Anda di halaman 1dari 55

PROPOSAL

PENGEMBANGAN HANDOUT BERBASIS ELEKTRONIK PADA


MATERI KEANEKARAGAMAN HAYATI UNTUK SMA

RIFKA ALMUNAWARAH
1714042013

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BIOLOGI


JURUSAN BIOLOGI
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN
ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
2021
i
DAFTAR ISI

SAMPUL .........................................................................................................

HALAMAN PENGESAHAN ......................................................................... i

DAFTAR ISI ................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN ................................................................................ 1

A. Latar Belakang .................................................................................... 1

B. Batasan Penelitian ............................................................................... 7

C. Rumusan Masalah .............................................................................. 8

D. Tujuan Penelitian ................................................................................ 8

E. Manfaat Penelitian ............................................................................... 8

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................. 10

A. Kajian Pustaka ................................................................................... 10

1. Sumber Belajar ................................................................................ 10

2. Handout .......................................................................................... 15

3. Handout Berbasis Elektronik ........................................................... 20

4. Flipcreator ....................................................................................... 24

B. Kerangka Konseptual .......................................................................... 26

C. Model Hipotetik .................................................................................. 28

BAB III METODE PENELITIAN ................................................................. 31

A. Jenis Penelitian .................................................................................... 31

B. Waktu dan Tempat Penelitian .............................................................. 31

C. Subjek Penelitian ................................................................................. 31

ii
D. Prosedur Penelitian .............................................................................. 31

1. Tahap Analyze (Analisis) ............................................................... 34

2. Tahap Design (Desain) .................................................................. 37

3. Tahap Development (Pengembangan) ............................................ 39

4. Tahap Implementation (Implementasi) ........................................... 41

5. Tahap Evaluation (Evaluasi) .......................................................... 42

E. Teknik Pengumpulan Data .................................................................. 42

F. Teknik Analisis Data ........................................................................... 43

DAFTAR PUSTAKA ...................................................................................... 48

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Belajar dan pembelajaran merupakan kegiatan yang tidak terpisahkan dalam

kehidupan manusia. Dengan belajar, manusia dapat mengembangkan potensi –

potensi yang dimilikinya. Tanpa belajar, manusia tidak mungkin dapat memenuhi

kebutuhan – kebutuhannya. Semua aktivitas keseharian membutuhkan ilmu yang

hanya didapat dengan belajar. Menurut (Muchlis, 2006) belajar adalah suatu

proses mental yang mengarah pada suatu penguasaan pengetahuan, kecakapan,

kebiasaan atau sikap yang semuanya diperoleh, disimpan dan dilaksanakan

sehingga menimbulkan tingkah laku yang progresif dan adaptif.

Salah satu indikator pendidikan berkualitas adalah perolehan hasil belajar

yang maksimal oleh peserta didik, baik itu hasil belajar dalam bentuk kognitif,

afektif maupun psikomotor. Akan tetapi, keberhasilan belajar setiap peserta

didik tidaklah sama antara satu dengan yang lainnya. Ada sebagian peserta

didik yang mengalami masalah dalam belajar, akibatnya hasil belajar yang

dicapai kurang optimal. Cara yang digunakan untuk mengatasi hal tersebut

yaitu perlu ditelusuri faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar peserta

didik.

Sumber belajar merupakan salah satu hal yang penting dalam

pembelajaran karena disitulah peserta didik bisa menggali informasi terkait

dengan materi pelajaran. Dengan demikian, guru harus menyediakan sumber

1
2

belajar yang bisa membangkitkan motivasi dan minat belajar peserta didik.

Arsyad (2011) di dalam jurnalnya menyatakan bahwa praktik pembelajaran

yang mendukung motivasi belajar peserta didik dapat menciptakan lingkungan

ruang kelas yang positif dan tujuan serta harapan yang jelas.

Berkaitan dengan pemanfaatan sumber belajar, Falahuddin (2014)

menyatakan bahwa dalam proses belajar mengajar dapat meningkatkan

motivasi dan keinginan baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan belajar,

serta membawa pengaruh positif pada psikologis terhadap peserta didik. Oleh

karena itu guru diarahkan agar memanfaatkan teknologi dalam merancang

sumber belajar untuk meningkatkan motivasi belajar peserta didik.

Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan di SMAN 22 Gowa dengan

melakukan proses wawancara secara tidak terstruktur pada guru mata pelajaran

biologi yang dilaksanakan pada 10 Januari 2021, menunjukkan bahwa proses

pembelajaran yang dilakukan masih bersifat konvensional. Sumber belajar yang

digunakan oleh guru masih sebatas sumber belajar yang tidak bisa menarik minat

dan motivasi belajar peserta didik. Hal tersebut dipertegas dengan hasil observasi

yang dilakukan oleh peneliti selama proses pembelajaran berlangsung, guru masih

saja menggunakan sumber belajar yang sudah ketinggalan zaman dan guru selalu

menjadi yang paling aktif selama proses mengajar.

Hasil observasi yang juga dilakukan terhadap peserta didik di kelas X MIPA,

diperoleh informasi bahwa dalam proses pembelajaran guru hanya menggunakan

media berupa LCD proyektor untuk menampilkan presentasi, serta bahan ajar

yang masih konvensional berupa buku paket dan Lembar Kerja Peserta Didik
3

(LKPD) yang kurang menarik minat dan motivasi belajar. Selain itu,

penggunaan sumber belajar di SMAN 22 Gowa yang masih kurang bervariasi,

yang berdampak dengan hasil belajar peserta didik.

Temuan dari hasil wawancara yang dilakukan di SMAN 22 Gowa

menunjukkan adanya kejenuhan serta kurangnya motivasi belajar peserta didik

dalam menerima materi yang disebabkan karena kurang bervariasinya sumber

belajar yang dapat membantu peserta didik dalam memahami materi yang

disampaikan oleh guru. hal tersebut dapat menjadi tolok ukur perlunya sebuah

perlakuan yang dapat mengakomodasi kebutuhan dari permasalahan yang ada.

Kurangnya pemanfaatan sumber belajar yang digunakan guru untuk

peserta didik, maka sumber belajar itu perlu dikembangkan dan dikelola secara

sistematik, bermutu, dan fungsional. Guru dan peserta didik di sekolah

memandang bahwa ketersediaan sumber belajar di sekolah masih sangat

terbatas, sehingga perlu diupayakan penambahannya baik secara kualitas

maupun kuantitasnya.

Salah satu solusi untuk mengatasi masalah keterbatasan sumber belajar

adalah pemanfaatan teknologi. Sebelumnya penggunaan media hanyalah alat

bantu yang dipergunakan oleh seorang guru untuk menerangkan pelajaran. Alat

bantu yang mula-mula digunakan adalah alat bantu visual, yaitu berupa sarana

yang dapat memberikan pengalaman visual kepada peserta didik, antara lain

untuk mendorong motivasi belajar, memperjelas dan mempermudah konsep

abstrak, dan mempertinggi daya serap atau retensi belajar. Kemudian dengan

berkembangnya teknologi, khususnya teknologi audio, perkembangan alat


4

bantu audio visual yang terutama menggunakan pengalaman yang konkret

untuk menghidari verbalisme.

Perkembangan teknologi yang ada telah mendukung banyak sumber

belajar dengan tujuan memudahkan peserta didik dalam proses pembelajaran

dan hal ini menyebabkan pendidik mencari cara untuk membuat peserta didik

termotivasi dan mudah memahami materi yang akan dipelajari. Penemuan

sumber belajar yang digunakan salah satunya adalah handout berbasis

elektronik (Asiyani, 2019). Hal ini juga dijelaskan oleh (Warsita, 2008) bahwa

buku paket yang sebelumnya dibaca secara manual mulai meningkat ke buku

digital yang dikenal dengan buku elektronik. Salah satu contoh model buku

elektronik yang bisa mendukung dan membantu proses belajar adalah media

visual seperti handout berbasis elektronik.

Handout berbasis elektronik merupakan media ajar yang mampu

menghadirkan warna baru dalam proses belajar karena dikemas dengan

tampilan lebih menarik, nilai aktualisasi lebih lama, gambar lebih banyak,

penyajian materi lebih ringkas dan mudah dipahami. Berdasarkan perilaku

peserta didik yang terbiasa menggunakan laptop dan handphone dapat

dimanfaatkan menjadi kelebihan dalam pembelajaran. Pemanfaatan handout

berbasis elektronik sebagai sumber pembelajaran diharapkan mampu

membantu peserta didik memahami materi pembelajaran dan juga guru dapat

memaksimalkan kemajuan teknologi informasi yang ada.

Handout berbasis elektronik merupakan sumber belajar yang berisi materi

pelajaran yang ditampilkan secara menarik dengan berbagai fitur pendukung


5

seperti gambar, video, dan audio. Peserta didik dapat melihat langsung video

sesuai dengan materi yang disajikan dengan menggunakan sumber belajar

elektronik. Salah satu keunggulan handout berbasis elektronik menggunakan

flipcreator yaitu dapat dioperasikan secara offline dan online, dengan secara

offline dapat dioperasikan menggunakan laptop tanpa harus menginstal

software aplikasi flipcreator kecuali membuat produk barunya, untuk secara

online dapat dioperasikan dengan membagikan link dan langsung tertuju ke

google sehingga dapat digunakan pada handphone, laptop dan komputer, serta

mengurangi penggunaan kertas secara berkala.

Berdasarkan hasil penelitian Wahyuni, sri dan Syafriandi (2012: 84-88)

pengembangan handout yang dirancang secara terstruktur serta menampilkan

isi, warna dan tampilan gambar yang menarik dapat memotivasi peserta didik

dalam belajar. Hal ini membuktikan adanya potensi pengembangan handout

berbasis elektronik sebagai sumber belajar biologi dalam memahami materi

pelajaran. Adapun pengutaraan dari hasil penelitian Purwanto dan Aulia

(2017:135-150) mengatakan handout yang disusun secara sistematis dan

terarah dapat mengefektifkan waktu yang tersedia dan membantu peserta didik

agar tidak harus mencatat pelajaran yang dijelaskan guru. Selain itu penelitian

Hayati, Agus & Erfan ( 2015:1-6) telah membuktikan bahwa penggunaan

sumber belajar dengan menggunakan flipcreator meningkatkan hasil belajar

peserta didik.

Ditinjau dari kondisi dan potensi yang ada di sekolah, baik peserta didik

yang membutuhkan sumber belajar yang menarik dan juga guru yang masih
6

kesulitan dalam membangkitkan motivasi peserta didik dalam belajar, sehingga

peneliti menawarkan sumber belajar handout berbasis elektronik yang

kemudian dikembangkan menggunakan software flipcreator. Selain itu,

penelitian yang dilakukan oleh Asiyani (2019:57-102) telah membuktikan

bahwa penggunaan handout berbasis elektronik layak digunakan sebagai

sumber belajar peserta didik kelas X serta disukai oleh berbagai pembaca

karena konten visualnya dan interaktivitasnya. Adapun handout berbasis

elektronik yang akan dikembangkan oleh peneliti memuat materi

keanekaragaman hayati.

Materi keanekaragaman hayati tersebut, mencakup materi yang

memerlukan pemahaman konsep yang lebih misalnya pada materi

keanekaragaman tingkat gen dan keanekaragaman tingkat jenis yang dimana

peserta didik masih sukar membedakan pokok materi antar keduanya dan juga

sukar menemukan solusi untuk ancaman kerusakan keanekaragaman hayati

yang sangat perlu diimplementasikan pada kehidupan sehari-hari. Adapun hasil

dari wawancara dengan guru SMAN 22 Gowa menyatakan memiliki kendala

saat menyampaikan materi keanekaragaman hayati karena didalam materi

tersebut mencakup isi materi yang padat dan beberapa materi dianggap susah

dipahami oleh peserta didik sehingga perlu divisualisasikan agar mudah

dipahami oleh peserta didik. Oleh sebab itu, sumber belajar handout berbasis

elektronik menggunakan flipcreator dinilai sangat sesuai untuk diterapkan

dalam materi ini sehingga diharapkan memiliki potensi dalam membantu

menjelaskan secara ringkas dan signifikan.


7

Penerapan sumber belajar handout berbasis elektronik sejalan dan juga

relevan dengan penelitian yang akan dilakukan. Selain itu, sumber belajar

berupa handout berbasis elektronik tidak hanya dapat digunakan dalam mata

pelajaran tertentu, akan tetapi semua mata pelajaran dapat menggunakan

handout berbasis elektronik ini termasuk mata pelajaran biologi.

Berdasarkan ulasan di atas, peneliti melaksanakan penelitian tentang

“Pengembangan handout berbasis elektronik pada materi

keanekaragaman hayati untuk SMA”, karena handout berbasis elektronik

memuat tampilan yang lebih menarik sehingga dapat menarik perhatian peserta

didik untuk belajar. Selain itu handout berbasis elektronik dapat membantu

guru dalam proses pembelajaran yang masih menggunakan sumber belajar

konvensional.

B. Batasan Penelitian

Pembatasan penelitian digunakan untuk menghindari adanya penyimpangan

maupun pelebaran pokok masalah agar penelitian tersebut lebih terarah dan

memudahkan dalam pembahasan sehingga tujuan penelitian akan tercapai. Adapun

batasan- batasan tersebut adalah sebagai berikut.

1. Subjek yang diteliti adalah peserta didik SMAN 22 Gowa pada kelas X

2. Materi yang disajikan adalah Keanekaragaman Hayati yang diajarkan di

kelas X SMA.

3. Handout berbasis elektronik disimpan dalam bentuk software aplikasi

flipcreator yang dapat di akses dengan menggunakan media seperti laptop,

komputer, serta handphone.


8

C. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan, maka peneliti menemukan

beberapa masalah kemudian merumuskannya sebagai berikut.

1. Apakah handout berbasis elektronik pada materi keanekaragaman hayati untuk

SMA memenuhi kriteria valid ?

2. Apakah handout berbasis elektronik pada materi keanekaragaman hayati untuk

SMA memenuhi kriteria praktis?

D. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai

berikut.

1. Untuk menghasilkan handout berbasis elektronik pada materi keanekaragaman

hayati untuk SMA yang memenuhi kriteria valid.

2. Untuk menghasilkan handout berbasis elektronik pada materi keanekaragaman

hayati untuk SMA yang memenuhi kriteria praktis.

E. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut.

1. Bagi Peserta Didik

a. Mampu menjadi sumber belajar yang inovatif bagi peserta didik

sehingga memudahkan untuk memahami materi Keanekaragaman

Hayati.

b. Untuk meningkatkan hasil belajar peserta didik agar sesuai dengan

yang diharapkan.
9

2. Bagi Guru

a. Mendapatkan referensi tambahan berupa perangkat pembelajaran yang

dapat diterapkan untuk mengimplementasikan sumber belajar dalam

bentuk handout berbasis elektronik.

b. Sebagai bahan informasi bagi guru dalam memanfaatkan sumber

belajar dalam rangka mencapai tujuan pembelajaran yang optimal.

3. Bagi Peneliti

a. Menambah keterampilan dalam mengembangkan sumber

pembelajaran yang layak dan bermanfaat bagi peserta didik.

b. Dapat dijadikan bahan informasi bagi peneliti lain, yang melakukan

penelitian yang berkaitan dengan penggunaan sumber belajar handout

berbasis elektronik.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kajian Pustaka

1. Sumber Belajar

a. Hakikat Sumber Belajar

Sumber belajar berasal dari dua kata yaitu sumber dan belajar. Sumber biasa

dikenal dengan istilah asal, awal mula, dan bahan sedangkan belajar merupakan

‘proses’ mencari pengalaman. Menurut Saleh, Nurhayati dan Oslan (2014) sumber

belajar adalah alat yang membantu dalam kegiatan belajar mengajar. Jadi sumber

belajar adalah semua bahan atau alat yang memfasilititasi proses seseorang

mendapatkan pengalaman yang terorganisir dimana penyelesaian masalah

diselesaikan dengan metode ilmiah dan sikap ilmiah. Hasil yang didapatkan dari

sumber belajar yang seperti ini dikenal dengan jurnal atau hasil publikasi berupa

penelitian (Satrianawati, 2018).

Menurut Halling dan Pattaufi (2017) sumber belajar memiliki berbagai

pengertian, baik yang sempit maupun yang luas. Tetapi apapun pengertian yang

diberikan, bahwa sumber belajar tidak lain adalah suatu daya yang dapat

dimanfaatkan untuk kepentingan proses pembelajaran langsung ataupun tidak, baik

sebagian atau secara keseluruhan. Umumnya secara sederhana, sumber belajar

diartikan secara sempit, seperti buku-buku atau bahan-bahan tertulis (cetak) lainnya

(printed materials). Pengertian sumber belajar masih lebih dari hanya seperangkat

sarana pembelajaran atau peralatan pembelajaran. Bahwa setiap sumber belajar

10
11

mengandung pesan adalah suatu kenyataan, tetapi pembawa pesan tersebut tidak

harus selalu buku-buku teks, bahan-bahan tulis/cetak, serta bukan hanya

seperangkat perangkat lunak (hardware dan software).

Pengertian lain dari sumber belajar adalah segala sesuatu yang ada disekitar

lingkungan kegiatan belajar yang secara fungsional dapat digunakan untuk

membantu optimalisasi hasil belajar. Optimalisasi hasil belajar ini dapat dilihat

tidak hanya dari hasil belajar (output) namun juga dilihat dari proses berupa

interaksi peserta didik dengan berbagai macam sumber yang dapat merangsang

peserta didik untuk belajar dan mempercepat pemahaman dan penguasaan bidang

ilmu yang dipelajarinya. Implementasi pemanfaatan sumber belajar di dalam proses

pembelajaran tercantum dalam kurikulum saat ini bahwa dalam proses

pembelajaran yang efektif adalah proses pembelajaran yang menggunakan berbagai

ragam sumber belajar (Sanjaya, 2015).

Sumber belajar adalah semua sumber (baik berupa data, orang atau benda)

yang dapat digunakan untuk memberi fasilitas belajar bagi peserta didik. Sumber

belajar itu meliputi pesan, orang, bahan, peralatan, material alat, teknik dan

lingkungan (AECT, 1977). Ditinjau dari asal usulnya, sumber belajar dapat

dibedakan menjadi dua yaiu sumber belajar yang dirancang (Learning Resources

by design) yaitu sumber belajar yang memang sengaja dibuat untuk tujuan

pembelajaran. Contohnya adalah: buku pelajaran, modul, dan program audio. Jenis

sumber belajar yang kedua adalah sumber belajar yang sudah tersedia dan tinggal

dimanfaatkan (Laerning resources by utilization), Contohnya: pejabat pemerintah,

tenaga ahli, pemuka agama, olahragawan, kebun binatang, waduk, museum, film,
12

sawah, terminal, surat kabar, siaran televisi dan masih banyak lagi (Jalimus dan

Ambiyar, 2016).

b. Klasifikasi Sumber Belajar

Klasifikasi sumber belajar menurut Abdullah (2012) yang harus dimiliki ialah

antara lain (1) pesan yang merupakan informasi yang disampaikan oleh komponen

yang lain, biasanya berupa ide, makna, dan fakta. (2) bahan yang merupakan

kelompok alat yang sering disebut dengan perangkat lunak. (3) alat yang

merupakan alat yang sering disebut perangkat keras. (4) teknik yang merupakan

prosedur baku atau pedoman Langkah -langkah dalam penyampaian pesan. (5) latar

yang merupakan lingkungan di mana pesan ditransmisikan.

Berdasarkan paparan di atas, dapat diklasifikasikan bahwa sumber belajar ada

yang berbasis manusia, sumber belajar berbasis cetakan, sumber belajar berbasis

visual, sumber belajar berbasis audio-visual, dan sumber belajar berbasis komputer.

Berhubungan dengan fungsi sumber belajar Morisson, Ross dan Kalman (2004)

menyatakan bahwa sumber belajar yang ada agar dapat difungsikan dan

dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya dalam pembelajaran.

Kesimpulan dari uraian di atas ialah, sumber belajar dapat memberikan

beberapa keuntungan kepada peserta didik seperti, memungkinkan untuk

menemukan bakat terpendam pada diri seseorang yang selama ini tidak tampak,

memungkinkan pembelajaran berlangsung terus menerus dan belajar menjadi

mudah diserap dan lebih siap diterapkan, dan seseorang dapat belajar sesuai dengan

kecepatan dan dengan waktunya yang tersedia.


13

c. Hakikat Pemanfaatan Sumber Belajar dalam Pembelajaran

Sumber belajar yang beranekaragam di sekitar kehidupan peserta didik, baik

yang didesain maupun yang dimanfaatkan pada umumnya belum digunakan secara

maksimal dan masih terbatas pada buku teks. Ternyata dari sekian banyak sumber

belajar yang ada, buku teks saja yang merupakan sumber belajar yang

dimanfaatkan.

Menurut Miarso (2005) yang berkaitan dengan pemanfaatan alam sebagai

sumber belajar sangat bergantung pada kemampuan dan kemauan tenaga

pengajarnya. Berbagai faktor yang dapat mempengaruhi usaha pemanfaatan alam

sekitar sebagai sumber belajar, yaitu: (1) kemauan tenaga pengajar, (2) kemampuan

tenaga pengajar untuk dapat melihat alam sekitar yang dapat digunakan untuk

pengajaran, dan (3) kemampuan tenaga pengajar untuk dapat menggunakan sumber

alam sekitar dalam pembelajaran. Pemanfaatan sumber-sumber belajar tersebut

harus sesuai dengan tujuan, kondisi, dan lingkungan belajar peserta didik

Berkaitan dengan pemanfaatan sumber belajar, Abdullah (2012) menyatakan

bahwa tenaga pengajar mempunyai tanggung jawab membantu peserta didiknya

untuk belajar dan agar belajar menjadi lebih mudah, lebih menarik, lebih terarah,

dan lebih menyenangkan. Dengan demikian tenaga pengajar dituntut untuk

memiliki berbagai kemampuan khusus yang berhubungan dengan sumber belajar.

Berikut ini beberapa kemampuan tenaga pengajar diantaranya ialah (1)

menggunakan sumber belajar dalam kegiatan pengajaran sehari-hari, (2)

mengenalkan dan menyajikan sumber-sumber belajar, (3) menerangkan peranan

berbagai sumber belajar dalam proses pembelajaran, (4) menyusun tugas-tugas


14

penggunaan sumber belajar dalam bentuk tingkah laku, (5) mencari sendiri bahan

dari berbagai sumber.

Menurut Reigeluth (1999) menuturkan bahwa sumber belajar berperan dalam

(1) meningkatkan produktivitas pembelajaran, (2) memberikan kemungkinan

pembelajaran yang sifatnya lebih individual, (3) memberikan dasar yang lebih

ilmiah terhadap pembelajaran, (4) lebih memaksimalkan pembelajaran, (5)

Memungkinkan belajar secara seketika, (6) Memungkinkan penyajian

pembelajaran yang lebih luas, dengan menyajikan informasi yang mampu

menembus batas geografis. Maka dengan demikian, peranan sumber belajar erat

hubungannya dengan pola pembelajaran yang dilakukan. Pada kegiatan

pembelajaran individual, fokusnya adalah pada peserta didik, sedang bagi tenaga

pengajar memiliki peranan yang sama dengan sumber belajar lainnya. Sehingga

peranan sumber belajar sangat urgen. Dalam kegiatan pembelajaran individual,

peranan tenaga pengajar dalam interaksinya ia lebih banyak berperan sebagai

fasilitator, pengarah, dan penerima hasil kemajuan belajar peserta didik.

Dick & Carey (2005) mengemukakan bahwa untuk kriteria pemilihan sumber

belajar itu ialah antara lain (1) kesesuaian dengan tujuan pembelajaran, (2)

ketersediaan sumber setempat, artinya bila sumber belajar yang bersangkutan tidak

terdapat pada sumber-sumber yang ada maka sebaiknya dibeli atau dirancang atau

dibuat sendiri, (3) apakah tersedia dana, tenaga, dan fasilitas yang cukup untuk

mengadakan sumber belajar tersebut, (4) faktor yang menyangkut keluwesan,

kepraktisan, dan ketahanan sumber belajar yang bersangkutan untuk jangka waktu

yang relatif lama, dan (5) efektifitas biaya dalam jangka waktu yang relatif lama.
15

Beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sumber belajar

seperti ditetapkan oleh (Rowiszowki, 1988) ialah antara lain (1) metode

pembelajaran yang digunakan, (2) tujuan pembelajaran yang ingin dicapai, (3)

karakteristik pelajar, (4) aspek kepraktisan dalam hal biaya dan waktu, dan (5)

faktor yang berkaitan dengan penggunaannya.

Pedoman pemilihan sumber belajar adalah dengan menganalisis pernyataan-

pernyataan diantaranya ialah (1) bahwa sumber belajar yang dipilih sesuai 13

dengan tujuan pembelajaran, (2) sumber belajar apa yang tersedia secara fisik bagi

pebelajar, (3) sumber belajar yang paling aman digunakan oleh pelajar, (4) bahwa

sumber belajar yang dipilih dapat meningkatkan motivasi belajar, (5) bahwa

penggunaan sumber belajar tertentu karena mendapat tekanan atau paksaan dari

pihak tertentu (Caladine & Richard, 2008).

2. Handout

Handout adalah bahan cetak yang berbentuk catatan yang dibuat oleh guru

atau instruktur kemudian digandakan dan dibagikan di dalam kelas kepada peserta

didik. Catatan dalam handout mencakup pokok-pokok penting dari suatu subjek

atau pelajaran dan merupakan informasi tambahan bagi catatan peserta didik.

Informasi yang terdapat dalam handout antara lain menggambarkan jadwal

kegiatan, tujuan belajar, tugas-tugas yang harus dilakukan oleh peserta didik

sebagai pekerjaan rumah, dan sumber-sumber serta buku bacaan yang dapat

digunakan sebagai bahan rujukan atau referensi. Handout biasanya diberikan oleh

seorang pengajar pada awal atau sebelum aktivitas belajar mengajar dimulai. Dalam

aktivitas presentasi penggunaan handout memberikan informasi dan pengetahuan


16

kepada peserta didik yang terkait dengan informasi dan pengetahuan yang

disampaikan oleh narasumber atau presenter. Handout harus disiapkan sebelum

aktivitas presentasi dimulai (Pribadi, 2017)

Menurut Yaumi (2018) memandang handout sebagai a paperbased resource

used to support teaching and learning which can free students from excessive

notetaking or supplement information not easily available elsewhere (sumber yang

berbasiskan kertas yang digunakan untuk mendukung pembelajaran dengan

menghindari peserta didik melakukan pencatatan berlebihan atau untuk melengkapi

informasi yang tidak tersedia di tempat lain). Jadi, handout atau dalam bahasa

Indonesia disebut dengan selebaran, lembaran kertas, atau lembaran lepas adalah

bahan ajar cetak yang diberikan kepada peserta didik yang berisikan inti sari

pembahasan, pertanyaan dan masalah, dan/ atau tugas yang akan diselesaikan oleh

peserta didik.

Prastowo (2018) mengemukakan bahwa ciri-ciri yang dimiliki dari handout

ialah antara lain (1) bahan ajar berupa kertas lembaran-lembaran yang dapat

memberikan informasi pada peserta didik, (2) berisi materi yang diajarkan guru dan

(3) terdiri dari catatan (baik lengkap, maupun kerangka saja), tabel, diagram,

peta, materi- materi tambahan. Selain memiliki ciri-ciri handout juga memiliki

sifat-sifat antara lain sebagai berikut: (1) merupakan unit pelajaran terkecil dan

lengkap, (2) memuat rangkaian kegiatan belajar yang direncanakan dan

sistematik, (3) memuat tujuan belajar yang spesifik, memungkinkan peserta

didik untuk belajar sendiri (self instruction).


17

Penggunaan handout dalam pembelajaran dapat memiliki beberapa fungsi

dan manfaat. Seperti yang disampaikan oleh Purwanto dan Aulia (2017), fungsi

dari handout ialah memberikan kemudahan peserta didik untuk mendapatkan

informasi saat mengikuti pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran akan lebih

mudah tercapai dan manfaatnya ialah dapat melengkapi kekurangan materi, baik

materi yang diberikan dalam buku teks maupun materi yang diberikan secara lisan.

Adapun tujuan pembuatan handout menurut Asiyani (2019) ialah dapat digunakan

sebagai (1) bahan rujukan, handout memuat materi yang terbaru sehingga dapat

membantu komunikasi antara peserta didik dan guru, (2) pemberi motivasi, guru

dapat menyelipkan pesan-pesan sebagai motivator, (3) dapat digunakan sebagai

pengingat untuk mempelajari materi sesuai urutan yang dianjurkan, (4) dapat

memberi umpan balik untuk peserta didik, dan (5) dapat dijadikan alat untuk

mengukur pencapaian hasil belajar peserta didik.

Pengembangan handout yang dikemukakan Widadi (2012) terbagi

menjadi tiga macam bentuk, yaitu antara lain (1) bentuk catatan, handout ini

menyajikan konsep-konsep, prinsip, gagasan pokok, tentang suatu topik yang

akan dibahas, (2) bentuk diagram, handout ini berisi suatu bagan dan sketsa atau

gambar baik yang ditulis secara lengkap maupun tidak lengkap (3) bentuk

gabungan antara catatan dan diagram. Adapun jenis-jenis handout menurut

Asiyani (2019) dibagi menjadi dua jika berdasarkan karakteristik mata

pelajaran, yakni diantaranya (1) handout mata pelajaran praktik, dimana

memiliki ketentuan seperti dalam materi kegiatan praktik terdiri langkah-

langkah kegiatan atau proses yang harus dilakukan oleh peserta didik dan
18

dilakukan pre-test terlebih dahulu, (2) handout mata pelajaran nonpraktik,

memiliki susunan sebagai satuan acara pembelajaran), format bebas (slide dan

transparasi), berbentuk kalimat tetapi singkat atau skema gambar, tidak perlu

header footer dan konten isi terdiri atas overview dan isi materi.

Handout yang dikembangkan memiliki tahapan-tahapan dalam

pengembangannya, seperti yang jabarkan oleh Purwanto (2017) bahwa ada

beberapa tahapan untuk mengembangkan handout, ialah sebagai berikut (1)

mengevaluasi bahan ajar yang digunakan, (2) berdasarkan evaluasi rencanakan

materi yang akan digunakan, (3) memutuskan cara penyajian apakah berbentuk

narasi, tabel, gambar, diagram atau kombinasi dari semua penyusunan. Adapun

hal penting yang harus diperhatikan dalam perkembangan handout, menurut

Nugroho (2011) adalah sebagai berikut (1) menganalisis populasi peserta didik

menurut penguasaan bahasa, usia dan gaya atau kebiasaan membacanya, (2)

menyesuaikan gaya huruf yang digunakan, (3) mencoba konsep handout yang

telah dibuat kepada orang lain, (4) hindarkan pengunaan kata yang berlebihan,

istilah lokal, dan kalimat yang ruwet, (5) rencanakan jenis huruf dan penataan

halaman dan (6) jangan terlalu banyak menggunakan berbagai gaya huruf.

Penyusunan handout disusun berdasarkan kompetensi dasar yang harus

dicapai oleh peserta didik, dengan demikian proses pembuatan handout harus

sesuai dengan kurikulum. Handout merupakan bahan tertulis tambahan yang

dapat memperkaya pengetahuan peserta didik dalam belajar untuk mencapai

kompetensi. Menurut Prastowo (2018) ada enam langkah utama untuk

penyusunan handout sebagai berikut (1) melakukan penyusunan sesuai dengan


19

kurikulum yang digunakan, (2) menentukan judul handout, disesuaikan dengan

kompetensi dasar dan materi pokok yang akan dipelajari, (3) mengumpulkan

berbagai sumber literatur sebagai referensi untuk bahan penulisan, (4) menulis

handout dengan kalimat yang singkat, padat, jelas, (5) mengevaluasi hasil

tulisan dengan cara membaca ulang untuk melihat jika terdapat kekurangan,

dan (6) menggunakan berbagai sumber belajar yang dapat memperkaya materi

handout (Prastowo, 2018)

Menurut Asiyani (2019), terdapat enam komponen penting yang harus

diperhatikan saat menyusun handout diantaranya ialah (1) penggunaan

konsistensi format tiap halaman dan konsistensi dalam jarak spasi, (2)

memperhatikan format penulisan, seperti penggunaan wajah satu kolom jika

paragraf panjang dan wajah dua kolom jika paragraf tulisan pendek-pendek, isi

dan juga strategi pembelajaran yang berbeda sebaiknya dipisahkan, (3)

membuat susunan teks sedemikian rupa sehingga informasi mudah diperoleh

dan dapat menggunakan kotak-kotak untuk memisahkan bagian dari teks, (4)

memberikan daya tarik dengan memperkenalkan setiap bab dengan cara yang

berbeda dan memotivasi peserta didik (5) pemilihan ukuran huruf yang tepat

sesuai pesan dan lingkungannya dengan ukuran huruf teks adalah 12 dan juga

tidak menggunakan huruf kapital untuk seluruh teks, (6) memperhatikan

kontras pada ruang kosong yang tidak berisi teks.

Penerapan handout dalam kegiatan belajar mengajar pastinya memiliki

kelebihan dan kekurangan, adapun kelebihan dari handout yang dipaparkan oleh

Arsyad (2000) ialah diantaranya (1) membantu peserta didik belajar sesuai
20

kecepatan masing-masing, (2) dapat membantu mengulang materi, (3) perpaduan

teks dan gambar dapat menambah daya tarik serta memperlancar pemahaman

informasi yang disampaikan, dan (4) lebih ekonomis. Seperti juga yang

diungkapkan oleh Asiyani (2019) bahwa kelebihan handout sebagai sumber belajar

untuk peserta didik yakni, (1) dapat merangsang rasa ingin tahu, (2) meningkatkan

kreativitas, (3) memperkenalakan informasi atau teknologi baru, (4) membantu

pengetahuan dan penyempurnaan peserta didik, dan (5) dapat membantu

memeriksa hasil pembelajaran.

Menurut Arsyad (2000) Selain kelebihan terdapat juga kekurangan dari

handout, ialah sebagai berikut (1) sulit menampilkan gerak dan suara karena berupa

cetakan, (2) bagian-bagian pelajaran harus dirancang sedemikian rupa agar mampu

memahamkan peserta didik, (3) handout berupa cetakan dapat cepat rusak ataupun

hilang, (4) umumnya keberhasilan hanya ditingkat kognitif dari peserta didik, (5)

pemaparan materinya yang linear, dan (6) tidak mampu mempresentasikan kejadian

secara berurutan.

3. Handout Berbasis Elektronik

Handout berbasis elektronik merupakan sebuah bahan ajar yang melalui

tahap digitalisasi sehingga berbentuk handout berbasis elektronik, yang berupa

teks, gambar, dan animasi serta video, berfungsi sebagai sarana informasi dan

menjadikan sebagai media komunikasi. Handout berbasis elektronik adalah satu

produk kemajuan teknologi dalam bidang komunikasi dan informasi. Handout

berbasis elektronik tidak lagi menggunakan bahan baku kertas untuk menuliskan

artikel seperti pada umumnya, melainkan dalam bentuk file digital yang dapat
21

diakses melalui media elektronik seperti handphonet dan komputer atau laptop.

Handout berbasis elektronik adalah sumber belajar yang dapat digunakan

sebagai alat untuk memahami materi dalam proses pembelajaran, sekaligus dapat

memberikan kesenangan dalam belajar. Sebagai sumber belajar mandiri, handout

berbasis elektronik diharapkan dapat mendukung pemahaman peserta didik tentang

materi yang disampaikan oleh guru dan memberikan nuansa belajar yang menarik.

Belajar menggunakan handout berbasis elektronik dapat dilakukan di luar maupun

di dalam kelas. Dengan demikian, belajar akan menjadi lebih fleksibel dan tidak

kaku (Asiyani, 2019).

Penggunaan teknologi dalam pembelajaran dapat berpengaruh langsung

terhadap kualitas belajar dari efektivitas kerja individu peserta didik. Hal ini

senada dengan Voloshyna & Glazunova (2014) menyatakan bahwa penciptaan

inovasi, teknologi dan sumber daya informasi modern dalam pendidikan

sebagai kreasi pengetahuan dapat digunakan dalam pembelajaran khususnya

bagi peserta didik IT mendorong para guru untuk mengubah metode pengajaran

menggunakan metode dan sumber belajar yang lebih efektif. Salah satu bentuk

penerapannya dengan handout berbasis elektronik sebagai sumber belajar.

Penerapan integrasi Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam

konteks akademik menyebabkan perubahan dalam cara belajar mengajar. Hal

ini senada dengan pendapat Camelo dkk (2018), menyatakan bahwa perlu

menerapkan metode pengajaran baru untuk mempromosikan integrasi TIK

dalam ruang kelas dengan cara yang lebih baik dan menarik bagi peserta didik.
22

Penerapan handout berbasis elektronik dapat menjadi suatu sumber belajar

dengan mengintegrasikan penggunaan teknologi dalam proses belajar mengajar

Handout berbasis elektronik menjadi salah satu sumber belajar dengan

tampilan teknologi melalui desain multimedia handout berbasis elektronik tiga

dimensi yang di dalamnya ditambahkan konten-konten seperti, gambar,

animasi, video, audio, serta unsur interaktifitas pada handout berbasis

elektronik agar dapat memberi respon atau umpan balik pada peserta didik serta

audio yang memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri.

Pengembangan handout berbasis elektronik ini, diharapkan peserta didik akan

lebih termotivasi dalam pembelajaran biologi.

Penggunaaan handout berbasis elektronik diharapkan juga dapat

membantu dalam menjelaskan berbagai visualisasi konsep pelajaran yang sukar

dijelaskan secara konvensional. Dalam handout berbasis elektronik berisi,

animasi, gambar, info unik serta kuis. Sumber belajar yang mampu

menggabungkan dua unsur atau lebih yang terdiri dari teks, grafis, gambar, foto,

audio, video dan animasi secara terintegrasi mampu menciptakan pembelajaran

yang menarik (Suheri, 2006).

Desain tampilan handout digital yang kini banyak diminati dan lebih

mudah digunakan masyarakat adalah handout dengan teknologi tiga dimensi

yang dikenal dengan flipbook, dimana sudah dapat membaca buku di layar

monitor komputer atau handphone. Penggunaan sumber belajar flipbook dalam

pembelajaran dapat meningkatkan hasil belajar peserta didik. Hal ini


23

dipengaruhi oleh ketertarikan peserta didik terhadap tampilannya lebih menarik

dan interaktif dibandingkan buku cetak (Riyanto & Subagyo, 2012).

Pengembangan sumber belajar handout berbasis elektronik ini,

menggunakan beberapa aplikasi diantaranya:

a. Flipcreator yang digunakan dalam menampilkan media menjadi handout

berbasis elektronik. Flipcreator merupakan sebuah software yang

berfungsi untuk membuat semacam buku digital, seperti E-Book, E-

Magazine, E-Brochure,E-Catalogs, E-Reports, E-Newsletter, dan berbagai

sumber belajar berbasis elektronik lainnya. Hasil ini bisa anda save dengan

format flash (swf), website (html5) ataupun yang mandiri (.exe).

b. Canva adalah aplikasi desain grafis menjembatani penggunanya untuk

dengan mudah merancang berbagai jenis material kreatif secara online,

mengekspor dokumen dalam adobe portable document format (PDF),

mengolah gambar yang membutuhkan proses visualisasi. Fungsi utama

dalam aplikasi ini yakni berhubungan dengan desain layout (tampilan)

buku, majalah, dan sebagainya.

c. Adobe Photoshop 2020 adalah perangkat lunak editor citra buatan adobe

system yang dikhususkan untuk mengolah serta mengedit desain atau

gambar vektor. Kelebihannya photoshop adalah mampu membuat tulisan

dengan bermacam-macam karakteristik,dan dapat mengubah bentuk tulisan

menjadi lebih kreatif dan inovatif dengan tool effect yang ada didalamnya

sebagai fitur untuk editing.


24

d. WonderShare Filmora 9 adalah sebuah software atau aplikasi video editor

yang dirancang untuk membuat video dengan sederhana dan mudah. yang bisa

dioperasikan oleh pemula dan juga para profesional.

4. Flipcreator

Flipcreator adalah salah satu jenis animasi klasik yang dibuat dari

setumpuk kertas menyerupai buku tebal, pada setiap halamannya digambarkan

proses tentang sesuatu yang nantinya proses tersebut terlihat bergerak atau

beranimasi (Teknoanimasi, 2010).

Pembuatan sumber belajar berbasis multimedia dapat dilakukan dengan

menggunakan aplikasi flipcreator yang digunakan untuk membuat tampilan

buku atau bahan ajar lainnya menjadi buku elektronik untuk peserta didik

(Sugianto, Abdullah, Elvyanti, & Muladi, 2017). Sejalan dengan hal tersebut,

(Wijayanto & Zuhri, 2014) menyatakan flipcreator merupakan sebuah software

yang mempunyai fungsi untuk membuka setiap halaman menjadi layaknya

sebuah buku. Software flipcreator dapat membuat dan mengubah file pdf,

image/photo menjadi sebuah buku atau album fisik ketika kita buka

perhalamannya. Hasil akhir dapat disimpan dalam format, swf, exe dan html.

Flipcreator merupakan salah satu sumber belajar yang dirancang

(learning resources by design) dan telah diinstal program yang disiapkan untuk

tujuan pembelajaran tertentu. Arsyad (2011) menyebutnya sebagai sumber

belajar mutakhir berbasis komputer yang diyakini mampu menciptakan

pembelajaran yang lebih ”hidup” dan melibatkan interaktifitas peserta didik.


25

Salah satu sumber belajar yang dapat memberikan konstribusi positif

dalam pembelajaran serta dapat merangsang lebih dari satu indera peserta didik

adalah flipcreator. Menurut Adika (2014), flipcreator adalah salah satu bentuk

multimedia yang merupakan kombinasi antara beberapa teks, gambar, video

dan suara sekaligus dalam satu tayangan tunggal. Jadi flipcreator merupakan

salah satu multimedia yang berisi teks/angka, gambar, suara, dikemas dan

dioperasikan dengan komputer ataupun handphone, serta dapat digunakan

dalam proses pembelajaran.

Sejalan dengan hal tersebut (Schramm, 1984), mengemukakan beberapa

kekurangan media buku teks, misalnya tidak ”hidup”, hanya menyajikan

gambar mati, tidak mampu menyajikan suara, dan mudah ketinggalan jaman.

Lebih lanjut Schramm mengemukakan bahwa komputer memiliki kemampuan

yang luar biasa dibandingkan media lainnya. Komputer lebih mampu

menghasilkan jenis belajar yang interaktif antara guru dan peserta didik.

Selama ini, penyampaian materi keanekaragaman hayati di sekolah hanya

sebatas penjelasan oleh guru dengan menggunakan metode ceramah saja dan

sistem penghapalan materi, sehingga selama ini guru belum menggunakan

sumber belajar yang lebih bervariasi untuk menunjang pembelajaran. Maka dari

itu, diharapkan dengan dibuatnya sumber belajar handout berbasis elektronik

menggunakan flipcreator dapat lebih membantu guru untuk mempermudah

dalam menjelaskan materi sehingga tercapainya tujuan pembelajaran dan dapat

meningkatkan motivasi belajar peserta didik.


26

Berdasarkan pernyataan di atas (Susilana & Riyana, 2007) menyatakan

software flipcreator memiliki kelebihan, seperti dapat menyajikan pesan

pembelajaran secara ringkas dan praktis, dapat digunakan di dalam atau di luar

ruangan, bahan pembuatannya tidak memungut biaya, mudah dibawa kemana-

mana, serta dapat meningkatkan aktivitas belajar peserta didik.

B. Kerangka Konseptual

Materi keanekaragaman hayati adalah salah satu materi yang terbilang sangat

luas cakupannya yang ada pada tingkat menegah atas (SMA), sehingga kebanyakan

peserta didik dalam mendapatkan hasil belajarnya tidak memuaskan alias rendah.

Beberapa faktor yang mempengaruhi hal tersebut terjadi seperti isi pelajaran yang

sangat luas cakupannya, serta sumber belajar yang digunakan sudah modern namun

kurang efektif .

Perkembangan sumber belajar turut memberikan perubahan kepada

perkembangan ilmu pengetahuan. Sumber balajar yang selama ini digunakan di

sekolah-sekolah sudah modern namun tidak terlalu efektif digunakan dalam proses

pembelajaran, bahkan masih ada yang menggunakan sumber belajar yang

konvensional seperti media cetak berupa buku teks, modul dan LKS yang

kebanyakan hanya dipenuhi dengan tulisan yang membosankan, sehingga tidak

memiliki daya tarik yang dapat mengubah semangat belajar peserta didik menjadi

meningkat.

Sebagai seorang guru yang baik, hendaklah memperhatikan hal-hal yang

menjadikan peserta didik termotivasi untuk belajar, salah satunya dengan

memberikan sebuah inovasi dalam pembelajaran yang kelak akan menimbulkan


27

suatu ketertarikan peserta didik untuk mempelajari materi pembelajaran, dengan

demikian materi yang disajikan dapat dimengerti dan dipahami dengan baik.

Dengan pemahaman yang baik dalam proses pembelajaran tersebut maka tujuan

pembelajaran yang hendak dicapai dapat tercapai dan prestasi peserta didik juga

akan meningkat.

Dunia yang semakin maju saat ini, tidak terlepas dengan majunya dunia

teknologi, hal ini mampu merasuki orang-orang didunia dengan cepatnya termasuk

peserta didik yang ada disekolah SMAN 22 Gowa. Hal ini berbanding lurus dengan

hasil observasi awal peneliti melihat rata-rata peserta didik sangat menggunakan

teknologi. Peneliti melihat ini sebuah keuntungan dalam mengatasi kesulitan

belajar peserta didik khususnya dalam konsep keanekaragaman hayati yaitu

mengembangkan handout berbasis elektronik.

Kelebihnn handout berbasis elektronik juga mampu memperjelas pesan

pembelajaran dan memberikan penjelasan yang lebih konkrit untuk peserta didik,

mampu untuk menghindari miss konsep dalam menerima isi pelajaran oleh peserta

didik. Mampu memotivasi dan menumbuhkan perasaaan senang pada peserta didik

saat belajar. Karena sumber belajar yang digunakan sangat menyenangkan serta

mudah dipahami karena tampilannya yang praktis untuk digunakan.

Pengembangan handout berbasis eletronik diharapkan mampu meningkatkan

hasil belajar peserta didik, memberikan nuansa baru dalam pembelajaran serta

memotivasi peserta didik dalam proses pembelajaran. Selain itu, dengan sumber

belajar handout berbasis elektronik, maka peserta didik dapat melakukan

pembelajaran secara mendiri, baik di sekolah, di rumah dan dimana saja dia berada
28

tanpa terikat dengan waktu. Adapun bagan kerangka pikir yang telah disusun oleh

peneliti dapat dilihat pada gambar 2.1 berikut.

Masalah (Hasil belajar biologi Pendukung


yang rendah)
- Peserta didik memahami
- Materi pelajaran yang sangat luas teknologi
- Sumber belajar yang tidak - Peserta didik memiliki
menarik bagi peserta didik untuk perangkat handphone.
belajar

Pengembangan
Handout Berbasis Elektronik

Hasil Harapan

Sumber belajar yang - Sumber belajar yang valid dan


valid dan praktis menyenangkan
- Lebih mudah memahami materi
- Sumber belajar yang praktis

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir Pengembangan


Handout Berbasis Elektronik

C. Model Hipotetik

Materi keanekaragaman hayati merupakan materi yang dipelajari oleh peserta

didik kelas X SMA/MA pada semester ganjil. Pada materi keanekaragaman hayati,

terdapat banyak materi yang memerlukan pemahaman konsep yang lebih oleh

peserta didik misalnya pada materi keanekaragaman tingkat gen dan

keanekaragaman tingkat jenis yang dimana peserta didik masih sukar

membedakan pokok materi antar keduanya dan juga didalam materi tersebut

mencakup isi materi yang padat serta beberapa materi dianggap susah dipahami
29

oleh peserta didik sehingga perlu rangkuman pokok materi dan perlu

divisualisasikan agar peserta didik lebih mudah memahami materi tersebut. Oleh

sebab itu, sumber belajar handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator

dinilai sangat sesuai untuk diterapkan dalam materi keanekaragaman hayati.

Perkembangan sumber belajar turut memberikan perubahan terhadap

perkembangan ilmu pengetahuan. Sumber belajar yang selama ini digunakan di

sekolah-sekolah adalah sumber belajar berupa buku cetak, modul dan LKPD yang

berisi materi dan tulisan-tulisan dengan tampilan yang kurang menarik. Masih

banyak guru-guru di sekolah yang kurang dalam mengembangkan sumber belajar

dalam proses pembelajaran. Guru cenderung memberikan buku paket kepada

peserta didik dalam pembelajaran, buku paket yang selama ini digunakan berupa

buku tebal dan juga memiliki bahasa yang terkadang sulit dipahami peserta didik

karena tanpa ada ilustrasi langsung berupa video atau semacamnya, serta kualitas

gambar yang disajikan kurang (hitam putih), sehingga merupakan salah satu pemicu

peserta didik memiliki motivasi belajar yang rendah.

Setelah pengembangan sumber belajar ini, diharapkan (a) terciptanya sumber

belajar mandiri untuk peserta didik, (b) menciptakan pembelajaran yang

menyenangkan dengan pembelajaran interaktif karena dilengkapi dengan gambar,

video, serta quiz. Handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator dapat

digunakan secara online dan offline. Sumber belajar yang dihasilkan diharapkan

memenuhi standar mutu sumber belajar meliputi kelayakan materi, kelayakan

penyajian, kelayakan kebahasaan dan kelayakan fitur tambahan. Sumber belajar

biologi memuat bahasan tertentu yang mengacu pada standar isi untuk mata
30

pelajaran biologi SMA/MA kelas X materi keanekaragaman hayati. Materi

pembelajaran biologi yang dihasilkan merupakan hasil telaah pustaka dari buku

universitas, buku ilmiah, buku biologi SMA/MA, hasil penelitian, internet serta

sumber-sumber lain yang terpercaya kebenarannya.

Implementasi handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator sebagai

sumber belajar peserta didik dapat dijadikan pembelajaran secara mandiri, baik di

sekolah, di rumah, dan dimanapun berada tanpa terikat dengan waktu. Sebab

penggunaannya dapat secara online maupun offline, lebih menarik dan mudah

dipahami.
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian pengembangan atau

Research and Development (R&D). Adapun model pengembangan yang digunakan

dalam Pengembangan handout berbasis elektronik pada materi keanekaragaman

hayati untuk SMA adalah analysis, design, development, implementation,

evaluation atau biasa disebut ADDIE.

B. Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan April-Juli 2021. Adapun hasil dari

pengembangan handout berbasis elekronik menggunakan aplikasi flipcreator pada

materi keanekaragaman hayati ini akan diuji coba terbatas (skala kecil) di kelas X

MIPA SMAN 22 Gowa.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah peserta didik kelas X SMA yang terdiri dari 30

orang peserta didik dan 2 orang guru SMA bidang studi biologi.

D. Prosedur Penelitian

Model pengembangan yang digunakan dalam penelitian ini adalah Analysis,

Design, Development, Implementation, dan Evaluation (ADDIE). Adapun tahap

pengembangan ADDIE sebagai berikut.

31
32

Gambar 3.1 Tahapan Model Pengembangan ADDIE (Mulyatiningsih, 2016)

Model ADDIE dikembangkan oleh Dick and Carry pada tahun 1996 untuk

merancang system pembelajaran. Model ADDIE dipilih karena model ADDIE

sering digunakan dalam menggambarkan pendekatan sistematis untuk

pengembangan bahan pembelajaran. Selain itu model ADDIE juga merupakan

model pembelajaran yang bersifat umum dan sesuai digunakan dalam penelitian

pengembangan (Tegeh dan Kirna, 2013). Sesuai dengan namanya ADDIE

merupakan model yang melibatkan tahap-tahap pengembangan model dengan lima

langkah terdiri dari analisis (analysis), desain (design), pengembangan

(development), implementasi (implementation) dan evaluasi (evaluation). Adapun

adaptasi prosedur pengembangan model ADDIE diperlihatkan pada gambar 3.2

berikut:
33

Analisis Kebutuhan Peserta Didik Analisis Karakteristik


Peserta Didik
Tahap
Analisis Analisis Materi/ Analisis Fasilitas Analyze
Tujuan Konten Pendukung

Strategi Instruksional

Membuat Dokumen Desain

Tahap
Membuat Desain Instrumen Design

Pembuatan Handout Berbasis Elektronik dan


instrumen penelitian

Pembuatan instrumen penelitian

Revisi Validasi Ahli Tahap


Development

Analisis Hasil Validasi

Implementasi

Pengenalan Media Uji Coba Terbatas

Tahap
Uji Kepraktisan Implementation

Mengevaluasi Hasil Uji Kepraktisan


Tahap
Evaluation
Handout Berbasis Elektronik yang Valid dan Praktis

Gambar 3.2 Diagram Alir Prosedur Pengembangan Handout Berbasis


Elektronik dengan Model ADDIE
34

1. Analysis (Analisis)

Langkah awal pada tahap ini peneliti menganalisis permasalahan yang

dihadapi oleh guru dan peserta didik, berdasarkan observasi dan wawancara pra

pengembangan. Kemudian mencari solusi dari masalah yang ditemukan

dilapangan. Adapun hal-hal yang dianalisis oleh peneliti mengenai kurangnya

pemanfaatan sumber belajar yang diterapkan pada proses belajar mengajar,

sehingga perlu menganalisis berbagai komponen yang terdapat dalam proses belajar

seperti, kebutuhan peserta didik, karakteristik peserta didik, fasilitas pendukung,

karakteristik materi dan tujuan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui kelayakan

sumber belajar handout berbasis elektronik yang menggunakan flipcreator yang

telah dikembangkan dan akan diterapkan.

a. Analisis kebutuhan peserta didik

Analisis kebutuhan peserta didik dilaksanakan di SMAN 22 Gowa pada

Januari 2021 melalui wawancara lepas dengan peserta didik dan guru biologi

dimana masih kurang bervariasinya sumber belajar serta kurangnya pemanfaatan

teknologi yang digunakan dalam proses pembelajaran untuk membangkitkan minat

dan motivasi belajar peserta didik. Pada pembelajaran materi keanekaragaman

hayati peserta didik masih belum dapat mendapatkan hasil evaluasi yang

memuaskan dikarenakan cakupan materi yang padat serta beberapa materi dianggap

susah dipahami oleh peserta didik sehingga perlu rangkuman pokok materi dan

perlu divisualisasikan agar peserta didik lebih mudah memahami materi tersebut.

Data yang dikumpulkan bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan

kebutuhan peserta didik terkait dengan pengembangan handout. Hal-hal yang


35

dianalisis pada analisis kebutuhan, yaitu (1) permasalahan di lapangan yang

menjadi dasar untuk melakukan pengembangan sebagai solusi atas permasalahan

yang dihadapi peserta didik ataupun guru, (2) penyebab permasalahan yang terjadi

di lapangan, (3) melakukan observasi di lingkungan sekolah untuk menyesuaikan

sumber belajar yang dikembangkan, (4) membandingkan kesenjangan yang terjadi

antara kondisi ideal dengan kenyataan yang terjadi di lapangan, dan (5) hasil belajar

peserta didik.

Berdasarkan analisis kebutuhan peserta didik maka akan dikembangkan

handout berbasis elektronik pada materi keanekaragaman hayati. Handout yang

akan dikembangkan merupakan handout non praktik yang dimana bentuknya ialah

gabungan antara catatan dan diagram dengan isi menggambarkan pokok-pokok dari

materi atau berbentuk skema gambar yang menarik dan memudahkan peserta didik

memahami materi tersebut.

b. Analisis peserta didik

Analisis peserta didik dilakukan untuk mengetahui kondisi kelas sampel,

dalam hal ini adalah pemahaman tentang pengunaan teknologi, jumlah keseluruhan

peserta didik dalam satu kelas, jenis kelamin, usia, fasilitas, aktivitas, masalah dan

kesulitan yang yang dialami dalam belajar. Analisis peserta didik dilakukan melalui

pemberian angket kebutuhan kepada peserta didik kelas X SMA. Angket kebutuhan

peserta didik terlampir.

c. Analisis fasilitas pendukung pembelajaran

Analisis fasilitas pendukung pembelajaran dilakukan pra-pengembangan agar

sumber belajar yang dihasilkan akan digunakan dengan fasilitas yang tersedia di
36

sekolah. Tersedianya komputer sekolah, LCD proyektor, speaker, fasilitas lain yang

mendukung proses pembelajaran.

d. Analisis materi pelajaran

Analisis materi/konten isi merupakan langkah awal dilakukan untuk

mengetahui lebih dalam materi pelajaran, yaitu konsep yang akan dipelajari peserta

didik dalam sumber belajar handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator

yang akan dikembangkan, hal ini dalam upaya penyampaian informasi dari materi

pelajaran lebih mudah melalui handout berbasis elektronik yang akan

dikembangkan. Adapun analisis konten yang akan digunakan merujuk pada buku

kurikulum 2013. Analisis konten materi dilakukan dengan cara mengkaji bahan

yang telah ada sehingga dapat digunakan untuk mengembangkan produk yakni

dengan mengumpulkan beberapa buku paket biologi kurikulum 2013 yang sedang

digunakan di Sekolah Menengah Atas (SMA) dan beberapa media pembelajaran

dari internet yang relevan.

e. Analisis tujuan

Analisis struktur bertujuan untuk melakukan analisis terhadap struktur

konsep materi yang akan dimuat dalam sumber belajar. Adapun analisis struktur

konsep materi yang akan disajikan yaitu materi kelas X pada materi

keanekaragaman hayati. Analisis ini merupakan tahap analisis yang terakhir dan

menjadi fokus utama untuk mencapai tujuan pengembangan. Dimana pada tahap

ini meliputi pengkajian kompetensi inti, kompetensi dasar, indikator dan tujuan

pembelajaran.
37

2. Design (Desain)

Tahapan desain merupakan tahapan perancangan produk yang akan

dikembangkan. Pada tahap ini, ada dua yang perlu di desain yaitu produk berupa

handout berbasis elektronik (produk yang akan dihasilkan) dan instrumen

penelitian.

a) Merancang produk berupa handout berbasis elektronik.

Tahapan desain terdiri atas strategi instruksional dan membuat dokumen

desain.

1) Strategi instruksional

Beberapa pertanyaan yang mendukung terciptanya strategi instruksional,

yaitu: pengelompokan dan pengurutan materi. Pengelompokan dan pengurutan

materi dilakukan dengan: 1) mengelompokkan tujuan pembelajaran; 2) menyatukan

topik yang ingin peneliti berikan dalam produk yang dikembangkan melalui

beberapa tahapan, mulai dari informasi yang diketahui ke informasi yang belum

diketahui peserta didik, dan mulai dari informasi umum ke informasi khusus; dan

3) pemilihan penilaian yang akan mengukur keberhasilan peserta didik, dimana

penilaian pengembangan harus mengukur kemajuan peserta didik terhadap masing-

masing tujuan pembelajaran yang dapat berupa latihan pengerjaan soal.

2) Membuat dokumen desain

Dokumen desain perlu dibuat pada akhir tahapan desain. Dokumen ini akan

memberikan gambaran dari keseluruhan proses pengembangan handout berbasis

elektronik. Desain dokumen akan dapat menjelaskan desain skenario sumber

belajar handout berbasis elektronik. Desain ini digunakan untuk memenuhi dua
38

tujuan, yakni: 1) untuk melihat bahwa konsep desain yang padu dan lengkap, 2)

memungkinkan kesempatan untuk mengumpulkan umpan balik tentang desain

yang dibuat.

Secara garis besar, kerangka desain handout berbasis elektronik terdiri dari

sampul, kata sambutan, daftar isi, materi yang terbagi dari bab-bab berbeda dengan

permasalahan yang berbeda pula, kuis pembelajaran, dan daftar pustaka. Kerangka

desain handout berbasis elektorik akan menjadi pegangan dalam mengembangkan

desain yang diinginkan dala mengatasi permasalahan yang ada di lapangan.

Penyajian dari handout berbasis elektronik ini, dapat disajian secara offline

dan online. Dengan secara offline dapat dioperasikan menggunakan laptop tanpa

harus menginstal software aplikasi flipcreator kecuali membuat produk

barunya, untuk secara onlinennya dapat dioperasikan dengan membagikan link

dan langsung tertuju ke google sehingga dapat digunakan pada handphone,

laptop dan komputer.

b) Desain Instrumen Penelitian

Desain instrumen penelitian dibuat untuk mengetahui kevalidan dan

kepraktisan handout berbasis eletronik yang telah dikembangkan. Desain instrumen

uji kevalidan adalah instrumen yang mengukur handout berbasis eletronik oleh ahli,

sedangkan desain instrumen uji kepraktisan adalah insturmen yang menggunakan

angket respon peserta didik dan guru terhadap penggunaan handout berbasis

eletronik selama proses pembelajaran.

Angket yang akan dibuat adalah a) angket uji validasi handout berbasis

eletronik, b) angket untuk uji kepraktisan yang terdiri dari angket respon peserta
39

didik dan guru. Desain angket untuk uji validasi dan kepraktisan dilakukan dengan

cara melihat contoh angket yang telah ada kemudian disesuaikan dengan

kebutuhan. Secara umum, komponen yang terdapat pada angket yaitu judul angket,

topik angket, petunjuk pengisian angket, tabel pernyataan dan saran.

3. Development (Pengembangan)

Tahap pengembangan bertujuan untuk merealisasikan tahapan yang telah

dilakukan sebelumnya. Ada dua yang perlu dikembangkan pada tahap ini yaitu

handout berbasis elektronik dan instrumen penelitian.

a) Pengembangan handout berbasis elektronik.

Langkah yang dilakukan dalam tahap pengembangan adalah

mengembangkan handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator pada

materi keanekaragaman hayati sebagai sumber belajar kelas X SMA.

Pengembangan handout berbasis elektronik dilakukan dengan cara

mengembangkan materi melalui pengembangan sumber belajar dalam bentuk

flipcreator secara offline dan online dengan berdasarkan tahap analisis dan tahap

desain. Pengaplikasian secara offline dilakukan pada laptop dengan cara

membagikan file tanpa perlu menginstal aplikasi flipcreator dan secara online

dioperasikan dengan membagikan link dan langsung tertuju ke google yang

dapat di akses menggunakan handphone, laptop dan komputer yang

memungkinkan peserta didik untuk belajar secara mandiri dimana saja dia

berada tanpa terikat dengan waktu. Peneliti juga memiliki akses ke bahan yang

belum dikembangkan, tujuan pembelajaran, dan dokumen desain untuk membantu

memandu pengembangan produk.


40

b) Pengembangan instrumen penelitian

Angket pertama adalah angket yang digunakan untuk memvalidasi handout

berbasis elektronik. Angket validasi sumber belajar terdiri atas 6 aspek penilaian

yang masing-masing terdiri dari beberapa kriteria. Masing-masing kriteria tiap

aspek menggunakan pilihan penilaian yakni skor 1 untuk penilaian sangat tidak

baik, skor 2 untuk penilaian tidak baik, skor 3 untuk penilaian cukup baik, skor 4

untuk penilaian baik dan skor 5 untuk penilaian sangat baik.

Angket yang kedua adalah angket yang digunakan untuk menguji kepraktisan

handout berbasis elektronik yakni angket respon peserta didik dan respon guru

terhadap penggunaan sumber belajar setelah proses pembelajaran. Angket respon

guru dan peserta didik terdiri atas 6 aspek pernyataan positif dan negatif terkait

handout berbasis elektronik, dilengkapi dengan 5 pilihan jawaban yakni sangat

setuju (SS), setuju (S), ragu (R), tidak setuju (TS) dan sangat tidak setuju (STS).

c) Validasi produk dan instrumen

Uji kevalidan meliputi sumber belajar handout berbasis elektronik dan

instrumen yang telah dikembangkan. Uji kevalidan sumber belajar dilakukan untuk

memastikan bahwa sumber belajar handout berbasis elektronik yang akan

digunakan bersifat layak atau valid berdasarkan penilaian validator. Instrumen

penelitian yang digunakan untuk menilai sumber belajar handout berbasis

elektronik dan instrumen berupa angket. Perbaikan terhadap handout berbasis

elektronik dan instrumen penelitian dilakukan berdasarkan masukan para validator

sampai dihasilkan sumber belajar yaitu handout berbasis elektronik yang valid atau

layak untuk digunakan.


41

4. Implementation (Implementasi)

Tahapan impelementasi ini merupakan tahapan uji coba, produk yang telah

dihasilkan akan diterapakan atau diimplementasikan dalam proses pembelajaran

untuk dilakukan uji coba handout berbasis elektronik.

a) Pengenalan handout berbasis elektronik.

Perlaukan pertama yang dilakukan sebelum mengimplementasikan handout

berbasis elektronik yang telah dibuat adalah pengenalan handout berbasis

elektronik kepada peserta didik dan guru. Pengenalan handout berbasis elektronik

diperlukan agar peserta didik dan guru dapat menggunakan handout berbasis

elektronik yang dikembangkan dengan baik sehingga kepraktisan handout berbasis

elektronik dapat diukur.

b) Implementasi

Tahapan ini produk handout berbasis elektronik yang telah dihasilkan dan

dinyatakan valid oleh validator ahli dan praktisi kemudian dilakukan uji coba

terbatas pada subjek penelitian. Hal yang perlu diperhatikan/dinilai dalam uji coba

handout berbasis elektronik adalah kepraktisan dalam proses pembelajaran.

Kepraktisan handout berbasis elektronik pada proses pembelajaran dapat

dilihat berdasarkan respon peserta didik dan guru setelah menggunakan handout

berbasis elektronik. Uji coba pengujian kepraktisan dilakukan sebanyak sekali saja

yaitu uji coba pada kelompok kecil. Uji coba kelompok kecil, yakni sebanyak 30

orang pebelajar. Selain itu, penilaian handout berbasis elektronik yang telah

dikembangkan juga diberikan oleh guru selaku praktisi melalui angket.


42

5. Evaluation (Evaluasi)

Tahap evaluasi adalah sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai

terhadap handout berbasis elektronik yang telah valid. Pada tahap ini dilakukan

penilaian terhadap handout berbasis elektronik setelah dilakukan uji coba, yaitu

pada uji kepraktiasan. Uji kepraktisan diterapkan dengan melakukan uji coba

terbatas terhadap guru biologi dan peserta didik SMAN 22 Gowa.

E. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data terbagi atas dua bagian yaitu sebagai berikut

(1) Pengumpulan data tentang kevalidan sumber belajar handout dan lembar

kepraktisan diukur dengan lembar validasi oleh ahli dalam bidang pendidikan

biologi dan (2) Pengumpulan data tentang kepraktisan sumber belajar handout

diukur dengan lembar angket terhadap guru dan peserta didik setelah menggunakan

sumber belajar.

1. Data Validasi Sumber Belajar Handout Berbasis Elektronik

Data validitas sumber belajar handout berbasis elektronik dan materi

dikumpulkan dengan langkah-langkah di bawah ini.

a. Hasil pengembangan sumber belajar handout berbasis elektronik menggunakan

flipcreator dan materi diperiksa oleh pembimbing.

b. Sumber belajar handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator dan materi

yang telah dikembangkan bersama lembar validasi diserahkan kepada validator.

c. Sumber belajar handout berbasis elektronik menggunakan flipcreator dan materi

akan diperbaiki berdasarkan koreksi dan masukan para validator.


43

2. Data Kepraktisan Sumber Belajar Handout berbasis elektronik

Data kepraktisan sumber belajar handout berbasis elektronik menggunakan

flipcreator dikumpulkan dengan langkah-langkah sebagai berikut.

a. Data kepraktisan diperoleh dengan menggunakan angket untuk mengukur

kepraktisan.

b. Angket diberikan kepada guru dan peserta didik setelah melihat dan

menggunakan sumber belajar Handout berbasis elektronik menggunakan

flipcreator.

F. Teknik Analisis Data

Teknik analisis data yang digunakan untuk mengolah data hasil

pengembangan handout berbasis elektronik yaitu dengan satistik analisis deskriptif.

Analisis ini digunakan untuk mengolah data yang diperoleh dalam bentuk analisis

skor kriteria angket penelitian, yang menggunakan skala likert (1 sampai 5).

1. Analisis kevalidan

Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah analisis

deskriptif, yakni dengan cara menghitung rata-rata skor dari setiap aspek penelitian

yang terdapat pada lembar validasi sumber belajar handout berbasis elektronik.

Penilaian sumber belajar handout berbasis elektronik dan instrumen penilaian ahli

dilakukan dengan memberikan skor berdasarkan ketentuan sebagai berikut, 5

(sangat baik); 4 (baik); 3 (cukup baik); 2 (kurang baik); 1 (tidak baik).

Uji kevalidan suatu sumber belajar dan materi dilakukan oleh 2 validator ahli,

dengan mengacu pada kriteria tingkat kevalidan yakni, cukup valid, valid, dan
44

sangat valid, apabila suatu produk memenuhi kriteria tersebut maka dapat

dinyatakan produk baik, atau layak untuk digunakan dan diterapkan, dan apabila

suatu produk mencapai hasil analisis data berada pada rentang nilai kurang valid

dan tidak valid, maka semua produk yang dikembangkan harus diperbaiki kembali

atas dasar saran dan masukan setiap validator.

Setelah proses penginputan data yang diperoleh dari ahli sumber belajar dan

materi data tersebut selanjutnya dianalisis. Menurut Sudjana (2007), untuk

menetukan penilaian kevalidan oleh validator digunakan rumus:

∑ Skor Validator
SVA=
∑ item

Keterangan:

SVA : Skor validasi setiap aspek

Σ Skor Validator : Jumlah skor yang diberikan kedua validator

Σ Item : Jumlah item yang dinilai setiap aspek

Setelah diperoleh skor validasi setiap aspek selanjutnya ditentukan skor

validasi sumber belajar mengikuti rumus :

∑ Skor semua aspek


SV S=
∑ aspek

Keterangan :

SV S : Skor validasi sumber belajar

Σ Skor semua aspek : Jumlah skor semua aspek

Σ Aspek : Jumlah aspek yang dinilai


45

Merujuk pada Hobri (2009), Selanjutnya skor validasi pengembangan

sumber belajar disesuaikan dengan kriteria kevalidan pada tabel 3.1

Tabel 3.1 Kriteria Kevalidan

Nilai Keterangan

1 ≤ Va < 2 Tidak Valid

2 ≤ Va < 3 Kurang Valid

3 ≤ Va < 4 Cukup Valid

4 ≤ Va ≤ 5 Valid

Va=5 Sangat Valid

Keterangan: Va adalah Nilai Rata-Rata Kevalidan dari Semua Validator

2. Analisis kepraktisan

Kepraktisan handout berbasis elektronik diukur berdasarkan hasil penilaian

dari guru mata pelajaran biologi serta respon peserta didik di SMAN 22 Gowa,

terhadap kegunaan sumber belajar handout berbasis elektronik untuk menyatakan

praktis tidaknya sumber belajar yang digunakan di lapangan.

Berdasarkan hasil penilaian ditentukan nilai rata-rata yang diberikan

kemudian menghitung rata-rata skor respon guru dan respon peserta didik tiap

pertanyaan. Merujuk pada Riduwan (2010), kepraktisan sumber belajar handout

berbasis elektronik menggunakan flicreator ditentukan dengan respon guru dan

peserta didik positif atau tidak positif dengan cara mencocokkan hasil kriteria

sesuai pada tabel 3.2


46

Tabel 3.2 Penilaian Item Angket Guru dan Peserta Didik

Skor Setiap Skor Setiap


Kategori
Pernyataan Negatif Pernyataan Positif

Sangat Setuju 1 5

Setuju 2 4

Kurang Setuju 3 3

Tidak Setuju 4 3

Sangat Tidak Setuju 5 1

Menurut Sudjana (2007), untuk menentukan penilaian responden, digunakan

rumus:

∑ Skor Responden
PPR= X 100%
∑ Responden x ∑ Item x Skala Tertinggi

Keterangan:
PPR : Persentase penilaian responden
Σ Skor Responden : Jumlah skor yang diberikan seluruh responden

Σ Responden : Jumlah responden

Σ Item : Jumlah item yang dinilai

Setelah diperoleh persentase penilaian responden selanjutnya ditentukan

skor persentase indicator pernyataan menggunakan rumus

∑ Skor aspek penilaian


SIP =
∑ Aspek

Keterangan :

SIP : Skor indikator pernyataan


47

Σ Skor semua aspek : Jumlah skor yang diberikan seluruh responden

Σ Aspek : Jumlah aspek

Merujuk pada Riduwan (2010), selanjutnya skor persentase indikator

pernyataan responden disesuaikan dengan kriteria kepraktisan pada tabel 3.3

Tabel 3.3 Kategori Penilaian Kepraktisan Guru dan Peserta Didik

Nilai Keterangan

85% ≤ RS Sangat Positif

70% ≤ RS < 85% Positif

50% ≤ RS < 70% Sedang

RS < 50% Tidak Positif

Keterangan: RS adalah Nilai Rata-Rata Skor

Pengembangan sumber belajar handout berbasis elektronik dikatakan praktis

apabila hasil rata-rata respon guru dan peserta didik berada pada kategori positif

dan sangat positif. Penilaian dikatakan tidak praktis apabila analisis data penilaian

berada pada kategori kurang positif dan tidak positif.


DAFTAR PUSTAKA

Abdullah. 2012. Pembelajaran Berbasis Pemanfaatan Sumber Belajar. Jakarta:


Didaktika.

Adika. 2014. Pengembangan Flipbook Fisika untuk Meningkatkan Kemampuan


Berfikir Kreatif bagi Peserta didik SMP/MTs kelas VIII pada Materi
Cahaya. UIN Yogyakarta. [skripsi]

AECT. (1977). Definisi Teknologi Pendidikan: Satuan Tugas Definisi dan


Terminologi AECT. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.

Arsyad, Azhar. 2000. Media Pengajaran. Jakarta:Rajawali Press.

Arsyad, A. 2011. Media Pembelajaran. Jakarta: Raja Grafindo Perkasa.

Asiyani,Y. 2019. Pengembangan Handout Berbasis Elektronik Menggunakan


Teknik Mnemonik Akrostik Pada Materi Keanekaragaman Hayati Untuk
Peserta Didik Kelas X Di SMA.MA. Universitas Islam Negeri Raden Intan.
[skripsi]

Caladine, & Richard. 2008. Enhancing E-Learning with Media-Rich Content and
Interactions. Hershey: Information Science Publishing.

Camelo, G. E. H., Torres, J. M. T., Reche, M. P. C., & Costa, R. S. 2018. Using and
integration of ict in a diverse educational context of Santander (Colombia).
Journal of Technology and Science Education, 8(4), 254–267.
https://doi.org/10.3926/jotse.314

Dick, W., & Carey, J. O. 2005. The Systematic Design of Instruction. Boston:
Longman.

Falahuddin, I. 2014. Pemanfaatan Media dalam Pembelajaran. Jurnal Lingkar


Widyaiswara.1(4), 104–117.

Haling & Pattaufi. 2017. Belajar dan Pembelajaran. Makassar: Badan Penerbit
Universitas Negeri Makassar.

Hayati, S., Agus S.B., & Erfan, H. 2015. Pengembangan Media Pembelajaran
Flipbook Fisika Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal
Pembelajaran Fisika. 4(2), 1-6.

48
49

Hobri, 2009. Metodologi Penelitian Pengembangan (Developmental Research)


(Aplikasi Pada Penelitian Pendidikan Matematika). Jember

Jalimus, N & Ambiyar. 2016. Media dan Sumber Pembelajaran. Jakarta : Penerbit
Kencana

Miarso, Y. 2005. Menyemai Benih Teknologi Pendidikan. Jakarta: Kencana.

Morrison, G. B., Ross, S. M., Morrison, J. M., & Kalman, H. K. 2004. Designing
Effective Instruction. New York: John Willey & Sons.

Muchlis. (2006). Hubungan Motivasi Belajar dan Persepsi Siswa kepada Guru
Matematika dengan Prestasi Belajar Matematika. [Skripsi].

Nugroho, P. D. 2011. Pengembangan Handout Pembelajaran Praktek Inventor.


Universitas Negeri Yogyakar [skripsi]

Prastowo, A. 2018. Sumber Belajar dan Pusat Sumber Belajar. Depok: Penerbit
Prenadamedia Group.

Pribadi, B.A. 2017. Media dan Teknologi Dalam Pembelajaran. Jakarta : Penerbit
Kencana.

Purwanto, K & Aulia, R. 2017. Pengembangan Handout Untuk Peserta didik Kelas
V SDN 14 Koto Baru Pada Materi Bermain Drama. Jurnal Tarbiyah. 24(1),
135-150.

Reigeluth, C. M. 1999. Instructional Design Theories and Models: An Overview of


Their Current Status. New York: Lawrence Erlbaum Associates Publishing.

Riduwan. 2010. Skala Pengukuran Variabel-variabel Penelitian. Bandung:


Alfabeta.

Riyanto, L. & Subagyo. 2012. Pengembangan Digital Library Local Content


Pekalongan dalam Format Buku 3 Dimensi. Jurnal LIPI. 1(1), 1–13.

Rowiszowki, A. J. (1988). The Selection and Use of Instructional Media: For


Improved Classroom Teaching and for Interactive, Individualized
Instruction. New York: Kogan Page.

Saleh, H.I., Nurhayati, B & Oslan, J. 2014. Pengaruh Penggunaan Media Alat
Peraga Terhadap Hasil Belajar Siswa pada Materi Sistem Peredaran Darah
Kelas VIII SMP Negeri 2 Bulukumba. Jurnal Sainsmat. 4(1), 7-13.

Sanjaya, W. 2015. Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran. Jakarta:


Penerbit Kencana.
50

Satrianawati. 2018. Media dan Sumber Belajar. Yogyakarta: Penerbit CV Budi


Utama.

Schramm. 1984. Media Besar Media Kecil Alat dan Teknologi untuk Pengajaran.
IKIP Semarang: Seri Pustaka Teknologi Pendidikan No. 5.

Sudjana. 2007. Media Pengajaran. Jakarta: Sinar Baru Algesindo.

Sugianto, D., Abdullah, A. G., Elvyanti, S., & Muladi, Y. (2017). Modul Virtual:
Multimedia Flipbook Dasar Teknik Digital. Innovation of Vocational
Technology Education, 9(2), 101–116.
https://doi.org/10.17509/invotec.v9i2.4860

Suheri, A. 2006. Animasi Multimedia Pembelajaran. Jakarta: Elecmedia


Komputindo.

Susilana, R., & Riyana, C. 2007. Media Pembelajaran. Bandung: CV Wacana


Prima.

Tegeh, I.M., & Kirna, I.M. 2013. Pengembangan Bahan Ajar Metode Penelitian
Pendidikan dengan ADDIE Model. Jurnal Ika. 11(1), 12-26.

Teknoanimasi. 2010. Flip book dan Thaumatrope [Online]. Retrieved July 24,
2019, from http://teknoanimasi.blogspot.com/2010/06/flip-book-
danthaumatrope.html

Voloshyna, T., & Glazunova, O. 2014. Types of Academic Internet-Resources for


It Students’ Individual Work Management. Information Technologies in
Education, (21), 78–86. https://doi.org/10.14308/ite000513

Wahyuni, S., Sri, E., & Syafriandi. 2012. Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Peserta didik Menggunakan Handout Matematika Berbasis Konstektual
Pada Materi Bangun Ruang Sisi Datar. Jurnal Pendidikan Matematika. 1(1),
84-88.

Warsita, B. (2008). Teknologi Landasan Pembelajaran dan Aplikasi. Jakarta:


Rineka Cipta.

Widadi, M. 2012. Pengembangan Handout Pembelajaran Kerja Bangku Di SMK


Negeri 1 Sevegan.Skripsi. Universitas Negeri Yogyakarta.

Wijayanto, & Zuhri, M. S. 2014. Pengembangan E-Modul Berbasis Flip Book


Maker dengan Model Project Based Learning untuk Mengembangkan
Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Prosiding Mathematics and
Sciences Forum, 625–628. Retrieved from
51

http://prosiding.upgris.ac.id/index.php/masif2014/masif2014/paper/viewFi
le /487/436.

Yaumi, M. 2018. Media dan Teknologi Pembelajaran. Jakarta: Penerbit Kencana

Anda mungkin juga menyukai