Anda di halaman 1dari 33

MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN INQUIRI TERBIMBING UNTUK

MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA KELAS VIII A PADA KONSEP


TEKANAN ZAT TAHUN PELAJARAN 2021/2022

OLEH

Silviani Jenifer Mega Putri

(1901050036)

PENDIDIKAN FISIKA

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NUSA CENDANA

2022
DAFTAR ISI

COVER...................................................................................................................................

DAFTAR ISI.......................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang............................................................................................................


1.2 Rumusan Masalah........................................................................................................
1.3 Tujuan Penelitian............................................................................................................
1.4 Manfaat penelitian..........................................................................................................
1.5 Batasan masalah........................................................................................................ ....

BAB II KERANGKA TEORITIS

2.1 TINJAUAN PUSTAKA

2.1.1 Belajar dan pembelajaran..................................................................................

2.1.2 Aktivitas Belajar...............................................................................................

2.1.3 Penguasaan Konsep Fiaika.................................................................................

2.1.4 Model Pembelejaran Inkuiri Terbimbing...............................................................

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan........................................................................................

2.3 Kerangka Pemikiran..........................................................................................................

BAB III METODE PENELITIAN

3.1 Jenis Penelitian...............................................................................................................

3.2 Subjek Penelitian..........................................................................................................

3.3 Defini Operasional....................................................................................................................


3.4 Faktor Yang diteliti................................................................................................

3.5 Prosedur Penelitian.........................................................................................................

3.6 Teknik Pengumpulan Data......................................................................

3.7 Teknik Analisis Data.......................................................................................................

3.8 Analaisis Data Penliaian Psikomotorik.................................................................................

3.9 Analisis Data Penilaian Afektif.................................................................................................

3.10 Analisis Data Observasu Aktivitas Guru........................................................................

3.11 Analaisis Data Obeservasi Aktivitas Belajar Siswa...........................................................

3.2 Indikator Keberhasilan........................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG


Pendidikan memegang peranan penting dalam meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Selain itu melalui pendidikan akan dibentuk manusia yang berakal dan berhati nurani.
Kualifikasi sumber daya manusia yang mempunyai karakteristik seperti diatas sangat
diperlukan dalam menguasai dan mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi,
sehingga mampu menghadapi perkembangan global. Mutu pendidikan sangat penting
dalam rangka peningkatan peradaban dan pengembangan bangsa di masa depan.
Pernyataan ini senada dengan Undang-Undang Republik Indonesia No2 Tahun 2003 Pasal
3 tentang sistem pendidikan nasional yang menyatakan bahwa :
“Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak
serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa,
bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga Negara yang demokratis serta bertanggung jawab”.

Untuk mecapai tujuan pendidikan ini perlu diringi dengan peningkatan mutu
pendidikan. Mutu pendidikan yang baik akan menciptakan output yang baik dari semua
komponen yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak. Berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan pendidikan banyak tergantung dari proses belajar yang dialami siswa.
Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu wujud nyata pembangunan bidang
pendidikan
Keberhasilan pembelajaran tergatung pada guru dan siswa sebagai actor dalam
pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan yang penting dalam menentukan
keberhasilan dan proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai tenaga professional yang
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan mutu pendidikan.
Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan mengajar , mengelola tahapan
pembelajaran, memanfaatkan pendekatan, menggunakan model dan mengalokasikan
waktu. Penguasaan materi pembelajaran merupakan kemampuan strategis yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam rangka mendukung tercapainya kompetensi secara efektif
dan efisien. Sedangkan penyampaian materi pembelajaran yang baik dapat diartikan segala
usaha guru untuk mengelola proses pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dalam
suasana yang menyenangkan, serta beraktivitas tinggi.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajarai,
menguaraikan dan menganalisis gejalah- gejalah miksroskopik alam secara ilmiah. Fisika
merupakan salah satu ilmu yang sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Banyak alat alat canggih yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan manusia , dimana alat alat tersebut didasari prinsip prisnsip fisika.
Pentingnya peranan fisika dalam kehidupan terutama dalam bidang pengetahuan dan
teknologi , maka perlu kiranya usaha berbagai bidang untuk meningkatkan mutu
pendidikan fisika. .Tetapi ironisnya mata pelajaran fisika pelajaran fisika masih dianggap
sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Anggapan ini berakibat turunnya minat dan
motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran fisika .
Salah satu faktor kurang yang menyebabkan kurangna minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran adalah guru dalam memilih model pembelajaran tidak sesuai dengan sub
materi yang dibawakan, guru kurang mengaktifkan siswa sehingga siswa hanya sebagai
pendengar saja, yang mengakibatkan kreativitas siswa terabaikan. Oleh karena itu . seiring
perkembangan zaman diperlukan situasi pembelajaran yang interaktif dan komonikatif
yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada SMP kelas VIII A ditemukan bahwa yang menjadi
permasalahan pada SMP kelas VIII A adalah rendahnya hasill belajar siswa terutama pada
materi Tekanan. Dimana rata rata hasil belajar yang diperoleh adalah 46,00, sementara nilai
KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 61.00. selain itu, diungkapkan bahwa sebagian
guru khususnya guru IPA Fisika masih menggunakan model pembelajaran yang
konvensional. Sehingga dalam proses belajar mengajar berlangsung guru mendominasi
kegiatan belajar, hal ini menyebabkan siswa cenderung tidak aktif karena hanya menerima
informasi yang berpusat pada guru. Dalam kondisi seperti ini tentunya membuat siswa
jenuh belajar sehingga sebagian siswa tidak berkosentrasi dan tidak termotivasi terhadap
materi yang sedang disampaiakan.
Berdasarkan permasalahan tersebut , dibutuhkan suatu alternatif pembelajaran yang
memberikan siswa peluang untuk dapat terlibat aktif dalam proses penemuan langsung
konsep konsep fisika. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar fisika adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut W, Gulo
dalam “ Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains” ( 2012:86) menyatakan model
inkuiri terbimbing berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis dan analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Siswa diharapkan dapat menyelidiki mengapa sutau peristiwa dapat terjadi
serta mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk mencari jawabannya. Sasaran
utama kegiatan mengajar pada model pembelajaran ini adalah sebagai berikut : (1)
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, kegiatan belajar disini
adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional. (2) Keterarahan kegiatam secra
logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. (3) Mengembangkan sikap percaya terhadap
diri sendiri pada diri siswa tentang sesuatu yang ditemukan dalam proses inkuiri ( W. Gulo,
2012). Pengajaran dengan metode ikuiri terbimbing dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan sesuatu dengan bimbingan guru.
Berbeda dengan jenis-jenis inkuiri yang lain, pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing siswa hanya diberikan sebuah masalah, topik dan pertanyaan, sedangkan
prosedur serta analisis hasil dan pengambilan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik
dengan bimbingan yang intensif dari guru. Pada tahap permulaan penerapan inkuiri
terbimbing diberikan banyak bimbingan terhadap siswa, sedikit demi sedikit bimbingan
dikurangi. Seperti yang dikemukakan oleh Hudoyono (dalam Zuriyani, 2010) bahwa dalam
usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan
pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan
kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi
kesulitankesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan. Menurut
Mulyasa (2005: 109) Pelaksanaan penyelidikan inkuiri terbimbing dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing. Penerapan inkuiri terbimbing digunakan terutama bagi siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan inkuiri.

Berdasarkan uraian diatas penulis beinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul :
“ Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII A Pada Materi Tekanan Zat Tahun Pelajaran 2021/2022”

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan di atas maka dalam penelitian
dapatdirumuskan permasalahan sebagai berikut :
1. Apakah dengan penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
aktifitas belajar siswa kelas VIII A SMP pada konsep Tekanan Zat
2. Apakah penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing dapat meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII A SMP pada konsep Tekanan Zat
1.3 Tujuan Penelitin
Berdasarkan perumusan masalah diatas , maka tujuan penelitian tindakan ini adalah :
1. Untuk meningkatkan aktifitas belajar Siswa kelas VIII A SMP dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada Konsep Tekanan Zat
2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa Kelas VIII A SMP dengan Menerapkan
Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing pada konsep Tekanan Zat
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan mampu memberikan manfaat untuk guru, siswa, sekolah dan
peneliti.
a. Bagi siswa dapat meningkatkan keaktifan, terutama dalam kinerja ilmiah.
b. . Bagi guru memberikan masukan yang bermanfaat tentang metode pembelajaran
inkuiri terbimbing yang diharapkan mampu meningkatkan hasil belajar siswa serta
mampu memperbaiki dan meningkatkan mutu pembelajaran Fisika di kelas.
c. Bagi sekolah dapat memberikan sumbangan yang baik dalam rangka perbaikan
pembelajaran dan peningkatan mutu sekolah khususnya pembelajaran Fisika.
d. Bagi peneliti agar memiliki pengetahuan yang lebih luas tentang metode pembelajaran
untuk penelitian lanjutan dan memiliki keterampilan untuk menerapkannya, khususnya
dalam pengajaran Fisika.

1.5 Batasan Masalah

Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai sasaran serta untuk menghindari terlampau
luasnya permasalahan diatas maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
2. Materi yang digunakan adalah konsep Tekanan Zat
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP
4. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud adalah meningkatnya kemampuan yang dimiliki
seseorang setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar dalam penelitian ini
meninjau pada tiga aspek yaitu kognitif, sikap dan kinerja.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka

21.1. Belajar dan Pembelajaran

Hakikat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dan sikap setelah terjadinya
interaksi dengan sumber belajar dan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru
dan siswa dalam mencapai tujuan dari proses belajar. Ada banyak definisi tentang belajar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan secara terminologis, banyak ahli yang
mengungkapkan pengertian belajar.

Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dilakukan siswa melalui
kegiatan pembelajaran dikelas. Hal ini didukung oleh pernyataan Gagne dalam Suprijono
(2013: 2), “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas”. Kita dapat melihat kegiatan aktivitas terjadi didalam kelas Contohnya
dalam proses pembelajaran adalah aktivitas mendengarkan, membaca,, mengajukan
pertanyaan, menghafal, praktikum dan masih banyak aktivitas lainnya.

Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru melalui interaksi dengan lingkungan.
Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dan lingkungannya. Didalam
interaksi ini terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Guru yang mengajar,
materi pelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, media pembelajaran, dan kondisi
lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa. Selain itu, Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono
(2013: 9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Ketika siswa belajar maka
hasilnya akan baik, bila tidak belajar maka hasilnya akan menurun.

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni (a) informasi herbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d)
sikap, dan (e) keterampilan motoris. (Sudjana, 2011:22). Sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.

a) Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis , dan
evaluasi. Kedua aspek pertama tersebut kognitif tingkat rendah dan keempa aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b) Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup denga sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawab atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Domain Afektif menunjukkan tujuan pe-
-ndidikan yang terarah kepada kemampuan-kemampuan bersikap dalam
menghadapi realitas atau masalah-masalah yang muncul disekitarnya.
c) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris,
yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan kompleks, dan (f)
gerakan ekspresif dan interpreatatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran.

. Seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya ia mengalami
perubahan tingkah laku yang baru, maka seseorang tersebut dikatakan telah belajar. Ini
berarti bahwa seseorang yang telah belajar sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.

Slavin dalam Putra (2013: 15) menyatakan pembelajaran didefenisikan sebagai


perubahan tingkah laku individu yang disebabkan oleh pengalaman. Jadi, suatu proses dapat
dikatakan pembelajaran apabila terdapat perubahan tingkah laku siswa berdasarkan
pengalaman- pengalaman yang telah dialaminya setelah belajar. Hal ini juga diperkuat oleh
Hamalik (2013: 54 ) yang mengungkapkan bahwa pembelajaran ialah suatu perpaduan dari
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling berkaitan demi
tercapainya tujuan pembelajaran. Didalam proses pembelajaran, semua komponen tersebut
bergerak sekaligus dalam suatu rangkaian kegiatan yang terarah dalam rangka membawa
pertumbuhan siswa ke tujuan yang diinginkan. Jadi, dapat dikatakan pembelajaran
merupakan suatu pola yang didalamnya tersusun suatu prosedur yang direncanakan.

Berdasarkan beberapa definisi pembelajaran menurut para ahli tersebut, dapat


disimpulkan bahwa pembelajaran tidak hanya semata-mata menyampaikan materi sesuai
dengan target kurikulum tanpa memperhatikan kondisi siswa, tetapi juga terkait dengan
unsur manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan, dan prosedur yang saling
mempengaruhi demi mencapai tujuan pembelajaran yang telah ditentukan.

2.1.2 Aktivitas Belajar

Aktivitas belajar adalah kegiatan-kegiatan siswa yang dapat menunjang keberhasilan


belajar. Dalam proses pembelajaran, guru perlu menimbulkan aktivitas siswa dalam berpikir
dan melakukan sesuatu. Sardiman (2012: 95) menyatakan tidak ada belajar kalau tidak ada
aktivitas. Itulah sebabnya aktivitas merupakan prinsip yang sangat penting didalam interaksi
pembelajaran. Muzamiroh (2013: 104) mendefenisikan aktivitas belajar adalah berbagai
aktivitas yang diberikan pada pembelajaran dalam situasi belajar mengajar. Aktivitas belajar
ini didesain oleh guru agar memungkinkan siswa memperoleh hasil yang ditentukan,
sehingga maksud dan tujuan pembelajaran tercapai. Montessori dalam Sardiman (2012: 96)
menyatakan bahwa anak-anak memiliki tenaga-tenaga untuk berkembang sendiri,
membentuk sendiri. Hal ini menjelaskan bahwa yang lebih banyak melakukan aktivitas
didalam pembentukan diri adalah anak itu sendiri, sedangkan guru membimbing dan
merencanakan segala kegiatan yang diperbuat oleh anak didik.

Jadi, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, mulai dari kegiatan fisik sampai psikis.

2.1.3 Penguasaan Konsep Fisika

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) penguasaan adalah proses, cara, perbuatan
menguasai atau menguasakan pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan, kepandaian. Konsep adalah rancangan, ide. Fisika merupakan ilmu tentang zat
dan energi. Jadi penguasaan konsep Fisika adalah kemampuan siswa dalam memahami
makna dan ide – ide pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tentang alam dan sekitarnya.

Tujuan proses pembelajaran yang ideal adalah konsep yang dipelajari siswa dapat
dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Menurut Nasution (2009: 38) faktor – faktor yang
mempengaruhi penguasaan penuh diantaranya (1) bakat untuk mempelajari sesuatu; (2)
mutu pengajaran; (3) kesanggupan untuk mamahami pengajaran; (4) ketekunan; (5) waktu
yang tersedia untuk belajar.

2.1.4 Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing

Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan Pembelajaran adalah perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Model Pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan dikelas sehingga siswa
belajar dan mampu menangkap materi pelajaran. Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris
yaitu “to inquire” yang artinya bertanya atau menyelidiki. Menurut Sa’ud ( 2009: 169 )
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis Wenning (2010: 12) menjelaskan bahwa terdapat
tiga jenis Inkuiri berdasarkan pengalaman dan tingkat kontrolnya, yaitu Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry), Inkuiri Terbatas (Bounded Inquiry) dan Inkuiri Bebas (Free Inquiry)..
Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Gulo menyatakan inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa adalah:

1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;
2. Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).

Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:

1. Motivator, memberi rangsangan agar siswa aktif dan bergairah berfikir.


2. Fasilitator, menunjukkan jalan keluar jika siswa mengalami kesulitan.
3. Penanya, menyadarkan siswa dari kekeliruan yang mereka buat.
4. Administrator, bertanggung jawab terhadap seluruh kegiatan kelas.
5. Pengarah, memimpin kegiatan siswa untuk mencapai tujuan yang diharapkan.
6. Manajer, mengelola sumber belajar, waktu, dan organisasi kelas.
7. Rewarder, memberi penghargaan pada prestasi yang dicapai

Inkuiri Terbimbing merupakan salah satu jenis Inkuiri. Menurut Banchi &
Bell,sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61) Inkuiri Terbimbing adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah
kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan
sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Inkuiri Terbimbing
merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan
terhadap suatu masalah sehingga ditemukan penjelasan dari apa yang diselidiki. Guru tidak
melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan siswa tetapi berperan mengarahkan peserta
yang memerlukan bimbingan.

Sintaks metode inkuiri dalam peneliti ini mengacu kepada pendapat sanjaya dalam
dian marlinasari (2008:202) yaitu 1) Orientasi: guru mengkondisikan siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru menciptakan suasana atau iklim pembelajaran
yang membuat siswa mau untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah. 2) merumuskana masalah: langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. 3) merumuskan hipotesisi: salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara. 4) mengumpulkan data:
aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5)
menguji hipotesis: langkah ini adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6)
merumuskan kesimpulan: merumuskan kesimpulana adalah : proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.

Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan begitu pula
model pembelajaran Inkuiri. Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis Inkuiri
Terbimbing menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 16) adalah (1) hasil belajar tahan lama
diingat; (2) memperkaya pengalaman siswa; (3) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; (4)
siswa terhindar dari verbalisme; (5) mengembangkan sikap suka bereksplorasi tentang sains.
Kekurangan model pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing adalah (1) memerlukan
sarana dan prasarana yang memadai; (2) tidak semua materi dapat dieksperimenkan; (3)
setiap eksperimen tak membuahkan hasil yang diharapkan.

Tabel 2.1 Tahap Pembelajaran Inkuiri[3]

Fase Perilaku Guru

1. Menyajikan Guru membimbing siswa mengidentifikasi


pertanyaan atau masalah masalah dan masalah dituliskan dipapan tulis.
Guru membagi siswa dalam kelompok.

2. Membuat hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa


untuk curah pendapat dalam membentuk
hipotesis. Guru membimbing siswa dalam
menentukan hipotesis yang relevan dengan
permasalahan dan memprioritaskan hipotesis
mana yang manjadi prioritas penyelidikan.

3. Merancang Guru memberikan kesempatan pada siswa


percobaan untuk menentukan langkah-langkah yang
sesuai dengan hipotesis yang akan dilakukan.
Guru membimbing siswa mengurutkan
langkah-langkah percobaan.

4. Melakukan Guru membimbing siswa mendapatkan


percobaan untuk informasi melalui percobaan.
memperoleh informasi
5. Mengumpulkan dan Guru memberi kesempatan pada tiap
menganalisis data kelompok untuk menyampaikan hasil
pengolahan data yang terkumpul

6. Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat


kesimpulan

2.2 Hasil Penelitian Yang Relevan


1. Alian Suhendra (2012) dengan hasil penelitian model inkuiri terbimbing
menunjukkan bahwa hasil penelitiannya adalah aktivitas dan hasil belajar
fisika siswa mengalami peningkatan pada siklus II dan siklus III dengan
kriteria sangat baik dan kemampuan komunikasi siswa juga meningkat.
2. Nuraisyah Nuraisyah, Abd Samad, Maruf Maruf (2014) , menggunakan model
inkuiri terbimbing menunjukan hasil penelitian dimana hasil belajar siswa (dilihat
dari nilai rata rata tugas dan keaktifan siswa dalam kelas mengalami kenaikan)

3. Yuswanto, Yonif Priagung (2011) Hasil penelitian mengenai : (1) pada aspek
kognitif perolehan gain skor siswa mengalami peningkatan sebesar 0,16 poin. (2)
aspek afektif siswa mengalami peningkatan 17,94%. (3) aspek psikomotor siswa
mengalami peningkatan 18,80%. Model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.

2.3 Kerangka Pemikiran

Berdasarkan uraian teoritis diatas dalam membuat kerangka pemikiran pada


awalnya harus memahami kondisi ideal dalam pembelajaran ini yaitu : 1) Pembel-
-ajaran IPA dengan adanya percobaan. 2) Siswa dapat menjawab soal dalam
bentuk yang bervariasi. 3) Siswa aktif dalam mengikuti proses pembelajaran.
Setelah memahami kondisi ideal, lakukan observasi tentang fakta yang terjadi
disekolah, kondisi ini yang disebut dengan kondisi faktual. Kondisi faktual yang
terjadi yaitu : 1) Siswa tidak dapat menjawab soal yang berbeda dengan contoh
soal yang diberikan guru. 2) Siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran..
Hasil yang telah diperoleh yang dilihat dari kondisi ideal dan kondisi
faktual bahwa aktifitas dan hasil belajar sisiwa berkurang dalam pembelajaran di-
-kelas. Pemasalahan yang disebutkan diatas dapat menerapkan metode inkuiri
terbimbing percoban. 5) Mengumpulkan dan menganalisis data. 6) Membuat
kesimpulan.
Hasil akhir yang diharapkan didalam penelitian ini yaitu bahwa aktifitas
dan hasil belajar siswa itu meningkat.

Kondisi Faktual Kondisi Ideal


 Pembelajaran IPA hanya dengan
menyampaikan  Pembelajaran IPA dengan adanya percobaan
materi  Guru menggunakan model pembelajaran yang
 Guru menggunakan model pembelajaran biasa menyenangkan
 Siswa cenderung pasif dalam mengikuti proses
pembelajaran
 Siswa aktif dalam mengikuti proses
pembelajaran.

Aktifitas dan hasil belajar kurang

Menerapkan Model Ikuiri Terbimbing


Langkah- langkah Kegiatan Guru
Merumuskan Masalah Guru membimbing sisw mengidentifikasi masalah
Merumuskan hipotesis Guru memberikan kesempatan pada siswa untuk
curah pendapat dalam membentuk hipotesis. Guru
membimbing siswa dalam menentukan hipotesis
yang relevan dengan permasalahan dan
memprioritaskan hipotesis mana yang menjadi
prioritas penyelidikan
Merancang Percobaan Guru membimbing siswa mengurutkan langkah-
langkah percobaan yang sesuai dengan hipotesis
yang akan dilakukan.
Melakukan percobaan Guru membimbing siswa saat melakukan
percobaan dan mendapatkan informasi melalui
percobaan
Mengumpulkan dan Guru memberikan kesempatan pada tiap siswa
menganalisis data untuk menyampaikan hasil pengolahan data yang
. terkumpul.

Membuat kesimpulan Guru membimbing siswa dalam membuat


kesimpulan

Aktivitas dan hasil belajar siswa kelas VIII.6


mengalami
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah Classroom Action Research (Penelitian


Tindakan Kelas). Classroom Action Research (Penelitian Tindakan Kelas) adalah suatu
perencanaan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan yang sengaja
dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. (Iskandar,2011).
Penelitian tindakan kelas dilakukan untuk memperbaiki pembelajaran yang dilakukan
di kelas. Pada penelitian ini, akan dilakukan interaksi tindakan dalam pengajaran fisika
pada konsep bunyi melalui metode inkuiri terbimbing.

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII. A di SMPN , yang berjumlah 22
orang siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Tempat penelitian
ini dilakukan di ruang belajar kelas VIII. A SMP. . Penelitian diadakan pada semester II
yaitu pada bulan Maret 2022.

3.3. Definisi Operasional

1. Metode inkuiri terbimbing adalah kegiatan inkuiri dimana masalah


dikemukakan guru kemudian siswa bekerja untuk menemukan jawaban terhadap
masalah tersebut dibawah bimbingan intensif guru, dengan langkah-langkah (a)
merumuskan masalah; (b) merumuskan hipotesis; (c) ) merancang percobaan;
(d) melakukan percobaan; (e) mengumpulkan dan menganalisis data; (f)
membuat kesimpulan.

2. Aktifitas siswa adalah kegiatan siswa dalam proses pembelajaran berlangsung.

3. Hasil belajar adalah proses kognitif yang dicapai siswa sebagai hasil dari
proses pembelajaran.

3.4. Faktor yang Diteliti


Faktor-faktor yang akan diteliti penelitian ini adalah:

1. Aktivitas Belajar Siswa.

Keaktivan siswa yang akan diteliti adalah aktifitas siswa selama kegiatan belajar-
mengajar dengan penerapan metode inkuiri terbimbing.

2. Hasil Belajar Siswa

Hasil belajar siswa yang akan diteliti adalah nilai rata-rata siswa pada pada setiap siklus
setelah dilaksanakan kegiatan belajar-mengajar dan kegiatan praktikum yang mereka
lakukan dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Hasil belajar dalam penelitian ini
adalah tingkat kemampuan siswa terhadap konsep fisika tentang bunyi yang diukur
dengan kemampuan kognitif melalui tes dan kemampuan afektif melalui lembar
penilaian sikap siswa

3.5. Prosedur Penelitian

Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) adalah bagaimana sekelompok guru untuk
memecahkan yang terjadi dikelas dan meningkatkan kegiatan nyata kondisi praktek
pembelajaran dalam kegiatan pengembangan profesinya (Iskandar, 2011). Penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap yaitu : 1) Refleksi awal, dan 2) persiapan tindakan yang
direncanakan akan dilakukan dalam tiga siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 4
tahapan, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan
(Observation), dan refleksi (reflecting)

1 Refleksi Awal

Refleksi awal adalah kegiatan awal sebelum peneliti melakukan penelitian. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran
di sekolah yang menjadi objek penelitian dan untuk mengetahui gambaran
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran fisika disekolah.
Dalam refleksi awal ini peneliti mengadakan observasi awal di SMPN denga ncara
mewawancarai guru mata pelajaran Fisika di kelas VIII.A, yang akan diteliti yang
meliputi bagaimana proses belajar mengajar Fisika serta model dan metode
pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar dan reaksi siswa terhadap
kegiatan belajar mengajar Fisika. Agar peneliti dapat menentukan tindakan yang
tepat untuk menerapkan metode inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelas dan hasil belajar siswa.

Penelitian ini dilaksanakan dalam beberapa siklus sebagai berikut :

1. Siklus I

1. Perencanaan

Pada tahapan ini disusun rencana tindakan sebagai berikut:

a. Menyusun silabus untuk pokok bahasan Tekanan

b. Menyusun desain pembelajaran dengan model inkuiri terbimbing.

c. Membuat Skenario Pembelajaran (SP) metode inkuiri terbimbing.

d. Menyusun Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) Pokok bahasan

Tekanan

e. Menyusun modul untuk pokok bahasan tekanan.

f. Mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS)

g. Mempersiapkan Tes Akhir Sikus I

h. Membuat kunci jawaban tes akhir siklus I

i. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas guru

j. Mempersiapkan lembar observasi aktivitas siswa.

2. Pelaksanaan Tindakan

Tahap pelaksanaan ini dilakukan atau mengacu pada Skenario Pembelajaran


siklus I dengan menerapkan metode inkuiri terbimbing.
3. Observasi

Proses observasi dilakukan oleh pengamat terhadap pelaksanaan tindakan siklus


I dengan menggunakan lembar observasi aktivitas guru dan siswa yang telah
disiapkan peneliti.

4. Refleksi

Pada tahap refleksi terhadap data-data yang telah diperoleh selama proses
pembelajaran dan observasi pada siklus I, kemudian direfleksi untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama siklus I berlangsung,
mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang tidak dan harus terjadi ,
mengapa demikian dan apa yang harus dilakukan untuk perbaikan. Hasil
refleksi pada siklus I kemudian digunakan sebagai pertimbangan untu
menetapkan langkah selajutnya atau membuat rencana tindakan siklus II.

Adapun prosedur atau langkah-langkah dalam penelitian tindakan kelas menurut


(Iskandar. 2011 : 67 ) dapat digambarkan sebagai berikut :

Identifikasi masalah

Perencanaan

Refleksi SIKLUS 1 Pelaksanaan

Pengamatan

Permasalahan Baru Muncul


Hasil Refleksi
Perbaikkan perrencanaan

Refleksi pelaksanaan

Pengamatan

Dilanjutkan Ketahap
berikutnya ?

2. Siklus II

Berdasarkan hasil refleksi dan analisis terhadap proses pembelajaran pada siklus I,
maka kriteria-kriteria yang belum terpenuhi pada siklus I, akan dilakukan perbaikan
pada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus II juga berpedoman pada metode
inkuiri terbimbing. Siklus II dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yang sama pada
siklus I.

3. Siklus III

Berdasarkan hasil refleksi dan analisis terhadap proses pembelajaran pada siklus II,
maka kriteria-kriteria yang belum terpenuhi pada siklus II, akan dilakukan perbaikan
pada siklus III. Proses pembelajaran pada siklus III juga berpedoman pada metode
inkuiri terbimbing. Siklus III dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yang sama pada
siklus I dan II.

3.6 Teknik Pengumpulan Data

3.6.1 Data Observasi

Data observasi diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari dua
macam yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru
digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode inkuiri. Observasi guru dilakukan karena aktivitas guru dalam
kegiatan belajar mengajar berhubungan dengan hasil yang ingin dicapai dari
pembelajaran tersebut. Sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk melihat
aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Aktivitas belajar
siswa menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan dari proses
belajar mengajar.

3.6.2. Data Tes Hasil Belajar

Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes setiap siklus. Lembar tes. dalam
penelitian ini berupa tes persiklus yang terdiri dari soal Siklus I, soal Siklus II, dan soal
Siklus III.

Lembar tes diberikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diberikan. Soal tes disusun berdasarkan indikator hasil belajar yang ingin dicapai.
Bentuk soal berupa essay berdasarkan aspek pemahaman kon- -sep yang terdiri atas
pengetahuan pemahaman dan aplikasi .

Tabel 3.1. Kisi-kisi Soal Siklus I,II,III

Sikl Materi Indikator Sub Pokok Tingkat Pengetahuan Jumlah


us Bahasan Soal
Pengetah Pemahaman Aplikasi
uan

1 Tekanan  Melakukan dan Tekanan 5


merancang Zat Padat 5
percobaan konsep
tekanan zat padat
 Menjelaskan
3 4
konsep tekanan zat
padat dan
implementasinya
dalam kehidupan
sehari-hari

II Tekana  Melakukan dan 5 10


n merancang
percobaan konsep Tekanan
tekanan zat cair ( Zat cair
hukumnpascall
dan hukum
Archimedes )
 Mendeskripsikan
hukum pascall 3 2
dan hokum
Archimedes
 Menjelaskan
penerapan hukum 3 4
pascall dan
hukum
Archimedes
dalam kehidupan
sehari hari

III Tekanan  Merancang dan Tekanan Zat 5 5

melakukan gas

percobaan tekanan
udara
 Menjelaskan 3 4

konsep tekanan gas


dan penerapan
dalam kehidupan
sehari hari

3.7 Teknik Analisa Data

Analisa data merupakan pengalahan dan interpretasi data sehingga dapat diarik
suatu kesimpulan dari hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian dengan
menggunakan teknik pengumpul data penelitian akan dianalisis adalah sebagai berikut :

 Analisis hasil belajar siswa (Tes)

Data tes analisis dengan menggunakan nilai individu, nilai rata-rata siswa dan
kriteria ketuntasan belajar berdasarkan pada penilaian acuan patokan, yaitu penilaian
berdasarkan tingkat daya serap. Siswa dikatakan tuntas secara individual bila mendapat
≥76.

a. Nilai rata-rata kelas



=

Keterangan
∑ = ℎ
N = Jumlah siswa
b. Standar Deviasi

SD =

Keterangan
SD : standard deviasi

N : Jumlah siswa
c. Daya Serap siswa

DS : × 100%
× "
Keterangan
DS : Daya Serap siswa
NS : jumlah nilai seluruh siswa
S : Jumlah peserta tes
Ni : Nilai Ideal
d. Presentase ketuntasan belajar
&'
KB = × 100%
&
Keterangan
KB : ketuntasan belajar
n) ∶ jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 76
n : jumlah peserta tes

2. Laporan / LKS
Presentasi laporan / LKS dianalisa dengan ketentuan penilaian jawaban setiap
kelompok untuk melihat kemampuan siswa berpikir dalam melakukan percobaan yang
mana telah disediakan LKS (Lembar Kerja Siswa ) disetiap kelompok. Penilaian
kelompok dapat dilihat pada rubrik penilaian laporan.

NA (100%) = Hasil Tes (70%) + Laporan (30%)

3.8 Analisis Data Penilaian Psikomotorik

Untuk melihat kemampuan siswa dalam melaksanakan tindakan selama


pembelajaran dapat digunakan lembar penilaian psikomotor siswa. Alat pengukur
penilaian psikomotor siswa terdiri dari 6 (enam) item, meliputi 1) merangkai alat dan
bahan, 2) , merumuskan hipotesis, 3) melakukan percobaan, 4) mengamati dan
mencatat hasil percobaan, 5) menyampaikan hasil percobaan, dan 6) Menarik
kesimpulan dari percobaan.

Alat pengukuran penilaian psikomotor siswa terdiri dari 6 item dan penilaian
jawaban menggunakan skala dianalisis data hasil observasi dengan akan dijadikan
pedoman untuk memperbaiki proses kegiatan belajar-mengajar pada siklus berikutnya.
Skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3 dan skor terendah tiap butir adalah 1, maka
skor tertinggi adalah: 6 x 3 = 18 dan skor terendah adalah 6 x 1 = 6.

<=>? @A?@BCDDB CBEFB =A<GEG?FCH<=>? @A??ACIFJ


Kisaran nilai untuk tiap kriteria =
<=>? @BFK LG@B? <>FE

)MHN
= =4
O

Tabel Kriteria Penilaian Psikomotor

No Kriteria Skor
1 Kurang 1
2 Cukup 2
3 Baik 3

Tabel Interpretasi Penilaian Psikomotor

No Skor rentang Interpretasi Nilai Psikomotorik


Nilai nyata Nilai Relatif Penilaian
1 6 – 10 5,5 – 10,5 Kurang 40-59

2 11 – 15 10,6 – 15,5 Cukup 60-79

3 16 – 18 15,6 – 18 Baik 80-100


3.9 Analisis Data Penilaian Afektif

Lembar ini disusun untuk mengetahui sikap siswa selama mengikuti


pembelajaran fisika. Aspek yang diamati pada lembar observasi siswa adalah sikap
aktif, kedisiplinan, bekerja sama, dan jujur dalam kegiatan belajar mengajar fisika
berlangsung. Melalui lembar penilaian afektif dapat ditentukan apakah siswa memiliki
minat atau tidak dalam proses pembelajaran berlangsung.

Lembarpenilaian afektif siswa dalam penelitian ini terdiri dari 4 butir dengan
skor tertinggi tiap butir adalah 3 dan skor terendah tiap butir adalah 1, maka skor
tertinggi adalah 4 x 3 = 12 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 4.

QRST UVTU"&WW" &"XY" RVQZXZTY&HQRST UVTTV&[Y\


Kisaran nilai untuk tiap kriteria =
QRST U"Y] ^ZU"T QSYX

) H_
= = 3,7
O

Tabel Kriteria Penilaian Afektif

No Kriteria Nilai Afektif


1 Kurang ≤ 59

2 Cukup 60 – 79

3 Baik 80 – 100
Tabel Interpretasi Penilaian Afektif

No Skor rentang Interpretasi


Nilai nyata Nilai Relatif Penilaian
1 4-6 3,5 – 6,5 Kurang

2 7-9 6,6 – 9,5 Cukup


3 10-12 9,6 – 12 Baik

3.10 Analisa Data Obervasi Aktivitas Guru

Lembar observasi aktivitas guru dipergunakan pada saat pelaksanaan kegiatan


belajar-mengajar (perilaku tindakan) bertujuan untuk mengetahui kekurangan-
kekurangan yang dilakukan oleh guru pada saat mengajar. Hasil dari observasi ini akan
dijadikan pedoman untuk memperbaiki proses kegiatan belajar-mengajar pada siklus
berikutnya. Skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3 dan jumlah butir observasi
aktivitas guru adalah 9 maka: skor tertinggi adalah: 3 x 9 = 27.

QRST UVTU"&WW" &"XY" RVQZXZTY&HQRST UVTTV&[Y\


Kisaran nilai untuk tiap kriteria =
QRST U"Y] ^ZU"T QSYX

bHc
= =6
O

Tabel Kriteria Penilaian Aktivitas Guru

No Kriteria Skor
1 Kurang 1
2 Cukup 2
3 Baik 3

Tabel Interpretasi Penilaian Aktivitas Guru

No Skor rentang Interpretasi


Nilai nyata Nilai Relatif Penilaian
1 9-15 8,5 – 15,5 Kurang
2 16-22 15,6 – 22,5 Cukup

3 23-27 22,6 – 27 Baik

3.11 Analisa Data Obervasi Aktivitas Belajar Siswa

Selain observasi aktivitas guru, digunakan juga lembar observasi aktivitas siswa
dalam penelitian ini. Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk
mengetahui keaktifan siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung Skor tertinggi
tiap butir observasi adalah 3 dan jumlah butir observasi aktivitas belajar siswa adalah 10
maka: skor tertinggi adalah: 3 x 10 = 30

QRST UVTU"&WW" &"XY" RVQZXZTY&HQRST UVTTV&[Y\


Kisaran nilai untuk tiap kriteria = QRST U"Y] ^ZU"T QSYX

OdH)d
= = 6,7
O

Tabel Kriteria Penilaian Aktivitas Siswa

No Kriteria Skor
1 Kurang 1
2 Cukup 2
3 Baik 3

Tabel Interpretasi Penilaian Aktivitas Siswa

No Skor rentang Interpretasi


Nilai nyata Nilai Relatif Penilaian
1 10 – 16 9,5 – 16,5 Kurang
2 17 – 23 16,6 – 23,5 Cukup

3 24 – 30 23,6 – 30 Baik

3.12Indikator Keberhasilan

1. Daya Serap

Untuk daya serap tidak ada nilai perbandingan yang dijadikan patokan untuk
menyatakan peningkatan daya serap. Jika pada siklus kedua hasil daya serapnya lebih
besar dari siklus pertama berarti terjadi peningkatan daya serap.

2. Ketuntasan Belajar

Belajar dikatakan tuntas apabila : 1) Individu: Jika setiap siswa mendapat nilai ≥
76) Klasikal: Jika > 85% siswa mendapat nilai ≥ 76.
DAFTAR PUSTAKA

A.M.Sodirman, 2012. Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta : Raja


Grasindo Persada

Banchi. H & Bell, R., 2008. Them Many levels of inquiry.Journal Of Science And
children, 1514, pp. 516-526

E, Mulyasa,2005. Menjadi Guru Profeional.Bandung : PT Remaja Posda Karya

Gulo, W. 2002. Metode Penelitian. Jakarta: PT. Grasind

Hamalik, Oemas, 2013.Proses Belajar Mengajar. Jakarta : PT Bumi Aksara

Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajara. Bandung :
Refika Aditama

Iskandar, 2001. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Gaung persada

Marlinasi, Dian. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri dengan Media Pictorial Riddle
Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa. Pontianak : Jurnal Penlitian
PGSD. FKIP Universitas Tanjung Pura

Nasution, 2004. Dasar-Dasar Pendidikan IPA. Jakarta: PT Bumi Aksara

Nuraisyah Nuraisyah, Abd Samad, Maruf Maruf.2016. Upaya Meningkatkan Hasil


Belajar Fisika Melalui Model Pembelajaran Inquiry Terbimbing Pada Peserta Didik
Kelas VIII SMP Muhammadiyah Limbung. Jurnal Pendidikan fisika. Universitas
Muhamadiyah Makasar.

Slamet, 2010. Belajar dan Faktor Faktor yang mempengatuhinya. Jakarta : Rajawali
Pers

Sudjawa , Nana, 2012. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Suhendra, Alian, 2012. Penerapan Metode Inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep listrik dinamis di kelas X B SMAN
4 Kora Bengkulu: tidak dipublikasikan

Gumayy, Thia Dwi Susanti, 2014. PENERAPAN METODE INKUIRI UNTUK


MENINGKATKAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA KELAS VIII.6 PADA KONSEP
BUNYI DI SMP NEGERI 3 KOTA BENGKULU. Bengkulu : Jurnal pendidikan fisika .
Universitas Bengkulu

( Clasroom Action Research )

Yuswanto, Yonif Priagung. 2011. Penerapan Model Inkuiri Terbimbing dalam


Pembelajaran Fisika untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa kelas X.5 SMA N1
Lawang. Malang : Jurnal Pendidikan Fisika . Universitas Negri Malang

Anda mungkin juga menyukai