Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH STRATEGI PEMBELAJARAN

“ PEMBELAJARAN SAINTIFIK”

Dosen Pembimbing:
Nur Jannah, M.Pd

Disusun Oleh :
Alfan Rizqi (2144012749)
Muhammad Fajar Mutamam (2144012831)
Muhammad Taufiqur Rohman (2144012767)

FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG – JEMBER

TAHUN 2023-2024

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
mata kuliah Strategi Pembelajaran “Pembelajaran Saintifik”.
Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Yang mana
beliau telah memberikan kita petunjuk kepada jalan yang benar.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nur Jannah, M.Pd. selaku Dosen
kami dalam pembelajaran mata kuliah Strategi Pembelajaran, juga kepada semua teman-teman
yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif sangat diperlukan guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan hanya kepada
Allah-lah kita berlindung dan mengharapkan taufiq serta hidayahnya.

2
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………1

KATA PENGANTAR………………………………………………….2

DAFTAR ISI………………………………………………………........3

PENDAHULUAN………………………………………………………4

A. Latar Belakang……………………………………………………….4

B. Pembelajaran Saintifik……………………………………………… 4
C. Macam-macam pendekatan pembelajaran saintifik………………….7

D. Konsep Pendekatan Saintifik………………………………………...11

E. Hakikat Pendekatan Ilmiah…………………………………………..12

F. Kesimpulan…………………………………………………………...17

DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..18

3
PENDAHULUAN

A. Latar belakang
Pendekatan ilmiah atau scientific approach pada pelaksanaan pembelajaran
menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian kepada para pendidik, dan terutama
setelah diberlakukannya kurikulum 2013. karena produk pendidikan dasar dan menengah
belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-
anak bangsa lain. Tenaga pendidik juga perlu untuk memperkuat kemampuannya dalam
memfasilitasi peserta didik agar terlatih untuk berpikir secara logis, sistematis, dan
ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan bagi tenaga pendidik untuk
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang memacu
untuk para tenaga pendidik agar menerapkan strategi baru dalam pembelajaran saintifik
(ilmiah), agar peserta didik tidak gampang bosan maka kita ubah cara untuk
menyampaikan pembelajaran dengan cara mempraktikkan langsung tentang apa yang
sedang dipelajari disukai oleh para peserta didik. Dengan demikian kita dapat
mengetahui.

B. Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran pada kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan saintifik atau
pendekatan berbasis proses keilmuan. Didalam pendekatan saintifik ini terdapat beberapa
strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran ini merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya
discovery learning, project-based learning, problem-based learning, Inquiry learning
(permendikbud 103 tahun 2014).

Dalam pendekatan saintifik ini dimaksudkan untuk memberikan pemahaman


kepada peserta didik agar untuk mengetahui, memahami, mempraktikkan apa yang
sedang dipelajari secara ilmiah. Oleh karena itu, didalam proses pembelajaran diajarkan
agar peserta didik untuk mencari tahu dari berbagai sumber melalui mengamati,
menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, dan menyimpulkan sesuatu melalui semua
mata pelajaran. (sudarwan, 2013).

4
Beberapa komponen-komponen penting dalam mengajar dengan menggunakan
pendekatan saintifik (MC Collum : 2009)

a). Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (faster a sense
of wonder),

b). Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation),

c). Melakukan analisis (push for analysis)

d). Berkomunikasi (Require Communication).

Dari keempat komponen-komponen diatas dapat dijabarkan ke dalam lima


praktek pembelajaran yaitu:

Instumen Uraian

Mengamati Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan peserta didik misalnya membaca,
mendengar, menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat). Kompetensi yang
ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar mengamati adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi.

Bertanya Kegiatan belajar yang dapat dilakukan adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi apa yang tidak dipahami oleh peserta didik dari apa yang diamati.
Kompetensi yang dikembangkan adalah pengembangan kreativitas, rasa ingin
tahu (curiousity).

Pengumpulan Kegiatan ini adalah melakukan eksperimen, membaca beragam sumber


informasi informasi lainnya selain yang terdapat dibuku teks, mengamati objek,
mengamati kejadian, melakukan aktivitas tertentu, hingga berwawancara
dengan seorang nara sumber. Kompetensi yang dikembangkan yaitu : peserta
didik akan mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat
orang lain, memiliki kemampuan berkomunikasi, memiliki kemampuan untuk

5
mengumpulkan informasi dengan beragam cara, mengembangkan kebiasaan
belajar, hingga menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat (life long learner).

Mengasosisi Kegiatan belajar dengan memberikan pengolahan informasi di mulai dengan


informasi yang memperdalam dan memperluas informasi hingga informasi
yang saling mendukung. Kompetensi yang dikembangkan yaitu peserta didik
mampu menerapkan suatu prosedur dalam berfikir secara deduktif atau
induktif untuk menarik suatu kesimpulan.

Komunikasi Memberikan pengalaman belajar untuk melakukan kegiatan belajar berupa


menyampaikan hasil pengamatan yang telah dilakukannya, kesimpulan yang
diperolehnya berdasarkan hasil analisis, dilakukan baik secara lisan, tertulis,
atau cara-cara dan media lainnya. Ini dimaksudkan agar peserta didik
mempunyai kesempatan untuk

Mengembangkan kompetensinya.

Dari lima langkah dalam pendekatan saintifik diatas tersebut dapat dilakukan
secara berurutan atau tidak berurutan, terutama pada langkah pertama dan langkah kedua.
Sedangkan pada langkah ketiga dan seterusnya sebaiknya dilakukan secara berurutan.
Dengan adanya langkah ilmiah ini dapat memberikan peserta didik untuk membangun
kemandirian belajar dalam mengoptimalkan potensi kecerdasan peserta didik, sedangkan
tenaga pendidik yaitu mengerahkan serta memberikan penguatan dan pengayaan tentang
apa yang dipelajari oleh peserta didik.

Secara konsep pendekatan ini lebih mengarah pada pendidikan humanis, yaitu
pendidikan yang memberikan ruang kepada peserta didik untuk berkembang sesuai
potensi kecerdasan yang dimilikinya.

6
C. Macam-macam pendekatan pembelajaran saintifik

a) Pendekatan Konstektual

Pendekatan kontekstual yaitu peserta didik harus melalui kegiatan dengan


mengalami sendiri dalam lingkungan alamiah, tidak hanya sekedar mengetahui,
mengingat, dan memahami. Tetapi juga membekali peserta didik untuk memecahkan
suatu masalah dalam kehidupannya.

Borko dan Putnam mengemukakan bahwa dalam pembelajaran kontekstual,


tenaga pendidik juga memilih konteks pembelajaran yang mengaitkan dengan
kehidupan nyata. Dengan memilih konteks yang tepat peserta didik dapat diarahkan
agar tidak hanya berkonsentrasi dalam pembelajaran di lingkungan kelas saja, tetapi
untuk mengaitkan beberapa aspek-aspek yang benar-benar terjadi didalam kehidupan
mereka sehari-hari.

Schaible, Klopher, dan Raghven, dalam Joyce-Well (2000:172) menyatakan


bahwa pendekatan kontekstual itu melibatkan peserta didik dalam masalah yang
sebenarnya di kehidupan/penelitian yang membantu mereka dalam mengidentifikasi
suatu masalah yang konseptual atau metodologis dan mengajak mereka untuk
merancang cara dalam mengatasi suatu masalah.

Contoh pendekatan kontekstual :

1) Guru membawa bahan ajar berupa perkecambahan untuk menunjukkan proses


pertumbuhan biji.
2) Guru membawa contoh koran atau majalah sebagai bahan untuk membahas berita.
3) Guru mengajak peserta didik di daerah yang rawan banjir maupun longsor untuk
menjelaskan struktur tanah.
b) Pendekatan Konstruktivisme
Kontruktivisme merupakan landasan berfikir dalam pendekatan kontekstual.
Yaitu bahwa pendekatan dibangun oleh manusia sedikit demi sedikit yang hasilnya
diperluas melalui konteks yang terbatas dan tidak dengan tiba-tiba (Suwarna,2005).

7
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan dari
teori konstruktivisme yaitu pelajar yang berpeluang dalam membina suatu
pengetahuan secara aktif melalui proses yang saling mengaitkan antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru.

Menurut teori konstruktivisme, konsep-konsep yang dibina pada struktur


kognitif seseorang akan berkembang dan berubah apabila mendapat pengetahuan atau
pengalaman baru. Rumelhart dan Norman (1978) menjelaskan seseorang akan dapat
membina konsep dalam struktur kognitifnya dengan menghubungkan pengetahuan
yang baru dengan pengetahuan yang sudah ada pada dirinya dan proses ini dinamakan
sebagai Accretion.

Contoh pendekatan konstruktivisme

siswa diajak oleh guru untuk mengamati dan mecari tahu sendiri tentang
sebuah permasalahan melalui alam, laboratorium, perpustakaan, teman sebaya, koran
dan internet. guru mengajak siswa sebagai mitra lebih proaktif untuk mencari tahu
jawaban.

c) Pendekatan Deduktif-Induktif

- Pendekatan Deduktif

Pendekatan deduktif ditandai dengan pemaparan konsep, definisi dan istilah-


istilah pada bagian awal pembelajaran. Pendekatan deduktif dilandasi oleh suatu
pemikiran bahwa proses pembelajaran akan berlangsung dengan baik apabila sudah
mengetahui persoalan dan konsep dasarnya. (Suwarna, 2005).

Contoh pembelajaran dengan pendekatan deduktif

Seorang guru memberikan materi tentang volume balok kepada siswa. Pada
awal pembelajaran guru memberikan definisi dan konsep mengenai balok dan rumus
volume balok. Kemudian guru menerapkan rumus volume tersebut pada beberapa
contoh soal. Selanjutnya guru memberikan beberapa tugas kepada siswa yang sesuai

8
contoh yang telah diberikan. Tugas ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa
mengenai materi yang telah disampaikan.

- Pendekatan Induktif

Pendekatan induktif memiliki ciri utama dalam pengolahan informasi yaitu


menggunakan data untuk membangun suatu konsep atau memperoleh sebuah
pengertian. Data yang digunakan biasanya merupakan data primer atau data yang
berupa kasus-kasus nyata yang terjadi dilingkungan sekitar.

Contoh pembelajaran dengan pendekatan Induktif

pembelajaran inkuiri, pembelajaran berbasis masalah, pembelajaran berbasis


proyek, pembelajaran berbasis kasus, dan pembelajaran penemuan

Major (2006) menyatakan bahwa dalam pembelajaran dengan pendekatan


deduktif dimulai dengan menyajikan suatu generalisasi atau konsep yang
dikembangkan melalui kekuatan argumen logika. Contoh dari urutan pembelajaran;
(1) menyampaikan definisi dan (2) memberikan suatu contoh kepada peserta didik
dan menguji pemahamannya dengan memberikan beberapa tugas yang mirip dengan
contoh yang telah diberikan atau disampaikan.

Pembelajaran dengan pendekatan induktif dimulai dengan melakukan


pengamatan terhadap hal-hal khusus dan Menginterpretasikannya, menganalisis kasus
atau memberikan masalah Konstekstual yang dimana peserta didik akan dibimbing
untuk memahami suatu konsep atau aturan-aturan dan prosedur-prosedur yang
berdasar dari pengamatan peserta didik Sendiri.

Major (2006) berpendapat bahwa pembelajaran dengan pendekatan induktif


efektif dalam mengajarkan suatu konsep atau generalisasi yang dimana pembelajaran
diawali dengan memberikan suatu contoh atau kasus khusus untuk menuju ke konsep
atau generalisasi tersebut.

d) Pendekatan Konsep dan Proses

- Pendekatan Konsep

9
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti peserta didik
dibimbing untuk memahami suatu bahasan dengan melalui tentang pemahaman
konsep yang terkandung di dalamnya. Dengan metode untuk memahami suatu konsep
peserta didik di fokuskan untuk fokus terhadap penguasaan dalam konsep atau sub
konsep.

- Pendekatan Proses

Dalam pendekatan proses pembelajaran terdapat tujuan utama yaitu


mengembangkan kemampuan peserta didik dalam ketrampilan proses seperti
mengamati, berhipotesa, merencanakan, menafsirkan, dan mengkomunikasikan.

Pada pendekatan proses ada suatu hal mendasar yang harus diperhatikan pada
setiap proses yang berlangsung di dalam pendidikan. Yaitu proses mengalami, yang
dimana peserta didik harus benar-benar mengalami untuk memberikan suatu
pengalaman pribadi bagi peserta didik itu sendiri. Dengan demikian, pendidikan akan
menjadi bagian integral dari diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang
telah dialaminya.

e) Pendekatan Sains, Teknologi, Masyarakat

PENN STATE (2006:1) mengemukakan bahwa STM merupakan an


interdisciplinary approach whichreflects the widespread realization that in order to
meet the increasingdemands of a technical society, education must integrate
acrossdisciplines. Yang dimana peserta didik diajak untuk meningkatkan kreativitas,
sikap ilmiah, dan menggunakan konsep dan proses sains dalam kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, pembelajaran dengan pendekatan STM haruslah dengan cara
mengintegrasikan berbagai disiplin ilmu dalam rangka untuk memahami suatu
hubungan yang terjadi di antara Sains, Teknologi, dan Masyarakat. Oleh sebab itu, di
era sekarang ini bahwa pemahaman kita terhadap tradisi masyarakat dan bagaimana
pengaruh sains dan teknologi menjadi bagian yang penting dalam pengembangan
pembelajaran.

10
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1),
bahwa STM merupakanan interdisciplinery field of study that seeks to explore a
understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and
institution, and how such factors shape science and technology. Dengan demikian
STM merupakan pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains
dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial yang ada di masyarakat, dan
bagaimana situasi sosial dapat mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.

Dengan melalui pendekatan inilah yang akan menjadi embrio dalam


pendekatan saintifik. Dalam pendekatan ini telah dirancang bahwa belajar itu
merupakan suatu proses pencarian pengetahuan, pemahaman, serta skill yang harus
dimiliki dan dilakukan secara sistematis yang sesuai dengan kaidah dan langkah
ilmiah. Hal ini didasarkan pada hakikat manusia yang selalu ingin tahu dengan cara
melakukan pembuktian dari apa yang dilihat, di dengar dan dirasakan. Oleh karena itu,
dalam pembelajaran juga diterapkan langkah-langkah ilmiah.

D. Konsep Pendekatan Saintifik

Di dalam konsep pendekatan saintifik dapat dioperasionalkan dalam metode


observasi, metode diskusi, metode ceramah, serta metode lainnya. Dengan pendekatan
ilmiah atau saintifik, kita dapat menerapkan karakteristik yang ilmiah dengan konsep
dasar dalam belajar yang menginspirasi atau melatarbelakangi dalam perumusan metode
mengajar. Metode pendekatan pembelajaran ilmiah (scientific teaching) Merupakan
bagian dari pendekatan pedagogis pada pelaksanaan pembelajaran di dalam kelas yang
melandasi penerapan dalam metode ilmiah.

Pengertian dalam penerapan pendekatan pembelajaran ilmiah tidak hanya fokus


pada pengembangan kompetensi peserta didik dalam melakukan observasi atau
eksperimen, tetapi juga mengembangkan dalam pengetahuan dan keterampilan dalam
berpikir sehingga dapat mendukung aktivitas kreatif dalam berinovasi atau berkarya.

Pada penerbitan majalah tentang Scientific Teaching pada tahun 2007 dinyatakan
bahwa terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan metode pendekatan ilmiah; yaitu:

11
- Belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk Inquiry-based learning atau belajar
berbasiskan penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar
yang berpusat kepada peserta didik.
- Keberagaman dalam mengembangkan pendekatan ini mengandung makna bahwa
dalam pendekatan ini membawa konsekuensi kepada peserta didik unik, kelompok
peserta didik unik yang termasuk dalam keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
- Dalam metode ilmiah ini merupakan teknik untuk merumuskan sebuah pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dengan
penerapan metode ilmiah ini terdapat beberapa aktivitas yang dapat diobservasi seperti
mengamati, menanyai, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan
menciptakan. Dalam pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah yaitu:
1. Merumuskan pertanyaan.
2. Merumuskan latar belakang penelitian.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis dengan percobaan langsung.
5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
7. Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka dilakukan pengujian
kembali.

Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis yang berdasarkan


fakta dan teori. Sebuah pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. dan
karena itu, kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam mengembangkan
berpikir ilmiah. Dan informasi baru digali untuk menjawab sebuah pertanyaan.

Dengan menguasai teori dalam yang sebagai dasar untuk menerapkan metode
ilmiah, maka peserta didik dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala
dengan memprediksi atau memandu dalam perumusan kerangka pemikiran untuk
memahami suatu masalah.

12
E. Hakikat Pendekatan Ilmiah

Kurikulum 2013 mengamanatkan esensi pendekatan saintifik atau pendekatan


secara ilmiah dalam pembelajaran. Karena pendekatan ilmiah diyakini sebagai titian
emas dalam perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan pengetahuan
peserta didik.

Dalam pendekatan atau proses kerja yang telah memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning). Karena Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk dapat menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif
memandang fenomena atau situasi spesifik untuk dapat menarik sebuah kesimpulan
secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke
dalam relasi idea yang lebih luas. Karena metode ilmiah ini umumnya menempatkan
fenomena unik dengan sebuah kajian yang spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum (Daryanto 2014 : 55).

Dapat diketahui bahwa metode ilmiah ini merujuk pada teknik-teknik investigasi
atas sesuatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah,
sebelumnya metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari
objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data,
menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.

Pada hakikatnya, sebuah proses pembelajaran yang dilakukan di kelas-kelas bisa


dipadankan sebagai sebuah proses ilmiah. Oleh sebab itulah, didalam kurikulum 2013
diamanatkan tentang apa sebenarnya esensi dari pendekatan saintifik pada kegiatan
pembelajaran. Ada yang meyakini bahwa pendekatan ilmiah merupakan bentuk titian
emas dari perkembangan dan pengembangan sikap (tanah efektif), keterampilan (ranah
psikomotorik), dan pengetahuan (ranah kognitif) peserta didik. Dengan melalui
pendekatan ini diharapkan peserta didik dapat menjawab rasa ingin tahunya melalui

13
proses yang sistematis sebagaimana langkah-langkah ilmiah. Dalam rangkaian proses
pembelajaran secara ilmiah inilah peserta didik akan menemukan makna pembelajaran
yang dapat membantu peserta didik untuk mengoptimalkan kognisi, afeksi dan
psikomotor. Para saintist juga berproses sebagaimana operasionalisasi pendekatan ini,
yaitu dengan mengoptimalkan penalaran induktif dan deduktif untuk mencari tahu
tentang suatu hal. Jika praktik ini diterapkan di sekolah, maka akan membentuk
pembiasaan ilmiah yang berkelanjutan.

Esensi pada penalaran induktif yang memandang fenomena atau situasi khusus
yang ditempatkan ke dalam suatu hubungan gagasan/ide yang lebih luas. Sedangkan
metode ilmiah pada umumnya meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian
khusus/spesifik dan detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah kesimpulan
yang bersifat umum.

Langkah-langkah nyata dari metode ilmiah kemudian disebut langkah ilmiah,


yaitu tindakan nyata dalam sebuah kegiatan ilmiah yang disesuaikan dengan alur berfikir
ilmiah. Berikut adalah langkah-langkah secara ilmiah :

- Menemukan masalah dan merumuskan


- Menyusun kerangka berfikir dan hipotesis
- Mengumpulkan data/menguji hipotesis
- Menganalisis/membahas
- Menyimpulkan
- Membuat proposisi/tesis

Selain dilihat dari langkah-langkah ilmiah, sebuah pembelajaran juga dilihat dari
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah akan mengantarkan seseorang pada pencarian ilmu
dengan langkah tertentu. Melalui pendekatan ilmiah, sebuah ilmu ditemukan. Peserta
didik yang telah menerapkan langkah dan pendekatan ilmiah akan terbiasa berpikir
ilmiah, yaitu berpikir secara skeptik, analitis, kritis, dan rasional (M. Musfiqon, 2012:
12).

Kemampuan berpikir ilmiah tidak hanya mengedepankan pembuktian empiris


tetapi juga mempertimbangkan rasionalitas, sebagai ukuran kebenaran mayoritas. Peserta
14
didik tidak diperbolehkan menggunakan logikanya sendiri dalam menyelesaikan masalah,
tetapi harus mengacu pada aturan dan kaidah ilmiah. Dengan demikian, hasil pemecahan
masalah juga didasarkan pada argumentasi ilmiah yang kebenarannya dapat diakui oleh
logika mayoritas.

Penerapan pendekatan saintifik (ilmiah) dalam pembelajaran di sekolah bertujuan


untuk membiasakan peserta didik agar berfikir, bersikap, serta berkarya dengan
menggunakan kaidah dan langkah ilmiah. Proses pembelajaran menjadi lebih penting
dibandingkan hasil dari pembelajaran yang dimana peserta didik untuk mengalami
langsung dibandingkan peserta didik yang cuma memahami saja.

1. Kriteria-Kriteria Pendekatan Ilmiah dan Non Ilmiah dalam Pembelajaran

Berdasarkan hasil penelitian, pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah


mempunyai hasil yang lebih efektif bila dibandingkan dengan penggunaan
pembelajaran dengan pendekatan tradisional. Penelitian tersebut menunjukkan bahwa
pada pembelajaran tradisional, retensi informasi dari tenaga pendidik sebesar 10
persen setelah 15 menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen.
Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari tenaga pendidik
sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual
sebesar 50-70 persen.

Proses pembelajaran dengan berbasis pendekatan ilmiah harus dipandu


dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan
dimensi pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang
suatu kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

Sebuah proses pembelajaran yang terus ditekankan oleh tenaga pendidik di


kelasnya akan dapat disebut ilmiah apabila proses pembelajaran tersebut telah
memenuhi kriteria-kriteria berikut ini.

15
- Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
- Penjelasan tenaga pendidik, respon peserta didik, dan interaksi edukatif tenaga
pendidik-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat
dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
- Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.

- Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana, jelas, dan menarik sistem


penyajiannya.

2. Kaidah Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran

Penggunaan Pendekatan saintifik dalam pembelajaran harus dipandu dengan


kaida-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu
kebenaran. Dengan demikian, proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan
dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria ilmiah.

3. Implementasi pendekatan saintifik dalam pembelajaran

Proses pembelajaran dapat dilakukan dengan berbagai pendekatan, termasuk


pendekatan saintifik. Penerapan pendekatan saintifik dalam pembelajaran dapat
dimulai pada tahapan pendahuluan, kegiatan inti, sampai kegiatan penutup. Ketiga

16
langkah kegiatan pembelajaran ini secara simultan sudah dapat dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik.

Dalam pendahuluan diarahkan untuk memantapkan pemahaman peserta didik


tentang tujuan dan pentingnya materi yang akan disampaikan, sehingga memunculkan
rasa ingin tahu yang tinggi. Rasa ingin tahu inilah yang menjadi modal besar bagi
saintist untuk melanjutkan pencarian ilmu melalui pembuktian empiris. Jika peserta
didik pada tahapan pendahuluan pembelajaran telah dimasuki rasa ingin tahu ini
maka akan menjadi modal besar dalam tahap pembelajaran berikutnya, yaitu kegiatan
inti.Sedangkan pada kegiatan inti yang merupakan learning experience (pengalaman
belajar) bagi peserta didik merupakan waktu yang paling banyak digunakan untuk
melakukan pembelajaran dengan cara ilmiah. Oleh karena itu, dalam rencana
pelaksanaan pembelajaran (RPP) seorang tenaga pendidik perlu mendesain kegiatan
belajar yang sistematis sesuai dengan langkah ilmiah. Kegiatan peserta didik
diarahkan untuk mengkonstruksi konsep, pengetahuan, pemahaman, serta
keterampilan dengan bantuan tenaga pendidik melalui mengamati, menanya, menalar,
mencoba, dan mengkomunikasikan.

F. Kesimpulan

Dengan menerapkan pendekatan pembelajaran saintifik (ilmiah) yang mana


tidak hanya fokus terhadap pengembangan kompetensi peserta didik dalam
melakukan observasi atau eksperimen, tetapi juga pengembangan dalam pengetahuan
dan keterampilan dalam berpikir yang dimana dapat mendukung aktivitas kreatif
dalam berinovasi atau berkarya.

Dalam rangkaian proses pembelajaran ilmiah inilah peserta didik akan


menemukan makna pembelajaran yang dapat membantu peserta didik untuk
mengoptimalkan kognisi, afeksi dan psikomotor.

Penerapan metode ilmiah merupakan proses berpikir logis yang berdasarkan


fakta dan teori. Sebuah pertanyaan muncul dari pengetahuan yang telah dikuasai. Dan
karena itu, kemampuan bertanya merupakan kemampuan dasar dalam

17
mengembangkan berpikir ilmiah. Dan informasi baru digali untuk menjawab sebuah
pertanyaan.

Komponen-komponen penting dalam mengajar dengan menggunakan


pendekatan saintifik:

a). Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (faster a


sense of wonder),

b). Meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation),

c). Melakukan analisis (push for analysis)

d). Berkomunikasi (Require Communication).

18
DAFTAR PUSTAKA

Muhammad, Musfiqon, and Nurdyansyah Nurdyansyah. “Pendekatan pembelajaran


saintifik.” (2015).

Surasmi, W. A. (2013). Penerapan pendekatan saintifik dalam proses pembelajaran


kurikulum 2013. Gospodarka Materiałowa i Logistyka, 26(4), 185-197.

Mulyani, E. (2015). Penggunaan model pembelajaran dengan pendekatan


konstruktivisme untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis matematis peserta didik SMK
Bina Putera Nusantara Jurusan Farmasi. JP3M (Jurnal Penelitian Pendidikan dan Pengajaran
Matematika), 1(1), 25-32.

Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. (2011). Pembelajaran sains dengan pendekatan
keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2).

Septantiningtyas, N., Shofiatun, A. M., & Rahman, A. (2021). Pembelajaran Sains.


Penerbit Lakeisha.

Yanti, R., Laswadi, L., Ningsih, F., Putra, A., & Ulandari, N. (2019). Penerapan
pendekatan saintifik berbantuan geogebra dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa. AKSIOMA: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 10(2), 180-194.

Hilda, L. (2015). Pendekatan saintifik pada proses pembelajaran (telaah kurikulum 2013).
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol, 3(01).

Kholifah, N. (2019). Pendekatan Ilmiah (Scientific Approach) Dalam Pembelajaran


Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti Kurikulum 2013: Studi Analisis Berdasarkan
Paradigma Positivistik. CENDEKIA: Jurnal Studi Keislaman, 5(1), 1-23.

Kebudayaan, K. P. D. (2013). Konsep Pendekatan Scientific. Jakarta: Kemesdikbud.

Suja, I. W. (2019). Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran. Lembaga Pengembangan


Pembelajaran dan Penjaminan Mutu (LPPPM) Universitas Pendidikan Ganesha, 1-9.

_____, https://brainly.co.id/tugas/14944402

19
_____,https://jouleemath.wordpress.com/2013/01/19/a-pendekatan-konsep-dan-
pendekatan-proses-dalam-pembelajaran-matematika/

Sereliciouz, diakses :mei 7, 2021 https://www.quipper.com/id/blog/info-


guru/pembelajaran-kontekstual/

20

Anda mungkin juga menyukai