Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING

BERBASIS KEMAMPUAN AKADEMIK TERHADAP KEMAMPUAN


BERPIKIR KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCERNAAN KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TEMPUNAK

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan suatu proses yang telah dirancang secara
sistematis dalam rangka pengembangan berbagai kemampuan yang dimiliki
oleh peserta didik. Materi pelajaran Biologi SMA yang berkaitan dengan
sistem pencernaan terdapat di kelas XI. Cakupan materi meliputi pencernaan
secara mekanik dan pencernaan secara kimiawi. Dengan adanya dua jenis
pencernaan menjadikan siswa perlu untuk memiliki kemampuan menganalisis
berbagai proses pencernaan. Kemampuan menganalisis merupakan salah satu
bagian dari keterampilan berpikir kritis dan dapat meningkatkan motivasi
belajar.
Menurut Susanto (2015) upaya pembentukan kemampuan berpikir
kritis siswa yang optimal mensyaratkan adanya kelas yang interaktif,
siswa dipandang sebagai pemikir bukan seorang yang diajar, dan pengajar
berperan sebagai mediator, fasilitator, dan motivator yang membantu siswa
dalam belajar bukan mengajar.
Berdasarkan hasil observasi awal dan komunikasi langsung dengan
guru bidang studi biologi diketahui siswa masih memiliki kemampuan
berpikir kritis dan motivasi belajar yang rendah ditunjukkan dengan belum
terbiasa menganalisis permasalahan, memecahkan permasalahan, dan
mangambil keputusan dengan baik. Guru juga masih menggunakan strategi
pembelajaran yang didominasi ceramah sehingga proses pembelajaran
berlangsung satu arah, siswa mendengarakan dan mencatat, sekali-kali
bertanya dan menjawab pertanyaan guru.
Berdasarkan hasil prapenelitian yang sudah dilaksanakan di SMAN
Bandar Lampung, akibat rendahnya prestasi belajar peserta didik masih
menjadi masalah klasik dalam proses pembelajaran, terutama dalam pelajaran
biologi. Proses pembelajaran yang terjadi satu arah, yang hanya menekankan
pada aspek kognitif peserta didik saja, sedangkan aspek afektif dan aspek
psikomotor peserta didik kurang diperhatikan. Peserta didik hanya
“mengetahui” dan tidak “mengalami” apa yang dipelajarinya. Sehingga
pengetahuannya kurang melekat pada ingatan, yang berujung pada
kemampuan berpikir yang kurang berkembang. Prestasi belajar dipengaruhi
beberapa faktor, diantaranya yaitu kreativitas peserta didik, model
pembelajaran guru dan kemampuan akademik siswa.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kurangnya kemampuan berpikir
kritis dan motivasi belajar adalah model pembelajaran yang kurang
memberdayakan kemampuan berpikir kritis. Sehingga pengembangan
kemampuan berpikir kritis dan motivasi dalam pembelajaran perlu
dioptimalkan. Salah satu cara merespon siswa untuk berfikir kritis adalah
pemilihan model pembelajaran inovatif yang tepat dan efisien, sehingga siswa
dapat menerima serta memahami materi pelajaran.
Berdasarkan observasi peneliti, guru menyatakan bahwa guru
sudah melaksanakan pembelajaran yang mengarah pada pengembangan
kemampuan berpikir kritis akan tetapi belum secara optimal. Belum
pernah dilakukan pengukuran/penilaian kemampuan berpikir kritis dengan
intrumen tes yang berdasar pada aspek keterampilan berpikir kritis. dan
belum ada data mengenai keterampilan berpikir kritis peserta didik kelas
XI MIPA terutama pada materi pencernaan. Oleh karena itu, menurut peneliti
penting dilakukan analisis keterampilan berpikir peserta didik dalam
pembelajaran biologi guna sebagai tolak ukur bagi guru dalam
pelaksanaan pembelajaran yang lebih efisien yang dapat
mengasah keterampilan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa.
Oleh karena itu, penggunaan model pembelajaran discovery learning
dapat meningkatkan motivasi dan minat belajar siswa yang berpengaruh pada
pengembangan kemampuan berpikir kritisnya sehingga mampu meningkatkan
hasil belajar siswa di kelas (Novayani et al., 2015). Berpikir kritis merupakan
salah satu fase berpikir tingkat tinggi yang diperlukan dalam kehidupan
individu (Kencana Sari et al., 2019). Orang-orang terus-menerus dihadapkan
dengan masalah sehingga informasi seharusnya sudah siap untuk menentukan
pilihan yang cerdas (Ritdamaya & Suhandi, 2016). Menentukan pilihan yang
tepat membutuhkan kemampuan berpikir kritis, hal ini dilakukan sedemikian
rupa sehingga jika ada sesuatu yang tidak pasti atau tidak pasti, itu tidak boleh
dipercaya (Rahmayani, 2019).

Discovery learning adalah metode belajar yang menuntut guru lebih


kreatif menciptakan situasi yang membuat siswa belajar aktif dan menemukan
pengetahuan sendiri (Trianingsih et al., 2019). Sedangkan untuk mendukung
discovery learning dalam kegiatan eksperimen diperlukan media berupa
lembar kerja siswa (Prajono et al., 2022). Model discovery learning pada
penerapannya ada beberapa sintaks yang harus diikuti, agar dapat terlaksana
dengan efektif (Prani et al., 2016). Adapun sintaks dari model discovery yaitu:
stimulasi (pemberian rangsangan), problem statement (pernyataan/identifikasi
masalah), data collecting (pengumpulan data), data processing (pengolahan
data), pada tahap pengolahan data setiap siswa ditugaskan untuk dapat
mengolah informasi yang telah dikumpulkan, baik melalui wawancara,
observasi dan sebagainya. Verification (pembuktian), generalization (menarik
kesimpulan/generalisasi (T. Hidayat et al., 2019).

Salah satu model yang dapat diterapkan dan dikira dapat


meningkatkan kemampuan berpikir kritis yaitu model pembelajaran
Discovery learning. Discovery learning adalah pembelajaran yang
berorientasi pada pembentukan, penggunaan dan pemanfaatan berbagai
representasi dengan setting kelas dan kerja kelompok. Sintaknya adalah
persiapan, pendahuluan, pengembangan, penerapan, dan penutup.
Pembelajaran model ini peserta didik juga mampu mengembangkan
pemahaman konsep matematis, yang mampu mengemukakan ide-ide mereka
sehingga peserta didik akan lebih paham terhadap konsep Biologi yang
mereka pelajari. (Siti, Ahmad, & Satria, 2023)

Berdasarkan uji hipotesis, fenomena ini didukung oleh penelitian


terdahulu terkait dengan pengaruh pembelajaran discovery learning terhadap
kemampuan berpikir kritis siswa yang ditinjau dari motivasi belajar,
dimana penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis antara peserta didik yang diberikan
perlakukan dengan menggunakan model discovery learning dengan peserta
didik yang menggunakan model pembelajaran langsung, terdapat perbedaan
kemampuan berpikir kritis peserta didik yang memiliki motivasi belajar
tinggi dengan peserta didik yang memiliki motivasi belajar(Putri et al.,
2018).
Pelajaran Biologi semester genap kelas XI dengan materi pokok
bahasan pencernaan dimana siswa diharapkan mampu memahami anatomi
dari sistem pencernaan. Materi pencernaan pada dasarnya menuntut siswa
untuk memeahami keterkaitan struktur-struktur organ dalam pencernaan,
mengetahui bagaimana proses, manfaat, ataupun kegunaan organ-organ
pencarnaan.
Model pembelajaran yang dapat diterapkan adalah model
pembelajaran Discovery Learning. Model pembelajaran Discovery Learning
bertujuan untuk membentuk karakter peserta didik dengan menggunakan
berbagai representasi dalam proses pembelajarannya untuk dapat berlatih
dalam berpikir dan memecahkan suatu permasalahan yang disajikan oleh
guru, sehingga tepat digunakan dalam proses pembelajaran. Tahapan-tahapan
pembelajaarn Adapun langkah-langkah dari pembelajaran discovery
terbimbing adalah sebagai berikut: 1) Guru menjelaskan tujuan
pembelajaran; 2) Guru membagi petunjuk praktikum eksperimen; 3)
Peserta didik melaksanakan eksperimen dibawah pengawasan guru; 4)
Guru menunjukkan gejala yang diamati;dan 5) Peserta didik
menyimpulkan hasil eksperimen(Sani, 2022).

Berdasarkan latar belakang permasalahan yang terjadi di atas, peneliti


tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul “PENGARUH MODEL
PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING BERBASIS
KEMAMPUAN AKADEMIK TERHADAP KEMAMPUAN BERPIKIR
KRITIS DAN MOTIVASI BELAJAR SISWA PADA MATERI
PENCERNAAN KELAS XI DI SMA NEGERI 2 TEMPUNAK”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang penelitian di atas, maka yang menjadi
rumusan masalah dalam penelitian ini sebagai berikut:
1. Bagaimanakah proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning berbasis kemampuan akademik
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pencernaan kelas
XI di SMA Negeri 2 Tempunak ?
2. Bagaimanakah proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning berbasis kemampuan akademik
terhadap motivasi belajar siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA
Negeri 2 Tempunak ?
3. Bagaimanakah nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran Discovery Learning pada metri pencernaan kelas XI
di SMA Negeri 2 Tempunak ?
4. Bagaimanakah nilai rata-rata motivasi belajar siswa dengan model
pembelajaran Discovery Learning pada metri pencernaan kelas XI di
SMA Negeri 2 Tempunak ?
5. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri 2
Tempunak?
6. Apakah terdapat pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap motivasi belajar siswa
pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri 2 Tempunak ?
7. Bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap kemampuan berpikir
kritis siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri 2
Tempunak?
8. Bagaimana tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap motivasi belajar siswa
pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri 2 Tempunak ?
C. Tujuan Penelitian
1. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning berbasis kemampuan akademik
terhadap kemampuan berpikir kritis siswa pada materi pencernaan
kelas XI di SMA Negeri 2 Tempunak.
2. Mengetahui proses pembelajaran dengan menggunakan model
pembelajaran Discovery Learning berbasis kemampuan akademik
terhadap motivasi belajar siswa pada materi pencernaan kelas XI di
SMA Negeri 2 Tempunak.
3. Mengetahui nilai rata-rata kemampuan berpikir kritis siswa dengan
model pembelajaran Discovery Learning pada metri pencernaan kelas
XI di SMA Negeri 2 Tempunak.
4. Mengetahui nilai rata-rata motivasi belajar siswa dengan model
pembelajaran Discovery Learning pada metri pencernaan kelas XI di
SMA Negeri 2 Tempunak.
5. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri
2 Tempunak.
6. Mengetahui pengaruh penerapan model pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap motivasi belajar
siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri 2 Tempunak.
7. Mengetahui tanggapan siswa terhadap prosen pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap kemampuan
berpikir kritis siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri
2 Tempunak.
8. Mengetahui tanggapan siswa terhadap prosen pembelajaran Discovery
Learning berbasis kemampuan akademik terhadap motivasi belajar
siswa pada materi pencernaan kelas XI di SMA Negeri 2 Tempunak.
D. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi berbagai pihak. Manfaat
penelitian terdiri dari manfaat teoritis dan manfaat praktis.
A. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
Secara teoritis penelitian ini bermanfaat dalam upaya
meningkatkan mutu pendidikan, mengetahui kemampuan berpikir
kritis siswa, dan meningkatkan motivasi belajar siswa serta
memberi sumbangsih teoritis pada dunia pendidikan khususnya
pada materi system pencernaan manusia dan dapat menjadi
informasi bagi lembaga untuk mengembangkan ilmu pengetahuan
dan untuk meningkatkan profesionalisme mahasiswa sebagai
calon guru, khususnya dalam meningkatkan motivasi belajar
biologi siswa dengan menggunakan metode Discovery Learning.
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkat kemampuan
berpikir kritis siswa dan motivasi belajar siswa, untuk
menyelesaikan masalah siswa baik secara secara individu mapun
kelompok.
b. Bagi Guru
Hasil penelitian ini dilaksanakan dapat menjadi masukan bagi
guru untuk dapat mengelola dan meningkatkan strategi belajar
mengajar serta mutu pengajaran. Sehingga dengan mengetahui
cara belajar siswa guru dapat menyesuaikan proses belajar
mengajar yang di ciptakan.
c. Bagi Sekolah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberi masukan pada
pihak sekolah guna meningkatkan kualitas belajar proses belajar
mengajar, dan bisa menemukan cara-cara pemecahan masalah
belajar mengajar untuk meningkatkan mutu guru, kemampuan
berpikir kritis siswa, dan motivasi belajar.
d. Bagi Peneliti
Hasil penelitian ini memberikan tambahan pengalaman dan
wawasan pengetahuan peneliti dalam mengembangkan ilmu
pengetahuan khususnya dalam peningkatan kemampuan berpikir
kritis siswa melalui metode dikursus multi representasi dalam
belajar biologi yang dapat memberikan solusi kepada siswa dalam
memecahkan masalah secara bersama-sama.
e. Bagi Lembaga STKIP Persada Khatulistiwa Sintang
Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai referensi
di perpustakaan sebagai sumbangan pengetahuan tentang
peningkatan kemampuan berpikir kritis dan motivasi belajar siswa
melalui metode pembelajaran yang diterapkan.
B. Variabel Penelitian
a. Variabel Bebas ( Independent Variable)
Menurut Sugiyono (2020:80) definisi variabel independen adalah
sebagai berikut:
“… variabel independen ini sering disebut sebagai variabel
prediktor, stimulus dan antecedent. Dalam bahasa Indonesia
variabel independen disebut juga variabel bebas. Variabel bebas
adalah merupakan variabel yang mempengaruhi atau yang
menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen
(terikat). Variable bebas dalam penelitian ini adalah metode
pembelajaran dikursus multi representasi.
b. Variable Terikat (Dependent Variable)
Menurut Sugiyono (2020:80) variabel dependen adalah: “sering
disebut juga sebagai variabel output, kriteria, konsekuen. Dalam
bahasa Indonesia sering disebut sebagai variabel terikat. Variabel
terikat merupakan variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi
akibat, karena adanya variabel bebas.” Variable terikat dalam
penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis dan motivasi
belajara siswa di Sekolah Menengah Atas Negeri 2 Tempunak.
c. Variable Moderator (moderating variable)
Menurut Sugiyono (2018:39) variabel moderasi (moderating
variable) sebagai berikut: “Variabel Moderator adalah variabel yang
mempengaruhi (memperkuat atau memperlemah) hubungan antara
variabel independen dengan dependen. Variabel disebut juga
sebagai variabel independen ke dua.”
E. Definisi Operasional
Definisi operasional adalah suatu definisi diberikan oleh penulis dan
sekaligus memberikan penjelasan tentang istilah-istilah yang digunakan dalam
penelitian dan pembaca dapat mengerti apa yang dimaksud oleh penulis.
Terdapat beberapa aspek yang perlu dijelaskan dalam definisis operasional ini
antara lain:
1. Metode Pembelajaran Dicovery Learning
Discovery learningmerupakan model pembelajaran yang
mengembangkan cara belajar peserta didik secara aktif dengan
menemukan sendiri, dan menyelidiki sendiri, maka hasil yang
diperoleh tidak akan mudah dilupakan oleh peserta didik dan akan
bertahan lama dalam ingatan (Lestari, 2020:9).
Brunner dalam Tinenti (2020:66)memberikan gagasan terhadap
model discovery leraning yang mana model ini dirasa efektif dan efisien
dalam mengeksplore skill peserta didik. Berdasarkan definisi yang telah
dipaparkan para ahli tersebut, dapat ditarik sebuah penafsiran terkait
model discovery learing yaitu sebuah proses pembelajaran yang
mengharuskan peserta didik untuk menyelidiki, menggali dan
memaksimalkan potensi pengetahuan, sikap, dan keterampilan yang ada
pada dirinya dengan cara mengorganisasi sendiri melalui proses
ilmiah seperti mencari sumber informasi, mengkontruksi pengalaman
yang dimiliki, atau melakukan observasi untuk memperoleh
penyelesaian terhadap permasalahan yang dihadapi.
2. Kemampuan Akademik
Istilah kemampuan akademik terdiri dari dua kata yaitu, kemampuan
dan akademik. Dalam kamus besar bahasa Indonesia, kemampuan
memiliki makna kesanggupan, kecakapan, atau kekuatan, sedangkan
akademik memiliki arti berhubungan dengan akademis (pendidikan).
Kemampuan akademik merupakan sebagian dari kemampuan
intelektual yang umumnya tercermin dalam prestasi akademik (nilai hasil
belajar). Konsep kemampuan akademik adalah keyakinan individu dan
evaluasi diri mengenai sifat akademis yang berhubungan dengan
kemampuan dan keterampilan individu tersebut.
3. Kemampuan berpikir kritis
Kemampuan berpikir kritis siswa adalah kemampuan siswa dalam
berpikir untuk menganalisis suatu argument. Adapun indicator berpikir kritis
antara lain: a). memberikan argument, b). merumuskan masalah, c).
melakukan evaluasi, d) melakukan dedukasi, e) Mengidentifikasi asumsi, f)
Membuat deduksi dan menilai deduksi. Pada penelitian ini intrument yang
digunakan untuk mengukur kemampuan berpikir kritis berupa soal essay.
4. Motivasi Belajar Siswa
Adapun pengertian motivasi belajar menurut Sardiman (2018:75)
adalah “Keseluruhan daya penggerak didalam diri siswa yang menimbulkan
kegiatan belajar, yang menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar dan
memberikan arah pada kegiatan belajar, sehingga tujuan yang dikehendaki
oleh subjek belajar itu dapat tercapai”.

Anda mungkin juga menyukai