Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

METODE DAN TEKNIK PEMBELAJARAN SAINS

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 4
MUH. ARISWANDI ARTI / 210103500002
WA ODE SYARIYU OKTAVIANI / 210103502006
SHERLIN PEBRIANTI / 210103501010
DIAH ZAHRA SABILA / 210103501018
NOVITA RANTELINO / 210103501022
SITI SHALAISYAH / 210103500018
PUTRI / 210103502022

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA


JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR

TAHUN AJARAN 2023/2024


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat, hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
dengan judul "Metode dan Teknik Pembelajaran Sains." Makalah ini disusun sebagai
salah satu bentuk pengabdian kami dalam dunia pendidikan, khususnya dalam
memahami dan mengaplikasikan metode serta teknik yang efektif dalam
pembelajaran sains.
Kami ingin mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada semua pihak
yang telah memberikan dukungan, bimbingan, dan inspirasi dalam penulisan makalah
ini. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing kami yang telah
memberikan arahan serta masukan yang berharga dalam proses penyusunan
makalah ini.
Dalam makalah ini, kami berusaha untuk menjelaskan secara komprehensif
tentang berbagai metode dan teknik pembelajaran yang dapat diterapkan dalam
pembelajaran sains. Kami berharap makalah ini dapat memberikan pemahaman yang
lebih dalam tentang bagaimana pendekatan yang tepat dalam pembelajaran sains
dapat meningkatkan pemahaman, minat, dan keterampilan siswa dalam ilmu
pengetahuan alam.
Kami sadar bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, dan kami sangat
mengharapkan masukan dan saran yang konstruktif untuk perbaikan di masa
mendatang. Semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca, khususnya para
pendidik, dalam upaya meningkatkan kualitas pembelajaran sains. Akhir kata, terima
kasih atas perhatian dan waktu yang telah diberikan.

Makassar, 25 September 2023

Penulis,
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................... 2
DAFTAR ISI ............................................................................................................... 3
BAB I PENDAHULUAN .............................................................................................. 4
A. Latar Belakang ................................................................................................. 4
B. Rumusan Maslah ............................................................................................. 4
C. Manfaat ............................................................................................................ 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA ..................................................................................... 6
A. Metode dan Teknik Pembelajaran .................................................................... 6
B. Pembelajaran Sains ....................................................................................... 15
BAB III PENUTUP .................................................................................................... 21
A. Kesimpulan..................................................................................................... 21
B. Saran .............................................................................................................. 21
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................. 22
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Sains adalah pilar utama dalam pemahaman dunia kita, serta
perkembangan teknologi dan masyarakat modern. Pembelajaran sains adalah
suatu proses di mana individu, terutama siswa, memperoleh pengetahuan,
pemahaman, keterampilan, dan konsep-konsep yang terkait dengan ilmu
pengetahuan alam (sains). Ini melibatkan eksplorasi, penyelidikan, observasi,
eksperimen, serta analisis data untuk memahami prinsip-prinsip ilmiah dan
fenomena alam. Tujuan utama dari pembelajaran sains adalah untuk
mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang dunia fisik, biologi, dan
kimia, serta meningkatkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, dan analitis.
Selain itu, pembelajaran sains juga melibatkan pemahaman etika dalam
melakukan penelitian ilmiah, dan pengembangan keterampilan komunikasi
ilmiah. Dalam pembelajran sains, diperlukan metode dan teknik yang
digunakan dalam proses pembelajaran sains. Hal ini bertujuan untuk
mengembangkan pemahaman yang mendalam tentang konsep-konsep ilmiah.
Mereka membantu siswa memahami prinsip-prinsip dasar dan teori-teori yang
mendasari sains, sehingga siswa dapat memahami dunia sekitarnya dengan
lebih baik.
Selain itu, metode dan teknik dalam pembelajaran sains juga membantu
siswa mengembangkan keterampilan penelitian yang penting. Ini termasuk
kemampuan untuk merancang dan melaksanakan eksperimen, mengumpulkan
data, dan menganalisis informasi. Kemampuan ini tidak hanya relevan dalam
dunia akademis, tetapi juga dalam dunia nyata di mana pemecahan masalah
dan pengambilan keputusan berdasarkan bukti-bukti sangat diperlukan.
Pembelajaran sains yang efektif juga mendorong siswa untuk berpikir kritis dan
analitis. Mereka diajarkan untuk mempertanyakan informasi, mengevaluasi
bukti-bukti, dan mengembangkan argumen berdasarkan data yang sahih. Hal
ini mempersiapkan mereka untuk menghadapi tantangan intelektual yang
kompleks dan masalah-masalah global yang memerlukan solusi ilmiah.
Selain itu, metode dan teknik dalam pembelajaran sains juga memberikan
landasan bagi inovasi dan perkembangan teknologi. Mereka membantu siswa
memahami bagaimana sains berkontribusi pada perkembangan teknologi baru,
yang pada gilirannya dapat membawa perubahan positif dalam masyarakat
dan dunia secara keseluruhan. Dengan demikian, metode dan teknik dalam
pembelajaran sains bukan hanya tentang menghafal fakta-fakta, tetapi tentang
mengembangkan pemahaman mendalam, keterampilan yang diperlukan, dan
minat yang berkelanjutan dalam sains, yang semuanya sangat penting dalam
era pengetahuan ini. Oleh karena itu penggunaan metode dan teknik dalam
pembelajaran sains sangat penting untuk diperhatikan seorang pendidik.

B. Rumusan Maslah
1. Apa perbedaan metode dan teknik pembelajaran?
2. Apa yang dimakhsud dengan pembelajaran sains?
3. Metode apa saja yang baik untuk diterapkan dalam pembelajaran sains?
C. Manfaat
1. Mengetahui perbedaan metode dan teknik pembelajaran
2. Mengetahui definisi dan hakekat dari pembelajaran sains
3. Mengetahui metode apa saja yang baik untuk diterapkan dalam
pembelajran sains
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Metode dan Teknik Pembelajaran


1. Definisi dan Hakekat Metode Pembelajaran
Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, dan dalam konteks pendidikan, metode ini mengacu pada
pendekatan atau teknik yang diterapkan oleh pengajar atau instruktur dalam
proses pengajaran atau penyampaian materi kepada siswa atau peserta
didik. Metode pembelajaran ini bisa bervariasi tergantung pada tujuan
pembelajaran, materi yang diajarkan, dan karakteristik siswa.
Sanjaya (2016) menjelaskan bahwa pembelajaran, di sisi lain adalah
sebuah proses di mana individu atau kelompok memperoleh pengetahuan,
keterampilan, sikap, atau pemahaman baru. Ini adalah proses yang
berlangsung sepanjang kehidupan seseorang dan dapat terjadi dalam
berbagai konteks, seperti di sekolah, di tempat kerja, atau dalam kehidupan
sehari-hari. Tujuan utama dari pembelajaran adalah untuk meningkatkan
pemahaman dan keterampilan individu, sehingga mereka dapat mencapai
hasil yang lebih baik dalam berbagai aspek kehidupan. Metode
Pembelajaran, pada gilirannya, adalah cara atau pendekatan yang
diterapkan oleh pengajar atau instruktur untuk menerapkan rencana
pembelajaran yang telah disiapkan. Metode ini melibatkan penggunaan
berbagai teknik, strategi, dan pendekatan yang berbeda untuk
menyampaikan materi kepada siswa atau peserta didik. Tujuannya adalah
agar siswa dapat mencapai tujuan pembelajaran secara efektif dan optimal.
Pilihan metode pembelajaran yang sesuai dapat memiliki dampak yang
signifikan terhadap keberhasilan proses pembelajaran.
Dalam Ginting (2014), dia mengemukakan bawha metode pembelajaran
bisa dijelaskan sebagai pola atau cara khusus yang digunakan untuk
menggabungkan prinsip-prinsip dasar pendidikan, berbagai teknik, dan
sumber daya lainnya dengan tujuan menciptakan proses pembelajaran
dalam diri peserta didik. Ahmadi & Prasetya (2015) dalam kajiannya
menjelaskan bahwa metode pembelajaran merupakan keterampilan yang
dimiliki oleh pendidik atau guru untuk menghadirkan materi pelajaran
kepada peserta didik di dalam kelas, baik dalam setting individu maupun
kelompok, dengan tujuan agar materi tersebut dapat dipahami, diserap, dan
dimanfaatkan dengan baik oleh peserta didik.
Menurut Hamiyah & Jauhar (2014), Metode adalah sarana untuk
menerapkan rencana yang telah dirancang dalam bentuk aktivitas konkret
dan praktis dengan tujuan mencapai target pembelajaran. Dalam Sani
(2013), mengemukakan bahwa metode pembelajaran adalah tahapan
praktis dari strategi pembelajaran yang telah dipilih untuk mencapai tujuan
pembelajaran.
2. Definisi dan Hakekat Tenik Pembelajaran
Menurut Djalal (2017), teknik pada hakekatnya merupakan penjabaran
lebih lanjut dari sebuah metode pembelajaran. Di dalam dunia pendidikan,
teknik pembelajaran menjadi elemen kunci yang menekankan bagaimana
seorang guru mengimplementasikan suatu metode pembelajaran secara
spesifik. Sebagai contoh, ketika seorang guru memutuskan untuk
menggunakan metode ceramah, pendekatan yang diterapkan akan sangat
bergantung pada konteks kelas yang dia hadapi. Jika kelas memiliki jumlah
siswa yang relatif banyak, guru perlu menggunakan teknik yang berbeda
dibandingkan dengan kelas yang memiliki jumlah siswa terbatas. Teknik
pengajaran ceramah dalam situasi yang berbeda akan mempertimbangkan
aspek-aspek seperti manajemen kelas, interaksi dengan siswa, dan
penggunaan media pendukung. Begitu juga dengan metode diskusi. Sama
seperti metode ceramah, penggunaan metode diskusi juga harus
disesuaikan dengan karakteristik kelas. Jika kelas terdiri dari siswa yang
cenderung aktif dan suka berdiskusi, guru dapat mengadopsi teknik yang
memungkinkan mereka untuk terlibat secara aktif. Di sisi lain, ketika siswa
cenderung pasif atau kurang berpengalaman dalam berdiskusi, pendekatan
yang lebih terstruktur dan bimbingan yang lebih intens mungkin diperlukan
untuk memfasilitasi diskusi yang produktif.
Dalam kajaian Djalal (2017) juga dijelaskan bahwa guru memiliki
fleksibilitas dalam menggunakan berbagai teknik pembelajaran bahkan
dalam koridor metode yang sama. Ini berarti bahwa seorang guru dapat
secara cerdas beralih antara teknik-teknik yang berbeda dalam rangka
mencapai tujuan pembelajaran tertentu. Pendekatan ini memungkinkan
guru untuk menyesuaikan pembelajaran dengan kebutuhan siswa dan
situasi kelas yang berubah-ubah. Dengan memanfaatkan berbagai teknik
pembelajaran dengan bijak, guru dapat menciptakan pengalaman
pembelajaran yang lebih bervariasi dan relevan bagi siswa mereka.
3. Jenis-jenis metode pembelajaran
a. Metode Ceramah
Metode ceramah, seperti yang dijelaskan oleh Sanjaya dalam
Wahyudin Nur Nasution (2017), merupakan suatu teknik penyajian atau
pengiriman materi pelajaran secara lisan dari seorang pendidik kepada
sekelompok peserta didik. Dalam metode ini, peserta didik dapat
memperoleh berbagai pengalaman belajar, termasuk keterampilan
mendengarkan, pemahaman isi ceramah, analisis konsep, prinsip, fakta,
serta keterampilan mencatat materi. Namun, perlu dicatat bahwa
metode ceramah sangat bergantung pada kemampuan pendidik, yang
memainkan peran sentral dalam keberhasilannya.
Dalam Wahyudin Nur Nasution (2017), Halimah berpendapat bahwa
pendidik memilih metode ceramah karena materi yang akan diajarkan
cenderung berisi informasi yang bersifat umum, seperti konsep, definisi,
dan prinsip-prinsip yang meluas, serta penemuan-penemuan yang
masih jarang ditemui dan belum tersebar luas. Tujuan khusus
penggunaan metode ceramah oleh pendidik adalah:
1) Membantu peserta didik untuk mengembangkan pemikiran mereka
sendiri melalui penulisan hasil ceramah yang mereka dengar.
Dengan cara ini, diharapkan peserta didik dapat belajar dari tulisan
mereka tentang materi pelajaran yang telah diajarkan oleh pendidik.
2) Menyajikan pokok-pokok isi pelajaran dan memfokuskan pada
masalah-masalah penting dalam materi tersebut.
3) Merangsang minat peserta didik untuk belajar secara mandiri dan
menumbuhkan rasa ingin tahu melalui pengayaan belajar.
4) Meningkatkan kemampuan peserta didik dalam mendengarkan,
konsentrasi, dan kemampuan mereka dalam menyimpulkan
informasi.
5) Mengenalkan konsep-konsep baru dan memberikan penjelasan
yang jelas tentang teori dan prakteknya.
6) Menjadi tahap awal untuk penggunaan metode lain dalam upaya
menjelaskan prosedur yang harus diikuti oleh peserta didik.
Misalnya, sebelum menerapkan sosiodrama, peserta didik akan
diberikan penjelasan tentang peran-peran yang akan mereka
perankan dan aspek-aspek lain yang relevan
Menurut Halimah dalam Wahyudin Nur Nasution (2017),
penggunaan metode ceramah dalam proses pembelajaran memiliki
sejumlah alasan:
1) Peserta didik membutuhkan penjelasan dari pendidik, terutama saat
materi baru atau informasi baru diperkenalkan, untuk mencegah
kesalahan pemahaman.
2) Materi pelajaran yang disampaikan dalam ceramah berisi fakta atau
pandangan yang tidak dapat ditemukan dalam materi bacaan
lainnya.
3) Pendidik memiliki kemampuan berbicara yang mampu memotivasi
peserta didik untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran.
4) Pendidik dapat memperkenalkan topik baru yang akan dibahas.
5) Pendidik dapat menyajikan rangkuman pokok-pokok penting yang
telah diajarkan, memungkinkan peserta didik untuk melihat
keterkaitan antara berbagai konsep.
6) Metode ceramah sesuai digunakan ketika jumlah peserta didik
dalam kelas sangat banyak, sehingga metode lain menjadi tidak
praktis.
7) Selain itu, penggunaan metode ceramah dapat menghemat waktu,
biaya, dan kebutuhan peralatan dalam proses pembelajaran
Menurut Halimah dalam Wahyudin Nur Nasution (2017), beberapa
Kelemahan metode ceramah mencakup aspek berikut:
1) Menjadi sulit bagi peserta didik yang tidak terbiasa dengan
mendengarkan dan mencatat materi.
2) Memberikan sedikit kesempatan kepada peserta didik untuk
berpartisipasi aktif.
3) Pendidik seringkali hanya berperan sebagai penyaji materi tanpa
banyak variasi.
4) Cenderung mendorong pembelajaran berbasis hafalan.
5) Dapat menyebabkan kejenuhan pada peserta didik, terutama jika
pendidik tidak mampu mengorganisasi ceramah dengan baik.
6) Berpotensi menciptakan ketergantungan peserta didik pada aspek
verbal.
7) Materi ceramah terbatas pada apa yang diingat oleh pendidik.
8) Membebani peserta didik dengan konsep yang mungkin sulit untuk
diingat dalam jangka panjang.
9) Tidak menguntungkan peserta didik yang memiliki keterampilan
mendengarkan yang lemah.
10) nformasi yang disampaikan cenderung cepat usang dan bisa
menjadi tidak relevan.
11) Kurang merangsang perkembangan kreativitas peserta didik.
12) Pembelajaran terjadi secara satu arah, yaitu dari pendidik kepada
peserta didik.
Dalam Wahyudin Nur Nasution (2107), Halimah menyatakan bahwa
dalam metode ceramah terdapat beberapa kelebihan diantara :
1) Efisien dalam Pemanfaatan Waktu dan Biaya: Metode ceramah
terkenal karena efisiensinya dalam memanfaatkan waktu dan
sumber daya. Dengan satu pemateri yang dapat mengajar sejumlah
besar peserta, hal ini mengurangi biaya yang terkait dengan
pelatihan atau pengajaran.
2) Bahan Pelajaran Sudah Dipilih dan Dipersiapkan: Pemateri memiliki
kendali penuh atas materi yang akan disampaikan,
memungkinkannya untuk mempersiapkan bahan pelajaran dengan
baik. Ini memastikan bahwa peserta didik menerima informasi yang
relevan dan penting.
3) Kesesuaian dengan Keterbatasan Waktu: Metode ceramah dapat
dengan mudah disesuaikan dengan keterbatasan waktu yang ada.
Ini berarti pemateri dapat menyajikan informasi yang penting dalam
waktu yang terbatas.
4) Meningkatkan Daya Dengar dan Minat Belajar: Pemateri yang baik
dapat memotivasi peserta didik dan meningkatkan daya dengar
mereka. Dengan memberikan presentasi yang menarik, peserta
didik dapat terdorong untuk mencari sumber-sumber belajar
tambahan.
5) Penguatan dari Pendidik dan Peserta Didik: Metode ceramah
memungkinkan pendidik untuk memberikan informasi dengan jelas
dan tegas, dan ini dapat memperkuat pemahaman peserta didik.
Pendidik juga dapat merasa dihargai dan puas ketika mendapatkan
perhatian peserta didik.
6) Kontrol atas Arah Pembicaraan: Dalam metode ceramah, pemateri
memiliki kendali penuh atas arah pembicaraan. Hal ini memastikan
bahwa materi yang disampaikan sesuai dengan tujuan
pembelajaran yang ditetapkan.
7) Pengorganisasian Kelas yang Sederhana: Metode ini cenderung
lebih sederhana dalam pengorganisasiannya. Peserta didik dapat
duduk dan mendengarkan dengan relatif mudah.

8) Memberikan Wawasan yang Luas: Karena pemateri mampu


mengaitkan materi dengan kehidupan sehari-hari, metode ceramah
dapat memberikan wawasan yang lebih luas daripada sumber
belajar lainnya.
Beberapa teknik yang bisa diterapkan agar metode ceramah dapat
berjalan dengan baik dan lancar diantaranya :
1) Aktifkan Peserta Didik: Untuk menjaga keterlibatan peserta didik,
ajak mereka untuk berpartisipasi aktif selama ceramah. Indonesia
bisa menggunakan teknik seperti bertanya langsung kepada peserta
didik, meminta mereka berdiskusi dalam kelompok kecil, atau
meminta tanggapan tertulis melalui aplikasi kuis online.
2) Kaitkan dengan Pengalaman Pribadi: Cobalah untuk mengaitkan
materi dengan pengalaman pribadi atau situasi sehari-hari peserta
didik. Ini membantu mereka lebih mudah memahami dan
menginternalisasi konsep-konsep yang diajarkan.
3) Gunakan Perbandingan dan Analogi: Seringkali, menggunakan
perbandingan atau analogi dapat membantu menjelaskan konsep
yang sulit. Misalnya, Indonesia dapat mengatakan, “Ini mirip
dengan...” untuk membuat konsep lebih mudah dipahami.
4) Gunakan Cerita dan Contoh: Ceritakan cerita atau berikan contoh
konkret yang relevan dengan topik yang dibahas. Manusia
cenderung lebih mudah mengingat informasi yang disampaikan
melalui narasi daripada data mentah.
5) Pendekatan Multisensori: Gunakan pendekatan multisensori
dengan memanfaatkan audio, visual, dan bahkan elemen kinestetik
jika memungkinkan. Ini akan memberikan variasi dalam
penyampaian informasi.
6) Berikan Waktu untuk Refleksi: Setelah menyampaikan informasi,
berikan waktu bagi peserta didik untuk merenungkan atau mencerna
materi. Ini dapat dilakukan dengan memberikan waktu singkat untuk
refleksi pribadi atau meminta peserta didik untuk berdiskusi dengan
teman sebaya.
7) Evaluasi Formatif: Selama ceramah, lakukan evaluasi formatif
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan singkat atau kuis untuk
memeriksa pemahaman peserta didik. Ini membantu Indonesia
menilai sejauh mana materi telah dipahami.
8) Sesuaikan dengan Tingkat Pemahaman: Pastikan Indonesia
fleksibel dan dapat menyesuaikan kecepatan dan kompleksitas
materi dengan tingkat pemahaman peserta didik. Jangan ragu untuk
menjelaskan kembali atau memberikan contoh tambahan jika
diperlukan.

b. Metode Tanya Jawab


Dalam kajian Nur Ahyat (2017) menjelaskan bahwa, metode
tanya jawab adalah suatu teknik mengelola pembelajaran dengan
menghasilkan pertanyaan-pertanyaan yang membimbing siswa dalam
memahami materi tersebut. Efektivitas metode tanya jawab tergantung
pada daya tarik, tingkat kesulitan, dan relevansi materi yang sedang
dibahas. Variasi pertanyaan juga penting, termasuk pertanyaan yang
memiliki jawaban tunggal (pertanyaan tertutup) dan pertanyaan yang
memungkinkan berbagai jawaban (pertanyaan terbuka).
Menurut Halimah dalam Wahyudin Nur Nasution (2017)
menjelaskan bahwa terdapat beberapa alasan atau tujuan yang
mendorong pendidik untuk mengembangkan metode tanya jawab dalam
proses pembelajaran:
1) Untuk mengukur sejauh mana pemahaman peserta didik terhadap
materi pelajaran yang telah disampaikan. Dengan mengajukan
pertanyaan, pendidik dapat menilai pemahaman siswa terhadap
materi tersebut.
2) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
mengembangkan kemampuan bertanya mengenai masalah yang
mungkin belum mereka pahami dengan baik. Ini mendorong siswa
untuk aktif mencari pemahaman.
3) Memotivasi peserta didik dan memicu kompetensi belajar di antara
mereka. Bagi siswa yang aktif dan mampu menjawab pertanyaan
dengan benar, hal ini dapat meningkatkan kepercayaan diri mereka
dan mendorong mereka untuk terus berusaha. Sementara bagi
siswa yang belum dapat menjawab, ini menjadi kesempatan untuk
mempersiapkan diri dan belajar lebih lanjut.
4) Melatih peserta didik untuk berpikir dan berbicara secara sistematis
dan terstruktur. Dengan menjawab pertanyaan, siswa diajak untuk
merumuskan pemikiran mereka dengan jelas dan logis.
5) Membantu pendidik dalam upaya membuat peserta didik mengerti,
memahami, dan aktif berpartisipasi dalam proses pembelajaran.
Tujuan ini bisa dicapai secara optimal melalui penggunaan metode
tanya jawab dalam mengajar.
Halimah juga menjelaskan bahwa ada beberapa alasan
digunakannya metode tanya jawab dalam proses pembelajaran, antara
lain untuk:
1) Menimbulkan rasa ingin tahu peserta didik terhadap permasalahan
yang sedang dibicarakan sehingga menimbulkan partisipasi mereka
dalam kegiatan pembelajaran;
2) Menimbulkan proses berpikir reflektif, kreatif, dan kritis peserta didik;
3) Mewujudkan cara belajar aktif peserta didik;
4) Melatih dan mendorong peserta didik untuk belajar
mengekspresikan kemampuan lisannya;
5) Memberikan kesempatan kepada peserta didik menggunakan
kemampuan sebelumnya
Menurut Juliangkary & Pujilestari (2022), metode tanya jawab
memiliki kelebihan dan kekurangan diantaranya :
Kelebihan Metode Tanya Jawab:
1) Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian siswa,
bahkan dalam situasi yang kurang kondusif seperti saat siswa
sedang ribut atau mengantuk.
2) Metode ini merangsang siswa untuk melatih dan mengembangkan
kemampuan berpikir mereka, membantu meningkatkan daya pikir
siswa.
3) Mengembangkan keberanian siswa dalam berbicara, menjawab
pertanyaan, dan mengemukakan pendapat mereka, membantu
meningkatkan keterampilan komunikasi.
Kekurangan Metode Tanya Jawab:
1) Siswa mungkin merasa takut atau cemas jika guru tidak mampu
menciptakan lingkungan yang mendukung, akrab, dan tidak tegang.
2) Tidak selalu mudah untuk menciptakan pertanyaan yang sesuai
dengan tingkat pemahaman siswa dan mudah dipahami oleh
mereka, sehingga memerlukan keahlian dalam merancang
pertanyaan.
3) Waktu seringkali terbuang jika siswa kesulitan dalam menjawab
pertanyaan, terutama jika beberapa siswa tidak dapat menjawab
pertanyaan tersebut.
Beberapa teknik yang dapat dilakukan agar metode tanya jawab
dapat berjalan dengan baik dan lancara diantaranya:
1) Persiapan Materi yang Teliti: Pastikan materi yang akan diajarkan
telah disiapkan dengan baik. Ini mencakup pemahaman yang
mendalam tentang topik, penentuan pertanyaan yang tepat, dan
penyusunan urutan pertanyaan yang logis.
2) Jadwal yang Terencana: Atur jadwal pembelajaran dengan baik,
termasuk waktu yang cukup untuk sesi tanya jawab. Hindari terburu-
buru sehingga siswa memiliki waktu yang cukup untuk merespons
pertanyaan.
3) Pertanyaan Terstruktur: Gunakan pertanyaan yang terstruktur
dengan baik. Mulailah dengan pertanyaan yang lebih mudah dan
bertahap menuju pertanyaan yang lebih kompleks. Ini membantu
membangun pemahaman siswa secara bertahap.
4) Aturan Diskusi: Tetapkan aturan untuk diskusi tanya jawab, seperti
memberi giliran kepada siswa untuk berbicara, mendengarkan
dengan cermat, dan tidak menginterupsi saat orang lain berbicara.
5) Buat Suasana Aman: Pastikan siswa merasa aman untuk menjawab
pertanyaan tanpa takut dievaluasi atau diejek. Ciptakan lingkungan
yang mendukung, akrab, dan tidak tekanan.
6) Variasi Peran: Berikan semua siswa kesempatan untuk bertanya
dan menjawab pertanyaan. Indonesia juga bisa memilih siswa
secara acak untuk menjawab pertanyaan agar tidak hanya siswa
yang selalu aktif yang berpartisipasi.
7) Berikan Umpan Balik Konstruktif: Setelah siswa menjawab
pertanyaan, berikan umpan balik yang konstruktif. Ini bisa berupa
pujian atas jawaban yang tepat atau arahan jika perlu koreksi.

c. Metode Disukusi
Menurut Winataputra dalam Wahyudin Nur Nasution (2017),
metode diskusi adalah teknik pengajaran yang memberikan kesempatan
kepada peserta didik untuk menghimpun pendapat, menarik
kesimpulan, atau merumuskan berbagai solusi alternatif dalam
pemecahan masalah tertentu. Dalam metode diskusi, pembelajaran
dilakukan dengan cara mempresentasikan materi melalui masalah atau
pertanyaan yang harus diselesaikan secara kolaboratif berdasarkan
beragam pendapat atau keputusan bersama.
Dalam Wahyudin Nur Nasution (2017), Budiardjo menjelaskan
bahwa dalam melaksanakan metode diskusi ini, terdapat beberapa hal
yang perlu diperhatikan diantaranya :
1) Peserta didik sudah memiliki pemahaman dasar terhadap konsep-
konsep yang relevan.
2) Isu-isu atau kasus-kasus inti yang akan dibahas harus didefinisikan
dengan jelas.
3) Peran pendidik adalah untuk mengarahkan dan memandu diskusi,
bukan memberikan ceramah.
Menurut Halimah dalam Wahyudin Nur Nasution (2017), alasan
digunakannya metode diskusi dalam kegiatan pembelajran adalah :
1) Materi yang menjadi topik diskusi memiliki sifat yang memunculkan
masalah atau tantangan.
2) Diskusi dirancang untuk merangsang peserta didik agar mereka aktif
terlibat dalam perdebatan ilmiah.
3) Tujuan dari diskusi adalah untuk melatih peserta didik agar memiliki
kemampuan berpikir kritis dan terbuka terhadap berbagai sudut
pandang.
4) Dalam diskusi, pendidik bertujuan untuk menciptakan suasana yang
demokratis dan membantu peserta didik mengembangkan sikap
berjiwa besar.
5) Peserta didik memiliki beragam pandangan mengenai masalah yang
menjadi topik diskusi.
6) Peserta didik memiliki pengetahuan dan pendapat yang beragam
tentang masalah yang akan didiskusikan.
7) Masalah yang dibahas dalam diskusi seringkali memiliki keterkaitan
dengan masalah lain yang relevan.

Menurut Halimah dalam Wahyudin Nur Nasution (2017), terdapat


kelebihan dan keterbatasan yakni:

Kelebihan metode diskusi,


1) Memungkinkan peserta didik untuk merasakan permasalahan
secara mendalam.
2) Memupuk rasa tanggung jawab.
3) Membantu dalam pengembangan keterampilan berbicara.
4) Mendorong partisipasi aktif peserta didik dalam berbagai peran
seperti peserta, penanya, penyanggah, atau moderator.
5) Menginspirasi kreativitas dalam menciptakan ide, gagasan,
prakarsa, dan solusi yang inovatif untuk masalah.
6) Memperkuat kemampuan berpikir kritis dan mendorong partisipasi
yang demokratis.
7) Melatih kemampuan mengelola emosi dengan menghargai dan
menerima pendapat orang lain serta menghindari penekanan
pendapat pribadi, menciptakan atmosfer belajar yang saling
memberi dan menerima.
8) Merangsang peserta didik untuk mengungkapkan pendapat mereka.
9) Mendukung perkembangan rasa tanggung jawab dan solidaritas.
10) Memperbaiki kemampuan berbicara.

Keterbatasan metode diskusi,


1) Relatif memerlukan waktu yang banyak;
2) Sulit menentukan masalah yang sesuai dengan tingkat berpikir
peserta didik dan memiliki kerelevansian dengan lingkungan;
3) Memerlukan waktu yang luas;
4) Pembicaraan atau permasalahan sering meluas dan mengembang;
5) Didominasi oleh orang-orang tertentu yang biasanya aktif.
6) Memerlukan alat yang fleksibel untuk membentuk tempat yang
sesuai;
7) Terkadang tidak membuat penyelesaian yang tuntas walaupun
8) kesimpulan telah disepakati namun untuk melaksanakannya
sangatsulit dilaksanakan;
9) Perbedaan pendapat dapat mengundang reaksi diluar kelas
bahkandapat menimbulkan bentrokan fisik
Beberapa teknik yang dapat dilakukan oleh seorang pendidik agar
metode disuksi dapat berjalan dengan baik dan lancar diantaranya :
1) Aturan Diskusi: Tetapkan aturan dasar untuk diskusi, seperti
memberi giliran kepada peserta didik untuk berbicara,
mendengarkan dengan cermat, dan menghormati pendapat orang
lain. Aturan ini membantu menciptakan lingkungan yang tertib dan
menghormati.
2) Tentukan Tujuan Diskusi: Jelaskan dengan jelas tujuan diskusi
kepada peserta didik. Apakah tujuannya untuk menghasilkan solusi
konkret, merangsang pemikiran kritis, atau mendiskusikan berbagai
sudut pandang? Peserta didik perlu tahu apa yang diharapkan dari
mereka.
3) Moderasi Yang Efektif: Pendidik harus memainkan peran sebagai
moderator diskusi. Ini mencakup memandu alur diskusi,
memberikan umpan balik, dan memastikan agar semua peserta
didik memiliki kesempatan untuk berbicara.
4) Stimulasi Pertanyaan: Ajak peserta didik untuk mengajukan
pertanyaan dan merangsang diskusi dengan pertanyaan terbuka.
Pertanyaan yang baik dapat merangsang pemikiran dan
memperdalam diskusi.
5) Mengelola Waktu: Tetapkan batasan waktu untuk setiap bagian
diskusi. Ini membantu memastikan bahwa diskusi berjalan sesuai
rencana dan tidak berlarut-larut.
6) Variasi dalam Penggunaan Alat Bantu: Gunakan alat bantu seperti
papan tulis, presentasi slide, atau teknologi digital untuk mendukung
diskusi. Ini membantu dalam visualisasi dan pemahaman yang lebih
baik.
7) Pendukung Pemikiran Kritis: Ajarkan peserta didik untuk berpikir
kritis dengan mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran
mendalam, meminta penjelasan lebih lanjut, dan menggali lebih
dalam berbagai sudut pandang.
8) Evaluasi Formatif: Selama diskusi, lakukan evaluasi formatif dengan
pertanyaan singkat atau jajak pendapat untuk mengukur
pemahaman peserta didik dan menyesuaikan arah diskusi jika
diperlukan.
9) Refleksi: Setelah diskusi selesai, luangkan waktu untuk
merenungkan bersama tentang apa yang telah dibahas dan apa
yang telah dipelajari. Ini membantu merumuskan pemahaman yang
lebih baik.
10) Umpan Balik Konstruktif: Berikan umpan balik yang konstruktif
kepada peserta didik tentang partisipasi mereka dalam diskusi.
Pujian atas kontribusi yang baik dan arahan jika diperlukan.

B. Pembelajaran Sains
1. Hakekat Pembelajaran Sains
Menurut Ibrahim, dkk (2018) sains itu merupakan aktivitas manusia yang
dicirikan oleh adanya proses berpikir yang terjadi di dalam pikiran siapapun
yang terlibat di dalamnya. Pekerjaan para ilmuwan yang berkaitan dengan
akal, menggambarkan keingintahuan manusia dan keinginan mereka untuk
memahami gejala alam. Masing-masing ilmuwan memiliki sikap, keyakinan,
dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk memecahkan persoalan-
persoalan yang mereka temui di alam. Ilmuwan digerakkan oleh rasa
keingintahuan yang sangat besar, imajinasi, dan pemikiran dalam
penyelidikan mereka untuk memahami dan menjelaskan fenomena-
fenomena alam.
Bagi orang awam akan memandang sains sebagai susunan informasi-
informasi ilmiah atau sainstis. Para ilmuwan akan memandang atau
mendefinisikan sains sebagai metode yang menguji hipotesa atas sebuah
kajian atau penelitian. Filsuf akan memandang sains sebagai cara yang
berisi tanya-jawab, rangkaian tanya-jawab akan kebenaran dari apa yang
telah diketahui manusia. Namun ada pandangan yang memberikan hasil
interpretasi yang yang berbeda terhadap objek yang biasa lihat sekitar
mereka. Pada umumnya masyarakat kita memandang sains sebagai
susunan informasi-informasi ilmiah sedangkan para ilmuwan akan
memandang atau mendefinisikan sains sebagai metode yang dengannya
hipotesis yang perlu dikaji. Ada perbedaan dengan pandangan filsuf akan
memandang sains sebagai cara kerja yang berisi tanya-jawab, rangkaian
akan kebenaran dari apa yang telah diketahui manusia dari masa ke masa.
Dalam pendapat Bijker dan Latour, dalam Ibrahim, dkk (2018) bahwa
hakikat sains sebagai rangkaian konsep dan pola kerja yang saling
berkaitan yang dihasilkan dari eksperimen dan observasi atas data yang
tampak. Berdasarkan dari hasil-hasil uji coba dan observasi yang diperoleh
sebelumnya menjadi bekal bagi eksperimen dan observasi selanjutnya,
sehingga memungkinkan ilmu pengetahuan tersebut untuk terus
berkembang dengan rancangan yang berbeda. Sedangkan menurut
Misbah, M., Wati, M., Rif’at, M. F., & Prastika dalam Ibrahim, dkk (2018)
mengatakan suatu sistem untuk memahami alam semesta melalui
observasi dan ujicoba yang berkelanjutan continyue. Menurut pakar
“Teaching Children Conseps Abruscato Ibrahim, dkk (2018) mendefinisikan
makna tentang sains sebagai pengetahuan yang diperoleh lewat berbagai
proses yang teratur untuk mengungkap segala sesuatu yang berkaitan
dengan alam semesta dan pengaruh terhadap kehidupan.
The Society of Science mengartikan sains sebagai suatu pengetahuan
yang tersusun dan didukung secara sistematis oleh bukti-bukti yang otentik
serta mungkin untuk diamati secara detiel. Namun dari pandangang yang
lebih luas lagi dan menyeluruh, sains seharusnya dipandang sebagai cara
berpikir (positif thinking) untuk memeroleh pemahaman tentang alam dan
sifat-sifatnya, cara untuk menyelidiki bagaimana fenomena-fenomena alam
dapat dijelaskan, sebagai konsep dasar dari keingintahuan rasa penasaran
(inquiry) peserta didik. Menggunakan sudut pandang yang lebih
menyeluruh, sains seharusnya dipandang sebagai cara berpikir (a way of
thinking) untuk memeroleh pemahaman tentang alam dan sifat- sifatnya,
cara untuk menyelidiki (a way of investigating) bagaimana fenomena-
fenomena alam dapat dijelaskan, sebagai batang tubuh pengetahuan (a
body of knowledge) yang dihasilkan dari keingintahuan (inquiry) orang.
Menggunakan pemahaman akan aspek-aspek yang fundamental ini,
seorang guru sains (IPA) dapat terbantu ketika mereka menyampaikan
pada para siswa gambaran yang lebih lengkap dan menyeluruh tentang
semesta sains. Dalam menggunakan pemahaman akan aspek-aspek yang
fundamental ini, seorang guru sains dapat terbantu ketika mereka
menyampaikan pada para siswa gambaran yang lebih lengkap dan
menyeluruh tentang semesta alam dan pengaruh lingkungan sekitar
mereka (Ibrahim, dkk, 2018).
Zakwandi dalam Ibrahim, dkk (2018) menjelaskan bahwa posisi sains
merupakan aktivitas manusia yang dicirikan oleh adanya proses berpikir
terstruktur yang terjadi di dalam pikiran siapapun yang terlibat di dalamnya.
Dalam aktivitas para ilmuwan yang berkaitan dengan rasional/akal,
menggambarkan keingintahuan manusia/hasrat dan keinginan mereka
untuk memahami teori, tanda-tanda yang mudah dilihat. Para ilmuan
memiliki sikap, keyakinan, dan nilai-nilai yang memotivasi mereka untuk
memecahkan persoalan-persoalan yang mereka temui di alam. Ilmuwan
digerakkan oleh rasa keingintahuan yang sangat besar, imajinasi, dan
pemikiran dalam penyelidikan mereka untuk memahami dan menjelaskan
fenomena-fenomena alam. Pekerjaan mereka termanifestasi dalam
aktivitas kreatif dimana gagasan- gagasan dan penjelasan-penjelasan
tentang dikonstruksi di dalam pikiran.
2. Nilai – Nilai Dalam Pembelajaran Sains
a. Moral dan karakter yang menjadi indentitas ummat Islam dalam aktivitas
sehari-hari menjadi sikap yang selalu berpegang teguh pada ajaran
agama sehingga mampu untuk menghindari sifat buruk dengan menjaga
tingkah laku, perasaan dan perbuatan untuk selalu berkata dengan
benar dan dapat dipercaya atas segala amanah. Budaya: Nilai-nilai
budaya menjadi pendasaran dalam memaknai suatu peristiwa,
fenomena, dan kejadian yang berlangsung dalam setiap interaksi antar
anggota masyarakat. Budaya ini terwujud dari perilaku yang
berlangsung terus-menerus hingga membentuk kebiasaan dalam
masyarakat. Kebiasaan yang dinilai bagus inilah yang nantinya menjadi
sumber karakter yang harus dipertahankan dalam pendidikan karakter
bangsa Indonesia. Budaya juga menjadi suatu proses pembentukan
karakter sejak berada di dalam kandungan hingga Kita dewasa. Budaya
yang bersifat hukum yang tertulis maupun hukum yang tidak tertulis ini
juga menjadi cikal bakal bagi berbagai tindakan yang diambil dalam
peran lembaga sosial di masyarakat serta budaya kita.
b. Ketaqwaan/taat yang menjadi modal mutlak harus ada pada setiap
siswa karena memegang teguh perintah agamanya dan menjauhi
larangan agamanya. Dalam setiap ajaran agama seraya saling menjaga
kerukunan dan kesatuan antar berbeda pemeluk agama dan keyakinan
yang saling hormat antar ummat beragama. Nilai pendidikan warga
negara Indonesia berdasarkan norma ketuhanan yang maha esa
sehingga untuk menjaga tatanan masyarakat yang madani dan
rahmatan dalam bermasyarakat selalu berdasarkan pada ajaran agama
dan kepercayaan yang diyakini oleh setiap pemeluknya. Penerapan
pendidikan beragama ini diawali dalam rumah tangga yaitu peran
keluarga dalam pembentukan kepribadian di rumah, hingga pembekalan
pentingnya peran akhlak dalam pembentukan karakter peserta didik.
c. Kedisiplin dan toleransi demi keberhasilan ada pada tindakan nyata
yaitu disiplin menjaga dan mematuhi anjuran/hukum, baik dengancara
menghindari dan menjauhi segala larangan yang tertera dalam anjuran
agama. Tindakan toleren atas segala komitmen yang berlaku dengan
cara menghargai berbagai perbedaan yang ada pada individu atau
kelompok masyarakat dengan cara memperkecil ruang perselisihan
secara bermusyawarah dalam lingkungan masing-masing (Ibrahim, dkk,
2018).
d. Memilki unsur kreativitas merupakan atas rasa penasaran yang luar
biasa (rasa ingin tahu) merupakan sikap dan tindakan yang selalu
berupaya untuk mengetahui apa yang dipelajarinya secara lebih
mendalam (inquary) atas bahagian sains, secara sistematis dan
berjenjang. Kreativitas dapat juga dilihat sebagai wujud atas sikap dan
perilaku yang akan mempertahankan indentitas masyarakat kita dalam
interaksi sosial dalam kehidupan bermasyarakat. Hal ini mampu
mencurahkan segala kemampuan dan kemauan untuk menyelesaikan
suatu masalah yang sesuai hasil yang diharapkan dengan tepat waktu
dan berorientasi lebih pada proses dan perkembangan daripada
berorientasi pada hasil yang dicapai. Bernilai atas demokratis dan
mandiri sikap ini merupaka tindakan nyata atas hak dan kewajiban
pribadi sebagai warga masyarakat atau sekolah berdasarkan
kedudukan yang sama atau sederajat.
3. Penerapan Jenis – Jenis Metode Dalam Pembelajaran Sains
Dalam sebuah pembelajaran atau pengajaran secara umum, dibutuhkan
metode pembelajaran untuk menunjang proses pembelajaran di dalam
kelas. Begitu juga halnya pada pembelajaran sains, diperlukan metode –
metode pembelajaran yang tentunya tidak lepas dari nilai – nilai
pembelajaran sains itu sendiri. Dalam memilih metode pembelajaran yang
cocok terdapat beberapa faktor yang perlu diperhatikan seperti tujuan
pembelajaran, karaterisitik siswa, kondisi kelas, dan lain – lain.
a. Metode Ceramah
Metode ceramah efektif ketika kita sebagai pendidik perlu memberikan
pemahaman dasar atau penjelasan tentang konsep-konsep sains yang
kompleks. Ini cocok untuk mengenalkan konsep-konsep baru kepada
siswa atau menyampaikan informasi yang sangat teknis. Namun,
penting untuk menghindari ceramah yang monoton dan pasif. Gunakan
multimedia, demonstrasi, atau ilustrasi visual untuk memperkaya
pengalaman siswa.
b. Metode Tanya Jawab
Metode tanya jawab memungkinkan interaksi antara guru dan siswa,
serta antara sesama siswa. Ini dapat sangat efektif dalam membangun
pemahaman yang mendalam tentang topik sains. Guru dapat
mengajukan pertanyaan yang merangsang pemikiran kritis, menggali
pemahaman siswa, dan memotivasi mereka untuk berpartisipasi aktif
dalam proses pembelajaran. Ini juga dapat digunakan untuk
memecahkan masalah dan mempromosikan pemecahan masalah.
c. Metode Diskusi
Metode diskusi sangat cocok untuk memperdalam pemahaman siswa,
merangsang pemikiran kritis, dan mengembangkan kemampuan
berkomunikasi. Diskusi memungkinkan siswa untuk berbagi pandangan,
berdebat tentang ide, dan menggali berbagai sudut pandang. Ini juga
mempromosikan kolaborasi antara siswa. Namun, diskusi yang efektif
memerlukan manajemen waktu dan fasilitasi yang baik agar tidak
menjadi tidak terarah.
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Metode adalah suatu cara yang digunakan untuk mencapai suatu
tujuan, dan dalam konteks pendidikan, metode ini mengacu pada
pendekatan atau teknik yang diterapkan oleh pengajar atau instruktur
dalam proses pengajaran atau penyampaian materi kepada siswa atau
peserta didik. Lebih lanjut, teknik pada hakekatnya merupakan
penjabaran dari sebuah metode yang digunakan, untuk menunjang
kelancaran metode tersebut dalam pembelajaran yang akan dilakukan.
2. Pembelajaran sains adalah suatu proses pendidikan di mana individu
memperoleh pemahaman, pengetahuan, keterampilan, dan konsep-
konsep ilmiah yang terkait dengan ilmu pengetahuan alam. Hakekat
dari pembelajaran sains melibatkan eksplorasi, penyelidikan,
observasi, serta eksperimen untuk memahami prinsip-prinsip ilmiah
dan fenomena alam di sekitar kita. Tujuan utama adalah untuk
membantu individu memahami cara kerja alam, mengembangkan
keterampilan berpikir kritis, menggalakkan metode ilmiah, dan
menghargai etika dalam penelitian ilmiah. Selain itu, pembelajaran
sains juga mengupayakan pengembangan keterampilan komunikasi
ilmiah serta menggali minat dan rasa ingin tahu terhadap dunia alam.
3. Tidak ada metode pembelajaran yang secara mutlak memiliki nilai
efektivitas dan kecocokan unutk diterapkan dalam pembelajaran sains
dari pada yang lain, karena setiap metode pembelajaran memiliki
kelebihan dan kekurangan masing-masing. Namun, dalam
menentukan metode apa yang baik untuk diterapkan dalam
pembelajaran sains, hendaklah memperhatikan faktor – faktor seperti,
tujuan pembelajaran, situasi kelas, karakteristik siswa, dan lain – lain.

B. Saran
Perlu diperhatikan pentingnya pelatihan guru dalam mengadopsi
metode-metode pembelajaran sains yang baru. Guru harus memiliki
pemahaman yang kuat tentang metode-metode tersebut dan bagaimana
mengintegrasikannya ke dalam kurikulum mereka. Oleh karena itu,
program pelatihan yang efektif dan berkelanjutan perlu diberikan kepada
guru-guru.
DAFTAR PUSTAKA

Ahyat, N. (2017). METODE PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA ISLAM.


EDUSIANA: Jurnal Manajemen dan Pendidikan Islam, 4, 24-31.
Djalal, F. (2017). Optimalisasi Pembelajaran Melalui Pendekatan, Strategi, dan
Model Pembelajaran. Sabilarrasyad, 2.
Dr. Ibrahim, M., Dr. Gunawan, M., Dr. Marwan, M., & Jalaluddin, M. (2018). HAKIKAT
PEMBELAJARAN SAINS DALAM INOVASI KURIKULUM KARAKTER. SEFA
BUMI PERSADA.
Dr. Wahyudin Nur Nasution, M. (2017). STRATEGI PEMBELAJARAN. Medan:
PERDANA PUBLISHING.
Erman, H. (2007). Hakikat Pembelajaran. Educare, 4, 5.
Juliangkary, E., & Pujilestari. (2022). Kajian Literatur Metode Tanya Jawab Pada
Pembelajaran Matematika. Jurnal Ilmiah Mandala Education (JIME), 8, 2571-
2575.

Anda mungkin juga menyukai