Anda di halaman 1dari 10

858 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-7 2018

PENGARUH MODEL DISCOVERY LEARNING TERHADAP


KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS PADA PEMBELAJARAN IPA
SISWA KELAS V SD

THE EFFECT OF DISCOVERY LEARNING IMPLEMENTATION TOWARD


CRITICAL THINKING ABILITY ON SCIENCE OF GRADE V STUDENT’S
Oleh: Oktafiana Irma Susanti, Pendidikan Guru Sekolah Dasar Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Yogyakarta, oktafianairma17@gmail.com

Penelitian ini bertujuan unuk mengetahui pengaruh model Discovery Learning terhadap
kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah pada pembelajaran IPA siswa kelas V SD se-
Gugus III Kecamatan Jatinom. Jenis penelitian ini adalah penelitian eksperimen berupa Quasy
Experimental Desain Type Nonequivalent Control Group Design. Pengambilan sampel dilakukan
dengan teknik purposive cluster random sampling. Sampel penelitian terdiri dari 21 siswa (kelompok
eksperimen) dan 20 siswa (kelompok kontrol). Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini adalah soal tes dan lembar observasi. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini
adalah soal uraian tes kemampuan berpikir kritis. Hasil analisis data menunjukkan bahwa terdapat
pengaruh positif dan signifikan dari penggunaan model discovery learning terhadap kemampuan
berpikir kritis dalam pemecahan masalah. Hal tersebut ditunjukkan dengan nilai rata-rata post-test
kelompok ekesperimen sebesar 86,90 dan rata-rata post-test kelompok kontrol sebesar 78,19. Hasil
uji-t menunjukkan bahwa thitung sebesar 4,912 lebih besar dari ttabel yaitu 1,685 (4,192 > 1,685).

Kata kunci: model Discovery Learning, Kemampuan berpikir kritis dalam pemecahan masalah

Abstract
The aim of this research is to determine the effect of Discovery Learning Model on critical
thinking ability in problem solving on science learning of grade V students at Cluster III Distric in
Jatinom Regency. This type of research was an experiment research in the form of Quasy
Experimental Design Type Nonequivalent Control Group Design. Research sample was purposive
cluster random sampling techniques. The study sample consisted of 21 students (experiment group)
and 20 students (control group). Data collecting techniques used in this study were test and
observation. The data collection instrument in this research was the description of the critical thinking
skills test. The results show that the implementation of discovery learning has a positive and
significant influence on critical thinking ability in problem solving on science learning of grade V
elementary school students in cluster III Jatinom district, Klaten. This was showed by the mean of
post-test experimental group was 86.90 and the mean post-test control group was 78.19. The result of
t-test shows that tcount was 4,912 bigger ttable that was 1.685 (4.192> 1.685).

Keywords: Discovery Learning Model, Critical thinking ability in problem solving

PENDAHULUAN dilakukan dengan cara menciptakan


Pendidikan merupakan hal yang sangat pembelajaran yang melibatkan aktifitas siswa
penting dan mendasar bagi kehidupan setiap secara penuh. Menurut Rohman (2013: 3)
manusia karena di dalam pendidikan manusia pendidikan menuntut kesadaran dari peserta
akan memperoleh berbagai macam didik untuk terlibat secara penuh dalam
pengetahuan, ketrampilan, dan perubahan sikap. memahami realitas dunia, tidak sekedar
Berdasarkan UU No. 20 Tahun 2003 tentang mengumpulkan pengetahuan dan
Sistem Pendidikan Nasional. Pedidikan adalah menghafalkannya saja.
usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan Kegiatan pendidikan menurut Freire
suasana belajar dan proses pembelajaran agar (Rohman 2013: 2) merupakan kegiatan
peserta didik secara aktif mengembangkan memahami makna realitas yang dipelajari.
potensi dirinya secara maksimal. Hal itu dapat Kegiatan tersebut menuntut sikap kritis dari
Pengaruh Model Discovery ..... (Oktafiana Irma S.) 859
para pelaku yaitu siswa dan guru. Menurut dalam kelas. Menurut Kemp (Hamruni, 2012:
Ennis (Kuswana 2012: 196) berpikir kritis 2) menjelaskan bahwa model pembelajaran
adalah berpikir yang wajar dan reflektif yang adalah suatu kegiatan pembelajaran yang harus
berfokus pada memusatkan apa yang harus di kerjakan guru dan siswa agar tujuan
diyakini atau dilakukan. Sedangkan menurut pembelajaran dapat tercapai secara efektif dan
Santrock (Kowiyah, 2012: 177) menyatakan efisien. Penyususnan model pembelajaran
bahwa berpikir kritis adalah memahami makna adalah pencapaian tujuan. Dengan demikian,
masalah secara lebih dalam, mempertahankan penyususnan langkah-langkah pembelajaran,
agar pikiran tetap terbuka terhadap segala pemanfaatan berbagai fasilitas dan sumber
pandangan yang berbeda, berpikir secara belajar semua diarahkan dalam upaya
reflektif, dan bukan hanya menerima pencapaian tujuan. Selain sebagi cara untuk
pernyataan-pernyataan dan melaksanakan mencapai tujuan pembelajaran, model belajar-
prosedur tanpa memahami terlebih dahulu. mengajar guru akan mempengaruhi kondisi
Menurut Kronberg dan Griffin (Hamruni, siswa ketika belajar. Hal ini akan berpengaruh
2012:104) terdapat beberapa pengajaran yang pada kemampuan berpikir kritis siswa selama
dapat digunakan untuk melatih kemampuan proses pembelajaran berlangsung.
berpikir kritis, antara lain: analisis masalah, Salah satu model pembelajaran yang
pemecahan masalah, atau belajar berbasis dapat digunakan untuk meningkatkan
masalah yang menekan pada metode sains. kemampuan berpikir kritis siswa dalam
Dalam proses belajar mengajar siswa pemecahan masalah adalah model pembelajaran
diharapkan agar dapat menganalisis dan berbasis masalah dengan menggunakan model
menyimpulkan informasi-informasi dengan Discovery Learning. Menurut Hanafiah &
kemampuan berpikir kritis yang dimilikinnya. Suhana (2012:77) model discovery learning
Salah satu cara untuk meningkatkan merupakan suatu rangkaian kegiatan
kemampuan berpikir kritis siwa yaitu melalui pembelajaran yang melibatkan secara maksimal
pembelajaran IPA. Menurut Samatowa (2011: seluruh kemampuan siswa untuk mencari dan
2) menyatakan bahwa pembelajaran IPA di menyelidiki secara sistematis, kritis, dan logis
Sekolah Dasar (SD) hendaknya membuka sehingga mereka dapat menemukan sendiri
kesempatan siswa untuk memupuk rasa ingin pengetahuan, sikap, dan keterampilan sebagai
tahu secara alamiah. Hal tersebut akan wujud adanya perubahan perilaku.
membantu siswa dalam mengembangkan Model discovery learning adalah salah
kemampuan bertanya dan mencari berdasarkan satu model yang menuntut adanya aktivitas
bukti serta mengembangkan cara berpikir siswa dan keterlibatan siswa secara penuh.
ilmiah siswa. Model discovery learning merupakan
IPA sangat penting diajarkan di sekolah pembelajaran yang dikembangkan untuk
dasar, menurut Samatowa (2011: 3) membantu siswa dalam mengembangkan
menyebutkan beberapa alasan IPA sangat kemampuan berpikir, memecahkan masalah,
penting diajarkan di SD yaitu, 1) IPA berfaedah dan ketrampilan intelektual. Kemampuan
bagi suatu bangsa karena IPA merupakan dasar berpikir tingkat tinggi, khususnya berpikir kritis
dari teknologi yang menentukan kemajuan sangat penting diajarkan di sekolah.
pembangunan suatu bangsa, 2) IPA merupakan Kelebihan dari model discovery learning
suatu mata pelajaran yang memberikan anak dibandingakan dengan model yang lain yaitu
kesempatan berpikir kritis dan objektif, 3) IPA dengan model discovery learning siswa dapat
tidak hanya hafalan berkala, karena dapat dilatih untuk berpikir krits dalam menghadapi
diajarkan dengan cara percobaan-percobaan dan menyelesaikan permasalahan yang
yang dilakukan siswa sendiri, 4) IPA disajikan selama proses pembelajaran. Melalui
mempunyai nilai-nilai pendidikan yang dapat tahapan tersebut siswa diberi kesempatan untuk
membentuk kepribadian anak secara mengaplikasikan pengetahuan yang mereka
keseluruhan. Untuk meningkatkan kemampuan miliki dalam dunia nyata serta membantu siswa
berpikir kritis siswa diperlukan berbagai cara untuk mengembangkan pengetahuan barunya.
dalam penyampaian pelajaran yang dapat Berdasarkan hasil observasi yang
menarik siswa. dilaksanakan Sabtu 3 Desember 2016 di SD se-
Model pembelajaran mempunyai peran Gugus III Kecamatan Jatinom Kabupaten
penting dalam kegiatan belajar mengajar, dan Klaten menunjukkan bahwa proses
cara guru membawakan pengajarannya di pembelajaran IPA di kelas masih terpusat pada
860 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-7 2018

guru (teacher center) dngan metode yang lebih “Pengaruh Model Discovery Learning
dominan digunakan dalam pembelajaran IPA Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dalam
antara lain metode ceramah, tanya jawab, dan Pemecahan Masalah Pada Pembelajaran IPA
penugasan sehingga siswa tidak terlibat aktif Siswa Kelas V SD se-Gugus III Kecamatan
dalam pembelajaran. Kegiatan siswa hanya Jatinom Kabupaten Klaten.
mendengarkan dan mencatat materi yang
disampaikan oleh guru, hal tersebut METODE PENELITIAN
mengakibatkan kemampuan berpikir kritis Jenis Penelitian
siswa rendah. Dalam penelitian ini, peneliti Jenis penelitian ini adalah penelitian
memilih dua SD yang relatif homogen untuk eksperimen dengan menggunakan desai
dijadikan sampel dalam penelitian yaitu, SD N penelitian yaitu quasi experimental bentuk
2 Glagah dan SD N 3 Glagah. nonequivalent control group design. Gambaran
Berdasarkan hasil wawancara dengan mengenai Nonequivalent Control Group Design
guru kelas V di SD N 2 Glagah dan SD N 3 ialah sebagai berikut:
Glagah beliau mengemukakan bahwa guru
lebih banyak memberikan soal-soal pada tahap O1 X O2
ingatan dan pemahaman. Siswa tidak pernah
O3 ̶ O4
diberikan kesempatan untuk mengerjakan soal
dengan tingkat yang lebih tinggi seperti soal-
soal analisis yang dapat melatih kemampuan (Sugiyono, 2015: 116)
berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah. Keterangan:
Sehingga pada saat guru memberikan suatu X = Perlakuan dengan menggunakan model
pertanyaan pada siswa, siswa kurang dapat discovery learning
memberikan alasan atau pendapat dengan - = Perlakuan seperti biasanya guru
jawaban yang diberikan. Siswa hanya dapat memberikan perlakuan (ceramah,
memberikan jawaban hanya sebatas hafalan tanya jawab, penugasan)
yang diingat, tanpa memiliki suatu konsep yang O1 = Kelompok eksperimen sebelum diberi
mendasar. Hal tersebut dapat menyebabkan perlakuan
peserta didik kurang mengembangkan O3 = Kelompok kontrol sebelum diberi
kemampuan berpikir kritis dalam memecahkan perlakuan
maslah dan menerapkan konsep-konsep yang O2 = Kondisi kelompok eksperimen setelah
dipelajari di sekolah kedalam kehidupan sehari- diberi perlakuan dengan menggunakan
hari. model discovery learning
Penulis dalam penelitian ini memilih O4 = Kondisi kelompok kontrol setelah
model discovery learning sebagai inovasi dalam diberi perlakuan seperti biasanya guru
pembelajaran karena pada dasarnya siswa SD memberikan perlakuan (ceramah,
dalam memecahkan masalah-masalah belajar tanya jawab, penugasan)
belum mandiri. Oleh karena itu diperlukan
bimbingan dari guru untuk mengarahkan dan Waktu dan Tempat Penelitian
memfasilitasi peserta didik dalam belajar. Cara Penelitian ini dilaksanakan pada semester
belajar dengan model discovery learning dapat II tahun ajaran 2016/2017, yakni pada tanggal
membantu siswa dalam memahami materi 06-15 bulan April 2017. Pelaksanaan penelitian
pelajaran yang diberikan oleh guru karena tidak dilaksanakan sebanyak 3 kali pertemuan baik
hanya sekedar kegiatan menghafal saja, dalam kelompok eksperimen maupun kelompok
model discovery learning siswa didorong untuk kontrol. Tempat penelitian yaitu SD Negeri 2
belajar sebagian besar melalui keterlibatan aktif Glagah dan SD Negeri 3 Glagah.
mereka sendiri dengan konsep-konsep dan
prinsip-prinsip, dan guru mendorong siswa Populasi dan Sampel
untuk memiliki pengalaman dan melakukan Populasi yang digunakan dalam
percobaan yang memungkinkan mereka penelitian ini adalah seluruh siswa kelas V
menemukan prinsip-prinsip untuk diri mereka Sekolah Dasar se-Gugus III Kecamatan
sendiri. Jatinom, Kabupaten Klaten. Teknik sampling
Berdasarkan latar belakang tersebut, yang digunakan dalam penelitian ini adalah
peneliti bermaksud ingin mengetahui lebih teknik purposive cluster random sampling.
lanjut dan mengadakan penelitian tentang Sampel yang digunakan dalam penelitian ini
Pengaruh Model Discovery ..... (Oktafiana Irma S.) 861
adalah SD N 2 Glagah, dan SD N 3 Glagah. taraf signifikansi 5%. Apabila p < 0,05 maka
Kemudian untuk menentukan kelompok kontrol hipotesis diterima
dan kelompok eksperimen menggunakan teknik Hipotesis yang digunakan dalam
random sampling, sehingga diperoleh SD N 3 penelitian ini yaitu:
Glagah sebagai kelompok kontrol dan SD N 2 Ha : Ada pengaruh yang positif dan
Glagah sebagai kelompok eksperimen. signifikan dari penggunaan model
pembelajaran discovery learning
Instrumen Penelitian terhadap kemampuan berpikir kritis
Instrumen yang digunakan dalam siswa dalam pemecahan masalah dalam
penelitian ini berupa soal tes dan lembar pembelajaran IPA kelas V SD se-Gugus
observasi. Tes dalam penelitian ini terbagi III Kecamatan Jatinom Kabupaten
menjadi dua tahap yaitu Pretest dan Post-test. Klaten.
Soal tes dalam bentuk uraian digunakan untuk Ho : Tidak ada pengaruh dari penggunaan
mengukur kemampuan berpikir kritis siswa. model pembelajaran discovery learning
Sedangkan lembar observasi digunakan untuk terhadap kemampuan berpikir kritis
memperoleh data mengenai aktivitas guru siswa dalam pemecahan masalah dalam
dalam melaksanakan model pembelajaran pembelajaran IPA kelas V SD se-Gugus
discovery learning. III Kecamatan Jatinom Kabupaten
Klaten.
Teknik Analisis Data
Data dalam penelitian ini dianalisis HASIL PENELITIAN DAN
menggunakan analisis deskriptif dan statisrik PEMBAHASAN
inferensial. Data yang dianalisis secara Hasil Penelitian
deskriptif adalah data hasil observasi 1. Hasil Tes Awal (Pretest)
pelaksanaan pembelajaran di kelas eksperimen Pre-test pada kelompok eksperimen
dan kontrol serta data hasil pretest dan postest dilaksanakan sebelum diberikan perlakuan. Pre-
siswa. Data yang diolah dengan statistik tesr kelompok eksperimen dan kelompok
inferensial adalah data pretest dan posttest. kontrol dilaksanakan pada tanggal 6 dan 7 April
Statisrik inferensial terdapat statistik 2017. Berikut deskripsi hasil pretest
parameris dan statistik non parametris. Dalam selengkapnya.
penelitian ini data berdistribusi normal sehingga a. Kelompok Eksperimen
menggunakan statistik parametris. Statistik Tabel 1. Hasil Perhitungan Statistik Pretest
parametris terdiri dari dua tahap yaitu uji Kelompok Eksperimen
prasyarat dan uji hipotesis. Terdapat dua uji Statistik Kelas Eksperimen
prasyarat yang dilakukan, yaitu menggunakan Jumlah Skor 1380
uji normalitas dan uji homogenitas. Uji Rata-rata/ mean 65,74
normalitas dilakukan dengan uji Kolmogorof- Skor maksimum 77,78
Smirnov dengan bantuan SPSS. 16 for windows. Skor minimum 55,56
Dasar pengambilan keputusan dengan melihat Standar deviasi 5.849
angka probabilitas, apabila p > 0, 05 maka data Berdasarkan tabel 1 dapat dijelaskan
berdistribusi normal. Uji homogenitas bahwa hasil pre-test kemampuan berpikir kritis
dilakukan dengan uji Levene Statistic. Analisis siswa dalam pemecahan masalah pada
uji homogenitas dibantu menggunakan SPSS. kelompok eksperimen diperoleh skor rata-rata
16 for windows. Dasar pengambilan keputusan sebesar 65,74; skor tertinggi sebesar 77,78; dan
yaitu dengan melihat angka probabilitas, skor terendah sebesar 55,56.
apabila p > 0,05 maka varian dinyatakan b. Kelompok Kontrol
homogen. Uji normalitas digunakan untuk Tabel 2. Hasil Perhitungan Statistik Pretest
memeriksa apakah data yang dianalisis Kelompok Kontrol
berdistribusi normal atau tidak. Selain uji Statistik Kelas Kontrol
prasyarat, dilakukan juga uji hipotesis Jumlah Skor 1311
menggunakan T-test. Dalam penelitian ini, Rata-rata/ mean 65,56
peneliti membandingkan kelompok kontrol Skor maksimum 77,78
dengan kelompok eksperimen sehingga teknik
Skor minimum 55,56
analisis data yang digunakan adalah t-test
Standar deviasi 5.585
dengan bantuan SPSS. 16 for windows pada
862 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-7 2018

Berdasarkan tabel 2 dapat dijelaskan


bahwa hasil pre-test kemampuan berpikir kritis
siswa dalam pemecahan masalah pada b. Kelompok Kontrol
kelompok kontrol diperoleh skor rata-rata Observasi pada kelompok kontrol
sebesar 65,56; skor tertinggi sebesar 77,78; dan dilakukan terhadap kegiatan pembelajaran di
skor terendah sebesar 55,56. kelas yang menggunakan metode ceramah dan
c. Perbandingan pre-test kelompok kontrol tanya jawab, dan penugasan. Observasi
dan kelompok eksperimen dilakukan tiga kali pada kelompok kontrol.
Tabel 3. Hasil pre-test kelompok eksperimen Berdasarkan tabel hasil observasi pada
dan kelompok kontrol kelompok kontrol dapat dinyatakan bahwa
Statistik Kelompok Kelompok secara umum keterlaksanaan langkah-langkah
kontrol eksperimen pembelajaran yang dilakukan guru pada
Jumlah Skor 1311 1380 kelompok kontrol sudah sesuai dengan langkah-
Rata-rata/ 65,56 65,74 langkah yang sudah ditetapkan sebelumnya
mean dengan rata-rata keterlaksanaan sebesar
Skor 77,78 77,78 93,33%.
maksimum 3. Hasil Tes Akhir (Post-test)
Skor 55,56 55,56 a. Kelompok Eksperimen
minimum Pada kelompok eksperimen, post-test
Standar 5.585 5.849 kemampuan berpikir kritis siswa dalam
deviasi pemecahan masalah dilaksanakan pada hari
Berdasarkan hasil pre-test kemampuan Kamis, 13 April 2017. Hasil perhitungan
berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah statistik post-test kemampuan berpikir kritis
kelompok kontrol dan kelompok eksperimen siswa dalam pemecahan masalah pada
menunjukkan rata-rata yang relatif sama. Hasil kelompok eksperimen dapat dilihat pada tabel 4
perbandingan pre-test kelompok kontrol dan di bawah ini.
kelompok ekaperimen kemudian disajikan Tabel 4. Hasil Perhitungan Statistik Posttest
dalam diagram berikut ini: Kelompok Eksperimen
Statistik Kelompok
90 eksperimen
70
65,74 65,56 Jumlah Skor 1825
Rata-rata/ mean 86,90
50 Skor maksimum 94,44
kelompok kelompok Skor minimum 77,78
eksperimen kontrol Standar deviasi 5.133
Hasil perhitungan statistik post-test
Gambar 1. Diagram batang perbandingan skor
kemampuan berpikir kritis siswa dalam
rata-rata pre-test kemampuan berpikir
pemecahan masalah pada kelompok eksperimen
kritis dalam pemecahan masalah
di atas menunjukkan nilai rata-rata/mean yang
kelompok eksperimen dan kelompok
diperoleh keseluruhan siswa sebesar 86,90;
kontrol.
nilai tertinggi sebesar 94,44; dan nilai terendah
2. Pelaksanaan Kegiatan Pembelajaran
sebesar 77,78.
a. Kelompok Eksperimen
b. Kelompok Kontrol
Observasi dilakukan terhadap kegiatan
Pada kelompok kontrol, post-test
pembelajaran di kelas. Tujuan observasi adalah
lemampuan berpikir kritis siswa dalam
untuk mengetahui kesesuaian langkah-langkah
pemecahan masalah dilaksanakan pada hari
pembelajaran model discovery learning dengan
Sabtu, 15 April 2017. Hasil perhitungan
rencana pelaksanaan pembelajaran yang sudah
statistik post-test kemampuan berpikir kritis
dibuat sebelumnya. Observasi dilaksanakan tiga
siswa dalam pemecahan masalah pada
kali. Rata-rata keterlaksanaan pembelajaran
kelompok kontrol adalah sebagai berikut. ini:
pada kelompok eksperimen adalah 100%. Guru
telah melaksanakan pembelajaran sesuai dengan
langkah-langkah pembelajaran yang ditetapkan
sebelumnya.
Pengaruh Model Discovery ..... (Oktafiana Irma S.) 863
Berikut hasil pre-test dan post-test
Tabel 5. Hasil Perhitungan Statistik Posttest kelompok kontrol dan kelompok eksperimen
Kelompok Kontrol yang disajikan dalam tabel 7:
Statistik Kelompok kontrol Tabel 7. Hasil pre-test dan post-test kelompok
Jumlah Skor 1563 eksperimen dan kelompok kontrol
Rata-rata/ mean 78,19 Hasil pre-test Hasil post-test
Skor maksimum 88,89
Statistik
Kontrol Eksperimen Kontrol Eksperimen
Skor minimum 66,67 Jumlah Skor 1311 1380 1563 1825
Standar deviasi 6,197 Rata-rata/ mean 65,56 65,74 78,19 86,90
Hasil perhitungan statistik post-test Skor maksimum 77,78 77,78 88,89 94,44
kemampuan berpikir kritis siswa dalam
Skor minimum 55,56 55,56 66,67 77,78
pemecahan masalah pada kelompok kontrol di
atas menunjukkan nilai rata-rata/mean yang Standar deviasi 5.585 5.849 6,197 5.133
diperoleh keseluruhan siswa sebesar 78,19; Selisih skor rata-rata pre-test kelompok
nilai tertinggi sebesar 88,89; dan nilai terendah kontrol dengan kelompok eksperimen adalah
sebesar 66,67. 0,18. Setelah kedua kelompok diberi perlakuan,
c. Perbandingan post-test kelompok kontrol kelompok eksperimen mengalami peningkatan
dan kelompok eksperimen skor rata-rata sebesar 21,16 sedangkan
Tabel 6. Hasil post-test kelompok eksperimen kelompok kontrol mengalami peningkatanskor
dan kelompok kontrol rata-rata sebesar 12,63. Sehingga selisih skor
Statistik Kelompok Kelompok rata-rata post-test kelompok kontrol dan
kontrol eksperimen kelompok eksperimen sebesar 8,71. Hasil
Jumlah Skor 1563 1825 perbandingan pre-test post-test kelompok
Rata-rata/ 78,19 86,90 kontrol dan kelompok ekaperimen kemudian
mean disajikan dalam diagram berikut ini:
Skor 88,89 94,44
maksimum 90 78,19
86,9
Skor 66,67 77,78 65,56 65,74
minimum 70
Standar 6,197 5.133 50
deviasi kelompok kelompok
Berdasarkan data tabel 6, dapat diketahui kontrol eksperimen
bahwa rata-rata post-test kemampuan berpikir
kritis siswa dalam pemecahan masalah pada Gambar 3. Diagram batang perbandingan skor
kelompok eksperimen lebih tinggi dari pada rata-rata pre-test dan post-test
kelompok kontrol. Hasil perbandingan post-test kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol dan kelompok ekaperimen kelompok control
kemudian disajikan dalam diagram berikut ini:
4. Hasil Analisis Data
a. Uji prasyarat
1) Uji normalitas
Rumus yang digunakan adalah
Kolmogorov-Smirnov Uji normalitas ini
dilakukan pada hasil pre-test dan post-test pada
kelompok kontrol maupun kelompok
Gambar 2. Diagram batang perbandingan skor eksperimen. Hasil uji normalitas adalah sebagai
rata-rata post-test kemampuan berikut:
berpikir kritis dalam pemecahan
masalah kelompok eksperimen dan
kelompok kontrol.
d. Perbandingan hasil pre-test post-test
kelompok kontrol dan kelompok
eksperimen
864 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-7 2018

Tabel 8. Hasil uji normalitas pre-test dan post- eksperimen. Data hasil uji-t data pre-test dapat
test kelompok kontrol dan kelompok dilihat dalam tabel berikut:
eksperimen Tabel 10. Hasil t-test data pre-test kemampuan
Data Probabilitas Sigmin Keterangan interpersonal
(P) atau Sig Aspek Eksperimen Kontrol
hitung Mean 65,74 65,56
N 21 20
Pre-test 0,138 0,05 Sebaran t-hitung 0,104
eksperi data normal t-tabel 1,685
men sig. (2-tailed) 0,918
Analisis t hitung < t tabel
Pre-test 0,144 0,05 Sebaran
kontrol data normal Keterangan Tidak signifikan
Berdasarkan perhitungan dengan
Post- 0,195 0,05 Distribusi menggunakan rumus t-test diperoleh nilai
test data normal signifikansi lebih besar dari pada 0,05 yaitu
eksperi 0,104. Hal ini menunjukkan bahwa tidak ada
men perbedaan yang signifikan kemampuan berpikir
Post- 0,118 0,05 Distribusi kritis siswa dalam pemecahan masalah awal
test data normal dari kedua kelompok, dengan kata lain kedua
kontrol kelompok memiliki kemampuan berpikir kritis
2) Uji homogenitas dalam pemecahan masalah yang relatif sama.
Tujuan dari uji normalitas ini adalah Dari hasil penghitungan ini peneliti dapat
untuk mengetahui apakah data berasal dari melanjutkan penelitian dengan melaksanakan
populasi bervarian atau tidak. Uji homogenitas pembelajarab dengan model discovery learning
menggunakan rumus levene’s test. Hasil dari uji pada kelompok eksperimen.
homogenitas adalah sebagai berikut: c. Uji hipotesis
Tabel 9. Hasil uji homogenitas kelompok Uji hipotesis dilakukan untuk
kontrol dan kelompok eksperimen memperkuat data perbandingan skor rata-rata
post test kelompok kontrol dan kelompok
Data Sighitun Sigmi Keterangan
eksperimen. Hasil uji hipotesis dapat dilihat
g n
pada tabel berikut:
Pre-test 0,543 0,05 Varian
Tabel 11. Hasil uji-t skor post-test kemampuan
kemampua sama/homogen
interpersonal
n berpikir y
kritis dalam Aspek Eksperimen Kontrol
pemecahan Mean 86,90 78,19
masalah N 21 20
Post-test 0,027 0,05 Varian t-hitung 4,912
kemampua beda/tidak t-tabel 1,685
n berpikir homogen sig. (2-tailed) 0,00
kritis dalam Analisis t hitung > t tabel
pemecahan Keterangan Signifikan
masalah Berdasarkan hasil analisis uji-t diperoleh
Berdasarkan tabel 9, data pre-test berasal nilai signifikansi adalah 0,00 lebih kecil dari
dari varian yang homogen sehingga penelitian 0,05 (0,00<0,05) maka Ha diterima dan Ho
dapat dilanjutkan. Sedangkan pada data post- ditolak. Artinya ada perbedaan yang positif dan
test data berasal dari varian yang berbeda. signifikan antara kelompok kontrol dengan
Varian yang berbeda ini disebabkan oleh kelompok eksperimen. Hasil uji-t menyatakan
pengaruh model discovery learning. bahwa ada pengaruh yang signifikan pada
b. Uji kemampuan awal penggunaan model discovery learning terhadap
Tujuan pengujian kemampuan awal kemampuan berpikir kritis siswa dalam
adalah untuk mengetahui apakah terdapat pemecahan masalah pada pembelajaran IPA
perbedaan signifikan dari kedua kelompok, kelas V SD Negeri Se-gugus III Kecamatan
yaitu kelompok kontrol dan kelompok Jatinom Kabupenen Klaten tahun ajaran
2016/2017.
Pengaruh Model Discovery ..... (Oktafiana Irma S.) 865
PEMBAHASAN Kemudian hasil post-test kelompok kontrol
1. Kondisi Sebelum Dilakukan Proses diperoleh skor tertinggi sebesar 88,89 skor
Pembelajaran terendah sebesar 66,67 dan skor rata-rata
Penelitian diawali dengan pemberian pre- sebesar 78,19. Perolehan skor rata-rata
test pada kelompok eksperimen dan kelompok kelompok eksperimen mengalami peningkatan
kontrol. Pre-test diberikan untuk mengetahui sebesar 21,16 dari kondisi awal, sedangkan
apakah kondisi awal kedua kelompok relatif pemerolehan skor rata-rata kelompok kontrol
sama atau berbeda. Hasil uji kesetaraan pre-test mengalami peningkatan sebesar 12,63.
kemampuan berpikir kritis siswa dalam Dari data diatas juga didukung dengan
pemecahan masalah pada kelompok eksperimen uji-t sebagai analisis datanya. Hasil uji-t pada
diperoleh skor rata-rata sebesar 65,74. skor rata-rata post-test kelompok kontrol dan
Kemudian hasil uji kesetaraan pre-test kelompok eksperimen diperoleh thitung>ttabel
kemampuan berpikir kritis siswa dalam yaitu 4.912>1,6852 dan nilai signifikansinya
pemecahan masalah pada kelompok kontrol adalah 0,000 lebih kecil dari 0,05 (0,00<0,05)
diperoleh skor rata-rata sebesar 65,65. Hasil maka Ho ditolak. Berdasarkan hasil uji-t
tersebut kemudian dikuatkan lagi dengan uji-t. tersebut, dapat dinyatakan bahwa ada pengaruh
Dari hasil uji-t diperoleh thitung sebesar 0,104 yang positif dan signifikan terhadap
sedangkan ttabel sebesar 1,6852. thitung < ttabel kemampuan berpikir kritis siswa dalam
(0,104 < 1,6852) dan nilai signifikansinya pemecahan masalah pada pembelajaran IPA
adalah 0,918 lebih kbesar dari 0,05 kelas V SD Se-gugus III Kecamatan Jatinom
(0,918>0,05) maka Ho diterima sehingga hasil Kabupaten Klaten.
pre-test dari kedua kelompok tersebut Berdasarkan hasil observasi
menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan pembelajaran yang dilakukan oleh peneliti,
yang signifikan antara kedua kelompok pada pembelajaran dengan menggunakan model
kondisi awal. discovery learning mampu meningkatkan
Dari hasil uji-t pada kelompok kemampuan berpikir kritis siswa dalam
eksperimen dan kelompok kontrol diperoleh pemecahan masalah. Berdasarkan hasil
kesimpulan bahwa kelompok eksperimen dan penelitian, dapat dinyatakan bahwa nilai rata-
kelompok kontrol memiliki kondisi rata pre-test pada kedua kelompok relatif sama
kemampuan awal yang relatif sama sehingga yaitu 65,74 pada kelompok eksperimen dan
penelitian dapat dilanjutkan. Kondisi awal yang 65,56 pada kelompok kontrol. Sedangkan nilai
relatif sama ini dikarenakan kedua kelompok rata-rata post-test pada kedua kelompok
menggunakan model pembelajaran yang sama terdapat perbedaan yang signifikan yaitu 86,90
yaitu ceramah, tanya jawab dan, penugasan. pada kelompok eksperimen dan 78,19 pada
Setelah mendapat hasil tersebut, kemudian kelompok kontrol. Selain itu pengaruh yang
peneliti memberikan perlakuan kepada positif dan signifikan kemampuan berpikir kitis
kelompok eksperimen yaitu siswa kelas V SD dalam pemecahan masalah dapat ditunjukkan
Negeri 2 Glagah. Kelompok eksperimen dengan bukti lain seperti perbandingan hasil
menerima pembelajaran dengan model pre-test dan post-test soal tertulis pada
discovery learning. Sedangkan siswa kelas V kelompok eksperimen dan kelompok kontrol.
SD Negeri 3 Glagah sebagai kelompok kontrol Hasil perbandingan yang diperoleh yaitu
menerima pembelajaran seoerti biasa yaitu adanya perbedaan jawaban siswa. Pada
metode ceramah, tanya jawab dan, penugasan. kelompok eksperimen jawaban siswa lebih
2. Kondisi Setelah Dilakukan Proses kritis jika dibandingkan dengan jawaban siswa
Pembelajaran pada kelompok kontrol. Hasil post-test dan
Setelah kelompok eksperimen diberi pretest kelompok eksperimen dan kelompok
perlakuan model discovery learning dan kontrol dapat dilihat pada lampiran 15-18
kelompok kontrol melaksanakan pembelajaran halaman 122-128. Dengan demikian peneliti
seperti biasa dengan metode ceramah, tanya dapat mmengambil kesimpulan bahwa
jawab dan, penugasan, maka kedua kelompok pembelajaran IPA dengan menggunakan model
diberi post-test untuk mengetahui kemampuan discovery learning lebih efektif daripada
akhir kedua kelompok tersebut. Dari hasil post- menggunakan metode yang biasa dilakukan
test kelompok eksperimen diperoleh skor oleh guru, yaitu metode ceramah, tanya jawab
tertinggi sebesar 94,44 skor terendah sebesar dan, penugasan.
77,78 dan skor rata-rata sebesar 86,90.
866 Jurnal Pendidikan Guru Sekolah Dasar Edisi 9 Tahun ke-7 2018

Siswa pada kelompok eksperimen yang eksperimen. Hal tersebut ditunjukkan oleh nilai
menerapkan metode discovery learning aktif rata-rata post-test yang diperoleh kelompok
melakukan percobaan, bertanya, berpendapat, eksperimen lebih besar daripada kelopok
berdiskusi maupun mempresentasikan hasil kontrol yaitu nilai rata-rata post-test kelopok
percobaan dan diskusinya selama pembelajaran esperimen sebesar 86,90 dan nilai rata-rata
berlangsung sehingga didapatkan pengalaman post-test kelompok kontrol sebesar 78,19.
yang bersifat konkret. Siswa Sekolah Dasar Selain itu hasil analisis uji-t yang diperoleh
berada dalam tahap perkembangan operasional nilai t hitung sebesar 4,912 lebih besar dari t
konkret, yang berarti dalam mempelajari atau tabel sebesar 1,685 (4,192 > 1,685) dan nilai
memecahkan suatu masalah dibutuhkan hal-hal signifikansi sebesar 0,000 lebih kecil dari nilai
yang bersifat konkret. Guru membimbing siswa signifikansi sebesar 0,05 pada taraf 5%
untuk menghubungkan fakta-fakta yang ditemui (0,000<0,05) maka Ha diterima dan Ho ditolak.
oleh siswa itu sendiri untuk ditarik kesimpulan. Artinya ada pengaruh yang positif dan
Pembelajaran dengan menggunakan signifikan dari penggunaan model discovery
metode discovery learning memungkinkan learning terhadap kemampuan berpikir kritis
siswa untuk belajar dengan hakikat belajar itu dalam pemecahan masalah pada pembelajaran
sendiri, yaitu belajar dengan cara melakukan IPA siswa kelas V SD Negeri se-Gugus III
sendiri sehingga siswa dapat menguasai Kecamatan Jatinom Kabupaten Klaten.
aspekaspek kognitif dengan baik. Menurut
Slameto (2003:167) model discovery learning B. Saran
menekankan bahwa yang terpenting dalam Berdasarkan hasil penelitian yang
proses belajar bukanlah penghafalan fakta- diperoleh, pembahasan, dan kesimpulan yang
fakta, tetapi proses penerimaan pengetahuan. ada, maka peneliti mengajukan saran sebagai
Belajar merupakan jenis pemikiran dimana berikut. 1) Pihak kepala sekolah sebaiknya
melaui informasi-informasi yang didapatkan menerapkan model discovery learning pada
siswa menemukan gambaran baru dan pelajaran dan kelas lain dengan materi pelajaran
generalisasi. Metode discovery learning dinilai yang sesuai. 2) Guru disarankan untuk
efektif dalam pembelajaran sebab siswa menerapkan model discovery learning dalam
menerima lebih banyak dorongan yang timbul kegiatan pembelajaran di kelas pada mata
dari rasa keinginahuan dalam dirinya. Siswa pelajaran IPA dengan materi yang lain. Hal ini
tertarik untuk turut aktif dalam pembelajaran dikarenakan sintaks atau langkah-langkah
karena timbul hasrat keingintahuan yang tinggi dalam model discovery learning sesuai untuk
pada hal-hal yang ditemui. Pembelajaran melatih kemampuan berpikir kritis siswa dalam
discovery learning berupaya membimbing pemecahan masalah dan karena adanya
siswa untuk menemukan suatu konsep atau pengaruh positif dalam penerapan model
prinsip yang telah ditetapkan. Hal ini siswa discovery learning ini terhadap kemampuan
mendorong siswa untuk berfikir kritis selama berpikir kritis siswa dalam pemecahan masalah.
kegiatan penemuan berlangsung. Model pembelajaran ini juga meberikan
Model discovery learning terbukti kesempatan siswa untuk belajar secara aktif
mampu meningkatkan kemampyan berpikir dengan mencari dan menyelesaikan masalahnya
kritis siswa dalam pemecahan masalah. Dalam sendiri dalam memperoleh pengetahuan. 3)
kelompok eksperimen siswa tidak hanya belajar Bagi peneliti lain diharapkan dapat mengadakan
memahami konsep yang relevan dengan penelitian yang bukan hanya sebatas
masalah yang menjadi pusat perhatian, tetapi membuktikan suatu teori namun dapat
juga memperoleh pengalaman belajar yang menghasilkan sebuah temuan yang baru dalam
berhubungan dengan ketrampilan menerapkan penelitian.
metode ilmiah dalam pemecahan masalah dan
menumbuhkan pola pikir kritis. DAFTAR PUSTAKA

SIMPULAN DAN SARAN Hamruni. (2012). Strategi Pembelajaran.


A. Simpulan Yogyakarta: Insan Madani
Berdasarkan hasil penelitian dan
pembahasan, dapat disimpulkan bahwa terdapat Kowiyah. (2012). Kemampuan Berpikir Kritis.
perbedaan yang positif dan signifikan antara Jurnal Pendidikan Dasar Vol.3 No.5
kelompok kontrol dengan kelompok
Pengaruh Model Discovery ..... (Oktafiana Irma S.) 867
Kuswana, W.S. (2011). Taksonomi Berpikir.
Bandung: Remaja Rosdakarya

Rohman, A. (2013). Memahami Ilmu


Pendidikan. Yogyakarta: Aswaja
Pressindo

Samatowa, U. (2011). Pembelajaran IPA di


Sekolah Dasar. Jakarta.Indeks

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-faktor


yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian


Pendidikan Pendekatan Kuantitatif,
Kualitatif, dan R&D. Bandung:
Alfabeta

Anda mungkin juga menyukai