Anda di halaman 1dari 36

PROPOSAL

“UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA

MELALUI PENDEKATAN REALISTIK PADA POKOK BAHASAN

PECAHAN SISWA V SDN PULO GEBANG 07”

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Kolokium

Dosen Pengampu:
Dr. Nidya Candra Muji Utami, M.Pd
Taofik, M.Pd

Disusun Oleh:
Nur Fadhilah (1107620234)
Kelas E – PGSD 2020

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI JAKARTA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas proposal ini dengan tepat
waktu. Selawat serta salam sejahtera senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW yang senantiasa menjadi suri teladan bagi segenap umat manusia. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nidya Candra Muji Utami, M.Pd dan Bapak
Taofik, M.Pd selaku dosen mata kuliah Kolokium.
Adapun tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Kolokium. Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan
Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan Siswa V SDN Pulo Gebang 07.
Dalam menyusun proposal ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penyusun usahakan.
Semoga dalam proposal ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.

Jakarta, 03 Maret 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .....................................................................................................

DAFTAR ISI ...................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................................

A. Latar Belakang ............................................................................................

B. Diagnosis Permasalahan Kelas ...................................................................

C. Fokus Masalah ............................................................................................

D. Rumusan Masalah .......................................................................................

E. Tujuan Penelitian ........................................................................................

F. Manfaat Penelitian ......................................................................................

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ....................................................................................

A. Acuan Teori dan Fokus Yang Diteliti..........................................................

B. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif Atau Desain


Alternatif Intervensi Tindakan Yang Dipilih...............................................

C. Hasil Penelitian yang Relevan ....................................................................

D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan..................................

BAB III METODOLOGI PENELITIAN....................................................................

A. Tujuan Penelitian ......................................................................................

B. Tempat dan Waktu Penelitian ...................................................................

C. Metode dan Desain Tindakan/Rancangan Siklus Perencanaan ................

D. Subjek/Partisipan dalam Penelitian ..........................................................

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian ...............................................

F. Hasil Tindakan yang Diharapkan .............................................................

G. Data dan Sumber Data ..............................................................................

H. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................


ii
I. Teknik Analisis Data ................................................................................

J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data .......................................................


DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................

iii
1

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Sekolah dasar (SD) adalah tingkat pengajaran yang akan menentukan

hasil instruktif. Kegiatan pembelajaran pada entry level merupakan landasan

bagi kegiatan pembelajaran pada level selanjutnya. Apabila fondasi tidak

ditanam dengan baik, maka nantinya akan sulit untuk melanjutkan ke level

berikutnya. Tingkat SD diharapkan membekali siswa dengan kemampuan dasar

membaca, menulis, dan menghitung. Kemampuan dasar ini harus diajarkan dan

diharapkan agar siswa dapat menguasai tujuan yang ditetapkan dalam unit

pertunjukan dengan baik. Prestasi pada tingkat dasar ini akan memudahkan

siswa untuk melanjutkan sekolah mereka sedikit demi sedikit. Pendidikan harus

memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa usia sekolah, karena hal ini

merupakan dasar utama bagi pengembangan keterampilan siswa (Aluf et al.,

2022).

Mata pelajaran matematika di Indonesia diajarkan pada siswa sejak

mereka menginjak bangku sekolah dasar. Siswa SD sebagian besar berada pada

rentang usia 7 hingga 12 tahun. Hal ini sejalan dengan Piaget, pada usia ini

berada pada tahap operasional kongkret . dimana siswa memasukkan informasi

melalui operasi benda-benda kongkret. Dalam periode operasi kongkret,

karakteristik berpikir anak adalah kombinavisitas atau klasifikasi, reversibilitas,

asosiasivitas, identitas, korespondensi. Kombinasivitas atau klasifikasi adalah

suatu operasi dua kelas atau lebih yang dikombinasikan ke dalam suatu kelas

yang lebih besar sehingga anak dapat membentuk variasi relasi kelas dan

mengerti bahwa beberapa kelas dapat dimasukkanke kelas lainnya.

Reversibilitas adalah operasi kebalikan, setiap operasi logik atau matematika


4
dapat dikerjakan dengan operasi kebalikan. Asosiasivitas adalah suatu operasi

terhadap beberapa kelas yang mengombinasikan menurut sebaran urutan.

Identitas adalah suatu operasi yang menunjukkan adanya unsur nol yang bila

dikombinasikan dengan unsur atau kelas hasilnya tidak berubah.

(Agustyaningrum et al., 2022).

Pembelajaran di sekolah dasar merupakan salah satu kegiatan inti yang

wajib untuk diikuti oleh siswa karena pembelajaran ini dimanfaatkan untuk

melakukan interaksi kepada orang lain dan menambah ilmu yang akan menjadi

bekal di masa depan nantinya. Matematika merupakan sesuatu yang abstrak,

karena bagi banyak orang sangat sulit untuk memahaminya (Pebriana et al.,

2019). Menurut guru, mengajarkan matematika merupakan ujian tersendiri,

karena pada saat ini banyak sekali siswa yang tidak menyukai matematika,

bahkan terdapat banyak sekali siswa yang takut akan pelajaran matematik

sehingga membuat siswa tidak bisa memahami pelajaran matematika dengan

baik (Aluf et al., 2022).

Pembelajaran matematika di sekolah dasar merupakan suatu

pembelajaran yang menuntut anak untuk mengenal dasar-dasar ilmu matematika.

Untuk itu penanaman konsep matematika harus benar-benar kuat agar tidak

terjadi kekeliruan sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Matematika perlu

diajarkan kepada peserta didik untuk membekali mereka dengan kemampuan

berpikir logis, analistis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan

untuk bekerjasama. Selain itu, matematika dianggap sebagai kemampuan dasar

yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat beradaptasi dalam kehidupan

bermasyarakat dan kemajuan IPTEK (Muhammad Rizki Ramadhan, 2023).

Namun, pada kenyataannya sebagian besar siswa kurang berminat

dengan pembelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei skala

5
internasional yang dilakukan PISA (Programme for International Student

Assessment) pada tahun 2018 dengan total 78 negara dan 600 murid sekolah

yang berpartisipasi dari seluruh dunia. Hasil kemampuan Matematika

mengalami penurunan dibandingkan dari hasil PISA tahun 2015. Minat dapat

mempengaruhi hasil belajar siswa. Minat yang rendah terhadap Matematika

dapat berdampak pada minimnya keinginan untuk mempelajari Matematika

(Munawarah et al., 2020)

Di dalam matematika sekolah khususnya di tingkat SD terdapat materi

pecahan yang masih bersifat abstrak. Pertimbangan yang dijadikan dasar

dipilihnya pokok bahasan pecahan, yaitu: (1) pada materi pecahan terdapat

situasi-situasi yang dapat disajikan oleh guru, situasi tersebut dapat berupa

gambar dan berhubungan dengan aktivitas manusia khususnya siswa, dan (2)

banyak masalah dalam kehidupan sehari-hari, di sekitar lingkungan tempat

tinggal siswa yang berkaitan dengan materi pecahan, hal ini memungkinkan

siswa membangun sendiri atau secara berkelompok tentang konsep matematika

yang berkaitan dengan materi pecahan (Munawarah et al., 2020).

Beberapa kesulitan siswa dalam belajar matematika adalah sebagai

berikut: (1) kesulitan membedakan angka, simbol-simbol, serta bangun ruang,

(2) tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematika, (3) menulis angka tidak

terbaca atau dalam ukuran kecil, (4) tidak memahami simbol-simbol

matematika, (5) lemahnya kemampuan berpikir abstrak, (6) lemahnya

kemampuan metakognisi (lemahnya kemampuan mengidentifikasi serta

memanfaatkan algoritma dalam memecahkan soal-soal matematika.

Berdasarkan kesulitan siswa untuk menyelesaikan soal matematika,

pada pembelajaran matematika di sekolah dasar terdapat beberapa model

pembelajaran yang telah terbukti efektif untuk meningkatkan hasil belajar

6
matematika siswa yaitu : Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar

Dengan Pendekatan Penanaman Konsep Kurikulum dan Pembelajaran

Matematika di Sekolah Dasar, Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar

Dengan Pendekatan Pemahaman Konsep Ruang Lingkup Pembelajaran

Matematika, Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pembinaan

Keterampilan.

Pendekatan Matematika Realistik (PMR) adalah teori pembelajaran

matematika yang memiliki ide dan konsep dasar matematika melalui masalah

sehari-hari. PMR merupakan adopsi dari RME yang telah dibuat dan disesuaikan

dengan setting Indonesia, dengan tujuan agar PMR tidak sekedar tiruan RME

yang dibuat di negara asalnya. Oleh sebab itu, PMR adalah pendekatan yang

tepat yang dapat diterapkan dalam pembelajaran siswa. PMR dipilih karena

pendekatan ini dapat menempatkan realitass dan pengalaman nyata

siswaasebagai titik awal pembelajaran serta menjadikan matematika sebagai

aktivitas siswa. Siswa diajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah

dialaminya. Selain itu, juga disiapkan penyelesaian praktis untuk latihan berpikir

kritis, sehingga dalam fase pembelajaran juga terdapat fase berpikir kritis dengan

permasalahan nyata dalam proses pembelajaran (Mustikahadi et al., 2019).

Berdasarkan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh Siti Khairani

(2014) yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Matematika Siswa Melalui

Pendekatan Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan”, menunjukkan bahwa

pembelajaran dengan menerapkan Pendekatan Matematika Realistik (PMR)

mengalami peningkatan hasil belajar. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa

yakni pada Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 12 siswa atau

44,44% mengalami peningkatan di siklus II mencapai 22 siswa atau 81,48%

secara klasikal telah memenuhi belajar tuntas.

7
Hasil belajar matematika siswa di SDN Pulo Gebang 07 masih terbilang

rendah, dari jumlah siswa keseluruhan yang masih mendapat nilai <70 sebanyak

55,17 % sedangkan siswa yang mendapat nilai >70 sebanyak 44,83%.

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan penulis, metode yang di terapkan

guru kelas V SDN Pulogebang 07“ adalah metode ceramah, diskusi dan

pemberian tugas, yang di laksanakan setiap harinya menggunakan metode

pembelajaran biasa. Sehingga ketika di lakukan pembelajaran tersebut guru

sering menemukan kenyataan bahwa hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif

melakukan diskusi, sebagian kecil ini merupakan siswa-siswi yang

beranisedangkan sebagian besar hanya menjadi pendengar dan penonton.

Keterampilan guru dalam menggunakan alat peraga serta dapat

menghadirkan masalah dalam kehidupan sehari-hari saat menyampaikan materi

sangat besar pengaruhnya terhadap pemantapan pemahaman siswa tentang

materi pecahan. Namun sampai saat ini, guru masih kurang terampil

menggunakan alat peraga serta belum melibatkan masalah dalam kehidupan

sehari-hari ketika menyampaikan materi pecahan, mengakibatkan pemahaman

siswa terhadap konsep pecahan menjadi rendah, akibatnya konsep pecahan sukar

dipahami dan dikuasai oleh siswa, serta siswa kurang bisa mengaplikasikan pada

kehidupan sehari-hari. Kenyataan itu sangat disayangkan, karena penggunaan

konsep pecahan dalam kehidupan sehari-hari sangat membantu anak dalam

memecahkan masalah.

Diketahui bahwa rendahnya rendahnya pemahaman siswa bukan hanya

kesulitan dalam materinya. Salah satu penyebabnya adalah pelaksanaan

pengalaman pendidikan. Pelaksanaan pembelajaran matematika secara

keseluruhan masih terfokus padaa guru, bukan pada siswa. Guru lebih senang

memberikan pengetahuan atau ilmu yang mereka miliki kepada siswa. Siswa

sering memposisikan sebagai individu yang kurang informasi, yang hanya


8
mengharapkannapa yang diberikan pendidik kepada mereka. Selanjutnya siswa

kurang leluasa bahkan tidak secara aktif menyampaikan pendapatnya serta

ketertarikan dalam menangani masalah numerik menurun, sehingga informasi

yang siswa pahami hanya sebatas apa yang diberikan oleh guru. (Fitriani et al.,

2021)

Berdasarkan uraian diatas, maka proses pembelajaran yang terjadi

sekarang ini diharapkan dapat dilakukan dengan pengajuan masalah realistik

yang kemudian memberikan kesempatan siswa untuk berfikir dan mengamati

permasalahan yang diberikan kemudian membimbing siswa dalam

menyimpulkan ataupun memecahkan suatu masalah. Melalui pemberian

kesempatan kepada siswa untuk berfikir, khususnya untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa dapat terlatih. Peningkatan hasil belajar yang optimum

dalam matematika merupakan hal penting yang harus dicapai dalam kegiatan

pembelajaran matematika melalui pendekatan realistik. Oleh karena itu peneliti

tertarik untuk melakukan penelitian mengenai : “Upaya Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Siswa Melalui Pendekatan Realistik Pada Pokok

Bahasan Pecahan Siswa V SDN Pulogebang 07”.

1.2 Diagnosis Permasalahan Kelas

Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka permasalahan dalam penelitian

ini adalah:

1. Rendahnya hasil belajar matematika siswa SDN Pulo Gebang 07.

2. Belum adanya alat peraga pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil

belajar matematika siswa SDN Pulo Gebang 07.

3. Siswa cenderung bersikap pasif, tidak aktif dalam proses pembelajaran

matematika.

1.3 Fokus Masalah


9
Untuk menjaga agar masalah lebih terarah dan jelas sehingga tidak terjadi

kekeliruan dan kesalahpahaman, maka peneliti membatasi masalah hanya pada

upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa SDN Pulo Gebang kelas V

melalui pembelajaran realistik.

1.4 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan masalah

dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : “Bagaimana Meningkatkan Hasil

Belajar Matematika Melalui Pendekatan Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan

Siswa V SDN Pulo Gebang 07 ?

1.5 Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika

Melalui Pendekatan Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan Siswa V SDN Pulo

Gebang 07.

1.6 Manfaat Penelitian

Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam

penelitian sebagai berikut :

1. Bagi siswa, dapat mewujudkan proses pembelajaran menjadi lebih efektif

dan bermakna. Dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

2. Bagi guru, dapat mengetahui penerapan pendekatan PMRI dalam proses

pembelajaran matematika pada materi pecahan.

10
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Acuan Teori Area dan Fokus yang Diteliti

1. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1.1 Pengertian Matematika

Kata matematika berasal dari perkataan Latin mathematika yang mulanya

diambil dari perkataan Yunani mathematike yang berarti mempelajari. Perkataan

itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu

(knowledge, science). Kata mathematike berhubungan pula dengan kata lainnya

yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).

Jadi, berdasarkan asal katanya, maka perkataan matematika berarti ilmu

pengetahuan yang didapat dengan berpikir (bernalar). Matematika lebih

menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil

eksperimen atau hasil observasi matematika terbentuk karena pikiran-pikiran

manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Rahmah, 2019)

Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan besaran dan konsep-

konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi ke

dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika bukanlah

pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya

11
matematika untuk membantu masalah sosial, ekonomi dan alam (Heruman, 2020).

Sedangkan menurut Johnson dan Mylebust, matematika adalah bahasa simbolis

yang fungsi praktisnya untuk mengekspresikan hubungan-hubungan kuantitatif dan

keruangan sedangkan fungsi teoritisnya adalah untuk memudahkan berpikir”.

(Mulyono, 2020). Matematika merupakan bahasa simbolis dan ciri utamanya

adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara

bernalar induktif” (Mulyono, 2020).

Sejalan dengan tiga definisi tersebut, matematika sebagai cabang ilmu

pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik, penalaran yang logik

dan masalah yang berhubungan dengan bilangan”. Sedangkan dalam Kamus Besar

Bahasa Indonesia (KBBI), matematika didefinisikan sebagai ilmu tentang bilangan,

hubungan antara bilangan dan prosedur operasional yang digunakan dalam

penyelesaian masalah mengenai bilangan (Abdul Halim, 2019).

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan bahwa matematika disamping

sebagai ilmu yang terstruktur yang berisikan simbol-simbol atau hal-hal yang

abstrak dan deduktif, besaran dan konsep-konsep tetapi juga matematika adalah

bahasa simbolis sekaligus bahasa universal yang dapat membantu manusia berpikir,

memahami, dan memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Matematika

juga merupakan sarana berpikir yang membantu manusia untuk berpikir logis, dan

berpikir kritis dalam menghadapi suatu permasalahan dalam kehidupan sehari-hari.

1.2 Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memilki kemampuan

sebagai berikut: (1) Memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan antar

konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,

dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan

sifat, melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun

bukti, atau menjelaskan gagasan dan pernyataaan matematika, (3) Memecahkan

12
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model

matematika, menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh, (4)

Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk

memperjelas keadaan atau masalah, (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percanya diri dalam

pemecahan masalah. (Yustinus, 2022). Berdasarkan penjelasan di atas tujuan

matematika ini sangat penting dan perlu diberikan ke semua peserta didik dari

sekolah dasar untuk membekali peserta didik dengan kemampuan memahami

konsep matematika, menggunakan penalaran, memecahkan masalah, mampu

mengkomunikasikan gagasan, memilki sikap menghargai.

1.3 Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Pembelajaran matematika disekolah dasar diarahkan pada pencapaian standar

kompetensi dasar oleh siswa. Kegiatan dalam pembelajaran matematika tidak

berorientasikan pada penguasaan materi matematika semata, tetapi matematika

diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena

itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan

dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Dalam kurikulum tingkat satuan

pendidikan di sekolah dasar ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan

pendidikan SD/MI meliputi aspek-aspek sebagai berikut: (1) bilangan; (bilangan

cacah, bulat, prima, pecahan, kelipatan dan faktor, pangkat dan akar sederhana), (2)

geometri dan pengukuran; (bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,

pengukuran (berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, dan debit, letak

dan koordinat suatu benda), serta (3) pengolahan data; (menyajikan dan

menafsirkan data tunggal) dalam penyelesaian masalah kehidupan sehari-hari.

(Muhsetyo, 2020). Ketiga aspek tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi standar

kompetensi dan kompetensi dasar yang diterjemahkan dan diaplikasigkan menjadi

13
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (Maulida,2023)

2. Hasil Belajar Matematika di Sekolah Dasar

2.1 Hasil Belajar

Belajar adalah aktivitas mental/psikis yang berlangsung dalam interaksi aktif

dengan lingkungan yang menghasilkan perubahan-perubahan dalam pengetahuan,

keterampilan dan sikap. Belajar merupakan suatu proses dari seseorang siswa yang

berupaya untuk mencapai tujuan atau hasil belajar. Dalam proses belajar dapat

melibatkan aspek kognitif, afektif dan psikomotorik. Pada belajar kognitif,

prosesnya mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan berfikir (cognitive),

pada belajar afektif mengakibatkan perubahan dalam aspek kemampuan merakasan

(afective), sedang belajar psikomotorik memberikan hasil belajar berupa

keterampilan (psychomotoric). (Nurrawi,2023)

Hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan

lingkungan untuk mendapatkan perubahan dalam perilakunya. Hasil belajar terjadi

pada individu yang mau belajar, dan adanya perubahan pada dirinya dalam aspek

kecakapannya, sikap dan pengetahuannya. Hasil belajar akan mencapai hasil yang

baik jika output sesuai dengan pelajaran yang individu pelajari. Proses belajar

sangat penting, jika selama proses pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar,

maka hasil belajar yang baik pun akan didapatkan. (Spuit, 2022)

Hasil belajar adalah bentuk perubahan tingkah laku secara menyeluruh

(komperhensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotor secara

terpadu pada diri siswa. Hasil belajar ialah perubahan tingkah secara menyeluruh

yang terdapat tiga unsur yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Pada ranah kognitif

tidak hanya memiliki satu aspek, melainkan memiliki aspek yang terdiri dari aspek

kognitif tingkat rendah yang terdiri dari ingatan, pemahaman, aplikasi dan aspek

tingkat tinggi yaitu analisis, sintesis, dan evaluasi. (Ole,2021)

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan hasil belajar adalah suatu

14
perubahan perilaku baru yang merupakan hasil pemberian pengalaman yang

diterima siswa pada proses pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor yang dapat diukur keberhasilannnya melalui tes tulis maupun lisan.

2.2 Hasil Belajar Matematika

Keberhasilan proses pembelajaran matematika dapat dilihat dari hasil belajar

yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar matematika. Sudjana

mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah

siswa menerima pengalaman belajar. Dalam belajar matematika terjadi proses

berfikir dan terjadi kegiatan mental dalam menyusun hubungan-hubungan antara

bagian-bagian informasi yang diperoleh sebagai pengertian. Karena itu orang

menjadi memahami dan menguasai hubungan-hubungan tersebut. Dengan demikian

ia dapat menampilkan pemahaman dan penguasaan bahan yang dipelajari tersebut,

inilah yang disebut hasil belajar. hasil belajar tersebut dari cara berfikir, bertindak,

sikap atau perilaku siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. (Abror 2023)

Berdasarkan definisi diatas, dapat disimpulkan hasil belajar matematika adalah

suatu perubahan perilaku baru yang merupakan hasil pemberian pengalaman yang

diterima siswa pada proses pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif,

dan psikomotor yang dapat diukur keberhasilannnya melalui tes tulis maupun lisan.

2.3 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar

Faktor-faktor yang mempengaruhi siswa dalam belajar juga mempengaruhi

hasil belajar siswa. Berikut dijelaskan faktor-faktor yang mempengaruhi belajar,

menurut Slameto (2003:54-60) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah

faktor intern dan faktor ekstern. Faktor interen adalah faktor yang ada di dalam

individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di

luar individu. Dalam faktor interen terdapat faktor jasmaniah yang meliputi

kesehatan, cacat tubuh. Kemudian faktor psikologis yang meliputi inteligensi,

perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan yang terakhir adalah

15
faktor kelelahan. Selain faktor intern juga terdapat faktor ekstern diantaranya

adalah faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota

keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar

belakang kebudayaan. Di samping itu, terdapat juga faktor sekolah yang meliputi

metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,

disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,

keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, dan yang terakhir adalah faktor

masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan

bentuk kehidupan masyarakat. (Sejati, 2023)

3. Karakteristik Anak Kelas V Sekolah Dasar

a) Anak pada Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Anak usia Sekolah Dasar sedang mengalami perkembangan pada tingkat

berpikfggghhhgghirnya. Ini karena tahap berpikir mereka masih belum formal,

malahan para siswa Sekolah Dasar di kelas-kelas rendah bukan tidak mungkin

sebagian dari mereka berpikirnya masih berada pada tahapan (pra konkret). Di lain

pihak, matematika adalah- ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak,

bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya sehingga para ahli matematika dapat

mengembangkan sebuah sistem matematika. Mengingat adanya perbedaan

karakteristik itu maka diperlukan kemampuan khusus dari seorang guru untuk

menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara deduktif agar dapat

mengerti dunia matematika yang bersifat deduktif.

b) Anak sebagai Individu yang Berkembang

Penelitian yang telah dilakukan oleh Jean Peaget dan teman-temannya

menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti orang dewasa.

Lebih-lebih pada pembelajaran matematika di Sekolah Dasar, sesuatu yang abstrak

dapat saja dipandang sederhana menurut kita yang sudah formal, namun dapat saja

menjadi sesuatu yang sulit dimengerti oleh anak yang belum formal. Selain

16
karakteristik kemampuan berpikir anak pada setiap tahapan perkembangannya

berbeda, kita perlu pula menyadari bahwa setiap anak merupakan individu yang

relatif berbeda pula. Setiap individu anak akan berbeda dalam hal minat, bakat,

kemampuan, kepribadian, dan pengalaman lingkungannya. Guru sebagai petugas

profesional, sebagai seorang pendidik yang melakukan usaha untuk melaksanakan

pendidikan terhadap sekelompok anak, tentunya harus memperhatikan dengan

sungguh-sungguh keadaan dasar anak didik tersebut.

c) Kesiapan Intelektual Anak

Anak usia SD pada umumnya berada pada tahap berpikir operasional konkret

namun tidak menutup kemungkinan mereka masih berada pada tahap pre-operasi.

Sedangkan pada setiap tahapan ada ciri-cirinya sesuai umur kesiapannya. Misalnya,

bila anak berada pada tahap pre-operasi maka mereka belum memahami hukum-

hukum kekekalan sehingga bila diajarkan konsep penjumlahan besar kemungkinan

mereka tidak akan mengerti. Siswa yang berada pada tahap operasi konkret

memahami hukum kekekalan, tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif sehingga

pembuktian dalil-dalil matematika tidak akan dimengerti oleh mereka. (Karso et al.,

2021)

4. Kemampuan Siswa Kelas IV dalam meningkatkan Hasil Belajar Matematika di Sekolah

Dasar

Salah satu pendekatan pembelajaran yang menekankan pada kebermaknaan ilmu

pengetahuan adalah Pendidikan Matematika Realistik (Realistic Mathematics

Education). Strategi pembelajaran menggunakan pendekatan matematika realistik

menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi

pengetahuan matematika oleh siswa sendiri, dapat memberikan kesempatan siswa aktif

dan kreatif. Siswa akan lebih mudah mengingat jika mereka membangun pengetahuan

itu dan mengingat materi yang dipelajari, karena kebermaknaan ilmu pengetahuan juga

menjadi aspek utama dalam proses belajar. Matematika disajikan secara menarik, sering

17
sambil bermain. Dalam Matematika Realistik siswa didorong mengembangkan

pemikiran yang kritis, mempertanyakan banyak hal dan tidak begitu saja menerima

suatu pendapat, siswa diajak untuk bepikir mandiri. Pembelajaran matematika realistik

bertujuan supaya siswa dapat berpartisipasi aktif dalam mengkonstruk pengetahuannya

sendiri sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih bermakna dan hasilnya dapat

meningkat.

B. Acuan Teori Rancangan-Rancangan Alternatif

1. Macam-macam Model Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

1.1 Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar Dengan Pendekatan

Penanaman Konsep Kurikulum dan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Dalam model pembelajaran dengan pendekatan penanaman konsep ini tujuan

utama kegiatannya adalah untuk menyampaikan konsep-konsep baru yang

umumnya merupakan jenis konsep dasar. Dalam menanamkan konsep baru ini

tentunya kita harus memperhatikan kaitannya dengan konsep-konsep prasyarat,

penggunaan alat bantu pelajaran, diujikan dengan pengkontrasan dan

keanekaragaman, memperhatikan kemampuan berpikir anak, dan berpegang teguh

pada hakikat matematika.

1.2 Model Pembelajaran Matematika Sekolah Dasar Dengan Pendekatan Pemahaman

Konsep Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika

Model pembelajaran dengan pendekatan pemahaman konsep adalah proses

kegiatan belajar mengajar yang merupakan kelanjutan dari model pendekatan

penanaman konsep. Dalam pemahaman konsep proses pembelajaranya memberi

penekanan supaya para siswa menguasai ciri-ciri, sifat-sifat, dan penerapan dari

konsep yang telah dipelajarinya pada tahap penanaman konsep. Oleh karena itu

dalam menyusun rencana kegiatan belajar mengajar pemahaman konsep ini harus

mengungkapkan penggunaan atau penguasaan konsep-konsep yang telah dipelajari

pada tahap penanaman konsep.

18
Dalam pemahaman konsep, para siswa perlu mendapat pengalaman dengan

konsep yang bervariasi, melakukan penerapan konsep, dan teknik-teknik penerapan

konsep. Hal ini diperlukan untuk dapat menggunakan konsep – konsep tersebut

dalam menyelesaikan persoalan yang terkait. Dalam tahap pemahaman konsep ini

tentunya kita harus tetap memperhatikan keterkaitan di antara komponen-

komponen model pembelajaran matematika di SD seperti yang digambarkan pada

diagram di atas.

1.3 Model Pembelajaran Matematika Dengan Pendekatan Pembinaan Keterampilan

Proses pembelajaran pada tahap pembinaan keterampilan ini bertujuan untuk

melatih siswa mengingat dan menerapkan konsep yang sudah dipelajarinya pada

kedua tahapan pembelajaran di atas tadi. Dalam merencanakan penyusunan

kegiatan ini harus merupakan latihan mengingat konsep dasar, rumus, algoritma,

dan teknik-teknik penyelesaian dengan berbekalkan pengetahuan pada penanaman

dan pemahaman konsep. Ini berarti siswa harus dapat melakukan tugasnya secara

tepat, cepat dan memberikan hasil yang benar.

2. Pendekatan Realistik Dalam Pembelajaran Matematika

1.1 Pengertian Pendekatan Realistik

Istilah Pendidikan Matematika Realistik (PMR) diterjemahkan dari kata

Realistic Mathematics Education (RME). PMR merupakan teori belajar mengajar

dalam pendidikan matematika yang diperkenalkan dan dikembangkan di Belanda

pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat

Freudenthal yang mengatakan bahwa matematika merupakan aktivitas manusia

dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia, ini berarti matematika

harus dekat dengan anak didik dan relevan dengan kehidupan nyata setiap hari. Ada

dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (1987) yaitu matematisasi

horisontal dan vertikal, pendekatan dalam pendidikan matematika dapat dibedakan

menjadi empat yaitu mechanistic, structuralistic, empiristsic dan realistic. (Astari,

19
2023)

1.2 Prinsip dan Karakteristik PMRI

PMRI dikembangkan dari tiga prinsip dasar yang mengawali RME : Guided

Reinvention dan Progressive Mathematization, Didactical Phenomonology, dan

Self-developed Model.

a) Guided Reinvention dan Progessive Mathematization

Prinsip Guided Reinvention dan Progessive Mathematization

( Penemuan kembali secara terbimbing ) Memberikan kesempatan bagi siswa

untuk melakukan matematisasi dengan masalah kontekstual yang realistik bagi

siswadengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif

bekerja bahkan diharapkan dapat mengkonstruksi atau membangun sendiri

pengetahuan yang akan diperolehnya.

Progressive Mathematization ( Matematika Progressif ) Dikatakan

progressif karena terdiri atas dua langkah yang berurutan yaitu : 1) Matematika

Horizontal, berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada

matematika formal, dan kemudian dan 2) Matematika vertical, dari matematika

formalkemudian di transfer kembali ke penyelesaiain dalam masalah

kontekstual tersebut.

b) Didactical Phenomenology atau Fenomena Didaktis

Pembelajaran dikelas perlu menggunakan situasi berupa fenomena

fenomena yang mengandung konsep matematika. Situasimasalah yang

diberikan kepada siswa agar dapat dibayangkan oleh siswa (realistik), pengaruh

proses dari matematisasi progresif. Identifikasi fenomena didaktik dilakukan

untuk mendapatkan situasi masalah sehingga dapat menggeneralisasi cara cara

informal atau memumnculkan prosedur pemecahan yang dapat digunakan

sebagai dasar matematisasi vertical.

c) Self-developed Models atau Model dibangun sendiri oleh siswa

20
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa

mengembangkan suatu model. Kebebasan yang diberikan kepada siswa untuk

memecahkan masalah secara sendiri atau kelompok, dengan sendirinya akan

memungkinkan munculnya berbagai model pemecahan masalah buatan siswa.

Agar pendekatan PMRI dapat diterapkan maka proses pembelajaran harus

memunculkan prinsip dan karakteristik PMRI itu sendiri. Berlatar belakang dari

prinsip dan karakteristik tersebut, dapat disusun sintak yang menunjukkan

penerapan PMRI. (Sinaga, 2023)

1.3 Kelebihan dan Kerumitan Implementasi PMRI

Terlihat pada karakteristik PMRI, maka PMRI memberikan kelebihan

sekaligus kerumitan-kerumitan di bandingkan dengan pendekatan lain kelebihan-

kelebihan penerapan pendekatan PMRI adalah sebagai berikut : 1) Memberikan

pengertian yang jelas dan operasional mengenai keterkaitan antara matematika

dengan kehidupan sehari-hari. 2) Memberikan pengertian yang jelas dan

operasional bahwa matematikamerupakan suatu bidang kajian yang dapat di

kontruksi dan di kembangkan sendiri oleh siswa. 3) Memberikan pengertian yang

jelas dan operasional bahwa pemecahan suatu masalah matematika.

Sedangkan kerumitan-kerumitan penerapan PMRI adalah sebagai berikut : 1)

Pemahaman tentang PMRI dan upaya mengimplementasikannya di dalam kelas

membutuhkan adanya perubahan paradikma yang tidak mudah pada guru,siswa,

dan orang tua. 2) Pencarian soal-soal yang kontekstual yang memenuhi syarat yang

di tuntut oleh PMRI tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang di

pelajari siswa. 3) Proses penemuan kembali secara terbimbing pada diri siswa

memerlukan kecermatan guru. (Trinovallia, 2023)

C. Hasil Penelitian Yang Relevan

Beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian telah dilakukan untuk

meningkatkan hasil belajar matematika melalui pendekatan realistik sebagai berikut:

21
1. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Budianto pada tahun 2018 yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui

Pendekatan Matematika Realistik Pada Bilangan Pecahan”. Subjek penelitian

dilakukan di kelas V SD dengan jumlah siswa 32. Pada siklus I berhasil dengan

baik ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes dari hasil pre-test meningkat

dalam post-test pada tindakan pertama dari 43,75% menjadi 71,88% terjadi

peningkatan sebanyak 28,13 % dengan rata-rata sebesar 67,81. Sedangkan dalam

tindakan kedua hasil Pre-Test dan Post-Test adalah 68,75% menjadi 75% dengan

rata-rata 69,97. Disimpulkan bahwa penerapan pendekatan PMR dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas V SD SD Negeri Cipedak 06

Pagi.

2. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Pramestiara Yayang Nurainingtias pada tahun 2018 yang berjudul “Peningkatan

Hasil Belajar Matematika Melalui Pendidikan Matematika Realistik Pada Siswa

Kelas IV”. Subjek penelitian yang digunakan adalah 22 siswa kelas IV SD

Muhammadiyah Domban 2. Pada pratindakan terdapat 5 siswa (23,8%) yang

mencapai KKM. Pada siklus I sebanyak 15 siswa (68,2%) telah mencapai KKM.

Pada siklus II sebanyak 20 siswa (90,9%) telah mencapai KKM. Disimpulkan

bahwa penerapan Pendidikan Matematika Realistik (PMR) dapat meningkatkan

proses pembelajaran dan hasil belajar matematika siswa.

3. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Rusdial Marta pada tahun 2018 yang berjudul “Penerapan Pendekatan

Pembelajaran Matematika Realistik Indonesia Untuk Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Di SD Negeri 018 Langgin". Subjek dalam penelitian ini adalah siswa

kelas III SD Negeri 018 Langgini Bangkinang. Berdasarkan data yang diperoleh

pada prasiklus didapat persentase ketuntasan klasikal 35,29%, pada siklus I

ketuntasan klasikal meningkat menjadi 67,65% dan pada siklus II meningkat lagi

22
menjadi 88,24%. Disimpulkan bahwa penerapan pendekatan PMR dapat

meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 018 Langgini.

4. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Uus Susnariah pada tahun 2020 yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar

Matematika Pada Siswa Melalui Pembelajaran Matematika Realistik”. Subjek

penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN Cigintung, Kuningan. Hasil tes siklus I

dipeoleh 13 atau 53,33% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 65, sedangkan 12

siswa atau 46,67% dari seluruh siswa belum mencapai nilai ≥ 65. Kemudian pada

hasil tes siklus II menunjukkan 20 atau 80% dari seluruh siswa tuntas dan 5 siswa

atau 20% siswa yang belum tuntas. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus

I, mengalami peningkatan 26,67% jumlah siswa yang tuntas belajar.

5. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Tobroni Tobroni, Rasilah Rasilah dkk pada tahun 2023 yang berjudul “Model

Deployment Realistic Mathematics Education to Improve Student Learning

Outcomes Grade 5”. Subyek penelitian ini berjumlah 29 orang siswa kelas 5 SDN 1

Karangkendal, Kecamatan Kapetakan, Kabupaten Cirebon. Dalam siklus satu ada

62,1% siswa mencapai Ketuntasan Minimal Skor kriteria. Kemudian pada siklus

kedua terdapat 75,9% siswa sudah mencapai skor Kriteria Ketuntasan Minimal.

Pada siklus tiga, 86,2% siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal skor.

Disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa hasil dengan penerapan

model pembelajaran Realistic Pendidikan Matematika materi operasi aritmatika

pada pecahan di SDN 1 Karangkendal, Kecamatan Kapetakan, Cirebon Daerah.

6. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Ismawati, Awi Dassa dkk pada tahun 2021 yang berjudul “Improving Student

Mathematics Achievement Through a Realistic Mathematics Approach”. Subyek

penelitian berjumlah 31 orang siswa kelas 5 SD Inpres Japing Kabupaten Gowa.

Disimpulkan bahwa pendekatan matematis realistik pada pembelajaran matematika

23
topik bangun datar bentuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8 SD

Inpres Japing dengan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 65,58,

66,88, dan 80,22 pada pra tindakan, siklus 1, dan siklus 2, masing-masing.

7. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Farida Soraya, Y Yurniwati dkk pada tahun 2018 yang berjudul “The Application

of Realistic Mathematics Education (RME) Approach to Increase the Creative

Thinking Ability of Fraction Subject Matter for Fourth-Graders of SDN Rawajati

06 Pagi”. Subyek penelitian adalah 28 siswa kelas IV Rawajati 06 tahun pelajaran

2017/2018. Hasil pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mencapai

KKM hanya 57,14%. Hasil penelitian siklus sekolah menunjukkan bahwa rata-rata

jumlah siswa mencapai 89,29% KKM. Disimpulkan bahwa pembelajaran dengan

penerapan pendekatan pembelajaran matematik Realistic Education (RME) dapat

meningkatkan kemampuan berpikir kreatif konsep pecahan pada Siswa Kelas IV

SD Negeri Rawajati 06 Tahun Pelajaran 2017/2018.

8. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh

Melva Zainil pada tahun 2018 yang berjudul “Learning Fraction With Indonesia

Realistic Mathematics Education (pmri)”. Subjek penelitian adalah siswa kelas 4

SDN 20 Indarung Padang. Aktivitas guru meningkat dari 75% pada siklus I

menjadi 95% pada siklus II. Disimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan

pemahaman siswa tentang penjumlahan pecahan, hasil belajar afektif dan

psikomotorik siswa kelas 4 SDN 20 Indarung Padang.

Berdasarkan dari penelitian di atas, dapat di simpulkan bahwa pendekatan

realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat

dari hasil perolehan persentase dari masing-masing penelitian di atas yang

meningkat setelah penerapan pendekatan Realistik diterapkan dalam proses

pembelajaran

D. Pengembangan Konseptual Perencanaan Tindakan

24
Peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model

penelitian tindakan kelas oleh Kemmis & Mc. Taggart melalui empat tahapan. Keempat

komponen atau tahapan berdasarkan Model PTK yang diperkenalkan oleh Kemmis dan

Mc.Taggart adalah sebagai berikut:

a) Tahap 1: Perencanaan Tindakan (Planing)

Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana

tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipoteseis tindakan yang ditentukan.

Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci mulai dari materi

atau bahan ajar sampai dengan rencana pengajaran, dan dalam tahap ini peneliti

menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana

tindakan tersebut dilakukan.

b) Tahap 2: Pelaksanaan Tindakan (Acting)

Tahap ini merupakan implementasi (pelaksanaan) dari semua rencana yang

telah dibuat, yaitu mengenakan tindakan di dalam sebuah kelas. Hal yang perlu diingat

bahwa dalam tahap kedua ini pelaksanan guru harus ingat dan berusaha menaati apa

yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak

dibuat-buat. Dalam refleksi, keterkaitan antara pelaksana dengan perencana perlu

diperhatikan secara seksama agar sinkron dengan maksud semula.

c) Tahap 3: Pengamatan terhadap tindakan (Observing)

Kegiatan observasi dilakukan bersamaan dengan pelaksanaan tindakan. Data

yan dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang

sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang

dikumpulkan dengan alat bantu instrumen pengamatan yang dikembangkan oleh

peneliti. Pada tahap ini perlu mempertimbangkan penggunaan beberapa jenis

instrumen ukur penelitian guna kepentingan triangulasi data. Dalam melaksanakan

observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini

guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar, dengan kehadiran orang lain dalam

25
penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif.

d) Tahap 4: Refleksi terhadap tindakan (Reflecting)

Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat

dilakukan pengamatan. Data yang didapat kemudian ditafsirkan dan dicari

eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini segala

pengalaman, pengetahuan dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan

tindakan kelas yang dilaksanakan sebelumnya, menjadi bahan pertimbangan dan

perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses

refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu

keberhasilan PTK karena dengan suatu releksi yang tajam dan terpercaya akan didapat

suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan

selanjutnya.

Dari keempat komponen tersebut dapat dilihat bahwa penelitian tindakan ini akan

dilakukan melaui empat tahap, dimana pada tahap pertama, peneliti akan melakukan

perencanaan penelitian, yang diawali dengan menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu

mendapatkan perhatian khusus untuk diamati, kemudian mempersiapkan segala komponen

pembelajaran yang dibutuhkan serta membuat sebuah instrument pengamatan untuk

membantu peneliti merekam fakta-fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Kemudian

pada tahap pelaksanaan tindakan, penelitian akan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan

yang telah dibuat, selanjutnya selama pelaksanaan tindakan berlangsung, akan diadakan

pengamatan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat

memperbaiki pembelajaran serta pengamatan juga dilakukan untuk melihat kesesuaian antara

pelaksanaan pembelajaran dengan perencanaan pelaksanaan yang telah diuat. Dan terakhir

dilakukan refleksi untuk mengkaji lebih lanjut tahapan pengamatan yang dilakukan,

selanjutnya hasil dari refleksi akan dijadikan acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus

berikutnya

26
27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tujuan Penelitian

Tujuan Penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa

melalui Pendekatan Matematika Realistik pada siswa kelas V SDN Pulogebang 07.

B. Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SDN Pulogebang 07 yang berlokasi di Jalan Pendidikan

No.135, RW.5, Pulo Gebang, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota

Jakarta 13940. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran

2022/2023 bulan Maret-April 2023.

C. Metode dan Desain Tindakan/Rancangan Siklus Penelitian

Metode penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom

action research). “PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang

bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan

atau meningkatkan praktik-praktik pembelajaran di kelas secara lebih professional.” PTK

dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui

refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan

berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari

perlakuan tersebut. Pembelajaran yang perlu dilakukan tindakan adalah pembelajaran dalam

bidang matematika khususnya pecahan, karena penelitian ini digunakan untuk meningkatkan

prestasi belajar materi pecahan.

Desain Tindakan “Penelitian tindakan bersifat kolaboratif karena adanya kepedulian

bersama terhadap keadaan yang perlu ditingkatkan.” Dalam pola kolaboratif, perencanaan dan

pengimplementasian tindakan tidak hanya ditentukan oleh guru sendiri tapi juga dari tim

peneliti, guru juga berperan sebagai pelaksana tindakan yang telah didesain oleh tim peneliti.

Guru dan peneliti harus saling bekerjasama dalam satu tim karena guru dan tim peneliti saling

membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran guru kelas V SDN

Pulogebang 07 dalam penelitian ini sebagai pengajar, sedangkan peran peneliti sebagai
28
perancang dan mendesain kegiatan pembelajaran serta sebagai pengamat jalannya proses

pembelajaran matematika khususnya materi pecahan menggunakan pendidikan matematika

realistik.

Gambar 1. Siklus Kemmis dan Mc Taggart

Adapun langkah-langkah PenelitianTindakan Kelas (PTK) pada umumnya ada empat

tahapan yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun deskripsi keempat

tahapan tersebut adalah sebagai berikut:

a. Tahap Perencanaan Tindakan ( Planning )

Dalam perencanaan ini yang harus dipersiapkan adalah seperangkat pembelajaran

yang meliputi materi ajar, metode / teknik mengajar serta instrument penilaian yang valid,

semuanya itu terdapat dalam RPP yang dibuat.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan ( Acting )

Dalam tahap pelaksanaan ini aktivitas penelitian dilaksanakan didalam kelas

Pelaksanaan lanjutan dari perencanaan, jadi apa yang telah direncanakan harus dilaksanakan

didalam tahapan ini, dan hasil yang diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan

kolabrorasi untuk membantu peneliti dan peningkatan hasil belajar matematika siswa.

c. Tahap Pengamatan Tindakan ( Observing )

Dalam pengamatan ini diperlukan kerjasama antara peneliti dengan guru kelas sebagai

observer, yang akhirnya penelitian yang dilakukan bersifat kolaboratif. Pengamatan dilakukan

dalam pelaksanaan penelitian sebagai realisasi dari perencanaan dan pelaksanaan harus sesuai,

hal ini diketahui ketika tahap pengamatan berlangsung.

d. Tahap Refleksi Tindakan ( Reflecsing )

Data yang di dapat kemudian dianalisis bersama observer sehingga akan diketahui

ketercapaian setiap siklus. Hasil yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti

29
dan observer sehingga dapat diketahui apakah sudah mencapai indikator keberhasilan yang

diharapkan atau masih perlu diadakan perbaikan.

Secara umum prosedur penelitian tindakan kelas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:

D. Subjek/Partisipan dalam Penelitian

Penilitian ini dilaksanakan di SDN Pulogebang 07 semester 2 dengan jumlah siswa 23

orang, terdiri dari 10 laki-laki dan 13 perempuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V

SDN Pulogebang 07 dengan Penerapan PMR. Guru kelas terlibat dalam penelitian ini sebagai

pengamatan penelitian (Observer) dan Kolaborator.

E. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian

Peran peneliti adalah perencana dan pelaksana tindakan dan pengamat. Peneliti membuat

perencanaan kegiatan, melaksanakan, mengamati, mengumpulkan data, menganalisis dan

melaporkan hasil penelitian. Dalam melakukan pengamatan, penelit idibantu oleh guru kelas

sebagai observer dalam proses pembelajaran yang sedang berlangsung.

F. Hasil Tindakan yang Diharapkan

Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar

Matematika siswa. Keberhasilan tersebut dibuktikan dengan tercapainya peningkatan hasil

belajar Matematika selama kegiatan pembelajaran berlangsung. Kriteria keberhasilan hasil

belajar Matematika siswa dalam penelitian ini adalah dengan pencapaian peningkatan

presentase setiap indikator dari setiap kompetensi dasar yang ada melalui soal evaluasi

mampu mencapai nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), KKM yang diberlakukan

untuk mata pelajaran Matematika adalah > 70. Adapaun kriteria keberhasilan dalam proses ini

berupa nilai rata-rata kelas mencapai presentase banyaknya siswa dengan banyaknya siswa

yang tuntas minimum 80%. Apabila keberhasilan belum mencapai target yang ditetapkan

maka penelitian dianggap belum berhasil dan dilanjutkan ke siklus berikutnya.

G. Data dan Sumber Data

1. Data Penelitian

Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data

30
pemantau tindakan (action) dan data penelitian (research). Data pemantau tindakan

adalah data yang digunakan untuk mengontrol pelaksanaan tindakan sesuai dengan

rencana. Sedangkan data penelitian merupakan data tentang variabel penelitian yaitu

aktivitas yang dilakukan peserta didik mengenai peningkatan hasil belajar Matematika

siswa melalui pendekatan Realistik .

2. Sumber Data

Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan seluruh peserta didik

kelas V SDN Pulogebang 07 sebanyak 33 siswa orang yang terdiri dari 15 siswa laki-

laki dan 18 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini

berupa lembar pengamatan serta data pemantauan aktivitas guru dan peserta didik

yakni berupa observasi, wawancara dan hasil tes dalam proses pembelajaran

Matematika melalui pendekatan Realistik.

H. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tes untuk

mengukur hasil belajar matematik siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas

belajar siswa saat pembelajaran matematika. Peneliti juga mewawancarai siswa dan guru

untuk mendapatkan tanggapan mereka terhadap pembelajaran matematika dengan pendekatan

realistik. Untuk mengetahui respon siswa setiap pertemuan. Hasil perolehan data tersebut

didiskusikan bersama observer untuk melakukan tindakan pada siklus selanjutnya.

Dokumentasi juga dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran untuk menunjang data yang

dibutuhkan. Jadi, data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kegiatan

selama pembelajaran dan tes hasil belajar matematik siswa setiap akhir siklus.

1. Observasi

Observasi digunakan untuk mengamati pelaksanaan tindakan. Observasi dilakukan

dengan mengamati secara langsung proses pembelajaran dengan menggunakan lembar

observasi yang telah disusun yang bertujuan untuk melihat bagaimana pendekatan

pembelajaran menggunakan pendidikan matematika realistik diterapkan oleh guru saat proses

pembelajaran matematika berlangsung. Selain peneliti mengamati proses tindakan, peneliti


31
juga mengamati hasil tindakan serta kendala-kendala yang timbul dalam tindakan. Observasi

dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi sistematis dan observasi non sistematis.

Peneliti menggunakan observasi sistematis berupa lembar observasi. Adapun kisi-kisi

instrumen lembar observasi adalah sebagai berikut.

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Penerapan Pendidikan Matematika Realistik

No. Karakteristik/Indikator Banyak Butir No. Butir

1. Menggunakan Masalah Kontekstual 3 1,2,3

2. Matematisasi Progresif 7 4,5,6,8,15,16,17

3. Komunikasi Interaksi 4 7,9,10,11

4. Pemanfaatan Hasil Konstruksi 3 12,13,14,

5. Mengaitkan sesama topik dalam matematika 3 18,19,20

Total Butir 20

2. Tes

Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,

pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Ada

beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tes, yaitu: tes harus valid, realiabel,

objektif, bersifat diagnostik, dan efisien. Tes diberikan pada awal dan akhir siklus yang

digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Tes ini bertujuan

untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan

setelah menggunakan pendidikan matematika realistik dalam pembelajaran. Penelitian ini

menggunakan instrumen yang disusun oleh peneliti, yaitu soal essay.

Tes digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data tentang pemahaman siswa tentang

pecahan. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan untuk mengetahui seberapa besar

pemahaman siswa tentang pecahan. Tes itu berbentuk soal essay dan dikerjakan oleh siswa

secara individu. Adapun kisi-kisi instrumen soal tes adalah sebagai berikut.

Tabel Kisi-Kisi Instrumen Tes Pada Materi Pecahan

Standar Kompetensi : Menggunakan pecahan dalam pemecahan masalah

32
Kompetensi Dasar : Menjelaskan arti pecahan dan urutannya

Menyederhanakan berbagai bentuk pecahan

No. Materi Indikator Jumlah Soal No. Soal


1. Arti pecahan dan Menyatakan beberapa
urutannya bagian dari
4 1,2,3,4
keseluruhan ke bentuk
pecahan.
Menyajikan pecahan
3 5,6,7
melalui gambar
Menuliskan letak
pecahan pada garis 3 8,9,10
bilangan
Membandingkan
pecahan berpenyebut 5 11,12,13,14,15
sama
Mengurutkan beberapa
pecahan yang 5 16,17,18,19,20
berpenyebut sama
2. Pecahan senilai Menentukan pecahan
5 21,22,23,24,25
senilai
Menyederhanakan
5 26,27,28,29,30
pecahan
Total Butir 30

Penelitian ini menggunakan dua macam cara untuk mengetahui hasil belajar siswa,

sebagai berikut:

a. Pretes

Pretes diberikan pada saat peneliti melakukan observasi di kelas V SDN Pulogebang 07.

Pretes bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang

akan diteliti. Pretes dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat masalah pada

pembelajaran matematika materi pecahan. Tes ini dikerjakan oleh siswa secara individu.

b. Postes

Postes dilaksanakan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar

hasil belajar yang dicapai siswa pada setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah

33
pendidikan matematika realisik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan

atau tidak.

I. Teknik Analisis Data

1. Analisis Data Observasi

Data yang diperoleh melalui lembar observasi terhadap pelaksanaan tindakan

dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Jumlah butir untuk instrumen lembar observasi

penerapan pendidikan matematika realistik ada 19 pernyataan. Berarti skor terendah

ideal = 19 x 1 = 19 dan skor tertinggi ideal = 19 x 4 = 76. Rumus mencari persentase

skor penerapan pendidikan matematika realistik dalam pembelajaran adalah sebagai

berikut.

Presentase = Jumlah skor perolehan x 100%

76

2. Analisis Hasil Tes

Data diperoleh dari hasil tes. Hasil tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif

dengan cara menghitung banyaknya siswa yang mencapai KKM.

J. Teknik Pemeriksaan Keabsahan Data

Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan sistem tringulasi data. Tringulasi

data dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber data penelitian kemudian

berdiskusi dengan teman sejawat serta tenaga ahli atau guru kelas. Sumber data tersebut

berupa tes pengamatan, pemantau tindakan, wawancara dan dokumentasi proses kegiatan

pembelajaran pada setiap siklus. Diskusi ini dilakukan untuk mencocokan temuan yang

diperoleh dilapangan agar data hasil penelitian objektif.

34
DAFTAR PUSTAKA

Budianto. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada
Bilanhan Pecahan. Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 7. Nomor 3.
September 2018.
Nurainingtias Pramestiara Yayang. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pendidikan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV. Basic Education. Vol. 7 No. 33
Tahun 2018.
Marta Rusdial. Penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik indonesia untuk
meningkatkan hasil belajar matematika di SD Negeri 018 Langgini. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika 2 (1), 7-14, 2018.
Susnariah Uus. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa melalui Pembelajaran
Matematika Realistik. Jurnal Educatio FKIP UNMA 6 (1), 162-170, 2020.
Widiyanti, Tobroni, dkk. Model Deployment Realistic Mathematics Education to Improve
Student Learning Outcomes Grade 5. Journal of Mathematics Instruction, Social Research
and Opinion 2 (1), 65-74, 2023
Hisyam Ihsan, Awi Dassa, dkk. Improving Student Mathematics Achievement Through a
Realistic Mathematics Approach. International Conference on Educational Studies in
Mathematics (ICoESM 2021), 126-130, 2021.
Soraya Farida, Yurniwati Y, dkk. The Application of Realistic Mathematics Education (RME)
Approach to Increase the Creative Thinking Ability of Fraction Subject Matter for Fourth-
Graders of SDN Rawajati 06 Pagi. American Journal of Educational Research 6 (7), 1016-
1020, 2018.
Zainil Melva. Learning Fraction With Indonesia Realistic Mathematics Education (pmri). 9th
International Conference for Science Educators and Teachers (ICSET 2017), 172-178, 2017.

35

Anda mungkin juga menyukai