Anda di halaman 1dari 35

MAKALAH

PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN IPS

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah

Pendalaman Materi IPS SD

Dosen Pengampu:

Wina Dwi Puspitasari, M.Pd

Disusun Oleh:

Kelompok 4

1. Dini Apriyani 20.22.1.0003


2. Hafirda Nurullya 20.22.1.0064
3. Emira Amadia Reisyanda 20.22.1.0068

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS MAJALENGKA

2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya
sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai, guna memenuhi salah
satu tugas kelompok Mata Kuliah Pendalaman Materi IPS SD dengan berjudul
“Pendekatan Saintifik Pada Pembelajaran IPS”. Kami mengucapkan terima kasih
kepada Ibu Wina Dwi Puspitasari, M.Pd. selaku dosen Mata Kuliah Pendalaman
Materi IPS SD yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan kami sesuai dengan bidang studi yang ditekuni.

Dengan adanya makalah ini kami mengharapkan semoga dapat bermanfaat


bagi pembaca. Kami menyadari dalam pembuatan makalah tersebut terdapat
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman kami maka untuk itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya untuk membangun dari pembaca
demi kesempurnaan makalah ini.

Majalengka, 12 April 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i

DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN .................................................................................. 1

A. Latar Belakang .......................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah ..................................................................................... 2

C. Tujuan ....................................................................................................... 2

D. Manfaat ..................................................................................................... 3

BAB II PEMBAHASAN ..................................................................................... 4

A. Pengertian Pendekatan Saintifik ................................................................ 4

B. Tujuan Pendekatan Saintifik ...................................................................... 6

C. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik .......................................................... 7

D. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik ...................................................... 8

E. Model Pembelajaran Yang Mendukung Pendekatan Saintifik .................. 10

F. Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013 ............................................. 20

G. Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum Merdeka ................................... 25

BAB III PENUTUP .......................................................................................... 27

A. Simpulan ................................................................................................. 27

B. Saran ....................................................................................................... 27

DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendekatan saintifik/ilmiah merupakan proses pembelajaran yang
menggunakan proses berpikir ilmiah. Pendekatan ilmiah dapat dijadikan
sebagai jembatan untuk perkembangan dan pengembangan sikap,
keterampilan dan pengetahuan peserta didik. Menurut Permendikbud No.
81 A tahun 2013 memberikan konsepsi bahwa pendekatan ilmiah (scientific
approach) dalam pembelajaran mencakup komponen: mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta.
Penerapan pendekatan saintifik/ilmiah dapat dilakukan sesuai dengan
kreatifitas guru, walaupun telah ada buku guru. Guru dapat
mengembangkan sendiri sesuai dengan keadaan peserta didik dan sekolah
masing-masing.

Dengan adanya pendekatan saintifik pada pendidikan abad 21 ini


yaitu guru perlu memperkuat kemampuan ya dalam memfalisitasi siswa
agar terlatih berpikir kritis atau logis, sistematis, dan ilmiah. Tantangan ini
memerlukan peningkatan keterampilan guru melaksanakan pembelajaran
dengan menggunakan pendekatan ilmiah ini. Sejalan dengan pergantian
kurikulum 2013 dan sekarang disempurnakan kembali menjadi kurikulum
merdeka, istilah pendekatan ilmiah atau scientific aproach pada pelaksanaan
pembelajaran menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian para
pendidik. Karena pendekatan saintifik ini sebenarnya sudah digunakan
dalam kurikulum di Indonesia dengan istilah yang dikenal sebagai learning
by doing yang menuntut siswa untuk belajar dengan aktif. Karena guru yang
baik harus memahami berbagai kompetensi pendagogis supaya mampu
menyelenggarakan pembelajaran yang benar-benar membuat siswa belajar
dengan aktif, kreatif, kolaboratif, komunikasi dan karakter yang baik. Oleh
karena itu, guru pintar harus memahami dan mampu menggunakan berbagai

1
pendekatan dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang sering
digunakan dalam proses pembelajaran adalah pendekatan saintifik atau
scientific approach.

B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana pengertian pendekatan saintifik?

2. Bagaimana tujuan pendekatan saintifik?

3. Bagaimana prinsip-prinsip pendekatan saintifik?

4. Bagaimana langkah-langkah pendekatan saintifik?

5. Bagaimana model pembelajaran yang mendukung pendekatan saintifik

6. Bagaimana pendekatan saintifik pada kurikulum 2013?

7. Bagaimana pendekatan saintifik pada kurikulum merdeka?

C. Tujuan
1. Mengetahui pengertian pendekatan saintifik

2. Mengetahui tujuan pendekatan saintifik

3. Mengetahui prinsip-prinsip pendekatan saintifik

4. Mengetahui Langkah-langkah pendekatan saintifik

5. Mengetahui model pembelajaran yang mendukung pendekatan


saintifik

6. Mengetahui pendekatan saintifik pada kurikulum 2013

7. Mengetahui pendekatan saintifik pada kurikulum merdeka

2
D. Manfaat
Penulisan makalah ini diharapkan dapat membantu mahasiswa
dalam memahami Pendekatan Saintifik. Selain itu semoga makalah ini juga
mampu menghasilkan laporan yang sistematis dan bermanfaat bagi umum.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pendekatan Saintifik


Pendekatan saintifik berasal dari kata pendekatan dan saintifik.
Pendekatan (approach) memiliki arti ide atau gagasan yang digunakan untuk
mencapai tujuan; dan saintifik (scientific) berarti sesuatu yang dapat
diulangi secara terbuka oleh pelaku, dalam skala ruang dan waktu (oleh
siapa saja, dimana saja, dan kapan saja). Dengan demikian, pendekatan
saintifik adalah ide (pada tingkat filosofis) untuk mencapai tujuan yang
dapat dilaksanakan oleh siapa saja, dimana saja, dan kapan saja.
Menurut Permendikbud Nomor 103 Tahun 2014, pendekatan
saintifik dioperasionalisasikan dalam bentuk kegiatan pembelajaran yang di
dalamnya memuat pengalaman belajar dalam bentuk kegiatan mengamati,
menanya, mengumpulkan informasi (mencoba), menalar (mengasosiasi),
dan mengomunikasikan.
Menurut Hosnan (2014: 34) pendekatan saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif
mengonstruksi konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan
mengamati, merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis,
mengumpulkan data dengan berbagai Teknik, menganalisis data (menalar),
menarik kesimpulan dan mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip
yang ditemukan.
Pendekatan saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman
kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan
pendekatan ilmiah, bahwa informasi bisa berasal dari mana saja, kapan saja,
tidak tergantung pada informasi searah dari guru. Oleh karena itu, kegiatan
pembelajaran diharapkan tercipta diarahkan untuk mendorong siswa dalam
mencari tahu dari berbagai sumber melalui observasi, dan bukan hanya
diberi tahu.
Menurut Surasmi (2014: 4) menyatakan bahwa pendekatan
pembelajaran diartikan sebagai titik tolak atau sudut pandang kita terhadap

4
proses pembelajaran, yang merujuk pada pandangan tentang terjadinya
suatu proses yang sifatnya masih sangat umum, di dalamnya mewadahi,
menginspirasi, menguatkan, dan melatari metode pembelajaran dengan
cakupan teoritis tertentu.
Sedangkan menurut Daryanto (2014 : 51) mengungkapkan bahwa
pembelajaran dengan pendekatan saintifik adalah proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengonstruksi konsep,
hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati, merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan
berbagai Teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan
mengomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang ditemukan.
Secara konsep pendekatan saintifik lebih mengarah pada model
pendidikan humanis, yaitu pendidikan yang memberikan ruang kepada
siswa untuk berkembang sesuai potensi kecerdasan yang dimilikinya. Siswa
menjadi pusat belajar, tidak menjadi obyek pembelajaran sehingga karakter,
keterampilan, dan kognisinya dapat berkembang secara lebih optimal.
Pendekatan saintifik mencakup dua pola penalaran, yaitu penalaran
induktif (inductive reasoning) dan penalaran deduktif (deductive
reasoning). Penalaran induktif dimulai dari sesuatu yang bersifat partikular
(khusus) menuju sesuatu yang bersifat umum, sebaliknya penalaran
deduktif dimulai dari pernyataan yang bersifat umum menuju sesuatu yang
bersifat khusus. Penalaran induktif bersifat empiris, menarik simpulan bagi
keseluruhan, sebaliknya penalaran deduktif memberikan sifat rasional
kepada pengetahuan ilmiah, dan bersifat konsisten dengan pengetahuan
yang telah terkumpul sebelumnya. Dalam praktik pendekatan saintifik,
kedua pola penalaran tersebut digunakan secara silih berganti sesuai dengan
keadaan objek pengetahuan dan perkembangan pengetahuan itu sendiri.
Pengetahuan-pengetahuan parsial yang diperoleh melalui observasi
digunakan untuk merumuskan pengetahuan umum, sebaliknya pengetahuan
umum yang telah dimiliki digunakan sebagai petunjuk untuk memahami
objek pengetahuan yang baru dikenal (Subagia, 2013).

5
Berdasarkan beberapa pendapat, dapat disimpulkan bahwa
pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang dirancang
sedemikian rupa sehingga siswa secara aktif mengonstruk konsep, hukum
atau prinsip melalui pendekatan ilmiah.

B. Tujuan Pendekatan Saintifik


Beberapa tujuan pendekatan saintifik didalam proses pembelajaran
meliputi:
1. Menciptakan dan meningkatkan kemampuan HOTS (Higher Other
Thinking Skill) pada siswa. Kemampuan ini sangat dibutuhkan
siswa dalam menyelesaikan masalah.
2. Siswa mampu menyelesaikan masalah-masalah yang terjadi secara
logis dan sistematis. Diharapkan siswa tidak hanya mampu
menyelesaikan masalah yang ada, namun juga menyelesaikan
sebuah masalah berdasarkan langkah-langkah ilmiah sehingga
kemudian nantinya siswa dapat mengambil keputusan dengan tepat.
3. Mencapai tujuan belajar yang telah ditetapkan. Dengan pendekatan
saintifik diharapkan siswa secara keseluruhan dapat menyelesaikan
masalah dalam proses pembelajaran dan mencapai terget
pembelajaran yang telah ditetapkan.
4. Siswa berani mengkomunikasikan ide-ide yang dimiliki baik kepada
teman maupun guru. Dengan mengkomunikasikan ide yang
dimilikinya diharapkan nantinya siswa dapat lebih mudah
berinteraksi kepada temannya dalam rangka menyelsaikan sebuah
permasalahan
5. Mengembangkan karakter siswa. Diharapkan setelah penerapan
pembelajaran saintifik nantinya siswa akan memiliki karakter
sehingga tidak terombang-ambing dalam menghadapi zaman yang
akan terus berkembang.
Menurut Machin dalam Maryani dan Fatmawati (2015: 4) ada beberapa
tujuan penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran :

6
1. Meningkatkan kemampuan intelek khususnya kemampuan berpikir
tinggi
2. Membentuk kemampuan siswa dalam menyelesaikan masalah secara
sistemik
3. Terciptanya kondisi pembelajaran dimana siswa merasa bahwa belajar
itu merupakan suatu kebutuhan
4. Diperolehnya hasil belajar yang tinggi
5. Melatih siswa dalam mengomunikasikan ide-ide
6. Mengembangkan karakter siswa

C. Prinsip-prinsip Pendekatan Saintifik


Terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan pendekatan
saintifik, yaitu:
1. Pertama, belajar siswa aktif, dalam hal ini termasuk inquiry-based
learning atau belajar berbasis penelitian, cooperative learning atau
belajar berkelompok, dan belajar berpusat pada siswa, adanya
assessment yaitu pengukuran kemajuan belajar siswa dibandingkan
dengan target pencapaian tujuan belajar.
2. Kedua, keberagaman, mengandung makna pendekatan saintifik
mengembangkan pendekatan keragaman. Pendekatan ini membawa
konsekuensi siswa unik, kelompok siswa unik, termasuk keunikan
dari kompetensi, materi, instruktur, pendekatan dan metode
mengajar, serta konteks.
3. Ketiga, metode ilmiah, yaitu teknik merumuskan pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan
percobaan.

Menurut Kumiasih (2014: 34) dan Hosnan (2014: 37) menyatakan


beberapa prinsip dari pendekatan saintifik dalam kegiatan pembelajaran
diantaranya sebagai berikut :

7
1. Pembelajaran berpusat pada siswa yaitu kegiatan aktif peserta
didik secara fisik dan mental dalam membangun makna atau
pemahaman suatu konsep, hukum/prinsip
2. Pembelajaran membentuk student’s self concept yaitu
membangun konsep berdasarkan pemahamannya sendiri
3. Pembelajaran terhindar dari verbalisme yaitu anak dapat
menghafal dan mengucapkan kata-kata tetapi tidak dapat
memahami maksud atau artinya.
4. Pembelajaran memberikan kesempatan pada siswa untuk
mengasimilasi dan mengakomodasikan konsep, hukum dan
prinsip
5. Pembelajaran mendorong terjadinya peningkatan kemampuan
berpikir siswa
6. Pembelajaran meningkatkan motivasi belajar siswa dan motivasi
mengajar guru
7. Memberikan kesempatan kepada siswa untuk melatih
kemampuan dalam komunikasi
8. Adanya proses validasi terhadap konsep, hukum dan prinsip
yang dikonstruksi siswa dalam struktur kognitifnya

D. Langkah-langkah Pendekatan Saintifik


Langkah-langkah umum pendekatan saintifik menurut Hosnan
(2014;37) :
1. Mengamati (observing)
Kegiatan ini mengedepankan pengamatan langsung pada objek
penelitian secara sitematik. Tujuan pendekatan saintifik adalah untuk
mendapatkan fakta berbentuk data yang objektif kemudian dianalisis
sesuai tingkat perkembangan siswa. Selain itu, dengan kegiatan
mengamati diharapkan proses pembelajaran lebih bermakna dan
diharapkan dapat melatih kompetensi kesungguhan,ketelitian dan mecari
informasi.

8
2. Menanya (Questioning)
Menanya merupakan kegiatan mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak paham dari apa yang sedang diamati, baik
pertanyaan factual hingga hipotesis. Kegiatan ini diharapkan dapat
mengembangkan kompetensi kreativitas,rasa ingin tahu,kemampuan
merumuskan pertanyaan untuk berpikir kritis. Selain itu, kegiatan
menanya merupakan kegiatan untuk mendorong, membimbing dan
menilai kemampuan berpikir siswa.
3. Mengumpulkan Informasi
Informasi yang diperoleh melalui berbagai sumber, pengamatan atau
melakukan percobaan. Kegiatan ini berharap mengembangkan
kompetensi sikap teliti,jujur,sopan, mengahargai pendapat orang lain,
kemampuan berkomunikasi, kemampuan mengumpulkan informasi
melalui berbagai cara,mengembangan kebiasan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
4. Mengasosiasikan atau mengolah informasi ( Menalar)
Kegiatan ini merupakan kegiatan mengumpulkan data,fakta maupun
ide-ide yang telah diperoleh dari kegiatan mengamati,menanya maupun
mencoba untuk selanjutnya diolah. Pengolahan informasi merupakan
kegiatan untuk memperluas dan memperdalem informasi yang diperoleh
sampai memcari solusi dari berbagai sumber. Sedangkan kegiatan
menalar , siswa menghubungkan apa yang sedang dipelajari dengan apa
yang ada dalam kehidupan sehari-hari. Kompetensi yang dapat
dikembangkan adalah sikap jujur,teliti,disiplin,taat aturan, kerja keras,
kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif
serta deduktif dalam menyimpulakan.
5. Mengkomunikasikan
Kegiatan ini merupakan kegiatan guru memberi kesempatan kepada
siswa untuk menyampaikan apa yang telah dipelajari baik dengan cara
ditulis maupun dicerikan. Melalui kegiatan ini guru dapat memberikan
konfirmasi jika ada kesalah pehaman siswa. Kegiatan ini dapat

9
mengembangkan kompetensi jujur,teliti,toleransi, kemampuan berpikir
sistematis,mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, serta
mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.

E. Model Pembelajaran Yang Mendukung Pendekatan Saintifik


Untuk mengimplementasikan kurikulum 2013 yang
menitikberatkan pada keaktifan siswa (student centered), model
pembelajaran yang dipandang sejalan dan cocok dengan prinsip pendekatan
saintifik adalah model pembelajaran discovery learning, model
pembelajaran Problem Besed Learning (PBL), model pembelajaran Project
Based Learning (PjBL) dan model pembelajaran inquiry.
1. Model Pembelajaran Discovery Learning
Discovery learning merupakan model yang mengarahkan siswa
menemukan konsep melalui berbagai informasi atau data yang diperoleh
melalui pengamatan atau percobaan. Menurut Sani (2014: 97-98),
Discovery learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih
kreatif menciptakan situasi yang membuat peserta didik belajar aktif dan
menemukan pengetahuan sendiri. Maharani & Hardini (2017: 552),
discovery learning adalah proses pembelajaran yang penyampaian
materinya tidak utuh, karena model discovery learning menuntut siswa
terlibat aktif dalam proses pembelajaran dan menemukan sendiri suatu
konsep pembelajaran.
Ciri utama model discovery learning adalah berpusat pada siswa,
mengeksplorasi dan memecahkan masalah untuk menciptakan,
menghubungkan, dan menggeneralisasi pengetahuan serta kegiatan
untuk menggabungkan pengetahuan baru dan pengetahuan yang sudah
ada (Kristin, 2016: 92).
Kelebihan pada model discovery learning sebagai berikut:
a. Membantu siswa untuk memperbaiki dan meningkatkan
keterampilan‐keterampilan dan proses‐proses kognitif

10
b. Model ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan
sesuai dengan kecepatannyasendiri
c. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa, karena unsur
berdiskusi
d. Mampu menimbulkan perasaan senang dan bahagia karena siswa
berhasil melakukan penelitian
e. Membantu siswa menghilangkan skeptisme (keragu‐raguan)
karena mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti

Kekurangannya model discovery learning menurut Kemendikbud


(2013) adalah :

a. Model ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk


belajar. Bagi siswa yang kurang memiliki kemampuan kognitif
yang rendah akan mengalami kesulitan dalam berfikir abstrak atau
yang mengungkapkan hubungan antara konsep‐konsep, yang
tertulis atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan
frustasi.
b. Model ini tidak cukup efisien untuk digunakan dalam mengajar
pada jumlah siswa yang banyak hal ini karena waktu yang
dibutuhkan cukup lama untuk kegiatan menemukan pemecahan
masalah.
c. Harapan dalam model ini dapat terganggu apabila siswa dan guru
telah terbiasa dengan cara lama.
d. Model pengajaran discovery ini akan lebih cocok dalam
pengembangkan pemahaman, namun aspek lainnya kurang
mendapat perhatian.

Menurut Sinambela (2017) langkah- langkah Pelaksanaan


Pembelajaran Discovery learning yaitu:
a. Stimulation (pemberian rangsangan), siswa diberikan
permasalahan di awal sehinga bingung yang kemudian

11
menimbulkan keinginan untuk menyelidiki hal tersebut. Pada
saat itu guru sebagai fasilitator dengan memberikan pertanyaan,
arahan membaca teks, dan kegiatan belajar terkait discovery.
b. Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah) adalah
guru memberi kesempatan kepada siswa untuk mengidentifikasi
sebanyak mungkin kejadian-kejadian dari masalah yang relevan
dengan bahan pelajaran, kemudian salah satunya dipilih dan
dirumuskan dalam bentuk hipotesis (jawaban sementara atas
pertanyaan masalah)
c. Data collection (Pengumpulan Data) berfungsi untuk
membuktikan terkait pernyataan yang ada sehingga siswa
berkesempatan mengumpulkan berbagai informasi yang sesuai,
membaca sumber belajar yang sesuai, mengamati objek terkait
masalah, wawancara dengan narasumber terkait masalah,
melakukan uji coba mandiri.
d. Data processing (Pengolahan Data) merupakan kegiatan
mengolah data dan informasi yang sebelumnya telah didapat
oleh siswa. Semua informai yang didapatkan semuanya diolah
pada tingkat kepercayaan tertentu.
e. Verification (Pembuktian) yaitu kegiatan untuk membuktikan
benar atau tidaknya pernyataan yang sudah ada sebelumnya.
Yang sudah diketahui, dan dihubungkan dengan hasil data yang
sudah ada.
f. Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi). Tahap ini
adalah menarik kesimpulan dimana proses tersebut menarik
sebuah kesimpulan yang akan dijadikan prinsip umum untuk
semua masalah yang sama Berdasarkan hasil maka dirumuskan
prinsip-prinsip yang mendasari generalisasi.

12
Darmadi (2017: 113-114) menyebutkan langkah-langkah
pengaplikasian model discovery learning yaitu :
a. Menentukan tujuan pembelajaran
b. Melakukan identifikasi karakteristik siswa
c. Mnentukan materi pelajaran
d. Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara
induktif
e. Mengembangkan bahan-bahan dengan memberikan contoh,
ilustrasi tugas, dan sebagainya untuk dipelajari siswa
f. Mengatur topik-topik pelajaran berawal dari yang sederhana ke
yang kompleks, dari yang konkret ke abstrak, dan dari tahap
enaktif, ikonik sampai ke tahap simbolik
g. Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. Syah
(dalam Darmadi, 2017: 114-117) terdapat prosedur yang harus
digunakan dalam mengaplikasikan model discovery learning,
yaitu stimulation (pemberian rangsangan), problem statement
(identifikasi masalah), data collection (pengumpulan data),data
processing (pengolahan data), verification (pembuktian) dan
generalization (menarik kesimpulan).

2. Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)


Menurut Ali Mushon (2009, hal. 173) Problem Based Learning
adalah metode belajar yang menggunakan masalah sebagai langkah
awal dalam mengumpulkan dan mengintegrasikan pengetahuan baru.
Selain itu, didukung oleh pendapat Syahroni Ejin (2016) yang
menyatakan bahwa Problem Based Learning (PBL) adalah model
pembelajaran dimana siswa dihadapkan pada masalah kehidupan nyata
(kontekstual) dari lingkungan sehingga dapat meningkatkan
kemampuan pemahaman konsep dan berpikir kritis siswa. Menurut
Dutch dalam M. taufik amar (1994) menyatakan bahwa PBL merupakan
metode instruksional yang menantang peserta didik agar “belajar dan

13
untuk belajar”, bekerja sama dengan kelompok untuk mencari solusi
bagi masalah yang nyata. Masalah ini di gunakan untuk mengaitkan rasa
keingintahuan serta kemampuan analisis peserta didik dan inisiatif atas
materi pembelajaran. PBL mempersiapkan peserta didik untuk berpikir
kritis dan analitis, dan untuk mencari serta menggunakan sumber
pelajaran yang sesuai.

Kelebihan Model Pembelajaran PBL sebagai berikut:

a. Pemecahan masalah dalam PBL cukup bagus untuk memahami isi


pelajaran
b. Pemecahan masalah berlangsung selama proses pembelajaran
menantang kemampuan siswa serta memberikan kepuasan kepada
siswa.
c. PBL dapat meningkatkan aktivitas pembelajaran.
d. Membantu proses transfer siswa untuk memahami masalah-
masalah dalam kehidupan sehari-hari.
e. Membantu siswa mengembagkan pengetahuannya dan membantu
siswa
f. untuk bertanggung jawab atas pembelajarannya sendiri.
g. Membantu siswa untuk memahami hakekat belajar sebagai cara
berfikir bukan hanya sekedar mengerti pembelajaran oleh guru
berdasarkan buku teks.
h. PBL menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan dan di
sukai siswa.
i. Memungkinkan aplikasi dalam dunia nyata.
j. Merangsang siswa untuk belajar secara kontinu.

Kekurangan Model Pembelajaran PBL sebagai berikut:


a. Apabila siswa mengalami kegagalan atau kurang percaya diri
dengan minat yang rendah maka siswa enggan untuk mencoba
lagi.

14
b. PBL membutuhkan waktu yang cukup untuk persiapan.
c. Pemahaman yang kurang tentang mengapa masalah-masalah yang
di pecahkan maka siswa kurang termotivasi untuk belajar.

Langkah-langkah model pembelajaran PBL

Tabel 2.1 Langkah-langkah model pembelajaran PBL

No Indikator Kegiatan Guru


1 Orientasi peserta didik Menjelaskan tujuan pembelajaran
pada masalah dan logistic yang diperlukan, serta
menotivasi peserta didik terlibat
pada aktivitas pemecahan masalah
2 Mengorganisasikan Membantu peserta didik
peserta didik untuk mendefinisikan dan
belajar mengorganisasikan tugas belajar
yang berhubungan dengan masalah
tersebut.
3 Membimbing Mendorong peserta didik untuk
pengalaman individual mengumpulkan informasi yang
atau kelompok sesuai,melaksanakan eksperimen
untuk mendapatkan penjelasan dan
pemecahan masalah.
4 Mengembangkan atau Membantu peserta didik dalam
menyajikan hasil karya merencanakan dan menyiapkan
karya yang sesuai, seperti laporan
dan membantu mereka untuk
berbagai tugas dengan temannya.
5 Menganalisis dan Membantu peserta didik untuk
mengevaluasi proses melakukan refleksi atau evaluasi
terhadap menyelidikan mereka dan
proses yang mereka gunakan.

15
3. Model Pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
Project based learning adalah model pembelajaran yang
mengorganisasi kelas dalam sebuah proyek (Thomas, 2000,hlm. 1).
Menurut NYC Departement of Education (2009), PjBL merupakan
strategi pembelajaran dimana siswa harus membangun pengetahuan
konten mereka sendiri dan mendemonstrasikan pemahaman baru
melalui berbagai bentuk representasi (hlm. 8). Sedangkan George Lucas
Educational Foundation (2005) mendefinisikan pendekatan
pembelajaran yang dinamis di mana siswa secara aktif mengeksplorasi
masalah di dunia nyata, memberikan tantangan, dan memperoleh
pengetahuan yang lebih mendalam (hlm. 1).
Berdasarkan beberapa definisi para ahli, dapat ditarik kesimpulan
bahwa PjBL adalah model pembelajaran yang terpusat pada siswa untuk
membangun dan mengaplikasikan konsep dari proyek yang dihasilkan
dengan mengeksplorasi dan memecahkan masalah di dunia nyata secara
mandiri.

Kelebihan model pembelajaran project based learning menurut


djamarah&zain, 2011:83, antara lain:

a. Melatih siswa dalam memperluas pemikirannya mengenai masalah


dalam kehidupan yang harus diterima
b. Memberikan pelatihan langsung kepada siswa dengan cara
mengasah serta membiasakan mereka melakukan berpikir kritis
serta keahlian dalam kehidupan sehari-hari
c. Penyesuaian dengan prinsip modern yang pelaksanaannya harus
dilakukan dengan mengasah keahlian siswa, baik melalui praktek,
teori serta pengaplikasiannya.

16
Kekurangan model project based learning menurut Trianto, 2014:49,
antara lain:

a. Sikap aktif peserta didik dapat menimbulkan situasi kelas yang


kurang kondusif, oleh karena itu memberikan peluang beberapa
menit diperlukan untuk membebaskan siswa berdiskusi. Jika
dirasa waktu diskusi mereka sudah cukup maka proses analisa
dapat dilakukan dengan tenang
b. Penerapan alokasi waktu untuk siswa telah diterapkan namun
tetap membuat situasi pengajaran tidak kondusif. Maka pendidik
berhak memberikan waktu tambahan secara bergantian pada tiap
kelompok

Langkah-langkah Model Pembelajaran Project Based Learning

a. Tahap 1: Penentuan
Proyek Penyampaian topik dalam teori oleh pendidik kemudian
disusul dengan kegiatan pengajuan pertanyaan oleh siswa mengenai
bagaimana memecahkan masalah. Selain mengajukan pertanyaan
siswa juga harus mencari langkah yang sesuai dengan dalam
pemecahan masalahnya.
b. Tahap 2: Perencanaan
Langkah-langkah Penyelesaian Proyek Pendidik melakukan
pengelompokkan terhadap siswa sesuai dengan prosedur pembuatan
proyek. Pada kompetensi dasar menerapkan komunikasi efektif
kehumasan menunjukkan ketidaktuntasan pada ranah kognitif.
Kemudian siswa melakukan pemecahan masalah melalui kegiatan
diskusi bahkan terjun langsung dalam lapangan.
c. Tahap 3: Penyusunan Jadwal Pelaksanaan Proyek
Melakukan penetapan langkah- langkah serta jadwal antara
pendidik dan siswa dalam penyelesaian proyek tersebut. Setelah
melakukan batas waktu maka siswa dapat melakukan penyusunan
langkah serta jadwal dalam realisasinya

17
d. Tahap 4: Penyelesaian
Proyek dengan Fasilitas dan Monitoring Guru Pemantauan yang
dilakukan oleh pendidik mengenai keaktifan siswa ketika
menyelesaikan proyek serta realisasi yang dilakukan dalam
penyelesaian pemecahan masalah. Siswa melakukan realisasi sesuai
dengan jadwal proyek yang telah ditetapkan.
e. Tahap 5: Penyusunan Laporan dan Presentasi/Publikasi
Hasil Proyek Pendidik melakukan discuss dalam pemantauan
realisasi yang dilakukan pada peserta didik. Pembahasan yang
dilakukan dijadikan laporan sebagai bahan untuk pemaparan
terhadap orang lain.
f. Tahap 6: Evaluasi Proyek dan Proyek Hasil
Proyek Pendidik melakukan pengarahan pada proses pemaparan
proyek tersebut, kemudian melakukan refleksi serta menyimpulkan
secara garis besar apa yang telah diperoleh melalui melalui lembar
pengamatan dari pendidik.

4. Model Pembelajaran Inquiry


Model pembelajaran inquiry merupakan bentuk pembelajaran
yangberorientasi kepada siswa (students centered approach), sebab
siswa memegang peran yangsangat dominan dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran berbasis penemuan (inquiry)adalah
pembelajaran yang didasarkan pada masalah. Siswa akan
membangunpengetahuannya melalui masalah dari suatu uraian atau
kalimat yang diberikan. Model pembelajaran yang memberikan
kesempatan bagi siswa untuk menemukansendiri pengetahuannya serta
berperan aktif dalam pembelajaran sehingga mampu memahamikonsep
dan mengembangkan kemampuan berpikir kritis adalah model
pembelajaran inquiry (Anggareni, Ristiati, dan Widiyanti,. 2013).
Pada pembelajaran inquiry menunutut siswa untuk menemukan
pengetahuannya sendiri. Siswa terlibat aktif dalam proses pembelajaran.

18
Pembelajaran inquiry, guru menjadi fasilitator sekaligus sebagai
motivator dalampembelajaran sehingga siswa akan menjadi pusat dalam
pembelajaran, namun demikain Guru tetap akan memberikan bimbingan
dan petunjuk pada saat siswa merasa kesulitan.
Adapun kelebihan dari model inquiry sebagai berikut:
a. Siswa belajar bagaimana belajar melalui proses penemuan
b. Pengetahuan yang diperoleh melalui penemuan sangat kokoh
c. Model penemuan membangkitkan gairah siswa dalam belajar
d. Model penemuan memungkinkan siswa bergerak untuk maju
sesuai dengan kemampuannya sendiri
e. Model ini menyebabkan siswa mengarahkan sendiri cara
belajarnya, sehingga ia merasa lebih terlibat dan termotivasi
sendiri untuk belajar
f. Model ini berpusat pada anak, guru sebagai teman belajar atau
fasilitator.

Kelemahan pembelajaran inquiry diantanya:

a. Jika guru kurang spesifik merumuskan teka-teki atau pertanyaan


kepada siswa dengan baik untuk memecahkan permasalahan
secara sistematis, maka siswa akan bingung dan tidak terarah.
b. Dalam implementasinya, model pembelajaran Inquiry
memerlukan waktu yang lama, sehingga guru sering kesulitan
menyesuaikannya dengan waktu yang ditentukan.
c. Pada sistem pembelajaran klasikal dengan jumlah siswa yang
relatif banyak, penggunaan model pembelajaran Inquiry sukar
untuk dikembangkan dengan baik.
d. Selama kriteria keberhasilan belajar ditentukan oleh kemampuan
siswa dalam menguasai materi, maka pembelajaran Inquiry sulit
diimplementasikan.

19
Langkah-langkah Pembelajaran Menggunakan Model Pembelajaran
Inquiry :
a. Merumuskan Masalah
Rumusan masalah diserahkan pada siswa yang sesuai dengan
topik yang diberikan oleh guru. Apersepsi berupa pertanyaan
yang diberikan guru kepada peserta didik berkaitan dengan
materi yang akan dibahas, yang mendorong siswa untuk dapat
merumuskan jawaban sementara dari suatu permasalahan
b. Observasi
Peserta didik terlibat secara langsung dalam pembelajaran
dengan melakukan pengamatan, praktek dan demonstrasi dengan
model inkuiri. Guru mengajukan pertanyaan yang mendorong
siswa mendapatkan informasi dan memberi kesempatan untuk
berdiskusi.
c. Menganalisis
Peserta didik mampu menganalisis data dari hasil
pengamatan, praktek dan demonstrasi yang telah dilakukan oleh
peserta didik. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
mengembangkan kemampuan berpikir rasionalnya yaitu
membuktikan kebenaran jawaban.
d. Menyajikan hasil karya
Akhir dari pembelajaran guru bersama siswa menyimpulkan
temuan yang diperoleh berdasarkan hasil pengujian hipotesis.
Siswa mempresentasikan hasil dari kerjasama kelompok.
e. Kesimpulan

F. Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum 2013


Pendekatan saintifik (saintific approach) selama ini dijadikan
sebagai patokan dalam mengaplikasikan pembelajaran pada kurikulum
2013. Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam
pembelajaran yaitu menggunakan pendekatan ilmiah. Pendekatan saintifik

20
sangat diperlukan dalam menunjang terwujudnya seluruh kompetensi dan
ranah yang dimuat dalam kurikulum 2013. Salah satu hal yang banyak
ditekankan pada implementasi Kurikulum 2013 adalah penggunaan
pendekatan saintifik dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah diyakini
sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap (ranah afektif),
keterampilan (ranah psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) siswa.
Melalui pendekatan ini diharapkan siswa dapat menjawab rasa ingin
tahunya melalui proses yang sistematis sebagaimana langkah-langkah
ilmiah. Dalam rangkaian proses pembelajaran secara ilmiah inilah siswa
akan menemukan makna pembelajaran yang dapat membantunya untuk
mengoptimalkan kognisi, afeksi dan psikomotor.
Implementasi kurikulum tahun 2013 (K-13) memerlukan perubahan
paradigma pembelajaran. Peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi,
mengajukan pertanyaan, mengumpulkan data, menganalisis data dan
mengkomunikasikan hasil belajar yang disebut pendekatan saintifik.
Pendekatan ini perlu dilakukan untuk dapat mengembangkan kemampuan
peserta didik agar belajar mandiri, berpikir kritis, pemecahan masalah,
kreativitas dan inovasi, kolaborasi sesuai keterampilan abad 21. Dalam
pendekatan saintifik ada beberapa tahap/ kegiatan, yaitu:
1. Mengamati
Mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode mengamati sangat bermanfaat bagi
pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik, menyajikan media objek
secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dn mudah
pelaksanaannya. Dengan observasi peserta didik menemukan fakta
bahwa ada hubungan antara objek yang dianalisis dengan materi
pembelajaran yang digunakan oleh guru. Kegiatan mengamati dalam
pembelajaran dilakukan dengan menempuh langkah-langkah seperti
berikut ini.
a. Menentukan objek apa yang akan diobservasi.

21
b. Membuat pedoman observasi sesuai dengan lingkup objek yang
akan diobservasi.
c. Menentukan secara jelas data-data apa yang perlu diobservasi, baik
primer maupun sekunder.
d. Menentukan di mana tempat objek yang akan diobservasi.
e. Menentukan secara jelas bagaimana observasi akan dilakukan untuk
mengumpulkan data agar berjalan mudah dan lancar.
f. Menentukan cara dan melakukan pencatatan atas hasil observasi,
seperti menggunakan buku catatan, kamera, tape recorder, video
perekam, dan alat-alat tulis lainnya. (Yunus Abidin, 2014 : 133)
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk
meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap, keterampilan dan
pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia
membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia
mendorong asuhannya itu untuk mejadi penyimak dan pembelajaran
yang baik. Aktivitas bertanya memiliki beberapa fungsi sebagai berikut
:
a. Membangkitkan rasa ingin tahu, minat, dan perhatian peserta didik
tentang suatu tema atau topik pembelajaran.
b. Mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar,
serta mengembangkan pertanyaan dari dan untuk dirinya sendiri.
c. Mendiagnosis kesulitan belajar peserta didik sekaligus
menyampaikan ancangan untuk mencari solusi.
d. Menstrukturkan tugas-tugas dan memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menunjukkan sikap, keterampilan, dan
pemahamannya atas subtansi pembelajaran yang diberikan.
e. Membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara,
mengajukan pertanyaan, dan memberi jawaban secara logis,
sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.

22
f. Mendorong partisipasi peserta didik dalam berdiskusi, berargumen,
mengembangkan kemampuan berfikir, dan menarik simpulan.
g. Membangun sikap keterbukaan untuk saling memberi dan menerima
pendapat atau gagasan, memperkaya kosakata, serta
mengembangkan toleransi sosial damal hidup berkelompok.
h. Membiasakan peserta didik berfikir spontan dan cepat, serta sigap
dalam merespons persoalan yang tiba-tiba muncul.
i. Melatih kesantunan dalam berbicara dan membangkitkan
kemampuan berempati satu sama lain (Kemendekbud, 2013b).
3. Menalar
Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan
pendekatan ilmiah yang dianut dalam kurikulum 2013 untuk
menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif.
istilah aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada kurikulum
2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar
asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah asosiasi dalam pembelajaran
merujuk paa kemampuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya
menjadi penggalan memori. Aplikasi dalam pembelajarannya yaitu :
a. Guru menyusun bahan pembelajaran dalam bentuk yang sudah siap
sesuai dengan tuntutan kurikulum.
b. Guru tidak banyak menerapkan metode ceramah atau metode kuliah.
Tugas utama guru adalah memberi instruksi singkat tapi jelas
dengan disertai contoh-contoh, baik dilakukan sendiri maupun
dengan simulasi.
c. Bahan pelajaran disusun secara berjenjang atau hierarkis, dimulai
dari yang sederhana (persyaratan rendah) sampai pada yang
kompleks (persyaratan tinggi).
d. Kegiatan pembelajaran berorientasi pada hasil yang dapat diukur
dan diamati,
e. Setiap kesalahan harus segera dikoreksi atau diperbaiki.

23
f. Perlu dilakukan pengulangan dan latihan agar perilaku yang
diinginkan dapat menjadi kebiasaan atau pelaziman.
g. Evaluasi atau penilaian didasari atas perilaku yang nyata atau
otentik.
h. Guru mencatat semua kemajuan peserta didik untuk kemungkinan
memberikan tindakan pembelajaran perbaikan (Kemendikbud,
2013b).
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta
didik harus mencoba atau melakukan percobaan, terutama untuk materi
atau subtansi yang sesuai. Aplikasi metode eksperimen atau mencoba
dimaksudkan untuk mengembangkan berbagai ranah tujuan belajar,
yaitu sikap, keterampilan, dan pengetahuan. Aktivitas pembelajaran
yang nyata untuk ini adalah:
a. menentukan tema atau topik sesuai dengan kompetensi dasar
menurut tuntutan kurikulum;
b. mempelajari cara-cara penggunaan alat dan bahan yang tersedia dan
harus disediakan;
c. mempelajarai dasar teoritis yang relevan dan hasil-hasil eksperimen
sebelumnya;
d. melakukan dan mengamati percobaan;
e. mencatat fenomena yang terjadi, menganalisis dan menyajikan data;
f. menarik simpulan atas hasil percobaan; dan
g. membuat laporan dan mengkomunikasikan hasil percobaan.
5. Menganalisis Data dan Menyimpulkan
Kemampuan menganalisis data adalah kemampuan mengkaji data
yang telah dihasilkan. Berdasarkan pengkajian ini, data tersebut
selanjutnya dimaknai. Proses pemaknaan data ini melibatkan
penggunaan sumber-sumber penelitian lain atau pengetahuan yang
sudah ada. Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan
membuat intisari atas seluruh proses kegiatan penelitian yang telah

24
dilaksanakan. Simpulan biasanya harus menjawab rumusan masalah
yang diajukan sebelumnya. (Yunus Abidin, 2014 : 140).
6. Mengomunikasikan
Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan
yang telah dilaksanakan baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini,
peserta didik harus mampu menulis dan berbicara secara komunikatif
dan efektif.

Penerapan pendekatan saintifik dalam implementasi Kurikulum


2013, selain dapat membantu menciptakan pembelajaran yang
memenuhi standar proses sehingga dapat meningkatkan kualitas
pembelajaran yang dilaksanakan oleh guru, juga dapat membantu
pencapaian tujuan pembelajaran dan pendidikan yang utuh, meliputi:
sikap (sikap religius dan sikap sosial), pengetahuan, dan keterampilan.

G. Pendekatan Saintifik Pada Kurikulum Merdeka


Kurikulum merdeka sangat berfokus pada pencapaian hasil
belajar yang dilakukan secara nyata yaitu dengan pencapaian pada
pengetahuan perilaku siswa, kemampuan siswa, dan hasil belajar
siswa (Suryaman, 2020). Pengertian Merdeka Belajar adalah suatu
pendekatan yang dilakukan supaya siswa dan mahasiswa bisa memilih
pelajaran yang diminati. Esensi Kurikulum Merdeka adalah pendidikan
berpatokan pada esensi belajar, di mana setiap siswa memiliki bakat dan
minatnya masing-masing.
Pendekatan saintifik ini sebenarnya sudah sering digunakan dalam
kurikulum di Indonesia dengan istilah yang dikenal sebagai learning by
doing yang menuntut siswa untuk belajar dengan aktif. Pendekatan ini
secara formal diadopsi dalam kurikulum 1975 dan masih sering digunakan
meskipun kurikulum di Indonesia sudah berganti-ganti sampai saat ini yaitu
dalam kurikulum merdeka. Kurikulum merdeka diterbitkan sebagai bagian
dari upaya pemulihan pembelajaran. Kurikulum Merdeka dikembangkan

25
sebagai kerangka kurikulum yang lebih fleksibel, sekaligus berfokus pada
materi esensial dan pengembangan karakter dan kompetensi peserta didik.
Karakteristik utama dari kurikulum ini yang mendukung pemulihan
pembelajaran adalah :
1. Pembelajaran berbasis projek untuk pengembangan soft skills dan
karakter sesuai profil pelajar Pancasila
2. Fokus pada materi esensial sehingga ada waktu cukup untuk
pembelajaran yang mendalam bagi kompetensi dasar seperti literasi dan
numerasi.
3. Fleksibilitas bagi guru untuk melakukan pembelajaran yang
terdiferensiasi sesuai dengan kemampuan peserta didik dan melakukan
penyesuaian dengan konteks dan muatan lokal.

Projek penguatan profil pelajar Pancasila memberikan kesempatan


kepada peserta didik untuk mengeksplorasi ilmu pengetahuan,
mengembangkan keterampilan, serta menguatkan pengembangan enam
dimensi profil pelajar Pancasila. Melalui projek ini, peserta didik memiliki
kesempatan untuk mempelajari secara mendalam tema-tema atau isu
penting seperti gaya hidup berkelanjutan, toleransi, kesehatan mental,
budaya, wirausaha, teknologi, dan kehidupan berdemokrasi. Adapun sesuai
dengan tujuan dari pendekatan saintifik yaitu guru diminta untuk
meningkatkan keterampilan berpikir siswa dimana siswa harus mempunyai
critical thingking. Guru dapat menciptakan lingkungan belajar yang
kondusif, aktif dan produktif, baik didalam kelas maupun diluar kelas. Guru
dapat meningkatkan kemampuan berpikir secara sistematis kepada siswa.
meningkatkan pemahaman konsep, meningkatkan motivasi belajar yang
tinggi pada siswa sehingga mempunyai semangat dalam suatu proses
pembelajaran. Dapat meningkatkan kemampuan komunikasi siswa dengan
baik, selanjutnya mempunyai karakter yang baik sesuai yang diharapkan
pada kurikulum merdeka ini, dan selalu mempunyai sikap kewarganegaraan
sesuai dengan profil pelajar pancasila.

26
BAB III
PENUTUP

A. Simpulan
Pendekatan saintifik adalah suatu proses pembelajaran yang
dirancang sedemikian rupa sehingga siswa secara aktif mengonstruk
konsep, hukum atau prinsip melalui pendekatan ilmiah. Prinsip utama
pendekatan saintifik yaitu belajar siswa aktif, keragaman dan metode
ilmiah. Langkah-langkah nya yaitu mengamati, menanya, mencoba,
mengumpulkan informasi, mengolah informasi dan mengkomunikasi.
Adapun model pembelajaran yang mendukung pendekatan saintifik yaitu
discovery learning, problem based learning, project based learning, dan
inquiry learning. Proses pembelajaran pada kurikulum 2013 harus
menyentuh 3 ranah, yaitu sikap, pengetahuan dan keterampilan. Kurikulum
2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran
Peserta didik dilatih untuk belajar mengobservasi, mengajukan pertanyaan,
mengumpulkan data, menganalisis data dan mengkomunikasikan hasil
belajar. Kurikulum merdeka sangat berfokus pada pencapaian hasil belajar
yang dilakukan secara nyata yaitu dengan pencapaian pada pengetahuan
perilaku siswa, kemampuan siswa, dan hasil belajar siswa.

B. Saran
Meskipun penulis menginginkan kesempurnaan dalam penyusunan
makalah ini, akan tetapi pada kenyataannya masih banyak kekurangan yang
perlu penulis perbaiki. Hal ini dikarenakan masih minimnya pengetahuan
penulis. Oleh karena itu kritik dan saran yang membangun dari para
pembaca sangat diharapkan sebagai bahan evaluasi untuk ke depannya.
Sehingga bisa terus menghasilkan penelitian dan karya tulis yang
bermanfaat bagi banyak orang.

27
DAFTAR PUSTAKA

Abbas, E. W., & Syaharuddin, S. (2015). Pendekatan Saintifik dalam Implementasi


Kurikulum 2013 (Studi pada SD Negeri. 1 Martapura Kabupaten Banjar).
Pendekatan Saintifik dalam Implementasi Kurikulum 2013 (Studi pada SD
Negeri Indrasari 1 Martapura Kabupaten Banjar).

Ana, N. Y. (2018). Penggunaan model pembelajaran discovery learning dalam


peningkatan hasil belajaran siswa di sekolah dasar. Jurnal Imiah Pendidikan
dan Pembelajaran, 2(1).

Anam, R. A. S. (2015). Efektivitas dan Pengaruh Model Pembelajaran Inkuiri


PadaPembelajaran IPA Di Sekolah Dasar. Mimbar Sekolah Dasar, 2(1), 80-
89.

Anggareni, N. W., Ristiati, N. P., & Widiyanti, N. L. P. M. (2013). Implementasi


Strategi Pembelajaran Inkuiri Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dan
Pemahaman KonsepIPA Siswa SMP. Jurnal Pendidikan dan Pembelajaran
IPA Indonesia, 3(1).

Anugraheni, I. (2018). Meta Analisis Model Pembelajaran Problem Based


Learning dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis di Sekolah
Dasar [A Meta-analysis of Problem-Based Learning Models in Increasing
Critical Thinking Skills in Elementary Schools]. Polyglot: Jurnal Ilmiah,
14(1), 9-18.

Cintia, N. I., Kristin, F., & Anugraheni, I. (2018). Penerapan model pembelajaran
discovery learning untuk meningkatkan kemampuan berpikir kreatif dan
hasil belajar siswa. Perspektif ilmu pendidikan, 32(1), 67-75.

Darmadi. (2017). Pengembangan model dan metode pembelajaran dalam dinamika


belajar siswa. Yogyakarta: CV Budi Utama.

Daryanto, M. (2014). Administrasi pendidikan.

28
Eggen, P., & Kauchak, D. (2012). Strategi dan model pembelajaran: Mengajarkan
konten dan keterampilan berpikir. Jakarta, Indonesia.

Ejin, Syahroni. (2016). Pengaruh model problem based learning (PBL) terhadap
pemahaman konsep dan keterampilan berpikir kritis siswa kelas IV SDN
Jambu Hilir Baluti 2 Pada Mata Pelajaran Ilmu Pengetahuan Alam. Jurnal
Pendidikan, 1(1), 65 – 71.

Ekawati, N. D. (2016). PENDEKATAN SAINTIFIK TERHADAP KOMPETENSI


KONSEP ENERGI PANAS PADA ANAK TUNARUNGU. Jurnal
Pendidikan Khusus, 8(1).

George Lucas Educational Foundation. (2005). Instructional module project based


learning.

Hosnan, M. (2014). Pendekatan saintifik dan kontekstual dalam pembelajaran


abad 21: Kunci sukses implementasi kurikulum 2013. Ghalia Indonesia.

Kebudayaan, K. P. D. (2013). Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta:


Kemesdikbud.

Kemendikbud. (2013). Permendikbud Nomor 81A Tahun 2013 tentang


Implementasi Kurikulum dan Pedoman Umum Pembelajaran.

Kristin, F., & Rahayu, D. (2016). Pengaruh penerapan model pembelajaran


discovery learning terhadap hasil belajar IPS pada siswa kelas 4 SD.
Scholaria: Jurnal Pendidikan & Kebudayaan, 6(1), 84-92.

Lestari, E. T. (2020). Pendekatan Saintifik di Sekolah Dasar. Deepublish.

Maharani, Y. B., & Hardini, I. T. A. (2017). Penerapan model pembelajaran


discovery learning berbantuan benda konkret untuk meningkatkan hasil
belajar IPA. Jurnal Mitra Pendidikan, 1 (5), 249-561.

Muhson, A. (2009). Peningkatan minat belajar dan pemahaman mahasiswa melalui


penerapan problem based learning. Jurnal Kependidikan: Penelitian Inovasi
Pembelajaran, 39(2), 171 – 182.

29
Nurhayati, A., Panjaitan, R. L., & Djuanda, D. (2016). Penerapan Model
PembelajaranInkuiri untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Pada Materi
Gaya Gesek. JurnalPena Ilmiah, 1(1), 131-140.

NYC Departement of Education (2009). Project Based Learning: Inspiring Middle


School Student to Engage in Deep and Active Learning. New York :
Division of Teaching and Learning Office

Pahrudin, A. (2019). Buku: Pendekatan Saintifik Dalam Implementasi Kurikulum


2013 Dan Dampaknya Terhadap Kualitas Proses Dan Hasil Pembelajaran
Pada Man Di Provinsi Lampung.

Pratiwi, W. (2018). Optimalisasi pendekatan saintifik dengan pembelajaran inkuiri


untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis di madrasah ibtidaiyah.
INSANIA: Jurnal Pemikiran Alternatif Kependidikan, 23(2), 174-191.

Rahmatika, D., Muriani, M., & Setiawati, M. (2022). Peran Guru Dalam
Memberikan Motivasi Dalam Penerapan Kurikulum Merdeka Pada Mata
Pelajaran IPS Di SMPN 9 Kubung. JUPEIS: Jurnal Pendidikan dan Ilmu
Sosial, 1(4), 115-121.

Rhosalia, L. A. (2017). Pendekatan Saintifik (Scientific Approach) Dalam


Pembelajaran Tematik Terpadu Kurikulum 2013 Versi 2016. JTIEE
(Journal of Teaching in Elementary Education), 1(1), 59-77.

Sani, R. (2014). Pembelajaran saintifik untuk implementasi kurikulum 2013.


Jakarta: PT. Bumi Aksara.

Sanita, R., & Anugraheni, I. (2020). Meta Analisis Model Pembelajaran Inquiry
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Sekolah Dasar. Jurnal
Kependidikan: Jurnal Hasil Penelitian Dan Kajian Kepustakaan Di Bidang
Pendidikan, Pengajaran Dan Pembelajaran, 6(3), 567-577.

Siagian, R. E. F., & Nurfitriyanti, M. (2015). Metode pembelajaran inquiry dan


pengaruhnya terhadap hasil belajar matematika ditinjau dari kreativitas
belajar. Formatif: Jurnal Ilmiah Pendidikan MIPA, 2(1).

30
Sibagariang, D., Sihotang, H., & Murniarti, E. (2021). Peran guru penggerak dalam
pendidikan merdeka belajar di indonesia. Jurnal Dinamika
Pendidikan, 14(2), 88-99.

Sinambela, P. N. (2017). Kurikulum 2013 dan Implementasinya dalam


Pembelajaran. Generasi Kampus, 6 (2). Kebudayaan, K. P. D. (2013).
Model pembelajaran penemuan (discovery learning).

Siregar, T. R. A., Iskandar, W., & Rokhimawan, M. A. (2020). Literasi sains


melalui pendekatan saintifik pada pembelajaran IPA SD/MI di abad 21.
MODELING: Jurnal Program Studi PGMI, 7(2), 243-257.

Sudarman (2007) menyatakan bahwa landasan Problem Based Learning


yaitu proses kolaborative. Siswa menyusun pengetahuan dengan cara
membangun penalaran dari semua pengetahuan yang dimiliki sebelumnya
dan dari semua yang didapat sebagai hasil kegiatan berinteraksi dengan
sesama individu.

Suja, I. W. (2019). Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran. Lembaga


Pengembangan Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LPPPM) Universitas
Pendidikan Ganesha, 1-9.

Surasmi, W. A. (2013). Penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran


kurikulum 2013. Gospodarka Materiałowa i Logistyka, 26(4), 185-197.

Surya, A. P., Relmasira, S. C., & Hardini, A. T. A. (2018). Penerapan model


pembelajaran project based learning (PjBL) untuk meningkatkan hasil
belajar dan kreatifitas siswa kelas III SD Negeri Sidorejo Lor 01 Salatiga.
Jurnal Pesona Dasar, 6(1).

Suryaman, M. (2020, October). Orientasi pengembangan kurikulum merdeka


belajar. In Seminar Nasional Pendidikan Bahasa Dan Sastra (pp. 13-28).

Susilana, R. (2014). Pendekatan saintifik dalam implementasi kurikulum 2013


berdasarkan kajian teori psikologi belajar. Edutech, 13(2), 183-193.

31
Thomas, J.W. (2000). A Review of Research on Project Based Learning. California
: The Autodesk Foundation.

Wiguna, I. K. W., & Tristaningrat, M. A. N. (2022). Langkah Mempercepat


Perkembangan Kurikulum Merdeka Belajar. Edukasi: Jurnal Pendidikan
Dasar, 3(1), 17-26.

Yulianti, E., & Gunawan, I. (2019). Model pembelajaran problem based learning
(PBL): Efeknya terhadap pemahaman konsep dan berpikir kritis. Indonesian
Journal of Science and Mathematics Education, 2(3), 399-408.

32

Anda mungkin juga menyukai