendapat nilai jelek
membuat tidak optimalnya siswa dalam mengerjakan soal ujian. Kidd (Aunurrofiq
patokannya bukan pada penguasaan materi siswa. Selain itu, siswa yang
siswa pintar dan bodoh yang didasarkan pada hasil akademik. Hal tersebut
Proses pengajaran yang berbasis target dan pelabelan siswa pintar dan
Yuliana (2013) mengemukakan bahwa pada saat kegiatan belajar mengajar, masih
banyak siswa yang mengeluh, merasa cemas, khawatir, bahkan tak yakin ketika
bahwa keresahan tersebut bisa menjadi beban dan membuat para siswa merasa
takut, tertekan, dan depresi menghadapi ujian dan sangat tidak menutup
matematika sebagai perasaan tegang, takut, atau takut yang mengganggu kinerja
diakibatkan karena rasa tidak percaya diri dan ketidakberdayaan. Halgin (Putro,
merasa tidak berdaya dan seringkali berada dalam keadaan tertekan dan sulit
yang sangat besar sehingga tidak dapat berpikir. Ashcraft (2002) mengemukakan
matematika yang tinggi, 12 siswa (35%) kategori sedang, serta 4 siswa (12%)
ditandai dengan takut mendapat nilai jelek pada ujian matematika sebanyak 31
siswa. Pada gejala fisik yang ditandai dengan jantung berdebar cepat sebanyak 22
siswa. Berdasarkan hasil survei tersebut didapatkan bahwa sebagian besar siswa
teori kecemasan matematika Whyte dan Anthony (2012) dengan aspek yakni
Selain efek yang ditampilkan pada hasil survei, ditemukan pula adanya
peran emosi terhadap kecemasan matematika. Wahid, Yusof, dan Razak (2014)
matematika, seperti melalui terapi musik klasik Mozart (Rizki, 2018), konseling
Yang, Zhang, dan Zhang, 2018; Park, Ramirez, dan Beilock, 2014; Hines, Brown,
tentang penyebab kecemasan yang dialami. Terbuka mengenai perasaan siswa itu
menjelang ujian matematika pada 200 siswa SMA di Tiongkok. Penelitian lain
kinerja meningkat. Hasil penelitian yang dilakukan Hines, Brown, dan Myran
karena siswa dapat menuangkan perasaannya secara terbuka tanpa adanya aturan-
aturan yang rumit. Pennebaker dan Beall (1986) mengemukakan bahwa teknik
individu dapat menulis secara bebas tentang pikiran dan perasaan. Remirez dan
meningkatkan kinerja yang lebih baik. Hasil lainnya juga menunjukkan bahwa
terbuka melalui tulisan yang dibuat. Wright (2005) mengemukakan bahwa melalui
lebih baik yang berdampak pada pengurangan stres berujung pada perbaikan
kualitas mental dan fisik. Penelitian yang dilakukan Susanti dan Supriyanti (2013)
yang sulit dan gaya belajar guru yang tidak sesuai dengan harapan siswa.
Kecemasan matematika ini membuat siswa takut, khawatir, dan tegang yang dapat
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
Makassar.
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Lembaga Pendidikan, penelitian ini diharapkan dapat digunakan
pada siswa.
matematika.
penelitian sejenis.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kecemasan Matematika
tegang, gelisah atau takut yang mengganggu kinerja matematika. Mutodi dan
situasi akademik.
melakukan perhitungan matematika atau rasa takut bahwa itu terlalu sulit maupun
rasa takut gagal yang sering berasal dari kurangnya kepercayaan diri. Kecemasan
matematika.
yang dialami individu yang ditandai dengan adanya rasa khawatir dan takut
matematika yakni:
malu, merasa rendah diri dan harga diri yang kurang saat proses
pembelajaran matematika.
dari orang tua, guru yang tidak peka melihat kondisi siswa, penggunaan
c. Faktor intelektual meliputi gaya belajar yang tidak cocok, kurang gigih
kehidupan
Whyte dan Anthony (2012) mengemukakan bahwa terdapat tiga aspek
b. Aspek afektif berkaitan dari dalam diri seperti tidak percaya akan
dan kehilangan harga diri seperti pada selalu pesimis dengan nilai yang
akan di dapatkan.
yang alami. Faktor lingkungan seperti kecemasan guru saat mengajar, kegagalan
pelajaran matematika.
Suminta (2014) mengemukakan faktor-faktor yang dapat menimbulkan
a. Faktor Lingkungan
Interaksi yang positif tercipta apabila terjadi interaksi yang baik antara
b. Faktor Individu
sesuatu yang ada disekitarnya. Dalam situasi yang sulit, orang dengan
orang dengan efikasi diri yang tinggi akan berusaha lebih keras untuk
mengatasi tantangan yang ada. Siswa yang memiliki efikasi diri yang
2) Flow, pada siswa yang mempunyai flow yang tinggi, siswa akan
dukungan akademik, teman sebaya, dan iklim kelas serta faktor individu yang
B. Menulis Ekspresif
ekspresif mengacu pada teknik menulis bagian yang mendalam dan bermakna
tentang topik yang signifikan secara pribadi, seperti peristiwa traumatis maupun
dengan melibatkan tulisan individual tentang pikiran dan perasaan terdapat yang
ditulis dalam beberapa sesi dengan durasi tententu. Pennebaker dan Beall (1986)
yang mencerminkan pikiran dan perasaan tentang pengalaman hidup otentik yang
pemberian bantuan kepada siswa yang memiliki kebutuhan dan masalah yang
yang memiliki masalah kecemasan pada kategori tinggi saat menghadapi ujian
dalam bentuk tulisan tanpa adanya aturan baku pada proses penulisan. Konsep
dasar dalam menulis ekspresif adalah ketika orang mengubah perasaan dan
pikiran mengenai hal yang bersifat pribadi dan pengalaman menjengkelkan yang
perasaan yang dirasakan. Menulis ekpresif dilakukan pada selembar kertas dengan
yang mencerminkan pikiran dan perasaan tentang pengalaman hidup otentik yang
telah dialami. Pennebaker (1997) mengemukakan bahwa waktu pelaksanaan
selama tiga sampai lima hari berturut-turut dengan durasi lima belas sampai tiga
puluh menit setiap kali menulis dan umumnya tidak ada umpan balik yang
“Selama tiga hari ke depan, saya ingin anda menuliskan tentang perasaan
dan pengalaman terdalam yang pernah dialami dan mempengaruhi hidup anda.
Saya ingin anda benar-benar mengeksplorasi dan melepaskan emosi dan pikiran
anda. Anda juga dimungkinkan untuk mengaitkan topik tulisan anda seperti
hubungan dengan orang lain termasuk orang tua, orang terkasih maupun teman
yang berkaitan dengan pengalaman masa lalu dan sekarang, anda ingin menjadi
siapa maupun siapa anda saat ini. Anda bebas menuliskan pengalaman yang
sama selama empat hari maupun pengalaman yang berbeda tiap harinya. Tulisan
yang anda buat sepenuhnya dirahasiakan. Anda tidak perlu khawatir mengenai
ejaan, sturktur kalimat maupun tata bahasa. Satu-satunya aturan adalah begitu
anda mulai menulis, terus lakukan sampai waktu habis.”
traumatis telah meluas pada berbagai lingkup peristiwa atau pengalaman yang
ekspresif dapat dilihat dari penggunaan kata-kata emosi negatif seperti marah dan
sedih, emosi positif seperti bahagia dan tertawa, kata-kata sebab akibat seperti
karena dan alasan, dan kata-kata pemahaman seperti mengerti dan menyadari.
dalam keadaan nyaman dan tidak terganggu. Pennebaker, Cholder dan Sharp
upaya agak subjek dapat menulis dalam keadaan sendiri dan tanpa kehadiran
diminta untuk menulis dalam satu ruangan, setiap partisipan tidak diperbolehkan
sangat kuat, mulai dari anak-anak hingga orang tua, dari siswa berprestasi hingga
individu tidak saling menganggu agar proses menulis dapat berjalan maksimal.
Menulis ekspresif dapat diberikan semua kalangan dengan berbagai latar belakang
yang berbeda.
sekolah. Kecemasan yang dirasakan oleh siswa saat ujian akan mempengaruhi
ujian sekolah.
ekspresif membantu siswa menjauhkan diri dari sumber stres langsung. Menulis
stres belajar, pembelajaran yang efisien, tingkat kepercayaan yang tinggi dalam
dan mental, relaksasi, dan peningkatan kualitas tidur. Baikie dan Wilhelm (2005)
mengemukakan dua dampak dari menulis ekpresif, yakni bagi kesehatan dan
hubungan sosial.
siswa yakni adanya perubahan pada kognitif dan emosi. Melalui menulis
Matematika Siswa
memori kerja dalam mengerjakan tugas yang dihadapi. Ramirez dan Beilock
siswa yakni dengan menulis ekspresif. Hasil penelitian yang dilakukan oleh
Hines, Brown dan Myran (2016) pada 93 siswa SMA menunjukkan bahwa siswa
menit sehari selama tiga hari. Selama proses menulis ekspresif, kata-kata yang
muncul adalah kata positif seperti bahagia dan kata negatif seperti kemarahan,
Penelitian lain yang dilakukan oleh Walter (2018) pada 40 siswa sekolah
D. Kerangka Pikir
salah satu mata pelajaran yang sulit bagi siswa. Pelajaran matematika menjadi hal
yang dihindari siswa. Siswa menjadi gugup dan khawatir saat pelajaran
ketakutan siswa yang merasa gagal dan perasaan tidak mampu untuk menghadapi
pelajaran matematika.
Kecemasan matematika merupakan merupakan situasi yang dialami individu
yang ditandai dengan adanya rasa khawatir dan takut sehingga mempengaruhi
aspek kognitif, afektf dan fisiologis. Aspek kognitif berkaitan dengan pola
munculnya pemikiran negatif dan pemikiran yang kosong (blank out). Aspek
afektif berkaitan dari dalam diri seperti tidak percaya akan kemampuan sendiri,
takut terlihat bodoh dihadapan teman dan gurunya dan kehilangan harga diri
seperti pada selalu pesimis dengan nilai yang akan di dapatkan. Aspek fisiologis
faktor yakni dukungan orang dan individu. Faktor lingkungan seperti dukungan
orang tua yang tidak memperhatikan kondisi akademik siswa, teman sebaya yang
tidak memberikan dukungan dalam pelajaran matematika serta iklim kelas yang
tidak menarik baik dari cara belajar hingga kondisi ruangan yang tidak memadai.
Faktor kedua yakni faktor individu seperti efesikasi diri matematika yang rendah
membuat siswa tidak percaya diri saat pelajaran matematika berlangsung, siswa
yang memiliki flow yang rendah tidak menjadikan pelajaran matematika sebagai
menulis ekspresif dengan menuliskan perasaan dan pikiran yang dirasakan. Siswa
akan menuliskan perasaanya selama tiga hari berturut-turut dengan setiap harinya
menulis selama lima belas menit. Namun sebelum memulai, siswa akan diberikan
Siswa akan diberikan kertas dan alat tulis untuk menuliskan perasaan dan
pikirannya. Siswa diminta untuk untuk membuat narasi tentang matematika, ujian,
dan sekolah. Siswa menulis selama satu sesi dengan durasi waktu lima belas
menit dan tidak diperkenankan untuk berhenti ketika waktu belum habis. Apabila
siswa sudah tidak memiliki ide untuk menulis lagi, maka siswa diperkenankan
untuk mengulangi cerita yang ditulisnya hingga sesi berakhir. Ketika waktu habis,
peneliti mengambil kertas yang digunakan siswa dan menyimpannya. Setelah itu,
siswa diminta untuk bercerita, merefleksikan hal yang telah dituliskan. Intervensi
menjadi positif saat proses menulis. Melalui intervensi menulis ekspresif, siswa
meluapkan perasaan dan pikirannya secara emosional secara bebas tanpa adanya
kritikan, pembalasan maupun judjement dari orang lain. Proses yang didapatkan
Menurunnya
kecemasan matematika
dilihat dari penurunan
skor pretest ke posttest
E. Hipotesis
A. Identifikasi Variabel
B. Definisi Operasional
1. Kecemasan matematika
dengan adanya rasa khawatir dan takut terhadap matematika. Siswa merasa
berdasarkan teori dari Whyte dan Anthony (2012). Terdapat tiga aspek dari
kecemasan matematika yakni aspek kognitif, afektif dan fisiologis Aspek kognitif
ditandai dengan munculnya pemikiran negatif dan pemikiran yang kosong (blank
out). Aspek afektif berkaitan dari dalam diri seperti tidak percaya akan
kemampuan sendiri, takut terlihat bodoh dihadapan teman dan gurunya dan
kehilangan harga diri seperti pada selalu pesimis dengan nilai yang akan di
denyut jantung yang meningkat, mual bahkan mengalami ketegangan. Jika skor
tinggi dan jika skor pada skala kecemasan matematika rendah, maka kecemasan
2. Menulis Ekspresif
selembar kertas yang ditandai dengan penggunaan kata-kata emosi negatif seperti
marah dan sedih, emosi positif seperti bahagia dan tertawa, kata-kata sebab akibat
seperti karena dan alasan, dan kata-kata pemahaman seperti mengerti dan
menyadari. Siswa akan diberikan kertas dan alat tulis untuk menuliskan perasaan
dan pikirannya. Siswa diminta untuk untuk membuat narasi mengenai pengalaman
emosional tentang matematika, ujian, dan sekolah selama tiga hari berturut-turut
dengan setiap harinya menulis selama lima belas menit mengacu pada penelitian
Hines, brown, dan Myran (2016). Menulis ekspresif bertujuan agar siswa
meluapkan perasaan dan pikirannya secara emosional secara bebas tanpa adanya
3. Prestasi Belajar
Prestasi belajar matematika yang dimaksud yaitu nilai rapor siswa pada belajar
matematika di SMA Nasional Makassar yakni 70. Siswa yang memiliki nilai
C. Rancangan Eksperimen
menulis ekspresif yang dilakukan selama tiga sesi. Setelah melakukan semua sesi
D. Subjek Penelitian
ekspresif.
mana aitem mampu membedakan antara individu atau kelompok individu yang
memiliki dan yang tidak memiliki atribut yang diukur. Indeks daya diskriminasi
aitem merupakan indikator konsistensi antara fungsi aitem dengan fungsi skala
semua aitem yang mencapai koefisien kolerasi minimal 0,30 daya diskriminasi
2. Validitas
skala yang dibuat. Validitas yang digunakan dalam penelitian ini yakni validitas
isi.
dalam suatu alat ukur relevan dengan tujuan pengukuran. Sebuah panel yang
berisi para ahli yang disebut Subject Matter Experts (SME) diminta untuk menilai
apakah aitem esensial bagi operasional konstrak teoritik yang bersangkutan. Skala
3. Reliabilitas
Teknik analisis data merupakan cara yang digunakan untuk mengolah dan
mengalisis data untuk mendapatkan kesimpulan dari data yang didapatkan. Teknik
analisis data pada penelitian ini yakni analisis deskriptif dan uji hipotesis.
1. Analisis Deskriptif
kelompok subjek peneliti. Hasil dari analisis deskriptif digunakan untuk membuat
kategorisasi. Azwar (2016) mengemukakan bahwa hasil uji deskriptif akan dibagi
kedalam tiga kategori yaitu tinggi, sedang, dan rendah. Kriteria yang digunakan
Uji hipotesis penelitian ini yaitu uji Wilcoxon signed-rank test menggunakaan
SPSS 24.0 for windows. Uji hipotesis dilakukan untuk mengetahui perbedaan
secara umum dari seluruh perlakuan diuji dengan teknik uji non-parametrik.
Sampel yang diukur yakni sampel sebelum dan sesudah mendapatkan perlakuan.
Bulan
No Kegiatan Juli Agustus September Oktober
1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Ujian Proposal
2 Revisi Proposal
3 Penyusunan
instrumen
penelitian
4 Uji coba skala
5 Pelaksanaan
penelitian
6 Analisis data
7 Penyusunan
laporan akhir
DAFTAR PUSTAKA
Boals, A., Murrell, A. R., Berntsen, D., Southard-Dobbs, S., & Agtarap, S.
(2015). Experimentally reducing event centrality using a modified
expressive writing intervention. Journal of Contextual Behavioral Science,
4(4), 269–276.
Das, R., & Das, G. C. (2013). Math anxiety: the poor problem-solving factor in
school mathematics. International Journal of Scientific and Research
Publications, 3(4), 1-5.
Hines, C., Brown, N. W., & Myran, S. (2016). The effects of expressive writing
on general and mathematics anxiety for a sample of high school students.
Journal of Education, 137(1), 39-45.
Mullis, I. V. S., Martin, M. O., Foy, P., & Hooper, M. (2016). TIMSS 2015
international results in mathematics retrieved. Boston: International Study
Center.
35
Mutodi, P., & Ngirande, H. (2014). Exploring mathematics anxiety: Mathematics
students’s experiences. Mediteranian Jounal of Social Sciences, 5(1), 283-
294.
OECD. (2016). Programme for international student assessment result from PISA
2015. https://www.oecd.org/pisa/PISA-2015-Indonesia.pdf. Diakses 27
Maret 2019.
Park, D., Ramirez, G., & Beilock, S.L. (2014). The role of expressive writing in
math anxiety. Journal of Experimental Psychology Applied, 20(2), 103-111.
Pennebaker, J. W., Cholder, M., & Sharp, L. K. (1990). Accelerating the coping
process. Journal of Personality and Social Psychology, 58(3), 528-539.
Ramirez, G., & Beilock, S. L. (2011). Writing about testing worries boosts exam
performance in the classroom. Science, 331, 211–213.
Richardson, F. C., & Suinn, R. M. (1972). The matematics anxiety rating scale:
Psychometric data. Journal of Counseling Psychology, 19(6): 551-554.
Shen, L., Yang, L., Zhang, J., & Zhang, M. (2018). Benefits of expressive writing
in reducing test anxiety: A randomized controlled trial in Chinese samples.
PLoS ONE, 13(2), 1-15.
Taylor, E., Jouriles, E. N., Brown, R., Goforth, K., & Banyard, V. (2016).
Narrative writing exercises for promoting health among adolescents:
Promises and pitfalls. Psychology of Violence, 6(1), 57–63.
Wahid, S. N. S., Yusof, Y., & Razak, M. R. (2014). Math anxiety among students
in higher education level. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 123,
232-237.
Wigati & Sutriyono. (2017). Deskripsi penggunaan otak kiri dan otak kanan pada
pembelajaran matematika materi pola bagi siswa SMP. Jurnal Mitra
Pendidikan, 1(10), 1021-1030.
Whyte, J., & Anthony, G. (2012). Maths anxiety: The fear factor in the
mathematics classroom. New Zealand Journal of Teachers Work, 9(1), 6-15.