Anda di halaman 1dari 23

PROPOSAL PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING


BERBANTUAN MEDIA VIDEO DALAM MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN
HASIL BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN PPKN KELAS X
AKUNTANSI KEUANGAN LEMBAGA 2
DI SMK PANCASILA 6 JATISRONO

DISUSUN OLEH
NAMA : FENNY PURBA SARI, S.Pd.
NIM :
PRODI : Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan

MAHASISWA PPG DALAM JABATAN KATEGORI II ANGKATAN 1


UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah
menganugerahkan segala nikmat dan karunia-Nya kepada kita sekalian sehingga
penyusunan proposal penelitian tindakan kelas ini dapat penulis selesaikan.
Banyak hambatan yang penulis temui, namun semua dapat teratasi berkat bantuan
dari berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis tidak lupa menyampaikan penghargaan yang
setinggi-tingginya serta ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Kepala SMK
Pancasila 6 Jatisrono, Bapak/Ibu Guru SMK Pancasila 6 Jatisrono, dan semua pihak yang
tidak dapat penulis sebutkan satu persatu. Semoga amal baik bapak ibu mendapat balasan
yang setimpal dari Allah dan senantiasa mendapat ridlo-Nya.
Penulis menyadari bahwa dalam pembuatan proposal ini masih banyak
kekurangannya, untuk itu kritik dan saran yang bersifat membangun yang diharapkan.
Kemudian penulis berharap semoga proposal PTK ini dapat bermanfaat bagi kita,
khususnya dalam meningkatkan mutu pendidikan.
DAFTAR ISI
Halaman Sampul

Halaman Pengesahan
Kata Pengantar i
……………………………………………………………………………………………………
………………..
Daftar Isi ii
……………………………………………………………………………………………………
………………………….
A. Latar Belakang Masalah 1
……………………………………………………………………………………………………
B. Rumusan Masalah 2
……………………………………………………………………………………………………
………..
C. Tujuan Penelitian 2
……………………………………………………………………………………………………
………….
D. Manfaat Penelitian . 3
……………………………………………………………………………………………………
……..
E. Kajian Pustaka 3
……………………………………………………………………………………………………
………………
F. Metode Penelitian 4
……………………………………………………………………………………………………
………
G. Daftar Pustaka 8
……………………………………………………………………………………………………
……………..
BAB 1 PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk menghidupkan suasana


belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,
kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya
dan masyarakat, bangsa dan Negara. Menurut Wahyudin (2008: 1.1) “Pendidikan
adalah humanisasi, yaitu upaya memanusiakan manusia atau upaya manusia agar
mampu mewujudkan diri manusia (siswa) itu mengerti, paham, dan lebih dewasa
serta mampu membuat manusia (siswa) lebih kritis dalam berpikir”. Guna
mewujudkan tujuan tersebut, maka lembaga pendidikan perlu melakukan usaha-
usaha untuk meningkatkan pendidikan serta mengajak seluruh lapisan masyarakat
untuk ikut berperan aktif dalam meningkatkan pendidikan di Negara Indonesia ini.
Peningkatan aktivitas dan hasil belajar siswa tidak terlepas dari peran guru
sebagai tenaga pengajar. Oleh karena itu, guru sangat berpengaruh terhadap proses
pembelajaran di dalam kelas. Pemilihan model pembelajaran yang tepat dalam
pembelajaran PPKn dapat menjadi salah satu cara dalam proses pembelajaran
untuk mengaktifkan siswa serta menanamkan karakter dan keterampilan sosial.
Guru hanya berperan sebagai fasilitator untuk membentuk dan mengembangkan
pengetahuan itu sendiri, bukan untuk memindahkan pengetahuan. Perlu diketahui
bahwa baik atau tidaknya suatu pemilihan model pembelajaran akan tergantung
pada tujuan pembelajarannya, kesesuaian dengan materi pembelajaran, kompetensi
dasar yang diharapkan, tingkat perkembangan siswa, kemampuan guru dalam
mengelola pembelajaran serta mengoptimalkan sumber-sumber belajar yang ada
sebagai media pembelajaran.
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan adalah mata pelajaran yang
sangat berkaitan erat dengan pembentukan karakter peserta didik dalam menyadari
hak-hak dan kewajiban sebagai warga negara yang baik, cerdas serta memiliki
pemahaman tentang nilai dan moral sesuai dengan Pancasila dan UUD 1945.
Dalam pelaksanaan pembelajaran tersebut disajikan beberapa materi pokok
bahasan yang di harapkan mampu menambah wawasan peserta didik tentang
pentingnya memahami nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar
negara dan diharapkan mampu mengimplementasikanya dalam kehidupan sehari-
hari. Pada proses pembelajaran PPKn saat ini, masih banyak peserta didik yang
kurang memahami materi yang disajikan oleh guru atau model yang digunakan
oleh guru belum efektif membuat jalannya pembelajaran yang aktif. Oleh karena
itu, guru dituntut untuk mampu menganalisis model-model pembelajaran yang
akan diterapkan dalam proses pembelajaran di kelas untuk meningkatkan mutu
belajar peserta didik.
Berdasarkan hasil observasi awal dan wawancara pada pra penelitian yang
dilakukan oleh peneliti di SMK Pancasila 6 Jatisrono, terdapat beberapa
permasalahan yang ditemukan, diantaranya peserta didik kurang aktif dalam proses
pembelajaran. Hal tersebut ditunjukan dengan sikap peserta didik yang lebih
banyak pasif di kelas selama proses pembelajaran. Sikap pasif peserta didik pada
saat pembelajaran terlihat pada saat guru mencoba memotivasi peserta didik
dengan memberikan pertanyaan-pertanyaan, namun peserta didik tidak ada yang
berinisiatif menjawab. Kemudian guru melakukan stimulus dengan menunjuk
beberapa orang peserta didik untuk menjawab pertanyaan yang guru sampaikan,
namun peserta didik tersebut hanya diam saja atau jawaban yang diberikannya
adalah tidak tahu. Karena tidak ada peserta didik yang dapat menjawab pertanyaan
dari guru baik dengan inisiatif sendiri maupun setelah ditunjuk oleh guru maka
langkah selanjutnya yang dilakukan oleh guru adalah meminta siswa untuk
bertanya tentang materi yang belum dipahami, namun peserta didik kelas X
Akuntansi Keuangan Lembaga 2 diam saja dan tidak bertanya. Keterlibatan peserta
didik yang rendah pada saat proses belajar tersebut menunjukan rendahnya
aktivitas belajar siswa di kelas.
Selain rendahnya aktivitas belajar siswa di kelas, peserta didik mengalami
kesulitan dalam memahami materi, kemudian model yang diterapkan pada proses
pembelajaran monoton misalnya ceramah dan pemberian tugas. Hasilnya
menunjukkan bahwa model yang digunakan itu kurang dapat mencapai tujuan
pembelajaran PPKn secara maksimal, karena pembelajaran lebih didominasi oleh
teori. Hal ini menyebabkan hasil belajar yang diperoleh peserta didik belum
mencapai ketuntasan yang diharapkan berdasarkan ketuntasan minimal yang harus
dicapai oleh peserta didik. Di samping itu, siswa menilai mata pelajaran PPKn
sebagai pelajaran yang membosankan, membuat jenuh, karena mata pelajaran ini
terkesan hapalan dan teoritik serta kurang menekankan aspek penalaran sehingga
menyebabkan rendahnya minat belajar PPKn. Hasil belajar yang diperoleh siswa
cenderung bersifat kognitif teoritis yang tidak berkembang, sedangkan
pembelajaran PPKn bertujuan untuk membentuk warga negara yang baik serta
memahami hak dan kewajiban sebagai warga negara dan memiliki kesadaran nilai
dan moral berdasarkan Pancasila.
Untuk menyikapi permasalahan tersebut, dalam proses pembelajaran perlu
melakukan pembaharuan dengan menerapkan model pembelajaran yang efektif
dan efisien agar dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar siswa untuk
mencapai tujuan pembelajaran yaitu dengan model pembelajaran Problem Based
Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah). Pembelajaran berbasis masalah
membuat siswa mampu menemukan berbagai persoalan yang sesuai dengan
lingkungan siswa sehingga siswa lebih mudah dalam memahami persoalan yang
dihadapi. Menurut Setyosari (Gustama, 2013) pembelajaran berbasis masalah
adalah suatu metoda atau cara pembelajaran yang ditandai oleh adanya masalah
nyata, a real–world problems sebagai konteks bagi siswa untuk meningkatkan
Aktivitas dan hasil belajar siswa dalam proses pembelajaran. Model Problem
Based Learning (Pembelajaran Berbasis Masalah) dipilih karena mempunyai
beberapa kelebihan, antara lain adalah: 1) Pemecahan masalah yang diberikan
dapat menantang dan membangkitkan kemampuan berpikir kritis siswa serta
memberikan kepuasan untuk menemukan suatu pengetahuan baru, 2) Pembelajaran
dengan model PBL dianggap lebih menyenangkan dan lebih disukai siswa, 3)
Model PBL dapat meningkatkan aktivitas siswa dalam proses pembelajaran, dan 4)
Model PBL dapat memberikan kesempatan siswa untuk menerapkan pengetahuan
yang mereka miliki ke dalam dunia nyata.
Penggunaan media yang tepat juga akan mempunyai pengaruh yang besar
terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai oleh peserta didik. Berdasarkan
permasalahan yang terjadi di kelas X Akuntansi Keuangan Lembaga 2 SMK
Pancasila 6 Jatisrono, maka peneliti akan menggunakan suatu media yaitu video.
Media video merupakan suatu media pembelajaran yang menarik bagi peserta
didik, karena video dibuat dengan tampilan yang menarik yang disertai gambar
dan tulisan, sehingga mudah dilihat dan ditirukan oleh peserta didik. “Video
merupakan suatu medium yang sangat efektif untuk membentu proses
pembelajaran, baik untuk pembelajaran massal, individu, maupun kelompok.
Video juga merupakan bahan ajar non cetak yang sangat kaya informasi dan tuntas
karena dapat sampai ke hadapan siswa secara langsung” (Daryono, 2010: 86-87).
Video menambah suatu dimensi baru terhadap pembelajaran, hal ini karena
karakteristik teknologi video yang dapat menyajikan gambar bergerak pada peserta
didik, di samping suara yang menyertainya. Sehingga peserta didik merasa seperti
berada di suatu tempat yang sama dengan program yang ditayangkan video.
Pembelajaran melalui media video diharapkan dapat meningkatkan aktivitas dan
hasil belajar belajar PPKn pada peserta didik kelas X Akuntansi Keuangan
Lembaga 2 SMK Pancasila 6 Jatisrono.
Implikasi dari uraian di atas dalam kaitannya dengan penelitian ini adalah
perlu dilakukannya upaya untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar PPKn
dengan penerapan Model Pembelajaran Problem Based Learning (PBL)
berbantuan media video dalam bentuk Penelitian Tindakan Kelas (PTK).
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, penulis tertarik untuk
mengadakan penelitian tindakan kelas dengan judul: ”Penerapan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video dalam
Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar pada Mata Pelajaran PPKn Kelas X
Akuntansi Keuangan Lembaga 2 di SMK Pancasila 6 Jatisrono”.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, maka yang
menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana peningkatan
aktivitas dan hasil belajar siswa setelah menerapkan model pembelajaran
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video dalam
pembelajaran PPKn?

C. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan aktivitas hasil
belajar siswa pada Mata Pelajaran PPKn di Kelas X Akuntansi Keuangan Lembaga
2 di SMK Pancasila 6 Jatisrono.

D. Manfaat Penelitian
Dari informasi yang ada, diharapkan penelitian ini dapat memberikan
manfaat sebagai berikut:
1. Bagi Siswa
Penelitian ini dapat menjadi suatu model yang dapat meningkatkan hasil
belajar siswa pada mata pelajaran PPKn.
2. Bagi Guru
Penelitian ini dapat memperkaya khasanah model dan strategi dalam
pembelajaran PPKn, juga dapat memperbaiki model pembelajaran yang selama
ini digunakan, serta dapat menciptakan suasana pembelajaran menjadi lebih
menarik dan tidak membosankan.
3. Bagi Sekolah
Penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam menentukan langkah-
langkah penggunaan model pengajaran PPKn khususnya dan mata pelajaran
lain pada umumnya.
4. Bagi Peneliti
Proses penelitian ini sangat bermanfaat bagi peneliti karena dapat menambah
pengetahuan dan wawasan tentang bagaimana menggunakan model
pembelajaran yang efektif dan menjadi bekal bagi peneliti yang nantinya akan
menjadi seorang tenaga pendidik profesional.
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

1. Dasar Teori
a. Problem Based Learning (PBL)
Problem Based Learning (PBL) merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran
yang menenkankan pada proses penyelesaian masalah yang dihadapi secara
ilmiah (Sanjaya, 2006: 212). Ada tiga ciri utama pembelajaran PBL. Pertama:
merupakan rangkaian aktivitas pembelajaran; artinya dalam implementasinya
ada sejumlah yang harus dilakukan peserta didik. Dalam pembelajaran PBL
menuntut peserta didik aktif terlibat berkomunikasi, mengembangkan daya fikir,
mencari dan mengolah data serta menyusun kesimpulan, bukan hanya sekedar
mendengarkan, mencatat, ayau menghafal materi pelajaran. Kedua: aktivitas
pembelajaran diarahkan untuk menyelesaikan masalah, tanpa masalah
pembelajaran tidak akan terjadi. Ketiga: pemecahan masalah dilakukan dengan
pendekatan berfikir ilmiah. Proses berfikir ini dilakukan secara sistematis dan
empiris. Sistematis artinya cara berfikir ini dilakukan dengan tahapan-tahapan
tertentu, sedangkan empiris artinya proses penyelesaian masalah didasarkan
pada data dan fakta yang jelas.
b. Media Video
Agar video dapat memenuhi fungsi sebagai media pembelajaran, maka media
video memiliki karakteristik sebagai berikut (Daryanto, 2010: 94-95):
1) Clarity of Message
Melalui media video tersebut para siswa mampu memahami pesan
pembelajaran secara lebih bermakna sehingga informasi yang disampaikan
melalui media tersebut dipahami secara utuh, sehingga dengan sendirnya
informasi akan tersimpan secarapermanen dalam memori jangka panjang
dan bersifat retensi.
2) Stand Alone (berdiri sendiri)
Video yang dikembangkan tidak tidak tergantung pada bahan ajar lain atau
tidak harus digunakan bersama- sama dengan bahan ajar lain.
3) User Friendly
Media pembelajaran terutama video harus memenuhi karaketeristik yaitu
User Friendly atau bersahabat/akrab dengan pemakainya. Hal ini termasuk
dalam kemudahan pemakai dalam merespon, mengakses sesuai dengan
keinginan, menggunakan bahasa yang sederhana mudah dimengerti serta
menggunakan istilah yang umum merupakan bentuk user friendly.
4) Representasi Isi
Media video pembelajaran tidak sekedar memindahkan teks buku, atau
modul menjadi media video, tetapi materi diseleksi secara representativ
untuk dibuat video. Representasi ini juga bermakna bahwa media video pada
dasarnya dapat digunakan untuk berbagai materi pelajaran, baik sosial
maupun sains.
5) Visualisasi dengan multimedia (video, animasi, suara, teks dan gambar).
6) Menggunakan kualitas resolusi yang tinggi.
Tampilan yang menarik dengan memperbanyak image dan objek sesua
tuntutan materi, akan meningkatkan ketertarikan siswa terhadap materi
pengajaran, tidak membuat jenuh, bahkan menyenangkan.
7) Dapat digunakan sebagai klasikal atau individual.

c. Aktivitas Belajar
Pembelajaran yang efektif adalah pembelajaran yang menyediakan
kesempatan belajar sendiri atau melakukan aktivitas sendiri. Proses
pembelajaran yang dilakukan di dalam kelas merupakan aktivitas
mentransformasikan pengetahuan, sikap, dan ketrampilan (Martinis Yamin,
2007: 75). Aktivitas merupakan prinsip atau asas yang sangat penting dalam
interaksi belajar mengajar (Sardiman, 2006: 96). Saat pembelajaran belangsung
siswa mampu memberikan umpan balik terhadap guru. Sardiman (2006: 100)
menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan aktivitas yang bersifat fisik
maupun mental. Dalam kegiatan belajar keduanya saling berkaitan. Oemar
Hamalik (2009: 179) menyatakan bahwa aktivitas belajar merupakan kegiatan
yang dilakukan oleh siswa dalam kegiatan pembelajaran. Aktivitas belajar dapat
terwujud apabila siswa terlibat belajar secara aktif. Martinis Yamin (2007: 82)
mendefinisikan belajar aktif sebagai usaha manusia untuk membangun
pengetahuan dalam dirinya. Pembelajaran akan menghasilkan suatu perubahan
dan peningkatan kemampuan, pengetahuan dan ketrampilan pada diri siswa.
Siswa mampu menggali kemampuannya dengan rasa ingin tahunya sehingga
interaksi yang terjadi akan menjadi pengalaman dan keinginan untuk
mengetahui sesuatu yang baru.
Dalam proses belajar aktif pengetahuan merupakan pengalaman pribadi
yang diorganisasikan dan dibangun melalui proses belajar bukan merupakan
pemindahan pengetahuan yang dimiliki guru kepada anak didiknya sedangkan
mengajar merupakan upaya menciptakan lingkungan agar siswa dapat
memperoleh pengetahuan melalui keterlibatan secara aktif dalam kegiatan
belajar. Untuk itu dalam hal ini guru berperan sebagai fasilitator pada saat
pembelajaran. Klasifikasi Keaktifan Siswa Menurut Sardiman (2009:100-101)
keaktifan siswa dalam belajar dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
Visual activities Membaca, melihat gambar-gambar, mengamati
eksperimen, demonstrasi, dan mengamati orang lain bekerja. Oral activities
Mengemukakan suatu fakta atau prinsip, menghubungkan suatu kejadian,
mengajukan pertanyaan, memberi saran, mengemukakan pendapat, wawancara,
diskusi, dan interupsi.Listening activities Mendengarkan penyajian bahan,
mendengarkan percakapan atau diskusi kelompok, mendengarkan music, pidato.
Writing activities Menulis cerita, menulis laporan, karanagan, menyalin, angket.
Drawing activitiesMenggambar, membuat grafik, diagram, peta. Motor
activities Melakukan percobaan, memilih alat-alat, melaksanakan pameran,
membuat model, menyelenggarakan permainan, menari, dan berkebun. Mental
activities Mengingat, merenung, memecahkan masalah, menganalisis faktor-
faktor, melihat hubungan-hubungan, dan membuat keputusan. Emotional
acitivities Minat, membedakan, berani, dan lain-lain.

d. Hasil Belajar
Jihad dan Haris (2008:14) mengemukakan bahwa hasil belajar merupakan
pencapaian bentuk perilaku yang cenderung menetap dari ranah kognitif,
afektif, dan psikomotor dari proses belajar yang dilakukan. Agus Suprijono
(2009: 5) mengemukakan bahwa hasil belajar adalah pola-pola, perbuatan, nilai-
nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apersepsi, dan keterampilan. Nana
Sudjana(2013:22) yang secara garis besar membaginya menjadi tiga ranah
yakni ranah kognitif, ranah afektif, dan ranah psikomotorik. Ranah Kognitif
berkenaan dengan hasil belajar intelektual yang terdiri dari enam aspek yakni
pengetahuan atau ingatan, pemahaman, aplikasi analisis, sintesis, dan evaluasi.
Kedua aspek pertama disebut kognitif tingkat rendah dan keempat aspek
berikutnya termasuk kognitif tingkat tinggi. Tujuan aspek kognitif berorientasi
pada kemampuan intelektual yang lebih sederhana yaitu mengingat, sampai
pada kemampuan memecahkan masalah yang menuntut siswa untuk
menghubungkan dan menggabungkan beberapa ide, gagasan, metode atau
prosedur yang dipelajari untuk memecahkan masalah tersebut.

2. Kerangka Berpikir

Pendidikan Kewarganegaraan merupakan mata pelajaran yang memiliki


materi berupa konsep-konsep dan terkadang membuat siswa menjadi kurang
termotivasi dalam proses belajar mengajar dikarenakan penggunaan model
pembelajaran guru lebih mendominasi atau lebih aktif dibandingkan dengan
siswanya.

Kondisi awal hasil belajar siswa kurang karena guru menggunakan metode
ceramah, sehingga peneliti melakukukan tindakan dengan menerapkan Model
Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video dengan
menggunakan dua siklus yaitu siklus I dan siklus II untuk meningkatkan aktivitas
dan hasil belajar siswa. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada gambar di bawah
ini:

Gambar 2.1 Bagan Kerangka Pikir


3. Hipotesis Tindakan
Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Jika diterapkan model pembelajarn
Model Pembelajaran Problem Based Learning Berbantuan Media Video, maka
aktivitas dan hasil belajar siswa pada mata pelajaran PPKn kelas X SMK Pancasila
6 Jatisrono meningkat”.
BAB III METODE PENELITIAN

1. Pendekatan Penelitian
Pendekatan dalam penelitian ini adalah Penelitian Tindakan Kelas (PTK)
dalam bahasa Inggris diartikan Classroom Action Research (CAR) yaitu penelitian
yang dilakukan oleh guru di kelas atau di sekolah tempat mengajar, dengan
penekanan pada penyempurnaan atau peningkatan praktik dan proses dalam
pembelajaran (Susilo, 2007: 16). Dengan melaksanakan PTK guru menjadi kreatif
karena selalu dituntut untuk melakukan upaya-upaya inovasi sebagai implementasi
dan adaptasi berbagai teori dan teknik pembelajaran serta bahan ajar yang
dipakainya. Dalam setiap kegiatan, guru diharapkan dapat mencerminkan
kekurangan dan mencari berbagai upaya sebagai pemecahan. Guru diharapkan
dapat menjiwai dan selalu “ber-PTK” (Aqib, 2008: 14).
2. Setting Penelitian
a. Tempat Penelitian
Penelitian dilaksanakan di kelas Kelas X Akuntansi Keuangan Lembaga 2
di SMK Pancasila 6 Jatisrono. Dengan melaksanakan Penelitian Tindakan
Kelas sesuai dengan tempat bertugas sehingga peneliti dapat melakukan
penelitian sekaligus melaksanakan tugas sehari-hari sebagai guru tanpa harus
mengganggu proses pembelajaran sesuai dengan tugas pokok peneliti, bahkan
penelitian ini merupakan hal yang sangat tepat dan menunjang proses kegiatan
belajar mengajar. Alasan PTK dilaksanakan di kelas X karena nilai rata- rata
kelas mata pelajaran PPKn tergolong paling rendah dibanding kelas lainnya,
dan untuk hasil belajar PPKn belum mencapai ketuntasan belajar secara
klasikal karena peserta didik yang mendapat nilai 76,00 ke atas masih di bawah
80%, sehingga perlu diupayakan dengan menggunakan meodel pembelajaran
dan media pembelajaran yang tepat agar hasil belajar PPKn dapat ditingkatkan.
b. Waktu Penelitian
Waktu penelitian yang digunakan pada semester I tahun pelajaran
2022/2023 antara bulan November s/d Desember 2022, dengan alasan untuk
mempersiapkan peserta didik menghadapi ujian akhir semester ganjil pada
tahun pelajaran 2022/2023.

Tabel 3.1. Jadwal Kegiatan Penelitian

BulanTahun 2023
Kegiatan Des 22Jan 23Feb 23 Mart 23 Apr 23 Mei 23

1. Persiapan
a. Menentukan judul
b. Perumusan masalah
c. Penyusunan instrumen
2. Tahap Pelaksanaan
a. Perencanaan tindakan
b. Implementasi tindakan
3. Analisis
a. Klasifikasi data
b. Analisis data
c. Interpretrasi data
d. Perumusan hasil penelitian
4. Tahap Penyusunan Laporan
a. Penyusunan laporan PTK
b. Revisi dan penggandaan

c. Subjek Penelitian
Subjek penelitian peserta didik kelas Kelas X Akuntansi Keuangan Lembaga 2 di
SMK Pancasila 6 Jatisrono berjumlah 35 peserta didik, yang terdiri dari 10 peserta
didik laki-laki dan 25 peserta didik perempuan.
d. Sumber data
Sumber data penelitian diperoleh dari aktivitas guru dalam pembelajaran
PPKn, aktivitas peserta didik dalam pembelajaran PPKn, dan prestasi belajar
PPKn dari hasil tes yang dilakukan oleh guru
e. Teknik Pengumpulan Data
Teknik yang digunakan untuk mengumpulan data yang berguna untuk mengukur
motivasi dan prestasi belajar PPKn dengan metode observasi, dokumentasi, dan tes.
1) Dokumentasi
Menurut Margono (2009: 161), “dokumentasi adalah cara pengumpulan data
melalui peninggalan tertulis seperti arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku
pentang pendapat, teori, dalil, atau hukum-hukum dan lain-lain yang berhubungan
dengan masalah penelitian.”Metode dokumentasi digunakan untuk
memperoleh data prestasi belajar PPKn awal yang diambil dari nilai mid
semester I tahun pelajaran 2022/2023 pada peserta didik kelas X Akuntansi
Keuangan Lembaga 2 di SMK Pancasila 6 Jatisrono.
2) Observasi
Menurut Supardi (2008: 127), “observasi adalah kegiatan pengamatan
(pengambilan data) untuk memotret seberapa jauh efek tindakan telah mencapai
sasaran.” Penelitian ini digunakan observasi terstruktur, dimana observasi
menggunakan instrumen yang terstruktur dan siap pakai, sehingga
pengamat hanya tinggal membubuhkan tanda () pada tempat yang
disediakan pada lembar pengamatan motivasi belajar peserta didik dalam
pembelajaran PPKn melalui model pembelajaran PBL berbantuan media
video. Alasan digunakan observasi terstruktur adalah untuk mempermudah
observer melakukan pengamatan dan observasi terstruktur sesuai dengan
masalah yang diteliti.
Penilaian terhadap motivasi peserta didik menggunakan skor penilaian
sebagai berikut:

Skor Kriteria
5 Sangat tinggi
4 Tinggi
3 Cukup
2 Sedang
1 Rendah.
3) Test

“Tes adalah sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas


yang harus dikerjakan” (Azwar, 2001: 2). Bentuk tes yang dipakai tes
objektif, yaitu tes yang hanya satu jawaban dapat dianggap benar. Tes
terdiri dari 20 item pertanyaan. Skor penilaian jawaban betul mendapat
nilai 5 dan jawaban salah mendapat nilai 0. Skor maksimal 100 dan skor
minimum 0. Hasil setiap siklus dianalisis secara deskriptif untuk
mengetahui keefektifan tindakan dengan jalan melihat kembali (merujuk
silang) pada indikator keberhasilan yang telah ditentukan.
3. Validitas Data
Menurut Arikunto (2006: 168), validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan
tingkatan kevalidan atau kesahihan sebuah instrumen. Suatu instrumen dinyatakan valid
apabila mampu mengukur apa yang diinginkan dan dapat mengungkap data dari variabel
yang diteliti secara tepat. Adapun validitas instrumen dalam penelitian ini
menggunakan content validity yaitu validitas isi.
Validitas isi menunjukkan sejauh mana item-item dalam tes mencakup
keseluruhan kawasan isi yang hendak diukur oleh tes itu. Pengertian mencakup
keseluruhan kawasan isi tidak saja berarti tes itu harus komprehensif akan tetapi
isinya harus pula tetap relevan dan tidak keluar dari batasan tujuan pengukuran
(Azwar, 2001: 175).
Pengujian validitas isi tidak melalui analisis statistik tetapi menggunakan
analisis rasional. Salah satu cara yang praktis untuk melihat apakah validitas isi
telah terpenuhi adalah dengan melihat apakah item-item dalam tes telah ditulis
sesuai dengan batasan domain ukur yang telah ditetapkan semula dan memeriksa
apakah masing-masing item telah sesuai dengan indikator soal yang hendak
diungkapnya. Uji validitas dalam penelitian disusun kisi-kisi soal sesuai dengan
kurikulum kelas X SMK. Uji validasi ini menggunakan uji validitas isi meliputi
logical validity berdasarkan kisi-kisi dan face validity dari profesional judgement
ahli materi, konstruksi dan ahli bahasa.

4. Teknik Analisis Data


Data yang telah dikumpulkan dianalsiis dengan teknik analisis kritis,
dengan mengungkap kelemahan dan kelebihannya kinerja peserta didik dan guru.
Menganalisis kritis dengan membandingkan antara kondisi awal dengan hasil
sesudah perbaikan pembelajaran dalam satu siklus maupun antar siklus
(Hermawan, 2015: 53).
Data hasil tes prestasi belajar PPKn dalam bentuk nilai dianalisis secara
deskriptif komparatif yaitu membandingkan prestasi belajar siswa sebelum
tindakan, dan prestasi belajar siswa siklus I dan siklus II setelah melalui model
pembelajaran PBL berbantuan media video. Prestasi belajar PPKn setiap siklus
dihitung nilai rata-rata kelasnya, dihitung jumlah peserta didik yang telah
mencapai KKM dan peserta didik yang belum mencapai KKM.
5. Indikator Kinerja
Indikator pencapaian dalam penelitian ini ditetapkan: nilai PPKn 76,00
atau lebih sebagai batas tuntas pembelajaran PPKn dan dicapai oleh minimal 80%
dari keseluruhan peserta didik. Penetapan indikator pencapaian ini disesuaikan
dengan kondisi sekolah, seperti batas minimal nilai yang dicapai dan ketuntasan
belajar bergantung pada guru kelas yang secara empiris tahu betul keadaan murid-
murid di kelasnya (sesuai dengan KTSP).
6. Prosedur Penelitian
Peneliti dalam penelitian ini menggunakan model yang dilakukan oleh
Kemmis dan Mc Taggart yang merupakan pengembangan dari model Kurt Lewin.
Arikunto (2007:
16) mengemukakan model yang didasarkan atas konsep pokok bahwa penelitian
tindakan terdiri dari empat komponen pokok yang juga menunjukkan langkah,
yaitu:
a. Perencanaan atau planning
Menggambarkan secara rinci hal-hal yang perlu dilakukan sebelum
pelaksanaan tindakan (penyiapan perangkat pembelajaran, skenario
pembelajaran melalui model pembelajaran PBL berbantuan media video,
observasi, dan evaluasi).
b. Tindakan atau acting

Berisi uraian tahapan-tahapan tindakan yang akan dilakukan oleh peneliti


maupun peserta didik dalam pembelajaran PPKn melalui model pembelajaran
PBL berbantuan media video.
c. Pengamatan atau observing
Dilakukan dengan mengamati proses pembelajaran (aktivitas guru dan peserta
didik). Observasi diarahkan pada poin-poin dalam pedoman yang telah
disiapkan peneliti.
d. Refleksi atau reflecting
Dilakukan dengan cara menganalisis hasil pekerjaan peserta didik dan hasil
observasi.
Langkah-langkah tindakan kelas tersebut dapat diilustrasikan dalam bagan

Perencanaan
Perencanaan

Refleksi

SIKLUS I Pelaksanaan

Refleksi SIKLUS II Pelaksanaan

Pengamatan

Mengalami peningkatan

Gambar 3.1. Model Dasar Penelitian Tindakan Kelas


( Kurt Lewin dalam Arikunto, 2007: 16)

Anda mungkin juga menyukai