Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH PENDEKATAN SAINTIFIK DAN TAKSONOMI

Disusun Oleh :

ALIA RIZKY (16033085)

Dosen :

Drs. GUSNEDI, M.Si

PROGAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA

JURUSAN FISIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS NEGERI PADANG

2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan kasih-
Nya lah Saya dapat menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul
“Pendekatan Saintifik”. Didalam makalah ini menjelaskan tentang Pendekatan Saintifik

Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu teman-teman
dalam memahami mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dan dapat menambah wawasan serta
bermanfaat pada saat melakukan praktikum dan didalam kehidupan sehari-hari.

Akhir kata, kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapkan demi kemajuan
dan kesempurnaan makalah ini.

Padang, 9 september 2019

Penulis

2
Daftar Isi

KATA PENGANTAR.............................................................................. 2

DAFTAR ISI............................................................................................ 3

BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4

a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan

BAB II PENDEKATAN SAINTIFIK DAN TAKSONOMI............. 6

a. Pengertian Pendekatan Saintifik


b. Fungsi dan Peranan Kurikulum
c. Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik
d. Fungsi dan Peranan Kurikulum 2013
e. Peran Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan

BAB III PENUTUP............................................................................. 12

a. Kesimpulan
b. Saran

DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan.
Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari Kurikulum
sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah
menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan pada sekolah/madrasah.
Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen
yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah
pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan
pendekatan dan strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada
perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi
pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
Berikut ini akan dipaparkan langkah pembelajaran pada scientific approach
menggamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keteramplilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas
“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, manyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajarn berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inguiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning). Secara umum, pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum
sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penerapan teori
taksonomi dalam tujuan pendidikan diberbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai

4
dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003tentang
Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.1
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh
melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.

B. Rumusan Masalah

1. Apa definisi pendekatan saintifik?


2. Bagaimana proses pembalajaran?
3. Apa saja fungsi Kurikulum 2013?
4. Bagaimana menerapkan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran?

C. Tujuan

1. Mengetahui definisi pendekatan saintifik.


2. Mengetahui proses pembelajaran.
3. Mengetahiu fungsi Kurikulum 2013.
4. Mengetahui penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran.

1
Dr. M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2014) hh 31-34

5
BAB II

Pendekatan Saintifik

A. Pengertian Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data
dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam
mengenal, memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak bergantung pada informasi
searah dari guru. Oleh karena itu, kondisi pembelajaran yang diharapkan tercipta
diarahkan untuk mendorong peserta didik dalam mencari tahu dari berbagai sumber
melalui observasi, dan bukan hanya diberi tahu.
Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran maelibatkan keterampilan
proses, seperti mengamati, mengklasifikasi, mengukur, meramalkan, menjelaskan,
dan menyimpulkan. Dalam melaksanakan proses-proses tersebut, bantuan guru
diperlukan. Akan tetapi, bantuan guru tersebut harus semakin berkurang dengan
semakin tingginya kelas siswa.
Metode saintifik sangat relevan dengan tiga teori belajar, yaitu teori Bruner, teori
Piaget, dan teori Vygotsky. Teori belajar Bruner disebut juga teori belajar penemuan.
Ada empat hal poko berkaitan dengan teori belajar Bruner (dalam Carin & Sund,
1975). Pertama, individu hanya belajar dan mengembangkan pikirannya apabila ia
menggunakan pikirannya. Kedua, dengan melakukan proses-proses kognitif dalam
proses penemuan, siswa akan memperoleh sensasi dan kepuasan intelektual yang
merupakan suatu penghargaan intrinsik. Ketiga, satu-satunya cara agar seseorang
dapat mempelajari teknik-teknik dalam melakukan penemuan adalah ia memilik
kesempatan untuk melakukan penemuan. Keempat, dengan melakukan penemuan
maka akan memperkuat retensi ingatan. Empat hal diatas adalah bersesuaian dengan
proses kognitif yang diperluksn dalam pembelajaran menggunakan metode saintifik.
Teori Piaget, menyatakan bahwa belajar berkaitan dengan pembentukan dan
perkembangan skema (jamak skemata). Skema adalah suatu struktur mental atau
struktur kognitif yang dengannya seseorang secara intelektual beradaptasi dan
mengkoordinasi lingkungan sekitarnya (Baldwin, 1967). Skema tidak pernah berhenti
berubah, skemata seorang anak akan berkembang menjadi skemata orang dewasa.
Proses yang menyebabkan terjadinya perubahan skemata disebut dengan adaptasi.
Proses terbentuknya adaptasi ini dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu asimilasi dan
akomodasi. Asimilasi merupakan proses kognitif yang dengannya seseorang

6
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip
ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan
ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan
atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun
tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada
dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat perkembangan anak
saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari,
2000: 4).

B. Karakteristik Pembelajaran dengan Metode Saintifik

Pembelajaran dengan metode saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut.

1. Berpusat pada siswa.


2. Melibatkan keterampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep, hukum atau
prinsip.
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang
perkembangan intelek, khususnya keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa.
4. Dapat mengembangkan karakter siswa.

a. Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik


Tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik didasarkan pada keunggulan
pendekatan tersebut. Beberapa tujuan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
adalah sebagai berikut.
1. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan berpikir tingkat
tinggi siswa.
2. Untuk membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan suatu masalah secara
sistematik.
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar itu
merupakan suatu kebutuhan.
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.
5. Untuk melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide, khususnya dalam menulis
artikel ilmiah.
6. Untuk mengembangkan karakter siswa.

b. Prinsip-prinsip pembelajaran dengan pendekatan saintifik


Beberapa prinsip pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran adalah
sebagai berikut.
1. Pembelajaran berpusat pada siswa

7
2. Pembelajaran membentuk student self concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivaasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi
siswa dalam struktur kognitifnya.

C. Langkah-Langkah Umum Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik

Langkah-langkah pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam proses


pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk semua jenjang dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan ilmiah (saintifik). Meliputi : menggali informasi melalui
observimg/pengamatan, questioning/bertanya, experimenting/percobaan, kemudian
mengolah data atau informasi, dilanjutkan dengan menganalisis, associating/menalar,
kemudian menyimpulkan, dan menciptakan serta membentuk jaringan/networking.
Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah
ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi, seperti ini, tentu
saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan
menghindari nilai-nilai atau sifat-sfat non-ilmiah.

Pada setiap aplikasi kurikulum mempunyai aplikasi pendekatan pembelajaran


berbeda-beda, demikian pada kurikulum sekarang ini. Scientific approach
(pendekatan ilmiah)adalah pendekatan pembelajaran yang diterapkan pada aplikasi
pembelajaran Kurikulum 2013. Pendekatan ini berbeda dari pendekatan pembelajaran
kurikulum sebelumnya. Pada setiap langkah inti proses pembelajaran, guru akan
melakukan langkah-langkah pembelajaran sesuai dengan pendekatan ilmiah.

Pendekatan ilmiah/scientific approach mempunyai kriteria proses pembelajaran


sebagai berikut.

a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas hanya kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-mert, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.

8
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi
pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.

Sedangkan proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu attitude/sikap,


knowledge/pengetahuan, dan skill/keterampilan (disingkat KSA = knowledge, skill,
dan attitude).

a. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu mengapa”.
b. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”.
c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa”.
d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan anatar kemampuan untuk
menjadi manusia yang lebih baik (soft skill) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
2

2
Dr. M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2014) hh 34-39

9
D. Fungsi dan Peranan Kurikulum 2013

Menurut Subandijah (1993: 2) kurikulum adalah aktivitas dan kegiatan belajar


yang direncanakan, diprogramkan bagi peserta didik dibawah bimbingan sekolah,
baik dalam maupun diluar sekolah.
Menurut Posner (1992) dalam Muhammad Nuh (2013: 32) kurikulum adalah
seluruh pengalaman yang direncanakan yang akan dialami oleh siswa dalam seluruh
proses pendidikan disekolah; sehingga tujuan pendidikan tercapai. Pengalaman itu
mengandung beberapa hal antara lain:
1. Pengalaman itu menyangkut pengalaman kurikuler dikelas, dan pengalaman
kokurikuler, dan pengalaman luar sekolah (ekstrakulikuler).
2. Pengalaman itu berkaitan dengan konteks, filsafat, isi, pengaturan isi, metode, dan
evaluasi.
3. Pengalaman itu hanya akan jalan bila beberapa hal berikut disertakan/dilibatkan:
* Guru
* Fasilitas
* Infrastruktur
* Buku
* Situasi dan suasana sekolah

Menurut Mida Latifatul M (2013: 15) pengertiuan kurikulum seperti yang


dijabarkan diatas dianggap terlalu sederhana, karena pada dasarnya istilah kurikulum
tidak hanya terbatas pada sejumlah mata pelajaran saja, tetapi mencakupsemua
pengalaman belajar (learning experiences) yang dialami secara langsung oleh siswa
dan mempengaruhi perkembangan pribadinya.

Pendekatan saintifik dalam pembelajaran disajikan sebagai berikut:

a. Mengamati (observasi)
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
c. Mengumpulkan Informasi
Tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
d. Menalar
Memproses informasi yang sudah dikimpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dari kegiatan
mengumpulkan.
3

E. Peran Taksonomi Bloom Dalam Pendidikan


3
Menurut para ahli kurikulum, (Jakarta, 2014) hh 6-7

10
Apa itu taksonomi? Taksonomi adalah klasifikasi atas dasar hierarki.
Pengelompokannya dapat dilakukan menurut tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan
yang mudah sampai ke tingkatan yang rumit, dan dari tingkatan yang sempit menuju
ke tingkatan yang luas, atau sebaliknya. (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,
2007, hlm. 13)
Dalam pendidikan, taksonomi yang terkenal adalah Taksonomi Bloom yang
dibuat oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956 yang digunakan untuk membuat
tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan, yaitu Knowledge
(pengetahuan), Comprehension (pemahaman), Application (penerapan), Analysis
(penguraian), Synthesis (memadukan), dan Evaluation (penilaian).
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. Pembagian
dari domain ini diantaranya yaitu Receiving (penerimaan), Responding (sambutan),
Valuing (penghargaan), Organization (pengorganisasian), dan Characterization by
Value or Value Complex (karakterisasi, internalisasi, penjelmaan).
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi
oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. Tingkatannya terdiri dari:
Perception (persepsi), Set (kesiapan), Guided Response (respon terpimpin),
Mechanism (mekanisme), Complex Overt Response (respon tampak yang kompleks),
Adaptation (penyesuaian), dan Origanation (penciptaan).
Lalu mengapa taksonomi ini dibuat? Hal ini dimaksudkan untuk
mengambangkan tujuan-tujuan pendidikan yang berorientasi pada perilaku
(behavioral objectives) yang dapat diamati (observable), dan dapat diukur
(measurable) secara ilmiah (scientific) mengenai ketiga domain yang tadi telah
disebutkan (Makmun, 2012, hlm. 26). Sehingga dalam penyusunan tujuan pendidikan
khususnya tujuan pembelajaran dalam silabus-RPP, guru dapat menggunakan kata
kerja operasional yang didasarkan pada taksonomi Bloom yang dapat memudahkan
guru untuk mengukur perkembangan peserta didiknya sebagai bahan evaluasi diakhir
pembelajaran.

BAB III

11
PENUTUP

A. Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya.
Bertujuan dalam rangka menerapkan pendidikan yang bernutu untuk diterapkan pada
sekolah/ madrasah. Agar mencetak peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Taksonom dibuat dimaksudkan untuk mengambangkan tujuan-tujuan pendidikan
yang berorientasi pada perilaku (behavioral objectives) yang dapat diamati
(observable), dan dapat diukur (measurable) secara ilmiah (scientific) mengenai
ketiga domain yang tadi telah disebutkan (Makmun, 2012, hlm. 26). Sehingga dalam
penyusunan tujuan pendidikan khususnya tujuan pembelajaran dalam silabus-RPP,
guru dapat menggunakan kata kerja operasional yang didasarkan pada taksonomi
Bloom yang dapat memudahkan guru untuk mengukur perkembangan peserta
didiknya sebagai bahan evaluasi diakhir pembelajaran.

B. Saran

Bagi pengajar yang terpenting adalah mengubah mindset dan memahami serta
mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterpkan pada
Kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang telah
dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.

DAFTAR PUSTAKA

12
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Ghalia Indonesia : Jakarta

Makmun, Abin Syamsuddin. (2012). Psikologi Pendidikan. Bandung: PT Remaja


Rosdakarya.

Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:
PT Imperial Bhakti Utama.

13

Anda mungkin juga menyukai