Oleh:
NYI SAFITRI
NIM: 200730014
UNIVERSITAS MALIKUSSALEH
ACEH UTARA
2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur Penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT karena berkat Rahmat
dan Karunia-Nya yang begitu besar, maka Proposal Penelitian ini dapat
terselesaikan meskipun masih banyak kekurangan.
Harapan penulis, semoga proposal ini dapat bermanfaat bagi para pendidik,
calon pendidik, dan mahasiswa. Akhirulkalam penulis mengucapkan semoga
Allah SWT membimbing kita semua dalam naungan kasih dan sayang-Nya.
Semoga segala bantuan dari semua pihak mendapatkan pahala yang berlimpah
disisi Allah SWT, Amin.
21 Oktober, 2023
Penulis
Nyi Safitri
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR…..…………………………………………………..….. iv
ABSTRACT…..…………………………..……………………………...…….. vii
DAFTAR TABEL…..……………….…………………………………….…….. x
DAFTAR GAMBAR…..……………………………………………………….. xi
BAB I PENDAHULUAN………………………………………………………. 1
1.1 Latar Belakang Masalah……………………………………...….… 1
1.2 Identifikasi Masalah.…………………...….....………….…………. 1
1.3 Pembatasan Masalah……………………………………………….. 2
1.4 Perumusan Masalah……………………………………………….. 2
1.5 Tujuan Masalah…………………………………………………….. 2
1.6 Hipotesis Masalah………………………………….……………….. 2
1.7 Manfaat Penelitian…..……………………………..……………….. 2
1.8 Definisi Operasional…………………………………..…………….. 2
ii
BAB II KAJIAN TEORI……………………………………………………... 3
2.1 Penerapan Model Mastery Learning .…………………………..….. 3
2.1.1 Pengertian Model Mastery Learning ……….………….….. 3
2.1.2 Karateristik dan Prinsip Model Mastery Learning……….. 3
2.1.3 Langkah – Langkah Model Mastery Learning………...….. 3
2.1.4 Keunggulan dan Kelemahan Model Mastery Learning ….. 3
2.2 Media Visual ……………………...……………….…………….….. 4
2.2.1 Pengertian Media Visual ………………...……………….….. 4
2.3 Pemahaman Konsep.…………………………………...…...…..….. 5
2.4 Suhu dan Kalor Konsep.…………………………………..……….. 6
2.5 Kajian Penelitian Relevan.………………………………...……….. 7
2.6 Kerangka berfikir ………………….……………………...……….. 8
2.7 Pertanyaan Penelitian ……...……………………………...……….. 9
BAB III METODE PENELITIAN……....…...……………………..………. 10
3.1 Metode dan Desain Penelitian……………………………..…...… 11
3.2 Tempat dan Waktu..…...……….…..………………………....….. 11
3.3 Populasi dan Sampel..…...……….…..…...………………..…..….. 11
3.4 Variabel Penelitian..…...……….…..…...………...………..…..….. 11
3.5 Tahapan Intervensi Tindakan.. ….…...…………………..…..….. 11
3.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data…..…………..…..….. 11
3.7 Validitas dan Reabilitas Instrumen..…...……….… ……..…..….. 11
3.8 Teknik Analisis Data..…...……….…..…...………………..…..….. 11
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN……....…...……………………..…. 12
4.1 Deskripsi Hasil Penelitian……………………...…………..…...… 12
4.2 Pembahasan..…...……….…..………………………………....….. 12
BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ……....……..………. 13
5.1 Kesimpulan ………………………………………….……..…...… 13
5.2 Implikasi ..…...……….…..…………………………………....….. 13
5.3 Saran ..…...……….…..…...………………………………..…..….. 13
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………………. 15
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
peranan penting. Suatu negara dapat mencapai sebuah kemajuan jika pendidikan
dalam negara itu baik kualitasnya. Tinggi rendahnya kualitas pendidikan dalam
suatu negara dipengaruhi banyak faktor misalnya dari siswa, pengajar, sarana
prasarana, dan juga karena faktor lingkungan. Salah satu upaya meningkatkan
dengan kebutuhan dan perkembangan yang terjadi baik di tingkat lokal, nasional,
1
Pendidikan. Pendidikan Nasional bertujuan meningkatkan sumber daya manusia
dan cerdas (Damanik & Bukit, 2013:17). Salah satu pendukung tercapainya tujuan
Sekolah merupakan suatu wadah sebagai tempat terjadinya proses belajar dan
agar
diakhiri dengan evaluasi untuk mengukur dan menilai tingkat percapaian tujuan
biasanya menunjukkan tingkat dimana siswa terlibat dalam tindakan ketika belajar
yang ditandai dengan rutinitas belajar yang tepat (misalnya materi) yang terjadi di
2018:1).
Pada hakikatnya, setiap siswa adalah individu yang unik, mempunyai tingkat
kemampuan, minat, dan bakat yang berbeda-beda, baik dalam hal intensitas
maupun arah. Guru yang mempunyai tingkat kesabaran tinggi akan dapat
2
menunjukkan kepada siswa-siswanya bahwa semua orang mampu mempelajari
sesuatu (termasuk materi ajar di kelas), walaupun dengan alokasi waktu dan upaya
ketuntasan belajarnya. Agar sukses siswa harus dapat dengan tepat menganalisis
informasi itu dalam bentuk tertulis dan / atau lisan (Illahi & Khandai, 2015:2).
Salah satu konten pelajaran yang membutuhkan analisis lebih adalah pelajaran
Fisika.
sebagai mata pelajaran tersendiri karena memberikan bekal ilmu kepada peserta
tinggi sehingga siswa sulit memahami materi dalam Fisika. Sedangkan menurut
Fisika adalah ilmu yang impiris yaitu pernyataan fisika harus didukung oleh
Keaktifan dalam belajar Fisika terletak pada dua segi, yaitu aktif dalam bertindak
(hands activity) dan aktif berfikir (minds activity) (National Resarch Council,
1996:20). Mims menyebutkan bahwa siswa akan akan aktif jika siswa dapat
tidaklah mudah. Oleh sebab itu dibutuhkan kebiasaan belajar yang baik agar siswa
3
dapat melakukan serangkaian observasi pada mata pembelajaran Fisika dengan
pada
hari Senin tanggal 26 September 2022. Terlihat bahwa ketika pembelajaran Fisika
kemudian banyak siswa tidak fokus lagi dan tidak memperhatikan guru
yang terlihat hanya mengikuti apa yang di perintahkan guru tanpa adanya
keaktifan siswa dalam merespon pembelajaran tersebut. Jika guru bertanya, tidak
adanya inisiatif dari siswa untuk menjawab secara sendiri namun harus dipilih
oleh guru siswa yang harus menjawab pertanyaan tersebut. Selanjutnya, ketika
siswa di beri tugas, mereka tidak serius mengerjakannya dan sebagian siswa
sebagaimana yang diketahui kurikulum 2013 ini guru sebagai fasilisator. Siswa
Dalam proses belajar Fisika, siswa dituntut untuk dapat menguasai bahan
pelajaran. Cara mengikuti pelajaran antara lain membaca dan mempelajari materi
yang telah lalu dan materi selanjutnya. Karena sebelum menjelaskan pelajaran
materi yang telah dipelajari sebelumnya. Dimana siswa harus terbiasa mengulang
4
wawancara dengan kakak letting yang sedang PPL di SMA Negeri 2 Dewantara,
Ia mengatakan bahwa masih ada siswa tidak bisa menjawab apa yang ditanyakan
guru. Agar tidak jenuh dan bosan dalam pelajaran fisika, guru sering memberikan
siswa belajar secara kelompok. Namun kebiasaan siswa dalam belajar kelompok,
terdapat siswa yang tidak aktif. Terlihat juga ketika kebiasaan siswa dalam
menghadapi ujian, ulangan dan latihan pelajaran fisika. Siswa panik, dan juga
belajarnya di tumpukan atau disebut juga sistem kebut semalam. pendapat siswa
mengenai kebiasaan belajar pada mata pelajaran fisika perlu diketahui sejak dini
oleh guru.
Salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah diatas
bekerja sendiri sehingga terjadi peningkatan hasil belajar, yakni siswa menguasai
bahan pelajaran secara tuntas, menyeluruh, dan utuh. Model pembelajaran yang
digunakan dalam penelitian ini adalah model mastery learning dengan tujuan
seluruh peserta didik dapat belajar jika mereka mendapat dukungan kondisi yang
mengajar-belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai
5
diselidiki prasyarat bagi pengesuaian itu. Salah satu Prasyaratnya adalah
merumuskan secara khusus bahan yang harus dikuasi dan tujuan itu harus
dituangkan dalam alat evaluasi yang bersifat sumatif agar dapat diketahui tingkat
keberhasilan siswa.
apakah dengan menerapkan model mastery learning dengan bantuan media visual
Konsep Siswa Kelas XI Pada Materi Suhu dan Kalor di SMA Negeri 2
Dewantara” yaitu:
2. Materi yang akan digunakan pada penelitian ini hanya tentang materi Suhu
dan Kalor.
siswa.
materi Suhu dan Kalor dengan menerapkan model Mastery Learning dengan
7
Berdasarkan rumusan masalah, dapat diketahui tujuan pada penelitian ini
materi Suhu dan Kalor dengan menerapkan model Mastery Learning dengan
Ha: Terdapat pengaruh model Mastery Learning dengan berbantuan media Visual
Ho: Tidak terdapat pengaruh yang signifikan model Mastery Learning dengan
Dewantara
penerapannya
secara lebih lanjut, khususnya pada materi Suhu dan Kalor untuk mengetahui
8
1.7.2 Manfaat penelitian secara praktis
Berdasarkan tujuan penelitian diatas, maka manfaat dari hasil penelitian
kelak.
2. Bagi Sekolah, hasil penelitian ini dapat menjadi sumber pembelajran baru
Dewantara.
3. Bagi Guru, penelitian ini dapat dimanfaatkan sebagai salah satu model
sebagai masukan dalam pengelolaan kelas dan kondisi belajar mengajar yang
visual.
9
1.8 Definisi Operasional
1. Mastery Learning merupakan salah satu model pembelajaran dimana siswa
diharapkan dapat menguasai secara tuntas standar kompetensi dari suatu unit
pelajaran. Asumsi yang digunakan dalam pembelajaran tuntas ini yaitu jika
setiap siswa diberikan waktu sesuai dengan yang diperlukan untuk mencapai
suatu tingkat penguasaan dan jika siswa tersebut menghabiskan waktu yang
itu.
pembelajaran.
10
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
belajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dapat dikuasai sepenuhnya
oleh siswa”. Dalam usaha mencapai penguasaan penuh perlu diselidiki prasyarat
bagi pengesuaian itu. Salah satu Prasyaratnya adalah merumuskan secara khusus
bahan yang harus dikuasi dan tujuan itu harus dituangkan dalam alat evaluasi
Dengan praktek pengajaran yang biasa jumlah ini jauh lebih kecil. Banyak siswa
yang hanya menguasai sebagian kecil dari bahan ajaran, dengan menerapkan
konsep belajar tuntas, jumlah ini dapat ditingkatkan. Asumsi yang digunakan
dalam pembelajaran tuntas ini yaitu jika setiap siswa diberikan waktu sesuai
dengan yang diperlukan untuk mencapai suatu tingkat penguasaan dan jika siswa
akan mencapai tingkat penguasaan itu. Tetapi jika siswa tidak diberi cukup waktu
atau siswa tidak menggunakan waktu yang diperlukan maka siswa tidak akan
Mastery Learning ini terdiri atas lima tahap, yaitu orientasi (orientation),
proses belajar mengajar secara ideal adalah agar bahan yang dipelajari dikuasai
12
sepenuhnya oleh peserta didik. Ini disebut mastery learning atau belajar tuntas,
hipotesis fisika. Mastery Learning atau belajar tuntas adalah salah satu filsafat
yang mengatakan bahwa dengan sistem pengajaran yang tepat semua siswa dapat
belajar dengan hasil yang baik hampir seluruh materi pelajaran yang diajarkan
belajar akan mendapatkan pelajaran remedial dan siswa yang menguasai kajian
1) Para siswa dapat belajar dengan baik dalam kondisi pengajaran yang tepat
2) Bakat seorang siswa dalam suatu bidang pengajaran tertentu dapat diramalkan.
3) Tingkatan hasil belajar bergantung pada waktu yang digunakan secara nyata
13
4) Karakteristik pengajaran berkenaan dengan kesempatan belajar, kualitas
1) Sebagian besar siswa dalam situasi dan kondisi belajar yang normal dapat
khusus yang hendaknya dikuasai oleh siswa. Guru juga menetapkan tingkat
4) Selain disediakan bahan ajaran untuk kegiatan belajar utama, juga disusun
acuan patokan.
individual.
17
mengembangkan diri sendiri, memecahkan masalah sendiri dengan
didik. Oleh karena itu, prosedur ketuntasan akan bermanfaat pada masing-
masing guru untuk membuat investasi dan usaha yang memberikan hasil
dalam bentuk ketuntasan belajar pada semua peserta didik, tidak hanya pada
4) Dalam model ini, guru dan siswa diminta bekerja sama secara partisipatif dan
persuatif, baik dalam proses belajar maupun dalam proses bimbingan terhadap
siswa lainnya.
6) Pada hakikatnya, model ini tidak mengenal siswa yang gagal belajar atau tidak
naik kelas karena siswa yang ternyata mendapat hasil yang kurang
memuaskan atau masih dibawah target dari hasil yang diharapkan, terus
18
7) Pengajaran tuntas berdasarkan perencanaan yang sistemik, yang memiliki
bidang studi.
pembelajaran yang ada, bahan yang diperlukan, dan karakteristik dari semua
peserta didik sehingga dapat menjadi tawaran bagi peserta didik untuk
memenuhi pengembangannya.
pembelajaran menjadi lebih efisien. Peserta didik menjadi tahu bahwa mereka
perlu belajar, dan guru tahu bahwa mereka perlu untuk memberi bantuan
pembelajaran adalah:
1) Model ini sulit dalam pelaksanaan karena melibatkan berbagai kegiatan, yang
3) Guru-guru yang sudah terbiasa dengan cara lama akan mengalami hambatan
untuk menyelenggarakan strategi ini yang relatif lebih sulit dan masih baru.
4) Model ini sudah tentu memerlukan berbagai fasilitas, perlengkapan, alat, dana
dan waktu yang cukup besar, sedangkan sekolah-sekolah kita pada umumnya
19
5) Model ini menuntut para guru agar menguasai materi tersebut secara luas,
tersebut, walaupun tidak ada kesepakatan umum tentang berapa besar distribusi
indra penglihatan di banding indra yang lain. Terdapat dua jenis pesan yang
dimuat dalam media visual, yakni pesan verbal dan non verbal. Pesan verbal-
visual terdiri dari kata- kata (bahasa verbal) dalam bentuk tulisan, dan pesan non
verbal – visual adalah pesan yang dituangkan kedalam simbol-simbol non verbal
visual yakni sebagai pengganti bahasa verbal, maka ia bisa disebut bahasa visual
Ada dua variabel yang sangat penting, yaitu perkembangan usia anak dan latar
pesan visual dengan pesan verbal atau sebaliknya, serta mampu menghayati nilai
20
makna isi pesan, dan menyederhanakan makna dalam bentuk visualisasi. Menurut
Bough dalam Arsyad (2004) bahwa kurang lebih 90% hasil belajar seseorang
diperoleh melalui indera pandang/ visual, dan hanya sekitar 5% diperoleh melalui
indera dengar dan 5% lagi dengan indera lainnya, sementara itu Dale dalam
pandang/ visual berkisar 75%, melalui indra dengar sekitar 13%, dan melalui
indera lainnya sekitar 12%.Salah satu upaya untuk memudahkan peserta didik
dalam menerima informasi dari guru serta dapat belajar dengan menyenangkan
sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa,
lewat indera pandang atau penglihatan. Media visual terdiri dari berbagai macam
jenis, diantaranya adalah media grafis, media OHP, dan modul. Media visual
dapat diguakan untuk menggambarkan suatu kejadian yang belum pernah dilihat
siswa, kejadian yang dekat dengan diri siswa maupun kejadian yang pernah
dialami sendiri oleh siswa sehingga siswa teringat Kembali tentang kejadian
tersebut.
21
Pemahaman merupakan kemampuan siswa untuk menerjemahkan atau
kemampuan membangun suatu makna dari suatu hal yang meliputi kemampuan
menerapkan apa yang dimengerti ke dalam kondisi dan situasi lainnya (Natalia,
2017). Konsep awal dibangun karena adanya pengalaman atau ide-ide yang
al., 2013). Kemampuan pemahaman konsep sangat penting bagi siswa (Janatin,
pemahaman konsep adalah pondasi bagi jaringan ide yang menuntun pemikiran
Pemahaman konsep siswa dapat diketahui melalui hasil tes (Utomo et al.,
2014). Pemahaman konsep siswa di ukur dari hasil nilai setelah menyelesaikan tes
yang diberikan. Pemahaman konsep siswa dapat diketahui melalui hasil tes
(Utomo et al., 2014). Menurut Bloom dalam ( Anderson et al, 2001), dalam
22
tingkatan proses kognitif pemahaman (Understand) terdapat tujuh indikator yang
Mewakilkan lain.
Menerjemahkan
2. Mencontohkan Menggambarkan Menemukan contoh
Memberi contoh khusus ilustrasi dari
suatu konsep/prinsip
23
materi.
Memprediksikan
6. Membandingkan Mengontraskan Mencari hubungan
Memetakan antara dua ide, atau
Suhu merupakan ukuran atau derajat panas atau dinginnya suatu benda
atau sistem. Suhu didefinisikan sebagai suatu besaran fisika yang dimiliki
bersama antara dua benda atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal.
Suatu benda yang dalam keadaan panas dikatakan memiliki suhu yang tinggi,
24
dan sebaliknya, suatu benda yang dalam keadaan dingin dikatakan memiliki
suhu yang rendah. Perubahan suhu benda, baik menjadi lebih panas atau
wujudnya. Misalnya, perubahan wujud air menjadi es batu atau uap air karena
pengaruh panas atau dingin. Perubahan wujud pada air dapat dicermati pada
Sejumlah es batu yang dipanaskan akan berubah wujud menjadi air (1).
Bila terus-menerus dipanaskan, maka pada suatu ketika (ketika telah mencapai
titik didih) air akan mendidih dan berubah wujud menjadi uap air atau gas (2).
Proses sebaliknya terjadi manakala air yang berada dalam bentuk gas atau uap
air didinginkan, maka akan kembali ke bentuk cair (3), dan ketika terus
didinginkan, maka pada saat tertentu (ketika telah mencapai titik beku) air
25
Selain perubahan wujud yang dialami benda, perubahan panas juga dapat
(penambahan panjang, luas, atau volume) suatu benda karena pengaruh suhu.
Pemuaian pada zat padat bisa berupa pemuaian panjang, pemuaian luas, maupun
pemuaian volume. Pemuaian pada zat cair dan pemuaian pada gas hanya terjadi
pemuaian volume.
atau rendahnya nilai suhu suatu benda diperlukan pengukuran yang dinamakan
termometer. Secara umum, dilihat dari hasil tampilannya, ada dua jenis
termometer yang biasa kita kenal yaitu termometer analog dan termometer digital.
zat cair (termometer raksa atau termometer alkohol), sedangkan untuk termometer
26
a. Termometer dan Jenis-jenis Termometer
mencapai suhu tertentu, maka beberapa sifat fisis benda tersebut akan
contoh sifat termometrik benda diantaranya volume (dalam hal ini kaitannya
dengan pemuaian zat, baik itu zat padat, zat cair, atau gas), tekanan (zat cair
dan gas), hambatan listrik, gaya gerak listrik, dan intensitas cahaya.
benda, dan dengan melakukan kalibrasi atau peneraan tertentu terhadap sifat
termometrik yang teramati dan terukur, maka nilai suhu benda dapat dinyatakan
secara kuantitatif.
tetap atau linier, sehingga peneraan skala termometer dapat dibuat lebih mudah
dan termometer tersebut nantinya dapat digunakan untuk mengukur suhu secara
teliti.
27
Berdasarkan sifat termometrik yang dimiliki suatu benda, jenis-jenis
Dari beberapa jenis termometer tersebut, yang sering kita jumpai dalam
kehidupan sehari- hari adalah termometer zat cair dan termometer digital
sederhana. Kedua jenis termometer ini biasanya ada yang digunakan untuk
mengukur suhu badan kita dan ada pula yang digunakan untuk mengukur suhu
Air raksa dalam pipa Volume zat/panjang kolom -39 s/d 500
raksa atau alkohol. Pada dasarnya raksa dan alkohol digunakan sebagai zat
b. Raksa cepat mengambil panas dari benda yang akan diukur suhunya,
e. Termometer raksa mempunyai jangkauan ukur yang lebar, yaitu sekitar 356,9
°C.
dapat mengukur suhu yang rendah. Disamping itu raksa merupakan zat yang
sangat beracun, sehingga apabila tabung termometer yang berisi cairan raksa
pecah, hal ini akan menjadi sangat berbahaya. Oleh karena itu, biasanya
digunakan cairan alternatif lain, yakni alkohol sebagai pengganti raksa untuk
alkohol tidak beracun dan termometer alkohol dapat digunakan untuk mengukur
suhu yang rendah. Akan tetapi, alkohol sebagai zat pengisi tabung termometer
d. Titik didih alkohol rendah (sekitar 78 °C), sehingga tidak dapat digunakan
29
untuk mengukur suhu yang tinggi.
Penetapan skala yang terpenting adalah penetapan titik tetap bawah dan titik
tetap atas sebagai titik acuan pembuatan skala-skala dalam termometer. Untuk
penetapan titik tetap bawah sebuah termometer pada umumnya dipilih titik beku
air murni pada tekanan normal, yaitu suhu campuran antara es dan air murni pada
umumnya dipilih titik didih air murni, yaitu suhu ketika air murni mendidih pada
tekanan normal.
digunakan, yaitu Celcius, Reamur, Fahrenheit, dan Kelvin. Titik tetap bawah
untuk skala Celcius dan Reamur ditetapkan pada skala 0°C dan 0°R, sedangkan
untuk Fahrenheit ditetapkan pada skala 32°F. Ketiga skala titik tetap bawah untuk
masing-masing skala termometer ini diambil dari titik beku air murni (titik lebur
es murni) pada tekanan normal. Adapun titik tetap atas ketiga skala ini berbeda-
beda, dimana untuk Celcius ditetapkan pada 100°C, untuk Reamur ditetapkan
pada 80°R, dan untuk Fahrenheit ditetapkan pada 212°F. Ketiga skala titik tetap
atas untuk masing-masing skala termometer ini diambil dari titik didih air murni
pada tekanan normal. Pada skala Kelvin, titik tetap bawah ketiga skala
30
termometer ini bersesuaian dengan skala 273 K dan titik tetap atasnya
Khusus untuk skala Kelvin, titik tetap bawah tidak didasarkan pada titik
beku air, namun didasarkan pada ukuran energi kinetik rata-rata molekul suatu
benda. Dalam hal ini, nol Kelvin (tanpa derajat) dinamakan nol mutlak (nol
absolut), artinya tidak ada suhu-suhu di bawah suhu nol mutlak, atau ketika nilai
suhu mendekati nilai nol mutlak, maka energi kinetik rata-rata partikel
mempunyai suatu nilai yang minimum. Oleh karena itu, berdasarkan fakta-
tersebut, maka skala Kelvin dinamakan skala suhu mutlak atau skala suhu
absolut, atau disebut juga skala termodinamik. Kelvin menjadi satuan standar
Untuk menyatakan satu nilai suhu pada skala termometer tertentu ke skala
termometer yang lain dapat dilakukan konversi skala suhu. Beberapa hubungan
31
Ilustrasi yang menggambarkan perbandingan masing-masing skala termometer
diperlihatkan pada Gambar 6.3 berikut.
retak ketika terkena cahaya matahari? Pernahkah Anda memperhatikan rel kereta
api yang merenggang (ada celah kecil) diantara sambungan rel kereta api ketika
pagi hari, tetapi ketika siang hari celah tersebut nampak merapat? Atau
pernahkah Anda mengalami kesulitan membuka tutup botol ketika tutup tersebut
gas akan memuai (mengalami pertambahan panjang, luas, atau volume) ketika
dipanaskan, dan sebaliknya, ketika benda atau zat tersebut didinginkan akan
pada air, karena air memiliki sifat anomali sehingga perilaku pemuaian dan
karakteristik zat atau benda itu sendiri. Artinya, untuk masing-masing zat yang
celah yang terdapat pada sambungan jembatan yang sengaja dibuat demi
Karakteristik pemuaian pada suatu zat atau benda berbeda-beda, baik itu
untuk zat padat, zat cair, dan gas. Berikut akan dibahas mengenai pemuaian pada
Pada umumnya, zat padat akan memuai bila dipanaskan dan menyusut bila
didinginkan. Penjelasannya secara fisis, pada saat zat padat belum dipanaskan,
partikel-partikel pada zat padat akan bergerak (bervibrasi). Ketika zat padat
a. Pemuaian Panjang
Sebuah benda atau zat padat yang berbentuk batang tipis (seperti kawat
panjangnya, sehingga aspek pemuaian luas dan volumenya relatif sangat kecil
dapat diabaikan.
L0
34
Perubahan panjang benda atau pemuaian benda karena benda tersebut
mula-mula, jenis bahan yang digunakan, dan besarnya perubahan suhu yang
Δ𝐿 = 𝛼𝐿0Δ𝑇
𝐿 − 𝐿0 = 𝛼𝐿0Δ𝑇
𝐿 = 𝐿0 + 𝛼𝐿0Δ𝑇
𝐿 = 𝐿0(1 + 𝑎Δ𝑇)
b. Pemuaian Luas
Bila zat padat yang dipanaskan tidak berbentuk batang tipis, melainkan
berbentuk pelat atau kepingan, maka pemuaian tidak hanya terjadi ke arah
panjangnya saja, tetapi juga ke arah lebarnya. Atau dengan kata lain, zat padat
35
A
A0
dipanaskan, jenis zat padat yang digunakan, serta berapa besar perubahan suhu
yang dialami zat padat itu. Secara matematis dinyatakan sebagai berikut.
Δ𝐴 = 𝛽𝐴0Δ𝑇
𝐴 − 𝐴0 = 𝛽𝐴0Δ𝑇
𝐴 = 𝐴0 + 𝛽𝐴0Δ𝑇
𝐴 = 𝐴0(1 + 𝖰Δ𝑇)
dengan:
36
c. Pemuaian Volume
panjang atau pemuaian luas, tetapi mengalami pemuaian volume atau pemuaian
ruang. Hal ini dikarenakan pada dasarnya bagaimanapun bentuk suatu benda
padat atau zat padat, selalu memiliki dimensi ruang (panjang, lebar, dan tinggi)
sehingga pemuaian zat padat ketika zat padat itu dipanaskan adalah memuai ke
zat padat mula- mula sebelum dipanaskan, jenis zat padat yang digunakan, serta
besarnya perubahan suhu yang dialami zat padat tersebut. Secara matematis
Δ𝑉 = 𝛾𝑉0Δ𝑇
𝑉 − 𝑉0 = 𝛾𝑉0Δ𝑇
𝑉 = 𝑉0 + 𝛾𝑉0Δ𝑇
𝑉 = 𝑉0(1 + 𝛾Δ𝑇)
dengan:
37
𝛾 =3α
keuntungan dan kerugian bagi kita. Berikut ini akan diuraikan sejumlah
keuntungan atau manfaat dari adanya pemuaian zat padat yang sering kita jumpai.
Diameter ban roda lori kereta api dibuat lebih kecil dibandingkan diameter
rodanya. Untuk memasangkan ban ke roda lori kereta api, biasanya sebelum
dipasangkan, ban lori ini dipanaskan sehingga sedikit memuai, kemudian ban ini
dipasangkan dalam kondisi sedang memuai. Ketika suhu ban ini turun, ban akan
menyusut dan melekat kuat pada rodanya tanpa perlu dibaut dengan rodanya.
koefisien pemuaian berbeda yang diikat (dikeling) menjadi satu. Misalnya keping
baja dan keping kuningan. Ketika dipanaskan, keping bimetal ini akan
melengkung ke arah baja karena baja memiliki koefisien pemuaian lebih kecil
dibandingkan dengan kuningan. Apabila suhunya kembali turun, maka keping ini
akan lurus kembali. Untuk lebih jelasnya, perhatikan ilustrasi pada Gambar 6.6
berikut ini.
38
Gambar 6.7. Keping bimetal (kiri) dan keping bimetal yang telah
memuai (kanan)
Sumber: Physics for Scientists and Engineers 6th edition
Oleh karena sifatnya yang unik dan aplikatif, keping bimetal banyak
bimetal, termostat bimetal, lampu tanda belok, saklar otomatis pada setrika
Pada sejumlah kasus, terdapat suatu botol atau kemasan yang tutupnya
terbuat dari logam. Terkadang kita kesulitan dalam membuka tutup botol
panas) pada tutup botol tersebut hingga sedikit memuai. Dengan cara ini tutup
Sambungan rel kereta api umumnya diberi celah yang cukup untuk
pemuaian. Ketika batang rel ini masih dingin maka celah antar batang rel ini
cukup lebar, namun seiring dengan peningkatan suhu rel, sehingga batang rel
39
celah antar batang rel ini menyempit dan kadang-kadang merapat sama sekali.
Bila diantara batang rel ini tidak diberi celah ketika rel bersuhu dingin,
maka ketika rel bersuhu panas, masing-masing batang rel akan memuai.
Akibatnya, karena tidak ada celah ruang antar batang rel, maka pemuaian
umumnya dibuat kendur pada waktu suhunya rendah (pada pagi hari). Hal ini
dimaksudkan agar kabel listrik atau kabel telepon tersebut tidak putus ketika
suhunya tinggi (pada siang hari) akibat adanya pemuaian dari kabel karena
adanya pemanasan.
Jembatan yang terbuat dari logam pun dibuat bercelah diantara ujung-
ujung jembatan. Hal ini juga dimaksudkan agar jembatan tersebut memiliki
ditopang oleh roda yang dapat berputar sehingga pada saat terjadi pemuaian
Sebagaimana halnya zat padat yang memuai ketika dipanaskan, zat cair
pun akan memuai ketika dipanaskan. Oleh karena zat cair memiliki bentuk
yang tidak tetap (mengikuti bentuk wadahnya), maka pemuaian yang terjadi
40
pada zat cair adalah pemuaian volume. Pemuaian pada zat cair ini dapat diteliti
memenuhi persamaan pemuaian volume seperti pada zat padat yang secara
𝑉 = 𝑉0(1 + 𝛾Δ𝑇)
Anomali Air
Pada umumnya hampir setiap zat cair akan memuai bila dipanaskan,
dan akan menyusut bila didinginkan. Tetapi tidak demikian halnya dengan air.
Pada suhu 0 °C hingga 4 °C, air menunjukkan perilaku yang berbeda, dimana
bertentangan dengan sifat pemuaian ini dinamakan anomali air. Jadi, bila air
Sebagaimana halnya dengan zat padat dan zat cair, gas ketika
dipanaskan akan memuai. Pada gas, pemuaian yang terjadi adalah pemuaian
secara terbalik dan ujung pipanya dimasukkan kedalam air. Udara dalam
41
dilatometer suhunya dinaikkan dengan cara memegang bola dilatometer
dengan tangan. Karena suhu tangan lebih tinggi daripada suhu udara dalam
bola kaca, maka suhu udara dalam bola kaca akan meningkat. Kenaikan suhu
udara, dan ini menunjukkan bahwa udara di dalam dilatometer memuai dan
pemuaian pada zat cair, sehingga secara matematis dinyatakan sebagai berikut.
𝑉 = 𝑉0(1 + 𝛾Δ𝑇)
tekanan tetap. Pemuaian pada gas memenuhi tiga hukum fisika yaitu hukum
B. Kalor
Berbicara mengenai kalor, maka sesungguhnya kita sedang berbicara
mengenai energi, karena kalor itu sendiri merupakan salah satu bentuk energi.
Sebagai energi, kalor dapat berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya, dari
satu keadaan ke keadaan lainnya. Kita tentu masih ingat bahwa energi bersifat
kekal; energi tidak dapat diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan, tetapi energi
dapat berubah bentuk atau berpindah dari satu keadaan ke keadaan lainnya.
42
Pada Kegiatan Belajar sebelumnya kita membicarakan pengaruh panas
terhadap perubahan wujud benda atau zat. Pada dasarnya setiap benda atau zat
dapat berubah dari satu wujud (padat, cair, dan gas) ke wujud lain dan perubahan
ini terjadi karena adanya peranan kalor. Proses perubahan wujud pada suatu
lingkungan kepada zat dan kalor itu sendiri digunakan untuk merubah wujud dari
padat menjadi cair, atau dari cair menjadi gas, atau dari padat menjadi gas. Pada
yang artinya ada perpindahan kalor dari zat kepada lingkungan pada saat
C. Perpindahan Kalor
Kalor dapat berpindah karena adanya perbedaan suhu. Kalor pada suatu
benda dapat berpindah dari suatu benda yang suhunya tinggi ke benda lain yang
suhunya rendah. Fenomena perpindahan kalor ini dapat dengan mudah dijumpai
dalam kehidupan sehari-hari, misalnya pada saat memasak, api yang mengenai
bagian dasar panci akan menyebar ke seluruh bagian permukaan panci dan bahan
makanan yang ada di dalamnya. Contoh lainnya yaitu kalor (panas) matahari
ada tiga cara terjadinya perpindahan kalor, yaitu melalui cara konduksi, cara
43
konveksi, dan cara radiasi.
1. Konduksi
perpindahan kalor melalui suatu perantara zat tanpa disertai perpindahan bagian-
bagian dari zat itu. Misalnya, ketika kita memanaskan logam pada salah satu
ujungnya, maka lambat laun ujung lainnya akan menjadi panas karena adanya
memasak dengan menggunakan panci, maka api dari kompor akan memanaskan
bagian dasar panci terlebih dahulu sebelum kemudian seluruh permukaan badan
adalah kayu, karet, plastik, dan sejenisnya. Secara umum, bahan- bahan yang
bahan yang terbuat dari non logam umumnya merupakan isolator kalor.
2. Konveksi
Konveksi merupakan salah satu cara perpindahan kalor melalui suatu zat
disertai oleh perpindahan zat tersebut. Perpindahan kalor secara konveksi hanya
44
terjadi pada zat cair dan gas (fluida). Perpindahan kalor secara konveksi
dinamakan juga aliran panas, karena bagian- bagian zat itu terus mengalir
Ketika air dipanaskan, maka bagian air yang panas akan berkurang massa
jenisnya, sehingga akan naik ke permukaan. Tempat air panas tersebut akan
digantikan oleh air dingin yang juga akan mengalami hal serupa dengan air panas
sebelumnya. Proses seperti ini terus berulang hingga akhirnya seluruh bagian air
menjadi panas.
terjadi apa yang dinamakan angin darat dan angin laut. Angin laut terjadi pada
siang hari. Air lebih lambat menyerap panas dari tanah, sehingga pada siang hari
udara di atas lautan lebih dingin daripada udara di atas daratan. Akibatnya massa
jenis udara di atas daratan lebih kecil. Oleh karenanya, udara di atas daratan
akan naik dan tempatnya digantikan oleh udara di atas lautan, sehingga terjadi
aliran angin dari laut ke darat yang dinamakan angin laut. Angin darat terjadi
pada malam hari. Udara di atas daratan lebih cepat dingin dibandingkan udara di
atas lautan, sehingga udara di atas lautan akan naik dan tempatnya diisi oleh
udara di atas daratan, dan terjadi aliran angin dari darat ke laut yang dinamakan
angin darat.
3. Radiasi
45
matahari dapat sampai ke bumi, walaupun jarak antara bumi dan matahari sangat
Beberapa jenis benda tercatat ada yang mudah menyerap dan memancarkan
radiasi kalor dan beberapa jenis benda lainnya ada yang tidak mudah menyerap
dibandingkan dengan benda selain hitam. Oleh karena itu, apabila pada siang
hari yang terik kita menggunakan pakaian berwarna hitam, maka kita akan
Istilah kalor pertama kali diperkenalkan oleh seorang ahli kimia Perancis,
Antoine Laurent Lavoisier (1743 – 1794). Mulanya kalor diartikan sebagai fluida
(zat alir). Namun teori yang menyatakan bahwa kalor sebagai fluida ini tidak
bertahan lama, karena kemudian James Presscott Joule (1818 – 1889) melakukan
percobaan untuk menghitung jumlah energi mekanik yang ekivalen dengan kalor
bahwa kalor merupakan salah satu bentuk energi. Besar energi satu kalori setara
Sebuah benda yang dipanaskan (diberi kalor), maka benda tersebut akan
mengalami kenaikan suhu. Besarnya kenaikan suhu yang dialami suatu benda
46
yang diberi kalor bergantung pada jumlah kalor yang diterima atau diserap oleh
Semakin banyak kalor yang diterima atau diserap oleh benda, semakin
besar kenaikan suhunya. Adapun kaitannya dengan jenis benda, ada beberapa
benda yang membutuhkan sedikit kalor untuk menaikkan suhunya, akan tetapi
ada pula beberapa benda yang membutuhkan kalor yang cukup besar untuk
menaikkan suhunya.
ini, dalam mekanisme penyerapan atau pelepasan kalor oleh suatu benda ini
berlaku hukum kekekalan energi, dimana “kalor yang dilepaskan akan sama
diungkapkan oleh Joseph Black dan dikenal dengan istilah Asas Black.
1. Kapasitas Kalor
Bila sejumlah kalor atau energi panas ditambahkan pada suatu zat, maka
suhu zat itu tentu akan naik (kecuali pada saat perubahan wujud, misalnya air
menaikkan suhu suatu zat sebanding dengan perubahan temperatur (∆T) zat
O = 𝐶. Δ𝑇
47
Kapasitas kalor didefinisikan sebagai banyaknya kalor atau energi panas
yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu suatu benda sebesar 1 °C atau 1 K. Oleh
karena satuan untuk kalor adalah joule dan satuan suhu adalah kelvin, maka
2. Kalor Jenis
Disamping kapasitas kalor, ada besaran lain yang berkaitan dengan kalor
yaitu kalor jenis zat. Kalor jenis suatu zat didefinisikan sebagai banyaknya kalor
yang diperlukan untuk menaikkan suhu 1 kilogram zat itu sebesar 1 °C atau 1 K.
Atau dengan kata lain, banyaknya kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan
temperatur (∆T) dan massa (m) zat tersebut. Secara matematis hubungan
O = 𝑚𝑐. Δ𝑇
dengan m merupakan massa zat dan c merupakan kalor jenis zat. Dari
persamaan-persamaan di atas, kita melihat adanya hubugan antara kalor jenis zat
𝑄=𝑄
𝐶. Δ𝑇 = 𝑚𝑐. Δ𝑇
sehingga kita memperoleh hubungan antara kalor jenis zat dan kapasitas kalor
𝐶 = 𝑚c
48
Berdasarkan persamaan tersebut, maka satuan kalor jenis suatu zat adalah
Kalor jenis suatu zat merupakan sifat termal zat terhadap kemampuannya
menyerap kalor. Nilai kalor jenis zat tentu akan beragam, bergantung pada
Tabel 6.3. Kalor jenis beberapa zat pada suhu 20 °C dan tekanan 1
atm.
Nama zat Kalor jenis (J/kg.K)
Aluminium 900
Tembaga 385
Emas 130
Baja/besi 450
Timah 130
Raksa 140
air 4190
3. Kalor Laten
Kita tahu bahwa bila sejumlah kalor ditambahkan pada suatu zat
berubah wujud. Misalnya, ketika kita merebus air maka pada suatu saat
49
air tersebut akan mendidih dan berubah menjadi uap air. Anda dapat
melihat kembali proses perubahan wujud pada Gambar 6.1 dan Gambar
6.8.
dinamakan kalor laten (L), dan besarnya kalor laten ini berbeda-beda,
𝑄 = 𝑚. 𝐿
Nilai kalor laten zat ini bergantung dari proses perubahan wujud
yang terjadi. Pada saat benda melebur (berubah wujud dari padat
adalah kalor laten lebur dan biasanya disebut kalor lebur atau kalor
beku. Pada saat benda menguap (berubah wujud dari cair menjadi gas
atau sebaliknya), maka kalor laten yang digunakan adalah kalor laten
50
No Nama Judul Hasil Penelitian
.
51
belajar siswa setinggi
76,92%, pemahaman materi
ajar sebesar 87,18%,
kemandirian belajar siswa
mencapai 79,49%.
52
Remedial Untuk dengan pembelajaran
Meningkatkan pendekatan mastery learnig.
Ketuntasan Dan Pola tutor sebaya
Motivasi Belajar berpengaruh terhadap hasil
Fisika Pada Siswa belajar siswa, sehingga terjadi
SMP Kabupaten penigkatan ketuntasan
Pidie. mencapai 80%.
KERANGKA BERFIKIR
Perencanaan
Pengamatan
Perencanaan
Pengamatan
53
Pengumpulan Data
Analisis Data
akan membuat siswa lebih aktif dan lebih paham materi yang diberikan oleh
guru, apabila ada siswa yang kesulitan dalam proses pembelajaran maka akan
dibantu oleh siswa lainnya dan guru. Pembelajaran ini menekankan pada peran
individual, dan juga pada interaksi siswa dengan materi atau objek belajar.
dituntut untuk aktif dan lebih berinisiatif dalam memecahkan masalah sendiri
sehingga materi yang diberikan oleh guru dapat dikuasai secara tuntas sehingga
hasil belajar yang dicapai oleh siswa meningkat. Pemilihan model pembelajaran
yang tepat memang memerlukan keahlian tersendiri dan para guru harus pandai
memilih model yang dipergunakannya, oleh karena itu kesesuaian antara materi
dengan model pembelajaran sangat penting dalam proses pengajaran untuk itu
54
penulis mengangkat materi mengenai turunan dengan menggunakan mastery
learning sebab pada materi ini banyak rumus-rumus yang harus digunakan untuk
siswa meningkat.
peningkatan kemampuan pemahaman konsep siswa pada materi Suhu dan Kalor
55
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1.1
Metode
Pelaku tindakan dari penelitian ini tidak lain adalah guru yang berusaha
memperbaiki proses kegiatan belajar yang terjadi di kelasnya. Hal ini dikarenakan
hanya guru yang mengetahui kondisi yang sebenarnya di kelas dan tidak ada yang
lebih memahaminya kecuali guru. Untuk itu, masalah dalam penelitian tindakan
kelas harus berasal dari guru. Namun dalam melakukan penelitian ini, seorang
kegiatan penelitian. Untuk itu, penelitian ini disebut penelitian kolaborator, yaitu
56
penelitian yang melibatkan orang lain selain peneliti. Dalam penelitian ini,
peneliti dibantu oleh guru dan kolaborator yang berusaha mencari solusi dari
3.1.2
Desain
tindakan kelas atau classroom based action research. Setiap siklus terdiri dari:
(reflection).
di dalam kelas melalui refleksi diri dalam upaya untuk memecahkan masalah
tersebut dengan cara melakukan berbagai tindakan yang terencana dalam situasi
a.
PTK bersifat reflektif, yaitu PTK diawali dari proses perenungan atas dampak
pembelajaran di kelas.
b.
57
masalah pembelajaran yang dihadapinya di kelas. Kalaupun dilakukan secara
c.
d.
PTK dilaksanakan secara sistematis, terencana dan dengan sikap mawas diri.
e.
Jalan BTN Arun, Desa Paloh Lada, Krueng Geukueh, Kecamatan Dewantara,
Kabupaten Aceh Utara, Aceh. Adapun alasan peneliti memilih lokasi penelitian
a.
58
Menurut pengetahuan peneliti di sekolah tersebut belum pernah diadakan
b.
lokasi tersebut mempunyai masalah dalam hasil belajar fisika karena kemampuan
pemahaman konsep siswa masih rendah, terutama pada materi Suhu dan Kalor.
atas objek atau subjek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang
Populasi pada penelitian yang akan dilakukan ini yaitu keseluruhan siswa kelas XI
memilih kelas XI MIPA sebagai populasi karena materi yang akan dipelajari
merupakan materi kelas XI MIPA. Sampel merupakan sebagian dari jumlah dan
karakteristik yang dimiliki oleh populasi (Ardat, 2013). Sampel pada penelitian ini
adalah siswa kelas XI MIPA 1 yang berjumlah 23 orang sebagai kelas kontrol dan
XI MIPA 2 yang berjumlah 25 orang sebagai kelas tindakan. Latar belakang kelas
pemahaman kelas eksperimen dengan hasil tes pemahaman kelas XI MIPA 1 yang
Pada penelitian ini teknik sampling yang peneliti pilih adalah purposive
59
sampling, teknik ini menentukan pemilihan sampel dengan alasan atau
fisika.
Variabel pada penelitian yang akan dilakukan ada dua, yaitu variabel
terikat pada penelitian ini yaitu pemahaman konsep siswa dengan variabel
kegiatan yang terdapat dalam Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang dinamakan
indikator yang telah ditentukan dalam pembelajaran telah tercapai, jika belum
tercapai maka siklus penelitian terus menerus dilanjutkan sampai pada siklus
berikutnya. Setiap siklus penelitian ini memiliki empat komponen yang terdiri
(reflection).
a. Perencanaan (planning)
memberikan tes soal kemampuan awal sebanyak 10 butir soal, untuk melihat
60
1. Guru bersama peneliti membuat perencanaan pembelajaran.
( RPP ) pada materi suhu dan kalor dengan menggunakan mastery learning.
b. Tindakan (action)
meliputi:
1.
2.
learning.
3.
cukup kepada siswa untuk berkolaborasi dalam membahas defenisi dan rumus
61
4.
Memberikan beberapa masalah tentang materi suhu dan kalor yang diajarkan.
5.
6.
Mengadakan uji tes kemampuan pemahaman konsep siswa dengan jumlah soal
7.
c.
Pengamatan (observasi)
dialami tiap siswa selama proses pembelajaran yang berlangsung, dan bahan
d.
Refleksi (reflection)
62
refleksi yaitu upaya untuk mengkaji segala hal yang terjadi atau sesuatu hal
yang belum tuntas dari tindakan yang dilakukan. Dalam hal ini untuk
Kegiatan pada siklus II didasarkan pada hasil refleksi siklus I. Pada siklus
dengan cara mengamati setiap kejadian yang sedang berlangsung dengan alat
observasi tentang hal-hal yang akan diamati atau teliti. Tes adalah instrumen
pengumpulan data untuk mengukur kemampuan siswa dalam aspek kognitif, atau
dengan cara pemberian tes belajar tentang materi Suhu dan Kalor. Tes hasil
belajar yang diberikan berbentuk pilihan berganda (multiple choice). Tes pilihan
berganda ialah tes obyektif dimana masing-masing item disediakan lebih dari 2
kemungkinan jawaban dan hanya satu dari pilihan-pilihan tersebut yang benar
atau yang paling benar. Jumlah soal yang digunakan dalam penelitian ini adalah
sebanyak 25 soal pada setiap pertemuan dengan empat alternatif jawaban (a, b, c,
dan d).
Dalam hal ini, peneliti menggunakan skor tanpa denda dimana untuk
setiap soal diberi skor 1 untuk jawaban yang benar dan diberi skor 0 untuk
jawaban yang salah. Lembaran tes hasil belajar ini digunakan untuk mengukur
kemampuan siswa dalam memahami konsep materi Suhu dan Kalor setiap
learning.
reliabilitas, akan lebih baik jika memiliki nilai tingkat validitas dan reliabilitas
yang tinggi. Sebelum tes kemampuan pemahaman konsep diberikan kepada siswa,
terlebih dahulu dilakukan uji coba instrument kepada siswa kelas atas yang telah
tingkat kesukaran dan daya beda. Untuk itu instrumen tes terlebih dahulu harus di
analisis.
Analisis data merupakan kegiatan yang dilakukan apabila data dari seluruh
responden atau sumber data lain telah terkumpul (Sugiyono, 2016). Dalam hal ini
dapat dikatakan bahwa tahap analisis data adalah tahap akhir dalam penelitian ini,
karena pada tahap ini akan memberikan kesimpulan yang didapatkan oleh peneliti
interpretasi hasil analisis. Interpretasi hasil analisis disajikan tidak hanya dalam
bentuk foto melainkan juga pada akhir setiap siklus, peneliti dan kolaborator
dirumuskan sebelumnya.
Kriteria keberhasilan dalam penelitian ini adalah 80% dari jumlah siswa
memperoleh skor pemahaman konsep 75, sebagai indikasi bahwa model mastery
satu siklus, maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus berikutnya sampai
65
mencapai target yang ditentukan. Oleh karena itu analisis yang digunakan dalam
3.8.1
Analisis Keterlaksanaan Pembelajaran
Data proses pembelajaran diperoleh dari lembar observasi pelaksanaan
pembelajaran dan catatan lapangan yang diisi oleh observer sebanyak beberapa
mengchecklist dengan pilihan jawaban yang benar diantara empat pilihan jawaban
3.8.2
Menghitung Nilai Hasil Pemahaman Siswa
a.
Reduksi Data
Menurut (Arikunto & Cepi, 2010) nilai akhir atau posttest siswa
nilai %=
∑ skor mentah x 100 %
skor total
Setelah itu menginterprestasikan nilai presentase sesuai dengan skor
Dimana:
N = jumlah siswa.
85% siswa yang mencapai ≥ 75% maka ketuntasan secara klasikal telah terpenuhi.
b.
Penyajian Data
kesimpulan. Dimana setelah data diolah, maka disajikan dalam bentuk naratif.
c.
Penarikan Kesimpulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Pada bab ini peneliti akan menyajikan hasil dari penelitian tindakan kelas
yang telah dilakukan peneliti. Data-data yang didapatkan oleh peneliti dari hasil
penelitian ini meliputi temuan hasil observasi, aktivitas guru, aktivitas siswa, hasil
tes tertulis siswa setelah tindakan dilakukan. Hasil penelitian ini terdiri dari dua
kegiatan pendahuluan, kegiatan inti, dan kegiatan penutup, hasil belajar, dan
belajar. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, setiap siklus memerlukan
waktu satu kali pertemuan atau 2 x 45 menit atau 90 menit. Data yang diteliti
adalah siswa kelas XI SMA Negeri 2 Dewantara yang terletak di Jalan BTN Arun,
terhadap pembelajaran IPA yang dilaksanakan oleh guru kelas XI. Hasil observasi
yang diperoleh yaitu proses pembelajaran yang dilakukan didominasi oleh guru
68
atau berpusat pada guru sedangkan siswa hanya menerima pembelajaran dari apa
untuk tertib dan mecatat dengan mendengar apa yang disampaikan guru, sehingga
4.1.1
Siklus I
a. Perencanaan
Perencanaan pembelajaran merupakan kegiatan awal dari penelitian
Refleksi (Reflect). Materi yang disampaikan di siklus I ini adalah Kalor. Rpp yang
dibuat pada siklus I ini dirancang sedemikian rupa dengan mengacu pada
setiap kelompok terdapat siswa yang berkemampuan tinggi, sedang, dan rendah.
Selanjutnya siswa akan membuat laporan bersama dengan kelompok pada tahap
percobaan yang telah dilakukan oleh masing-masing kelompok, dan yang terakhir
siswa tidak menerima pembelajaran begitu saja, tetapi siswa menemukan dan
pemaparan yang lebih rinci dapat dilihat dalm bentuk Rencana Pelaksanaan
Sehingga peneliti harus mempersiapkan Lembar Kerja Siswa (LKS) yang akan
penyelidikan. Selain itu diakhir kegiatan pembelajaran siswa akan diberikan tes
tertulis berupa soal evaluasi sehingga peneliti harus mempersiapkan soal evaluasi
70
beserta kunci jawabannya. Untuk mengetahui data aktivitas guru dan siswa ketika
pengumpulan data berupa lembar observasi yang akan diisi oleh observer. Dan
pembelajaran.
b. Pelaksanaan
Tindakan siklus I ini dilaksanakan di SMA Negeri 2 Dewantara pada hari
Rabu, tanggal 7 juli 2023 dengan alokasi waktu 2 x 45 menit. Materi yang
pendekatan inkuiri yang terdiri dari lima tahap yaitu bertanya (Ask), Penyelidikan
pembelajaran pada siklus I ini diikuti oleh siswa kelas XI sebanyak 23 orang
karena 2 orang siswa tidak hadir dengan alasan sakit. Dalam pembelajaran siklus I
1) Kegiatan Awal
kepada wali kelas dan teman sejawat sebagai observer. Pada kegiatan
dengan kegiatan siswa membersihkan kelas dengan cara mengambil sampah yang
71
berada dibawah tempat duduk mereka. Pembelajaran dimulai dengan
mengucapkan salam dari guru yang kemudian siswa menjawab salam secara
mengambil sampah yang berada dibawah meja dan tempat duduknya, siswa
kelas harus bersih. Selanjutnya guru mengabsen siswa dan siswa mengangkat
tangan serta berkata “hadir” sebagai tanda bahwa mereka hadir mengikuti
pembelajaran dan pada saat itu siswa yang hadir berjumlah 23 orang dan dua
pembelajaran berjalan dengan tertib. Lalu guru melakukan tanya jawab mengenai
materi yang diajarkan sebelumnya tentang gaya, “kalian masih ingat apa yang
dimaksud dengan Suhu dan Kalor?” setelah itu guru memberikan apersepsi untuk
mengajukan pertanyaan kepada siswa seperti, “Apakah kalian pernah melihat ibu
kalian menggoreng telur? Apa yang ibu kalian rasakan disekitar kompor api
siswa, seperti : pernah, sering, rasanya pasti ada perubahan suhu menjadi panas
dan lain-lain. Setelah itu guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan
dicapai bahwa tujuan pembelajaran kali ini siswa dapat menyimpulkan hasil
2) Kegiatan Inti
72
Pada kegiatan inti, proses pembelajaran dilakukan dengan lima tahapan yaitu:
(Create), tahap (Discuss), dan tahap (Reflect), yang dilakukan selama ± 50menit.
Pada tahap bertanya (Ask) kegiatan yang dilakukan yaitu, guru mengajukan
pernahkah kalian membuat kreasi/mainan dari tanah liat atau plastisin? apa yang
kamu buat? Bagaimana bentuk tanah liat sebelum kalian berkreasi? Pada tahap ini
beda seperti pernah, tidak pernah, sering, membuat patung, membuat asbak,
membuat celengan, bentuk tanah liat awalnya tidak berbentuk, dll. Kemudian
guru menunjukkan dua buah plastisin dengan bentuk yang berbeda. Setelah itu
siswa diminta untuk membuat pertanyaan kemudian siswa diberi kebebasan untuk
untuk dikaji lebih lanjut. Sementara itu guru memberi tanggapan dengan tidak
kepada siswa lain untuk memberi tanggapan. Siswa berpikir tentang hipotesis
yang mereka pikirkan untuk dibuktikan dalam percobaan. Pada siklus I ini siswa
sehingga guru harus mengarahkan siswa. Siswa terlihat antusias untuk melakukan
73
kegiatan penyelidikan.
Pada tahap penyelidikan siswa melakukan kegiatan percobaan sebagai cara untuk
pertanyaan dan hipotesis yang mereka pikirkan tentang apa yang menyebabkan
benda (plastisin) berubah bentuk. Siswa menyimak penjelasan dari guru bahwa
untuk membuktikan dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, mereka akan
sabar dan antusias untuk segera melakukan kegiatan percobaan , hal tersebut
dapat dilihat pada lembar observasi asktivitas guru dan siswa. (terlampir) Guru
dari lima siswa karena jumlah siswa dikelas 25 orang. Sebelum kegiatan
anggota kelompok terdiri dari anak yang heterogen yaitu anak pandai, anak
sedang dan anak yang kurang. Tujuannya supaya ketika proses pembelajaran anak
yang pandai bisa membimbing temannya. Pada saat pembagian kelompok ada dua
siswa yang tidak hadir, sehingga kelompok yang seharusnya terdiri dari lima
karena siswa berebut untuk menentukan tempat duduk sehingga guru harus
(SP) yang menolak untuk satu kelompok dengan seorang siswa lainnya (APT),
74
guru tidak membiarkan hal itu begitu saja. Guru harus memberikan pengertian
dan membujuk siswa untuk tetap melanjutkan kegiatan dengan kelompok yang
ditentukan. Setelah siswa sudah siap dan berkumpul dengan kelompoknya, guru
dalam LKS. Namun ketika guru sedang memberikan pengarahan tidak semua
siswa mendengarkan, bahkan ada kelompok yang terdiri dari NFL, RZL, FMN,
RFK, TRK langsung melakukan kegiatan sebelum pengarahan dari guru selesai
membuat harus guru menegur siswa tersebut. Selain itu ada juga siswa yang tidak
melakukan apa-apa (WL dan FTB), hanya melihat dan mengandalkan teman
kelompok yang berbeda, karena ada siswa (NFL) yang tidak memberikan
Sehingga pada siklus I ini tidak semua kelompok dapat bekerjasama dengan
75
berlangsung.
LKS yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan diskusi kelompok itu untuk
menyusun data untuk mengisi LKS, sedangkan guru berkeliling untuk melihat
atau membimbing kelompok yang belum mengerti dari pertanyaan yang terdapat
dalam LKS.
d) Tahap (Discuss)
Pada tahap ini dua perwakilan siswa dari masing-masing kelompok menyajikan
depan kelas. Awalnya dua orang perwakilan kelompok yang maju ke depan harus
ditunjuk oleh guru karena tidak ada yang mau untuk menjadi perwakilan
sendiri maju dan mempresentasikan hasil percobaannya tanpa harus ditunjuk oleh
guru. Pada saat kegiatan diskusi berlangsung tidak semua siswa fokus
terlihat dari data-data yang diperoleh pada lembar pengamatan bahwa banyak
siswa yang masih sibuk memainkan alat percobaan dan menyelesaikan hasil
76
percobaan kelompoknya.
e) Tahap (Reflect)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan menggunakan waktu untuk meninjau
kembali hasil pengamatan yang telah dilakukan apakah permasalahan awal, alur
penelitian dan kesimpulan sudah sesuai atau belum dengan hasil diskusi? Siswa
merefleksi hasil percobaannya, tetapi banyak siswa yang masih belum bisa
membuat kesimpulan bahkan ada yang belum mengerti istilah kesimpulan. Selain
itu juga beberapa siswa (ALW, RK, ISN) terlihat memukul- mukul meja dan tidak
bising dan tidak kondusif. Guru tidak membiarkan mereka begitu saja, guru harus
menegur siswa supaya keadaan kelas kembali tertib. Siswa menyimak penguatan
dan koreksi yang disampaikan oleh guru dan temannya, mengenai proses dan
memberikan penguatan bahwa gaya dapat berupa dorongan atau tarikan dapat
3) Kegiatan Akhir
Pada tahap ini, guru dan siswa menyimpulkan hasil percobaan bersama-
sama, siswa harus dibimbing untuk dapat menyimpulkan percobaan. setelah itu
terbaik seperti yang ditulis dalam RPP dan lembar observasi. Guru terlebih dahulu
memberikan tes sebagai evaluasi dari akhir pembelajaran secara individu, siswa
77
mengerjakan soal tersebut dengan tertib, sedangkan guru berkeliling melihat
paling tertib dan kepada siswa yang berani maju kedepan untuk mempesentasikan
wawancara dengan wali kelas, hal tersebut dikarenakan hasil belajar siswa kelas
XI yang masih rendah, sehingga KKM yang digunakan hanya 75. Jadi, apabila
nilai siswa ≥75, maka siswa tersebut dinyatakan lulus. Namun apabila nilai siswa
< 75, maka siswa tersebut dinyatakan belum lulus. Berikut data hasil evaluasi
siklus I :
Tabel 4.1
Data Hasil Tes Evaluasi Pemahaman Siswa siklus I
78
4 RK 50 75 Tidak tuntas
5 SPN 50 75 Tidak tuntas
6 ALG 90 75 Tuntas
7 AG - 75 Tuntas
8 ALW 80 75 Tuntas
9 BDM 80 75 Tuntas
10 DS 70 75 Tidak tuntas
11 DL 80 75 Tuntas
12 FMN 80 75 Tuntas
13 FTB 70 75 Tidak tuntas
14 HRI 90 75 Tuntas
15 HRA 100 75 Tuntas
16 HSN 80 75 Tuntas
17 RB 80 75 Tuntas
18 RM 100 75 Tuntas
19 BDS 40 75 Tidak tuntas
20 RZL 80 75 Tuntas
21 NK 90 75 Tuntas
22 FKR 70 75 Tidak tuntas
23 WWN - 75 Tuntas
24 AZM 80 75 Tuntas
25 NY 90 75 Tuntas
Jumlah nilai 1800
Rata-rata 78,2
Presentase 72%
TB = S ≥ 75
x 100 %
n
= 18 x 100 = 72%
25
79
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa hasil tes evaluasi siklus I masih banyak
siswa yang belum mencapai nilai KKM. 7 dari 23 siswa memperoleh nilai di bawah
KKM. Perolehan hasil tes evaluasi tersebut didistribusikan kedalam tabel berikut ini :
Tabel 4.2
Distribusi Hasil Evaluasi Pemahaman Siswa siklus I
X =
= 2300
23
= 78,2
Sedangkan untuk perbandingan nilai rata-rata kelas antara siklus I dan
Grafik 4.1
Perbandingan Pemahaman Konsep Berdasar Nilai Rata-rata Kelas Siklus I
80
Dari tabel di atas diperoleh data bahwa dari 23 jumlah siswa yang
sebanyak 9 orang siswa, siswa yang memperoleh nilai terendah sebanyak satu
orang dengan perolehan nilai 40, sedangkan siswa yang memperoleh nilai
tertinggi sebanyak dua orang dengan perolehan nilai 100. Skor ideal pada siklus
I ini yaitu100. Dan grafik menunjukkan bahwa hasil pemahaman konsep siswa
KKM yang telah ditentukan pada mata pelajaran IPA adalah 75. Dengan
demikian siswa yang telah mencapai KKM berjumlah 18 orang siswa dengan
presentase sebesar 75% dan tujuh siswa lainnya belum mencapai KKM sebesar
25%.
Grafik 4.1
Ketuntasan Pemahaman Konsep Belajar Siklus I
81
d. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus I, nilai rata-
dengan baik tetapi belum optimal karena dalam pelaksanaan penelitian pada
saat pelaksanaan tindakan siklus I yaitu: Siswa tidak fokus dan konsetrasi
Ketika pembelajaran akan dimulai, pada tahap Ask (bertanya) masih banyak siswa
yang malu dan kesulitan untuk bertanya, siswa kurang terkontrol ketika
siswa masih yang bertanya ketika akan mengerjakan lembar kerja siswa karena
guru kurang jelas ketika menjelaskan petunjuk mengerjakan LKS dan siswa tidak
82
dengan perintah pada LKS namun ada siswa yang telihat tidak mengikuti kegiatan
dengan aktif bersama teman kelompoknya, ada juga siswa yang tidak memberikan
berpartisipasi mengisi lembar kerjas siswa yang telah diberikan dikarenakan LKS
hanya satu disetiap kelompok. Pada tahap discuss (diskusi) Tidak ada siswa yang
menunjuk siswa untuk maju. Ketika diskusi kelas, suasana tidak kondusif masih
ada siswa yang asik bermain-main dengan alat percobaan, bermain-main dengan
mengumpulkan alat percobaan terlebih dahulu. dan pada tahap Reflect (refleksi)
semua kelompok memeriksa kembali pekerjaan yang kurang benar. Pada siklus I
kelompok agar seluruh siswa ikut serta dalam kerja kelompok, memberikan LKS
memberikan penghargaan atau reward untuk siswa yang mau maju dan
83
peneliti untuk memperbaiki pembelajaran pada siklus II.
4.1.2
Siklus II
Siklus II dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 November 2022, materi
tentang kalor dapat mempengaruhi bentuk benda dengan rincian : Kalor dapat
merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat benda dan besar kalor.
a. Perencanaan
Penulisan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang dibuat untuk
siklus II pada dasarnya mengacu pada siklus I dan merupakan perbaikan dari
ini ada perbaikan yang telah dipaparkan dalam refleksi, yaitu : pada saat kegiatan
yaitu permainan “dengar dan jawab” dalam kegiatan inti, guru memberikan LKS
agar tidak bertanya lagi cara mengerjakan lembar kerja siswa yang diisi secara
kelompok. Untuk membuat siswa agar tidak ribut, guru dan siswa membuat
perjanjian jika guru berkata “kelas XI” dengan nada tinggi siswa menjawab
dengan kata “siap” nada tinggi juga, namun ketika guru berkata “kelas XI tanpa
suara siswa menjawab dengan kata “siap” tanpa mengeluarkan suara. Untuk
pemaparan lebih rinci dapat dilihat dalam bentuk RPP terlampir pada lampiran.
84
b. Pelaksanaan
Pelaksanaan tindakan penelitian sesuai dengan perencanaan tindakan
kegiatan pembelajaran sesuai dengan pendekatan inkuiri yaitu terdiri dari lima
diikuti oleh 24 orang dari 25 orang siswa karena 1 orang siswa tidak hadir
1) Pendahuluan
observasi kepada wali kelas dan teman sejawat sebagai observer seperti yang
oleh ketua kelas. Setelah berdoa guru mengabsen siswa, ketika guru menyebutkan
nama siswa, siswa yang bersangkutan mengangkat tangannya dan berkata “hadir”
dan jawab”. Siswa terlihat bersemangat ketika mengikuti permainan tersebut dan
85
pembelajaran mudah dikondisikan guru dan siswa membuat perjanjian, jika guru
berkata “kelas XI” dengan nada tinggi siswa menjawab “siap” dengan nada tinggi
namun ketika guru berkata “kelas XI” dengan nada rendah siswapun menjawab
dengan nada rendah dan jika guru berkata “kelas XI” tanpa suara siswa juga
siswa menjawab “masih buk”. “Percobaan apa yang kalian lakukan mengenai
kalor 2 minggu kemarin?” jawaban siswa beragam namun sesuai dengan kegiatan
2) Kegiatan inti
Dalam kegiatan inti, proses pembelajaran melalui 5 tahapan yaitu: tahap bertanya
(Discuss), dan tahap (Reflect), yang dilakukan selama ± 50menit seperti yang
dilakukan di siklus I.
Pada tahap bertanya (Ask) kegiatan yang dilakukan yaitu, guru mengajukan
86
Pada tahap penyelidikan siswa melakukan kegiatan percobaan seperti pada
siswa dapat menjawab pertanyaan dan hipotesis yang mereka pikirkan namun
pada siklus II ini tentang besar gaya dan sifat kalor terhadap perubahan bentuk
benda. Guru menjelaskan bahwa siswa akan melakukan kegiatan percobaan untuk
membuktikan dan menjawab pertanyaan yang diberikan guru, seperti pada siklus
siswa dapat mengetahui jawabannya namun LKS pada siklus II ini diberikan
kepada masing-masing siswa sehingga setiap siswa aktif untuk mengisi LKS yang
mereka dapatkan. Pada siklus II ini antusias siswa tidak berkurang untuk
melakukan kegiatan percobaan karena alat dan bahan percobaan pada siklus II
lebih banyak dari percobaan pada siklus I dan siswa masih terlihat tidak sabar.
tempat yang telah ditentukan oleh guru. Pada pembagian kelompok siswa keadaan
kelas masih dapat terkontrol oleh guru karena siswa bisa mengikuti kegiatan
sesuai dengan perintah guru. Pada saat pembagian kelompok ada satu siswa yang
tidak hadir. Setelah siswa sudah siap dan berkumpul dengan kelompoknya, guru
tetap dengan kelompoknya masing-masing serta membagikan alat dan bahan yang
kelompok yaitu paku, kertas origami, balon, plastisin. Pada saat membagikan alat
87
percobaan guru lupa untuk membawa batu sehingga guru memerintahkan kepada
tidak semua siswa mendengarkan, masih ada saja beberapa siswa yang tidak
samapi akhir dengan tertib maka akan diberikan hadiah. Hal itu membuat siswa
pada saat kegiatan percobaan setiap siswa aktif dengan kelompoknya karena
siswa mendapatkan LKS yang harus mereka isi. Sehingga pada siklus II ini semua
mengisi LKS yang telah diberikan oleh guru. Kegiatan diskusi kelompok itu
untuk menjawab permasalahan tentang gaya dapat merubah bentuk suatu benda
88
sesuai dengan sifat benda dan besar gaya hasil percobaan. masing-masing
kelompok berdiskusi dengan menyusun data untuk mengisi LKS, sedangkan guru
yang mengalami kesulitan atau membimbing kelompok yang belum mengerti dari
pertanyaan yang terdapat dalam LKS. Tahap menghasilkan ini tidak terdapat
d) Tahap (Discuss)
mengisi LKS, guru memerintahkan siswa untuk mengumpulkan LKS dan alat
percobaan agar siswa fokus ketika melakukan kegiatan diskusi kelas. dua
dihasilkan mengenai gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat
benda dan besar gaya di depan kelas. Guru memberikan kesempatan kepada siswa
untuk menyampaikan hasil diskusinya didepan kelas tanpa menunjuk siswa. Dua
perwakilan dari kelompok tiga maju dengan kesadaran siswa sendiri disusul dua
perwakilan dari kelompok empat, dua, satu, satu dan terakhir kelompok lima.
Pada saat kegiatan diskusi berlangsung hampir semua siswa fokus memperhatikan
yang diperoleh pada lembar pengamatan bahwa beberapa siswa yang tidak fokus
selalu melihat keluar kelas ketika siswa menanggapi hasil percobaan yang
89
tahap refleksi
e) Tahap (Reflect)
Pada tahap ini siswa diberi kesempatan menggunakan waktu untuk meninjau
kembali hasil pengamatan yang telah dilakukan apakah permasalahan awal, alur
penelitian dan kesimpulan sudah sesuai atau belum dengan hasil diskusi? Siswa
merefleksi hasil percobaannya, pada siklus II ini siswa tidak mengalami kesulitan
disampaikan oleh guru dan temannya, mengenai proses dan hasil investigasi yang
besar gaya yang diberikan untuk mengubah bentuk benda tidak sama. Misalnya:
besar gaya yang diperlukan untuk mengubah bentuk batu lebih besar
plastisin.
3) Kegiatan akhir
Pada kegiatan akhir guru dan siswa menyimpulkan hasil percobaan bersama-
sama. Pada siklus II ini siswa sudah mulai bisa menyimpulkan percobaan,
tes secara individu sebagai evaluasi dari akhir pembelajaran, siswa mengerjakan
soal evaluasi dengan tertib. Saat siswa mengerjakan soal tersebut guru berkeliling
90
melihat kegiatan siswa. Setelah waktu yang ditentukan untuk mengerjakan soal
Tabel 4.3
91
21 RFK 60 70 Tuntas
22 ISN 70 70 Tuntas
23 ND 90 90 Tuntas
24 ST 80 100 Tuntas
25 RSD 80 90 Tuntas
26 SST 90 100 Tuntas
27 WWN - 90 Tuntas
28 AZM 70 80 Tuntas
29 NK 80 70 Tuntas
Berikut grafik peningkatan ketuntasan hasil belajar siswa pada siklus II.
100%
persentase
80%
60%
40%
Dari data di atas menunjukkan bahwa hasil belajar siswa pada siklus II
92
diatas batas kelulusan yang telah ditentukan peneliti dengan keberhasilan
ketuntasan belajar siswa sebesar 100%. Hal ini menunjukan bahwa prestasi
belajar siswa sudah meningkat dan mencapai KKM yang telah ditentukan pada
d. Refleksi
Berdasarkan pembelajaran yang telah dilakukan pada siklus II yang telah
dan siswa sudah mulai terbiasa menpendekatan inkuiri ini, siswa sudah bisa
bekerjasama dengan baik sehingga siswa aktif dalam pembelajaran. Hal ini
terbukti dengan hasil belajar yang telah diperoleh siswa dapat dilihat dari nilai
rata-rata kelas dan persentase pencapaian KKM siswa yang sudah mencapai KKM
dari siklus I, dan Siklus II mengalami peningkatan. Hal ini menjadi bukti untuk
dapat meningkatkan hasil belajar siswa pada materi pokok gaya dapat
bahwa penelitian ini sudah mencapai hasil yang signifikan, ketuntasan hasil
belajar yang mencapai 100% ini menurut widoyoko termasuk kedalam kategori
sangat baik sehingga penelitian ini dihentikan pada siklus II. Selain itu karena
berhubung dengan kondisi waktu yang tidak memungkinkan dan melihat hasil
belajar siswa sudah signifikan jadi penelitian ini diberhentikan pada siklus II.
4.2 Pembahasan
93
Sesuai dengan hasil penelitian yang telah dilakukan dengan menggunakan
diterapkan karena dengan pendekatan tersebut terbukti siswa menjadi lebih aktif
melakukan penyelidikan pada saat percobaan sehingga siswa lebih banyak belajar
1. Perencanaan
guru dan siswa. Penyusunan RPP dibuat sedemikian rupa dengan pendekatan
inkuiri.
RPP memuat SK, KD, Indikator, tujuan, pelaksanaan yang terdiri kegiatan
kegiatan akhir, pedoman penskoran. Materi dalam RPP siklus I adalah gaya dapat
RPP siklus II yaitu Gaya dapat merubah bentuk suatu benda sesuai dengan sifat
benda dan besar gaya. Perbaikan pada siklus II yaitu guru melakukan demonstrasi
94
diawal pembelajaran, guru membagikan LKS kepada masing-masing siswa
2. Pelaksanaan
pendekatan inkuri pada mata pelajaran IPA materi gaya dapat mempengaruhi
bentuk suatu benda dapat dikatakan berhasil karena dalam proses pembelajaran
siswa secara aktif terlibat langsung untuk mencari dan menemukan jawaban atas
permasalahan yang ada dalam pembelajaran. hal ini sesuai dengan apa yang
pembelajaran dengan model ini memberikan penjelasan bahwa siswa belajar tidak
hanya mendapatkan dari guru saja, tetapi dari teman sejawat pun dapat dilakukan.
sampai dengan siklus II dapat dilihat bahwa aktivitas guru dan siswa pada
kekurangan- kekurangan tersebut antara lain: guru dan siswa tidak melakukan
sehingga guru harus mengarahkan siswa, guru kurang jelas dalam memberikan
96
kekurangan- kekurangan pada Siklus I dan mempertahankan kelebihan-kelebihan
pada Siklus I. Berdasarkan hasil refleksi Siklus I, pada kegiatan awal guru
untuk masing-masing siswa sehingga tidak ada siswa yang saling mengandalkan
siswa.
3. Hasil belajar
Manfaat dari pendekatan inkuiri ini yaitu hasil belajar yang dicapai oleh siswa
pada siklus dapat dikatakan berhasil karena ada peningkatan hasil belajar yang
diperoleh siswa dari siklus I sampai siklus II yaitu skor rata-rata siswa pada siklus
I yaitu 72,4 dan pada siklus II skor rata-rata siswa diperoleh 81,6. Dari hasil
tersebut diketahui bahwa siswa yang dengan menerapkan pendekatan inkuiri ini
Pada siklus I masih terdapat tujuh orang siswa atau 25% yang belum tuntas atau
belum mencapai nilai KKM. Pada siklus II seluruh siswa atau 100% siswa dapat
Perolehan hasil belajar ini berdampak pada meningkatknya aktivitas siswa dalam
sendiri jawaban atas permasalahan yang diberikan. Siswa mulai percaya diri
pembelajaran dengan teman sejawatnya sangat baik. Selain itu, selama kegiatan
97
diskusi berlangsung tidak ada lagi yang mendominasi dalam diskusi ataupun
siswa yang hanya diam dan bermain saja. Keberhasilan penerapan pendekatan
inkuiri ini belum tentu berhasil jika diterapkan dalam materi lain, karena
tergantung pada guru yang menguasai teori pembelajaran dengan menerapkan ini.
Maka dari itu, guru dan peneliti yang akan melakukan penelitian dengan
diharapkan.
BAB V
A. Kesimpulan
kemampuan berbicara siswa belum meningkat, dalam hal ini siswa yang mencapai
skor >75 hanya sebesar 59%. Hal ini membuat peneliti dan kolaborator
melanjutkan penelitian menuju siklus II. Setelah dilakukan perlakuan pada siklus
signifikan, yaitu 90% jumlah siswa mencapai persentase skor >75. Hasil ini telah
memenuhi target penelitian yang telah ditentukan, yaitu 80% dari jumlah siswa
penelitian cukup sampai siklus II saja, karena telah berhasil memenuhi target.
98
Kemampuan berbicara siswa mengalami perkembangan setelah dilakukannya
atau idenya tentang suatu hal (employment), dan mengulas kembali materi yang
B. Implikasi
diberikan.
99
Pendekatan whole language tidak hanya dapat digunakan untuk
siswa melalui pendekatan whole language ini bertujuan agar siswa sekolah dapat
menjadi pribadi yang berani untuk berbicara menjadi komunikator yang baik,
serta kaku di dalam kelas. Hal ini tentu saja akan memberikan manfaat jangka
panjang bagi siswa ketika siswa telah dewasa, siswa tidak mengalami kesulitan
ketika diberikan kesempatan untuk berbicara di depan publik karena siswa telah
C. Saran
kelas tinggi. Selain itu, dengan menggunakan pendekatan whole language ini
diajar karena pendekatan whole langauge adalah pendekatan yang utuh. Dengan
karena dikemas melalui kegiatan bermain sehingga sesuai dengan kebutuhan dan
perkembangan siswa.
2. Bagi Guru
Pemilihan pendekatan dan metode yang tepat sangat diperlukan untuk dapat
siswa dengan lebih menyenangkan dan lebih alami karena disini siswa diberi
bermain. Penciptaan kondisi kelas yang kondusif, kaya akan tulisan, dan
pendapatnya melalui berbicara sangat diperlukan agar anak tidak merasa malu
101
menutup kemungkinan untuk mencoba menemukan berbagai kegiatan menarik
DAFTAR PUSTAKA
Zainal Aqib dkk, Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: CV Yrama Witya, 2010.
Asep Herry Hernawan. 2008. Makna Ketuntasan dalam Belajar. Bandung: FIP
Universitas Pendidikan Indonesia.
Daryanto. 1993. Media Visual untuk Pengajaran Teknik. Tarsito Bandung.
Depdiknas.
102
Depdiknas. 2008. Panduan Penyelenggaraan Pembelajaran Tuntas (Mastery-
Learning) Jakarta: Direktorat Jenderal Manajemen Pendidikan Dasar dan
Menengah.
Alfansyur, A., & Mariyani, M. (2020). Seni Mengelola Data: Penerapan
Triangulasi Teknik, Sumber Dan Waktu Pada Penelitian Pendidikan Sosial.
Historis: Jurnal Kajian, Penelitian dan Pengembangan Pendidikan Sejarah,
5(2), 146-150.
Alighiri, D., Drastisianti, A., & Susilaningsih, E. (2018). Pemahaman konsep
peserta didik materi larutan penyangga dalam pembelajaran multiple
representasi. Jurnal Inovasi Pendidikan Kimia, 12(2).
Pengembangan
Ananda, Kompetensi
Rusydi. (2020). Guru).
Penelitian Medan: Kelas
Tindakan CV. Pusdikra
(TeoriMitra Jaya. untuk
dan Praktik
Angraini, G., & Sriyati, S. (2019). Analisis Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi
Peserta didik SMA N Kelas X di Kota Solok Pada Konten. Biologi. Journal
of Education Informatic Technology and Science (JeITS), 1(1), 114-124.
Arifin, Z., & Retnawati, H. (2017). Pengembangan Instrumen Pengukur Higher
Order Thinking Skills Matematika Peserta didik SMA Kelas X.
PYTHAGORAS: Jurnal Pendidikan Matematika, 12(1), 98–108. Brookhart,
S. M. (2010). How to Assess Hinger Other Thinking Skill in Your
Classroom. Virginia: ASCD.
Arikunto, S. (2012). Dasar-dasar evaluasi pendidikan edisi 2. Jakarta: PT Bumi
Aksara. Ariyana, Y., Pudjiastuti, A., Bestary, R., & Zamroni. (2018). Buku
Pegangan Pembelajaran Berorientasi pada Keterampilan Berpikir Tingkat
Tinggi. Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
Arnyana, I. B. P. (2019). Pembelajaran untuk meningkatkan kompetensi 4c
(communication, collaboration, critical thinking and creative thinking) untuk
menyongsong era abad 21. Prosiding: Konferensi Nasional Matematika dan
IPA Universitas PGRI Banyuwangi, 1(1), i-xiii.
Astuti, L.S. (2017). Penguasaan Konsep IPA Ditinjau dari Konsep Diri dan Minat
Belajar Peserta didik. Jurnal Formatif, 7(1), 40-48.
Aqib, Z., & Chotibuddin, M. (2018). Teori dan Aplikasi Penelitian Tindakan
Kelas:(PTK). Yogyakarta: Deepublish. Azulianingsih, V. (2018). Analisis
Miskonsepsi Materi Archaebacteria dan Eubacteria dalam Buku Teks Biologi
SMA Kelas X di Kabupaten Banyumas. Jurnal Prodi Pendidikan Biologi,
7(6), 435-440.
Batubara, I. H. (2017). Peningkatan kemampuan pemahaman konsep matematis
melalui model pembelajaran berbasis masalah berbantuan autograph dan
103
geogebra di SMA Freemethodist Medan. MES: Journal of Mathematics
Education and Science, 3(1), 47-54.
Darmadi, H., (2017). Pengembangan Model dan Metode Pembelajaran dalam
Dinamika Belajar Peserta didik. Yogyakarta. CV Budi Utama.
Darmawati. 2017. Pengembangan Instrumen Tes untuk Mengukur kemampuan
Berpikir Tingkat Tinggi pada Materi Pelajaran Matematika di SMPN 17
Makassar. Skripsi. Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Alauddin
Makassar: Makassar.
Djamarah, S. B., & Zain, A. (2006). Strategi belajar mengajar. Jakarta: Rineka
Cipta.
Fauzia, H. A. (2018). Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Untuk Meningkatkan Hasil Belajar Matematika SD. Primary: Jurnal
Pendidikan Guru Sekolah Dasar, 7(1), 40-47.
Gunarto, 2013. Model dan Metode Pembelajaran di Sekolah. Semarang: Unissula
Press.
Hidayati, A. U. (2017). Melatih keterampilan berpikir tingkat tinggi dalam
pembelajaran matematika pada peserta didik sekolah dasar. Terampil: Jurnal
Pendidikan Dan Pembelajaran Dasar, 4(2), 143-156. Husnaeni. 2015.
Pengaruh Model Pembelajaran dan Kemampuan Awal Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Pemahaman Konsep Peserta Dididk Kelas X
IPA SMA Negeri 22 Makassar (Studi pada Materi Pokok Larutan Elektrolit
dan Non Elektrolit. Tesis: Program Pascasarjana Universitas Negeri
Makassar.
Isroátun & Rosmala, A., (2021). Model-model Pembelajaran Matematika. Jakarta:
Bumi Aksara
Januariawan, I. W., Wijaya, I. K. W. B., Supadmini, N. K., & Dewi, D. N. (2020).
Pengembangan Keterampilan Berpikir Tingkat Tinggi Melalui Pendekatan
Open-Ended. Cetta: Jurnal Ilmu Pendidikan, 3(2), 125-140.
https://repo.undiksha.ac.id/3011/9/1613021009-LAMPIRAN.pdf
http://journal.ummat.ac.id/index.php/orbita/article/download/6924/3807
https://repo.undiksha.ac.id/4139/9/1513021076-LAMPIRAN.pdf
http://repository.uki.ac.id/9521/7/DaftarPustaka.pdf.pdf
http://repository.uin-suska.ac.id/58172/2/SKRIPSI%20NADHILA
%20KHAIRUNA.pdf
http://repository.upi.edu/637/6/S_PGSD_0902842_CHAPTER3.pdf
104
105
Lampiran 1 Surat Izin Penelitian
106
Lampiran 3 Silabus
Silabus
Identitas Umum
Nama Penulis : Nyi Safitri
Prodi : Pendidikan Fisika
NIM : 200730014
Tujuan Pembelajaran
10.2 Mengamati adanya suhu dan kalor yang terterapkan yang terjadi dalam
kehidupan sehari-hari seperti proses perpindahan panas dan lainnya.
10.3 Menjelaskan konsep suhu dan kalor khususnya Kalor sehari-hari dalam
contoh di atas.
Tujuan Pembelajaran yang menjadi prasyarat bagi kegiatan dalam modul ini.
Memahami konsep suhu dan kalor dalam kehidupan sehari –hari dan melakukan
percobaannya lalu dapat mengkomunikasikannya dalam bentuk lisan atau tulisan
107
Pertanyaan Pemantik:
Siswa sudah mampu menyebutkan Konsep perpindahan kalor yang berupa sifat Konduksi, Konveksi,
dan radiasi serta Contoh penerapan dalam kehidupan sehari-hari.
Siswa regular/tipikal
Siswa dengan hambatan belajar
Siswa cerdas berbakat istimewa (CIBI)
Siswa dengan ketunaan 108
Persiapan pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
Pertemuan ke - 1
16. Games
Penutup (15 menit)
Pertemuan ke - 2
Materi
KALOR
Kalor adalah energi yang dapat diteruskan oleh satu benda ke bendalain
secara konduksi,perolakan dan penyinaran. (kamus kimia ; 2002).Sampai pada
pertengahan abad 18, orang masih menyamakanpengertian suhu dan kalor. Baru
pada tahun 1760, Joseph Black membedakan kedua pengertian ini. Suhu adalah
sesuatu yang diukur pada termometer, dan kalor adalah sesuatu yang mengalir
dari benda yangpanas ke benda yang dingin untuk mencapai keadaan termal.
Pada tahun 1798, seorang ilmuwan amerika, Benjamin Thompson
menyasingkan definisi kalor sebagai fluida kalorik. Ia yang merupakan seorang
anggota militer mengamati bahwa ketika meriam menembakkan peluru, ada kalor
yang dihasilkan pada meriam. Berdasarkan pengamatannya, thompson
menyimpulkan bahwa kalor bukanlah fluida, tetapi kalor dihasilkan oleh usaha
yang dilakukan oleh kerja mekanis misalkan gesekan. Satu kalori didefinisikan
sebagai banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu air sebesar 1°C.
Satuan kalor adalah kalori. Satu kalori (1 kal) didefinisikan sebagai jumlah
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu satu gram air dari 14,5 oC menjadi
15,5oC. Jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda
sebanding dengan massa benda (m) dan sebanding dengan kenaikan suhu (t).
Secara matematis,
Q=m×c×Δt .
113
Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 1 kg suatu zat sebesar 1oC atau 1 K. Satuan kalor jenis adalah J/kg oC atau
J/kg K.
Kapasitas kalor benda adalah banyaknya kalor yang diperlukan zat untuk
menaikkan suhu sebesar 1°C atau 1 K. Selain itu, kapasitas kalor juga
didefinisikan sebagai Kemampuan suatu benda untuk menerima atau melepas
kalor sehingga dapat menaikkan atau menurunkan suhu benda sebesar 1°C atau
1 K. Kalor yang diberikan dalam sebuah benda dapat digunakan untuk 2 cara,
yaitu untuk merubah wujud benda atau untuk menaikkan suhu benda itu.
Besar kalor yang diberikan pada sebuah benda yang digunakan untuk
menaikkan suhu tergantung pada :
· Massa benda
· Kalor jenis benda
· Perbedaan suhu kedua benda
LKPD-1
8 Pembakaran sampah.
116
LKPD-2
Dengan penjelasan materi Kalor yang telah disampaikan, siswa-siswi yang telah
mengikuti materi tersebut diharapkan mampu untuk mengerjakan soal-soal berikut
dengan cermat!
A. Petunjuk Belajar :
Sebelum mengerjakan masalah berikut sebaiknya kamu membaca buku/e-
book fisika kelas XI. Cari tahu tentang materi Suhu dan Kalor pada sub bab
materi Kalor.
B. Petunjuk :
1. Kerjakan tugas yang ada pada lembar kegiatan secara berkelompok yang
telah dibentuk.
2. Diskusi dengan teman kelompokmu
3. Akan ditunjuk secara acak wakil dari kelompok untuk melaporkan hasil
diskusinya
117
Soal 1. Kerjakanlah soal berikut ini!
Ketika suhu air dinaikkan sebesar 25⁰C dan kapasitas kalor 3.160J/K. maka kalor yang
diterima air adalah…
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………
Sebuah batang besi homogen yang salah satu ujungnya dipanaskan memiliki luas
penampang 15 cm2, konduktivitas termal besi 4 x 10 5 J/msK, panjang batang 2 m, dan
perbedaan suhu kedua ujung 20 K. Maka besar kalor yang merambat dalam 4 sekon
adalah..
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………
Dalam suatu percobaan, digunakan lempeng sebesar 2 kg. untuk menaikkan suhu lempeng
sebesar 2⁰C, dibutuhkan kalor sebanyak 3.600 J. Tentukan kapasitas kalor lempeng
tersebut!
Jawab:
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
118
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………………………………………………………………………
………………
PENUTUP
Refleksi Guru Refleksi Siswa Catatan
1. Apakah kegiatan membuka 1. Apakah saya sudah dapat
pelajaran dapat mengarahkan dan membedakan ciri-ciri
mempersiapkan peserta didik perpindahan konduksi,
mengikuti pelajaran dengan baik
kenveksi, dan radiasi
?
2. Apakah siswa memahami 2. Apakah saya sudah dapat
penjelasan saya? menyebutkan contoh
3. Apakah yang harus diperbaiki bila perubahan fisika dan perubahan
119
siswa tidak paham penjelasan kimia dalam kehidupan sehari-
saya? hari
4. Siswa mana yang perlu perhatian 3. Apakah saya sudah dapat
saya?
menganalisis konsep kimia
yang terjadi dalam Kalor dalam
kehidupan sehari-hari
Asesmen (Tertulis dan/atau Performa)
Asesmen Pemahaman Sains :
Melalui tes tertulis dan secara langsung melalui tanya jawab.
1. Ketika suhu air dinaikkan sebesar 25⁰C dan kapasitas kalor 3.160J/K. maka kalor yang
diterima air adalah?
2. Dalam suatu percobaan, digunakan lempeng sebesar 2 kg. untuk menaikkan suhu lempeng
sebesar 2⁰C, dibutuhkan kalor sebanyak 3.600 J. Berapakah kapasitas kalor lempeng
tersebut?
3. Berikanlah contoh-contoh penerapan perpindahan kalor dalam kehidupan sehari-hari!
4. Berikanlah kesimpulan secara singkat tentang materi perpindahan kalor yg telah
disampaikan dengan versi terbaik dari kelompok mu!
Asesmen Keterampilan Proses:
Melalui observasi kinerja / penampilan presentasi/ pengerjaan LKPD
Aspek Penilaian
Unjuk Kerja
Contoh instrumen penilaian unjuk kerja dapat dilihat pada instrumen penilaian ujian keterampilan
berbicara sebagai berikut:
Instrumen Penilaian
Sangat Kurang Tidak
Baik
No Aspek yang Dinilai Baik Baik Baik
(75)
(100) (50) (25)
120
Cara mencari nilai (N) = Jumlah skor yang diperoleh siswa dibagi jumlah skor
maksimal dikali skor ideal (100)
Keterangan :
100 = Sangat Baik
75= Baik
50 = Kurang Baik
25 = Tidak Baik
REKOMENDASI BACAAN
Sumber bacaan bisa dari buku referensi baik cetak maupun BSE, atau dari internet
misalnya untuk memperkaya pengetahuan guru dan siswa tentang tema atau
materi pembelajaran, seperti link:
https://gurubelajarku.com/perpindahan-kalor/
SOAL PENGAYAAN
Tabel ini menunjukkan kalor jenis beberapa zat. Harga kalor jenis bergantung
pada suhu dan tekanan. Akan tetapi, untuk perubahan suhu yang tidak terlalu
besar kalor jenis dianggap tetap.
a. Fakta Kalor jenis adalah banyaknya kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu 1 kg suatu zat sebesar 1oC atau 1 K. Pada suhu 15oC dan tekanan 1 atm,
kalor jenis air adalah c = 1 kkkal/kg oC = 4.200 J/kg K. Artinya, untuk
menaikkan suhu 1 kg air sebesar 1 oC atau 1 K diperlukan kalor sebanyak 1
kkal atau 4.200 J.
b. Berdasarkan Tabel tampak bahwa air adalah zat yang kalor jenisnya paling
tinggi. Artinya, jika dibandingkan dengan zat lain untuk massa dan kenaikan
suhu yang sama, air mampu mengambil kalor yang lebih besar apabila air
bersentuhan dengan benda yang suhunya lebih tinggi. Jadi, air merupakan
bahan yang baik sekali untuk menyimpan energi panas. Air juga merupakan
pendingin yang baik. Itulah sebabnya air dipilih sebagai bahan pendingin
radiator mesin mobil. Pada siang hari ketika terik matahari, air dalam danau
masih terasa dingin meskipun udara di sekitarnya terasa panas. Hal ini karena
kalor jenis air lebih tinggi daripada udara di sekelilingnya, sehingga udara lebih
cepat naik suhunya daripada air.
REMEDIAL
Jika dari hasil evaluasi masih terdapat siswa yang belum memenuhi standar minimal, maka
guru melaksanakan kegiatan remedial. Kegiatan ini diawali dengan remedial teaching , yaitu
guru memberikan pengulangan untuk materi-materi yang CP nya belum tercapai.
Keju meleleh
Pakaian yang
dijemur kering
Proses air
Pengaruh perubahan kalor dibagi menjadi bebrapa bagian, seperti berikut :
1. Pengaruh Kalor Pada Zat
Gelas kimia, termometer skala Celsius, pembakar spiritus, kaki tiga, kawat kasa, dan beberapa
pecahan es batu
Prosedur Percobaan
1. Masukkan beberapa pecahan es batu ke dalam gelas kimia. Ukurlah suhu awal es batu deng
termometer. Tempatkan gelas kimia di atas kaki tiga dengan menggunakan alas kawat kasa.
2. Panaskan gelas kimia yang telah berisi pecahan-pecahan es batu dengan menggunakan
pembakar spiritus.
3. Amati perubahan angka pada termometer sambil mengamati perubahan yang terjadi pada es
batu mulai dari bentuk padat, cair, dan akhirnya mendidih.
4. Bagaimanakah kesimpulan kalian tentang pengaruh kalor pada zat?
Berdasarkan Kegian dapat disimpulkan bahwa ketika kalor diberikan pada sejumlah es ba
(wujud padat), suhu es naik sampai mencapai titik leburnya (kira-kira 0 oC). Ketika es meleb
menjadi air, suhu tetap 0oC sampai seluruh es melebur. Apabila kalor terus diberikan, suhu air ter
meningkat sampai mencapai titik didih 100 oC. Berdasarkan Kegiatan dapat disimpulkan bahw
pemberian kalor pada zat dapat menyebabkan perubahan suhu zat dan perubahan wujud zat
Gelas kimia, termometer skala Celsius, statif, pembakar spiritus, kaki tiga, kawat kasa, dan air 50
mL
Prosedur Percobaan
1. Tuangkan air ke dalam gelas kimia dan catatlah suhunya. Selanjutnya, letakkan gelas
123
kimia di atas kaki tiga dengan menggunakan alas kawat kasa.
2. Pasang termometer pada statif dan masukkan termometer ke dalam air.
3. Panaskan air dengan menggunakan pembakar spiritus.
4. Amati suhunya untuk setiap selang waktu 1 menit. Tulislah hasil pengamatan kalian pada
Tabel Pengamatan.
Berdasarkan Kegiatan dapat disimpulkan bahwa semakin lama waktu pemanasan
3. Hubungan antara Kalor dan Massa Zat
Bagaimanakah hubungan antara kalor dan massa zat? Untuk menjawab
pertanyaan ini, kalian dapat melakukan Kegiatan 4.3 di atas, tetapi dengan
massa air yang berbeda. Misalnya, menggunakan air sebanyak 50 mL dan 100
mL. Apabila masing-masing air dipanaskan dengan pemanas yang sama, air
manakah yang mencapai suhu 40oC terlebih dahulu? Benar. Air sebanyak 50
mL membutuhkan waktu yang lebih singkat untuk mencapai suhu 40 oC.
Artinya, air sebanyak 100 mL membutuhkan waktu yang lebih lama untuk
mencapai suhu 40oC. Pemanasan yang semakin lama menunjukkan jumlah
kalor yang diterima air juga semakin banyak. Sebaliknya, pemanasan yang
lebih singkat menunjukkan jumlah kalor yang diterima juga semakin sedikit.
Jadi, jumlah kalor sebanding dengan massa benda. Semakin besar massa
benda, semakin besar pula jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda benda itu. Semakin besar massa benda, semakin besar pula jumlah
kalor yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda. Semakin kecil massa
benda, semakin kecil pula jumlah kalor yang diperlukan untuk menaikkan
suhu benda itu.
Gelas kimia (2 buah), termometer skala Celsius (2 buah), statif (2 buah), pembakar spiritus (2
buah), kaki tiga (2 buah), kawat kasa (2 buah), serta air dan minyak goreng masing-masing 50 mL
Prosedur Percobaan
1. Tuangkan 50 mL air dan 50 mL minyak goreng masing-masing ke dalam gelas kimia dan
catatlah suhunya. Selanjutnya, letakkan gelas kimia di atas kaki tiga dengan menggunakan
alas kawat kasa.
2. Pasanglah termometer pada statif dan masukkan termometer ke dalam air. Hal yang sama,
lakukanlah untuk minyak goreng.
3. Panaskan masing-masing gelas kimia dengan menggunakan pembakar spiritus yang
memiliki kemampuan pembakaran yang sama.
4. Berapakah waktu yang diperlukan setiap zat cair untuk mencapai suhu 40oC?
Jika Kegiatan dilakukan dengan teliti, ternyata air membutuhkan waktu lebih lama untuk
mencapai suhu 40oC. Artinya, untuk mencapai suhu 40oC air membutuhkan kalor lebih banyak
daripada minyak goreng. Dengan demikian, jumlah kalor yang dibutuhkan untuk menaikkan suhu
zat bergantung pada jenis zat. Perbedaan jumlah kalor ini disebabkan oleh sifat khas yang dimiliki
oleh air dan minyak goreng. Dalam fisika, sifat khas ini dinamakan kalor jenis dengan simbol c.
Jadi, air dan minyak goreng memiliki kalor jenis yang berbeda.
Berdasarkan uraian di atas dapat124 disimpulkan bahwa untuk menaikkan suhu suatu zat
bergantung pada tiga faktor, yaitu: perubahan suhu, massa zat, dan kalor jenis. Uraian di atas juga
menunjukkan bahwa jumlah kalor (Q) yang diperlukan untuk menaikkan suhu benda
sebanding dengan massa benda (m) dan sebanding dengan kenaikan suhu (t).
DAFTAR PUSTAKA
GLOSARIUM
Tujuan pembelajaran
Melalui kegiatan pembelajaran dengan menggunakan model Discovery
Learning dan pendekatan saintifik, peserta didik diharapkan mampu Memahami
konsep Suhu dan Kalor, Menganalisis temperatur dan Mengetahui penerapan
pengaplikasian Suhu dan Kalor dengan rasa ingin tahu, tanggung jawab, disiplin
selama proses pembelajaran, bersikap jujur, percaya diri dan pantang menyerah,
serta memiliki sikap sikap responsive (berpikir kritis) dan proaktif (kreatif), serta
mampu berkomunikasi dan bekerjasama dengan baik melalui literasi tinggi.
Kegiatan pembelajaran
Gambaran Umum Pertemuan Kegiatan Pembelajaran dan alternatifnya
125
a. Pertemuan ke-1
Persiapan Pembelajaran
Kegiatan Pembelajaran
20. (yel-yel)
20. Peserta didik membawakan yel-
yel yang diberikan guru.
21. (As Question + Apresiasi) 21. Menjawab pertanyaan guru.
22.Memberikan pemusatan perhatian dengan 22. Menyimak dan memberi respon
mengaitkan materi/tema/kegiatan pembelajaran yang balik dalam bentuk pertanyaan
akan dilakukan dengan pengalaman peserta didik mengenai materi.
sebelumnya serta mengajukan pertanyaan untuk
mengingat dan menghubungkan materi selanjutnya.
23. (Ice Breaking) 23. Peserta didik melakukan
pemanasan agar lebih semangat
dalam belajar.
24.Menyampaikan motivasi tentang apa yang dapat 24. Mendengarkan motivasi dari
diperoleh (tujuan & manfaat) dengan mempelajari guru.
Suhu dan Kalor.
25. Fase 2 Agrement (Kesepakatan) 25. Peserta didik menyepakati
Guru menjelaskan hal-hal yang akan disepakati Bersama tata tertib yang dibuat
bersama saat proses pembelajaran sedang Bersama.
berlangsung.
26. Menyebutkan tujuan pembelajaran. 26. Menyimak tujuan pembelajaran
mengenai materi Suhu dan
Kalor.
1. Besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda atau lebih yang
berada dalam kesetimbangan termal merupakan definisi dari ...
A. Suhu C. Pemuaian
B. Panas D. Kalor jenis
A. air C. spiritus
B. raksa D. alkohol
5. Pada skala Celcius, titik tetap bawahnya adalah 0 °C dan titik tetap
atasnya adalah 100 °C. Pada skala Fahrenheit, titik tetap bawahnya
adalah 32 °F dan titik tetap atasnya adalah 212 °F. Ada suatu nilai yang
menunjukkan bahwa nilai suhu pada skala Celcius sama dengan nilai
suhu pada skala Fahrenheit. Nilai tersebut adalah ...
A. 32 B. 0 C. -40 -273
11. Dua buah keping logam, A dan B, memiliki koefisien muai panjang yang
berbeda, dimana koefisien muai panjang A lebih besar daripada koefisien
muai panjang B. Dari kedua keping logam tersebut dibuat keping bimetal.
Ketika keping bimetal ini tersebut dipanaskan maka ...
A. bimetal akan melengkung ke arah keping A
B. bimetal akan melengkung ke arah keping B
130
C. bimetal akan melengkung ke arah keping A untuk keping B dan ke
arah keping B untuk keping A
D. bimetal tidak akan melengkung
12. Tekanan suatu massa tertentu gas pada suhu tetap berbanding terbalik
dengan volumenya. Pernyataan tersebut merupakan bunyi dari ...
A. Hukum Boyle C. Hukum Gay-Lussac
B. Hukum Charles D. Hukum Tekanan
13. Pada mulanya kalor diartikan sebagai fluida atau zat alir. Kemudian
ada seorang ilmuwan Inggris yang melakukan sebuah percobaan
untuk menghitung jumlah energi mekanik yang ekivalen dengan kalor
sebanyak satu kalori dan berhasil membuktikan bahwa kalor
merupakan salah satu bentuk energi. Ilmuwan yang dimaksud adalah
...
A. Joseph Black C. Anders Celcius
B. J. P. Joule D. A. L. Lavoisier
15. Peristiwa terjadinya angin darat dan angin laut adalah salah satu
bukti adanya perpindahan panas secara ...
A. radiasi C. konveksi
B. konduksi D. pancaran
131
molekul lainnya sehingga suhunya naik.
B. pada bagian bahan yang panas molekulnya tetap diam sehingga
suhunya naik.
C. pada bagian bahan yang panas molekulnya berpindah ke
molekul lainnya sehingga suhunya naik.
D. pada bagian bahan yang panas molekulnya bergetar dan
membentur molekul lainnya sehingga suhunya naik.
17. Nelayan di pantai akan pergi melaut pada malam hari karena ...
A. Pada malam hari terjadi angin laut yang arahnya dari darat ke laut
B. Pada malam hari terjadi angin darat yang arahnya dari darat ke laut
C. Pada malam kari terjadi angin laut yang arahnya dari laut ke darat
D. Pada malam hari terjadi angin darat yang arahnya dari darat ke laut
19. 250 g timah dipanaskan dari 10 °C hingga 45 °C. Bila kalor jenis
timah adalah 130 J/kg.°C, berapakah banyaknya kalor yang
diperlukan?
A. 1137,5 J C. 1175 J
B. 11,375 J D. 113,75 J
132
1. A, besaran fisika yang dimiliki bersama antara dua benda
atau lebih yang berada dalam kesetimbangan termal
merupakan definisi dari suhu.
2. B, termometer bekerja berdasarkan sifat termometriknya.
3. D, salah satu kelebihan dari alkohol adalah dapat
digunakan untuk mengukur suhu yang rendah.
4. B, skala Kelvin merupakan skala suhu mutlak, dan titik
bawah dari skala Kelvin didasarkan pada ukuran energi
kinetik minimal dari suatu benda.
5. C, dengan menggunakan hubungan antara skala Celcius dan
Fahrenheit
6. B, dengan menggunakan hubungan antara skala Celcius,
Fahrenheit, dan Kelvin.
7. A, anomali pada air terjadi antara rentang 0 °C hingga 4
°C dimana ketika suhu bertambah antara rentang
tersebut terjadi penyusutan volume air.
8. B, dengan persamaan pemuaian panjang, panjang
pipa baja tersebut setelah mengalami kenaikan
suhu menjadi 100,044 cm.
9. B, dengan persamaan pemuaian panjang, koefisien muai
panjang batang logam adalah 6,1 x 10-6 °C-1.
10. C, semakin besar koefisien muai panjang, semakin
panjang perubahan panjang karena perubahan suhu;
ini berarti semakin cepat pemuaian logam tersebut
untuk selang waktu yang bersamaan.
11. B, logam A memiliki koefisien muai panjang lebih besar
sehingga akan memuai lebih panjang; karena pada
bimetal masing-masing keping dikeling, sehingga
bimetal akan melengkung ke arah keping B.
12. A, hukum Boyle.
133
13. B, J. P. Joule
14. A, kalor jenis
15. C, konveksi
16. D, konduksi terjadi karena getaran molekul-molekul pada bagian
bahan yang panas dan menggetarkan (membentur) molekul lainnya
sehingga ikut bergetar.
17. D, malam hari terjadi angin darat yang arahnya dari darat ke laut.
18. B, kalor jenis logam (c) = C/m = 464,8 J/kg K.
19. A, kalor yang diperlukan (Q) = m.c.∆T = 1137,5 joule
20. C, kalor lebur es (L) = Q / m = 336 kJ
134
mata pelajaran fisika?
5. Bagaimanakah suasana pembelajaran fisika
setelah Bapak menerapkan
model/metode/pendekatan tersebut dalam
pembelajaran fisika?
6. Apakah terdapat kendala ketika
menerapkan model/metode/pendekatan yang
Bapak gunakan saat ini?
7. Bagaimanakah cara Bapak untuk mengatasi kendala
tersebut?
8. Apakah menurut Bapak penerapan
model/metode/pendekatan tersebut dapat
mencapai hasil pembelajaran yang baik?
9. Bagaimanakah nilai siswa setelah
menerapkan model/metode/pendekatan ini?
10. Apakah melalui model/metode/pendekatan
yang Bapak gunakan saat ini mampu
meningkatkan keterampilan berpikir kreatif
siswa?
11. Apakah selama proses pembelajaran fisika
Bapak menggunakan kelompok belajar?
12. Bagaimanakah cara Bapak untuk
menentukan anggota untuk setiap kelompok
belajar siswa?
13. Apakah siswa pernah ditugaskan untuk
merancang/membuat proyek terkait materi
fisika yang sedang dipelajarinya?
14. Menurut Bapak, bagaimanakah respon
mengenai tugas merancang/membuat proyek
135
tersebut?
Lampiran 17 Dokumentasi
NO JK NAMA
1 P Ayu Komang Amanda Gunawan
136
2 P Ayu Resti Melinda
3 P Dominica Ivone Devita Maheswari
4 L Gde Pandyata Prathama
5 L I Dewa Gede Krishna Kanhaiya Chintamani
6 L I Gede Juna Darma Putra
7 L I Gede Made Wahyu Setiawan
8 P I Gusti Ayu Made Winda Maharani
9 L I Gusti Bagus Agung Kasumayana
10 L I Gusti Bagus Anom Suryadinata
11 L I Gusti Made Wawan Adi Putra
12 L I Gusti Ngurah Agung Krisna Widiantara Bagus Putra
13 L I Gusti Ngurah Wahyu Krisna
14 L I Made Edo Gresta Sutrisna
15 L I Made Govinda Duta Paramahamsa
16 L I Made Narendra Aiswarya Darma
17 L I Putu Anandika Wira Pratama
18 L I Putu Andi Wiratama Putra
19 L I Putu Igharcita Mattangwan
20 L I Putu Yoga Satwika
21 P Kadek Arya Dwi Sastrani
22 P Kadek Ayu Melly Andari
23 P Kadek Ayu Mirah Ariyani
24 P Kadek Mahatma Dwi Maharani
25 P Ni Kadek Mei Permatasari
26 P Ni Luh Irma Diyanti
Lampiran 19 Biodata
-
137