Anda di halaman 1dari 23

Tugas Terstruktur Dosen Pengampu

Pengembangan Kurikulum PAI Dr. H. Hamdan, M. Pd

PENDEKATAN SAINTIFIK PADA KURIKULUM PAI DAN


KENDALA IMPELENTASI

Disusun Oleh:
Kelompok V
Abdurrahman Azkiya (190101010058)
Ahmad Noval Najib (190101010135)
Lailatil Izzati (190101010095)
Rismayandi Ansari (190101010025)

UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ANTASARI


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
BANJARMASIN
2020
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam dan
seisinya, tidak lupa pula sholawat serta salam kami curahkan kejunjungan Nabi Besar
Baginda Muhammad SAW. Karena berkat Allah dan Rasulullah lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini tidak
lepas dari bantuan dan jasa berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum, Bapak Dr. H. Hamdan, M. Pd, yang telah
membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini. Kami
harap makalah bermanfaat bagi masyarakat, terlebih bagi pembacanya dan bagi kami
sebagai penulis.

Banjarmasin, Desember 2020

Tim penyusun

III
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................IV
A. Latar Belakang................................................................................................................IV
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................IV
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................V
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................1
A. Pengertian Pendekatan Saintifik....................................................................................1
B. Pengertian Pendekatan Saintifik pada Kurikulum PAI..................................................2
C. Tujuan Pendekatan Saintifik..........................................................................................3
D. Konsep Pendekatan Saintifik.........................................................................................4
E. Langkah dalam Pendekatan Saintifik.............................................................................5
F. Kendala Implementasi pada kurikulum PAI..................................................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17

IV
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
. Pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang
awalnya ditujukan pada bidang eksakta seperti fisika, kimia, biologi, dan bidang
pelajaran eksakta yang lain. Berawal dan muncul di Barat yang kemudian diadopsi di
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia yaitu melalui kurikulum 2013. Penerapan
pendekatan saintifik ini termasuknya juga digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI). Kurikulum 2013 menjadi model baru dalam pembelajaran
agama Islam, dimana dalam kurikulum ini pada pembelajarannya menekankan pada
dimensi pedagogik modern. Selain itu, pendekatan ilmiah yang digunakan dalam
kurikulum ini memunculkan rasa optimis akan dunia pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik. Dari pendekatan ilmiah ini, siswa mendapatkan stimulus untuk
selalu aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karenanya, penting kiranya
untuk melakukan pengembangan dan inovasi metode pembelajaran PAI dengan
pendekatan ilmiah ini. Pengembangan metode ini bisa dilakukan dengan eksplorasi
mengenai berbagai metode pembelajaran PAI yang merupakan bagian dari
pendekatan ilmiah.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan saintifik
2. Apa pengertian pendekatan saintifik pada kurikulum PAI
3. Apa tujuan pendekatan saintifik
4. Apa konsep pendekatan saintifik
5. Apa saja langkah dalam pendekatan saintifik.
6. Apa saja kendala dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pendekatan saintifik.

V
2. Mengetahui pengertian pendekatan saintifik pada kurikulum PAI.
3. Mengetahui tujuan pendekatan saintifik
4. Mengetahui konsep pendekatan saintifik
5. Mengetahui langkah dalam pendekatan saintifik.
6. Mengetahui kendala dalam pendekatan saintifik

VI
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Saintifik

Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang


sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prisip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau
menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan
hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagi teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsehp, hukum atau prinsip
yang “ditemukan”. Menurut Fadlillah, Pendekatan Saintifik adalah pendekatan
pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan
mengkomunikasikan (communication).1 Pendekatan saintifik dimaksudkan
untuk memberikan pemahaman kepada peserta didik dalam mengenal,
memahami berbagai materi menggunakan pendekatan ilmiah, bahwa
informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja, tidak tergantung pada
informasi searah dari guru. Mengacu pula kepada Permendikbud nomor 81A
tahun 2013 tentang Implementasi Kurikulum 2013 dijelaskan bahwa
pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran sebagaimana
dimaksud meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan,
menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran.2 Pendekatan
saintifik diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan peserta didik. Kurikulum 2013 menggunakan

1
M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/ MTS,& SMA/MA, hal
176.

2
Ahmad Azhar Basyir, Skripsi: “Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018), Hal. 3

1
pendekatan saintifik karena pendekatan ini dinilai sesuai untuk
mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.3

B. Pengertian Pendekatan Saintifik pada kurikulum PAI

Pendekatan saintifik pada kurikulum PAI yaitu pelaksanaan Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam dengan mengimplikasikan langkah-langkah ilmiah
sesuai dengan teknis pelaksanaan pendekatan saintifik pada kegiatan belajar di
kelas. Bagaimana guru memulai kegiatan belajar dengan membuka salam,
memberikan pemantik dan motivasi belajar kepada peserta didik hingga
mengaplikasikan kegiatan-kegiatan pembelajaran yang berbasis ilmiah seperti
memahami, mengkritisi, mengeksplorasi, mengasosiasi dan
mengkomunikasikan. Pendidikan Agama Islam sendiri adalah ilmu yang
membicarakan bagaimana menyajikan bahan pelajaran agama kepada peserta
didik tertentu. Pembelajaran Pendidikan Agama Islam ini penting sekali
karena ia merupakan suatu teori yang dipersiapkan lebih dahulu untuk
menghadapi tugas-tugas dalam melaksanakan pendidikan agama. Selain itu
pembelajaran pendidikan agama islam merupakan sarana yang dapat

3
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Gava Media,
2014), hal 51.

2
memimpin dan menunjukkan arah hingga tercapainya tujuan pembelajaran
pendidikan agama islam.4

C. Tujuan Pendekatan Saintifik

Mengutip dari Kuhlthau, Sulastri menuturkan bahwa model


pembelajaran saintifik ini merupakan model pembelajaran yang menuntut
peserta didik beraktivitas sebagaimana layaknya seorang ahli sains. Dalam
praktiknya, peserta didik harus melakukan langkah-langkah penerapan
metode ilmiah, yaitu merumuskan masalah, mengajukan hipotesis,
mengumpulkan data, mengolah dan menganalisis data, serta membuat
kesimpulan.5

Oleh karenanya, tujuan diterapkannya pendekatan saintifik dalam proses


dan pembelajaran ini adalah:

a. Menstimulus peserta didik menjadi aktif dalam mengikuti proses


pembelajaran, tidak hanya terpaku pada buku dan penjelasan guru.

b. Untuk menumbuhkan rasa ingin tahu yang tinggi dan memiliki


keinginan untuk menggali lebih dalam terkait pembahasan dalam
pelajaran.6

c. Untuk meningkatkan kemampuan intelek, khususnya kemampuan


berpikir tingkat tinggi peserta didik.

d. Untuk membentuk kemampuan peserta didik dalam menyelesaikan


suatu masalah secara sistematik.

4
Ibid,. Hal. 7
5
Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI ......, hal 70-71.
6
Ibid, hal 71.

3
e. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.

f. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi.

g. Untuk melatih peserta didik dalam mengomunikasikan ide-ide,


khususnya dalam menulis artikel ilmiah.

h. Untuk mengembangkan karakter peserta didik.

D. Konsep Pendekatan Saintifik

Kriteria:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi eduktif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berfikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berfikir secara kritis, analisis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berfikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.

4
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik system penyajiannya.7

Pelaksanaan penerapan model pembelajaran saintifik proses dalam


pembelajaran membutuhkan waktu antara 70-140 menit, yang berlangsung
dalam 1-2 kali pertemuan. Untuk efektivitas pelaksanaannya, jadwal
pembelajaran dilaksanakan 2 kali seminggu. Dalam implementasinya guru dan
peserta didik harus memiliki kemampuan kreatif yang tinggi, terbuka menerima
pendapat orang lain, dan memiliki semangat bekerja baik secara individu
maupun secara kooperatif. Selama penerapan model, guru harus mencatat
berbagai aktivitas dan hasil kerja peserta didik untuk mengatur dan mengikat
pola berpikir dan pola kebiasaan belajar serta mencoba memengaruhi peserta
didik secara psikologis agar mereka terbiasa beraktivitas dengan baik. Sebagai
tambahan, guru juga harus memberikan dorongan kepada peserta didik yang
kurang bersemangat beraktivitas sehingga peserta didik mampu membangun
perspektif yang segar pada masalah yang dibahasnya.8

E. Langkah dalam Pendekatan Saintifik


a) Mengamati

Kegiatan mengamati sangat bagus untuk menuntun peserta didik


membangun pengetahuannya sendiri, menemukan sesuatu sampai dengan
memahami nilai dari pengetahuan, sikap, dan keterampilan. Dengan mengamati,
maka akan terjalin sinergi proses belajar yang komunikatif dan aplikatif dengan
cara memberikan pancingan-pancingan pada peserta didik untuk
mengembangkan cara berpikir ilmiah tingkat tinggi, aktif, dan kreatif.
Pembelajaran dengan mengamati ini menjadi dasar dalam proses pembelajaran

7
Prof. Dr. H. Syarifuddin Nurdin, M. Pd. & Adrianto, M. Pd. Kurikulum dan Pembelajran. (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2016), Hal. 305-306.
8
Ibid, hal 306.

5
bermakna (meaningfull learning).9Kegiatan mengamati lebih mengutamakan
makna dari proses pembelajaran yang dilakukan. Ia bisa didesain dan memiliki
makna yang besar apabila dipandu dan dilaksanakan dengan pendidik yang dapat
menyediakan obyek atau media secara nyata, sehingga bisa membuat peserta
didik menjadi senang, nyaman dan tertantang pada proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Tetapi pada sisi lain kegiatan mengamati dalam proses
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan pada gilirannya jika tidak terkendali justru
akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Mengamati dapat dilakukan
melalui berbagai media yang dapat diamati oleh peserta didik tergantung dari
materi yang akan dipelajari dan kompetensi yang diharapkan, misalnya video,
gambar, grafik, bagan, ayat Al-Qur’an dan hadits.10

Lebih lanjut, Akhmadi menjelaskan tentang langkah-langkah dalam proses


mengamati ini, yaitu: 1) menentukan obyek yang akan diamati; 2) membuat
pedoman pengamatan sesuai dengan lingkungan obyek yang akan diamati; 3)
menentukan dengan jelas data-data apa saja yang perlu diamati, baik primer
ataupun sekunder; 4) menentukan dimana tempat obyek yang akan diamati;
menentukan secara jelas bagaimana pengamatan akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar; 5) menentukan secara jelas
bagaimana pengamatan akan dilakukan untuk me ngumpulkan data agar berjalan
mudah dan lancar; 6) menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil
pengamatan, seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya.11 Ada 3 bentuk keterlibatan peserta didik
dalam proses mengamati ini yang harus diperhatikan oleh guru. Pertama,
mengamati biasa (commond observation), yaitu peserta didik sebagai subyek
yang sepenuhnya melakukan observasi (complete observer), peserta didik sama
9
Sabiq, Ahmad Fikri, Hal. 14
10
Ibid.
11
Ibid.

6
sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, obyek, atau situasi yang diamati.
Kedua, mengamati terkendali (controlled observation), yaitu peserta didik tidak
melibatkan diri dengan pelaku, obyek dan situasi yang diamati. Namun pada
mengamati terkendali ini, pelaku atau obyek yang diamati ditempatkan pada
ruang atau situasi yang dikhususkan, sehingga mengamati terkendali termuat
nilai-nilai percobaan atau eksperimen. Ketiga, mengamati partisipatif (patisipant
observation), yaitu peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku
atau obyek yang diamati. Peserta didik melibatkan diri dengan pelaku,
komunitas, atau obyek yang diamati. Contohnya adalah peserta didi hadir
langsung di tempat suatu komunitas misalnya pesantren untuk mempelajari
secara langsung terkait dengan kehidupan keseharian di pesantren, kegiatan
pembelajaran yang ada di pesantren, dan melibatkan diri langsung di dalamnya. 12
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengamati ini
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu: 1) cermat, obyektif, dan jujur serta fokus
pada obyek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran; 2) banyak–sedikit
serta homogenitas-hiterogenitas obyek atau situasi yang diamati; 3) guru dan
peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan seenisnya,
serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.13

b) Menanya

Aktivitas menanya lebih diarahkan kepada kegiatan yang dilakukan oleh


peserta didik setelah ia melakukan pengamatan atau mengamati obyek tertentu
yang disediakan oleh pendidik. Pendidik lebih berperan sebagai fasilitator untuk
menciptakan suasana pembelajaran yang memberikan kesempatan kepada peserta
didik untuk menanyakan sesuatu atas obyek yang diamati sebelumnya. Pendidik
professional dituntut agar mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan

12
Ibid, Hal 15.
13
Ibid, Hal 16.

7
pengetahuannya. Saat pendidik bertanya kepada peserta didiknya, pada saat itu
pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika pendidik menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Pada kontek bertanya ini, maka pendidik harus memberikan kesempatan dan
membimbing peserta didiknya agar bisa memberikan pertanyaan yang baik
sesuai dengan tema atau materi yang diamati sebelumnya. Mengutip dari yang
disampaikan Kemendikbud, Akhmadi menyebutkan bahwa kegiatan bertanya ini
memiliki beberapa fungsi, yaitu:

1) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran;

2) mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta


mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri;

3) mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus menyampaikan


ancangan untuk mencari solusinya;

4) menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada peserta


didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan pemahaman atas
substansi pembelajaran yang diberikan;

5) membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan


pertanyaan, dan memberikan jawaban secara logis, sistematis, dan
menggunakan bahasa yang baik dan benar;

6) mendorong partisipasi peserta didik dalam diskusi, berargumen,


mengembangkan kemampuan berpikir, dan menarik simpulan;

7) membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima


pendapat atau gagasan, memperkaya kosa kata, serta mengembangkan
toleransi sosial dalam hidup berkelompok;

8
8) membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul;

9) melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan kemampuan


berempati satu sama lain.14

Dalam aktivitas bertanya, ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, yaitu
sebagai berikut:

1) Singkat dan jelas, misalnya: “faktor-faktor apa saja yang menyebabkan


generasi muda terjerat kasus narkoba dan obatobatan terlarang?”
2) Menginspirasi jawaban, misalnya: “membangun semangat kerukunan umat
beragam menjadi hal sangat penting. Jika suatu bangsa gagal membangun
semangat kerukunan beragama, maka akan muncul masalah-masalah sosial.
Coba jelaskan dampak sosial apa saja yang akan muncul jika suatu bangsa
gagal membangun kerukunan umat beragama!”
3) Memiliki fokus, misalnya: “faktor apa saja yang menyebabkan terjadinya
kemiskinan?”
4) Bersifat probbing atau divergen, misalnya: “mengapa peserta didik yang
sangat malas cenderung menjadi putus sekolah?” pertanyaan ini menuntut
jawaban yang bervariasi urutan jawaban dan penjelasannya, yang
kemungkinan memiliki bobot kebenaran yang sama.
5) Bersifat validatif atau penguatan, misalnya: Guru : “mengapa kemasalan
menjadi penyebab kemiskinan?” peserta didik 1 : “karena ........” Guru :
“siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?” peserta didik 2 :
“karena ........” Guru : “siapa yang dapat melengkapi jawaban tersebut?”
peserta didik 3 : “karena ........” Dan seterusnya.
6) Memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk berpikir ulang,
misalnya: 1. “Apa faktor pemicu utama Belanda menjajah Indonesia?” 2.
“apa motif utama Belanda menjajah Indonesia?”
14
Ibid, Hal 17.

9
Jika dari pertanyaan pertama guru belum mendapatkan jawaban yang tepat, maka
guru bisa mengulang dan mengubah seperti pada pertanyaan kedua.

7) Merangsang peningkatan tuntutan kemampuan kognitif dengan


menggunakan kalimat mengapa, bagaimana, kenapa, dll.

8) Merangsang proses interaksi dan suasana menyenangkan di dalam kelas.15

c) Mencoba

Mencoba merupakan proses kegiatan memperkuat pemahaman faktual,


konseptual, dan prosedural melalui kegiatan langsung mengumpulkan data.
Kegiatan mencoba dapat dilakukan dalam dua jenis, yaitu mencoba
prinsip/prosedur seperti yang diperoleh melalui diskusi, dan mencoba
mengaplikasikan prinsip/prosedur pada situasi baru. Kegiatan mencoba dapat
dilakukan dalam bentuk ekperimen, tugas projek, atau tugas produk. Aktivitas
mencoba lebih dimaknai dengan mengumpulkan data untuk bisa didiskusikan
dengan peserta didik lain atau kelompok lain dalam proses pembelajaran yang
berlangsung. Pada aktivitas tahap ini, seorang pendidik harus memberikan
banyak kesempatan kepada peserta didik untuk mengumpulkan data dari apa
yang telah diamati dan coba di tanyakan kepadanya dari peserta didiknya. 16 Agar
pelaksanaan percobaan atau eksperimen ini dapat berjalan dengan lancar, guru
hendaknya melakukan beberapa hal, yaitu:

1. Merumuskan tujuan eksperimen yang akan dilaksanakan peserta didik.


2. Bersama peserta didik mempersiapkan perlengkapan yang
dipergunakan.
3. Perlu memperhitungkan tempat dan waktu.
4. Menyediakan kertas kerja untuk mengarahkan kegiatan peserta didik.
5. Membicarakan masalah yang akan dijadikan eksperimen.
15
Ibid, Hal 18.
16
Ibid, Hal 19

10
6. Membagi kertas kerja kepada peserta didik.
7. peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
8. Mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.17

d) Menalar

Menalar secara umum adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Istilah menalar atau asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia.18 Menalar pada kontek pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
lebih untuk menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Inti dari titik tekannya bahwa peserta didik diharapkan lebih aktif
dari pada pendidik pada berbagai kegiatan pemebalajaran. Penalaran adalah
proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar atau
mengasosiasi adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi terhadap data yang didapat
melalui kegiatan mencoba. Termasuk dalam kategori mengasosiasi adalah
menyajikan data secara sistematis, memilah, mengelompokkan, menghubungkan,
merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan. Kegiatan mengasosiasi dapat
dirancang dan didesain dengan menggunakan lembar kerja ekperimen sehingga
lebih terbimbing dan terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran.
Pada kegiatan tugas proyek dan tugas produk umumnya tidak memerlukan

17
Ibid, Hal 20.
18
Ibid, Hal 20.

11
lembar kerja karena peserta didik lebih bebas dalam berkreasi dan berinovasi. 19
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya
menalar peserta didik dapat dilakukan dengna cara sebagai berikut:

1) Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap


sesuai dengan tuntuan kurikulum.
2) Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
Tugas utama guru adalah member instruksi singkat tapi jelas dengan
disertai contoh-contoh baik dilakukan sendiri maupun dengan simulasi.
3) Bahan pembelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai
dari yang sederhana sampai pada yang kompleks.
4) Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasi yang dapat diukur dan
diamati.
5) Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.
6) Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang diinginkan
dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
7) Evaluasi atau penialain didasari atas perilaku yang nyata atau otentik.
8) Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan.20

e) Mengkomunikasikan atau Membuat Jejaring

Langkah terakhir dalam pendekatan saintifik adalah mengkomunikasikan


dari apa yang telah dinalar dan diasosiasikan kepada peserta didik lain. Akhmadi
menyebutkan bahwa kegiatan pembelajaran dengan mengomunikasikan adalah
menyampaikan hasil pengamatan atau kesimpulan berdasarkan hasil analisis,
baik secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Kegiatan menyimpulkan
merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah, yang dapat dilakukan bersama-

19
Ibid, Hal 21.
20
Ibid, Hal 22.

12
sama dalam satu satuan kelompok, atau bias juga dengan dikerjakan sendiri
setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Peserta didik atas
bimbingan pendidik didorong agar mampu mengkomunikasikan hasil penalaran
serta asosiasi yang telah dilakukan secara pribadia atau kelompok kepada peserta
didik lain. Peserta didik dengan bimbingan pendidik harus dapat diarahkan untuk
dapat mempresentasikan, mendialogkan dan menyimpulkan terhadap materi yang
telah dipelajarinya dari mengamati hingga langkah terakhir ini yaitu
mengkomunikasikan. Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan
pembelajaran dimana peserta didik mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan,
dan keterampilannya dalam bentuk lisan, tulisan, atau karya yang relevan.
Kegiatan ini menjadi sarana agar peserta didik terbiasa berbicara, menulis, atau
membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman, dan
kesan dan lain sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya.
Inti dari pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengkontruk pengetahuannya
melalui langkah-langkah sistematis sebagaimana yang dilakukan oleh seorang
scientist. Pada gilirannya langkah ini akanmeningkatkan motivasi belajar,
menguatnya pemahaman, semakin mendalamnya pengertian terhadap ilmu
pengetahuan yang dipelajarinya dan semakin positif sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran yang diajarkan.21

F. Kendala Implementasi Pada Kurikulum PAI


Dalam implementasi pendekatan saintifik ini, guru PAI sering mengalami
kendala dan kesulitan yang merupakan kekurangan dari pendekatan saintifik ini.
Beberapa kelemahan dalam pendekatan saintifik ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Kendala untuk membuat peserta didik aktif

21
Ibid, Hal 23

13
Salah satu tujuan dari pembelajaran saintifik adalah membuat peserta didik
aktif. Salah satu kendala ketika dituntut untuk melakukan proses pembelajaran
aktif adalah ketika peserta didik tidak aktif atau sulit untuk diajak aktif.
2) Proses penilaian dan evaluasi yang sulit
Proses penilaian dalam pendekatan saintifik ini adalah menggunakan
penilaian autentik, dimana guru dituntuk untuk membuat penilaian pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keterbatasan guru dalam berinteraksi
dengan peserta didik membuat penilaian autentik ini menjadi tidak bisa
menyeluruh, terutama pada aspek afektif dan psikomotorik.22
3) peserta didik mengantuk dalam pembelajaran,
4) peserta didik lelah dalam pembelajaran diakibatkan karena banyaknya tugas-
tugas pelajaran yang lain dalam setiap hari sehingga peserta didik merasa
kurang dalam istirahatnya
5) Waktu yang terlalu singkat, dalam implementasi pendekatan saintifik
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menerapkan tahapan-tahapan
tersebut.
6) peserta didik merasa malu,
7) Persiapan yang kurang.23
Implementasi pendekatan saintifik dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
bertujuan untuk membuat peserta didik memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi dan membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran.

22
Sabiq, Ahmad Fikri, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Salatiga:
Linsser Media, 2018), Hal. 43
23
Muhammad Fadhli, Skripsi: “Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X di SMA YP Unila Bandar Lampung” (Lampung: IAIN Raden Intan
Lampung, 2017), Hal. 65

14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prisip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagi teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsehp, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik pada kurikulum PAI yaitu pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan mengimplikasikan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan teknis
pelaksanaan pendekatan saintifik pada kegiatan belajar di kelas. Bagaimana guru
memulai kegiatan belajar dengan membuka salam, memberikan pemantik dan
motivasi belajar kepada peserta didik hingga mengaplikasikan kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang berbasis ilmiah seperti memahami, mengkritisi,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Dalam implementasi pendekatan saintifik ini, guru PAI sering mengalami
kendala dan kesulitan yang merupakan kekurangan dari pendekatan saintifik ini.
Beberapa kelemahan dalam pendekatan saintifik ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Kendala untuk membuat peserta didik aktif
2) Proses penilaian dan evaluasi yang sulit
3) Peserta didik mengantuk dalam pembelajaran,
4) Peserta didik lelah dalam pembelajaran diakibatkan karena banyaknya
tugas-tugas sehingga dapat mengambil waktu istirahatnya
5) Waktu yang terlalu singkat
6) Peserta didik merasa malu
7) Persiapan yang kurang

15
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah mengenai pendekatan saintifik kurikulum
ini dapat membantu memahami para mahasiswa dalam mengimplementasikannya
kedalam suatu kurikulum pembelajaran. Penulis memberikan kelapangan kepada
semua pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi kedepannya.

16
DAFTAR PUSTAKA

Basyir, Ahmad A. 2018. Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam. Skripsi. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim.
Daryanto. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava
Media.
Fadhli, Muhammad. 2017. Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X di SMA YP Unila Bandar
Lampung. Skripsi. Lampung: IAIN Raden Intan Lampung.
Fadlillah, Muhammad. "Implementasi kurikulum 2013 dalam pembelajaran sd/mi,
smp/mts, & sma/ma." Yogyakarta: Ar-Ruzz Media 144 (2014): 15
Nurdin,Syarifuddin. Dkk. 2016. “Kurikulum dan Pembelajran” Jakarta: PT.
RajaGrafindo.
Sabiq, Ahmad Fikri. 2018. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan
Agama Islam. Salatiga: Linsser Media.
Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI di SMP
Negeri 2 dan SMP Negeri 5 Kota Bandung Tahun 2015”, Tarbawy, Volume 2,
Number 1 (2015): 60-74.

17

Anda mungkin juga menyukai