Anda di halaman 1dari 16

RESUME KE – 4 MATAKULIAH PEMBELAJARAN IPA

KELOMPOK : 6

ANGGOTA KELOMPOK :

1. Siti Hawa (210106038)

2. Citra Wahyu Putri (210106042)

3. Baiq Najwa Fajriatul Istiqomah (210106043)

4. Rizki Fadila (210106046)

Resume :

Model Pembelajaran IPA di SD/MI

Pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) di Sekolah Dasar (SD) atau Madrasah
Ibtidaiyah (MI) memiliki peran penting dalam membangun pemahaman dasar anak-anak
tentang alam sekitar dan fenomena ilmiah. Model pembelajaran IPA di SD/MI dirancang untuk
memfasilitasi eksplorasi, pemahaman konsep, dan pengembangan keterampilan berpikir ilmiah
pada anak-anak usia dini.

Komponen Utama Model Pembelajaran IPA di SD/MI

1. Pendekatan Kontekstual : Model pembelajaran IPA di SD/MI mengedepankan pendekatan


kontekstual dengan mengaitkan konsep-konsep ilmiah dengan pengalaman sehari-hari siswa.
Guru dapat menggunakan situasi nyata atau lingkungan sekitar sekolah untuk membuat
pembelajaran lebih relevan bagi siswa.

2. Inquiry-Based Learning (Pembelajaran Berbasis Penelitian) : Model ini mendorong siswa


untuk bertanya, menyelidiki, dan mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan mereka sendiri.
Siswa diajak untuk menjadi peneliti kecil yang aktif dalam mencari pemahaman.

3. Penggunaan Sumber Belajar Variatif : Guru dapat menggunakan berbagai sumber belajar,
seperti buku teks, video, eksperimen praktis, dan sumber-sumber digital, untuk memberikan
materi yang beragam dan menarik bagi siswa.
4. Kolaborasi dan Diskusi : Pembelajaran IPA di SD/MI mendorong kolaborasi antar siswa
melalui diskusi kelompok, diskusi kelas, dan proyek bersama. Ini membantu siswa untuk
berbagi pemahaman dan pandangan mereka tentang konsep ilmiah.

5. Pengembangan Keterampilan Berpikir Ilmiah : Model ini bertujuan untuk mengembangkan


keterampilan berpikir ilmiah seperti observasi, pengamatan, pengukuran, perbandingan, dan
penarikan kesimpulan. Siswa diajarkan untuk berpikir kritis dan logis.

6. Prinsip Pembelajaran Berkelanjutan : Pembelajaran IPA di SD/MI bukan hanya tentang


memahami fakta, tetapi juga tentang membangun pemahaman mendalam tentang konsep-
konsep ilmiah. Siswa diajak untuk terus-menerus merenung dan memperdalam pemahaman
mereka.

7. Evaluasi Formatif : Guru menggunakan evaluasi formatif secara berkala untuk memantau
kemajuan siswa dan memberikan umpan balik yang memungkinkan perbaikan. Ini membantu
guru dan siswa untuk mengukur pencapaian pembelajaran.

8. Pembelajaran Aktif : Model ini mendorong siswa untuk aktif dalam pembelajaran mereka.
Aktivitas seperti eksperimen, observasi, dan penyelidikan langsung dilakukan untuk
memperkuat pemahaman.

Manfaat Model Pembelajaran IPA di SD/MI

- Meningkatkan pemahaman siswa tentang konsep-konsep ilmiah.

- Mengembangkan keterampilan berpikir ilmiah yang berguna sepanjang hidup.

- Mendorong minat dan antusiasme siswa terhadap ilmu pengetahuan.

- Memfasilitasi pembelajaran yang relevan dengan konteks sekitar siswa.

- Mengajarkan siswa untuk bertanya, berpikir kritis, dan mencari jawaban.

Tantangan dan Kendala

- Keterbatasan sumber daya, seperti peralatan eksperimen dan literatur ilmiah.

- Membutuhkan waktu dan komitmen yang lebih besar dari guru untuk merencanakan dan
melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada siswa.

- Perlunya dukungan dari sekolah dan kurikulum yang mendukung pendekatan ini.
TUGAS RESUME PEMBELAJARAN IPA

Disusun oleh kelompok 2:

1. Alfan Aswiro
2. Nazila Rahmah
3. Nita Dahlia

Model Pembelajaran IPA MI/SD

A. Pengertian Model Pembelajaran IPA MI/SD


Menurut Joyce, Weil, dan Calhoun, model pembelajaran adalah suatu deskripsi
dari lingkungan pembelajaran, termasuk perilaku guru menerapkan dalam pembelajaran.
Menurut Udin model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasikan pengalaman belajar untuk mencapai
tujuan belajar tertentu. Menurut Trianto model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan pembelajaran di kelas
atau pembelajaran tutorial. Dari berbagai pengertian yang dikemukakan oleh ahli tersebut
dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang
menggambarkan prosedur sistematik dalam pengorganisasian kegiatan belajar atau
mencapai tujuan pembelajaran.1
Model pembelajaran IPA adalah model pembelajaran yang didasarkan pada
pandangan konstruktivisme karena diaggap paling sesuai dengan karakteristik
pembelajaran IPA. Menurut pandangan konstruktivisme dalam proses pembelajaran IPA
disediakan serangkaian pengalaman berupa kegiatan nyata yang rasional atau dapat
dimengerti siswa dan memungkinkan terjadi interaksi sosial. Dengan kata lain saat proses
belajar berlangsung siswa harus terlibat secara langsung dengan kegiatan nyata.2
B. Jenis-Jenis Model Pembelajaran IPA di MI/SD
1. Model pembelajaran STEAM
Konsep pembelajaran STEAM (Science, Teknologi, Egineering, Art/Language,
dan Matematika) merupakan muatan pembelajaran yang menggunakan lima ilmu

1
Shilphy A. Octavia. Model-Model Pembelajaran. (Yogyakarta: Deepublish, 2012). Hal. 7
2
Septantiningtyas, Niken, Ahmad Madanibillah Shofiatun, and Abd Rahman. Pembelajaran Sains. Penerbit
Lakeisha, 2021.
yakni pengetahuan, teknologi, teknik, seni/bahasa, dan matematika, secara
menyeluruh dan berkaitan satu sama lain sebagai pola pemecahan masalah. Hasil
akhir yang diharapkan dari penerapan metode STEAM adalah peserta didik yang
mengambil risiko serius, terlibat dalam pembelajaran pengalaman, bertahan dalam
pemecahan masalah, merangkul kolaborasi, dan bekerja melalui proses kreatif.3
2. Model Pembelajaran PBL
Problem based learning (PBL) adalah metode pembelajaran yang dipicu oleh
permasalahan, yang mendorong siswa untuk belajar dan bekerja kooperatif dalam
kelompok untuk mendapatkan solusi, berpikir kritis dan analitis, mampu menetapkan
serta menggunakan sumber daya pembelajaran yang sesuai . Metode PBL atau
pemecahan masalah adalah suatu cara pembelajaran dengan menghadapkan siswa
kepada suatu problem/masalah untuk dipecahkan atau diselesaikan secara konseptual
masalah terbuka dalam pembelajaran.4
3. Model pembelajaran Inquiri
Model pembelajaran inquiri adalah cara mengajar yang bisa meningkatkan
kemandirian belajar murid di sekolah.model pembelajaran inquiri ini memposisikan
murid untuk bertambah luas daya fikir secara matang. Murid yang mampu belajar
sendiri ini haruslah mampu percaya diri untuk menyampaikan informasi yang
ditemukan kepada temannya. Guru bisa memberikan motivasi kepada murid agar bisa
termotivasi dengan giat.5
C. Pemilihan Model Pembelajaran
Menurut Arend memilih istilah model pembelajaran didasarkan pada dua alasan
penting. Pertama, istilah model memiliki makna yang lebih luas dari pada pendekatan,
strategi, metode dan teknik. Kedua model dapat berfungsi sebagai sarana komunikasi
yang penting, apakah yang dibicarakan tentang mengajar di kelas atau praktik mengawasi
anak-anak.

3
Hasanah, Aan, Qiqi Yuliati Zaqiah, and Yeti Heryati. "Model pembelajaran STEAM untuk meningkatkan
keterampilan abad 21." (2021).
4
Hotimah, Husnul. "Penerapan metode pembelajaran problem based learning dalam meningkatkan kemampuan
bercerita pada siswa sekolah dasar." Jurnal edukasi 7.2 (2020): 5-11.
5
Sugianto, Irfan, Savitri Suryandari, and Larasati Diyas Age. "Efektivitas model pembelajaran inkuiri terhadap
kemandirian belajar siswa di rumah." Jurnal Inovasi Penelitian 1.3 (2020): 159-170.
Resume Pembelajaran IPA (Model Pembelajaran IPA)

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Risqi Maslinda (210106032)

2. Mila Ratnasari (210106034)

3. Habiba (210106035)

4. Dilla Syakila (210106050)

A. Pengertian Model Pembelajaran IPA

Model pembelajaran merupakan kesatuan utuh dari penerapan pendekatan, strategi, metode,
teknik dan taktik pembelajaran. Maka dari itu, seorang guru harus mampu menguasai
berbagai variasi model pembelajaran agar dapat menyesuaikan dengan karakteristik dan gaya
belajar siswanya, khususnya dalam pembelajaran IPA. Hal ini bertujuan agar siswa dapat
memahami konsep dalam IPA, meningkatkan rasa ingin tahu mengenai berbagai peristiwa
yang berkaitan dengan alam sekitar, mengembangkan keterampilan proses sehingga mampu
memecahkan masalah melalui “doing science”, serta mengembangkan wawasan, sikap, nilai,
dan kemampuan untuk menerapkan konsep IPA, dan keterampilan dalam kehidupan sehari-
hari.

Pembelajaran IPA dimulai dengan memperhatikan konsepsi/pengetahuan awal siswa yang


relevan dengan apa yang akan dipelajari. Selanjutnya aktivitas pembelajaran dirancang
melalui berbagai kegiatan nyata dengan alam. Kegiatan pengalaman nyata dengan alam ini
dapat dilakukan di kelas atau laboratorium dengan alat bantu pelajaran maupun dilakukan
langsung di alam terbuka. Untuk dapat mengakomodasi hal tersebut, maka diperlukanlah
bahasan mengenai model pembelajaran khusus yang biasa digunakan dalam pembelajaran
IPA, khususnya di Sekolah Dasar.

B. Macam-macam Model Pembelajaran IPA

1. Problem Based Learning

Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang lebih
mengutamakan proses belajar peserta didik (student center), dimana guru hanya
memfokuskan diri untuk membantu siswa belajar, mencapai keterampilan dan mengarahkan
diri. Model pembelajaran Problem based learning merupakan salah satu model pembelajaran
yang dapat menolong peserta didik meningkatkan keterampilan yang dibutuhkan di era
globalisasi saat ini. Selain itu model pembelajar ini juga memberikan impact kemampuan
menganalisis masalah kepada peserta didik.

2. Inquiry Learning

Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang


menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan menemukan
sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan. Strategi pembelajaran inkuiri
merupakan bentuk dari pendekatan yang berorientasi kepada peserta didik. SPI merupakan
strategi yang menekankan kepada pembangunan intelektual bagi peserta didik.
Perkembangan mental (intelektual) itu menurut Piaget dipengaruhi oleh 4 faktor, yaitu
maturation, physical experience, social experience dan equilibration.

3. Discovery Learning

Definisi dari Discovery Learning (belajar penemuan) sendiri banyak dikemukakan oleh para
ahli. Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam
pemeccahan masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Harapannya,
melalui penemuan ini, siswa akan belajar secara intensif dengan mengikuti langkah
investigasi atau pendekatan ilmiah. Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwaDiscovery
Learning merujuk pada proses pembelajaran dimana siswa berusaha sendiri mencari
permasalahan dengan modal pengetahuan yang dimiliki untuk kemudian menghasilkan
pengetahuan baru yang benar-benar bermakna melalui serangkaian proses penyelidikan
ilmiah.

4. Project Based Learning

Pelaksanaan penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL) merupakan


pembelajaran yang melibatkan proses berpikir aktif menyelesaikan masalah dengan
pembuatan proyek, yang dilaksanakan secara kolaboratif, inovatif dan berkaitan dengan
kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik lebih memahami materi pelajaran. Project Based
Learning (PjBL) merupakan model pembelajaran yang sangat ideal untuk diterapkan pada
pendidikan kejuruan dan pendidikan vokasi. Project Based Learning(PjBL) sangat
memperhatikan proses kerja yang sistematis untuk menghasilkan karya yang nyata dan
bermanfaat. Dengan pembelajaran model Project Based Learning nyata. mampu
meningkatkan keterampilan praktik kejuruan peserta didik. Kegiatan praktikum dapat
mengembangkan rasa ingin tahu, aktif, kreatif, inovatif, serta menumbuhkan kejujuran ilmiah.

C. Pemilihan Model Pembelajaran IPA MI/SD

Pemilihan model pembelajaran secara umum tentunya dilakukan sebelum proses atau
pelaksanaan pembelajaran dimulai. Tentunya sebagai bentuk kesiapan dalam mengajar
didalam kelas. beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam pemilihan model dapat
dipertegas dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang dapat

diajukan, antara lain:

a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan kompetensi

akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau yang dulu diistilahkan

dengan domain kognitif, afektif dan psikomotorik?

b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang dicapai?

c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?

2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran:

d. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?

e. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat atau tidak?

f. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari materi itu?

3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa:

a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta didik?

b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat bakat, dan kondisi peserta didik?

c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peseta didik?

4. Pertimbangan lainnya bersifat non-teknis:

a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah model pembelajaran yang kita terapkan dianggap satu-satunya model yang

dapat digunakan?

c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?


KELOMPOK VI :
ANNISA FATURRAHMAN
HUSNUN NAZIRIN
MISLAEN
M RIBATH SHOFARY

RESUME
MODEL PEMBELAJARAN IPA MI/SD
1. Pengertian Model Pembelajaran IPA
Model pembelajaran merupakan kesatun utuh dari penerapan pendekatan, strategi,
metode, Teknik, dan taktik pembelajaran. Maka dari itu, seorang guru harus mampu
menguasai berbagai variasi model pembelajaran agar dapat menyesuaikan dengan
karakteristik dan gaya belajar siswanya, khususnya dalam pembelajaran IPA. Hal ini
bertujuan agar dapat memaahami konsep dalam IPA, meningkatkan rasa ingin tahu
mengenai berbagai peristiwa yang berkaitan dengan alam sekitar, mengemnbangkan
keterampilan proses sehingga mampu memecahkan masalah ‘’doing science’’, serta
mengembngkan wawasan sikap,nilai, dan kemampuan untuk menerapkan konsep IPA,
dan keterampilan dalam kehidupan sehari-hari. 1
2. Jenis-Jenis Model Pembelajaran IPA
a. Problem Based Learning
Model pembelajaran Problem Based Learning adalah model pembelajaran yang
lebih mengutamakan proses belajar peserta didik (student center), dimana guru
hanya memfokuskan diri untuk membantu siswa belajar, mencapai keterampilan
dan mengarahkan diri.
b. Inquiry Learning
Strategi Pembelajaran Inquiry (SPI) adalah rangkaian kegiatan pembelajaran yang
menekankan pada proses berfikir secara kritis dan analitis untuk mencari dan
menemukan sendiri jawabannya dari suatu masalah yang ditanyakan.
c. Discovery Learning
Discovery Learning (belajar penemuan) sendiri banyak dikemukakan oleh para ahli.
Discovery Learning adalah proses pembelajaran yang melibatkan siswa dalam

1
Jajang Bayu Kelana dan Duhita Savira Wardani. Model Pembelajaran IPA SD. (Cirebon: PENERBIT EDUTRIMA
INDONESIA,2021)
pemeccahan masalah untuk mengembangkan pengetahuan dan keterampilan.
Harapannya, melalui penemuan ini, siswa akan belajar secara intensif dengan
mengikuti langkah investigasi atau pendekatan ilmiah.
d. Project Based Learning
Pelaksanaan penerapan model pembelajaran Project Based Learning (PjBL)
merupakan pembelajaran yang melibatkan proses berpikir aktif menyelesaikan
masalah dengan pembuatan proyek, yang dilaksanakan secara kolaboratif, inovatif
dan berkaitan dengan kehidupan sehari-hari sehingga peserta didik lebih memahami
materi pelajaran. 2
3. Pemilihan Model Pembelajaran IPA MI/SD
a. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai.
b. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran.
c. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa.
3
d. Pertimbangan lainnya bersifat non-teknis.

2
Dea Mustika, "Model-Model Pembelajaran IPA SD dan Aplikasinya" (Solok: PENERBIT MITRA CENDEKIA
MEDIA, 2022)

3
Muhammad Anwar Sani, “Pembelajaran IPA MI/SD” (Mataram: Sanabil, 2020), hlm. 78
TUGAS RESUME PEMBELAJARAN IPA

Oleh Kelompok 1

1. Baiq Jilan Afnan


2. Iktana Zulfa
3. Uci Dwi Farhani
4. Vika Amalia Kaherunnisa

Pengertian Model Pembelajaran IPA

Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, model adalah pola (contoh,acuan, ragam,
dan sebagainya) dari suatu yang akan dibuat atau dihasilkan. Jadi secara leksikal
dikaitkan dengan pembelajaran tersebut, maka model pembelajaran adalah suatu
pola yang dirancang sebagai pedoman dalam pembelajaran. Gagne dan Briggs
menyebutkan istilah model pembelajaran dengan instructional model, yaitu
sejumlah komponen strategi yang disusun secara integrative, terdiri dari langkah-
langkah yang sistematis, aplikasi hasil pemikirann, contoh-contoh, latihan serta
berbagai strategi untuk memotivasi peserta didik.

Jenis Model-Model Pembelajaran IPA

1. Problem Based Learning


Problem based learning (PBL) merupakan penggunaan sebuah kasus atau
scenario masalah untuk menentukan tujuan pembelajaran pada siswa. Siswa
melakukan studi mandiri sebelum kembali ke kelompok untuk berdiskusi dan
menyempurnakan pengetahuan yang mereka peroleh. PBL tidak hanya terfokus
pada masalah saja, melainkan menggunakan masalah yang sesuai untuk
menambah pengetahuan dan pemahaman siswa.
Kelebihan dari PBL menurut Shoimin adalah sebagai siswa dilatih untuk
memiliki kemampuan memecahkan masala, membangun pengetahuannya
sendiri, pembelajaran berfokus pada masalah, terbiassa menggunakan sumber-
sumber pengetahuan lain yang ada di lingkungannya, dapat menilai kemajuan
berlajarnya sendiri, dapat berkomunikasi dalam kegiatan diskusi atau presentasi
hasil pekerjaan mereka dan kesuloitan belajar dapat diatasi melalui kerja
kelompok.
Kelemahan PBL menurut Al-Ta`biyah adalah persiapan pembelajaran (alat,
problem, konsep) yang kompleks. Sedangkan menurut Shoimin kekurangan
PBL adalah tidak dapat diterapkan untuk setiap materi pelajaran, kemampuan
tertentu yang kaitannya dengan pemecahan masalah dan dalam suatu yang
memiliki tingkat kergaman siswa yang tinggi akan terjadi kesuliatan dalam
pembagian tugas.
2. Inquiry Learning
Inquiry learning merupakan rangkaian kegiatan belajar yang melibatkan
seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan menyelidiki secara sistematis,
kritis, logis, analisis, sehingga mereka dapat merumuskan sendiri penemuannya
dengan percaya diri. Hal senada dijelaskan oleh Sanjaya yang mengatakan
bahwa inquiry learning menekankan kepada kemampuan berpikir kritis,
menganalisa suatu masalah dan mencari sendiri jawaban tersebut, sehingga
jawaban yang diberikan setiap siswa berbeda.
Kelebihan dari inquiry learnimg dikemukakan oleh Sund dan Trowbridge
yaitu sebagai berikut:
1. Meningkatkan potensi intelektual siswa.
2. Memperoleh pengetahuan yang bersifat penyelidikan
3. Memperpanjang proses ingatan
4. Memahami konsep-konsep sains dan ide-idenya dengan baik.
5. Pengajaran terpusat pada siswa.
6. Menghindarkan siswa belajar dengan hafalan
Sedangkan kekurangan inquiry learnimg menurut Sanjaya yaitu sebagai berikut:
1. sulit mengontrol kegiatan siswa dan bmerencanakan pembelajaran oleh
karena terbentur dengan kebiasaan siswa dalam belajar.
2. waktu yang dibutuhkan lama, sehingga guru sulit menyesuaikannya dengan
waktu yang lebih ditentukan.
3. kesiapan siswa dan masalah yang diberikan haruslah yang dapat menjangkau
nalar siswa.
3. Discovery Learning
Definisi dari discovery learning (belajar penemuan) sendiri banyak
dikemukakan oleh para ahli. Menurut Anitah discovery learning adalah proses
pembelajaran yang melibatkan siswa dalam pemeccahan masalah untuk
mengembangkan pengetahuan dan keterampilan. Harapannya, melalui
penemuan ini, siswa akan belajar secara intensif dengan mengikuti langkah
investigasi atau pendekatan ilmiah. Sementara itu, Bruner mendefiniskan
discovery learning sebagai penguasaan pengetahuan untuk diri sendiri. Belajar
penemuan melibatkan aktivitas siswa seperti mencari, menelusuri, mengolah,
dan menyelidiki. Dalam kegiatan ini, siswa mempelajari dan menemukan
pengetahuan baru yang relevan dengan materi dan berbagai keterampilan seperti
menguji hipotesis, merumuskan masalah, dan mengumpulkan informasi.
Suryosubroto (2002) mengemukakan beberapa keunggulan dan kelemahan
Discovery Learning. Keunggulannya diantaranya:
1. Membantu siswa mengembangkan penguasaan keterampilan dan proses
kognitif.
2. Pengetahuan yang diperoleh sifatnya pribadi dan mungkin merupakan suatu
pengetahuan yang sangat kukuh, dalam arti pendalaman dari pengertiannya
berada dalam retensi dan transfer jangka panjang.
3. Membangkitkan minat belajar pada siswa.
4. Memberi kesempatan kepada siswa untuk bergerak maju sesuai dengan
kemampuannya sendiri.
5. Siswa mengarahkan sendiri cara belajarnya sehingga ia lebih merasa terlibat
dan termotivasi untuk belajar, paling sedikit pada suatu proyek penemuan
khusus.
6. Membantu memperkuat pribadi siswa dengan bertambahnya kepercayaan
pada diri sendiri melalui proses penemuan.
7. Memungkinkan siswa sanggup mengatasi kondisi yang mengecewakan.
8. Membantu perkembangan siswa untuk menemukan kebenaran akhir dan
mutlak.

Sedangkan kelemahan discovery learningmenurut Suryosubroto adalah:

1. Metode ini menimbulkan asumsi bahwa ada kesiapan pikiran untuk belajar.
Bagi siswa yang kurang pandai, akan mengalami kesulitan abstrak atau
berpikir atau mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep, yang tertulis
atau lisan, sehingga pada gilirannya akan menimbulkan frustasi.
2. Metode ini tidak efisien untuk mengajar jumlah siswa yang banyak, karena
membutuhkan waktu yang lama untuk membantu mereka menemukan teori
atau pemecahan masalah lainnya.
3. Pengajaran discovery lebih cocok untuk mengembangkan pemahaman,
sedangkan mengembangkan aspek konsep, keterampilan dan emosi secara
keseluruhan kurang mendapat perhatian.
4. Tidak menyediakan kesempatan-kesempatan untuk berpikir yang akan
ditemukan oleh siswa karena telah dipilih terlebih dahulu oleh guru.
4. Project Based Learning
Definisi project based learning (PjBL) menurut George Lucas Educational
Foundation adalah sebuah model pembelajaran yang menuntut pendidik dan
siswa mengembangkan guiding question (pertanyaan penuntun) yang
berhubungan dengan sebuah topik di dunia nyata dengan menghubungkan antar
subjek materi dalam lintas disiplin ilmu. Mengingat bahwa tiap siswa memiliki
gaya belajar yang berbeda, maka PjBL dapat memberikan kesempatan kepada
siswa untuk menggali konten materi pengetahuan secara holistik dengan
menggunakan berbagai cara yang bermakna bagi masing-masing siswa serta
melakukan eksperimen secara kolaboratif sehingga pada akhirnya setiap siswa
mampu menjawab dan menyelesaikan permasalahan.
Adapun kelebihan PjBL menurut Boss dan Kraus diantaranya:
1. Model PjBL ini bersifat terpadu dengan kurikulum sehingga tidak
memerlukan tambahan apapun dalam pelaksanaannya.
2. Siswa terlibat dalam kegiatan dunia nyata dan mempraktikkan strategi otentik
secara disiplin.
3. Siswa bekerja untuk memecahkan masalah yang penting baginya secara
kolaboratif.
4. Teknologi terintegrasi sebagai alat untuk penemuan, kolaborasi, dan
komunikasi dalam mencapai tujuan pembelajaran penting dalam cara-cara
baru.
5. Meningkatkan kerja sama guru dalam merancang dan mengimplementasikan
proyek-proyek lintas disiplin ilmu.
Sedangkan kelemahan dari model ini yaitu:
1. Memerlukan banyak waktu dan biaya.
2. Memerlukan banyak media dan sumber belajar.
3. Memerlukan guru dan siswa yang sama-sama siap belajar dan berkembang.
4. Ada kekhawatiran siswa hanya akan menguasai satu topik tertentu yang
dikerjakannya.

Pemilihan Model Pembelajaran

Beberapa hal yang harus dipertimbangkan guru dalam pemilihan model dapat
dipertegas dengan menjawab beberapa pertanyaan berikut:

1. Pertimbangan terhadap tujuan yang hendak dicapai. Pertanyaan-pertanyaan yang


dapat diajukan;
a. Apakah tujuan pembelajaran yang ingin dicapai berkenaan dengan
kompetensi akademik, kepribadian, sosial dan kompetensi vokasional atau
yang dulu diistilahkan dengan domain kognitif, afektif dan psikomotorik?
b. Bagaimana kompleksitas tujuan pembelajaran yang dicapai?
c. Apakah untuk mencapai tujuan itu memerlukan keterampilan akademik?
2. Pertimbangan yang berhubungan dengan bahan atau materi pembelajaran
a. Apakah materi pelajaran itu berupa fakta, konsep, hukum atau teori tertentu?
b. Apakah untuk mempelajari materi pembelajaran itu memerlukan prasyarat
atau tidak?
c. Apakah tersedia bahan atau sumber-sumber yang relevan untuk mempelajari
materi itu?
3. Pertimbangan dari sudut peserta didik atau siswa
a. Apakah model pembelajaran sesuai dengan tingkat kematangan peserta
didik?
b. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan minat bakat, dan kondisi
peserta didik?
c. Apakah model pembelajaran itu sesuai dengan gaya belajar peseta didik?
4. Pertimbangan lainnya bersifat non-teknis
a. Apakah untuk mencapai tujuan hanya cukup dengan satu model saja?
b. Apakah model pembelajaran yang kita terapkan dianggap satu-satunya
model yang dapat digunakan?
c. Apakah model pembelajaran itu memiliki nilai efektivitas atau efisiensi?

Anda mungkin juga menyukai