OLEH
(1901050036)
PENDIDIKAN FISIKA
2022
DAFTAR ISI
COVER...................................................................................................................................
DAFTAR ISI.......................................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................
BAB 1 PENDAHULUAN
Untuk mecapai tujuan pendidikan ini perlu diringi dengan peningkatan mutu
pendidikan. Mutu pendidikan yang baik akan menciptakan output yang baik dari semua
komponen yang bermanfaat dalam kehidupannya kelak. Berhasil atau tidaknya pencapaian
tujuan pendidikan pendidikan banyak tergantung dari proses belajar yang dialami siswa.
Pendidikan formal di sekolah merupakan salah satu wujud nyata pembangunan bidang
pendidikan
Keberhasilan pembelajaran tergatung pada guru dan siswa sebagai actor dalam
pembelajaran. Dalam hal ini guru memegang peranan yang penting dalam menentukan
keberhasilan dan proses belajar mengajar. Guru berperan sebagai tenaga professional yang
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi serta meningkatkan mutu pendidikan.
Oleh karena itu, guru harus memiliki keterampilan mengajar , mengelola tahapan
pembelajaran, memanfaatkan pendekatan, menggunakan model dan mengalokasikan
waktu. Penguasaan materi pembelajaran merupakan kemampuan strategis yang harus
dimiliki oleh seorang guru dalam rangka mendukung tercapainya kompetensi secara efektif
dan efisien. Sedangkan penyampaian materi pembelajaran yang baik dapat diartikan segala
usaha guru untuk mengelola proses pembelajaran sehingga siswa dapat belajar dalam
suasana yang menyenangkan, serta beraktivitas tinggi.
Fisika merupakan salah satu cabang ilmu pengetahuan yang mempelajarai,
menguaraikan dan menganalisis gejalah- gejalah miksroskopik alam secara ilmiah. Fisika
merupakan salah satu ilmu yang sangat berperan penting dalam perkembangan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Banyak alat alat canggih yang digunakan untuk mempermudah
pekerjaan manusia , dimana alat alat tersebut didasari prinsip prisnsip fisika.
Pentingnya peranan fisika dalam kehidupan terutama dalam bidang pengetahuan dan
teknologi , maka perlu kiranya usaha berbagai bidang untuk meningkatkan mutu
pendidikan fisika. .Tetapi ironisnya mata pelajaran fisika pelajaran fisika masih dianggap
sebagai pelajaran yang sulit dan menakutkan. Anggapan ini berakibat turunnya minat dan
motivasi siswa dalam mengikuti mata pelajaran fisika .
Salah satu faktor kurang yang menyebabkan kurangna minat dan motivasi siswa dalam
pembelajaran adalah guru dalam memilih model pembelajaran tidak sesuai dengan sub
materi yang dibawakan, guru kurang mengaktifkan siswa sehingga siswa hanya sebagai
pendengar saja, yang mengakibatkan kreativitas siswa terabaikan. Oleh karena itu . seiring
perkembangan zaman diperlukan situasi pembelajaran yang interaktif dan komonikatif
yang melibatkan partisipasi aktif siswa dalam pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi pada SMP kelas VIII A ditemukan bahwa yang menjadi
permasalahan pada SMP kelas VIII A adalah rendahnya hasill belajar siswa terutama pada
materi Tekanan. Dimana rata rata hasil belajar yang diperoleh adalah 46,00, sementara nilai
KKM yang ditetapkan oleh sekolah adalah 61.00. selain itu, diungkapkan bahwa sebagian
guru khususnya guru IPA Fisika masih menggunakan model pembelajaran yang
konvensional. Sehingga dalam proses belajar mengajar berlangsung guru mendominasi
kegiatan belajar, hal ini menyebabkan siswa cenderung tidak aktif karena hanya menerima
informasi yang berpusat pada guru. Dalam kondisi seperti ini tentunya membuat siswa
jenuh belajar sehingga sebagian siswa tidak berkosentrasi dan tidak termotivasi terhadap
materi yang sedang disampaiakan.
Berdasarkan permasalahan tersebut , dibutuhkan suatu alternatif pembelajaran yang
memberikan siswa peluang untuk dapat terlibat aktif dalam proses penemuan langsung
konsep konsep fisika. Salah satu model pembelajaran yang dapat meningkatkan aktifitas
dan hasil belajar fisika adalah model pembelajaran inkuiri terbimbing. Menurut W, Gulo
dalam “ Desain Belajar Mengajar Kreatif Berbasis Sains” ( 2012:86) menyatakan model
inkuiri terbimbing berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan secara
maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis dan analitis, sehingga dapat merumuskan sendiri penemuannya dengan penuh
percaya diri. Siswa diharapkan dapat menyelidiki mengapa sutau peristiwa dapat terjadi
serta mengumpulkan dan mengolah data secara ilmiah untuk mencari jawabannya. Sasaran
utama kegiatan mengajar pada model pembelajaran ini adalah sebagai berikut : (1)
Keterlibatan siswa secara maksimal dalam proses kegiatan belajar, kegiatan belajar disini
adalah kegiatan mental intelektual dan sosial emosional. (2) Keterarahan kegiatam secra
logis dan sistematis pada tujuan pengajaran. (3) Mengembangkan sikap percaya terhadap
diri sendiri pada diri siswa tentang sesuatu yang ditemukan dalam proses inkuiri ( W. Gulo,
2012). Pengajaran dengan metode ikuiri terbimbing dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menemukan sesuatu dengan bimbingan guru.
Berbeda dengan jenis-jenis inkuiri yang lain, pada model pembelajaran inkuiri
terbimbing siswa hanya diberikan sebuah masalah, topik dan pertanyaan, sedangkan
prosedur serta analisis hasil dan pengambilan kesimpulan dilakukan oleh peserta didik
dengan bimbingan yang intensif dari guru. Pada tahap permulaan penerapan inkuiri
terbimbing diberikan banyak bimbingan terhadap siswa, sedikit demi sedikit bimbingan
dikurangi. Seperti yang dikemukakan oleh Hudoyono (dalam Zuriyani, 2010) bahwa dalam
usaha menemukan suatu konsep siswa memerlukan bimbingan bahkan memerlukan
pertolongan guru setapak demi setapak. Siswa memerlukan bantuan untuk mengembangkan
kemampuannya memahami pengetahuan baru. Walaupun siswa harus berusaha mengatasi
kesulitankesulitan yang dihadapi tetapi pertolongan guru tetap diperlukan. Menurut
Mulyasa (2005: 109) Pelaksanaan penyelidikan inkuiri terbimbing dilakukan oleh siswa
berdasarkan petunjuk guru. Petunjuk yang diberikan pada umumnya berbentuk pertanyaan
membimbing. Penerapan inkuiri terbimbing digunakan terutama bagi siswa yang belum
berpengalaman belajar dengan inkuiri.
Berdasarkan uraian diatas penulis beinisiatif untuk melakukan penelitian dengan judul :
“ Menerapkan Model Pembelajaran Inkuiri Terbimbing Untuk Meningkatkan Hasil
Belajar Siswa Kelas VIII A Pada Materi Tekanan Zat Tahun Pelajaran 2021/2022”
Agar penelitian ini terarah dan dapat mencapai sasaran serta untuk menghindari terlampau
luasnya permasalahan diatas maka penelitian ini dibatasi pada hal-hal sebagai berikut:
1. Metode pembelajaran yang diterapkan adalah metode pembelajaran Inkuiri Terbimbing.
2. Materi yang digunakan adalah konsep Tekanan Zat
3. Subjek penelitian adalah siswa kelas VIII A SMP
4. Peningkatan hasil belajar yang dimaksud adalah meningkatnya kemampuan yang dimiliki
seseorang setelah mengalami proses pembelajaran. Hasil belajar dalam penelitian ini
meninjau pada tiga aspek yaitu kognitif, sikap dan kinerja.
BAB II
KERANGKA TEORITIS
2.1 Tinjauan Pustaka
Hakikat belajar adalah suatu proses perubahan tingkah laku dan sikap setelah terjadinya
interaksi dengan sumber belajar dan pembelajaran merupakan proses interaksi antara guru
dan siswa dalam mencapai tujuan dari proses belajar. Ada banyak definisi tentang belajar.
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, secara etimologis belajar adalah berusaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan secara terminologis, banyak ahli yang
mengungkapkan pengertian belajar.
Belajar merupakan proses perubahan tingkah laku yang dilakukan siswa melalui
kegiatan pembelajaran dikelas. Hal ini didukung oleh pernyataan Gagne dalam Suprijono
(2013: 2), “Belajar adalah perubahan disposisi atau kemampuan yang dicapai seseorang
melalui aktivitas”. Kita dapat melihat kegiatan aktivitas terjadi didalam kelas Contohnya
dalam proses pembelajaran adalah aktivitas mendengarkan, membaca,, mengajukan
pertanyaan, menghafal, praktikum dan masih banyak aktivitas lainnya.
Menurut Slameto (2010: 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan siswa
untuk memperoleh perubahan tingkah laku yang baru melalui interaksi dengan lingkungan.
Pengertian ini menitikberatkan pada interaksi antara individu dan lingkungannya. Didalam
interaksi ini terjadi serangkaian pengalaman-pengalaman belajar. Guru yang mengajar,
materi pelajaran, sarana dan prasarana pembelajaran, media pembelajaran, dan kondisi
lingkungan kelas (fisik) merupakan lingkungan yang sengaja dikembangkan untuk
mengembangkan tingkah laku siswa. Selain itu, Skinner dalam Dimyati dan Mudjiono
(2013: 9) berpandangan bahwa belajar adalah suatu perilaku. Ketika siswa belajar maka
hasilnya akan baik, bila tidak belajar maka hasilnya akan menurun.
Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa belajar adalah suatu proses
perubahan tingkah laku yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembelajaran yang meliputi
ranah kognitif, afektif dan psikomotorik Perubahan perilaku itu merupakan perolehan yang
menjadi hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan yang mengakibatkan manusia
berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. Sedangkan Gagne membagi lima kategori hasil
belajar, yakni (a) informasi herbal, (b) keterampilan intelektual, (c) strategi kognitif, (d)
sikap, dan (e) keterampilan motoris. (Sudjana, 2011:22). Sistem pendidikan nasional
rumusan tujuan pendidikan, baik tujuan kurikuler maupun instruksional, menggunakan
klasifikasi hasil belajar dari Benyamin Bloom yang secara garis besar membaginya menjadi
tiga ranah, yakni ranah kognitif, ranah efektif, dan ranah psikomotor.
a) Ranah kognitif
Ranah kognitif berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari
enam aspek, yakni pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi, analisis , dan
evaluasi. Kedua aspek pertama tersebut kognitif tingkat rendah dan keempa aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi.
b) Ranah Afektif
Ranah afektif mencakup denga sikap yang terdiri dari lima aspek, yakni
penerimaan, jawab atau reaksi, penilaian, organisasi, dan internalisasi. Seperti
perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai. Domain Afektif menunjukkan tujuan pe-
-ndidikan yang terarah kepada kemampuan-kemampuan bersikap dalam
menghadapi realitas atau masalah-masalah yang muncul disekitarnya.
c) Ranah Psikomotor
Ranah psikomotor adalah ranah yang berhubungan dengan hasil belajar
keterampilan dan kemampuan bertindak. Ada enam aspek ranah psikomotoris,
yakni (a) gerakan refleks, (b) keterampilan gerakan dasar, (c) kemampuan
perseptual, (d) keharmonisan atau ketepatan, (e) gerakan kompleks, dan (f)
gerakan ekspresif dan interpreatatif.
Ketiga ranah tersebut menjadi objek penilaian hasil belajar. Diantara ketiga
ranah itu, ranah kognitiflah yang paling banyak dinilai oleh para guru di sekolah
karena berkaitan dengan kemampuan para siswa dalam menguasai isi bahan
pengajaran.
. Seseorang yang telah melakukan aktivitas belajar dan diakhir aktivitasnya ia mengalami
perubahan tingkah laku yang baru, maka seseorang tersebut dikatakan telah belajar. Ini
berarti bahwa seseorang yang telah belajar sekurang-kurangnya ia akan merasakan telah
terjadi adanya suatu perubahan dalam dirinya.
Jadi, aktivitas belajar dapat diartikan sebagai seluruh aktivitas siswa dalam proses
pembelajaran, mulai dari kegiatan fisik sampai psikis.
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) penguasaan adalah proses, cara, perbuatan
menguasai atau menguasakan pemahaman atau kesanggupan untuk menggunakan
pengetahuan, kepandaian. Konsep adalah rancangan, ide. Fisika merupakan ilmu tentang zat
dan energi. Jadi penguasaan konsep Fisika adalah kemampuan siswa dalam memahami
makna dan ide – ide pembelajaran yang berkaitan dengan ilmu tentang alam dan sekitarnya.
Tujuan proses pembelajaran yang ideal adalah konsep yang dipelajari siswa dapat
dikuasai sepenuhnya oleh siswa. Menurut Nasution (2009: 38) faktor – faktor yang
mempengaruhi penguasaan penuh diantaranya (1) bakat untuk mempelajari sesuatu; (2)
mutu pengajaran; (3) kesanggupan untuk mamahami pengajaran; (4) ketekunan; (5) waktu
yang tersedia untuk belajar.
Menurut Kamus Pusat Bahasa (2008) model adalah pola (contoh, acuan, ragam) dari
sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Sedangkan Pembelajaran adalah perbuatan
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar. Model Pembelajaran adalah pola yang
digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan dikelas sehingga siswa
belajar dan mampu menangkap materi pelajaran. Kata inkuiri berasal dari bahasa Inggris
yaitu “to inquire” yang artinya bertanya atau menyelidiki. Menurut Sa’ud ( 2009: 169 )
Inkuiri merupakan proses pembelajaran yang didasarkan pada pencarian dan penemuan
melalui proses berfikir secara sistematis Wenning (2010: 12) menjelaskan bahwa terdapat
tiga jenis Inkuiri berdasarkan pengalaman dan tingkat kontrolnya, yaitu Inkuiri Terbimbing
(Guided Inquiry), Inkuiri Terbatas (Bounded Inquiry) dan Inkuiri Bebas (Free Inquiry)..
Inkuiri sebagai suatu proses umum yang dilakukan manusia untuk mencari atau memahami
informasi. Gulo menyatakan inkuiri berarti suatu rangkaian kegiatan belajar yang
melibatkan secara maksimal seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki
secara sistematis, kritis, logis, analitis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri
penemuannya dengan penuh percaya diri.Kondisi umum yang merupakan syarat timbulnya
kegiatan inkuiri bagi siswa adalah:
1. Aspek sosial di kelas dan suasana terbuka yang mengundang siswa berdiskusi;
2. Inkuiri berfokus pada hipotesis; dan
3. Penggunaan fakta sebagai evidensi (informasi, fakta).
Untuk menciptakan kondisi seperti itu, peranan guru adalah sebagai berikut:
Inkuiri Terbimbing merupakan salah satu jenis Inkuiri. Menurut Banchi &
Bell,sebagaimana dikutip oleh Kemendikbud (2014: 61) Inkuiri Terbimbing adalah suatu
model pembelajaran yang melibatkan guru dan siswa. Guru memberikan rumusan masalah
kemudian peserta didik merancang prosedur penyelidikan dan melakukan penyelidikan
sehingga akan dihasilkan penjelasan dari masalah yang diberikan. Inkuiri Terbimbing
merupakan model pembelajaran yang mengajak siswa untuk melakukan penyelidikan
terhadap suatu masalah sehingga ditemukan penjelasan dari apa yang diselidiki. Guru tidak
melepas begitu saja kegiatan yang dilakukan siswa tetapi berperan mengarahkan peserta
yang memerlukan bimbingan.
Sintaks metode inkuiri dalam peneliti ini mengacu kepada pendapat sanjaya dalam
dian marlinasari (2008:202) yaitu 1) Orientasi: guru mengkondisikan siswa siap
melaksanakan proses pembelajaran. Guru menciptakan suasana atau iklim pembelajaran
yang membuat siswa mau untuk beraktivitas menggunakan kemampuannya dalam
memecahkan masalah. 2) merumuskana masalah: langkah membawa siswa pada suatu
persoalan yang mengandung teka-teki. Persoalan yang disajikan adalah persoalan yang
menantang siswa untuk memecahkan teka-teki itu. 3) merumuskan hipotesisi: salah satu cara
yang dapat dilakukan adalah dengan mengajukan berbagai pertanyaan yang dapat
mendorong siswa untuk dapat merumuskan jawaban sementara. 4) mengumpulkan data:
aktifitas menjaring informasi yang dibutuhkan untuk menguji hipotesis yang diajukan. 5)
menguji hipotesis: langkah ini adalah proses menentukan jawaban yang dianggap diterima
sesuai dengan data atau informasi yang diperoleh berdasarkan pengumpulan data. 6)
merumuskan kesimpulan: merumuskan kesimpulana adalah : proses mendeskripsikan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Setiap model pembelajaran tentunya memiliki kelebihan dan kekurangan begitu pula
model pembelajaran Inkuiri. Adapun kelebihan-kelebihan pembelajaran berbasis Inkuiri
Terbimbing menurut Yulianti & Wiyanto (2009: 16) adalah (1) hasil belajar tahan lama
diingat; (2) memperkaya pengalaman siswa; (3) mengembangkan sikap berfikir ilmiah; (4)
siswa terhindar dari verbalisme; (5) mengembangkan sikap suka bereksplorasi tentang sains.
Kekurangan model pembelajaran berbasis Inkuiri Terbimbing adalah (1) memerlukan
sarana dan prasarana yang memadai; (2) tidak semua materi dapat dieksperimenkan; (3)
setiap eksperimen tak membuahkan hasil yang diharapkan.
3. Yuswanto, Yonif Priagung (2011) Hasil penelitian mengenai : (1) pada aspek
kognitif perolehan gain skor siswa mengalami peningkatan sebesar 0,16 poin. (2)
aspek afektif siswa mengalami peningkatan 17,94%. (3) aspek psikomotor siswa
mengalami peningkatan 18,80%. Model inkuiri terbimbing dapat meningkatkan
aktivitas siswa. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa penerapan model
pembelajaran inkuiri terbimbing dapat meningkatkan hasil belajar siswa.
Subjek penelitian ini adalah siswa kelas VIII. A di SMPN , yang berjumlah 22
orang siswa, terdiri dari 11 siswa laki-laki dan 11 siswa perempuan. Tempat penelitian
ini dilakukan di ruang belajar kelas VIII. A SMP. . Penelitian diadakan pada semester II
yaitu pada bulan Maret 2022.
3. Hasil belajar adalah proses kognitif yang dicapai siswa sebagai hasil dari
proses pembelajaran.
Keaktivan siswa yang akan diteliti adalah aktifitas siswa selama kegiatan belajar-
mengajar dengan penerapan metode inkuiri terbimbing.
Hasil belajar siswa yang akan diteliti adalah nilai rata-rata siswa pada pada setiap siklus
setelah dilaksanakan kegiatan belajar-mengajar dan kegiatan praktikum yang mereka
lakukan dengan penerapan metode inkuiri terbimbing. Hasil belajar dalam penelitian ini
adalah tingkat kemampuan siswa terhadap konsep fisika tentang bunyi yang diukur
dengan kemampuan kognitif melalui tes dan kemampuan afektif melalui lembar
penilaian sikap siswa
Jenis penelitian yang akan dilakukan dalam penelitian yaitu Penelitian Tindakan
Kelas (Classroom Action Research) adalah bagaimana sekelompok guru untuk
memecahkan yang terjadi dikelas dan meningkatkan kegiatan nyata kondisi praktek
pembelajaran dalam kegiatan pengembangan profesinya (Iskandar, 2011). Penelitian ini
dilakukan dalam dua tahap yaitu : 1) Refleksi awal, dan 2) persiapan tindakan yang
direncanakan akan dilakukan dalam tiga siklus. Masingmasing siklus terdiri dari 4
tahapan, yaitu: perencanaan (planning), pelaksanaan tindakan (Acting), pengamatan
(Observation), dan refleksi (reflecting)
1 Refleksi Awal
Refleksi awal adalah kegiatan awal sebelum peneliti melakukan penelitian. Hal ini
dilakukan untuk mengetahui gambaran umum mengenai pelaksanaan pembelajaran
di sekolah yang menjadi objek penelitian dan untuk mengetahui gambaran
pembelajaran yang biasa dilakukan oleh guru dalam pembelajaran fisika disekolah.
Dalam refleksi awal ini peneliti mengadakan observasi awal di SMPN denga ncara
mewawancarai guru mata pelajaran Fisika di kelas VIII.A, yang akan diteliti yang
meliputi bagaimana proses belajar mengajar Fisika serta model dan metode
pembelajaran yang digunakan guru saat mengajar dan reaksi siswa terhadap
kegiatan belajar mengajar Fisika. Agar peneliti dapat menentukan tindakan yang
tepat untuk menerapkan metode inkuiri terbimbing yang dapat meningkatkan
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar di kelas dan hasil belajar siswa.
1. Siklus I
1. Perencanaan
Tekanan
2. Pelaksanaan Tindakan
4. Refleksi
Pada tahap refleksi terhadap data-data yang telah diperoleh selama proses
pembelajaran dan observasi pada siklus I, kemudian direfleksi untuk
mengetahui kekurangan-kekurangan yang terjadi selama siklus I berlangsung,
mengkaji apa yang telah dan belum terjadi, apa yang tidak dan harus terjadi ,
mengapa demikian dan apa yang harus dilakukan untuk perbaikan. Hasil
refleksi pada siklus I kemudian digunakan sebagai pertimbangan untu
menetapkan langkah selajutnya atau membuat rencana tindakan siklus II.
Identifikasi masalah
Perencanaan
Pengamatan
Refleksi pelaksanaan
Pengamatan
Dilanjutkan Ketahap
berikutnya ?
2. Siklus II
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis terhadap proses pembelajaran pada siklus I,
maka kriteria-kriteria yang belum terpenuhi pada siklus I, akan dilakukan perbaikan
pada siklus II. Proses pembelajaran pada siklus II juga berpedoman pada metode
inkuiri terbimbing. Siklus II dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yang sama pada
siklus I.
3. Siklus III
Berdasarkan hasil refleksi dan analisis terhadap proses pembelajaran pada siklus II,
maka kriteria-kriteria yang belum terpenuhi pada siklus II, akan dilakukan perbaikan
pada siklus III. Proses pembelajaran pada siklus III juga berpedoman pada metode
inkuiri terbimbing. Siklus III dilaksanakan dengan tahapan-tahapan yang sama pada
siklus I dan II.
Data observasi diperoleh dengan menggunakan lembar observasi yang terdiri dari dua
macam yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru
digunakan untuk mengamati aktivitas guru dalam proses belajar mengajar dengan
menggunakan metode inkuiri. Observasi guru dilakukan karena aktivitas guru dalam
kegiatan belajar mengajar berhubungan dengan hasil yang ingin dicapai dari
pembelajaran tersebut. Sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk melihat
aktivitas belajar siswa selama proses belajar mengajar berlangsung. Aktivitas belajar
siswa menentukan ketercapaian tujuan pembelajaran yang diinginkan dari proses
belajar mengajar.
Tes yang dilakukan dalam penelitian ini adalah tes setiap siklus. Lembar tes. dalam
penelitian ini berupa tes persiklus yang terdiri dari soal Siklus I, soal Siklus II, dan soal
Siklus III.
Lembar tes diberikan untuk mengetahui tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang
telah diberikan. Soal tes disusun berdasarkan indikator hasil belajar yang ingin dicapai.
Bentuk soal berupa essay berdasarkan aspek pemahaman kon- -sep yang terdiri atas
pengetahuan pemahaman dan aplikasi .
melakukan gas
percobaan tekanan
udara
Menjelaskan 3 4
Analisa data merupakan pengalahan dan interpretasi data sehingga dapat diarik
suatu kesimpulan dari hasil penelitian. Data yang dikumpulkan dalam penelitian dengan
menggunakan teknik pengumpul data penelitian akan dianalisis adalah sebagai berikut :
Data tes analisis dengan menggunakan nilai individu, nilai rata-rata siswa dan
kriteria ketuntasan belajar berdasarkan pada penilaian acuan patokan, yaitu penilaian
berdasarkan tingkat daya serap. Siswa dikatakan tuntas secara individual bila mendapat
≥76.
Keterangan
∑ = ℎ
N = Jumlah siswa
b. Standar Deviasi
∑
SD =
Keterangan
SD : standard deviasi
N : Jumlah siswa
c. Daya Serap siswa
DS : × 100%
× "
Keterangan
DS : Daya Serap siswa
NS : jumlah nilai seluruh siswa
S : Jumlah peserta tes
Ni : Nilai Ideal
d. Presentase ketuntasan belajar
&'
KB = × 100%
&
Keterangan
KB : ketuntasan belajar
n) ∶ jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 76
n : jumlah peserta tes
2. Laporan / LKS
Presentasi laporan / LKS dianalisa dengan ketentuan penilaian jawaban setiap
kelompok untuk melihat kemampuan siswa berpikir dalam melakukan percobaan yang
mana telah disediakan LKS (Lembar Kerja Siswa ) disetiap kelompok. Penilaian
kelompok dapat dilihat pada rubrik penilaian laporan.
Alat pengukuran penilaian psikomotor siswa terdiri dari 6 item dan penilaian
jawaban menggunakan skala dianalisis data hasil observasi dengan akan dijadikan
pedoman untuk memperbaiki proses kegiatan belajar-mengajar pada siklus berikutnya.
Skor tertinggi tiap butir observasi adalah 3 dan skor terendah tiap butir adalah 1, maka
skor tertinggi adalah: 6 x 3 = 18 dan skor terendah adalah 6 x 1 = 6.
)MHN
= =4
O
No Kriteria Skor
1 Kurang 1
2 Cukup 2
3 Baik 3
Lembarpenilaian afektif siswa dalam penelitian ini terdiri dari 4 butir dengan
skor tertinggi tiap butir adalah 3 dan skor terendah tiap butir adalah 1, maka skor
tertinggi adalah 4 x 3 = 12 dan skor terendah adalah 4 x 1 = 4.
) H_
= = 3,7
O
2 Cukup 60 – 79
3 Baik 80 – 100
Tabel Interpretasi Penilaian Afektif
bHc
= =6
O
No Kriteria Skor
1 Kurang 1
2 Cukup 2
3 Baik 3
Selain observasi aktivitas guru, digunakan juga lembar observasi aktivitas siswa
dalam penelitian ini. Lembar observasi aktivitas belajar siswa digunakan untuk
mengetahui keaktifan siswa selama proses belajar-mengajar berlangsung Skor tertinggi
tiap butir observasi adalah 3 dan jumlah butir observasi aktivitas belajar siswa adalah 10
maka: skor tertinggi adalah: 3 x 10 = 30
OdH)d
= = 6,7
O
No Kriteria Skor
1 Kurang 1
2 Cukup 2
3 Baik 3
3 24 – 30 23,6 – 30 Baik
3.12Indikator Keberhasilan
1. Daya Serap
Untuk daya serap tidak ada nilai perbandingan yang dijadikan patokan untuk
menyatakan peningkatan daya serap. Jika pada siklus kedua hasil daya serapnya lebih
besar dari siklus pertama berarti terjadi peningkatan daya serap.
2. Ketuntasan Belajar
Belajar dikatakan tuntas apabila : 1) Individu: Jika setiap siswa mendapat nilai ≥
76) Klasikal: Jika > 85% siswa mendapat nilai ≥ 76.
DAFTAR PUSTAKA
Banchi. H & Bell, R., 2008. Them Many levels of inquiry.Journal Of Science And
children, 1514, pp. 516-526
Hanafiah, Nanang dan Cucu Suhana. 2009. Konsep Strategi Pembelajara. Bandung :
Refika Aditama
Marlinasi, Dian. 2013. Pengaruh Metode Inkuiri dengan Media Pictorial Riddle
Terhadap Hasil Belajar Siswa Dalam Pembelajaran Ipa. Pontianak : Jurnal Penlitian
PGSD. FKIP Universitas Tanjung Pura
Slamet, 2010. Belajar dan Faktor Faktor yang mempengatuhinya. Jakarta : Rajawali
Pers
Sudjawa , Nana, 2012. Penelitian Hasil Belajar Mengajar. Bandung : Remaja Rosda
Karya
Suhendra, Alian, 2012. Penerapan Metode Inkuiri terbimbing berbantuan alat peraga
untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada konsep listrik dinamis di kelas X B SMAN
4 Kora Bengkulu: tidak dipublikasikan