Halaman
HALAMAN JUDUL …………………………………………………….. .......... i
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………………………………………… ....... 1
B. Rumusan Masalah ……………………………………………………….. 6
C. Tujuan Penelitian …………………………………………………. .......... 6
D. Manfaat Penelitian …………………………………………………… ..... 7
BAB II TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori …………………………………………………………....... 8
B. Tinjauan Umum Materi Larutan Penyangga …………………………… 37
C. Kerangka Berpikir ……………………………………………………… 45
D. Hipotesis Penelitian …………………………………………………….. 48
BAB III METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian ………………………………………………………......49
B. Desain Penelitian ………………………………………………………...49
C. Variabel dan Definisi Operasional Variabel ………………..…………...50
D. Populasi dan Sampel …………………………………………………….51
E. Waktu dan Tempat Pelaksanaan Penelitian ……………………………..52
F. Prosedur Penelitian ………………………………………………………52
G. Instrument Penelitian …….……………………………………………...57
H. Teknik Pengumpulan Data ……………………...……………………….62
I. Teknik Analisis Data ……………………………………………………63
DAFTAR PUSTAKA …………………………………………………………..69
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
peningkatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi. Agar mampu bersaing di era global,
maka sebagai bangsa kita perlu terus mengembangkan dan meningkatkan kualitas
kesadaran dan kepribadian individu atau masyarakat disamping transfer ilmu dan
keahlian. Dengan proses semacam ini suatu bangsa atau negara dapat mewariskan
berikutnya, sehingga mereka betul - betul siap untuk menyongsong masa depan
Melalui proses pendidikan peserta didik akan dididik dan dibentuk sesuai
sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang
didik dituntut untuk aktif , mandiri dan bertanggung jawab untuk mencapai hasil
Pendidik berperan mengarahkan dan membimbing agar peserta didik tumbuh dan
berkembang sesuai dengan potensi, minat dan bakatnya. Tanpa pendidik belum
tentu peserta didik dapat membaca, menggambar, menghitung dan menulis, serta
minat dan bakat peserta didik tidak akan dapat berkembang dengan baik tanpa
bantuan dari seorang pendidik. Setiap anak memiliki minat, bakat dan tingkat
akan tetapi fakta menunjukkan bahwa peserta didik menganggap ilmu kimia tidak
konsep kimia yang pada umumnya memiliki cakupan materi yang sangat luas
2013 yang bertujuan untuk mengaktifkan peserta didik sehingga terjadi hubungan
timbal balik atau relasi antara pendidik dan peserta didik, relasi antara peserta
didik dengan peserta didik, relasi antara peserta didik dengan media pembelajaran
yang digunakan serta relasi lain peserta didik terkait proses pembelajaran
Keaktifan peserta didik dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk
membangun pemahaman atas persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi
dalam proses pembelajaran. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia aktif berarti
pembelajaran yang memiliki nama, ciri, sintak, pengaturan, dan budaya misalnya
learning.
Larutan penyangga merupakan salah satu materi yang memiliki karakter
penyangga ditujukan kepada peserta didik agar peserta didik secara aktif, kreatif
dan inovatiff dalam proses penemuan konsep dan prinsip materi. Oleh karena itu,
dalam proses pembelajaran dibutuhkan model dan media pembelajaran yang tepat
untuk dapat merangsang keaktifan peserta didik sehingga peserta didik dapat
bidang studi kimia diketahui bahwa dalam proses pembelajaran tidak diterapkan
didominasi oleh pendidik menjelaskan materi lalu peserta didik hanya mendengar,
mencatat dan mengerjakan soal latihan yang diberikan oleh pendidik. Hal tersebut
menyebabkan adanya peserta didik yang kurang serius dalam mengikuti proses
Termasuk dalam salah satu materi pelajaran kimia untuk SMA kelas XI yaitu
materi larutan penyangga, peserta didik cenderung kurang optimal dan kurang
dengan metode ceramah lalu memberikan tugas, selain itu masih banyak peserta
menyebabkan hasil belajar peserta didik dalam materi larutan penyangga rendah.
Salah satu model pembelajaran yang dapat mengatasi hal itu adalah model
pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata, dapat mendorong siswa
untuk memiliki kemampuan pemecahan masalah dalam situasi nyata serta peserta
Problem Based Learning merupakan salah satu model yang dapat digunakan
berpikir kritis untuk memecahkan masalah dan mendorong peserta didik lebih
model Problem Based Learning. Salah satu media pembelajaran yang dapat
yang dapat mengubah lembar kerja cetak dalam bentuk .doc, .pdf, .jpg menjadi
lembar kerja interaktif yang dapat mengkoreksi secara sistem. Bentuk soal yang
dapat dibuat dengan aplikasi ini sangat bervariasi seperti pilihan ganda, jawaban
singkat, memilih benar salah, dan menjodohkan. Lembar kerja ini memberi
kesempatan pada peserta didik untuk belajar mandiri sehingga peserta didik lebih
based learning dapat meningkatkan keaktifan mental dan membuat peserta didik
mandiri dalam mengerjakan lembar kerja, sehingga peserta didik memiliki rasa
percaya diri yang meningkat, rasa ingin tahu peserta didik meningkat. Selain itu,
dan analitis, serta kemampuan motorik peserta didik. Hasil penelitian tersebut,
sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Prabowo (2021) bahwa penggunaan
belajar peserta didik karena peserta didik antusias, percaya diri dalam
pembelajaran dan mandiri, serta tekun dalam mengerjakan lembar kerja online
digunakan dalam pembelajaran. Hal ini didasarkan pada hasil uji praktikalitas
terhadap peserta didik kelas XI IPA memperoleh nilai 89,06% dalam kategori
praktis dan hasil praktikalitas oleh pendidik memperoleh nilai 81,57% dengan
liveworksheets valid dan sangat praktis digunakan pada proses pembelajaran. Oleh
peserta didik.
terhadap Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada
B. Rumusan Masalah
sebuah masalah yaitu apakah ada pengaruh media Liveworksheet dalam model
Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada Materi Pokok Larutan Penyangga ?
C. Tujuan Penelitian
Hasil Belajar Peserta Didik Kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada Materi
D. Manfaat Penelitian
berikut :
1. Bagi Peserta Didik, diharapkan dapat lebih mudah dalam memahami materi
kimia khususnya larutan penyangga dan hasil belajar peserta didik meningkat.
kimia.
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Teori
1. Hasil Belajar
Hal ini sesuai dengan pendapat (Darmadi, 2017) Belajar adalah hal yang
mengubah tingkah laku melalui latihan dan pengalaman sehingga menjadi lebih
baik sebagai hasil dari penguatan yang dilandasi untuk mencapai tujuan.
Belajar adalah usaha sadar yang dilakukan oleh individu dari keadaan
tidak tahu menjadi tahu. Belajar ialah suatu proses yang dilakukan seseorang
(Slameto, 2010). Sedangkan definisi belajar yang lain yaitu suatu proses interaksi
diperoleh melalui usaha (bukan karena kematangan) serta merupakan suatu hasil
Terlepas dari definisi belajar, tentu jika belajar merupakan suatu proses
untuk mencari tahu sesuatu maka dengan ini melalui proses belajar tentu akan
membuahkan hasil yang dinamakan hasil belajar. Menurut Hamalik (2006) hasil
belajar adalah hasil yang diperoleh seseorang setelah belajar dimana seseorang
tersebut akan mengalami perubahan tingkah laku, misalnya dari tidak tahu
menjadi tahu dan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Hasil belajar merupakan
kemampuan yang diperoleh peserta didik setelah proses belajar berlangsung, yang
proses untuk melihat sejauh mana peserta didik dapat menguasai pembelajaran
ditandai dengan bentuk angka, huruf, atau simbol tertentu yang disepakati oleh
adalah perubahan tingkah laku yang mencakup ranah kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Perubahan ketiga ranah ini akan diperoleh setelah peserta didik
menerima pengalaman belajar. Oleh karena itu, penilaian hasil belajar peserta didk
meliputi aspek kemampuan dan tingkah laku yang diinginkan dapat dikuasai oleh
peserta didik yang akan berpengaruh pada hasil belajar yang ingin
Hasil belajar merupakan salah satu indikator dari proses belajar. Dimana
belajar. Salah satu indikator tercapai atau tidaknya suatu proses pembelajaran
adalah dengan melihat hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik
(Catharina, 2004). Hasil belajar sangat penting untuk diketahui karena melalui
pembelajaran dan kesesuaian model, metode serta media yang digunakan dan hal
yang terpenting adalah dengan adanya hasil belajar pendidik dapat mengukur
Berdasarkan beberapa definisi hasil belajar menurut para ahli maka dapat
disimpulkan bahwa hasil belajar adalah suatu kemampuan yang diperoleh setelah
pembelajaran ini meliputi tiga aspek yaitu aspek konigtif, aspek afektif, dan aspek
mengetahui sejauh mana peserta didik menguasai bahan ajar yang sudah
a. Faktor eksternal
menyangkut hubungan antar manusia yang terjadi dalam situasi sosial termasuk
b. Faktor Internal
Prestasi belajar seseorang akan ditentukan oleh faktor internal baik secara
Intelegensi merupakan dasar potensial bagi pencapaian hasil belajar, artinya hasil
belajar yang dicapai akan bergantung pada tingkat intelegensi dan hasil belajar
Pengukuran hasil belajar peserta didik dapat dilakukan dengan tes hasil
belajar. Yang dimaksud tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk
menilai hasil-hasil pelajaran yang telah diberikan oleh pendidik kepada murid-
muridnya dalam jangka waktu tertentu (Purwanto, 2011). Dalam hal ini pemberian
tes hasil belajar harus disesuaikan dengan tipe hasil belajar mana yang akan dinilai.
b. Ranah afektif, berkaitan dengan perasaan, emosi, nilai, dan sikap yang
kreativitas (C6) yang diukur dengan menggunakan instrument tes hasil belajar
(Setiawan, 2018). Ranah afektif terdiri atas dua yaitu pandangan atau pendapat
(opinion) dan sikap atau nilai (attitude, value). Ranah psikomotor berhubungan
erat dengan kerja otot sehingga menyebabkan adanya atau timbulnya gerakan
tubuh (Arikunto,2013).
pembelajaran PBL terdiri dari 5 langkah pokok pembelajaran taitu, (1) orientasi
menekankan kepada proses keterlibatan peserta didik secara penuh untuk dapat
diri peserta didik (Nur, 2011). Suharta (2013) menyatakan bahwa penggunaan
didik lebih berpikir dari pada menghafal, memahami pelajaran yang lebih baik
melalui diskusi dan bisa menerima model pembelajaran, juga dapat meningkatkan
hasil belajar peserta didik pada kimia, mendorong demokrasi dalam efektivitas
tersebut, peserta didik harus mengumpulkan informasi dan data dari berbagai
sumber. Melalui proses pemecahan masalah ini, peserta didik dapat berpikir
aktual peserta didik, untuk merangsang kemampuan berfikir tingkat tinggi peserta
didik”. Model pembelajaran Problem Based Learning melatih peserta didik dalam
berfikir untuk memecahkan suatu permasalahan. Model pembelajaran Problem
Based Learning mampu memberikan peserta didik keleluasaan dalam belajar dan
konteks untuk para peserta didik belajar berfikir kritis dan keterampilan
Oleh karena itu, Problem Based Learning didukung juga oleh teori
pengetahuannya sendiri.
disajikan kepada peserta didik adalah masalah yang otentik sehingga peserta
didik mampu dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat
untuk mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari buku atau informasi yang
lainnya.
d) Learning occur in small group. Agar terjadi interaksi ilmiah dan tukar
menuntut pembagian tugas yang jelas dan penerapan tujuan yang jelas.
Pada tahap ini menjelaskan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai oleh
memotivasi peserta didk agar dapat terlibat secara langsung untuk melakukan
2) Mengorganisasi
Pada tahap ini pendidik melakukan peranya untuk membantu peserta didk
yang disajikan.
3) Membimbing penyelididkan
merupakan teknik yang cukup bagus untuk lebih memahami pelajaran; 2) PBL
setiap mata pelajaran (matematika, IPA, dan lain sebagainya), pada dasarnya
merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik,
bukan hanya sekadar belajar dari pendidik atau bukubuku saja; 5) PBL dianggap
didik untuk mengaplikasikan pengetahuan yang mereka miliki dalam dunia nyata;
8) PBL dapat mengembangkan minat peserta didik untuk belajar secara terus-
masalah isehingga materi yang tidak ada hubungannnya tidak perludipelajari oleh
peserta didik. Hal ini mengurangi beban peserta didik menghafal atau menyimpan
informasi, 4) terjadi aktifitas ilmiah pada peserta didik melalui kerja kelompok, 5)
tidak dapat diterapkan untuk setiap mata pelajaran, ada bagian pendidik beerperan
aktif dalam menyajikan materi, model ini lebih cocok digunakan pada
masalah, 2) dalam satu kelas memiliki tingkat keragaman peserta didik yang
3. Media Liveworksheet
Kata media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari
kata medium yang berarti perantara atau pengantar (Sadiman, 2003). Dalam
pendidikan yang dimaksud pengantar dan penerima adalah pendidik dan peserta
didik. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), media adalah alat; alat
(sarana) komunikasi seperti koran, majalah, radio, televisi, film, poster, dan
pembelajaran adalah suatu alat, bahan ataupun berbagai macam komponen yang
bentuk dan saluran yang digunakan orang untuk menyampaikan pesan atau
informasi. Hal tersebut sejalan dengan pendapat Gagne (1970) yang menyatakan
bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan peserta didik
yang dapat merangsang untuk belajar. Hal ini diperkuat oleh pendapat Briggs
(1970) yang menyatakan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat
Media adalah alat bantu apa saja yang dapat dijadikan sebagai penyalur
mengemukanan bahwa, media merupakan wadah dari pesan yang oleh sumber
atau penyalurnya ingin diteruskan kepada sasaran atau penerima pesan tersebut.
suatu hal atau alat yang berfungsi sebagai perantara dan penghubung dalam
kegiatan belajar dari satu sisi ke sisi yang lain yakni dari pendidik ke peserta didik.
Oleh karena itu, guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi pembelajaran, perlu
Hal ini perlu dilakukan agar proses pembelajaran tidak terkesan kurang
transfer of knowledge. Oleh karena itu peran media dalam proses pembelajaran
lebih bervariasi dan tidak membosankan. Selain itu, penggunaan media juga
bertujuan untuk menyampaikan pesan pembelajaran, sehingga mencapai tujuan
b. Media Liveworksheet
menjadi lembar kerja online interaktif karena peserta didik dapat mengerjakan
lembar kerja secara online dan mengirimkan langsung kepada pendidik. Bagi
pendidik, hal ini dapat menghemat waktu, bagi peserta didik dapat memotivasi
dan merupakan aplikasi gratis. Aplikasi ini dapat membantu pendidik mengubah
lembar kerja yang dicetak atau dalam bentuk kertas menjadi latihan online
interaktif dan aplikasi liveworksheets ini pula sekaligus dapat mengoreksi secara
peserta didik yaitu dapat memotivasi belajar karena di dalamnya tersedia berbagai
tradisional yang dapat dicetak (dokumen, pdf, jpg , atau PNG) menjadi latihan online
kerja secara online dan mengirimkan jawaban mereka kepada pendidik juga secara
online. Kelebihan aplikasi ini baik untuk peserta didik karena interaktif dan
memotivasi, pendidik aplikasi ini menghemat waktu dan untuk menghemat kertas
disediakan oleh aplikasi atau juga dapat membuat sendiri sesuai kebutuhan. Jika ingin
menggunakan lembar kerja milik pendidik lain cukup dengan copy link, kemudian
custom link dan langsung dapat disebarkan kepada peserta didik. Aplikasi ini
memiliki koleksi ribuan lembar kerja interaktif yang mencakup banyak bahasa dan
berbagai fitur yang dapat membuat lembar kerja menjadi lebih menarik. Pada
pembuatan lembar kerja dapat memuat materi, video pembelajaran, link, audio
dan berbagai macam jenis soal seperti soal pilihan ganda, isian singkat, drop &
down, dan lainnya. Selain itu, jawaban lembar kerja yang telah diselesaikan oleh
peserta didik akan dikirim ke akun dan email pendidik yang telah didaftarkan
sebelumnya kemudian secara otomatis nilai dari peserta didik akan diproses oleh
oleh pendidik secara mandiri atau pendidik juga bisa menggunakan lembar kerja
yang sudah disediakan dalam aplikasi ini. Langkah yang harus dilakukan apabila
pendidik membuat lembar kerja, yaitu mengupload file yang bentuk filenya sudah
tertera dalam aplikasi tersebut yang nantinya akan diganti ke dalam bentuk
gambar, setelah itu pendidik hanya diminta untuk membuat drag atau kotak pada
pilihan (jika soal berbentuk pilihan ganda) sebagai jawaban benar ataupun salah.
Penggunaan aplikasi ini pun sangat mudah diakses peserta didik, dimana nantinya
jawaban dari peserta didik otomatis masuk ke notifikasi pendidik, dan peserta
didik pun dapat melihat langsung skor yang ia peroleh pada saat
pendidik dapat mengupload lembar kerja yang sebelumnya telah dibuat dalam
format file PDF menjadi lembar kerja interaktif yang nantinya bisa diakses oleh
peserta didik melalui link yang dibagikan oleh pendidik. Pada saat mengupload
lembar kerja yang dibuat kemudian diberi kode sesuai dengan jenis
telah dibuat digabung menjadi satu bagian dan dikembangkan lebih lanjut
dirancang menggunankan Canva dapat dilihat pada gambar 2.1 atau Microsoft
Word dapat dilihat pada gambar 2.2. Hasil rancangan LKPD diubah kedalam
laptop. Akun dibuat dengan klik tombol register menggunakan email aktif.
3. Memilih menu Make interactive woksheets dan klik menu Get started
4. Menu choose file dipilih untuk mengunggah berkas LKPD Interaktif dengan
format PDF yang tersimoan dalam data penyimpanan PC atau laptop (Ukuran
dahulu lalu video yang telah diunggah di Youtube disalin tautannya kedalam
kotak yang disediakan. Tampilan setelah penambahan video dapat dilihat pada
dahulu. Lalu pada kotak ketik Kode “playmp3:” lalu akan muncul pilihan
8. Pereview LKPD dapat dilihat pada bagian kiri atas Liveworksheets. Menu
a. Fitur Join With Arrows yaitu fitur yang mengaitkan dua bagian yang
berhubungan. Kotak pada kata kunci soal dan jawaban dibuat terlebih dahulu.
Kode “Join:1” dimasukkan pada kotak soal dan jawaban yang benar. Soal dan
jawaban berikutnya mengikuti kode yang sama dengan nomor selanjutnya
(Misalnya “join:2”). Tampilan fitur dapat dilihat pada gambar 2.5 berikut.
b. Fitur multiple choice yaitu fitur memilih satu jawaban yang benar dari
beberapa pilihan. Kotak setiap opsi dibuat terlebih dahulu, kode “select:yes”
diketik pada jawaban yang benar dan kode “select:no” pada jawaban yang
salah. Kode dan tampilan fitur dapat dilihat pada gambar 2.6 berikut.
c. Fitur Drag and Drop yaitu fotur yang meletakkan jawaban pada tempatnya.
Kotak dibuat terlebih dahulu pada jawaban dan tempat yang ditempati.
Setelah itu, kode “Drag:1” diketik pada jawaban A dan kode “Drop:1” diketik
pada tempat A. Kode dan tampilan fitur dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut.
Gambar 2.7. Kode untuk Fitur Drag and Drop
10. Apabila pengeditan telah selesai dilakukan, menu save dipilih untuk
memilih menu discard yang berada disamping kanan menu save. Menu save
11. Setelah disimpan, terdapat dua pilihan untuk membagikan LKPD atau dibuat
sistem.
12. Dokumen yang telah berhasil tersimpan telah memiliki tautan yang dapat
worksheet dan klik custom link. Pengaturan ini berupa durasi waktu
peserta didik bekerja dalam kelompok kecil yang mencoba untuk memecahkan
dan strategi, mencari informasi lebih lanjut, memperbaiki solusi, dan akhirnya
bervariasi dapat menurunkan motivasi peserta didik dan berimbas pada kurang
peserta didik dapat berjalan lancar sehingga materi dapat tercapai dengan
maksimal. Ada beberapa hal yang harus dipersiapkan oleh pendidik untuk
pendekatan, media dan masih banyak lagi. Salah satu yang harus diperhatikan oleh
pendidik bagaimana pengetahuan dapat diterima oleh peserta didik melalui media
model pembelajaran yang paling sesuai dengan tujuan akan dicapai serta harus
memperhatikan beberapa hal lainnya seperti materi pelajaran, tingkat
perkembangan kognitif peserta didik, dan saran serta fasilitas yang tersedia
(Trianto, 2007).
pembelajaran yang akan dilakukan oleh pendidik, karena model pembelajran yang
digunakan adalah model Problem Based Learning (model berbasis masalah) maka
livewoksheets tersebut peserta didik dapat aktif serta mampu memcahkan masalah
dalam pembelajaran
membosankan, peserta didik tidak akan merasa tertekan, tidak takut untuk
bertanya dan suasana pembelajaran tidak akan membuat peserta didik tegang.
untuk memahami materi yang diberikan. 3) Sebagai bahan ajar yang ringkas dan
peserta didik. LKPD ini nantinya dapat diakses oleh peserta didik melalui jaringan
internet dengan harapan dapat membantu peserta didik untuk lebih memahami
1. Alokasi Waktu
Materi larutan penyangga merupakan salah satu kajian ilmu kimia kelas XI
merupakan materi ketiga pada semester genap. Alokasi waktu materi larutan
pertemuan dengan rincian yaitu setiap pertemuan terdiri dari 2 jam pelajaran (2 x
45 menit). Proses pembelajaran dilaksanakan 3 kali pertemuan (3 x 2JP) dan
2. Kompetensi Inti
dan kejadian, serta menerapkan pengetahuan prosedural pada bidang kajian yang
KI 4 : Mengolah, menalar, dan menyaji dalam ranah konkret dan ranah abstrak
bertindak secara efektif dan kreatif, serta mampu menggunakan metoda sesuai
kaidah keilmuan.
3.12 Menjelaskan prinsip kerja, perhitungan pH, dan peran larutan penyangga
Pertemuan I
3.12.4 Menghitung pH larutan penyangga asam dari campuran asam lemah dan
basa konjugasinya.
3.12.5 Menghitung pH larutan penyangga basa dari campuran basa lemah dan
basa konjugasinya.
atau pengenceran.
Pertemuan III
larutan dari asam lemah dan basa konjugasinya atau basa lemah dan asam
1) Larutan penyangga asam mempertahankan pH pada daerah asam (pH < 7).
Larutan penyangga asam mengandung suatu asam lemah dan basa
a) Sistem campuran dibuat secara langsung dari asam lemah dengan garam yang
mengandung basa konjugasi pasangan dari asam lemah tersebut, atau sering
a) Sistem campuran dibuat secara langsung dari basa lemah dengan garam yang
mengandung asam konjugasi pasangan dari basa lemah tersebut, atau sering
b) Sistem campuran dibuat secara tidak langsung yaitu dengan mereaksikan basa
ion senama. Dalam suatu sistem penyangga apabila dilakukan perlakuan berikut
ini:
1) Ditambahkan sedikit asam, ion H+ dari asam tersebut akan dinetralkan oleh
basa konjugasinya sehingga pengaruhnya tetap terhadap [H+]. Hal ini berarti
sebagai berikut:
[H+ ] [A− ]
Ka = …………………………(3)
[HA]
Ka [HA]
Ka = …………………………(4)
[A− ]
Dari persamaan (4) maka untuk menentukan konsentrasi [H+] larutan penyangga
[Asam]
[H+] = Ka [Garam]
Jika konsentrasi dinyatakan sebagai banyaknya mol tiap liter lartuan atau M = n/V,
maka:
𝑛𝐻𝐴
[H+] = Ka 𝑉
𝑛𝐴
𝑉
Oleh karena system merupakan campuran dalam satu wadah maka volumenya
[mol asam]
[H+] = Ka [mol garam]
pH = - log [H+]
[mol asam]
pH = - log (Ka x [mol garam] )
sebagai berikut:
[mol basa]
[OH-] = Kb [mol garam]
[mol basa]
pOH = - log (Kb x [mol garam] )
enzimatis, yaitu reaksi yang melibatkan enzim sebagai katalis. Enzim sebagai
katalis hanya dapat bekerja dengan baik pada pH tertentu (pH optimum). pH yang
terlalu rendah atau terlalu tinggi dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi,
sehingga akan menurunkan aktivitas enzim. Agar enzim tetap bekerja secara
Sistem penyangga ekstra sel (luar sel) yang penting adalah penyangga
yaitu sekitar 7,4.. Cairan ini merupakan pasangan asam-basa konjugasi asam
diperlukan adalah 20 : 1. Jumlah HCO3- yang relatif jauh lebih banyak dapat
membebaskan asam-asam seperti asam laktat, asam fosfat, dan asam sulfat.
Jika darah kemasukan zat yang bersifat asam, maka ion H+ dari asam akan
Sebaliknya, jika darah kemasukan zat yang bersifat basa, maka ion OH- akan
asam yang akan masuk kedalam aliran darah. Zat-zat asam tersebut akan
menghasilkan H2CO3 dalam darah, yang mengakibatkan turunnya nilai pH. Untuk
menjaga agar pH darah tidak turun secara drastis, maka H2CO3 akan segera terurai
menjadi gas CO2 dan H2O. Akibatnya, pernapasan berlangsung lebih cepat agar
Adanya basa dalam darah akan diikat oleh H2CO3 yang selanjutnya akan berubah
menjadi ion HCO3-. Sehingga diperlukan gas CO3 dari paru-paru yang harus
intra sel (dalam sel). Cairan ini merupakan pasangan asam-basa konjugasi
bersifat asam maupun basa. Selama proses metabolisme, banyak enzim yang
terlibat. Oleh karena itu pH cairan intra sel harus selalu tetap dan semua enzim
dapat bekerja dengan baik. Jika dari proses metabolisme dihasilkan banyak zat
yang bersifat asam, maka akan segera bereaksi dengan ion HPO42-.
Jika dari proses metabolism dihasilkan banyak zat yang bersifat basa, maka akan
Sehingga perbandingan [H2PO4-]/[ HPO42-] akan selalu tetap dan pH cairan intra
amino merupakan komponen protein yang mempunyai gugus –NH2 pada atom 𝛼
dari posisi gugus –COOH. Apabila asam amino larut dalam air, maka gugus
karboksilat akan melepaskan ion H+, sedangkan gugus amina akan menerima ion
-COOH ⇌ -COO- + H+
-NH2 + H+ ⇌ -NH3+
Karena kedua gugus tersebut dapat membentuk ion positif (asam) dan membentuk
ion negatif (basa), maka asam amino memiliki zwitter ion (bersifat amfoter).
Apabila tubuh kelebihan asam, maka kelebihan ion H+ akan diikat oleh gugus
basa, begitupula sebaliknya. Karena kelebihan asam atau basa dinetralkan oleh
asam atau basa dari gugus asam amino, maka pH asam amino relatif bersifat tetap.
C. Kerangka Pikir
hasil belajar. Pendidik tidak hanya dituntut untuk mentransfer ilmu namun
untuk belajar. Model pembelajaran pada kurikulum 2013 menuntut peserta didik
pendidik. Sebagian besar peserta didik belajar dengan pendidik sebagai sumber
informasi utama dan tidak berusaha untuk mencari solusi serta jawaban dari
Pendidik hanya menyampaikan ilmu dari satu arah yang menyebabkan peserta
didik tidak berminat untuk belajar kimia karena mereka hanya berperan sebagai
objek yang menerima ilmu tanpa harus megolah ilmu tersebut terlebih dahulu. Hal
Salah satu model pembelajaran yang dapat membuat peserta didik lebih
aktif di dalam kelas adalah model Problem Based Learning. Model Problem
Based Learning adalah model pembelajaran yang mendorong peserta didik untuk
Salah satu materi pelajaran kimia yang memiliki cakupan materi yang luas
dituntut untuk lebih kreatif dan inovatif dalam pemecahan permasalahan pada materi
larutan penyangga. Oleh karena itu, proses pembelajaran dibutuhkan model dan
media pembelajaran yang tepat untuk dapat merangsang keaktifan peserta didik untuk
menemukan konsep sendiri dalam belajar serta membuat proses pembelajaran lebih
interaktif dan menyenangkan. Salah satu media yang diharapkan dapat membantu
kimia.
seperti sekarang lembar kerja konvensional diubah menjadi lembar kerja interaktif.
Lembar kerja ini dibuat melalui aplikasi liveworksheet yang memiliki beberapa
keunggulan, yaitu mudah digunakan, praktis serta memiliki berbagai fitur yang
dapat membuat lembar kerja menjadi lebih menarik. Lembar kerja ini dapat
memuat materi, video pembelajaran, link, audio dan berbagai macam jenis soal
seperti soal pilihan ganda, isian singkat, drop & down, dan lainnya. Selain itu,
jawaban lembar kerja yang telah diselesaikan oleh peserta didik akan dikirim ke
akun dan email pendidik yang telah didaftarkan sebelumnya kemudian secara
D. Hipotesis Penelitian
Berdasarkan kajian teori dan kerangka pikir yang telah dikemukakan maka
hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: “ada
Learning terhadap Hasil Belajar Peserta Didik kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
model pembelajaran Problem Based Learning terhadap hasil belajar peserta didik
kelas XI IPA SMA Negeri 3 Barru pada materi pokok larutan penyangga.
B. Desain Penelitian
Control Design. Pada desain Posttest-Only Control Design akan diberikan posttest
untuk mengetahui hasil belajar peserta didik. Pada penelitian ini terdapat dua
kelas yang dipilih secara random yaitu kelompok kontrol dan kelompok
kontrol diajar dengan model Problem Based Learning. Desain penelitian Posttest-
Only Control Design (Sugiyono, 2011), dapat dilihat pada Gambar 3.1.
R1 T1 O1
R2 T2 O2
1. Variabel Penelitian
Variabel dalam penelitian ini terdiri atas dua macam yaitu variabel bebas
liveworksheet.
b. Variabel terikat yaitu hasil belajar peserta didik kelas XI IPA SMA Negeri 3
adalah:
orientasi peserta didik pada masalah, yang mana pada sintaks ini sejak awal
masalah yang berorientasi pada masalah autentik dari kehidupan nyata peserta
c. Hasil belajar merupakan nilai post-test yang diperoleh peserta didk berupa tes
pilihan ganda yang telah divalidasi. Hasil belajar pada penelitian ini hanya
berkenaan dengan hasil belajar ranah kognitif pada materi larutan penyangga
1. Populasi
Populasi dalam penelitian ini adalah selutuh peserta didik kelas XI IPA
SMA Negeri 3 Barru tahu pelajaran 2021/2022, yang terdiri dari tigas kelas yaitu
dari kelas XI IPA 1 sampai XI IPA 3. Di sekolah ini menempatkan peserta didik
dengan tingkat kemampuan sama di tiap kelasnya atau tidak menggunakan kelas
unggulan.
2. Sampel
secara acak dengan mempertimbangkan hal tertentu. Hal ini dikarenakan semua
kelas memiliki tingkat kemampuan yang sama (homogen). Dari tiga kelas dipilih
F. Prosedur Penelitian
tahun ajaran 2021/2022 sebanyak empat kali pertemuan. Setiap pertemuan terdiri
dari dua jam pelajaran, satu jam pelajarannya berlangsung selama 45 menit.
1. Tahap Persiapan
peserta didik, materi pelajaran yang akan diteliti, dan waktu peneliti.
pembelajaran.
e. Menyusun instrumen penelitian berupa tes hasil belajar materi pokok larutan
2. Tahap Pelaksanaan
b. Kelas eksperimen, dibagi ke dalam 5 kelompok yang terdiri dari 6 peserta didik,
Penutup Penutup
a. Peserta didik mengumpulkan semua a. Peserta didik mengumpulkan semua
jawaban yang telah mereka kerjakan jawaban yang telah mereka kerjakan
dalam liveworksheet dalam LKPD
b. Pendidik memberikan evaluasi b. Pendidik memberikan evaluasi
kepada masing – masing peserta kepada masing – masing peserta
didik untuk dikerjakan secara didik untuk dikerjakan secara
mandiri dalam liveworksheet mandiri.
c. Pendidik menyampaikan materi c. Pendidik menyampaikan materi
selanjutnya untuk dipelajari selanjutnya untuk dipelajari
dirumah. dirumah.
d. Pendidik penutup pembelajaran d. Pendidik penutup pembelajaran
dengan memberi salam. dengan memberi salam.
3. Tahap Akhir
b. Mengolah data hasil penilaian posttest hasil belaajr peserta didik setelah
kelas kontrol
G. Instrument Penelitian
Instrumen dalam penelitian berupa tes hasil belajar yaitu aspek kognitif
Instrumen ini bertujuan untuk mengukur aspek kognitif yang dimiliki oleh
belajar disajikan dalam bentuk soal pilihan ganda. Tes hasil belajar akan melalui
proses validasi item oleh pihak yang berkompeten. Setiap jawaban benar diberi
skor satu dan jawaban salah diberi skor nol. Setiap item disusun berdasarkan
B
P = JS
Keterangan :
P = indeks kesukaran/proporsi
B = jumlah peserta didik yang menjawab benar pada soal tersebut
JS = jumlah seluruh peserta didik yang di tes
b. Daya Pembeda
rendah (Arikunto, 2016). Adapun rumus untuk menghitung daya pembeda soal
yaitu:
JBA JBB
D= - atau D = PA – PB
JTA JTB
Keterangan :
D = daya pembeda atau deskriminasi
JBA = jumlah peserta didik jawab benar pada bagian atas
JTA = jumlah seluruh peserta didik pada bagian atas
JBB = jumlah peserta didik jawab benar pada bagian bawah
JTB = jumlah seluruh peserta didik pada bagian bawah
PA = indeks kesukaran bagian atas
PB = indeks kesukaran bagian bawah
c. Validitas
Menurut Arikunto (2016), sebuah tes dapat dikatakan valid apabila tes
tersebut mengukur apa yang hendak di ukur. Atau umumnya valid biasa diartikan
dengan shahih. Pembicaraan terkait validitas bukan ditekankan pada tes itu sendiri
akan tetapi pada hasil pengetesan atau skornya. Seperti dikatakan dimuka bawa
sebuah tes dikatakan valid jika hasilnya sesuai dengan kriterium, dalam arti
memiliki kesejajaran antara hasil tes dengan kriterium. Teknik yang digunakan
dikemukakan oleh Pearson. Rumus korelasi product moment ada 2 yaitu korelasi
product moment dengan simpangan dan korelasi product moment dengan angka
𝑁 ∑ XY−(∑ X) (∑ Y)
rxy =
√{𝑁(∑ X2 ) (∑ X2 )}{∑ Y2 ) (∑ Y2 )}
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y, dua variabel yang
dikorelasikan
Koefisien korelasi selalu terdapat antara – 1,00 sampai + 1,00. Koefisien negatif
d. Reliabilitas
yang sama. Untuk mengetahui ketetapan ini pada dasarnya dilihat kesejajaran
hasil (Arikunto, 2016). Kriteria yang digunakan untuk mengetahui ketetapan ada
yang berada di luar tes (consistency external) dan pada tes itu sendiri (consistency
2𝑟 1/2 1/2
r11 = (1+ 𝑟1/2 1/2 )
Keterangan
r ½ ½ = korelasi antara skor-skor setiap belahan tes
r11 = koefisien reliabilitas yang sudah disesuaikan
Adapun klasifikasi nilai derajat reliabilitas (Arikunto, 2016) dapat dilihat pada
Tabel 3.5.
Tabel 3.5. Klasifikasi Nilai Koefisien Reliabilitas
Nilai Koefisien Reliabilitas Kriteria
0,800 < r ≤ 1,00 Sangat tinggi
0,600 < r ≤ 0,800 Tinggi
0,400 < r ≤ 0,600 Cukup
0,200 < r ≤ 0,400 Rendah
0,00 < r ≤ 0,200 Sangat Rendah
(Sumber : Arikunto, 2013).
diisi oleh observer sesuai dengan proses yang terjadi selama pembelajaran.
peserta didik dengan pemberian test akhir (posttest) pada kelas eksperimen dan
kelas kontrol. Test akhir (posttest) diberikan dalam bentuk soal pilihan ganda
dengan jumlah tertentu dan jawaban yang benar diberikan poin 1 serta jawaban
yang salah diberikan poin 0. Akumulasi hasil tes dari kedua kelas yakni kelas
peserta didik. Data pengukuran hasil belajar peserta didik berdasarkan aktivitas
pembelajaran Problem Based Learning berupa skor. Data ini digunakan untuk
belajarnya.
memberi gambaran umum data yang diperoleh. Data hasil belajar diperoleh dari
hasil posttest peserta didik setelah pelaksanaan proses pembelajaran. Data yang
a) Ketuntasan Perorangan
B
Tp = JS x 100
Keterangan :
Tp = Tuntas Perorangan
JB = Skor tiap peserta didk
Js = Skor maksimal
Pengelompokan tingkat ketuntasan belajar peserta didik dalam memahami
materi kimia pada kategori tuntas atau tidak tuntas berdasarkan acuan KKM yang
b) Ketuntasan Kelas
∑ 𝑇𝑝
TK = x 100%
n
Keterangan :
Tk = Tuntas Kelas
Σ𝑇𝑝 = Jumlah Tuntas Perorangan
n = Jumlah Peserta Didik
kriteria ketuntasan kelas untuk mata pelajaran kimia di SMA Negeri 3 Barru
Tabel 3.9 Klasifikasi Ketuntasan Kelas Peserta didk Kelas XI IPA SMA
Negeri 3 Barru
Tuntas Kelas Kategori
≥80 % Tuntas
<80 % Tidak tuntas
(Sumber: SMA Negeri 3 Barru).
sebelum dilakukan uji hipotesis terlebih dahulu dilakukan uji prasyarat sebagai
berikut;
1) Uji Prasyarat
a) Uji Normalitas
berasal dari populasi yang terdistribusi normal atau tidak. Normalitas data diuji
(𝑜𝑖−𝐸𝑖)2
x2hitung = ∑
𝐸𝑖
Keterangan:
x2hitung = chi kuadrat (chi square)
Oi = frekuensi observasi
Ei = frekuensi harapan
Kriteria pengujian normalitas dengan taraf signifikan α = 0,05, dan kebebasan (dk)
= k - 3. Jika, x2hitung < x2tabel maka data berdistribusi normal (Subana, 2000).
b) Uji Homogenitas
berasal dari populasi yang homogen. Uji homogenitas dapat dihitung dengan
𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑏𝑒𝑠𝑎𝑟
Fhitung = 𝑉𝑎𝑟𝑖𝑎𝑛𝑠 𝑘𝑒𝑐𝑖𝑙
penyebut (n2-1) yaitu jika Fhitung < Ftabel, maka data bersifat homogen
(Subana, 2000).
2) Uji Hipotesis
H0 : 𝜇1 ≤ : 𝜇2 H1 : 𝜇1 > : 𝜇2
Keterangan :
H0 : Tidak ada pengaruh penggunaan media liveworksheet dalam model Problem
Based Learning terhadap hasil belajar peserta didk kelas XI IPA SMA
Negeri SMA Negeri 3 Barru studi materi pokok larutan penyangga.
H1 : Ada pengaruh penggunaan media liveworksheet dalam model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar terhadap hasil belajar peserta didk kelas XI
IPA SMA Negeri 3 Barru studi materi pokok larutan penyangga.
μ1 : Rata-rata nilai peserta didik pada kelas eksperimen
μ2 : Rata-rata nilai peserta didik pada kelas kontrol.
(Subana, 2000).
sebagai berikut :
Keterangan:
n1 : Banyaknya data kelas eksperimen
n2 : Banyaknya data kelas kontrol
V1 : Varians data kelas eksperimen
V2 : Varians data kelas kontrol
Dsg : Nilai standar deviasi gabungan
b) Menentukan t hitung
̅
𝑋 ̅
t= 1− 𝑋2
𝑑𝑠𝑔 √𝑛1 − 𝑛1
1 2
Keterangan:
n1 : Banyaknya data kelas eksperimen
n2 : Banyaknya data kelas kontrol
X̅1 : Rata-rata kelas eksperimen
X̅2 : Rata-rata kelas kontrol
Dsg : Nilai standar deviasi gabungan
Adapun kriteria pengujian hipotesis yaitu pada α = 0,05 dengan derajat kebebasan
(dk) = (n1 + n2 - 2) (Puspita, 2020). Jika thitung > ttabel, maka H0 ditolak dan H1
diterima berarti ada pengaruh media liveworksheet dalam model Problem Based
Learning terhadap hasil belajar peserta didik. Sebaliknya, jika thitung < ttabel, maka
H0 diterima dan H1 ditolak berarti tidak ada pengaruh media liveworksheet dalam
F
Presentasi Keterlaksanaan = A x 100
Keterangan:
F : Jumlah skor rencana tindakan pembelajaran yang terlaksana
A : Jumlah skor rencana pembelajaran keseluruhan
Andriyani, Novi, Yahya Hanafi, Irma Yulianti Budi Safitri, dan Sri Hartini.
Penerapan Model Problem Based Learning Berbantuan LKPD Live
Worksheet untuk Meningkatkan Keaktifan Mental Ssiwa Pada
Pembelajaran Tematik Kelas VA SD Negeri Nogopuro. Prosiding
Pendidikan Profesi Guru. Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.
Anugraheni, I. 2018. Meta Analisis Model Pembelajaran Problem Based Learning
dalam Meningkatkan Keterampilan Berpikir Kritis di Sekolah Dasar [A
Meta-analysis of Problem-Based Learning Models in Increasing Critical
Thinking Skills in Elementary Schools]. Polyglot: Jurnal Ilmiah, Vol.14
Nomor 1
Arends, R. I. (2008). Belajar untuk mengajar. (Terjemahan Helly Prajitno
Soetjipto & Sri Mulyantini Soetjipto). New York: McGraw Hills. (Buku
asli diterbitkan tahun 2007).
70
Prabowo Andi. 2021. Penggunaan Liveworksheet dengan Aplikasi Berbasis Web
untuk Meningkatkan Hasil Belajar Peserta Didik. Jurnal Pendidikan
dan Teknologi Indonesia (JPTI). p-ISSN: 2775-4227. e-ISSN: 2775-
4219. Vol. 1. No.10.
Prastowo, A. 2015. Panduan Kreatif Membuat Bahan Ajar Inovatif. Yogyakarta:
DIVA Press.
Purwanto. 2011. Evaluasi Hasil Belajar. Yogyakarta: Pustaka Pelajar
Putri, Ayu Ade Anjelina, Ign.Wayan Swatra, dan I Made Tegeh. 2018. Pengaruh
Model Pembelajaran PBL Berbantuan Media Gambar terhadap Hasil
Belaajr IPA Siswa Kelas II SD. Jurnal Mimbar Ilmu. ISSN: 1829-
87XX. Vol.23 No,1.
Rusman, 2012. Model – Model Pembelajaran. Jakarta: Rajawali Pers. PT
Rajagrafindo Persada.
Sadiman, Arief S. 2003. Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, dan
Pemanfaatannya. Depok: Rajawali Press.
Saharsa, Ulfi, Qaddafi, Muhammad, & Baharuddin, Baharuddin. (2018).
Efektivitas Penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning
Berbantuan Video Based Laboratory Terhadap Peningkatan
Pemahaman Konsep Fisika. JPF (Jurnal Pendidikan Fisika)
Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar, 6(2), 57–64.
Sanjaya, W. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: Kencana Prenada
Media Group.
Sanjaya, Wina. 2009. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses
Pendidikan. Jakarta: Kencana Pernada Media Grup
Slameto. 2003. Belajar Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Slameto. 2010. Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta:
Rineka Cipta
Subana, Moersetyo Rahada dan Sudrajat. 2000. Statistik Pendidikan. Bandung:
CV Pustaka Setia.
Sudjana, N. 2008. Dasar-Dasar Proses Beajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Algesindo
Sudjana. 2008. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosdakarya .
Sugiyono. 2011. Metode Penelitian Pendidikan. Bandung: Alfabeta.
71
Suharta., & Luthan, Putri Lynna A., 2013. Application of Cooperative
ProblemBased Learning Model to Develop Creativity and Foster
Democracy, and Improve Student Learning Outcomes in Chemistry in
High School. Journal of Education and Practice, 4 (25), 55-60.
Supardi. 2015. Penilaian Autentik Pembelajaran Afektif, Kognitif, dan
Psikomotorik (Konsep dan Aplikasi). Jakarta: Rajawali Pers.
Syamsidah dan Hamidah Suryani. 2018. Buku Model Problem Based Learning
(PBL). Yogyakarta: Deepublish (CV Budi Utama)
Trianto. 2007. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif Progresif:Konsep,
Landasan, dan Implementasinya pada Kurikulum Tingkat Satuan
Pendidikan (KTSP). Jakarta: Kencana Prenada Media Group
Veneranda, Hajrullah. 2014. Facilitating Problem Based Learning Through
EPortofoliosin EFL. European Scientific Journal, Vol 10(7).
Vitasari, Ita. 2016. Kejenuhan Belajar Ditinjau Dari Kesepian Dan Kontrol Diri
Siswa Kelas XI SMAN 9 Yogyakarta. E-Journal Bimbingan dan
Konseling. Yogyakarta: UNY Shoimin, Aris. 2014. 68 Model
Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013. Yogyakarta: Ar-ruzz
Media.