Anda di halaman 1dari 7

http://info-data-guru-

ptk.blogspot.com/2013/12/model-pendekatan-ilmiah-
scientific.html
Model Pendekatan Ilmiah Scientific Approach Pada Implementasi
Kurikulum 2013
Model Pendekatan Ilmiah Scientific Approach Pada Implementasi Kurikulum2013 - Kurikulum
2013 mengamanatkan esensi pendekatan ilmiah dalam pembelajaran. Pendekatan ilmiah (scientific
approach, saintifik) diyakini sebagai titian emas perkembangan dan pengembangan sikap, keterampilan, dan
pengetahuan peserta didik. Pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah itu lebih efektif hasilnya dibandingkan
dengan pembelajaran tradidional. Hasil penelitian membuktikan bahwa pada pembelajaran tradisional, retensi
informasi dari guru sebesar 10 persen setelah lima belas menit dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar
25 persen. Pada pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, retensi informasi dari guru sebesar lebih dari 90
persen setelah dua hari dan perolehan pemahaman kontekstual sebesar 50-70 persen. Proses pembelajaran harus
dipandu dengan kaidah-kaidah pendekatan ilmiah. Pendekatan ini bercirikan penonjolan dimensi
pengamatan, penalaran, penemuan, pengabsahan, dan penjelasan tentang suatu kebenaran.




Proses pembelajaran harus dilaksanakan dengan dipandu nilai-nilai, prinsip-prinsip, atau kriteria
ilmiah. Proses pembelajaran disebut ilmiah jika memenuhi kriteria seperti berikut ini:
1. Substansi atau materi pembelajaran berbasis pada fakta atau fenomena yang dapat dijelaskan
dengan logika atau penalaran tertentu; bukan sebatas kira-kira, khayalan, legenda, atau dongeng
semata.
2. Penjelasan guru, respon peserta didik, dan interaksi edukatif guru-peserta didik terbebas dari
prasangka yang serta-merta, pemikiran subjektif, atau penalaran yang menyimpang dari alur berpikir
logis.
3. Mendorong dan menginspirasi peserta didik berpikir secara kritis, analistis, dan tepat dalam
mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan mengaplikasikan substansi atau materi
pembelajaran.
4. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu berpikir hipotetik dalam melihat perbedaan,
kesamaan, dan tautan satu sama lain dari substansi atau materi pembelajaran.
5. Mendorong dan menginspirasi peserta didik mampu memahami, menerapkan, dan
mengembangkan pola berpikir yang rasional dan objektif dalam merespon substansi atau materi
pembelajaran.
6. Berbasis pada konsep, teori, dan fakta empiris yang dapat
dipertanggungjawabkan.
7. Tujuan pembelajaran dirumuskan secara sederhana dan jelas, namun menarik sistem penyajiannya.


Langkah-Langkah Pembelajaran Dengan Pendekatan Ilmiah

Proses pembelajaran pada Kurikulum 2013 harus menyentuh tiga ranah, yaitu sikap, pengetahuan, dan
keterampilan. Dalam proses pembelajaran berbasis pendekatan ilmiah, ranah sikap menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu mengapa. Ranah keterampilan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu bagaimana. Ranah pengetahuan menggamit transformasi
substansi atau materi ajar agar peserta didik tahu apa. Hasil akhirnya adalah peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik(soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan dan
pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills) dari peserta didik yang meliputi aspek kompetensi sikap,
keterampilan, dan pengetahuan.



Kurikulum 2013 menekankan pada dimensi pedagogik modern dalam pembelajaran, yaitu menggunakan
pendekatan ilmiah. Pendekatan ilmiah (scientific appoach) dalam pembelajaran sebagaimana dimaksud
meliputi mengamati, menanya, mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua
mata pelajaran. Untuk mata pelajaran, materi, atau situasi tertentu, sangat mungkin pendekatan ilmiah ini tidak
selalu tepat diaplikasikan secara prosedural. Pada kondisi seperti ini, tentu saja proses pembelajaran harus tetap
menerapkan nilai-nilai atau sifat-sifat ilmiah dan menghindari nilai-nilai atau sifat-sifat nonilmiah. Pendekatan
ilmiah pembelajaran disajikan berikut ini.

1. Mengamati
Metode mengamati mengutamakan kebermaknaan proses pembelajaran (meaningfull learning). Metode ini
memiliki keunggulan tertentu, seperti menyajikan media obyek secara nyata, peserta didik senang dan
tertantang, dan mudah pelaksanaannya. Tentu saja kegiatan mengamati dalam rangka pembelajaran ini
biasanya memerlukan waktu persiapan yang lama dan matang, biaya dan tenaga relatif banyak, dan jika tidak
terkendali akan mengaburkan makna serta tujuan pembelajaran.
2. Menanya
Guru yang efektif mampu menginspirasi peserta didik untuk meningkatkan dan mengembangkan ranah sikap,
keterampilan, dan pengetahuannya. Pada saat guru bertanya, pada saat itu pula dia membimbing atau
memandu peserta didiknya belajar dengan baik. Ketika guru menjawab pertanyaan peserta didiknya, ketika itu
pula dia mendorong asuhannya itu untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh
tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat
dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkan tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya:
Apakah ciri-ciri kalimat yang efektif? Bentuk pernyataan, misalnya: Sebutkan ciri-ciri kalimat efektif!
3. Menalar
Istilah menalar dalam kerangka proses pembelajaran dengan pendekatan ilmiah yang dianut dalam
Kurikulum 2013 untuk menggambarkan bahwa guru dan peserta didik merupakan pelaku aktif. Titik tekannya
tentu dalam banyak hal dan situasi peserta didik harus lebih aktif daripada guru. Penalaran adalah proses
berfikir yang logis dan sistematis atas fakta-kata empiris yang dapat diobservasi untuk memperoleh simpulan
berupa pengetahuan. Penalaran dimaksud merupakan penalaran ilmiah, meski penakaran nonilmiah tidak
selalu tidak bermanfaat.
4. Mencoba
Untuk memperoleh hasil belajar yang nyata atau otentik, peserta didik harus mencoba atau melakukan
percobaan, terutama untuk materi atau substansi yang sesuai. Pada mata pelajaran IPA, misalnya,peserta didik
harus memahami konsep-konsep IPA dan kaitannya dengan kehidupan sehari-hari. Peserta didik pun harus
memiliki keterampilan proses untuk mengembangkan pengetahuan tentang alam sekitar, serta mampu
menggunakan metode ilmiah dan bersikap ilmiah untuk memecahkan masalah-masalah yang dihadapinya
sehari-hari.
5. J ejaring Pembelajaran atau Pembelajaran Kolaboratif
Apa yang dimaksud dengan pembelajaran kolaboratif? Pembelajaran kolaboratif merupakan suatu filsafat
personal, lebih dari sekadar sekadar teknik pembelajaran di kelas-kelas sekolah. Kolaborasi esensinya
merupakan filsafat interaksi dan gaya hidup manusia yang menempatkan dan memaknaikerjasama sebagai
struktur interaksi yang dirancang secara baik dan disengaja rupa untuk memudahkan usaha kolektif dalam
rangka mencapai tujuan bersama. Pada pembelajaran kolaboratif kewenangan guru fungsi guru lebih bersifat
direktif atau manajer belajar, sebaliknya, peserta didiklah yang harus lebih aktif. Jika pembelajaran
kolaboratif diposisikan sebagai satu falsafah peribadi, maka ia menyentuh tentang identitas peserta didik
terutama jika mereka berhubungan atau berinteraksi dengan yang lain atau guru. Dalam situasi kolaboratif itu,
peserta didik berinteraksi dengan empati, saling menghormati, dan menerima kekurangan atau kelebihan
masing-masing. Dengan cara semacam ini akan tumbuh rasa aman, sehingga memungkin peserta didik
menghadapi aneka perubahan dan tntutan belajar secara bersama-sama.


http://kampungjuara.blogspot.com/2013/11/artikel_8544.html

Meningkatkan Keterampilan Reading Comprehension DenganScientific
Approach

Oleh: Rustiani Widiasih*
Kurikulum pendidikan di Indonesia mengalami perubahan dari KTSP (Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan) menjadi kurikulum 2013. Pendekatan yang digunakan dalam mengajar juga mengalami
perubahan. Pada kurikulum 2013 ini, pendekatan yang digunakan adalah Scientific Approach.
Dengan adanya perubahan ini, diharapkan para siswa mempunyai keterampilan, pengetahuan dan
sikap yang baik.
Meski kurikulum 2013 belum sepenuhnya di terapkan, sekolah harus mengubah paradigma guru
untuk melakukan model pembelajaran menuju kearah penguatan sikap, ketrampilan dan
pengetahuan yang terintegrasi dengan Scientific Approach.
Pada tahun palajaran 2013/2014, belum semua sekolah menerapkan kurikulum 2013
termasuk sekolah penulis sendiri. Namun penulis telah mendapatkan
kesempatan mengikuti workshop tentang kurikulum 2013 sehingga penulis mencoba
menerapkan scientific approach di kelas yang penulis ajar. Penulis ingin mengetahui dampak
penerapan scientific approach dalam mengajar bahasa Inggris khususnya keterampilan
membaca (reading).
Telah diketahui bahwa materi pengajaran bahasa Inggris yang diajarkan pada tingkat SMP
dan SMA, dijabarkan menjadi empat kompetensi dasar, yaitu membaca (reading), berbicara
(speaking), mendengarkan (listening) dan menulis (writing). Dari keempat kompetensi dasar
tersebut membaca merupakan salah satu kompetensi dasar yang penting. Keterampilan membaca
sangat diperlukan dalam berbagai bidang dan kebutuhan seperti dalam News Reading Contest,
memahami bacaan berbahasa Inggris seperti pada novel, koran, buku-buku referensi, dan lain-lain.
Keterampilan membaca juga membantu dalam menyelesaikan soal-soal yang berkaitan dengan teks
bacaan (reading text). Membaca (reading) mendapatkan porsi yang besar dalam UAN. Pada soal
UAN SMA, reading mendapatkan porsi 75 % dari seluruh soal.Kenyataan tersebut menunjukkan
betapa pentingnya keterampilan membaca dalam menentukan kelulusan siswa.
Namun pada kenyataannya, siswa cenderung merasa malas membaca bahasa Inggris karena
siswa sering menemukan banyak kosakata yang belum dipahami. Oleh karena itu tugas seorang
guru bahasa Inggris ialah dapat menyajikan materi pengajaran dengan baik sehingga siswa
termotivasi untuk belajar. Bila hal ini tidak dilakukan oleh guru, maka tidaklah aneh bila siswa
merasa bosan dengan pelajaran yang disajikan.
Dalam hal pengajaran bahasa Inggris khususnya pengajaran membaca, siswa sering
mengeluh tentang kurang berhasilnya guru dalam mengelola proses belajar mengajar di
kelas. Kekurangberhasilan ini dapat disebabkan oleh diri pengajarnya sendiri, misalnya cara
penyampaiannya kurang efektif, efisien dan menyenangkan. Bisa juga berasal dari diri siswa
misalnya kurangnya motivasi pada diri siswa atau kurangnya memahami betapa penting bahasa
Inggris untuk masa depanya. Atau bisa juga karena materi yang diajarkan kurang menarik minat
siswa untuk belajar
Salah satu faktor yang dapat menimbulkan kekurangberhasilan guru dalam pengajaran
membaca adalah kurang tepatnya memilih pendekatan pembelajaran.Akibatnya, siswa akan merasa
bosan dan proses belajar mengajar akan terasa monoton.
Untuk mengatasi masalah yang ditemukan di atas, maka usaha yang harus ditempuh adalah
dengan mengubah pendekatan yang digunakan dalam proses belajar mengajar. Adapun pendekatan
yang digunakan adalah Scientific approach. Dengan demikian diharapkan akan terjadi Pembelajaran
Aktif, Kreatif, Efektif dan Menyenangkan (PAKEM) serta berkarakter.

Scientific Approach
Proses pembelajaran pada pendekatan scientific approach menyentuh tiga ranah belajar, yaitu:
sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Peserta didik diharapkan mampu mengimplementasi tahu
apa, mengapa dan bagaimana. Hasil akhirnya adalah diharapkan peserta didik mampu
melakukan peningkatan dan keseimbangan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan dan pengetahuan untuk hidup secara layak (hard skills ) yang
meliputi aspek kompetensi sikap, keterampilan, dan pengetahuan.
Pendekatan ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran meliputi mengamati, menanya,
mencoba, mengolah, menyajikan, menyimpulkan, dan mencipta untuk semua mata pelajaran
(Sudarwan, 2013). McCollum (2009) menjelaskan bahwa komponen-komponen penting dalam
mengajar menggunakanpendekatan scientific diantaranya adalah guru harus menyajikan
pembelajaran yang dapat meningkatkan rasa keingintahuan (Foster a sense of
wonder), meningkatkan keterampilan mengamati (Encourage observation), melakukan analisis (Push
for analysis) dan berkomunikasi (Require communication).
Menurut Kementerian Pendidikan Nasional (2013), langkah-langkah penerapan pendekatan
ilmiah (scientific approach) dalam pembelajaran adalah: Mengamati, menanya, mengeksplorasi,
mengasosiasi, mengkomunikasikan.
Berikut ini adalah contoh pelaksanaan scientific approach dalam pembelajaran membaca teks
recount dengan judul Michael Jacson. Tentu saja, setiap kegiatan pembelajaran teridiri dari kegiatan
pendahuluan, inti dan penutup.
Kegiatan pembelajaran diawali dengan orientasi yaitu memperlihatkangambar Michael
Jacson. Setelah itu guru menanyakan kepada siswa sejauh mana mereka mengetahui tokoh yang
akan dibahas dalam teks dengan bertanya: Do you know who is he? What kind of song he usualy
sing? What is the title of his song do you know?Can you sing his songs?
Kegiatan inti dilakukan dengan tahapan pada pendekatan scientific. Pertama,
mengamati. Siswa diberi teks berjudul Michael Jackson. Lalu siswa membaca teks tersebut sekilas.
Sambil membaca, siswa menandai kosakata yang belum mereka ketahui artinya.
Kedua, mempertanyakan (questioning). Dengan bimbingan dan arahan guru, siswa
mempertanyakan antara lain kosa kata sulit yang ditemukan dalam teks. Guru memberikan jawaban
atas pertanyaan yang diajukan siswa.
Ketiga, mengeksplorasi. Secara berkelompok siswa menentukan generic
structure pada teks, menentukan ide pokok pada tiap paragraf, menjodohkan kata-kata dari teks,
dengan sinonimnya yang tepat, dan menjawab pertanyaan yang diberikan berdasarakan teks.
Keempat, mengasosiasi. Guru mengetengahkan permasalahan hidup yang dihadapi Michael
Jakson. Siswa mendiskusikan solusi yang tepat terhadap permasalahan yang dihadapi Michael
Jackson secara berkelompok.
Kelima, mengkomunikasikan. Siswa mempresentasikan hasil diskusi kelompok. Kelompok
yang lain memberikan tanggapan. Guru memberikan umpan balik. Pada kegiatan penutup, guru
bersama siswa menyimpulkan hasil pembelajaran. Selain itu, guru mendorong siswa untuk bisa
belajar dari kehidupan tokoh yang dibahas pada teks yaitu Michael Jakson. Bahwasannya, mereka
harus bersyukur ataskarunia Tuhan dan selalu bersosialisasi dengan orang lain dan tidak
mengucilkan diri.Guru juga perlu memberikan penghargaan atau pujian kepada kelompok yang
berkinerja paling baik.

Hasil Pembelajaran
Sebelum menerapkan pembelajaran menggunakan scientifi approach, siswa
cenderung kurang berminat terhadap pengajaran bahasa Inggris, tidak aktif dalam proses belajar
mengajar, serta tidak mempunyai budaya bertanya dan menjawab pertanyaan melainkan budaya
diam. Dari hasil nilai, ditemukan bahwa siswa mendapatkan nilai yang rendah dalam membaca.
Penerapan pengajaran menggunakan Pendekatan scientific (scientific approach) dapat
meningkatkan nilai rata-rata siswa. Nilai rata-rata pada pre test adalah 61,1 pada pembelajaran
tahap 1 adalah 63,8 dan pembelajaran tahap 2 adalah 71,9. Pembelajaran dikatakan berhasil karena
sudah mencapai nilai standar ketuntasan minimum (70).
Pendekatan scientific (scientific approach) dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Hal
itu disebabkan oleh alasan bahwa: Pertama, pendekatan scientific (scientific
approach) dilaksanakan secara berkelompok. Siswa merasa lebih percaya diri dan merasa nyaman.
Rasa nyaman bisa menambah hasil belajar siswa.
Kedua, tahap mengamati, menanya, mengekplorasi dapat meningkatkan kosa kata
siswa. Siswa kadang lupa kosa kata tertentu. Namun dengan cara berkelompok, siswa akan saling
mengingatkan. Ini memberikan dampak yang positif bagi siswa untuk mengingat kosa kata atau
mentahui kosa kata baru. Pada dasarnya, setiap siswa telah memiliki pengetahuan kosa kata
sebelumnya (prior knowledge), namun karena jarang digunakan kosa kata tersebut dapat
terlupakan. Adanya pendekatan scientific (scientific approach), sangat membantu untuk
memanggil proir knowledge yang tersimpan di memori siswa baik berhubungan dengan kosa kata,
ataupun pengetahuan lainnya.
Ketiga, tahap mengkomunikasikan dapat meningkatkan pemahaman siswa. Ini merupakan
latihan untuk bisa menyampaikan hasil diskusi pada kelompok lain. Dengan membaca pemahaman
(reading comprehension) secara berkelompok, siswa akan saling terbantu dalam hal kepecayaan
diri, keberanian tampil, dan penguasaan materi. Pastilah siswa akan mempersiapkan diri sebaik
mungkin sebelum mengkomunikasikan kepada kelompok lain.
Keempat, tahapan ekplorasi dapat meningkatkan kompetensi membaca siswa. Tahap
ekplorasi bisa menambah kemampuan siswa dalam menjawab pertanyaan bacaan. Kelima, setiap
tahapan scientific approach dapat meningkatkanhasil nilai siswa. Otomatis, jika semua unsur dalam
membaca dapat diperbaiki kompetensi membaca siswa juga bisa ditingkatkan.
Selain itu, peningkatan kualitas proses pembelajaran dapat dilihat dari adanya
peningkatan minat positif siswa dalam mengikuti pelajaran. Perbaikan tersebut
adalah: antusias siswa terhadap pelajaran, keaktifan bertanya, keaktifan berdiskusi, keaktifan
mengerjakan tugas.
Melihat hasil temuan diatas, bagi guru yang menghadapi masalah yang sama dalam mengajar
membaca dapat menerapkan pendekatan scientific dalam pembelajaran walaupun belum
menerapkan kurikulum 2013.


Daftar Pustaka

Kementerian Pendidikan Nasional. 2013. Kompetensi Dasar SMP/MTs. Jakarta

Mc Colum (2009). A scientific approach to teaching.
http:/kamccollum .wordpress.com/2009/08/01/a-scientific-approach-to-teaching /last
update januari 2013.

Sudarwan (2013). Pendekatan-pendekatan Ilmiah dalam Pembelajaran.Pusbangprodik

Anda mungkin juga menyukai