Disusun Oleh:
Kelompok V
Abdurrahman Azkiya (190101010058)
Ahmad Noval Najib (190101010135)
Lailatil Izzati (190101010095)
Rismayandi Ansari (190101010025)
Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang, puji
dan syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah menciptakan alam dan
seisinya, tidak lupa pula sholawat serta salam kami curahkan kejunjungan Nabi Besar
Baginda Muhammad SAW. Karena berkat Allah dan Rasulullah lah kami dapat
menyelesaikan makalah ini.
Kami sebagai penulis menyadari bahwa dalam menyusun makalah ini tidak
lepas dari bantuan dan jasa berbagai pihak, sehingga dapat memperlancar dalam
penyusunannya. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih kepada Dosen Pengampu
Mata Kuliah Pengembangan Kurikulum, Bapak Dr. H. Hamdan, M. Pd, yang telah
membimbing dan memberikan masukan terhadap pembuatan makalah ini. Kami
harap makalah bermanfaat bagi masyarakat, terlebih bagi pembacanya dan bagi kami
sebagai penulis.
Tim penyusun
III
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................III
BAB I PENDAHULUAN............................................................................................................IV
A. Latar Belakang................................................................................................................IV
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................IV
C. Tujuan penulisan.............................................................................................................V
BAB II PEMBAHASAN.............................................................................................................1
A. Pengertian Pendekatan Saintifik....................................................................................1
B. Pengertian Pendekatan Saintifik pada Kurikulum PAI..................................................2
C. Tujuan Pendekatan Saintifik..........................................................................................3
D. Konsep Pendekatan Saintifik.........................................................................................4
E. Langkah dalam Pendekatan Saintifik.............................................................................5
F. Kendala Implementasi pada kurikulum PAI..................................................................13
BAB III PENUTUP.....................................................................................................................15
A. Kesimpulan......................................................................................................................15
B. Saran.................................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................17
IV
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
. Pendekatan saintifik merupakan sebuah pendekatan dalam pembelajaran yang
awalnya ditujukan pada bidang eksakta seperti fisika, kimia, biologi, dan bidang
pelajaran eksakta yang lain. Berawal dan muncul di Barat yang kemudian diadopsi di
dalam kurikulum pendidikan di Indonesia yaitu melalui kurikulum 2013. Penerapan
pendekatan saintifik ini termasuknya juga digunakan dalam pembelajaran Pendidikan
Agama Islam (PAI). Kurikulum 2013 menjadi model baru dalam pembelajaran
agama Islam, dimana dalam kurikulum ini pada pembelajarannya menekankan pada
dimensi pedagogik modern. Selain itu, pendekatan ilmiah yang digunakan dalam
kurikulum ini memunculkan rasa optimis akan dunia pendidikan di Indonesia
menjadi lebih baik. Dari pendekatan ilmiah ini, siswa mendapatkan stimulus untuk
selalu aktif dan memiliki rasa ingin tahu yang tinggi. Oleh karenanya, penting kiranya
untuk melakukan pengembangan dan inovasi metode pembelajaran PAI dengan
pendekatan ilmiah ini. Pengembangan metode ini bisa dilakukan dengan eksplorasi
mengenai berbagai metode pembelajaran PAI yang merupakan bagian dari
pendekatan ilmiah.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian pendekatan saintifik
2. Apa pengertian pendekatan saintifik pada kurikulum PAI
3. Apa tujuan pendekatan saintifik
4. Apa konsep pendekatan saintifik
5. Apa saja langkah dalam pendekatan saintifik.
6. Apa saja kendala dalam mengimplementasikan pendekatan saintifik.
C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian pendekatan saintifik.
V
2. Mengetahui pengertian pendekatan saintifik pada kurikulum PAI.
3. Mengetahui tujuan pendekatan saintifik
4. Mengetahui konsep pendekatan saintifik
5. Mengetahui langkah dalam pendekatan saintifik.
6. Mengetahui kendala dalam pendekatan saintifik
VI
BAB II
PEMBAHASAN
1
M. Fadlillah, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI, SMP/ MTS,& SMA/MA, hal
176.
2
Ahmad Azhar Basyir, Skripsi: “Penerapan Pendekatan Saintifik Dalam Proses Pembelajaran
Pendidikan Agama Islam” (Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim, 2018), Hal. 3
1
pendekatan saintifik karena pendekatan ini dinilai sesuai untuk
mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan peserta
didik. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran
yang dirancang sedemikian rupa agar peserta didik secara aktif mengkonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai
teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan
konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”.3
3
Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta : Gava Media,
2014), hal 51.
2
memimpin dan menunjukkan arah hingga tercapainya tujuan pembelajaran
pendidikan agama islam.4
4
Ibid,. Hal. 7
5
Sulastri, dkk, “Implementasi Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran PAI ......, hal 70-71.
6
Ibid, hal 71.
3
e. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana peserta didik merasa bahwa
belajar itu merupakan suatu kebutuhan.
Kriteria:
1) Materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat
dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu, bukan sebatas kira-kira,
khayalan, legenda, atau dongeng semata.
2) Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi eduktif guru-peserta
didik terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau
penalaran yang menyimpang dari alur berfikir logis.
3) Mendorong dan menginspirasi peserta didik berfikir secara kritis, analisis,
dan tepat dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
mengaplikasikan materi pembelajaran.
4) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berfikir hipotetik
dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu sama lain dari materi
pembelajaran.
5) Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami,
menerapkan, dan mengembangkan pola berpikir yang rasional dan
objektif dalam merespon materi pembelajaran.
6) Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
4
7) Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun
menarik system penyajiannya.7
7
Prof. Dr. H. Syarifuddin Nurdin, M. Pd. & Adrianto, M. Pd. Kurikulum dan Pembelajran. (Jakarta: PT.
RajaGrafindo, 2016), Hal. 305-306.
8
Ibid, hal 306.
5
bermakna (meaningfull learning).9Kegiatan mengamati lebih mengutamakan
makna dari proses pembelajaran yang dilakukan. Ia bisa didesain dan memiliki
makna yang besar apabila dipandu dan dilaksanakan dengan pendidik yang dapat
menyediakan obyek atau media secara nyata, sehingga bisa membuat peserta
didik menjadi senang, nyaman dan tertantang pada proses pembelajaran yang
dilaksanakan. Tetapi pada sisi lain kegiatan mengamati dalam proses
pembelajaran ini biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang,
biaya dan tenaga relatif banyak, dan pada gilirannya jika tidak terkendali justru
akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran. Mengamati dapat dilakukan
melalui berbagai media yang dapat diamati oleh peserta didik tergantung dari
materi yang akan dipelajari dan kompetensi yang diharapkan, misalnya video,
gambar, grafik, bagan, ayat Al-Qur’an dan hadits.10
6
sekali tidak melibatkan diri dengan pelaku, obyek, atau situasi yang diamati.
Kedua, mengamati terkendali (controlled observation), yaitu peserta didik tidak
melibatkan diri dengan pelaku, obyek dan situasi yang diamati. Namun pada
mengamati terkendali ini, pelaku atau obyek yang diamati ditempatkan pada
ruang atau situasi yang dikhususkan, sehingga mengamati terkendali termuat
nilai-nilai percobaan atau eksperimen. Ketiga, mengamati partisipatif (patisipant
observation), yaitu peserta didik melibatkan diri secara langsung dengan pelaku
atau obyek yang diamati. Peserta didik melibatkan diri dengan pelaku,
komunitas, atau obyek yang diamati. Contohnya adalah peserta didi hadir
langsung di tempat suatu komunitas misalnya pesantren untuk mempelajari
secara langsung terkait dengan kehidupan keseharian di pesantren, kegiatan
pembelajaran yang ada di pesantren, dan melibatkan diri langsung di dalamnya. 12
Ada beberapa prinsip yang harus diperhatikan dalam proses mengamati ini
kaitannya dengan pembelajaran, yaitu: 1) cermat, obyektif, dan jujur serta fokus
pada obyek yang diobservasi untuk kepentingan pembelajaran; 2) banyak–sedikit
serta homogenitas-hiterogenitas obyek atau situasi yang diamati; 3) guru dan
peserta didik perlu memahami apa yang hendak dicatat, direkam, dan seenisnya,
serta bagaimana membuat catatan atas perolehan observasi.13
b) Menanya
12
Ibid, Hal 15.
13
Ibid, Hal 16.
7
pengetahuannya. Saat pendidik bertanya kepada peserta didiknya, pada saat itu
pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika pendidik menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong peserta didik untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Pada kontek bertanya ini, maka pendidik harus memberikan kesempatan dan
membimbing peserta didiknya agar bisa memberikan pertanyaan yang baik
sesuai dengan tema atau materi yang diamati sebelumnya. Mengutip dari yang
disampaikan Kemendikbud, Akhmadi menyebutkan bahwa kegiatan bertanya ini
memiliki beberapa fungsi, yaitu:
1) membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik tentang
suatu tema atau topik pembelajaran;
8
8) membiasakan peserta didik berpikir spontan dan cepat serta sigap dalam
merespon persoalan yang tiba-tiba muncul;
Dalam aktivitas bertanya, ada beberapa kriteria pertanyaan yang baik, yaitu
sebagai berikut:
9
Jika dari pertanyaan pertama guru belum mendapatkan jawaban yang tepat, maka
guru bisa mengulang dan mengubah seperti pada pertanyaan kedua.
c) Mencoba
10
6. Membagi kertas kerja kepada peserta didik.
7. peserta didik melaksanakan eksperimen dengan bimbingan guru.
8. Mengumpulkan hasil kerja peserta didik dan mengevaluasinya, bila
dianggap perlu didiskusikan secara klasikal.17
d) Menalar
Menalar secara umum adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas
fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan. Istilah menalar atau asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan beragam ide dan mengasosiasikan beragam
peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori. Selama
mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan dalam
referensi dengan peristiwa lain. Pengalamanpengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang
sudah tersedia.18 Menalar pada kontek pembelajaran dengan pendekatan ilmiah
lebih untuk menggambarkan bahwa pendidik dan peserta didik merupakan
pelaku aktif. Inti dari titik tekannya bahwa peserta didik diharapkan lebih aktif
dari pada pendidik pada berbagai kegiatan pemebalajaran. Penalaran adalah
proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat
diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Menalar atau
mengasosiasi adalah kegiatan berpikir tingkat tinggi terhadap data yang didapat
melalui kegiatan mencoba. Termasuk dalam kategori mengasosiasi adalah
menyajikan data secara sistematis, memilah, mengelompokkan, menghubungkan,
merumuskan, menyimpulkan dan menafsirkan. Kegiatan mengasosiasi dapat
dirancang dan didesain dengan menggunakan lembar kerja ekperimen sehingga
lebih terbimbing dan terarah sesuai dengan tujuan dan sasaran pembelajaran.
Pada kegiatan tugas proyek dan tugas produk umumnya tidak memerlukan
17
Ibid, Hal 20.
18
Ibid, Hal 20.
11
lembar kerja karena peserta didik lebih bebas dalam berkreasi dan berinovasi. 19
Aplikasi pengembangan aktivitas pembelajaran untuk meningkatkan daya
menalar peserta didik dapat dilakukan dengna cara sebagai berikut:
19
Ibid, Hal 21.
20
Ibid, Hal 22.
12
sama dalam satu satuan kelompok, atau bias juga dengan dikerjakan sendiri
setelah mendengarkan hasil kegiatan mengolah informasi. Peserta didik atas
bimbingan pendidik didorong agar mampu mengkomunikasikan hasil penalaran
serta asosiasi yang telah dilakukan secara pribadia atau kelompok kepada peserta
didik lain. Peserta didik dengan bimbingan pendidik harus dapat diarahkan untuk
dapat mempresentasikan, mendialogkan dan menyimpulkan terhadap materi yang
telah dipelajarinya dari mengamati hingga langkah terakhir ini yaitu
mengkomunikasikan. Mengomunikasikan adalah hasil akhir dari kegiatan
pembelajaran dimana peserta didik mampu mengekpresikan sikap, pengetahuan,
dan keterampilannya dalam bentuk lisan, tulisan, atau karya yang relevan.
Kegiatan ini menjadi sarana agar peserta didik terbiasa berbicara, menulis, atau
membuat karya tertentu untuk menyampaikan gagasan/ide, pengalaman, dan
kesan dan lain sebagainya termasuk dengan melibatkan emosi dan idealismenya.
Inti dari pendekatan saintifik dalam pembelajaran adalah memberikan
kesempatan kepada peserta didik untuk aktif mengkontruk pengetahuannya
melalui langkah-langkah sistematis sebagaimana yang dilakukan oleh seorang
scientist. Pada gilirannya langkah ini akanmeningkatkan motivasi belajar,
menguatnya pemahaman, semakin mendalamnya pengertian terhadap ilmu
pengetahuan yang dipelajarinya dan semakin positif sikap peserta didik terhadap
mata pelajaran yang diajarkan.21
21
Ibid, Hal 23
13
Salah satu tujuan dari pembelajaran saintifik adalah membuat peserta didik
aktif. Salah satu kendala ketika dituntut untuk melakukan proses pembelajaran
aktif adalah ketika peserta didik tidak aktif atau sulit untuk diajak aktif.
2) Proses penilaian dan evaluasi yang sulit
Proses penilaian dalam pendekatan saintifik ini adalah menggunakan
penilaian autentik, dimana guru dituntuk untuk membuat penilaian pada aspek
kognitif, afektif, dan psikomotorik. Keterbatasan guru dalam berinteraksi
dengan peserta didik membuat penilaian autentik ini menjadi tidak bisa
menyeluruh, terutama pada aspek afektif dan psikomotorik.22
3) peserta didik mengantuk dalam pembelajaran,
4) peserta didik lelah dalam pembelajaran diakibatkan karena banyaknya tugas-
tugas pelajaran yang lain dalam setiap hari sehingga peserta didik merasa
kurang dalam istirahatnya
5) Waktu yang terlalu singkat, dalam implementasi pendekatan saintifik
membutuhkan waktu yang cukup panjang untuk menerapkan tahapan-tahapan
tersebut.
6) peserta didik merasa malu,
7) Persiapan yang kurang.23
Implementasi pendekatan saintifik dalam Pendidikan Agama Islam (PAI)
bertujuan untuk membuat peserta didik memiliki rasa keingintahuan yang
tinggi dan membuat peserta didik lebih aktif dalam proses pembelajaran.
22
Sabiq, Ahmad Fikri, Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Pendidikan Agama Islam, (Salatiga:
Linsser Media, 2018), Hal. 43
23
Muhammad Fadhli, Skripsi: “Implementasi Pendekatan Saintifik Pada Mata Pelajaran Pendidikan
Agama Islam dan Budi Pekerti Kelas X di SMA YP Unila Bandar Lampung” (Lampung: IAIN Raden Intan
Lampung, 2017), Hal. 65
14
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa
agar peserta didik secara aktif mengonstruk konsep, hukum atau prisip melalui
tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasi atau menemukan masalah),
merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan
data dengan berbagi teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsehp, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. Pendekatan
saintifik pada kurikulum PAI yaitu pelaksanaan Pembelajaran Pendidikan Agama
Islam dengan mengimplikasikan langkah-langkah ilmiah sesuai dengan teknis
pelaksanaan pendekatan saintifik pada kegiatan belajar di kelas. Bagaimana guru
memulai kegiatan belajar dengan membuka salam, memberikan pemantik dan
motivasi belajar kepada peserta didik hingga mengaplikasikan kegiatan-kegiatan
pembelajaran yang berbasis ilmiah seperti memahami, mengkritisi,
mengeksplorasi, mengasosiasi dan mengkomunikasikan.
Dalam implementasi pendekatan saintifik ini, guru PAI sering mengalami
kendala dan kesulitan yang merupakan kekurangan dari pendekatan saintifik ini.
Beberapa kelemahan dalam pendekatan saintifik ini diantaranya adalah sebagai
berikut:
1) Kendala untuk membuat peserta didik aktif
2) Proses penilaian dan evaluasi yang sulit
3) Peserta didik mengantuk dalam pembelajaran,
4) Peserta didik lelah dalam pembelajaran diakibatkan karena banyaknya
tugas-tugas sehingga dapat mengambil waktu istirahatnya
5) Waktu yang terlalu singkat
6) Peserta didik merasa malu
7) Persiapan yang kurang
15
B. Saran
Semoga dengan adanya makalah mengenai pendekatan saintifik kurikulum
ini dapat membantu memahami para mahasiswa dalam mengimplementasikannya
kedalam suatu kurikulum pembelajaran. Penulis memberikan kelapangan kepada
semua pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang membangun demi
terciptanya makalah yang lebih baik lagi kedepannya.
16
DAFTAR PUSTAKA
17