“ PEMBELAJARAN SAINTIFIK”
Dosen Pembimbing:
Nur Jannah, M.Pd
Disusun Oleh :
Alfan Rizqi (2144012749)
Muhammad Fajar Mutamam (2144012831)
Muhammad Taufiqur Rohman (2144012767)
FAKULTAS TARBIYAH
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS AL-FALAH AS-SUNNIYYAH
KENCONG – JEMBER
TAHUN 2023-2024
1
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang senantiasa
melimpahkan rahmat dan ridho-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah
mata kuliah Strategi Pembelajaran “Pembelajaran Saintifik”.
Shalawat serta salam tetap tercurah kepada Nabi Agung Muhammad SAW. Yang mana
beliau telah memberikan kita petunjuk kepada jalan yang benar.
Tak lupa, kami mengucapkan terima kasih kepada ibu Nur Jannah, M.Pd. selaku Dosen
kami dalam pembelajaran mata kuliah Strategi Pembelajaran, juga kepada semua teman-teman
yang telah memberikan dukungan kepada kami dalam menyelesaikan makalah ini. Kami
menyadari jika dalam penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu,
dengan hati yang terbuka kritik serta saran yang konstruktif sangat diperlukan guna
penyempurnaan makalah ini.
Demikian makalah ini kami susun, apabila ada kata-kata yang kurang berkenan dan
banyak terdapat kekurangan, kami mohon maaf yang sebesar-besarnya. Dan hanya kepada
Allah-lah kita berlindung dan mengharapkan taufiq serta hidayahnya.
2
DAFTAR ISI
COVER…………………………………………………………………1
KATA PENGANTAR………………………………………………….2
DAFTAR ISI………………………………………………………........3
PENDAHULUAN………………………………………………………4
A. Latar Belakang……………………………………………………….4
B. Pembelajaran Saintifik……………………………………………… 4
C. Macam-macam pendekatan pembelajaran saintifik………………….7
F. Kesimpulan…………………………………………………………...17
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………..18
3
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pendekatan ilmiah atau scientific approach pada pelaksanaan pembelajaran
menjadi bahan pembahasan yang menarik perhatian kepada para pendidik, dan terutama
setelah diberlakukannya kurikulum 2013. karena produk pendidikan dasar dan menengah
belum menghasilkan lulusan yang mampu berpikir kritis setara dengan kemampuan anak-
anak bangsa lain. Tenaga pendidik juga perlu untuk memperkuat kemampuannya dalam
memfasilitasi peserta didik agar terlatih untuk berpikir secara logis, sistematis, dan
ilmiah. Tantangan ini memerlukan peningkatan keterampilan bagi tenaga pendidik untuk
melaksanakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan ilmiah yang memacu
untuk para tenaga pendidik agar menerapkan strategi baru dalam pembelajaran saintifik
(ilmiah), agar peserta didik tidak gampang bosan maka kita ubah cara untuk
menyampaikan pembelajaran dengan cara mempraktikkan langsung tentang apa yang
sedang dipelajari disukai oleh para peserta didik. Dengan demikian kita dapat
mengetahui.
B. Pembelajaran Saintifik
Pembelajaran pada kurikulum 2013 ini menggunakan pendekatan saintifik atau
pendekatan berbasis proses keilmuan. Didalam pendekatan saintifik ini terdapat beberapa
strategi seperti pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran ini merupakan suatu
bentuk pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya
discovery learning, project-based learning, problem-based learning, Inquiry learning
(permendikbud 103 tahun 2014).
4
Beberapa komponen-komponen penting dalam mengajar dengan menggunakan
pendekatan saintifik (MC Collum : 2009)
a). Menyajikan pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (faster a sense
of wonder),
Instumen Uraian
Mengamati Kegiatan pembelajaran yang dapat dilakukan peserta didik misalnya membaca,
mendengar, menyimak, melihat (dengan atau tanpa alat). Kompetensi yang
ingin dikembangkan melalui pengalaman belajar mengamati adalah melatih
kesungguhan, ketelitian, dan kemampuan mencari informasi.
Bertanya Kegiatan belajar yang dapat dilakukan adalah mengajukan pertanyaan tentang
informasi apa yang tidak dipahami oleh peserta didik dari apa yang diamati.
Kompetensi yang dikembangkan adalah pengembangan kreativitas, rasa ingin
tahu (curiousity).
5
mengumpulkan informasi dengan beragam cara, mengembangkan kebiasaan
belajar, hingga menjadi seorang pembelajar sepanjang hayat (life long learner).
Mengembangkan kompetensinya.
Dari lima langkah dalam pendekatan saintifik diatas tersebut dapat dilakukan
secara berurutan atau tidak berurutan, terutama pada langkah pertama dan langkah kedua.
Sedangkan pada langkah ketiga dan seterusnya sebaiknya dilakukan secara berurutan.
Dengan adanya langkah ilmiah ini dapat memberikan peserta didik untuk membangun
kemandirian belajar dalam mengoptimalkan potensi kecerdasan peserta didik, sedangkan
tenaga pendidik yaitu mengerahkan serta memberikan penguatan dan pengayaan tentang
apa yang dipelajari oleh peserta didik.
Secara konsep pendekatan ini lebih mengarah pada pendidikan humanis, yaitu
pendidikan yang memberikan ruang kepada peserta didik untuk berkembang sesuai
potensi kecerdasan yang dimilikinya.
6
C. Macam-macam pendekatan pembelajaran saintifik
a) Pendekatan Konstektual
7
Piaget (1970), Brunner dan Brand 1966), Dewey (1938) dan Ausubel (1963).
Menurut Caprio (1994), McBrien Brandt (1997), dan Nik Aziz (1999) kelebihan dari
teori konstruktivisme yaitu pelajar yang berpeluang dalam membina suatu
pengetahuan secara aktif melalui proses yang saling mengaitkan antara pembelajaran
terdahulu dengan pembelajaran yang terbaru.
siswa diajak oleh guru untuk mengamati dan mecari tahu sendiri tentang
sebuah permasalahan melalui alam, laboratorium, perpustakaan, teman sebaya, koran
dan internet. guru mengajak siswa sebagai mitra lebih proaktif untuk mencari tahu
jawaban.
c) Pendekatan Deduktif-Induktif
- Pendekatan Deduktif
Seorang guru memberikan materi tentang volume balok kepada siswa. Pada
awal pembelajaran guru memberikan definisi dan konsep mengenai balok dan rumus
volume balok. Kemudian guru menerapkan rumus volume tersebut pada beberapa
contoh soal. Selanjutnya guru memberikan beberapa tugas kepada siswa yang sesuai
8
contoh yang telah diberikan. Tugas ini bertujuan untuk mengukur pemahaman siswa
mengenai materi yang telah disampaikan.
- Pendekatan Induktif
- Pendekatan Konsep
9
Pembelajaran dengan menggunakan pendekatan konsep berarti peserta didik
dibimbing untuk memahami suatu bahasan dengan melalui tentang pemahaman
konsep yang terkandung di dalamnya. Dengan metode untuk memahami suatu konsep
peserta didik di fokuskan untuk fokus terhadap penguasaan dalam konsep atau sub
konsep.
- Pendekatan Proses
Pada pendekatan proses ada suatu hal mendasar yang harus diperhatikan pada
setiap proses yang berlangsung di dalam pendidikan. Yaitu proses mengalami, yang
dimana peserta didik harus benar-benar mengalami untuk memberikan suatu
pengalaman pribadi bagi peserta didik itu sendiri. Dengan demikian, pendidikan akan
menjadi bagian integral dari diri peserta didik dalam setiap proses pendidikan yang
telah dialaminya.
10
Pandangan tersebut senada dengan pendapat NC State University (2006: 1),
bahwa STM merupakanan interdisciplinery field of study that seeks to explore a
understand the many ways that scinence and technology shape culture, values, and
institution, and how such factors shape science and technology. Dengan demikian
STM merupakan pendekatan yang dimaksudkan untuk mengetahui bagaimana sains
dan teknologi masuk dan merubah proses-proses sosial yang ada di masyarakat, dan
bagaimana situasi sosial dapat mempengaruhi perkembangan sains dan teknologi.
Pada penerbitan majalah tentang Scientific Teaching pada tahun 2007 dinyatakan
bahwa terdapat tiga prinsip utama dalam menggunakan metode pendekatan ilmiah; yaitu:
11
- Belajar peserta didik aktif, dalam hal ini termasuk Inquiry-based learning atau belajar
berbasiskan penelitian, cooperative learning atau belajar berkelompok, dan belajar
yang berpusat kepada peserta didik.
- Keberagaman dalam mengembangkan pendekatan ini mengandung makna bahwa
dalam pendekatan ini membawa konsekuensi kepada peserta didik unik, kelompok
peserta didik unik yang termasuk dalam keunikan dari kompetensi, materi, instruktur,
pendekatan dan metode mengajar, serta konteks.
- Dalam metode ilmiah ini merupakan teknik untuk merumuskan sebuah pertanyaan dan
menjawabnya melalui kegiatan observasi dan melaksanakan percobaan. Dengan
penerapan metode ilmiah ini terdapat beberapa aktivitas yang dapat diobservasi seperti
mengamati, menanyai, mengolah, menalar, menyajikan, menyimpulkan, dan
menciptakan. Dalam pelaksanaan metode ilmiah tersusun dalam tujuh langkah yaitu:
1. Merumuskan pertanyaan.
2. Merumuskan latar belakang penelitian.
3. Merumuskan hipotesis.
4. Menguji hipotesis dengan percobaan langsung.
5. Menganalisis hasil penelitian dan merumuskan kesimpulan.
6. Jika hipotesis terbukti benar maka dapat dilanjutkan dengan laporan.
7. Jika hipotesis terbukti tidak benar atau benar sebagian maka dilakukan pengujian
kembali.
Dengan menguasai teori dalam yang sebagai dasar untuk menerapkan metode
ilmiah, maka peserta didik dapat menyederhanakan penjelasan tentang suatu gejala
dengan memprediksi atau memandu dalam perumusan kerangka pemikiran untuk
memahami suatu masalah.
12
E. Hakikat Pendekatan Ilmiah
Dalam pendekatan atau proses kerja yang telah memenuhi kriteria ilmiah, para
ilmuan lebih mengedepankan penalaran induktif (inductive reasoning) ketimbang
penalaran deduktif (deductive reasoning). Karena Penalaran deduktif melihat fenomena
umum untuk dapat menarik kesimpulan yang spesifik. Sebaliknya, penalaran induktif
memandang fenomena atau situasi spesifik untuk dapat menarik sebuah kesimpulan
secara keseluruhan. Sejatinya, penalaran induktif menempatkan bukti-bukti spesifik ke
dalam relasi idea yang lebih luas. Karena metode ilmiah ini umumnya menempatkan
fenomena unik dengan sebuah kajian yang spesifik dan detail untuk kemudian
merumuskan simpulan umum (Daryanto 2014 : 55).
Dapat diketahui bahwa metode ilmiah ini merujuk pada teknik-teknik investigasi
atas sesuatu atau beberapa fenomena atau gejala, memperoleh pengetahuan baru, atau
mengoreksi dan memadukan pengetahuan sebelumnya. Untuk dapat disebut ilmiah,
sebelumnya metode pencarian (method of inquiry) harus berbasis pada bukti-bukti dari
objek yang dapat diobservasi, empiris, dan terukur dengan prinsip-prinsip penalaran yang
spesifik. Karena itu, metode ilmiah umumnya memuat serangkaian aktivitas
pengumpulan data melalui observasi atau eksperimen, mengolah informasi atau data,
menganalisis, kemudian memformulasi, dan menguji hipotesis.
13
proses yang sistematis sebagaimana langkah-langkah ilmiah. Dalam rangkaian proses
pembelajaran secara ilmiah inilah peserta didik akan menemukan makna pembelajaran
yang dapat membantu peserta didik untuk mengoptimalkan kognisi, afeksi dan
psikomotor. Para saintist juga berproses sebagaimana operasionalisasi pendekatan ini,
yaitu dengan mengoptimalkan penalaran induktif dan deduktif untuk mencari tahu
tentang suatu hal. Jika praktik ini diterapkan di sekolah, maka akan membentuk
pembiasaan ilmiah yang berkelanjutan.
Esensi pada penalaran induktif yang memandang fenomena atau situasi khusus
yang ditempatkan ke dalam suatu hubungan gagasan/ide yang lebih luas. Sedangkan
metode ilmiah pada umumnya meletakkan fenomena-fenomena unik dengan kajian
khusus/spesifik dan detail lalu setelah itu kemudian merumuskan sebuah kesimpulan
yang bersifat umum.
Selain dilihat dari langkah-langkah ilmiah, sebuah pembelajaran juga dilihat dari
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah akan mengantarkan seseorang pada pencarian ilmu
dengan langkah tertentu. Melalui pendekatan ilmiah, sebuah ilmu ditemukan. Peserta
didik yang telah menerapkan langkah dan pendekatan ilmiah akan terbiasa berpikir
ilmiah, yaitu berpikir secara skeptik, analitis, kritis, dan rasional (M. Musfiqon, 2012:
12).
15
- Substansi atau materi pembelajaran benar-benar berdasarkan fakta atau fenomena
yang dapat dijelaskan dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-
kira, khayalan, legenda, atau dongeng semata.
- Penjelasan tenaga pendidik, respon peserta didik, dan interaksi edukatif tenaga
pendidik-peserta didik harus terbebas dari prasangka yang serta-merta, pemikiran
subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir logis.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analitis, dan tepat
dalam mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan
substansi atau materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik (membuat
dugaan) dalam melihat perbedaan, kesamaan, dan tautan satu dengan yang lain dari
substansi atau materi pembelajaran.
- Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi
atau materi pembelajaran.
- Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat dipertanggung-jawabkan.
16
langkah kegiatan pembelajaran ini secara simultan sudah dapat dilaksanakan dengan
menggunakan pendekatan saintifik.
F. Kesimpulan
17
mengembangkan berpikir ilmiah. Dan informasi baru digali untuk menjawab sebuah
pertanyaan.
18
DAFTAR PUSTAKA
Rahayu, E., Susanto, H., & Yulianti, D. (2011). Pembelajaran sains dengan pendekatan
keterampilan proses untuk meningkatkan hasil belajar dan kemampuan berpikir kreatif siswa.
Jurnal Pendidikan Fisika Indonesia, 7(2).
Yanti, R., Laswadi, L., Ningsih, F., Putra, A., & Ulandari, N. (2019). Penerapan
pendekatan saintifik berbantuan geogebra dalam upaya meningkatkan pemahaman konsep
matematis siswa. AKSIOMA: Jurnal Matematika Dan Pendidikan Matematika, 10(2), 180-194.
Hilda, L. (2015). Pendekatan saintifik pada proses pembelajaran (telaah kurikulum 2013).
Jurnal Darul ‘Ilmi Vol, 3(01).
_____, https://brainly.co.id/tugas/14944402
19
_____,https://jouleemath.wordpress.com/2013/01/19/a-pendekatan-konsep-dan-
pendekatan-proses-dalam-pembelajaran-matematika/
20