Anda di halaman 1dari 8

PENDEKATAN SAINTIFIK DALAM PEMBELAJARAN BAHASA ARAB

 
Abdul Basith
IAIN Pekalongan
 

1. Pendahuluan

Dalam suatu sistem pendidikan, kurikulum itu bersifat dinamis serta harus selalu dilakukan
perubahan dan pengembangan agar dapat mengikuti perkembangan dan tantangan zaman.
Meskipun demikian, perubahan dan pengembangannya harus dilakukan secara sistematis
dan terarah, tidak asal berubah. Perubahan dan pengembangan kurikulum tersebut harus
memiliki visi dan arah yang jelas, mau dibawa kemana sistem pendidikan nasional dengan
kurikulum tersebut. Sehubungan dengan itu, sejak wacana perubahan dan pengembangan
kurikulum 2013 digulirkan, telah muncul berbagai tanggapan dari berbagai kalangan baik
yang pro maupun kontra[1]. Setelah mendapat berbagai masukan dari berbagai pihak,
dengan berbagai modifikasi dan penyederhanaan, pemerintah optimis seluruh sekolah yang
menerapkan K13 akan mudah mengimplementasikannya[2].
Terkait dengan motif pembelajaran bahasa Arab, setidaknya ada dua pandangan. Yang
pertama adalah motif agama dengan memandang mempelajari bahasa sebagai sarana
untuk mempelajari teks-teks keagamaan dan praktik ritual-ritualnya. Dengan pengetahuan
yang memadai seseorang dapat mengetahui hal-hal terkait agama dari sumber yang
orisinil. Sedangkan dalam praktik ritual, seseorang mempelajari bahasa Arab untuk dapat
menjalankan ibadah shalat dan lainnya. Pandangan kedua memandang bahwa mempelajari
bahasa Arab tidak berbeda dengan mempelajari bahasa asing lainnya, yaitu agar seseorang
dapat berkomunikasi dengan bahasa tersebut. Terlebih bahasa Arab merupakan salah satu
bahasa internasional yang secara resmi digunakan dalam forum Perserikatan Bangsa-
Bangsa (PBB).
Belajar bahasa Arab masih disajikan dengan model yang terkesan kaku, dengan
menampilkan hafalan-hafalan yang panjang dan membosankan. Meskipun pembelajaran
bahasa dapat dipastikan dengan cara menghafal sesuatu yang baru, tetapi bisa disajikan
dengan model dan pendekatan yang memberikan pengalaman bagi peserta. Konsep belajar
yang ditawarkan oleh kurikulum 2013, bisa menjadi harapan baru bagi dunia pembelajaran.
Konsep pembelajaran terintegrasi dalam tiga aspek; sikap, pengetahuan dan ketrampilan.
Dengan proses pembelajaran yang demikian maka diharapkan hasil belajar melahirkan
peserta didik yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap,
keterampilan, dan pengetahuan yang terintegrasi. Ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah keterampilan
menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu bagaimana”.
Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik
“tahu apa” (Pedoman K 13). Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik  (soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 

1. Prinsip Pembelajaran dalam Kurikulum 2013

Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan


(KTSP) yang telah berlaku sebelumnya. Titik perbedaan antara keduanya adalah titik tekan
pembelajaran dan cakupan materi yang diberikan kepada peserta didik. Kurikulum 2013
berusaha memadukan antara kemampuan sikap, ketrampilan dan pengetahuan. Dengan
demikian, sikap dan ketrampilan menjadi prioritas utama dari pada pengetahuan. Meskipun
demikian, harapannya ketiga kemampuan tersebut dapat berjalan seimbang dan beriringan
sehingga pencapaian pembelajaran dapat berhasil dengan maksimal.
Dalam rangka tujuan tersebut, pemerintah menetapkan prinsip-prinsip pembelajaran yang
dapat dijadikan pegangan guru dalam melaksanakan pembelajaran:

1. Dari peserta didik diberi tahu menuju peserta didik mencari tahu
2. Dari pendekatan tekstual menuju proses sebagai penguatan penggunaan
pendekatan ilmiah
3. Dari guru sebagai satu-satunya sumber belajar menjadi belajar berbasis aneka
sumber belajar
4. Dari pembelajaran yang menekankan jawaban tunggal menuju pembelajaran dengan
jawaban yang kebenarannya multi dimensi
5. Pembelajaran yang mengutamakan pembudayaan dan pemberdayaan peserta didik
sebagai pebelajar sepanjang hayat
6. Pembelajaran yang menerapkan nilai-nilai dengan memberi keteladanan(ing
ngarsa  sung tuladha),  membangun kemauan (ing madya mangun karsa),  dan
mengembangkan kreativitas peserta didik dalam proses pembelajaran (tut wuri
handayani)
7. Pembelajaran yang berlangsung di rumah, di sekolah, dan di masyarakat
8. Pembelajaran yang menerapkan prinsip bahwa siapa saja adalah guru, siapa saja
adalah siswa, dan di mana saja adalah kelas
9. Pemanfaatan teknologi informasi dan komunikasi untuk meningkatkan efisiensi dan
efektivitas pembelajaran[3].

1. Hakikat Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran


            Pembelajaran dengan pendekatan saintifik dapat didefinisikan sebagai pembelajaran
yang dirancang untuk meningkatkan peran serta peserta didik secara aktif dalam
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan mengamati (untuk
mengidentifikasi dan menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau
merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data,
menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang
ditemukan[4]. Yunus Abidin-setelah mengemukakan berbagai definisi dari para ahli-
menyimpulkan bahwa pendekatan saintifik adalah model pembelajaran yang dilandasi
pendekatan ilmiah dalam pembelajaran yang diorientasikan guna membina kemampuan
siswa memecahkan masalah melalui serangkaian aktifitas inkuiri yang menuntut
kemampuan berpikir kritis, berpikir kreatif dan berkomunikasi dalam upaya meningkatkan
pemahaman siswa[5]. Penerapan model ini diharapkan akan mampu menghasilkan para
peneliti muda di masa yang akan datang. Harapan ini tentu saja bukan sekedar isapan
jempol karena pembelajaran yang dialami siswa senantiasa melibatkan siswa untuk
melakukan kegiatan penelitian walaupun dalam konteks yang sesederhana sekalipun.  
Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan dengan
pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran
tradisional, retensi informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan
perolehan pemahaman kontekstual sebesar 25 persen. Pada pembelajaran berbasis
pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90 persen setelah dua hari
dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen[6].
Pembelajaran dengan pendekatan saintifik memiliki karakteristik sebagai berikut:

1. Berpusat pada siswa


2. Melibatkan ketrampilan proses sains dalam mengkonstruksi konsep , hukum atau
prinsip
3. Melibatkan proses-proses kognitif yang potensial dalam merangsang perkembangan
intelek, khusunya ketrampilan berpikir tingkat tinggi
4. Dapat mengembangkan karakter siswa[7]

Langkah Pembelajaran Karakter yang dikembangkan


Mengamati Melatih kesungguhan, ketelitian, mencari informasi
Mengembangkan kreativitas, rasa ingin tahu,
kemampuan merumuskan pertanyaan untuk
Menanya
membentuk pikiran kritis yang perlu untuk hidup
cerdas dan belajar sepanjang hayat
Mengumpulkan Mengembangkan sikap teliti, jujur,sopan, menghargai
informasi/eksperimen pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi
 
melalui berbagai cara yang dipelajari,
mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar
sepanjang hayat.
Mengasosiasikan/ Mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin,  taat
mengolah aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan
informasi/menalar prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta
  deduktif dalam menyimpulkan

Mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,


Mengko-munikasi-kan kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan
pendapat dengan singkat dan jelas, dan
  mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik
dan benar.
 
 

1. Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Bahasa Arab

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 untuk jenjang SMP/MTs dan SMA/MA/SMK
atau yang sederajat dilaksanakan menggunakan pendekatan ilmiah. Proses pembelajaran
menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan keterampilan.
 
Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit
transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu mengapa.” Ranah
keterampilan  menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar peserta didik “tahu
bagaimana”. Ranah pengetahuan menggamit transformasi substansi atau materi ajar agar
peserta didik “tahu apa.” Hasil akhirnya adalahpeningkatan dan keseimbangan antara
kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki
kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills)  dari peserta didik yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.Kurikulum 2013
menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah. 
Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan
mencipta untuk semua mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi  tertentu,
sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak selalu tepat diaplikasikan secara prosedural.
Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap menerapkan nilai-nilai
atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan
ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

1. Mengamati
Mengamati adalah kegiatan mengidentifikasi ciri-ciri objek tertentu dengan alat inderanya
secara teliti. Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran
(meaningfull learning). Metode ini memiliki keunggulan  tertentu, seperti menyajikan media
obyek secara nyata, peserta didik senang dan tertantang, dan mudah pelaksanaannya.
Metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu peserta didik.
Sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
            Kegiatan mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan membaca, mendengar,
menyimak, melihat (tanpa atau dengan alat), mencium, dan meraba.
 

2. Menanya

Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan
mengembangkan ranah sikap, keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya,
pada saat itu pula dia membimbing atau memandu peserta didiknya belajar dengan baik.
Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu pula dia mendorong
asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan
untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah “pertanyaan” tidak selalu dalam bentuk
“kalimat tanya”, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya
menginginkan tanggapan verbal.
Kegiatan menanya dalam pembelajaran dilakukan dengan mengajukan pertanyaan tentang
informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati, atau pertanyaan untuk mendapatkan
informasi tambahan tentang apa yang diamati (dimulai dari pertanyaan faktual sampai ke
pertanyaan yang bersifat hipotetik)
 

3. Mencoba/mengumpulkan informasi

Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau
melakukan percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Kegiatan
mengamati dalam pembelajaran dilakukan dengan melakukan eksperimen, membaca
sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/ aktivitas dan wawancara dengan
nara sumber.  
 

4. Menalar

Istilah “menalar” dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang
dianut dalam Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik
merupakan pelaku aktif. Titik tekannya tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik
harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses berfikir yang logis dan sistematis
atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan berupa
pengetahuan.  Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran
nonilmiah tidak selalu tidak bermanfaat.
Istilah menalar di sini merupakan padanan dari associating; bukan merupakan terjemanan
dari reasonsing, meski istilah ini juga bermakna menalar atau penalaran. Karena itu, istilah
aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan
ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi atau pembelajaran asosiatif. Istilah
asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemamuan mengelompokkan beragam ide dan
mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukannya menjadi penggalan
memori. Selama mentransfer peristiwa-peristiwa khusus ke otak, pengalaman tersimpan
dalam referensi dengan peristiwa lain. Pengalaman-pengalaman yang sudah tersimpan di
memori otak berelasi dan berinteraksi dengan pengalaman sebelumnya yang sudah
tersedia. Proses itu dikenal sebagai asosiasi atau menalar. Dari persepektif psikologi,
asosiasi merujuk pada koneksi antara entitas konseptual atau mental sebagai hasil dari
kesamaan  antara pikiran atau kedekatan dalam ruang dan waktu[8].
 

5. Menganalisis Data dan Menyimpulkan

Kemampuan menganalisa data adalah kemampuan mengkaji data yang telah dihasilkan.
Kemampuan menyimpulkan merupakan kemampuan membuat intisari atas seluruh proses
kegiatan yang telah dilakukan.
 

6. Mengkomunikasikan

Kemampuan ini adalah kemampuan menyampaikan hasil kegiatan yang telah dilaksanakan
baik secara lisan maupun tulisan. Dalam hal ini, peserta didik harus mampu menulis dan
berbicara secara komunikatif dan efektif[9].
Dalam dataran praktis, keenam langkah tersebut dilaksanakan oleh guru dalam kegiatan inti
yang dapat digambarkan sebagai berikut[10]:
 
No Kegiatan Inti Keterangan
Peserta didik membaca teks qira’ah dalam hati
1. Mengamati
(qira’ah shamitah)
2. Tiap peserta didik mengajukan satu pertanyaan Menanya
tentang teks qira’ah (terjemah kata, terjemah
ungkapan/idiom, istilah, qawaid maupun isi teks)

Tiap peserta didik menjawab pertanyaan yang


3. diajukan oleh peserta didik yang lain secara
bergantian

Pendidik menyatakan bahwa teks qira’ah memiliki


4. struktur isi, qawa’id, dan tujuan komunikasi (pesan)  
yang berbeda dengan teks yang lain. 
Melalui diskusi kelompok, peserta didik dengan
bimbingan pendidik mencoba mengidentifikasi Mencoba/mengumpulk
5.
struktur isi, qawa’id, dan tujuan komunikasi (pesan) an data
dari teks qira’ah yang dibaca
Melalui diskusi kelompok, peserta didik dengan
bimbingan pendidik mendiskusikan dan merumuskan Menganalisis data dan
6.
temuannya tentang struktur isi, qawa’id, dan tujuan menyimpulkan (1)
komunikasi (pesan) dari teks qira’ah yang dibaca
Satu kelompok menyajikan hasil diskusinya,
7. Menalar
sedangkan kelompok lain memberikan tanggapan
Dengan bimbingan pendidik, peserta didik
Menganalisis data dan
8. menyimpulkan struktur isi, qawa’id, dan tujuan
menyimpulkan (2)
komunikasi (pesan) dari teks qira’ah yang dibaca
Peserta didik memajang temuannya dalam bentuk
9. Mengkomunikasikan
poster di papan tempel yang telah disediakan
 
Contoh di atas dapat dimodifikasi oleh guru menyesuaikan dengan maharah yang diajarkan
maupun metode yang digunakan.
 

1. Penutup

Pembelajaran bahasa Arab yang didesain dengan pendekatan saintifik dapat memberikan
nuansa berbeda dan menarik kepada peserta didik, karena dalam pedekatan saintifik,
peserta didik merasakan belajar dalam pengalaman pribadinya masing-masing dengan
langkah-langkah yang sistematis sesuai dengan perkembangan intelektual siswa.
Pendekatan ini setidaknya memberikan nuansa baru dan penyegaran dari proses
pembelajaran yang selama ini berlangsung. Tugas bagi guru adalah mengembangkan
pendekatan tersebut ke dalam metode dan strategi yang disesuaikan dengan kondisi siswa
dan lingkungan yang dihadapinya.
 
Daftar Pustaka
 
Abidin, Yunus. Desain Sistem Pembelajaran dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika
Aditama, 2014.
 
Daryanto. Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media,
2014.
 
Kemendikbud. Konsep Pendekatan Scientific.  Jakarta: Kemendikbud, 2013.
 
Mulyasa, E. Pengembangan dan Implementasi Kurikulum 2013. Bandung:Remaja Rosda
Karya, 2013.
 
Permendikbud Nomor 65/2013 tentang Standar Proses
 
Priyatni, Endah Tri. Desain Pembelajaran Bahasa Indonesia dalam Kurikulum 2013. Jakarta:
Bumi Aksara, 2014.

http://pba.ftik.iainpekalongan.ac.id/index.php/info/artikel/item/383-pendekatan-saintifik-dalam-
pembelajaran-bahasa-arab

Anda mungkin juga menyukai