i
ii
DAFTAR ISI
SAMPUL ............................................................................................................ i
DAFTAR ISI ....................................................................................................... ii
DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... iii
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 5
1.3 Tujuan .......................................................................................................... 5
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Desain Pembelajaran ................................................................... 6
2.2 Fungsi Desain Pembelajaran ......................................................................... 8
2.3 Komponen-komponen Desain Pembelajaran ................................................ 9
2.4 Model Desain Pembelajaran Dick and Carey ............................................... 11
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 17
3.2 Saran ............................................................................................................. 17
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................... 18
ii
iii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1: Desain Pembelajaran Sebagai Proses Sistematis yang bersifat Linear .... 7
Gambar 2: Langkah-langkah Model Penelitian Pengembangan Dick & Carey ...... 12
iii
1
BAB I
PENDAHULUAN
1
2
2
3
3
4
kognitif dan teori teori konstruktif untuk menemukan solusi terhadap masalah-
masalah pembelajaran.
Molenda & Boling (Aji, 2016) mengatakan ada banyak model desain yang
menggunakan pendekatan sistem. Desain tersebut berbeda dalam jumlah, nama
langkah-langkahnya, serta fungsi masing-masing langkah yang direkomendasikan.
Salah satu model pembelajaran yang menggunakan pendekatan sistem adalah
model pembelajaran yang dikemukakan oleh Walter Dick dan Lou Carrey tahun
1985, yang dikenal dengan model Dick and Carrey. Dick and Carey (1985)
memandang desain pembelajaran sebagai sebuah sistem dan menganggap
pembelajaran adalah proses yang sitematis. Menurut Dick and Carey, pendekatan
sistem selalu mengacu kepada tahapan umum sistem pengembangan pembelajaran.
Komponen model Dick and Carey meliputi pembelajar, pengajar, materi, dan
lingkungan. Demikian pula, di lingkungan pendidikan non formal model ini
meliputi warga belajar (pembelajar), tutor (pengajar), materi dan lingkungan
pembelajaran. Semua berinteraksi dalam proses pembelajaran untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan. Komponen dan tahapan model Dick and Carey lebih
kompleks jika dibandingkan dengan model pembelajaran yang lain.. Mereka
menyebutkan desain pembelajaran sebagai metode yang sistematis tetapi bukan
pendekatan sistematis. Tahapan yang digunakan yaitu perencanaan,
pengembangan, evaluasi, dan management proses. Guru yang baik adalah guru
yang selalu berusaha untuk menciptakan pembelajaran yang terbaik. Untuk
menciptakan pembelajaran yang terbaik, seorang guru harus pandai-pandai
mendesain model pembelajaran. Model Dick dan Carrey memiliki 10 langkah
pembelajaran yang sistematis, dari mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran
sampai melaksanakan evaluasi. Hal ini membuat model ini dinilai sebagai model
yang paling sesuai dengan kurikulum di Indonesia, baik kurikulum di sekolah
menengah maupun sekolah dasar.
Berdasarkan pemaparan di atas, desain pembelajaran sangat penting dalam
proses pembelajaran. Proses pembelajaran hendaknya menggunakan model
pembelajaran yang tepat dan sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai.
Model pembelajaran yang digunakan harus lah membuat mahasiswa terbiasa untuk
4
5
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
6
7
membantu agar dapat terjadi transfer pengetahuan secara efektif antara guru dan
peserta didik. Proses ini berisi penentuan status awal dari pemahaman peserta didik,
perumusan tujuan pembelajaran, dan merancang "perlakuan" berbasis-media untuk
membantu terjadinya transisi. Idealnya proses ini berdasar pada informasi dari teori
belajar yang sudah teruji secara pedagogis dan dapat terjadi hanya pada siswa,
dipandu oleh guru, atau dalam latar berbasis komunitas. (Sari: 2017).
Rothwell dan Kazana (Kartikasari, dkk, 2016) menyebutkan bahwa desain
pembelajaran lebih dari sekedar penciptaan pembelajaran tetapi juga dihubungkan
dengan konsep yang lebih luas dari analisis masalah-masalah kinerja manusia
secara sistematis, mengidentifikasi akar penyebab masalah tersebut,
mempertimbangkan solusi beragam untuk menentukan akar penyebab dan
mengimplementasikan solusi tersebut melalui cara-cara yang didesainuntuk
meminimalisirkonsekuensi yang tidak diharapkan dari tindakan korektif. Melalui
suatu desain pada dasarnya adalah suatu proses yang bersifat linear yang diawali
dari penetuan kebutuhan, kemudian mengembangkan rancangan untuk merespons
kebutuhan tersebut, selanjutnya rancangan tersebut diujicobakan dan akhirnya
dilakukan proses evaluasi untuk menentukan hasil tentang efektivitas rancangan
(desain) yang disusun. Sambaugh (Sanjaya, 2008) menyatakan Desain sebagai
proses rangkaian kegiatan yang bersifat linear dan tergambar sebagai gambar di
bawah ini
Pengembangan Desain
Menentukan untuk Menjawab Uji Coba
Kebutuhan Kebutuhan
Evaluasi Hasil
7
8
dapat dipengaruhi oleh dua faktor yakni faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
internal adalah faktor yang berkaitan dengan kondisi yang dibawa atau datang dari
dalam individu siswa, seperti kemampuan dasar, gaya belajar seseorang, minat dan
bakat serta kesiapan setiap individu yang belajar. Faktor eksternal adalah faktor
yang datang dari luar individu, yakni berkaitan dengan penyediaan kondisi atau
lingkungan yang didesain agar siswa belajar. Desain pembelajaran berkaitan
dengan faktor eksternal ini, yakni pengaturan lingkungan dan kondisi yang
memungkinkan siswa dapat belajar.
Sejalan dengan itu, Shambaugh dalam (Sanjaya, 2008)
menjelaskan tentang desain pembelajaran sebagai berikut. An intellectual process
to help teachers systematically analyze learners needs and construct structures
possibilities to responsively addres those needs. (Sebuah proses intelektual untuk
membantu pendidik menganalisis kebutuhan peserta didik dan membangun
berbagai kemungkinan untuk merespon kebutuhan tersebut).
Dari beberapa pendapat di atas dapat kami simpulkan bahwa desain
intruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa
untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan
tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang
dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik dan media yang
dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan.
2.2 Fungsi Desain Pembelajaran
Fungsi desain Instruksional menurut Moedjiono (Wahyulestari, Suwardi,
2012) adalah:
1. Fungsi perencanaan
Guru setiap akan mengajar harus mengadakan persiapan terlebih dahulu, baik
persiapan tertulis maupun persiapan tidak tertulis. Komponen-komponen yang
harus disiapkan antara lain:
a) Topik/bahasan yang akan diajarkan
b) Situasi pemulaan
c) Tujuan instruksional
d) Evaluasi
8
9
e) Materi/bahan pelajaran
f) Kegiatan belajar mengajar
g) Media, metode dan sumber.
2. Fungsi Pelaksanaan Proses belajar mengajar
Desain instruksional berfungsi untuk mengefektifkan pelaksanaan proses belajar
mengajar sesuai dengan rencana.
3. Kegunaan Desain Instruksional.
Desain instruksional yang dibuat oleh guru memiliki kegunaan dengan hasil akhir
proses pembelajaran
2.3 Komponen-komponen Desain Pembelajaran
Menurut Dolong (2016) dalam artikelnya, bahwa komponen-komponen
perencanaan pembelajaran terdiri dari tujuh bagian, diantaranya:
1. Tujuan Pembelajaran
Komponen paling mendasar dalam proses desain pembelajaran adalah tujuan dan
standar kompetensi yang hendak dicapai dalam pelaksanaan pembelajaran.
Penentuan ini penting untuk dilakukan mengingat pembelajaran yang tidak diawali
dengan identifikasi dan penentuan tujuan yang jelas akan menimbulkan kesalahan
sasaran. Dalam hubungannya dengan pelaksanaan pembelajaran, rumusan tujuan
merupakan aspek fundamental dalam mengarahkan proses pembelajaran yang baik.
2. Peserta Didik
Peserta didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan kegiatan pendidikan. Anak didik adalah unsur
manusiawi yang sangat penting dalam kegiatan interaksi edukatif. Ia dijadikan
sebagai pokok persoalan dalam semua gerak kegiatan pendidikan dan pengajaran.
Sebagai pokok persoalan, anak didik memiliki kedudukan yang menempati posisi
yang menetukan dalam sebuah interaksi. Guru tidak mempunyai arti apa-apa tanpa
kehadiran anak didik sebagai subjek pembinaan. Jadi, anak didik adalah kunci yang
mentukan terjadiya interaksi edukatif.
3. Pendidik
Pendidik atau guru adalah orang yang bertanggungjawab mencerdaskan kehidupan
anak didik. Pendidik harus mempersiapkan perangkat pembelajaran sebelum
melaksanakan tugas profesinya, merumuskan tujuan, menentukan metode,
9
10
menyampaikan bahan ajar, menentukan sumber belajar dan yang paling terakhir
ketika pendidik akan melihat hasil pembelajarannya adalah melaksanakan evaluasi.
4. Bahan atau materi pembelajaran
Bahan ajar adalah segala bentuk bahan yang digunakan untuk membantu guru
/instructur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar. Bahan ajar merupakan
informasi alat dan teks yang diperlukan guru/instructur untuk perencanaan dan
penelaahan implementasi pembelajaran. Bahan ajar adalah segala bentuk bahan
yang digunakan untuk membantu guru/instructur dalam melaksanakan kegiatan
belajar mengajar dikelas. Sejalan dengan itu Majid (2013) mengatakan sebuah
bahan ajar paling tidak mencakup antara lain petunjuk belajar, kompetensi yang
akan dicapai, informasi pendukung, latihan-latihan, petunjuk kerja (dapat berupa
lembar kerja) dan evaluasi.
5. Metode
Proses belajar mengajar meruapakan interaksi yang dilakukan antara guru dengan
peserta didik dalam suatu pengajaran untuk mewujudkan tujuan yang ditetapkan.
Tidak semua metode cocok digunakan untuk mencapai tujuan pembelajaran
tertentu. Hal ini tergantung dari karakteristik peserta didik, materi pembelajaran,
dan konteks lingkungan dimana pembelajaran itu berlangsung. Metode pengajaran
atau pendidikan adalah suatu cara yang digunakan pendidik untuk menyampaikan
materi pelajaran, keterampilan atau sikap tertentu agar pembelajaran dan
pendidikan berlangsung efektif dan tujuannya tercapai denga baik
6. Media
Media tidak bisa dipisahkan dari metode yang digunakan oleh seorang pendidik
dalam menyampaikan bahan ajar karena metode merupakan rangkaian dari media
tersebut.
7. Evaluasi
Evaluasi hasil belajar adalah keseluruhan kegiatan pengukuran (pengumpulan data
dan informasi), pengolahan, dan penafsiran dan pertimbangan untuk membuat
keputusan tentang tingkat hasil belajar yang dicapai oleh siswa setelah melakukan
kegiatan belajar dalam upaya mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan.
Evaluasi hasil belajar memiliki tujuan-tujuan tertentu: 1) Memberikan informasi
tentang kemajuan siswa dalam upaya mencapai tujuantujuan belajar melalui
10
11
11
12
1 4 5 6 7
Merumuskan Mengembangkan Mengembangkan 8 10
Mengidentifikasi Mengembangkan
Tujuan Tujuan Instrumen Dan Menentukan Mengembangkan Mendesain
Strategi
Pembelajaran Pembelajaran Penilaian Materi Dan Membuat dan Membuat
Pembelajaran
Pembelajaran Evaluasi Formatif Evaluasi Sumatif
3
Menganalisis
Kemampuan
Awal Peserta
Didik
12
13
ada (what should be) dan keadaan nyata atau riil di lapangan yang sebenarnya (what
is). Dengan cara “melihat” kesenjangan atau gap yang terjadi, pengembangan
mencoba menawarkan suatu alternatif pemecahan dengan cara mengembangkan
suatu produk atau desain tertentu. Tentu saja, rencana yang akan dilakukan itu
dilandasi dari segi teori dan kajian empiris yang sudah ada sebelumnya, bahwa hal
tersebut memang patut atau layak dilakukan atau diadakan pengkajian lebih luas
lagi. Dengan kata lain, bahwa berdasarkan analisis ini pula, pengembangan
mengetengahkan suatu persoalan atau kesenjangan dan sekaligus menawarkan
solusinya.
2. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct Instructional Analysis).
Apabila yang dipilih adalah latar pembelajaran, maka langkah berikutnya
pengembangan melakukan analisis pembelajaran, yang mencakup ketrampilan,
proses, prosedur, dan tugas-tugas belajar untuk mencapai tujuan pembelajaran. Hal-
hal apa saja yang menjadi kebutuhan yang dirasakan “felt need”, perlu diidentifikasi
dan selanjutnya diungkapkan dalam rancangan produk atau desain yang ingin
dikembangkan. Ini menjadi spesifikasi suatu produk atau desain yang akan
dikembangkan lebih lanjut dan memiliki kekhasan tersendiri.
3. Analisis Pembelajar dan Konteks (Analyze Learners and Contexts).
Analisis ini bisa dilakukan secara simultan bersamaan dengan analisis
pembelajaran di atas, atau dilakukan setelah analisis pembelajaran. Menganalis
pembelajar dan konteks, yang mencakup kemampuan, sikap, karakteristik awal
pembelajar dalam latar pembelajaran. Dan juga termasuk karakteristik latar
pembelajaran tersebut di mana pengetahuan dan keterampilan baru akan digunakan
untuk merancang strategi instrusional.
4. Merumuskan Tujuan Performasi (Write Performance Objectives).
Merumuskan tujaun performasi atau untuk kerja dilakukan setelah analisis-
analisis pembelajar dan konteks. Merumuskan tujuan untuk kerja, atau operasional.
Gambaran rumusan oprasional ini mencerminkan tujuan khusus program atau
produk, prosedur yang dikembangkan. Tujuan ini secara spesifik memberikan
informasi untuk mengembangkan butir-butir tes. Pengembang melakukan
penerjemahan tujuan umum atau dari standar kompetensi yang telah ada ke dalam
tujuan khusus yang lebih operasional dengan indikator-indikator tertentu.
13
14
14
15
15
16
16
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Desain intruksional berkenaan dengan proses pembelajaran yang dapat
dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di dalamnya
mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang
diharapkan, rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan
termasuk metode, teknik dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik
evaluasi untuk mengukur atau menentukan keberhasilan pencapaian tujuan
2. Fungsi Desain Instruksional diantaranya, (1) Fungsi perencanaan, (2) Fungsi
Pelaksanaan Proses belajar mengajar (3) Kegunaan Desain Instruksional.
3. Komponen-Komponen Desain Pembelajaran diantranya, 1). Tujuan Pendidikan
2). Peserta Didik, 3). Pendidik, 4). Bahan atau materi pembelajaran, 5). Metode
6). Media 7). Evaluasi
1) Model Dick and Carrey langkah-langkah Pembelajarannya mencakup:
mengidentifikasi tujuan umum pembelajaran, melaksanakan analisis
pengajaran, mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa,
merumuskan tujuan performansi, mengembangkan butirbutir tes acuan
patokan, mengembangkan strategi pengajaran, mengembangkan dan memilih
material pengajaran, mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif,
merevisi bahan pembelajaran, mendesain dan melakukan evaluasi sumatif.
3.2 Saran
1. Sebaiknya kerjasama antara kepala sekolah dan guru lebih intensif serta struktur
lain yang dapat menunjang akan proses belajar mengajar lebih di perbanyak
terutama untuk media pembelajaran agar pembelajaran lebih kondusif dan
menyenangkan.
2. Tata administrasi terkait data-data sekolah lebih tertibkan dan di rapikan.
3. Perlu persiapan yang lebih matang sebelum pembelajaran berlangsung
4. Penggunaan metode dan media lebih variatif lagi agar pembelajaran lebih
menarik sehingga kompetensi siswa mudah tercapai.
17
18
DAFTRA PUSTAKA
Abdullah, F. S., dan Yunianta T. N. 2018. Pengembangan Media Pembelajaran
Matematika Trigo Fun Berbasis Game Edukasi Menggunakan Adobe Animate
Pada Materi Trigonometri. Aksioma: Jurnal Pendidikan Matematika FKIP
Univ. Muhammadiyah Metro, Vol. 7 (3).
Aji, W. N. 2016. Model Pembelajaran Dick and Carey dalam Pembelajaran Bahasa
dan Sastra Indonesia. Kajian Linguistik dan Sastra, Vol. 1 No. 2
Gagne, R.M., Driscoll, M.P. 1992. Essentials of learning for instructional. Florida:
State University
Kartikasari, I., dkk. 2016. Konstruksi dan Validasi Model Desain Pembelajaran
Berbasis Masalah untuk Mengembangkan Kreativitas Siswa. Edu-Sains,
Volume. 5, No. 1
18
19
Yusri, A. Y., dan Arifin, S. 2018. Desain Pembelajaran Kooperatif Berbasis Teori
Bruner Untuk Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Matematika. Histogram:
Jurnal Pendidikan Matematika, Volume 2 (2).
19