Disusun Oleh :
Dosen :
JURUSAN FISIKA
2019
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT. Karena berkat rahmat dan kasih-
Nya lah Saya dapat menyelesaikan makalah Belajar dan Pembelajaran yang berjudul
“Pendekatan Saintifik”. Didalam makalah ini menjelaskan tentang Pendekatan Saintifik
Saya berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat dan membantu teman-teman
dalam memahami mata kuliah Belajar dan Pembelajaran dan dapat menambah wawasan serta
bermanfaat pada saat melakukan praktikum dan didalam kehidupan sehari-hari.
Akhir kata, kritik dan saran dari teman-teman sangat kami harapkan demi kemajuan
dan kesempurnaan makalah ini.
Penulis
2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR.............................................................................. 2
DAFTAR ISI............................................................................................ 3
BAB I PENDAHULUAN................................................................ 4
a. Latar Belakang
b. Rumusan Masalah
c. Tujuan
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................. 13
3
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Perubahan merupakan sesuatu yang harus terjadi pada bidang pendidikan.
Perubahan yang terjadi adalah pergantian Kurikulum 2013 dari Kurikulum
sebelumnya. Dalam rangka menerapkan pendidikan yang bermutu, pemerintah telah
menetapkan Kurikulum Tahun 2013 untuk diterapkan pada sekolah/madrasah.
Penerapan kurikulum ini tentu dilakukan secara bertahap. Ada banyak komponen
yang melekat pada Kurikulum Tahun 2013 ini. Hal yang paling menonjol adalah
pendekatan dan strategi pembelajarannya. Guru masih memahami dan menerapkan
pendekatan dan strategi pembelajaran Kurikulum sebelumnya. Hal ini perlu ada
perubahan mindset dari metodologi pembelajaran pola lama menuju pada metodologi
pembelajaran pola baru sesuai dengan yang diterapkan pada Kurikulum Tahun 2013.
Berikut ini akan dipaparkan langkah pembelajaran pada scientific approach
menggamit beberapa ranah pencapaian hasil belajar yang tertuang pada kegiatan
pembelajaran. Proses pembelajaran menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan,
dan keteramplilan. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif,
inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang
terintegrasi.
Sesuai dengan Standar Kompetensi Lulusan, sasaran pembelajaran mencakup
pengembangan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dielaborasi untuk
setiap satuan pendidikan. Ketiga ranah kompetensi tersebut memiliki lintasan
perolehan (proses psikologi) yang berbeda. Sikap diperoleh melalui aktivitas
“menerima, menjalankan, menghargai, menghayati, dan mengamalkan”. Pengetahuan
diperoleh melalui aktivitas “mengingat, memahami, menerapkan, menganalisis,
mengevaluasi, dan mencipta”. Keterampilan diperoleh melalui aktivitas “mengamati,
menanya, mencoba, menalar, manyaji, dan mencipta”. Karakteristik kompetensi
beserta perbedaan lintasan perolehan turut serta mempengaruhi karakteristik standar
proses. Untuk memperkuat pendekatan ilmiah (scientific), tematik terpadu (tematik
antar mata pelajaran), dan tematik (dalam suatu mata pelajaran) perlu diterapkan
pembelajarn berbasis penyingkapan/penelitian (discovery/inguiry learning). Untuk
mendorong kemampuan peserta didik untuk menghasilkan karya kontekstual, baik
individual maupun kelompok, maka sangat disarankan menggunakan pendekatan
pembelajaran yang menghasilkan karya berbasis pemecahan masalah (project based
learning). Secara umum, pendekatan belajar yang dipilih berbasis pada teori tentang
taksonomi tujuan pendidikan yang dalam lima dasawarsa terakhir yang secara umum
sudah dikenal luas. Berdasarkan teori taksonomi tersebut, capaian pembelajaran dapat
dikelompokkan dalam tiga ranah kognitif, afektif, dan psikomotor. Penerapan teori
taksonomi dalam tujuan pendidikan diberbagai negara dilakukan secara adaptif sesuai
4
dengan kebutuhannya masing-masing. Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003tentang
Sistem Pendidikan Nasional telah mengadopsi taksonomi dalam bentuk rumusan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan.1
Proses pembelajaran sepenuhnya diarahkan pada pengembangan ketiga ranah
tersebut secara utuh/holistik, artinya pengembangan ranah yang satu tidak bisa
dipisahkan dengan ranah lainnya. Dengan demikian, proses pembelajaran secara utuh
melahirkan kualitas pribadi yang mencerminkan keutuhan penguasaan sikap,
pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
1
Dr. M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2014) hh 31-34
5
BAB II
Pendekatan Saintifik
6
mengintegrasikan stimulus yang dapat berupa persepsi, konsep, hukum, prinsip
ataupun pengalaman baru kedalam skema yang sudah ada didalam pikirannya.
Akomodasi dapat berupa pembentukan skema baru yang dapat cocok dengan ciri-ciri
rangsangan yang ada atau memodifikasi skema yang telah ada sehingga cocok dengan
ciri-ciri stimulus yang ada. Dalam pembelajaran diperlukan adanya penyeimbangan
atau ekuilibrasi atara asimilsi dan akomodasi.
Vygotsky, dalam teorinya menyatakan bahwa pembelajaran terjadi apabila
peserta didik bekerja atau belajar menangani tugas-tugas yang belum dipelajari namun
tugas-tugas itu masih berada dalam jangkauan kemampuan atau tugas itu berada
dalam zone of proximal develoment daerah terletak antara tingkat perkembangan anak
saat ini yang didefinisikan sebagai kemampuan pemecahan masalah dibawah
bimbingan orang dewasa atau teman sebaya yang lebih mampu (Nur dan Wikandari,
2000: 4).
7
2. Pembelajaran membentuk student self concept.
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk mengasimilasi dan
mengakomodasi konsep, hukum, dan prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan berpikir siswa.
6. Pembelajaran meningkatkan motivaasi belajar siswa dan motivasi mengajar guru.
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih kemampuan dalam
komunikasi.
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum, dan prinsip yang dikonstruksi
siswa dalam struktur kognitifnya.
a. Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas hanya kira-kira, khayalan,
legenda, atau dongeng semata.
b. Penjelasan guru, respon siswa, dan interaksi edukatif guru-siswa terbebas dari
prasangka yang serta-mert, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang
dari alur berpikir logis.
c. Mendorong dan menginspirasi siswa berpikir secara kritis, analistis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
materi pembelajaran.
d. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu berpikir hipotetik dalam melihat
perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi pembelajaran.
8
e. Mendorong dan menginspirasi siswa mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespons materi
pembelajaran.
f. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung
jawabkan.
g. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik
sistem penyajiannya.
a. Ranah sikap menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu mengapa”.
b. Ranah keterampilan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu bagaimana”.
c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa”.
d. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan anatar kemampuan untuk
menjadi manusia yang lebih baik (soft skill) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skill) dari peserta
didik yang meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
e. Hasil belajar melahirkan peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif
melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
2
2
Dr. M. Hosnan, Pendekatan Saintifik dan Kontekstual, (Jakarta : Ghalia Indonesia, 2014) hh 34-39
9
D. Fungsi dan Peranan Kurikulum 2013
a. Mengamati (observasi)
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
b. Menanya
Dalam kegiatan mengamati, guru membuka kesempatan secara luas kepada peserta
didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
c. Mengumpulkan Informasi
Tindak lanjut dari bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan
mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara.
d. Menalar
Memproses informasi yang sudah dikimpulkan baik terbatas dari hasil kegiatan
mengumpulkan/eksperimen maupun hasil dari kegiatan mengamati dari kegiatan
mengumpulkan.
3
10
Apa itu taksonomi? Taksonomi adalah klasifikasi atas dasar hierarki.
Pengelompokannya dapat dilakukan menurut tingkatan, yaitu dimulai dari tingkatan
yang mudah sampai ke tingkatan yang rumit, dan dari tingkatan yang sempit menuju
ke tingkatan yang luas, atau sebaliknya. (Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI,
2007, hlm. 13)
Dalam pendidikan, taksonomi yang terkenal adalah Taksonomi Bloom yang
dibuat oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956 yang digunakan untuk membuat
tujuan pendidikan. Dalam hal ini, tujuan pendidikan dibagi menjadi tiga domain yaitu
ranah kognitif, afektif, dan psikomotor.
Cognitive Domain (Ranah Kognitif), yang berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan, pengertian, dan keterampilan
berpikir. Bloom membagi domain kognisi ke dalam 6 tingkatan, yaitu Knowledge
(pengetahuan), Comprehension (pemahaman), Application (penerapan), Analysis
(penguraian), Synthesis (memadukan), dan Evaluation (penilaian).
Affective Domain (Ranah Afektif) berisi perilaku-perilaku yang menekankan
aspek perasaan dan emosi, seperti minat, sikap, apresiasi, dan cara penyesuaian diri.
Pembagian domain ini disusun Bloom bersama dengan David Krathwol. Pembagian
dari domain ini diantaranya yaitu Receiving (penerimaan), Responding (sambutan),
Valuing (penghargaan), Organization (pengorganisasian), dan Characterization by
Value or Value Complex (karakterisasi, internalisasi, penjelmaan).
Psychomotor Domain (Ranah Psikomotor) berisi perilaku-perilaku yang
menekankan aspek keterampilan motorik seperti tulisan tangan, mengetik, berenang,
dan mengoperasikan mesin. Rincian dalam domain ini tidak dibuat oleh Bloom, tapi
oleh ahli lain berdasarkan domain yang dibuat Bloom. Tingkatannya terdiri dari:
Perception (persepsi), Set (kesiapan), Guided Response (respon terpimpin),
Mechanism (mekanisme), Complex Overt Response (respon tampak yang kompleks),
Adaptation (penyesuaian), dan Origanation (penciptaan).
Lalu mengapa taksonomi ini dibuat? Hal ini dimaksudkan untuk
mengambangkan tujuan-tujuan pendidikan yang berorientasi pada perilaku
(behavioral objectives) yang dapat diamati (observable), dan dapat diukur
(measurable) secara ilmiah (scientific) mengenai ketiga domain yang tadi telah
disebutkan (Makmun, 2012, hlm. 26). Sehingga dalam penyusunan tujuan pendidikan
khususnya tujuan pembelajaran dalam silabus-RPP, guru dapat menggunakan kata
kerja operasional yang didasarkan pada taksonomi Bloom yang dapat memudahkan
guru untuk mengukur perkembangan peserta didiknya sebagai bahan evaluasi diakhir
pembelajaran.
BAB III
11
PENUTUP
A. Kesimpulan
Perubahan yang terjadi pada Kurikulum 2013 dari kurikulum sebelumnya.
Bertujuan dalam rangka menerapkan pendidikan yang bernutu untuk diterapkan pada
sekolah/ madrasah. Agar mencetak peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan
afektif melalui penguatan sikap, keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi.
Taksonom dibuat dimaksudkan untuk mengambangkan tujuan-tujuan pendidikan
yang berorientasi pada perilaku (behavioral objectives) yang dapat diamati
(observable), dan dapat diukur (measurable) secara ilmiah (scientific) mengenai
ketiga domain yang tadi telah disebutkan (Makmun, 2012, hlm. 26). Sehingga dalam
penyusunan tujuan pendidikan khususnya tujuan pembelajaran dalam silabus-RPP,
guru dapat menggunakan kata kerja operasional yang didasarkan pada taksonomi
Bloom yang dapat memudahkan guru untuk mengukur perkembangan peserta
didiknya sebagai bahan evaluasi diakhir pembelajaran.
B. Saran
Bagi pengajar yang terpenting adalah mengubah mindset dan memahami serta
mampu menerapkan pendekatan dan model pembelajaran yang diterpkan pada
Kurikulum 2013 ini dengan baik, sesuai dengan standar proses yang telah
dipersyaratkan sesuai dengan peraturan yang diberlakukan oleh Kementerian
Pendidikan dan Kebudayaan.
DAFTAR PUSTAKA
12
Hosnan, M. 2014. Pendekatan Saintifik dan Kontekstual. Ghalia Indonesia : Jakarta
Tim Pengembang Ilmu Pendidikan FIP UPI. (2007). Ilmu dan Aplikasi Pendidikan. Bandung:
PT Imperial Bhakti Utama.
13