Dosen Pengampu:
Dr. Nidya Candra Muji Utami, M.Pd
Taofik, M.Pd
Disusun Oleh:
Nur Fadhilah (1107620234)
Kelas E – PGSD 2020
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas proposal ini dengan tepat
waktu. Selawat serta salam sejahtera senantiasa tercurah kepada Rasulullah Muhammad
SAW yang senantiasa menjadi suri teladan bagi segenap umat manusia. Tidak lupa pula
kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Nidya Candra Muji Utami, M.Pd dan Bapak
Taofik, M.Pd selaku dosen mata kuliah Kolokium.
Adapun tujuan dari penulisan dari proposal ini adalah untuk memenuhi tugas
pada mata kuliah Kolokium. Selain itu, proposal ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Melalui Pendekatan
Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan Siswa V SDN Pulo Gebang 07.
Dalam menyusun proposal ini, kami menyadari masih banyak terdapat kesalahan
dan kekeliruan, baik yang berkenaan dengan materi pembahasan maupun dengan teknik
pengetikan, walaupun demikian, inilah usaha maksimal kami selaku penyusun usahakan.
Semoga dalam proposal ini para pembaca dapat menambah wawasan ilmu
pengetahuan dan diharapkan kritik yang membangun dari para pembaca guna
memperbaiki kesalahan sebagaimana mestinya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
ditanam dengan baik, maka nantinya akan sulit untuk melanjutkan ke level
membaca, menulis, dan menghitung. Kemampuan dasar ini harus diajarkan dan
diharapkan agar siswa dapat menguasai tujuan yang ditetapkan dalam unit
pertunjukan dengan baik. Prestasi pada tingkat dasar ini akan memudahkan
siswa untuk melanjutkan sekolah mereka sedikit demi sedikit. Pendidikan harus
memberikan pelayanan yang terbaik kepada siswa usia sekolah, karena hal ini
2022).
mereka menginjak bangku sekolah dasar. Siswa SD sebagian besar berada pada
rentang usia 7 hingga 12 tahun. Hal ini sejalan dengan Piaget, pada usia ini
suatu operasi dua kelas atau lebih yang dikombinasikan ke dalam suatu kelas
yang lebih besar sehingga anak dapat membentuk variasi relasi kelas dan
Identitas adalah suatu operasi yang menunjukkan adanya unsur nol yang bila
wajib untuk diikuti oleh siswa karena pembelajaran ini dimanfaatkan untuk
melakukan interaksi kepada orang lain dan menambah ilmu yang akan menjadi
karena bagi banyak orang sangat sulit untuk memahaminya (Pebriana et al.,
karena pada saat ini banyak sekali siswa yang tidak menyukai matematika,
bahkan terdapat banyak sekali siswa yang takut akan pelajaran matematik
Untuk itu penanaman konsep matematika harus benar-benar kuat agar tidak
terjadi kekeliruan sampai tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Matematika perlu
berpikir logis, analistis, sistematis, kritis dan kreatif serta memiliki kemampuan
yang harus dimiliki oleh setiap orang agar dapat beradaptasi dalam kehidupan
dengan pembelajaran matematika. Hal ini dibuktikan dengan hasil survei skala
5
internasional yang dilakukan PISA (Programme for International Student
Assessment) pada tahun 2018 dengan total 78 negara dan 600 murid sekolah
mengalami penurunan dibandingkan dari hasil PISA tahun 2015. Minat dapat
dipilihnya pokok bahasan pecahan, yaitu: (1) pada materi pecahan terdapat
situasi-situasi yang dapat disajikan oleh guru, situasi tersebut dapat berupa
gambar dan berhubungan dengan aktivitas manusia khususnya siswa, dan (2)
tinggal siswa yang berkaitan dengan materi pecahan, hal ini memungkinkan
(2) tidak sanggup mengingat dalil-dalil matematika, (3) menulis angka tidak
6
matematika siswa yaitu : Model Pembelajaran Matematika Di Sekolah Dasar
Keterampilan.
matematika yang memiliki ide dan konsep dasar matematika melalui masalah
sehari-hari. PMR merupakan adopsi dari RME yang telah dibuat dan disesuaikan
dengan setting Indonesia, dengan tujuan agar PMR tidak sekedar tiruan RME
yang dibuat di negara asalnya. Oleh sebab itu, PMR adalah pendekatan yang
tepat yang dapat diterapkan dalam pembelajaran siswa. PMR dipilih karena
aktivitas siswa. Siswa diajak berpikir cara menyelesaikan masalah yang pernah
dialaminya. Selain itu, juga disiapkan penyelesaian praktis untuk latihan berpikir
kritis, sehingga dalam fase pembelajaran juga terdapat fase berpikir kritis dengan
mengalami peningkatan hasil belajar. Hal ini terlihat dari hasil belajar siswa
yakni pada Pada siklus I ketuntasan hasil belajar siswa mencapai 12 siswa atau
7
Hasil belajar matematika siswa di SDN Pulo Gebang 07 masih terbilang
rendah, dari jumlah siswa keseluruhan yang masih mendapat nilai <70 sebanyak
guru kelas V SDN Pulogebang 07“ adalah metode ceramah, diskusi dan
sering menemukan kenyataan bahwa hanya sebagian kecil saja siswa yang aktif
materi pecahan. Namun sampai saat ini, guru masih kurang terampil
siswa terhadap konsep pecahan menjadi rendah, akibatnya konsep pecahan sukar
dipahami dan dikuasai oleh siswa, serta siswa kurang bisa mengaplikasikan pada
memecahkan masalah.
keseluruhan masih terfokus padaa guru, bukan pada siswa. Guru lebih senang
memberikan pengetahuan atau ilmu yang mereka miliki kepada siswa. Siswa
yang siswa pahami hanya sebatas apa yang diberikan oleh guru. (Fitriani et al.,
2021)
belajar matematika siswa dapat terlatih. Peningkatan hasil belajar yang optimum
dalam matematika merupakan hal penting yang harus dicapai dalam kegiatan
ini adalah:
2. Belum adanya alat peraga pembelajaran yang tepat untuk meningkatkan hasil
matematika.
upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa SDN Pulo Gebang kelas V
Melalui Pendekatan Realistik Pada Pokok Bahasan Pecahan Siswa V SDN Pulo
Gebang 07.
Dalam penelitian ini terdapat beberapa manfaat yang ingin dicapai dalam
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
itu mempunyai asal katanya mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu
yang hampir sama, yaitu mathein atau mathenein yang artinya belajar (berpikir).
menekankan kegiatan dalam dunia rasio (penalaran), bukan menekankan dari hasil
manusia, yang berhubungan dengan idea, proses, dan penalaran (Rahmah, 2019)
Matematika adalah ilmu logika tentang bentuk susunan besaran dan konsep-
konsep yang saling berhubungan satu sama lainnya, matematika dapat dibagi ke
dalam tiga bidang, yaitu aljabar, analisis dan geometri. Matematika bukanlah
pengetahuan menyendiri yang dapat sempurna karena dirinya sendiri, tetapi adanya
11
matematika untuk membantu masalah sosial, ekonomi dan alam (Heruman, 2020).
adalah penggunaan cara bernalar deduktif, tetapi juga tidak melupakan cara
pengetahuan yang eksak dan terorganisasi secara sistematik, penalaran yang logik
dan masalah yang berhubungan dengan bilangan”. Sedangkan dalam Kamus Besar
sebagai ilmu yang terstruktur yang berisikan simbol-simbol atau hal-hal yang
abstrak dan deduktif, besaran dan konsep-konsep tetapi juga matematika adalah
bahasa simbolis sekaligus bahasa universal yang dapat membantu manusia berpikir,
juga merupakan sarana berpikir yang membantu manusia untuk berpikir logis, dan
konsep dan mengaplikasikan konsep atau algoritma, secara luwes, akurat, efisien,
dan tepat, dalam pemecahan masalah, (2) Menggunakan penalaran pada pola dan
12
masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model
Mengkomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram atau media lain untuk
matematika dalam kehidupan, yaitu memilki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat
dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percanya diri dalam
matematika ini sangat penting dan perlu diberikan ke semua peserta didik dari
diposisikan sebagai alat dan sarana siswa untuk mencapai kompetensi. Oleh karena
itu, ruang lingkup mata pelajaran matematika yang dipelajari di sekolah disesuaikan
dengan kompetensi yang harus dicapai siswa. Dalam kurikulum tingkat satuan
pendidikan di sekolah dasar ruang lingkup mata pelajaran Matematika pada satuan
cacah, bulat, prima, pecahan, kelipatan dan faktor, pangkat dan akar sederhana), (2)
geometri dan pengukuran; (bangun datar dan bangun ruang, hubungan antar garis,
pengukuran (berat, panjang, luas, volume, sudut, waktu, kecepatan, dan debit, letak
dan koordinat suatu benda), serta (3) pengolahan data; (menyajikan dan
(Muhsetyo, 2020). Ketiga aspek tersebut kemudian dijabarkan lagi menjadi standar
13
silabus dan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP). (Maulida,2023)
keterampilan dan sikap. Belajar merupakan suatu proses dari seseorang siswa yang
berupaya untuk mencapai tujuan atau hasil belajar. Dalam proses belajar dapat
Hasil belajar merupakan proses dalam diri individu yang berinteraksi dengan
pada individu yang mau belajar, dan adanya perubahan pada dirinya dalam aspek
kecakapannya, sikap dan pengetahuannya. Hasil belajar akan mencapai hasil yang
baik jika output sesuai dengan pelajaran yang individu pelajari. Proses belajar
sangat penting, jika selama proses pembelajaran berjalan dengan baik dan lancar,
maka hasil belajar yang baik pun akan didapatkan. (Spuit, 2022)
(komperhensif) yang terdiri atas unsur kognitif, afektif, dan psikomotor secara
terpadu pada diri siswa. Hasil belajar ialah perubahan tingkah secara menyeluruh
yang terdapat tiga unsur yaitu: kognitif, afektif dan psikomotor. Pada ranah kognitif
tidak hanya memiliki satu aspek, melainkan memiliki aspek yang terdiri dari aspek
kognitif tingkat rendah yang terdiri dari ingatan, pemahaman, aplikasi dan aspek
14
perubahan perilaku baru yang merupakan hasil pemberian pengalaman yang
diterima siswa pada proses pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor yang dapat diukur keberhasilannnya melalui tes tulis maupun lisan.
yang dicapai oleh siswa setelah melakukan proses belajar matematika. Sudjana
mengatakan bahwa hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah
inilah yang disebut hasil belajar. hasil belajar tersebut dari cara berfikir, bertindak,
sikap atau perilaku siswa dalam menyelesaikan suatu masalah. (Abror 2023)
suatu perubahan perilaku baru yang merupakan hasil pemberian pengalaman yang
diterima siswa pada proses pembelajaran yang mencakup aspek kognitif, afektif,
dan psikomotor yang dapat diukur keberhasilannnya melalui tes tulis maupun lisan.
faktor intern dan faktor ekstern. Faktor interen adalah faktor yang ada di dalam
individu yang sedang belajar, sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada di
luar individu. Dalam faktor interen terdapat faktor jasmaniah yang meliputi
perhatian, minat, bakat, motif, kematangan, kesiapan dan yang terakhir adalah
15
faktor kelelahan. Selain faktor intern juga terdapat faktor ekstern diantaranya
adalah faktor keluarga meliputi cara orang tua mendidik, relasi antar anggota
keluarga, suasana rumah, keadaan ekonomi keluarga, pengertian orang tua, latar
belakang kebudayaan. Di samping itu, terdapat juga faktor sekolah yang meliputi
metode mengajar, kurikulum, relasi guru dengan siswa, relasi siswa dengan siswa,
disiplin sekolah, alat pelajaran, waktu sekolah, standar pelajaran di atas ukuran,
keadaan gedung, metode belajar, tugas rumah, dan yang terakhir adalah faktor
masyarakat yang meliputi kegiatan siswa dalam masyarakat, teman bergaul, dan
malahan para siswa Sekolah Dasar di kelas-kelas rendah bukan tidak mungkin
sebagian dari mereka berpikirnya masih berada pada tahapan (pra konkret). Di lain
bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya sehingga para ahli matematika dapat
karakteristik itu maka diperlukan kemampuan khusus dari seorang guru untuk
menjembatani antara dunia anak yang belum berpikir secara deduktif agar dapat
menunjukkan bahwa anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti orang dewasa.
dapat saja dipandang sederhana menurut kita yang sudah formal, namun dapat saja
menjadi sesuatu yang sulit dimengerti oleh anak yang belum formal. Selain
16
karakteristik kemampuan berpikir anak pada setiap tahapan perkembangannya
berbeda, kita perlu pula menyadari bahwa setiap anak merupakan individu yang
relatif berbeda pula. Setiap individu anak akan berbeda dalam hal minat, bakat,
Anak usia SD pada umumnya berada pada tahap berpikir operasional konkret
namun tidak menutup kemungkinan mereka masih berada pada tahap pre-operasi.
Sedangkan pada setiap tahapan ada ciri-cirinya sesuai umur kesiapannya. Misalnya,
bila anak berada pada tahap pre-operasi maka mereka belum memahami hukum-
mereka tidak akan mengerti. Siswa yang berada pada tahap operasi konkret
memahami hukum kekekalan, tetapi ia belum bisa berpikir secara deduktif sehingga
pembuktian dalil-dalil matematika tidak akan dimengerti oleh mereka. (Karso et al.,
2021)
Dasar
menekankan akan pentingnya konteks nyata yang dikenal siswa dan proses konstruksi
pengetahuan matematika oleh siswa sendiri, dapat memberikan kesempatan siswa aktif
dan kreatif. Siswa akan lebih mudah mengingat jika mereka membangun pengetahuan
itu dan mengingat materi yang dipelajari, karena kebermaknaan ilmu pengetahuan juga
menjadi aspek utama dalam proses belajar. Matematika disajikan secara menarik, sering
17
sambil bermain. Dalam Matematika Realistik siswa didorong mengembangkan
pemikiran yang kritis, mempertanyakan banyak hal dan tidak begitu saja menerima
suatu pendapat, siswa diajak untuk bepikir mandiri. Pembelajaran matematika realistik
sendiri sehingga hasil belajar yang diperoleh dapat lebih bermakna dan hasilnya dapat
meningkat.
umumnya merupakan jenis konsep dasar. Dalam menanamkan konsep baru ini
penekanan supaya para siswa menguasai ciri-ciri, sifat-sifat, dan penerapan dari
konsep yang telah dipelajarinya pada tahap penanaman konsep. Oleh karena itu
dalam menyusun rencana kegiatan belajar mengajar pemahaman konsep ini harus
18
Dalam pemahaman konsep, para siswa perlu mendapat pengalaman dengan
konsep. Hal ini diperlukan untuk dapat menggunakan konsep – konsep tersebut
dalam menyelesaikan persoalan yang terkait. Dalam tahap pemahaman konsep ini
diagram di atas.
melatih siswa mengingat dan menerapkan konsep yang sudah dipelajarinya pada
kegiatan ini harus merupakan latihan mengingat konsep dasar, rumus, algoritma,
dan pemahaman konsep. Ini berarti siswa harus dapat melakukan tugasnya secara
pada tahun 1970 oleh Institut Freudenthal. Teori ini berorientasi pada pendapat
dengan realita dan matematika merupakan aktivitas manusia, ini berarti matematika
harus dekat dengan anak didik dan relevan dengan kehidupan nyata setiap hari. Ada
dua jenis matematisasi yang diformulasikan oleh Treffers (1987) yaitu matematisasi
19
2023)
PMRI dikembangkan dari tiga prinsip dasar yang mengawali RME : Guided
Self-developed Model.
siswadengan bantuan dari guru. Siswa didorong atau ditantang untuk aktif
progressif karena terdiri atas dua langkah yang berurutan yaitu : 1) Matematika
Horizontal, berawal dari masalah kontekstual yang diberikan dan berakhir pada
kontekstual tersebut.
diberikan kepada siswa agar dapat dibayangkan oleh siswa (realistik), pengaruh
20
Pada waktu siswa mengerjakan masalah kontekstual, siswa
memunculkan prinsip dan karakteristik PMRI itu sendiri. Berlatar belakang dari
dan orang tua. 2) Pencarian soal-soal yang kontekstual yang memenuhi syarat yang
di tuntut oleh PMRI tidak selalu mudah untuk setiap topik matematika yang di
pelajari siswa. 3) Proses penemuan kembali secara terbimbing pada diri siswa
Beberapa penelitian yang relevan dengan judul penelitian telah dilakukan untuk
21
1. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Budianto pada tahun 2018 yang berjudul “Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui
dilakukan di kelas V SD dengan jumlah siswa 32. Pada siklus I berhasil dengan
baik ditandai dengan adanya peningkatan hasil tes dari hasil pre-test meningkat
dalam post-test pada tindakan pertama dari 43,75% menjadi 71,88% terjadi
tindakan kedua hasil Pre-Test dan Post-Test adalah 68,75% menjadi 75% dengan
Pagi.
2. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
mencapai KKM. Pada siklus I sebanyak 15 siswa (68,2%) telah mencapai KKM.
3. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Matematika Di SD Negeri 018 Langgin". Subjek dalam penelitian ini adalah siswa
kelas III SD Negeri 018 Langgini Bangkinang. Berdasarkan data yang diperoleh
ketuntasan klasikal meningkat menjadi 67,65% dan pada siklus II meningkat lagi
22
menjadi 88,24%. Disimpulkan bahwa penerapan pendekatan PMR dapat
meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas III SD Negeri 018 Langgini.
4. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Uus Susnariah pada tahun 2020 yang berjudul “Meningkatkan Hasil Belajar
penelitian ini adalah siswa kelas VI A SDN Cigintung, Kuningan. Hasil tes siklus I
dipeoleh 13 atau 53,33% dari seluruh siswa mendapat nilai ≥ 65, sedangkan 12
siswa atau 46,67% dari seluruh siswa belum mencapai nilai ≥ 65. Kemudian pada
hasil tes siklus II menunjukkan 20 atau 80% dari seluruh siswa tuntas dan 5 siswa
atau 20% siswa yang belum tuntas. Jika dibandingkan dengan prestasi belajar siklus
5. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Tobroni Tobroni, Rasilah Rasilah dkk pada tahun 2023 yang berjudul “Model
Outcomes Grade 5”. Subyek penelitian ini berjumlah 29 orang siswa kelas 5 SDN 1
62,1% siswa mencapai Ketuntasan Minimal Skor kriteria. Kemudian pada siklus
kedua terdapat 75,9% siswa sudah mencapai skor Kriteria Ketuntasan Minimal.
Pada siklus tiga, 86,2% siswa telah mencapai Kriteria Ketuntasan Minimal skor.
Disimpulkan bahwa terjadi peningkatan hasil belajar siswa hasil dengan penerapan
6. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Ismawati, Awi Dassa dkk pada tahun 2021 yang berjudul “Improving Student
23
topik bangun datar bentuk dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas 8 SD
Inpres Japing dengan skor rata-rata hasil belajar matematika siswa sebesar 65,58,
66,88, dan 80,22 pada pra tindakan, siklus 1, dan siklus 2, masing-masing.
7. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Farida Soraya, Y Yurniwati dkk pada tahun 2018 yang berjudul “The Application
2017/2018. Hasil pada siklus I menunjukkan bahwa rata-rata siswa yang mencapai
KKM hanya 57,14%. Hasil penelitian siklus sekolah menunjukkan bahwa rata-rata
8. Penelitian yang relevan dengan proposal ini adalah penelitian yang dilakukan oleh
Melva Zainil pada tahun 2018 yang berjudul “Learning Fraction With Indonesia
SDN 20 Indarung Padang. Aktivitas guru meningkat dari 75% pada siklus I
menjadi 95% pada siklus II. Disimpulkan bahwa pendekatan RME meningkatkan
realistik dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa. Hal ini dapat dilihat
pembelajaran
24
Peneliti akan melaksanakan penelitian tindakan kelas dengan menggunakan model
penelitian tindakan kelas oleh Kemmis & Mc. Taggart melalui empat tahapan. Keempat
komponen atau tahapan berdasarkan Model PTK yang diperkenalkan oleh Kemmis dan
Berdasarkan identifikasi masalah yang dilakukan pada tahap pra PTK, rencana
tindakan disusun untuk menguji secara empiris hipoteseis tindakan yang ditentukan.
Rencana tindakan ini mencakup semua langkah tindakan secara rinci mulai dari materi
atau bahan ajar sampai dengan rencana pengajaran, dan dalam tahap ini peneliti
menjelaskan tentang apa, mengapa, kapan, dimana, oleh siapa, dan bagaimana
telah dibuat, yaitu mengenakan tindakan di dalam sebuah kelas. Hal yang perlu diingat
bahwa dalam tahap kedua ini pelaksanan guru harus ingat dan berusaha menaati apa
yang sudah dirumuskan dalam rancangan, tetapi harus pula berlaku wajar dan tidak
yan dikumpulkan pada tahap ini berisi tentang pelaksanaan tindakan dan rencana yang
sudah dibuat, serta dampaknya terhadap proses dan hasil instruksional yang
observasi dan evaluasi, guru tidak harus bekerja sendiri. Dalam tahap observasi ini
guru bisa dibantu oleh pengamat dari luar, dengan kehadiran orang lain dalam
25
penelitian ini, PTK yang dilaksanakan menjadi bersifat kolaboratif.
Tahapan ini merupakan tahapan untuk memproses data yang didapat saat
eksplanasinya, dianalisis, dan disintesis. Dalam proses pengkajian data ini segala
pengalaman, pengetahuan dan teori instruksional yang dikuasai dan relevan dengan
perbandingan sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan yang mantap dan sahih. Proses
refleksi ini memegang peran yang sangat penting dalam menentukan suatu
keberhasilan PTK karena dengan suatu releksi yang tajam dan terpercaya akan didapat
suatu masukan yang sangat berharga dan akurat bagi penentuan langkah tindakan
selanjutnya.
Dari keempat komponen tersebut dapat dilihat bahwa penelitian tindakan ini akan
dilakukan melaui empat tahap, dimana pada tahap pertama, peneliti akan melakukan
perencanaan penelitian, yang diawali dengan menentukan titik atau fokus peristiwa yang perlu
membantu peneliti merekam fakta-fakta yang terjadi selama tindakan berlangsung. Kemudian
pada tahap pelaksanaan tindakan, penelitian akan dilaksanakan sesuai dengan perencanaan
yang telah dibuat, selanjutnya selama pelaksanaan tindakan berlangsung, akan diadakan
pengamatan untuk melihat sejauh mana pelaksanaan tindakan yang dilakukan dapat
memperbaiki pembelajaran serta pengamatan juga dilakukan untuk melihat kesesuaian antara
pelaksanaan pembelajaran dengan perencanaan pelaksanaan yang telah diuat. Dan terakhir
dilakukan refleksi untuk mengkaji lebih lanjut tahapan pengamatan yang dilakukan,
selanjutnya hasil dari refleksi akan dijadikan acuan dalam melaksanakan tindakan pada siklus
berikutnya
26
27
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Tujuan Penelitian
Tujuan Penelitian tindakan ini adalah untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa
melalui Pendekatan Matematika Realistik pada siswa kelas V SDN Pulogebang 07.
No.135, RW.5, Pulo Gebang, Kec. Cakung, Kota Jakarta Timur, Daerah Khusus Ibukota
Jakarta 13940. Waktu penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran
Metode penelitian yang akan dilaksanakan adalah penelitian tindakan kelas (classroom
action research). “PTK dapat didefinisikan sebagai suatu bentuk penelaahan penelitian yang
bersifat reflektif dengan melakukan tindakan-tindakan tertentu agar dapat memperbaiki dan
dapat diartikan sebagai proses pengkajian masalah pembelajaran di dalam kelas melalui
refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah tersebut dengan cara melakukan
berbagai tindakan yang terencana dalam situasi nyata serta menganalisis setiap pengaruh dari
perlakuan tersebut. Pembelajaran yang perlu dilakukan tindakan adalah pembelajaran dalam
bidang matematika khususnya pecahan, karena penelitian ini digunakan untuk meningkatkan
bersama terhadap keadaan yang perlu ditingkatkan.” Dalam pola kolaboratif, perencanaan dan
pengimplementasian tindakan tidak hanya ditentukan oleh guru sendiri tapi juga dari tim
peneliti, guru juga berperan sebagai pelaksana tindakan yang telah didesain oleh tim peneliti.
Guru dan peneliti harus saling bekerjasama dalam satu tim karena guru dan tim peneliti saling
membutuhkan dan saling melengkapi untuk mencapai tujuan. Peran guru kelas V SDN
Pulogebang 07 dalam penelitian ini sebagai pengajar, sedangkan peran peneliti sebagai
28
perancang dan mendesain kegiatan pembelajaran serta sebagai pengamat jalannya proses
realistik.
tahapan yaitu : perencanaan, tindakan, pengamatan dan refleksi. Adapun deskripsi keempat
yang meliputi materi ajar, metode / teknik mengajar serta instrument penilaian yang valid,
Pelaksanaan lanjutan dari perencanaan, jadi apa yang telah direncanakan harus dilaksanakan
didalam tahapan ini, dan hasil yang diharapkan berupa peningkatan efektivitas keterlibatan
kolabrorasi untuk membantu peneliti dan peningkatan hasil belajar matematika siswa.
Dalam pengamatan ini diperlukan kerjasama antara peneliti dengan guru kelas sebagai
observer, yang akhirnya penelitian yang dilakukan bersifat kolaboratif. Pengamatan dilakukan
dalam pelaksanaan penelitian sebagai realisasi dari perencanaan dan pelaksanaan harus sesuai,
Data yang di dapat kemudian dianalisis bersama observer sehingga akan diketahui
ketercapaian setiap siklus. Hasil yang diperoleh dikumpulkan dan dianalisis bersama peneliti
29
dan observer sehingga dapat diketahui apakah sudah mencapai indikator keberhasilan yang
Secara umum prosedur penelitian tindakan kelas tersebut dapat digambarkan sebagai berikut:
orang, terdiri dari 10 laki-laki dan 13 perempuan. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas V
SDN Pulogebang 07 dengan Penerapan PMR. Guru kelas terlibat dalam penelitian ini sebagai
Peran peneliti adalah perencana dan pelaksana tindakan dan pengamat. Peneliti membuat
melaporkan hasil penelitian. Dalam melakukan pengamatan, penelit idibantu oleh guru kelas
Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah adanya peningkatan hasil belajar
belajar Matematika siswa dalam penelitian ini adalah dengan pencapaian peningkatan
presentase setiap indikator dari setiap kompetensi dasar yang ada melalui soal evaluasi
mampu mencapai nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM), KKM yang diberlakukan
untuk mata pelajaran Matematika adalah > 70. Adapaun kriteria keberhasilan dalam proses ini
berupa nilai rata-rata kelas mencapai presentase banyaknya siswa dengan banyaknya siswa
yang tuntas minimum 80%. Apabila keberhasilan belum mencapai target yang ditetapkan
1. Data Penelitian
Data yang digunakan dalam penelitian ini dibagi menjadi dua bagian yaitu data
30
pemantau tindakan (action) dan data penelitian (research). Data pemantau tindakan
adalah data yang digunakan untuk mengontrol pelaksanaan tindakan sesuai dengan
rencana. Sedangkan data penelitian merupakan data tentang variabel penelitian yaitu
aktivitas yang dilakukan peserta didik mengenai peningkatan hasil belajar Matematika
2. Sumber Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah guru kelas V dan seluruh peserta didik
kelas V SDN Pulogebang 07 sebanyak 33 siswa orang yang terdiri dari 15 siswa laki-
laki dan 18 siswa perempuan. Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini
berupa lembar pengamatan serta data pemantauan aktivitas guru dan peserta didik
yakni berupa observasi, wawancara dan hasil tes dalam proses pembelajaran
Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini adalah dengan melakukan tes untuk
mengukur hasil belajar matematik siswa. Observasi dilakukan untuk mengetahui aktivitas
belajar siswa saat pembelajaran matematika. Peneliti juga mewawancarai siswa dan guru
realistik. Untuk mengetahui respon siswa setiap pertemuan. Hasil perolehan data tersebut
Dokumentasi juga dilakukan pada saat kegiatan pembelajaran untuk menunjang data yang
dibutuhkan. Jadi, data dalam penelitian ini diperoleh berdasarkan hasil pengamatan kegiatan
selama pembelajaran dan tes hasil belajar matematik siswa setiap akhir siklus.
1. Observasi
observasi yang telah disusun yang bertujuan untuk melihat bagaimana pendekatan
pembelajaran menggunakan pendidikan matematika realistik diterapkan oleh guru saat proses
dapat dilakukan dengan dua cara yaitu observasi sistematis dan observasi non sistematis.
Total Butir 20
2. Tes
Tes adalah serentetan pertanyaan atau alat yang digunakan untuk mengukur keterampilan,
pengetahuan, intelegensi kemampuan atau bakat yang dimiliki individu atau kelompok. Ada
beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pembuatan tes, yaitu: tes harus valid, realiabel,
objektif, bersifat diagnostik, dan efisien. Tes diberikan pada awal dan akhir siklus yang
digunakan untuk menunjukkan hasil belajar yang dicapai pada setiap siklus. Tes ini bertujuan
untuk mengetahui ada atau tidaknya peningkatan hasil belajar matematika materi pecahan
Tes digunakan sebagai alat untuk mendapatkan data tentang pemahaman siswa tentang
pecahan. Tes diberikan pada setiap akhir pertemuan untuk mengetahui seberapa besar
pemahaman siswa tentang pecahan. Tes itu berbentuk soal essay dan dikerjakan oleh siswa
secara individu. Adapun kisi-kisi instrumen soal tes adalah sebagai berikut.
32
Kompetensi Dasar : Menjelaskan arti pecahan dan urutannya
Penelitian ini menggunakan dua macam cara untuk mengetahui hasil belajar siswa,
sebagai berikut:
a. Pretes
Pretes diberikan pada saat peneliti melakukan observasi di kelas V SDN Pulogebang 07.
Pretes bertujuan untuk menunjukkan seberapa besar pemahaman siswa terhadap materi yang
akan diteliti. Pretes dilaksanakan untuk mengetahui apakah terdapat masalah pada
pembelajaran matematika materi pecahan. Tes ini dikerjakan oleh siswa secara individu.
b. Postes
Postes dilaksanakan pada akhir siklus yang digunakan untuk menunjukkan seberapa besar
hasil belajar yang dicapai siswa pada setiap siklus. Tes ini bertujuan untuk mengetahui apakah
33
pendidikan matematika realisik dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pecahan
atau tidak.
dianalisis secara deskriptif kuantitatif. Jumlah butir untuk instrumen lembar observasi
berikut.
76
Data diperoleh dari hasil tes. Hasil tes dianalisis secara deskriptif kuantitatif
Untuk menguji keabsahan data, peneliti menggunakan sistem tringulasi data. Tringulasi
data dilakukan dengan cara membandingkan berbagai sumber data penelitian kemudian
berdiskusi dengan teman sejawat serta tenaga ahli atau guru kelas. Sumber data tersebut
berupa tes pengamatan, pemantau tindakan, wawancara dan dokumentasi proses kegiatan
pembelajaran pada setiap siklus. Diskusi ini dilakukan untuk mencocokan temuan yang
34
DAFTAR PUSTAKA
Budianto. Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pendekatan Matematika Realistik Pada
Bilanhan Pecahan. Mosharafa : Jurnal Pendidikan Matematika. Volume 7. Nomor 3.
September 2018.
Nurainingtias Pramestiara Yayang. Peningkatan Hasil Belajar Matematika Melalui
Pendidikan Matematika Realistik Pada Siswa Kelas IV. Basic Education. Vol. 7 No. 33
Tahun 2018.
Marta Rusdial. Penerapan pendekatan pembelajaran matematika realistik indonesia untuk
meningkatkan hasil belajar matematika di SD Negeri 018 Langgini. Jurnal Cendekia: Jurnal
Pendidikan Matematika 2 (1), 7-14, 2018.
Susnariah Uus. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika pada Siswa melalui Pembelajaran
Matematika Realistik. Jurnal Educatio FKIP UNMA 6 (1), 162-170, 2020.
Widiyanti, Tobroni, dkk. Model Deployment Realistic Mathematics Education to Improve
Student Learning Outcomes Grade 5. Journal of Mathematics Instruction, Social Research
and Opinion 2 (1), 65-74, 2023
Hisyam Ihsan, Awi Dassa, dkk. Improving Student Mathematics Achievement Through a
Realistic Mathematics Approach. International Conference on Educational Studies in
Mathematics (ICoESM 2021), 126-130, 2021.
Soraya Farida, Yurniwati Y, dkk. The Application of Realistic Mathematics Education (RME)
Approach to Increase the Creative Thinking Ability of Fraction Subject Matter for Fourth-
Graders of SDN Rawajati 06 Pagi. American Journal of Educational Research 6 (7), 1016-
1020, 2018.
Zainil Melva. Learning Fraction With Indonesia Realistic Mathematics Education (pmri). 9th
International Conference for Science Educators and Teachers (ICSET 2017), 172-178, 2017.
35