Anda di halaman 1dari 21

PENGARUH PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

TERHADAP KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH


MATEMATIKA DITINJAU DARI POLA PIKIR SISWA

Proposal Skripsi
diajukan untuk melengkapi
persyaratan mencapai
gelar sarjana

NAMA : KARTIKA WAHYUNINGSIH


NPM : 201913500393

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA


FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI
2022
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI ................................................................................................................................... 2


BAB I ........................................................................................................................................... 3
PENDAHULUAN............................................................................................................................ 3
A. Latar Belakang............................................................................................................................. 3
B. Identifikasi Masalah .................................................................................................................... 6
C. Batasan Masalah ......................................................................................................................... 6
D. Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 6
E. Tujuan Penelitian ........................................................................................................................ 6
F. Kegunaan Penelitian ................................................................................................................... 7
G. Sistematika Penulisan ................................................................................................................. 7
BAB II .......................................................................................................................................... 9
LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN ................................ 9
A. Landasan Teori ............................................................................................................................ 9
B. Penelitian yang relevan ............................................................................................................. 14
C. Hipotesis Penelitian .................................................................................................................. 14
BAB III ....................................................................................................................................... 16
METODOLOGI PENELITIAN ......................................................................................................... 16
A. Waktu dan Tempat Penelitian .................................................................................................. 16
B. Metode Penelitian .................................................................................................................... 16
C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling .................................................................................... 17
D. Teknik Pengumpulan Data ........................................................................................................ 17
E. Teknik Analisis Data Deskriptif .................................................................................................. 18
F. Teknik Analisi Persyaratan Data................................................................................................ 18
G. Uji Hipotesis .............................................................................................................................. 18
DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................................................... 20
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar siswa dapat mengembangkan potensi yang ada
pada dirinya secara aktif. Hal ini dimaksud agar mereka memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan oleh dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara.
Pendidikan jelas merupakan hal yang sangat penting dan wajib dijalani oleh setiap
manusia. Pendidikan juga menjadi faktor penentu maju tidaknya seseorang. Maka dari
itu, siapapun yang ingin memperbaiki kualitas hidupnya, haruslah meningkatkan
kualitas pendidikannya.
Berbicara mengenai Pendidikan yang berkualitas, erat kaitannya dengan proses
pembelajaran yang baik dan benar. Jadi, untuk mendapatkan Pendidikan yang baik,
proses pembelajaran yang dijalanipun harus benar, termasuk di dalamnya pembelajaran
matematika. Matematika memiliki peran yang sangat penting dalam perkembangan
ilmu pengetahuan dan teknologi yang tengah terjadi. Perkembangan matematika dan
teknologi merupakan fondasi kehidupan setiap hari sehingga matematika tetap harus
dipelajari. Mempelajari matematika tidak hanya terbatas pada pemecahan masalah
dengan menggunakan formula-formula yang kompleks, tetapi juga merupakan batu
pijakan mengenai bagaimana cara seseorang berpikir dan menerapkannya
Keberhasilan tujuan pendidikan dipengaruhi oleh sistem pembelajaran di mana
komponen utamanya adalah siswa dan guru. Kedua komponen tersebut saling
berinteraksi. Siswa menerima berbagai pengetahuan yang ditransformasikan guru.
Siswa sebagai subjek dalam belajar biasanya terjadi dalam belajar kelompok, guru
berperan sebagai fasilitator. Ini merupakan upaya dalam menciptakan belajar salah
satunya dalam pembelajaran matematika.
Menurut (Arifuddin & Arrosyid, 2017) Matematika sebagai mata pelajaran
yang membentuk pola pikir seseorang berfikir terstuktur dan logis perlu dipelajari
sedini mungkin. Dengan belajar matematika, siswa diharapkan dapat menghubungkan
dan memahami suatu hubungan antara konsep matematika yang satu dengan dengan
konsep matematika yang lain untuk memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari.
Akan tetapi permasalahannya adalah guru belum mampu menyampaikan materi
matematika yang abstrak tersebut dengan baik, sehingga siswa merasa kesulitan dalam
mempelajari materi matematika. Terlebih dalam pembelajaran matematika dibutuhkan
kemampuan dalam memahami dan memecahkan masalah (Udin & Hikmah, 2014).
Pembelajaran inkuiri merupakan model pembelajaran yang dapat mengaktifkan
proses belajar siswa. Model pembelajaran inkuiri mengembangkan keterampilan
berfikir secara kritis dan kreatif sekaligus melatih keterampilan berkolaborasi secara
terbuka bagi peserta didik. Proses pembelajaran dikembangkan supaya peserta didik
terlibat secara aktif pada proses pengamatan, menanya, mencoba, mengolah data dan
menyajikan serta menyimpulkan dan mungkin mencipta suatu pengembangan.
Priansa & Donni (2017, hlm. 258) yang mengungkapkan bahwa Inquiry
learning adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan dan menarik simpulan dari prinsip-prinsip umum berdasarkan pengalaman
dan kegiatan praktis. Artinya, pembelajaran ini menuntut siswa untuk mencari dan
menemukan sendiri pengetahuan yang mereka butuhkan, lewat pertanyaan, meminta
keterangan, atau penyelidikan.
Sementara itu, Bell (dalam Priansa & Donni, 2017, hlm. 258) menyatakan
bahwa pembelajaran inquiry merupakan pembelajaran yang terjadi sebagai hasil
kegiatan peserta didik dalam memanipulasi, membuat struktur, dan
mentransformasikan informasi sedemikian rupa sehingga ia menemukan informasi
baru.
Keterlibatan peserta didik pada proses pembelajaran secara maksimal
merupakan suatu aktivitas aktif. Diharapkan dengan aktivitas tersebut, dapat memicu
interaksi peserta didik dan meningkatkan keterampilan literasinya. Saat ini, ditengarai
terdapat enam literasi dasar yang ditumbuhkan melalui melalui proses pembelajaran,
yaitu literasi baca tulis, literasi numerasi, literasi sains, literasi finansial, literasi digital,
literasi budaya dan kewargaan. Keterampilan literasi dapat tumbuh dengan cepat, jika
peserta didik sering berinteraksi secara maksimal dengan sumber-sumber belajar yang
tersedia secara digital, kemudian peserta didik dapat memanfaatkan informasinya
melalui proses belajar inkuiri.
Kemampuan pemecahan masalah adalah satu usaha mencari jalan keluar dari
satu kesulitan guna mencapai satu tujuan yang tidak begitu mudah segera untuk dicapai.
Dan pada dasarnya kemampuan pemecahan masalah dalam matematika adalah
kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah matematika dengan memperhatikan
proses menemukan jawaban berdasarkan langkah-langkah pemecahan masalah (Noor
& Norlaila, 2014).
Sementara itu peran guru di sekolah sangat dibutuhkan dalam tercapainya
tujuan pembelajaran matematika serta proses belajar mengajar untuk membantu siswa
mencapai hasil belajar yang optimal. Akan tetapi siswa merasa kesulitan dalam
mempelajari dan memahami matematika terlihat dari siswa dalam mengaitkan antara
konsep-konsep matematika (Fitri, Helma, & Syarifuddin, 2014). Keabstrakan
matematika menurut (Arifuddin & Arrosyid, 2017) karena memang matematika
berkaitan dengan simbol-simbol dan konsep-konsep, sehinga untuk mempelajarinya
membutuhkan pemahaman dengan nalar yang tinggi.
Pola pikir merupakan keyakinan ataupun cara pandang seseorang didalam
hidupnya. Pola pikir dibagi menjadi dua yakni pola pikir yang berkembang (growth
mindset) dan pola pikir yang menetap (fixed mindset). Pola pikir akan mempengaruhi
terhadap perilaku, sikap hingga kemampuan yang seseorang miliki. Dikarenakan pola
pikir merupakan pondasi awal dalam kita bertindak.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahidah, Setyadi & Grafiyana
(2021:104) didapat bahwa kemampuan dan skill yang dimiliki siswa dapat ditingkatkan
berdasarkan minat dan growth mindset siswa tersebut ketika dalam proses
pembelajaran, mereka yang memiliki pola pikir yang berkembang ketika menghadapi
permasalahan maka tidak akan mudah menyerah. Namun, sebaliknya siswa yang
memiki pola pikir yang tidak berkembang (fixed mindset) akan dengan mudahnya
untuk menyerah. Hal ini membuktikan bahwa pola pikir siswa sangat mempengaruhi
semangat dan minat mereka dalam belajar, dan tentunya akan berdampak pada prestasi
belajar yang mereka dapatkan.
Seseorang yang memiliki pola pikir growth mindset ditandai dengan pantang
menyerah, berani menerima kegagalan, berusaha untuk terus belajar, memiliki motivasi
untuk memperbaiki diri, dan tidak berpikir bahwa kemampuan berasal dari keturunan.
Sedangkan, seseorang yang memiliki pola pikir fixed mindset biasanya cenderung lebih
mudah menyerah, anti kritik dan beranggapan kemampuan yang dimilikinya
berdasarkan garis keturunan. Pola pikir dibentuk dan dibangun dengan cara yang tidak
instant perlu kesadaran dan kemauan yang kuat dalam diri pribadi orang tersebut, selain
itu faktor eksternal juga diperlukan misalkan dukungan orang tua.
Oleh karena itu peneliti tertarik mengambil judul Pengaruh Penerapan Model
Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Ditinjau
Dari Pola Pikir Siswa.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan uraian latar belakang diatas dapat didefinisikan masalah sebagai


berikut:
1. Pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika pada pola pikir siswa.
2. Kemampuan pemecahan masalah matematika terhadap pola pikir siswa yang
diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.

C. Batasan Masalah

Mengingat banyaknya masalah yang peneliti dapatkan pada identifikasi


masalah, sehingga tidak semua masalah akan penulis teliti. Penulis memfokuskan pada
Pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan pemecahan
masalah matematika pada pola pikir siswa.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan pembahasan pada latar belakang dan identifikasian masalah maka


dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Apakah pengaruh penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika pada pola pikir siswa?
2. Bagaimana kemampuan pemecahan masalah matematika terhadap pola pikir siswa
yang diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui kemampuan pemecahan masalah matematika siswa yang


diajarkan dengan menggunakan model pembelajaran inkuiri.
2. Untuk mengetahui pengaruh model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan
pemecahan masalah matematika pada pola pikir siswa.

F. Kegunaan Penelitian

Hasil penelitian ini di harapkan dapat menjadi referensi guna penilitian lebih
lanjut yang berkaitan tentang model pembelajaran inkuiri dalam pemecahan masalah
matematika ditinjau dari pola pikir siswa.

G. Sistematika Penulisan

Dalam sistematika pembahasan akan diuraikan secara singkat dan sistematika isi

dari setiap bab dalam penulisan penelitian ini, adapun pembagian dari setiap bab dan

uraiannya adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini berisi gambaran secara umum mengenai uraian apa yang akan dibahas

pada bab-bab selanjutnya. Pada bab ini dikemukakan mengenai latar belakang,

identifikasi masalah, pembatasan masalah, perumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN TEORI, KERANGKA BERPIKIR, DAN

HIPOTESIS PENELITIAN

Dalam bab ini diuraikan mengenai landasan teori yang mendasari konsep-

konsep pemikiran dalam penyusunan penelitian, yang di dalamnya

berisikan tentang teori-teori yang mendukung penelitian yang dikemukakan

para ahli. Pada bab ini juga akan dijabarkan mengenai kerangka berpikir

serta hipotesis penelitian.


BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Bab ini berisikan tentang waktu dan tempat metode penelitian, variable

penelitian, populasi dan sampel, metode pengumpulan data, instrumen

penelitian dan metode analisis data.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil penelitian dan pembahasan terdiri atas deskripsi dari hasil

penelitian, pengolahan data, hasil penelitian, persyaratan analisis, dan

pengkajian hipotesis.

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisikan kesimpulan dan saran penulis sebagai tindak lanjut yang

diperlukan untuk melakukan perbaikan di masa yang akan datang.


BAB II

LANDASAN TEORI, PENELITIAN YANG RELEVAN, DAN


HIPOTESIS PENELITIAN

A. Landasan Teori

a. Model pembelajaran inkuiri


Menurut Fathurrohman (2016:104) inquiry berasal dari kata to inquire yang
berarti ikut serta atau terlibat dalam mengajukan pertanyaan-pertanyaan,
mencari informasi dan melakukan penyelidikan.
Pembelajaran inkuiri merupakan suatu pembelajaran yang melibatkan
kemampuan siswa secara maksimal agar siswa tersebut dapat mencari dan
menyelidiki sesuatu yang akan diteliti seperti (benda, manusia atau peristiwa)
secara sistematis, kritis, logis dan analitis sehingga siswa lebih memahami dan
dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh percaya diri (mudlofir
dan fatimatur, 2016:66).
Pembelajaran berbasis inkuiri adalah pelajaran yang melibatkan siswa
dalam merumuskan pertanyaan yang mengarahkan untuk melakukan investigasi
dalam upaya membangun pengetahuan dan makna baru (sani, 2015:88).
Selanjutnya, Sumantri (1999:164) menyatakan bahwa model
pembelajaran inkuiri adalah cara penyajian pelajaran yang memberi kesempatan
kepada siswa untuk menemukan informasi dengan atau tanpa bantuan guru.
Model pembelajaran inkuiri adalah porses belajar yang memberi kesempatan
pada siswa untuk menguji dan menafsirkan problem secara sistematika yang
memberikan konklusi berdasarkan pembuktian (Nasution, 1992:128). Lebih
lanjut dikatakan Model pembelajaran inkuiri adalah suatu proses untuk
memperoleh dan mendapatkan informasi dengan melakukan observasi dan atau
eksperimen untuk mencari jawaban atau memecahkan masalah terhadap
pertanyaan atau rumusan masalah dengan menggunakan kemampuan berpikir
kritis dan logis.
Model atau pendekatan pembelajaran inkuiri merupakan salah satu
bentuk pendekatan pembelajaran yang berpusat pada siswa (student centered
approach). Ciri utama yang dimiliki oleh pendekatan inkuiri yaitu menekankan
kepada aktivitas siswa secara maksimal untuk mencari dan menemukan
(menempatkan siswa sebagai subjek belajar), seluruh aktivitas yang dilakukan
siswa diarahkan untuk mencari dan menemukan jawaban sendiri dari sesuatu
yang dipertanyakan sehingga diharapkan dapat menumbuhkan sikap percaya
diri serta mengembangkan kemampuan berpikir secara sistematis, logis, dan
kritis atau mengembangkan kemampuan intelektual sebagai bagian dari proses
mental (Wina Sanjaya, 2009: 196-197).
Adapun sasaran utama penerapan Model Pembelajaran Inkuiri dalam
kegiatan mengajar adalah sebagai berikut.
1. Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar. Kegiatan
belajar di sini adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional.
2. Keterarahan kegiatan secara logis dan sistematis pada tujuan pengajaran.
3. Mengembangkan sikap percaya pada diri sendiri (self-belief) pada diri siswa
tentang apa yang ditemukan dalam proses inkuiri.

Untuk menyusun strategi yang terarah pada sasaran tersebut perlu diperhatikan kondisi-
kondisi yang memungkinkan siswa dapat berinkuiri secara maksimal. Joyce mengemukakan
kondisi-kondisi umum yang merupakan syarat bagi timbulnya kegiatan inkuiri bagi siswa.
Kondisi tersebut antara lain sebagai berikut.

1. Aspek sosial di dalam kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa
berdiskusi. Hal ini menuntut adanya suasana bebas (permisif) di dalam
kelas, di mana setiap siswa tidak merasakan adanya tekanan atau hambatan
untuk mengemukakan pendapatnya. Adanya rasa takut, atau rasa rendah
diri, atau rasa malu dan sebaginya, baik terhadap teman, siswa, maupun
terhadap guru adalah faktor-faktor yang menghambat terciptanya suasana
bebas di kelas. Kebebasan berbicara dan penghargaan terhadap pendapat
yang berbeda sekalipun pendapat itu tidak relevan, perlu selalu dipelihara
dalam batas-batas disiplin yang ada.
2. Inkuiri berfokus pada hipotesis. Siswa perlu menyadari bahwa pada
dasarnya semua pengetahuan bersifat tentatif. Tidak ada kebenaran yang
bersifat mutlak. Kebenarannya selalu bersifat sementara. Sikap terhadap
pengetahuan yang demikian perlu dikembangkan. Dengan demikian, maka
penyelesaian hipotesis merupakan fokus strategi inkuiri. Apabila
pengetahuan dipandang sebagai hipotesis, maka kegiatan belajar berkisar
sekitar pengujian hipotesis dengan pengajuan berbagai informasi yang
relevan. Sehubungan adanya berbagai sudut pandang yang berbeda di antara
siswa, maka sedapat mungkin dimungkinkan adanya variasi penyelesaian
masalah sehingga inkuiri bersifat open ended. Inkuiri bersifat open ended
jika ada berbagai kesimpulan yang berbeda dari siswa masing-masing
dengan argumen yang benar sebagai hasil proses inkuiri.
3. Penggunaan fakta sebagai evidensi. Di dalam kelas dibicarakan validitas
dan reliabiltas tentang fakta sebagaimana dituntut dalam pengujian hipotesis
pada umumnya (Gulo, 2004:85).

Kemudian ada juga Jenis Model / Pendekatan Pembelajaran Inkuiri. Menurut Sund dan
Trowbridge dalam E. Mulyasa (2007:109) ada tiga macam model atau pendekatan
pembelajaran inkuiri yaitu:

1. Inkuiri terpimpin (guide inquiry)


Inkuiri terpimpin merupakan pendekatan inkuiri yang menggunakan
pedoman berupa pertanyaan-pertanyaan yang digunakan untuk
membimbing siswa. Jadi tugas guru dalam pendekatan ini adalah
membimbing dan mengarahkan siswa secara luas serta menyusun
perencanaan pembelajaran. Pemberian bimbingan oleh guru disesuaikan
dengan tingkat perkembangan pengalaman siswa. Pendekatan ini digunakan
terutama bagi siswa yang belum berpengalaman belajar dengan pendekatan
inkuiri.
2. Inkuiri bebas (free inquiry)
Inkuiri bebas merupakan pendekatan yang inkuiri memberikan kesempatan
kepada siswa untuk melakukan penelitian sendiri seperti seorang ilmuwan.
Pendekatan ini mengharuskan siswa untuk dapat mengidentifikasikan dan
merumuskan berbagai macam persoalan yang hendak diselidiki secara
berkelompok.
3. Inkuiri bebas yang dimodifikasi (modified free inquiry)
Inkuiri bebas yang dimodifikasi merupakan pendekatan inkuiri dimana guru
memberikan permasalahan kemudian siswa diminta untuk memecahkan
permasalahan tersebut melalui pengamatan, eksplorasi dan prosedur
penelitian.
Inkuiri tidak hanya mengembangkan kemampuan intelektual tetapi seluruh
potensi yang ada, termasuk pengembangan emosional dan pengembangan
keterampilan. Pada hakikatnya, inkuiri ini merupakan suatu proses. Proses ini bermula
dari merumuskan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan bukti, menguji
hipotesis, dan menarik kesimpulan sementara, menguji kesimpulan sementara supaya
sampai pada kesimpulan yang pada taraf tertentu diyakini oleh peserta didik yang
bersangkutan.
b. Kemampuan pemecahan masalah matematika
Kemampuan pemecahan masalah matematika adalah suatu keterampilan pada
diri peserta didik agar mampu menggunakan kegiatan matematik untuk memecahkan
masalah dalam matematika, masalah dalam ilmu lain dan masalah dalam kehidupan
sehari-hari (Soedjadi, 1994:36). Kemampuan pemecahan masalah amatlah penting
dalam matematika, bukan saja bagi mereka yang di kemudian hari akan mendalami atau
mempelajari matematika, melainkan juga bagi mereka yang akan menerapkannya
dalam bidang studi lain dan dalam kehidupan sehari-hari (Russefffendi, 2006: 341).
Salah satu tujuan mata pelajaran matematika di tingkat Sekolah Menengah
Kejuruan (SMK) adalah agar peserta didik memiliki kemampuan memecahkan masalah
yang meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,
menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Dilihat dari tujuan
tersebut pemecahan masalah merupakan bagian dari kurikulum matematika yang cukup
penting dalam proses pembelajaran matematika.
Pemecahan masalah matematis merupakan suatu aktivitas kognitif yang
kompleks, sebagai proses untuk mengatasi suatu masalah yang ditemui dan untuk
menyelesaikannya diperlukan sejumlah strategi. Melatih siswa dengan pemecahan
masalah dalam pembelajaran matematika bukan hanya sekedar mengharapkan siswa
dapat menyelesaikan soal atau masalah yang diberikan, namun diharapkan kebiasaaan
dalam melakukan proses pemecahan masalah membuatnya mampu menjalani hidup
yang penuh kompleksitas permasalahan.
Baroody & Niskayuna (1993) menggolongkan tiga interpretasi pemecahan
masalah yaitu pemecahan masalah sebagai pendekatan (approach), tujuan (goal), dan
proses (process) pembelajaran. Pemecahan masalah sebagai pendekatan maksudnya
pembelajaran diawali dengan masalah, selanjutnya siswa diberi kesempatan untuk
menemukan dan merekonstruksi konsep-konsep matematika. Pemecahan masalah
sebagai tujuan berkaitan dengan pertanyaan mengapa matematika diajarkan dan apa
tujuan pengajaran matematika. Pemecahan masalah sebagai proses adalah suatu
kegiatan yang lebih mengutamakan pentingnya prosedur langkah-langkah, strategi atau
cara yang dilakukan siswa untuk menyelesaikan masalah sehingga menemukan
jawaban.
Sumarmo (2005:6-7) mengemukakan pemecahan masalah dapat dipandang dari
dua sudut pandang yang berbeda yaitu sebagai pendekatan pembelajaran dan sebagai
tujuan pembelajaran. Sebagai pendekatan pembelajaran artinya pemecahan masalah
digunakan untuk menemukan dan memahami materi matematika. Sebagai tujuan,
dalam arti pemecahan masalah ditujukan agar siswa dapat merumuskan masalah dari
situasi sehari-hari dan matematika, menerapkan strategi untuk menyelesaikan berbagai
masalah (sejenis dan masalah baru) dalam atau di luar matematika, menjelaskan hasil
yang diperoleh sesuai dengan permasalahan asal, mampu menyusun model matematika
dan menyelesaikannya untuk masalah nyata, dan dapat menggunakan matematika
secara bermakna.
Suherman, dkk (2003: 89) mengemukakan bahwa melalui kegiatan pemecahan
masalah, aspek-aspek kemampuan penting seperti penerapan aturan pada masalah tidak
rutin, penemuan pola, penggeneralisasian, komunikasi matematika, dan lain-lain dapat
dikembangkan secara lebih baik. Dari kedua pendapat tersebut menunjukkan
pemecahan masalah merupakan bagian penting dari pembelajaran matematika sehingga
pemecahan masalah harus terdapat dalam kurikulum matematika sekolah.
Kemampuan pemecahan masalah sangat berhubungan dengan kemampuan
representasi. Montague (2007) mengatakan bahwa pemecahan masalah yang sukses
tidak mungkin tanpa representasi masalah yang sesuai. Siswa yang mempunyai
kesulitan dalam merepresentasikan masalah matematika akan memiliki kesulitan dalam
melakukan pemecahan masalah.
Maka salah satu cara untuk meningkatkan kemampuan pemecahan masalah
adalah dengan mengajarkan kepada siswa membuat representasi matematis yang sesuai
dari suatu masalah. Representasi yang dibangun sendiri oleh siswa akan sangat
membantunya dalam memecahkan suatu masalah matematis.
Kemampuan pemecahan masalah diperlukan untuk melatih siswa agar terbiasa
menghadapi berbagai permasalahan dalam kehidupannya yang semakin kompleks,
bukan hanya pada masalah matematika itu sendiri tetapi juga masalah-masalah dalam
bidang studi lain dan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Oleh karena itu,
kemampuan seseorang untuk memecahkan masalah perlu terus dilatih sehingga
seseorang itu mampu menyelesaikan berbagai permasalahan yang dihadapinya.

B. Penelitian yang relevan

Berikut ini hasil penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini
adalah penelitian yang dilakukan oleh Risno (2021) yang berjudul “Pengaruh
Model Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Pemecahan Masalah
Matematika Ditinjau dari Gaya Belajar Siswa Kelas X SMA”.
Hasil yang didapat sesuai dengan penelitian tersebut yaitu mengungkapkan
pembelajaran inkuiri cukup bisa mengoptimalkan kemampuan memecahkan
masalah matematika siswa/peserta didik. Hal ini disebabkan oleh efek penggunaan
model pembelajaran inkuiri yang dapat mengembangkan kemampuan memecahkan
masalah matematika, pada teknik pembelajaran inkuiri membiasakan siswa untuk
bertanya dari berbagai permasalahan yang disajikan dan menjawabnya berdasarkan
pengalaman serta model pembelajaran inkuiri dapat mengembangkan keterampilan
peserta didik saat menyelesaikan masalah matematika.
Dari uraian di atas diputuskan bahwa adanya interaksi antara model
pembelajaran inkuiri dan juga gaya belajarnya siswa pada kemampuan
menyelesaikan masalah matematika untuk siswa di kelas X SMA Negeri 4 Luwu
Utara.
Kemudian adanya perbedaan yang antara kemampuan menyelesaikan masalah
matematika peserta didik dengan pembelajaran model inkuiri. Tidak ada perbedaan
kemampuan menyelesaikan masalah matematika yang signifikan antara siswa
dengan pembelajaran model inkuiri dan model langsung ditinjau dari gaya belajar
mereka. Adanya interaksi pembelajaran model inkuiri dengan gaya belajar siswa
pada kemampuan menyelesaikan masalah matematika peserta didik kelas X SMA
Negeri 4 Luwu Utara.

C. Hipotesis Penelitian

Berdasarkan landasan teori dan penelitian terdahulu yang telah dikemukakan


sebelumnya, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah diduga dapat pengaruh
penerapan model pembelajaran inkuiri terhadap kemampuan pemecahan masalah
matematika ditinjau dari pola pikir siswa.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Waktu dan Tempat Penelitian

1. Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan pada semester genap tahun ajaran 2022/2023

2. Tempat Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMK Bina Insan Kamil yang beralamt di Jl. H.
Gemin I No.63, RT.007/RW.009, Jatikramat, Kec. Jatiasih, Kota Bks, Jawa
Barat 17421

B. Metode Penelitian

Menurut Sugiyono Pengertian metode penelitian adalah cara ilmiah untuk


mendapatkan data dengan tujuan dapat dideskripsikan, dibuktikan, dikembangkan
dan ditemukan pengetahuan, teori, untuk memahami, memecahkan, dan
mengantisipasi masalah dalam kehidupan manusia (Sugiyono: 2012).

Menurut (Sugiyono 2017:8) metode penelitian kuantitatif dapat diartikan


sebagai metode penelitian yang berlandaskan pada filsafat positivisme, digunakan
untuk meneliti pada populasi atau sampel tertentu, pengumpulan data menggunakan
instrumen penelitian, analisis data bersifat kuantiatif statistik, dengan tujuan untuk
menguji hipotesis yang telah ditetapkan.

Peneliti tentunya juga harus menentukan vaiabel-variabel mana yang akan


digunakan dalam pengujian hipotesis tersebut. Variabel-variabel yang ingin
digunakan tergantung dari luas serta sempitnya penelitian yang akan dilakukan.
Dalam penelitian ini.

C. Populasi, Sampel, dan Teknik Sampling

1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMK, Maka populasi
terjangkau dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMKTerpadu terdiri dari
2 kelas dengan jumlah 60 siswa.

2. Sampel
Jika jumlahnya kurang dari 100 orang, maka jumlah sampelnya diambil secara
keseluruhan, tetapi jika populasinya lebih besar dari 100 orang, maka bisa
diambil 15% atau 25% dari jumlah populasinya.

3. Teknik Sampling
Dalam penelitian ini, pengambilan sampel dilakukan dengan Teknik probability
sampling dengan memberikan kesempatan yang sama kepada semua orang yang
termasuk ke dalam kriteria responden penelitian

D. Teknik Pengumpulan Data

Angket/Kuesioner
Kuesioner atau angket adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
cara memberi seperangkat pertanyaan atau pertanyaan tertulis kepada
responden untuk dijawabnya (Sugiyono 2017:142). Sedangkan menurut
Arikunto (dalam Hapsari dan Heryani 2020:77) kuesioner merupakan sejumlah
pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh infromasi dari responden
dalam arti laporan tentang pribadinya, atau hal-hal yang ia ketahui.
Oleh sebab itu kuesioner bertujuan untuk penyebaran angket yang digunakan
dalam mencari informasi yang lengkap mengenai suatu masalah dari responden.
Angket dalam penelitian ini merupakan pertanyaan-pertanyaan tertulis kepada
responden yang berkaitan dengan penelitian ini.

E. Teknik Analisis Data Deskriptif

Kegiatan ini mengelompokkan data berdasarkan variabel dan jenis responden,


mendeskripsikan data, menguji persyaratan analis. Untuk mendeskripsikan data
setiap variabel, digunakan statistik. Penggunaan statistik deskriptif bertujuan untuk
mencari skor tertinggi, terendah, mean, median, modus dan standar deviasi

F. Teknik Analisi Persyaratan Data

Uji Normalitas dengan menggunalan ChiKuadrat untuk memerikasa apakah sampel


berdistribusi normal
Uji Linearitas, untuk mengetahui apakah variable bebas dan terikat mempunyai
hubungan yang linear atau tidak secara signifikan.

G. Uji Hipotesis

Uji F untuk menguji signifikan pengaruh variable bebas terhadap variable terikat.
Uji T untuk menunjukan seberapa jauh satu variabel bebas secara individual
menerangkan variabel terikat.

Koefisien determinasi, untuk mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam


menerangkan variabel terikat
Hipotesis 1 (X1 dan X2 Terhadap Y)
• Koefisien Korelasi Ganda
• Koefisien Determinasi
• Regresi Ganda
Hipotesis 2 (X1 Terhadap Y)
• Koefisien Korelasi Sederhana X1 Terhadap Y)
• Koefisien Determinasi
• Uji Keberartian X1 Terhadap Y
Hipotesis 3
• Koefisien Korelasi Sederhana X1 Terhadap Y
• Koefisien Determinasi
• Uji Keberartian X1 Terhadap Y
DAFTAR PUSTAKA

Arifuddin, A., & Arrosyid, S. R. (2017). Pengaruh Metode Demontrasi dengan Alat Peraga
Jembatan Garis Bilangan Terhadap Hasil Belajar Matematika Materi Bilangan Bulat. Al Ibtida: Jurnal
Pendidikan Guru MI, 4(2), 165-178.
Baroody, A. J. dan Niskayuna, R. T. C. (1993). Problem Solving, reasoning, and
communicating, K-8. Helping children think mathematically. New York: Merril, an Impirit of
MacMillan Publishing Company.
Fathurrohman, M. 2016. Model model pembelajaran inovatif. Jogjakarta: Arruzz media
Fitri, R., Helma, & Syarifuddin, H. (2014). Penerapan strategi The Firing pada Pembelajaran
Matematika Siswa Kelas XI IPS Negeri 1 Batiputih. Jurnal Pendidikan Matematika, 3(1), 18-22.
Gulo, W. 2004. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia.
Montague, M. (2007). Math Problem Solving for Middle School Students with Disabilities.
Mudlofi Ali & fatimatur Evi. 2016. Desain Pembelajaran inovatif. Jakarta: Rajawali.
Noor, A. J., & Norlaila. (2014). Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika Siswa dalam
Pembelajaran Matematika Menggunakan Model Cooperative Script. Jurnal Pendidikan Matematika,
2(3), 250-259.
Priansa, Donni. J. (2017). Pengembangan Strategi dan Model Pembelajaran (Inovatif, Kreatif,
dan Prestatif Dalam Memahami Peserta Didik). Bandung: CV Pustaka Setia.
Ruseffendi, E.T. (2006). Pengantar Kepada Membantu Guru Mengembangkan Kompetensinya
dalam Pengajaran Matematika untuk Meningkatkan CBSA. Bandung: Tarsito.
Sani, Ridwan Abdullah. 2015. Pembelajaran Saintifik untuk Kurikulum 2013. Jakarta: Bumi
aksara
Soedjadi, R. (1994). Memantapkan Matematika Sekolah sebagai Wahana Pendidikan dan
Pembudayaan Penalaran. Surabaya: Media Pendidikan Matematika Nasional
Suherman, E, et al. (2003). Strategi Pembelajaran Matematika Kontemporer. Bandung: Jurusan
Pendidikan Matematika FPMIPA UPI.
Sumantri, Mulyani dan Johan Permana. 1999. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Depdikbud
Dirjen Dikti.
Sumarmo, U. (2005). Pembelajaran Matematika untuk Mendukung Pelaksanaan Kurikulum
Tahun 2002 Sekolah Menengah. Makalah pada Seminar Pendidikan Matematika di FMIPA Universitas
Negeri Gorontalo
Udin, T., & Hikmah, N. (2014). Pengaruh Penerapan Metode Problem Solving Terhadap Hasil
Belajar Siswa Mata Pelajaran Matematika Pokok Bahasan Pecahan pada Siswa Kelas IV SD Negeri
Legok 1 Kabupaten Indramayu. Al Ibtida: Jurnal Pendidikan Guru MI, 1(1), 1-22
Wahidah, F. R., Setyadi, E. J., & Grafiyana, G. A. (2021) Efektivitas Pelatihan Growth Mindset
Pada Siswa SMA. Psycho Idea, 19(1), 103-114

Anda mungkin juga menyukai