Anda di halaman 1dari 6

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pembelajaran merupakan suatu kegiatan yang melibatkan seorang

pembelajar untuk memperoleh pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai positif

dengan memanfaatkan berbagai sumber untuk belajar. Pembelajaran melibatkan

dua pihak yaitu siswa sebagai pembelajar dan guru sebagai fasilitator. Belajar

membutuhkan interaksi, hal ini menunjukkan bahwa proses pembelajaran

merupakan proses komunikasi, artinya proses belajar mengajar terjadi proses

penyampaian pesan dari sumber pesan kepada penerima pesan. Baik buruknya

sebuah komunikasi dalam proses belajar mengajar bisa dipengaruhi dari model,

metode, atau media yang tepat digunakan oleh pemberi pesan sehingga di

Indonesia diterapkan pembelajaran menggunakan kurikulum 2013.

Pelaksanaan pembelajaran kurikulum 2013 mengamanatkan penggunaan

pendekatan ilmiah (scientific approach). Proses pembelajaran dengan scientific

approach meliputi ranah kognitif, afektif, keterampilan sehingga dapat

membentuk siswa yang kreatif, inovatif, afektif melalui penguatan sikap,

keterampilan dan pengetahuan yang terintegrasi. Pendekatan scientific approach

meliputi 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi dan

mengumpulkan data (Daryanto, 2014).

Ilmu kimia adalah salah satu ilmu alam (sains) memiliki kontribusi penting

dalam upaya penguasaan ilmu dan teknologi. Permasalahan yang menarik tentang

ilmu kimia yaitu ilmu kimia dipandang ilmu yang sukar, membosankan untuk
dipelajari. Faktor penyebab kesulitan tersebut antara lain siswa kesulitan akibat

materi kimia bersifat teoritis atau konseptual dan banyak hitungan serta model

konvensional masih mendominasi kegiatan belajar serta penggunaan media

pembelajaran masih minim (Raihana, 2017).

Di Indonesia saat ini, model pembelajaran dalam kurikulum 2013 terdapat

4 model pembelajaran yang disarankan digunakan oleh guru dalam proses belajar

mengajar yakni model pembelajaran yang berbasis penemuan (Discovery Based

Learning), model pembelajaran berbasis pemecahan masalah (Problem Based

Learning), model pembelajaran berbasis proyek (Project Based Learning) dan

model pembelajaran inkuiri (Inquiry Based Learning) dan keempat model

pembelajaran tersebut dibarengi dengan penggunaan pendekatan saintifik yang

menekankan siswa lebih aktif dalam proses pembelajaran sebab dalam setiap

sintaks dari keempat model tersebut disisipkan pendekatan saintifik (scientific

approach) 5M yaitu mengamati, menanya, mengumpulkan data, mengasosiasi

dan menyimpulkan (Daryanto, 2014).

Berdasarkan hasil observasi di SMA Kartika XX-1 Makasssar diperoleh

data bahwa sekitar 57% peserta didik mencapai nilai KKM (Kriteria Ketuntasan

Minimal) dari seluruh peserta didik kelas X untuk materi reaksi redoks. Hal ini

disebabkan oleh beberapa faktor diantaranya adalah pembelajaran yang dilakukan

masih bersifat konvensional dan masih kurang yang menggunakan media

pembelajaran serta model pembelajaran yang digunakan masih konvensional.

Akibatnya minat belajar siswa menjadi rendah.


Model discovery learning (Darmadi, 2017) adalah memahami konsep,

arti, dan hubungan melalui proses intuitif untuk akhirnya sampai kepada suatu

kesimpulan. Discovery terjadi bila individu terlibat, terutama dalam penggunaan

proses mentalnya untuk menemukan beberapa konsep dan prinsip. Discovery

dilakukan melalui observasi, klasifikasi, pengukuran, prediksi, penentuan dan

kesimpulan.

Model discovery learning membuat peserta didik menemukan sendiri

konsep dari pengetahuan yang didapatkan, sehingga hasil belajar peserta didik

akan semakin meningkat. Masalah yang dipecahkan dan yang ditemukan sendiri

tanpa bantuan khusus, memberikan hasil yang lebih unggul karena peserta didik

menemukan aturan baru yang lebih tinggi tarafnya, sehingga sangat penting untuk

mendorong peserta didik menemukan penyelesaian soal dengan pemikiran sendiri.

Adapun kekurangan dari model discovery learning yaitu peserta didik akan

mengalami kesulitan berfikir mengungkapkan hubungan antara konsep-konsep

karena pembelajaran masih abstrak dan juga proses pembelajaran masih kurang

efektif dan efisisen untuk digunakan peserta didik yang memiliki jumlah banyak

dikelas sehingga membutuhkan waktu yang lama, maka dari itu kekurangan

model discovery learning dapat diatasi dengan penggunaan media. Penggunaan

media elektronik yang bervariasi sangat diperlukan dalam proses belajar mengajar

guna meningkatkan pemahaman peserta didik pada materi reaksi redoks.

Penggunaan media yang tepat dapat membuat siswa aktif dan berminat dalam

proses pembelajaran. Dengan tersedianya media pembelajaran, guru dapat

menciptakan berbagai situasi kelas dan menentukan model serta metode


pengajaran yang digunakan. Penggunaan media pembelajaran dapat membantu

guru membawa dunia luar kedalam kelas yaitu guru membuat peserta didik

seolah-olah berada diluar kelas dan menjadikan bahan ajaran menjadi lebih nyata

atau konkrit. Maka dari itu, ide yang abstrak sifatnya menjadi konkrit dan nyata

serta mudah dimengerti oleh peserta didik. Media yang tepat untuk diterapkan

bersama dengan model discovery learning dalam materi reaksi redoks adalah

media zooming presentation (prezi) yang dapat membatu peserta didik memahami

informasi yang disampaikan.

Media pembelajaran zooming presentation (prezi) merupakan salah satu

aplikasi yang memiliki tampilan unik, menarik dan memiliki kelebihan yaitu

memperbesar dan memperkecil tampilan (Zannah, 2014). Prezi adalah sebuah

perangkat lunak untuk presentasi berbasis internet. Selain untuk presentasi, prezi

juga dapat digunakan sebagai alat untuk mengeksplorasi dan berbagi ide atas

kanvas virtual. Prezi menjadi unggul karena program ini menggunakan Zooming

User Interface (ZUI), yang memungkinkan pengguna prezi untuk memperbesar

dan memperkecil tampilan media presentasi yang akan dipaparkan misalnya

materi reaksi redoks yang akan di presentasikan dengan menggunakan prezi

dibuat bentuk pohon dengan ranting pohon yaitu reaksi reduksi, maka untuk

memaparkan materi reaksi reduksi dapat memperbesar tampilan sehingga yang

hanya dijelaskan ditampilan yang diperbesar itu hanya untuk penjelasan reaksi

reduksi. Prezi memiliki keistimewaan pada zooming in dan out, yang dapat

memperlihatkan sajian secara detail yang memberikan kesan mendalam pada

penerima pesan. Media prezi dipilih sebagai alternative lain media pembelajaran
selain power point karena media ini dapat membantu guru untuk menampilkan

materi dengan lebih menarik sehingga dapat membantu peserta didik untuk lebih

mudah memahami materi-materi yang diajarkan. Dalam penyampaian materi

reaksi redoks, penggunaan media prezi dapat memudahkan peserta didik dalam

memahami proses reaksi reduksi dan oksidasi. Hal ini dikarenakan peserta didik

akan ditunjukkan tampilan masalah yang berkaitan dengan materi tersebut dengan

penyajian yang lebih menarik karena tema yang ada di dalam aplikasi ini sangat

beragam contohnya tampilan presentasi berbentuk pohon dengan ranting-ranting

pohon dari proses reaksi reduksi oksidasi misal proses perkaratan besi dan

pencokelatan buah apel sehingga peserta didik tertarik untuk belajar dan

meningkatkan hasil belajar.

Berkaitan dengan hal tersebut, penulis ingin melakukan penelitian lebih

lanjut apakah penggunaan media prezi pada model pembelajaran discovery

learning dapat mempengaruhi hasil belajar siswa pada materi pelajaran kimia

reaksi redoks. Penelitian ini berjudul “ Pengaruh penggunaan media prezi pada

model discovery learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas x SMA Kartika

XX-1 Makassar (materi pokok reaksi redoks).

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka masalah yang

dirumuskan dalam penelitian ini adalah “ apakah ada pengaruh penggunaan media

prezi pada model discovery learning terhadap hasil belajar peserta didik kelas x

SMA Kartika XX-1 Makassar (materi pokok reaksi redoks)” ?

C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalah diatas, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui

ada tidaknya pengaruh penggunaan media prezi pada model discovery learning

terhadap hasil belajar peserta didik kelas X SMA Kartika XX-1 Makassar (materi

pokok reaksi redoks).

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diperoleh dari penelitian ini adalah :

1. Bagi guru, yaitu sebagai bahan pertimbangan dalam melalukan proses belajar

megajar khususnya materi reaksi redoks.

2. Bagi sekolah, yaitu sebagai bahan informasi dalam upaya meningkatkan

kualitas pembelajaran di sekolah.

3. Bagi peneliti, yaitu sebagai bahan informasi untuk melakukan penelitian yang

lebih relevan.

Anda mungkin juga menyukai