Anda di halaman 1dari 12

Proposal

Metodologi Penelitian Fisika

Tentang

Penerapan Metode Eksperimen Ditinjau Terhadap Hasil Belajar Ipa

Dari Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik

Oleh :

Rahmi Hidayatul Lisma

1714080079

Dosen :

Milya Sari S.Pd., M.Pd

JURUSAN TADRIS IPA-FISIKA (B)


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1441 H / 2019 M
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pendidikan merupakan aspek penting dalam kehidupan yang dapat meningkatkan
kualitas sumber daya manusia. Agar menjadi sumber daya manusia yang handal dan
berkualitas, seseorang harus memiliki keterampilan abad 21. Dimana keterampilan berpikir
kritis sebagai salah satu keterampilan belajar abad 21 yang sangat penting dimiliki oleh
peserta didik. Keterampilan berpikir kritis berperan sebagai kunci untuk menghadapi
perubahan paradigma kehidupan di abad 21 selain keterampilan berkolaborasi,
berkomunikasi, dan kreativitas (Rahman, Sopandi, & Widya, 2019).
Perbedaan masing-masing peserta didik artinya mereka memiliki kemampuan dan
karakternya masing-masing. Setidaknya terdapat 6 perbedaan individual yang ada pada
peserta didik, yaitu perkembangan intelektual, kemampuan berbahasa, latar belakang
pengalaman, gaya belajar, kepribadian, serta bakat dan minat. Kenyataan yang ditemukan di
sekolah saat ini adalah proses pembelajaran berlangsung dalam 3 tahap, yaitu
menyampaikan materi dengan metode ceramah, memberikan contoh soal yang terkait
dengan materi, dan pemberian soal latihan yang tidak jauh berbeda dengan contoh soal
(Sudjana, 2009). Guru IPA harus memiliki metode yang tepat agar siswa mudah memahami
dan berpartisipasi aktif dalam pembelajaran, karena IPA merupakan pembelajaran yang
berorientasi pada pengalaman secara langsung bukan hanya konseptual saja. Pembelajaran
IPA menekankan pada pemberian pengalaman langsung untuk mengembangkan kompetensi
agar memahami alam secara ilmiah. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita
adalah lemahnya proses pembelajaran, selain itu siswa kurang didorong untuk
mengembangkan kemampuan berfikir. Siswa dipaksa untuk menghafal informasi yang
disampaikan guru, hal ini yang membuat siswa beranggapan bahwa mata pelajaran IPA
termasuk pelajaran yang sulit untuk dipahami (Hamdayama, 2014).
Berpikir kritis adalah kegiatan menganalisis ide atau gagasan ke arah yang lebih
spesifik, membedakannya secara tajam, memilih, mengidentifikasi, mengkaji, dan
mengembangkannya ke arah yang lebih sempurna. Peserta didik harus memiliki
keterampilan berpikir yang dapat membantu mereka dalam menganalisis, mengevaluasi dan
menyimpulkan permasalahan secara rasional (Susanto, 2014). Perhatian pendidik terhadap
perbedaan yang dimiliki oleh peserta didik mampu melatih kemampuan berpikir kritis
peserta didik dalam proses pembelajaran di sekolah (Wahyuni, 2015).
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Asmawir pengunaan metode
eksperimen pada materi pesawat sederhana dalam mata pelajaran IPA dikelas V SDN No. 3
Siboang memberikan peningkatan hasil belajar yang cukup signifikan terhadap para siswa
(Asmawir, 2014). Penggunaan metode eksperimen dapat menjadi salah satu solusi untuk
memecahkan atau mengatasi dalam mengembangkan kemampuan berpikir kritis pada anak
kelompok B PAUD Mentari, Kab Bengkulu Selatan (Anggreani, 2015). Penelitian yang
dilakukan oleh Nur Eka Jamaluddin menyimpulkan bahwa metode eksperimen efektif
dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa (Jamaluddin & Eka, 2016).
Selain itu Wayan Gracias menyatakan bahwa pembelajaran dengan pendekatan saintifik
efektif digunakan dalam meningkatkan keterampilan berpikir kritis dan sikap ilmiah siswa.
Berdasarkan observasi yang dilakukan di SMA AlAzhar III Bandar Lampung didapatkan bahwa
dalam pembelajaran kimia belum pernah dilakukan pembelajaran dengan metode
eksperimen (Gracias, Fadiawati, & Tania, 2017)
Dengan kondisi ini, perlu diupayakan metode pembelajaran yang dapat
mengoptimalkan kemampuan berpikir kritis siswa. metode eksperimen merupakan metode
yang cocok digunakan untuk memberikan pengalaman kepada siswa dalam mengamati
proses dan untuk mencari tahu tentang kebenaran suatu teori atau konsep. Melalui metode
eksperimen siswa dapat melakukan percobaan langsung melalui instruksi yang disampaikan
secara berurut untuk mencari jawaban terhadap permasalahan yang diajukan, sehingga
siswa lebih mudah dalam memahami dan mempraktekkan apa yang telah diperolehnya
(Yogantara, 2014). Menurut Mansyur metode ceramah merupakan sebuah bentuk interaksi
melalui penerangan dan penuturan secara lisan oleh seorang guru terhadap siswa di kelasnya
(Mayangsari, 2014)`
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka perlu dilakukan
penelitian dengan judul “Penerapan Metode Eksperimen Ditinjau Terhadap Hasil Belajar Ipa
Dari Kemampuan Berpikir Kritis Peserta Didik”.

B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan sebelumnya, identifikasi
masalah dalam penelitian ini adalah:
1. Peserta didik dituntut untuk memiliki keterampilan abad 21 yaitu salah satunya berpikir
kritis, sementara di lapangan masih banyaknya proses pembelajaran yang kurang melatih
keterampilan berpikir kritis yang baik dan benar pada peserta didiknya.
2. Kurangnya variasi dalam proses pembelajaran, dimana pendidik saja yang menerangkan
di depan kelas dan tanpa memperhatikan perbedaan peserta didik yang butuh metode
pembelajaran lain.
3. Minat belajar peserta didik yang semakin berkurang terhadap pelajaran IPA.
4. Rendahnya partisipasi peserta didik untuk terlibat dalam proses pembelajaran .
5. Rendahnya hasil belajar peserta didik terhadap pelajaran IPA.

C. Batasan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah yang telah diuraikan, masalah dibatasi pada poin 1,
2 dan 5 yang difokuskan kepada:
1. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dengan penerapan metode pembelajaran
eksperimen dan metode ceramah kelas VIII SMP Negeri 1 Ulakan Tapakis.
2. Materi yang diteliti adalah materi Sistem Gerak pada Manusia.

D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, identifikasi masalah, dan batasan masalah yang telah
dikemukakan, rumusan masalah penelitian ini adalah, Apakah ada perbedaan hasil belajar
IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ulakan Tapakis antara pembelajaran menggunakan metode
eksperimen dan metode ceramah ditinjau dari kemampuan berpikir kritis ?

E. Tujuan
Berdasarkan masalah yang telah dikemukakan, maka tujuan dari penelitian ini adalah,
Untuk mengetahui perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ulakan Tapakis
antara pembelajaran menggunakan metode eksperimen dan metode ceramah ditinjau dari
kemampuan berpikir kritis

F. Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian ini, baik secara teoritis maupun praktis yaitu:
1. Manfaat yang bersifat teoritis, yaitu penelitian ini dapat menambah khasanah
pengetahuan mengenai proses pembelajaran yang menggunakan metode eksperimen
dan metode ceramah ditinjau dari kemampuan berpikir kritis pada pelajaran IPA.
2. Manfaat yang bersifat bersifat praktis
a. Meningkatkan kemampuan berpikir kritis peserta didik pada mata pelajaran IPA.
b. Alternatif metode dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pembelajaran IPA.
c. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan bahan informasi bagi penelitian
selanjutnya.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Landasan Teori
1. Pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013
Dalam pedoman Pengembangan Kurikulum 2013 disebutkan bahwa pembelajaran
IPA di tingkat SMP dilaksanakan dengan berbasis keterpaduan. IPA sebagai mata
pelajaran integrative science , juga sebagai pendidikan berorientasi aplikatif,
pengembangan kemampuan berpikir, kemampuan belajar, rasa ingin tahu, dan
pengembangan sikap peduli dan bertanggungjawab terhadap lingkungan alam dan sosial
(Susilowati, 2014)

2. Metode Pembelajaran
Metode pembelajaran adalah suatu cara yang dipergunakan untuk mencapai tujuan
yang telah ditetapkan. Dalam kegiatan belajar mengajar, metode diperlukan oleh guru
agar penggunaanya bervariasi sesuai yang ingin dicapai setelah pengajaran berakhir
(Djamarah, 2008)

3. Metode Pembelajaran Eksperimen dan Ceramah


Metode eksperimen merupakan suatu metode dimana murid melakukan pekerjaan
akademis dalam mata pelajaran tertentu dengan menggunakan media laboratorium.
Penggunaan metode ini hendaknya mendapat perhatian serius dari guru, sebab metode
ini memiliki kelemahan-kelemahan disamping kelebihan-kelebihannya sebagaimana
metode-metode lain. Oleh karena itu kejelian seorang guru dalam memilih metode
eksperimen pada proses pembelajaran sangat diperlukan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai sebagaimana yang diinginkan. Metode Ceramah merupakan cara yang
bermanfaat untuk menyampaikan informasi kepada siswa yang tidak suka membaca atau
yang tidak memiliki keterampilan dalam menyusun dan menafsirkan informasi. Metode
ceramah adalah bentuk interaksi melalui penerangan dan penuturan lisan dari guru
kepada peserta didik. Dalam kegiatan ini, informasi yang diberikan sering kabur dan
samar-samar bagi pendengarnya. Bahkan kemungkinan, jika pendengar ditanya kembali
tidak tahu apa-apa. Jadi, sebaiknya dalam metode ini guru menggunakan alat-alat bantu
seperti gambar dan audio-visual lainnya (Sagala, 2006).
Metode eksperimen melibatkan banyak kegiatan sendiri dengan bimbingan dari
pengajar. Metode eksperimen mempunyai beberapa kelebihan dan kelemahan. Adapun
kelebihan dari metode eksperimen yaitu dapat membuat siswa lebih percaya atas
kebenaran atau kesimpulan berdasarkan percobaannya sendiri dari pada hanya
menerima kata guru atau buku, dapat memungkinkan siswa belajar secara aktif dan
mandiri, dan dapat mengembangkan sikap dan minat siswa untuk belajar menjelajahi
IPTEK . Adapun kelemahan dari metode eksperimen antara lain tidak cukupnya alat
peraga, hal ini mengakibatkan sebagian siswa tidak mempunyai kesempatan untuk
mengadakan eksperimen atau percobaaan, jika eksperimen memerlukan jangka waktu
yang lama siswa harus menanti untuk melanjutkan pelajaran dan sering mengalami
kesulitan dalam melakukan eksperimen dikarenakan guru dan siswa kurang
berpengalaman dalam melakukan eksperimen. Kelebihan Metode Ceramah: dapat
menguasai arah pembicaraan seluruh peserta didik di dalam kelas, organisasi kelas, guru
mudah menggorganisasikan tempat duduk peserta didik/kelas, dapat diikuti oleh jumlah
murid yang banyak/besar, lebih mudah mempersiapkanpeserta didikan kegiatan metode
ini, biaya lebih murah dan dapat sekaligus untuk murid yang banyak. Di samping
kelebihan terdapat pula kekurangan metode ceramah yaitu: guru tak dapat mengetahui
sampai dimana peserta didik telah mengerti pembicaraannya, kata-kata yang diucapkan
guru, ditafsirkan lain oleh peserta didik. Dapat terjadi bahwa peserta didik memberikan
pengertian yang berlainan dengan apa yang dimaksud oleh guru, cenderung membuat
peserta didik kurang kreatif (Oviana & Maulidar, 2013).

4. Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis


Peserta didik harus memiliki keterampilan berpikir kritis yang baik. Berpikir kritis
efektif menjadi peran penting dalam keberhasilan pembelajaran pada semua jenjang
pendidikan (Hamdayama, 2014). Berikut indikator berpikir kritis yang akan dinilai pada
diri peserta didik memberikan penjelasan sederhana, membangun keterampilan dasar,
menyimpulkan, memberikan penjelasan lanjut, mengatur strategi dan taktik. Peserta
didik harus memiliki keterampilan berpikir yang dapat membantu mereka dalam
menganalisis, mengevaluasi dan menyimpulkan permasalahan secara rasional (Susanto,
2014).

B. Penelitian Relevan
1. Penelitian oleh Asmawir (2014), tentang Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui
Metode Eksperimen pada Materi Pesawat Sederhana pada Mata Pelajaran IPA Kelas V
SDN No. 3 Siboang, menyatakan bahwa metode eksperimen memberikan peningkatan
hasil belajar yang cukup signifikan terhadap para siswa.
2. Penelitian oleh Edi Gunawan yang berjudul “ Pengaruh Metode Mengajar (Ceramah,
Ceramah-Praktikum dan Ceramah - Pemberian Tugas) Terhadap Hasil Belajar Biologi
Siswa”. Diperoleh bahwa penggunaan metode pembelajaran eksperimen memberikan
pengaruh yang tergolong cukup tinggi dalam meningkatkan hasil belajar siswa pada
materi yang diajarkan (Gunawan, 2007).

Perbedaan penelitian ini dengan penelitian diatas adalah Penerapan Metode


Eksperimen Ditinjau Terhadap Hasil Belajar Ipa Dari Kemampuan Berpikir Kritis Peserta
Didik.

C. Kerangka Berpikir

Pembelajaran IPA dalam kurikulum 2013

Metode Pembelajaran

metode metode
pembelajaran pembelajaran
ceramah eksperimen

Hasil Belajar dan Kemampuan Berpikir Kritis


D. Hipotesis
H0 : Tidak terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ulakan Tapakis
antara pembelajaran menggunakan metode eksperimen dan metode ceramah ditinjau
dari kemampuan berpikir kritis
H1 : Terdapat perbedaan hasil belajar IPA siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Ulakan Tapakis
antara pembelajaran menggunakan metode eksperimen dan metode ceramah ditinjau
dari kemampuan berpikir kritis
BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian


Metode penelitian yang digunakan adalah metode penelitian eksperimen. Metode
penelitian eksperimen adalah metode penelitian yang digunakan untuk mengetahui
pengaruh dari suatu tindakan atau perlakua tertentu yang sengaja dilakukan terhadap suatu
kondisi tertentu (Sanjaya, 2015).
Jenis penelitian eksperimen yang digunakan adalah quasi experiment. penelitian
eksperimen semu (quasi exsperiment) bertujuan untuk memperoleh informasi yang
merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang
sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol atau
memanipulasikan semua variabel yang relevan (Narbuko & Achmadi, 2009).
Desain penelitian yang digunakan adalah ANAKOVA 1 jalur. Analisis Kovarian
(ANAKOVA) adalah penggabungan antara uji komparatif dan korelasional, ANAKOVA
menunjukkan bahwa ada variabel yang digabungkan. Dengan menggunakan ANAKOVA maka
peranan variabel bebas terhadap variabel terikat, baik melalui komparasi maupun prediksi
dapat dilakukan secara bersamaan (Widhiarso, 2011).
Untuk lebih jelas dapat dilihat pada gambar berikut.

Sumber: (Hastuti & Hidayati, 2018)

Keterangan:
A1 = Model pembelajaran eksperimen
A2 = Model konvensional
Y = Hasil belajar IPA
X = Kemampuan komunikasi siswa

B. Populasi dan Sampel


1. Populasi
Menurut Sugiyono(2015) populasi adalah semua subjek yang mempunyai kualitas dan
karakteristik tertentu yang ditetapkan peneliti untuk dipelajari kemudian ditarik
kesimpulannya Adapun populasi penelitian seluruh siswa dari kelas VIII SMP 1 Ulakan
Tapakis Tahun Pelajaran 2020/2021.
2. Sampel
Sampel merupakan bagian dari populasi yang akan mewakili seluruh populasi. Secara
umum sampel yang baik adalah yang dapat mewakili sebanyak mungkin karakteristik
populasi,sampel harus valid (Arikunto, 2006). Teknik pengambilan sampel yang
digunakan dalam penelitian ini adalah dengan Simple Random Sampling. Sampel diambil
dengan teknik Simple Random Sampling yang berarti setiap individu dalam populasi
mempunyaI peluang yang sama untuk dijadikan sampel. Sehingga sampel yang diambil
adalah yang terdiri dari 3 kelas sejumlah 75 siswa.

C. Variabel dan Data Penelitian


Menurut Sugiyono (2015) variabel penelitian adalah segala sesuatu yang berbentuk apa
saja yang diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari sehingga diperoleh informasi tentang hal
tersebut, kemudian ditarik kesimpulannya. Dalam penelitian ini terdapat 3 variabel, yaitu
variabel bebas, variabel terikat dan variabel kovariat. Variabel bebas dalam penelitian ini
adalah metode eksperimen dan metode ceramah, variabel terikat dalam penelitian ini adalah
hasil belajar IPA, dan variabel kovariat dalam penelitian ini adalah kemampuan berpikir kritis.
Data adalah hasil pencatatan peneliti, baik berupa fakta maupun angka (Arikunto, 2006).
Data yang digunakan adalah:Data primer adalah data yang diperoleh secara langsung oleh
peneliti dari sumbernya, berupa data hasil belajar peserta didik. Dan data sekunder adalah
data yang diperoleh secara tidak langsung oleh peneliti dari responden yaitu rerata hasil
percobaan metode ceramah dan metode eksperimen dari kemampuan berpikir kritis siswa.

D. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data
penelitian (Sanjaya, 2015). Alat pengumpulan data pada penelitian ini adalah tes. Tes hasil
belajar IPA dan angket kemampuan berpikir kritis siswa. Adapun tes yang digunakan ialah tes
hasil belajar IPA yan digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 30 butir soal dengan
perincian soal yang valid dan soal yang tidak valid akan gugur. Setiap jawaban yang benar
diberi skor 1 dan yang salah diberi skor 0. Hasil belajar IPA diperoleh skor maksimal ideal dan
skor minimal ideal. Dengan memperhatikan nilai ratarata ideal dan simpangan baku ideal,
maka diperoleh kurva normal ideal. Setelah dilakukan tes, selanjutnya diberikan angket
kemampuan berpikir kritis. Angket yang digunakan dalam penelitian ini terdiri dari 30 butir
angket terdapat angket yang sahih dan tidak sahih. Setiap jawaban yang benar diberi skor 4
dan yang kurang tepat diberi skor 1, sehingga didapat hasil perhitungan skor maksimal ideal
dan skor minimal ideal. Adapun uji coba tes yang digunakan adalah uji validitas butir tes dan
angket diuji dengan Product Moment dan uji reliabilitas butir tes diuji dengan KR-20 dan
angket diuji dengan Alpha Cronbach.

E. Teknik Analisis Data


Analisis data menggunakan uji persyaratan analisis meliputi uji normalitas sebaran
dengan Chi-Kuadrat, uji homogenitas varian dan uji linieritas hubungan dengan
menggunakan uji F. Teknik yang digunakan untuk menguji hipotesis digunakan rumusan
analisis kovarian (anakova)
1. Uji Normalitas, bertujuan untuk melihat apakah sampel berasal dari populasi yang
berdistribusi normal. Adapun langkah-langkah yang dilakukan untuk uji normalitas
dengan menggunakan program SPSS.
2. Uji Homogenitas, uji ini bertujuan apakah kedua sampel mempunyai variansi yang
homogen atau tidak. Untuk mengujinya dilakukan uji F, uji ini dilakukan dengan
menggunakan program SPSS.
3. Uji Linieritas, bertujuan untuk mengetahui apakah dua variabel mempunyai hubungan
yang liniear atau tidak secara signifikan, sebagai prasyarat dalam analisis korelasi atau
regresi liniear. Untuk mengujinya dilakukan pada SPSS dengan menggunakan Test For
Liniearity dengan taraf signifikan 0,05.
4. Uji Hipotesis, untuk uji ini dilakukan dengan program SPSS. Kriteria pengambilan
keputusan jika nilai Sig. (2-tailed) < 0,05 H0 ditolak dan Ha diterima begitu sebaliknya.
5. Uji Analisis Kovarian, teknik statistik uji beda yang merupakan perpaduan antara analisis
regresi (anareg) dengan analisis varian (anava). Ada tiga persyaratan yang harus dipenuhi
dalam melakukan uji anacova yaitu data harus distribusi secara normal, varian antar
kelompok harus homogen, dan data harus linier. Untuk mengetahui signifikansi hasil uji
anakova dapat ditentukan menggunakan nilai probabiliti. Signifikansi uji anakova
mengguna kan nilai probabiliti yaitu signifikan apabila p < 0,05 dan sangat signifikan jika
p < 0,01.
F. Langkah-Langkah Penelitian
Langkah-langkah yang dilakukan oleh peneliti untuk mengumpulkan data adalah
sebagai berikut:
1. Pada Kelas Eksperimen
Pada kelas eksperimen, proses pembelajaran menggunakan metode eksperimen.
Adapun langkah-langkah yang harus dilakukan adalah:
a. Peserta didik belajar dengan menggunakan metode pembelajaran eksperimen.
b. Memberikan tes kepada peserta didik untuk melihat hasil belajar IPA peserta
didik, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode
eksperimen.
c. Mengelompokkan peserta didik menjadi 3 kelompok, yaitu peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi, rendah dan rerata berdasarkan tes hasil
belajar IPA.
d. Memberikan angket kemampuan komunikasi untuk melihat kemampuan peserta
didik.
e. Mengelompokkan peserta didik menjadi 3 kelompok, yaitu peserta didik yang
terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga kemampuan berpikir
kritis berjalan dengan baik tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan angket
kemampuan berpikir kritis, setelah dilakukan pembelajaran dengan metode
ceramah.

2. Pada kelas kontrol


Pada kelas kontrol, proses pembelajaran dilakukan menggunakan metode
ceramah. Adapun langakah-langkah yang dilakukan adalah:
a. Peserta didik belajar dengan menggunakan metode pembelajaran ceramah.
b. Memberikan tes kepada peserta didik untuk melihat hasil belajar IPA peserta
didik, setelah dilakukan pembelajaran dengan menggunakan metode ceramah.
c. Mengelompokkan peserta didik menjadi 3 kelompok, yaitu peserta didik yang
mempunyai kemampuan awal tinggi, rendah dan rerata berdasarkan tes hasil
belajar IPA.
d. Memberikan angket kemampuan berpikir kritis untuk melihat kemampuan
peserta didik.
e. Mengelompokkan peserta didik menjadi 3 kelompok, yaitu peserta didik yang
terlibat aktif dalam kegiatan belajar mengajar sehingga kemampuan berpikir
kritisnya berjalan dengan baik,yaitu: tinggi, sedang, dan rendah berdasarkan
angket kemampuan berpikir kritis, setelah dilakukan pembelajaran dengan
metode ceramah.
Daftar Pustaka

Anggreani, C. (2015). Peningkatan Kemampuan Berpikir Kritis Melalui Metode Eksperimen Berbasis

Lingkungan. Jurnal Pendidikan Usia Dini , 345.

Arikunto, S. (2006). Prosedur Penelitian: Suatu Pengantar Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Asmawir. (2014). Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Metode Eksperimen Melalui

Materi Pesawat Sederhana Pada Mata Pelajaran IPA Kelas V SDN No. 3 Siboang. Jurnal Kreatif

Tadulako , 2354-6140.

Djamarah, S. B. (2008). Strategi belajar Mengaja. Bandung : Rineka Cipta.

Gracias, W., Fadiawati, N., & Tania, L. (2017). Efektivitas Pendekatan Saintifik dalam Meningkatkan

Keterampilan Berpikir Kritis pada Materi Pemisahan Campuran . Jurnal Pendidikan dan

Pembelajaran Kimia , 101-115.

Gunawan, E. (2007). Pengaruh Metode Mengajar (Ceramah, Ceramah-Praktikum dan Ceramah

Pemberian Tugas) Terhadap Hasil Belajar Biologi Siswa. Jakarta:

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://repository.uinjkt.ac.id/ds

ace/bitstream/123456789.

Hamdayama, J. (2014). Model dan Metode Pembelajaran Kreatif dan Berkarakter. Bogor: Ghalia

Indonesia.

Jamaluddin, & Eka, N. (2016). Pengaruh Penerapan Metode Eksperimen Terhadap Kemampuan

berfikir Kritis Siswa Dalam Pembelajaran Sains Siswa Kelas VI Tiroang Kabupaten Pinrang.

Jurnal Pendidikan Sains Pascasarjana Universitas Negeri Makasar , 11-18.

Mayangsari, D. (2014). Penerapan Metode Eksperimen Untuk Meningkatkan Aktivitas dan Hasil

Belajar IPA Siswa Kelas VI Pokok Bahasan Konduktor dan Isolator SDN Semboro Probolinggo

Tahun Pelajaran 2012/2013. Jurnal Edukasi UNEJ , 27-31.

Narbuko, C., & Achmadi, A. (2009). Metodologi Penelitian. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Oviana, W., & Maulidar. (2013). Penggunaan Metodde Eksperimen Pada Pembelajaran Materi Sifat

Bahan dan Respon Belajar Siswa Kelas IV MIN Tungkob Aceh Besar. Jurnal Ilmiah DIDAKTIKA ,
341.

Rahman, Sopandi, W., & Widya, R. N. (2019, Desember 25). Literasi Dalam Konteks Keterampilan

Komunikasi Abad 21 Pada Mahasiswa Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://file.upi.edu/Direktori/FPB

/JUR._PEND. , p. 3.

Sagala, S. (2006). Konsep dan Makna Pembelajaran: Untuk Membantu Memecahkan Problematika

Belajar dan Mengajar . Bandung: CV AFABETA.

Sanjaya, W. (2015). Penelitian Pendidikan: Jenis, Metode dan Prosedur Edisi Pertama. Jakarta:

Prenadamedia Group.

Sudjana, N. (2009). Teknologi Pengajaran. Bandung: Sinar Baru Algesindo.

Sugiyono. (2015). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif, dan R&D. Bandung: Alfa Beta.

-------------. (2014). Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.

Susanto, A. (2014). Teori Belajar dan Pembelajaran di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenadamedia

Group.

Susilowati. (2014). Pembelajaran IPA Pada Kurikulum 2013. Program Pengabdian Pada Masyarakat

(p. 1). Yogyakarta:

https://www.google.com/url?sa=t&source=web&rct=j&url=http://staffnew.uny.ac.id/uploa

/198306232009122005.

Wahyuni, S. (2015). Pengembangan Bahan Ajar IPA Untuk Meningkatkan Kemampuan Berfikir Kritis

Siswa SMP. Jurnal Materi dan Pembelajaran Fisika , 47-52.

Widhiarso, W. (2011, Februari 13). Aplikasi Analisis Kovarian dalam Penelitian Eksperimen. Aplikasi

Analisis Kovarian dalam Penelitian Eksperimen , p. 1.

Yogantara, G. (2014). Pengaruh Metode Eksperimen terhadap Prestasi Belajar IPA Siswa Kelas IV SD

Negeri Gugus IV Kabupaten Buleleng. urnal Mimbar PGSD Universitas Pendidikan Ganesha ,

1-8.

Anda mungkin juga menyukai