Oleh :
MASIYEM
NIP. 19660301 199008 2 001
i
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS
Oleh :
MASIYEM, S.Pd
SURABAYA
2019
i
ii
ABSTRAK
Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah
banyak memberi kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan diri melalui berbicara tentang
materi, mengungkapkan pendapat dan presentasi pemahaman. Kegiatan-kegiatan tersebut harus
dioptimalkan agar guru mengetahui ketercapaian pembelajaran dan efektivitas hasil pembelajaran
yang didapatkan. Namun pada kenyataannya aktivitas tersebut jarang tampak pada proses belajar
mengajar. Dan fenomena ini juga terjadi pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276
Surabaya.
Oleh karenanya, penulis sebagai guru pada kelas tersebut mencoba untuk
mengimplementasikan konsep pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada
aktivitas belajar siswa untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan melalui model pembelajaran
Superitem. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbicara dengan kosakata
Bahasa Indonesia siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya.
Penelitian dilakukan dengan mekanisme tindakan dua siklus. Dan berdasarkan hasil
analisis hasil maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara
dengan kosakata Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada
siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya. Peningkatan kemampuan berbicara
dengan kosakata Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada
siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya sebesar 22%.
iii
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah menganugerahkan
kesehatan dan kesempatan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan PTK
Berbicara pada Siswa Kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2019/2020”.
Penyusunan laporan ini dapat terealisasikan tidak terlepas dari peranan berbagai pihak
yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima
kasih kepada :
1. Ibu Siti Fatonah, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya yang telah
2. Juga seluruh rekan guru yang telah bekerja sama dan saling memberikan masukan demi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna. Meski demikian
penulis berharap agar hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi khalayak umum khususnya demi
Semoga.
Penulis.
iv
DAFTAR ISI
Abstrak ........................................................................................................................ xi
Bab I Pendahuluan
v
C. Sumber Data ....................................................................................... 20
D. Pembahasan ........................................................................................ 34
A. Kesimpulan ........................................................................................ 41
B. Implikasi ............................................................................................ 41
C. Saran .................................................................................................. 42
Lampiran
vi
DAFTAR TABEL
Tabel 4.1. Rekapitulasi Nilai Pre-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa
Tabel 4.2. Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan berbicara dengan kosakata Bahasa
Siklus I
Tabel 4.3. Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan berbicara dengan kosakata Bahasa
Siklus II
vii
DAFTAR GAMBAR
viii
DAFTAR LAMPIRAN
6. . Identitas Diri
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Dalam UU No. 2 Tahun 1989 pada pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha
untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan atau latihan bagi
peranannya di masa yang akan dating. Di sini jelas bahwa pembelajaran merupakan salah satu
bagian dari pendidikan. Itulah sebabnya dikatakan bahwa istilah pembelajaran dapat dibedakan
yang ingin dicapai dengan pendidikan atau pembelajaran tersebut. Jika yang dipersoalkan atau
dijadikan tekanan adalah aspek kognitif dan psikomotor maka disebut pembelajaran,
sedangkan bila penekanannya kepada tercapainya tujuan untuk membentuk sikap disebut
pendidikan
Penguasaan kosakata Bahasa Indonesia adalah bagian dari pada pembelajaran Bahasa
Indonesia, sebagai bahasa asing, tidak cukup dilakukan secara simbolis. Upaya untuk
meningkatkan kemampuan berbicara, terutama mengeja kata, kalimat atau bahan cerita utuh,
bagi siswa tingkat SD, sangat diperlukan. Karena ejaan dalam Bahasa Indonesia memiliki
perbedaan signifikan dengan ejaan dalam bahasa Indonesia. Maka berlatih mengeja,
Penguasaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang paling sering digunakan
dalam seluruh aspek kehidupan bagi siswa pada tingkat Sekolah Dasar merupakan bagian
yang tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran atau penguasaan bahasa lainnya. Oleh
karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan pembelajaran bahasa
Indonesia yang notabene memiliki kesamaan pada tiap tingkat aspek pembelajarannya, yang
1
Ketiga aspek tersebut harus secara berkesinambungan dilatih dalam rangka
menanamkan pemahaman yang utuh pada setiap kosakata yang baru dikenal, sudah dikenal,
dan/atau kosakata yang diimplementasikan pada suatu kalimat utuh atau tidak utuh.
Pembelajaran berbahasa acapkali terganjal pada banyak sedikitnya kosakata yang telah
dikuasai siswa. Semakin banyak kosakata yang telah dikuasai maka pemahaman akan mudah
dicapai, baik itu pada aspek mendengar, berbicara, dan menulis, pada satu waktu.
Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar
adalah banyak memberi kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan diri melalui
kegiatan tersebut harus dioptimalkan agar guru mengetahui ketercapaian pembelajaran dan
efektivitas hasil pembelajaran yang didapatkan. Namun pada kenyataannya aktivitas tersebut
jarang tampak pada proses belajar mengajar. Dan fenomena ini juga terjadi pada siswa kelas 1-
Superitem adalah sebuat teknik pemberian tugas kepada siswa oleh guru, yang
dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan
memperhatikan tahap SOLO siswa, Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat
konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada
keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam
memecahkan masalah.
Oleh karenanya, penulis sebagai guru pada kelas tersebut mencoba untuk
pada aktivitas belajar siswa untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan melalui model
Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276
Surabaya.
2
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa hal yang mendasar mengapa
aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar kurang optimal, antara lain sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar masih menggunakan model, metode, strategi dan teknik
C. Pembatasan Masalah
Karena luasnya beberapa variabel dalam penelitian tindakan ini yang meliputi model
siswa, maka penulis perlu membatasi agar hasil penelitian lebih komprehensif dan lebih
dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. Aspek-aspek yang perlu dibatasi antara
perasaan, dan ide tentang materi pembelajaran kepada orang lain secara lisan.
mengemukakan informasi tentang materi pembelajaran kepada orang lain dengan tujuan
4. Siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya pada tahun pelajaran 2019/2020
yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar pada bulan September 2019
berjumlah 32 siswa.
D. Rumusan Masalah
melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri
3
2. Jika ada, seberapa besar peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa
Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD
E. Tujuan Penelitian
Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-
Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-
F. Manfaat Penelitian
1. Bagi Siswa
2. Bagi Guru
pembelajaran.
Dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain untuk meneliti hal yang sama
4
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Kemampuan Berbicara
meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak,
membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam
kegiatan belajar-mengajar.
Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa
sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil
berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto (2003:32)
bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia
kelompoknya.
(Tarigan, 1993:15). Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997:13).
berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian
berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih,
keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau
takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu
alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama
5
kegiatan belajar disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang
membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika
Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena
keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di
Sekolah Dasar. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-
Kosakata Bahasa Indonesia mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan
benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua
mata pelajaran.
kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris
berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu
menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.
6
3. Faktor Penunjang dan Penghambat Kemampuan Berbicara
dipastikan akan mengalami kendala yang berarti dalam ketercapainnya. Berikut faktor
sekolah dasar :
usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebu juga
audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada
audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang
meliputi; a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang
sesuai, c) pilihan kata, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f)
pesan yang diterima oleh pendenganr tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh
pembicara. Oleh karena itu, ada tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan
1. Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang
7
2. Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,
Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat
mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga dengan
strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006: 29). Ada beberapa hal
2. Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh: mesjid
4. Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh:menggunakan bahasa yang sopan pada
5. Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita inginkan.
dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998 ; Pusat Linguistik Terapan,) adalah
sebagai berikut.
Bahasa siswa yang kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk
keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah satu cara untuk mendorong siswa
tersebut untuk mulai berpartisipasi adalah untuk membantu mereka membangun suatu
persediaan tanggapan minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis
menunjukkan pemahaman, perjanjian, keraguan, dan tanggapan lain untuk apa yang
8
dikatakan pembicara lain.. Memiliki stok tanggapan tersebut memungkinkan pelajar
untuk fokus pada apa peserta lain katakan, tanpa harus secara simultan rencana
tanggapan.
Bahasa siswa sering terlalu malu atau malu untuk mengatakan sesuatu ketika
mereka tidak mengerti pembicara lain atau ketika mereka menyadari bahwa mitra
percakapan tidak mengerti mereka. Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan
ini dengan meyakinkan mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi
dapat terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat
keterampilan. Guru juga dapat memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan
guru dapat menciptakan lingkungan praktek otentik di dalam kelas itu sendiri. Ketika
Dengan Kosakata Bahasa Indonesia sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya.
Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang baik dapat menunjang
1. Sebagai guru tentunya harus memiliki Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa
Indonesia yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan
dengan baik.
2. Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan sang partisipan
harus memiliki Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang sangat
9
baik. Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak unuk berargumen
yang didukung dengan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang
baik.
3. Pada situasi wawancara, Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang
wawancara.
dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan
dirancang agar dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga
membantu dalam memacu kematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa
Sebuah superitem terdiri dari sebuah stem yang diikuti beberapa pertanyaan
atau item yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya setiap superitem terdiri
dari empat item pada masing-masing stem. Setiap item menggambarkan dari empat level
penalaran berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item dapat dijawab dengan merujuk
secara langsung pada informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan
respon yang benar dari item sebelumnya. Pada level 1 diperlukan penggunaan satu
bagian informasi dari stem. Level 2 diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari
stem. Pada level 3 siswa harus mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi
yang tidak secara langsung berhubungan dengan stem, dan pada level 4 siswa telah
10
2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem
Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang
makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam
keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam
superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat
Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-
Sintaksnya adalah :
c. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi
informasi,
d. integrasi, dan
e. hipotesis.
bertahap dari yang sederhana sampai meningkat kepada yang lebih kompleks. Selain
daripada itu guru melakukan kegiatan diagnostik terhadap respon siswa, sehingga dapat
11
dengan segera menentukan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai tujuan
pembelajaran.
persoalan secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang
tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran ini akan
memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir soal bentuk
superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang beragam. Hal itu akan
prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut
akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam
b. Superitem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa.
c. Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon
d. Pengalaman kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun
D. Kerangka Berpikir
pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi
Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpkir akan suatu hal bukan sesuatu yang
mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta
yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu,
diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas akan setiap informasi yang dimilikinya dan
12
Adapun kerangka pikir dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :
Kemampuan Berbicara
Kemampuan Berbicara
Dengan Kosakata
Dengan Kosakata Bahasa
Bahasa Indonesia
Indonesia Tinggi
Rendah
1. Menggunakan kata- 1. Menggunakan kata-kata
kata yang sedikit/ yang banyak/tidak
langsung (to the point). langsung (tidak to the
2. Menggunakan kata- point).
kata lama (tidak ada 2. Mengubah kata-kata
unsur penyerapan baru agar lebih dikenal
bahasa asing). (penyerapan kata asing).
3. Menggunakan kata- 3. Menggunakan kata-kata
Pembelajaran
kata yang tidak umum yang umum atau sudah
Artikulasi
atau tidak baku. dikenal.
4. Tidak menggunakan 4. Menggunakan ekspresi
ekspresi atau alih kode. atau alih kode,
5. Tidak menggunakan contoh:menggunakan
gerak tubuh atau bahasa yang sopan
mimik. pada orang yang lebih
tua.
5. Menggunakan gerak
tubuh atau mimik untuk
meyakinkan maksud
yang kita inginkan
E. Hipotesis Tindakan
Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan dilakukan.
Temasuk dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, hipotesis dibutuhkan sebagai acuan
penulis yang disebut dengan hipotesis tindakan. Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan
hipotesis perbedaan atau hubungan yang terdapat pada metode-metode penelitian lain
penelitian formal dengan situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk
perbaikan yang diinginkan untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat,
penulis dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan
13
yang perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang
dianggap tepat.
Oleh karena itu hipotesis yang penulis ajukan pada penelitian tindakan ini adalah
sebagai berikut :
penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari
I/276 Surabaya.
14
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Setting Penelitian
terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada
masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama
dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara penulis dengan
anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba
sambil jalan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang
berikut :
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata
dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh
4. Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan
dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-
memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu. (Arikunto,
15
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka
penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam
Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang
(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan
yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I
dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh penulis sebagai upaya
membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
16
3. Refleksi, penulis mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari
4. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
B. Subyek Penelitian
1. Lokasi
alamat Jl. Kendangsari Blok S No. 26 Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya.
2. Waktu
Tabel 3.1
3. Kelas
Kelas yang dijadikan obyek perbaikan dan penelitian adalah kelas 1-C dengan
C. Sumber Data
1. Dokumen
17
2. Pengalaman empiris
a. Catatan lapangan
b. Hasil observasi
Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah
sebagai berikut:
1. Dokumentasi
nilai.
2. Observasi
individu atau proses kegiatan tertentu (Sudjana, 2006:67). Pada penelitian ini penulis
3. Tes
Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pembelajaran yang
disampaikan. Materi tes dibuat penulis dengan memperhatikan buku guru dan buku siswa
E. Validasi Data
Semakin banyak data yang menguatkan didapat dengan alat pengumpul data yang berbeda
maka data tersebut semakin valid. Sedangkan untuk memperoleh data yang mendukung
keshahihan, serta sesuai denga fokus permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai pada
Untuk mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus
permasalahan dan tujuan penelitian maka dilakukan beberapa tahap validasi data sebagai
berikut :
18
1. Triangulasi Data
mengkonfirmasikan data yang sama dari sumber yang berbeda untuk memastikan
keabsahan (derajat kepercayaan). Dari guru dilakukan pada saat pelaksanaan refleksi
setelah pelaksanaan tindakan dan dengan data yang dijaring melalui lembar observasi.
Dari kepala dan pengawas sekolah dilakukan pada saat bimbingan mengenai temuan-
2. Member Check
data atau informasi yang diperoleh tersebut dikonfirmasikan dengan guru lainnya, melalui
refleksi dan diskusi pada tiap siklus sampai akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.
Sehingga terjaring data yang lengkap dan memilki validitas dan reliabilitas yang tinggi.
3. Audit Trail
Audit trail yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian
yang telah diperksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (siswa).
Selain itu juga penulis mengkonfirmasikan dan mendiskusikan temuan penelitian tersebut
dengan guru lain yang mengajar mata pelajaran yang sejenis, pembimbing, penulis
senior, dan teman-teman penulis. Kegiatan ini dilakukan guna memperoleh kritik,
4. Expert opinion
Expert opinion adalah pendapat para ahli, termasuk dalam hal ini adalah
sumbangan saran kepala dan pengawas sekolah dalam penelitian serta pendapat para ahli
19
F. Teknik Analisa Data
setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar, dan hasil pembelajaran
Pada data-data kuantitatif seperti nilai hasil belajar, skor angket, persentase,
distribusi frekuensi yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : (1) Analisis secara
deskriptif, analisis ini dilakukan dengan cara seperti menghitung jumlah, rata-rata, nilai
persentase, dan membuat grafik, (2) Analisis secara statistik, analisis ini dilakukan
dengan cara seperti menghitung nilai beda terkecil dan nilai korelasi antar variabel.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa yang bertujuan untuk
mengetahui pemahaman siswa tentang materi pelajaran dari setiap siklus, di mana siswa
secara individu telah belajar tuntas atau berhasil apabila sekurang-kurangnya mendapat
P = ∑X x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu.
∑X = Jumlah siswa yang mendapat skor ≥ 3,0 atau 75%
N = Jumlah siswa seluruhnya.
rumus:
P = ∑n x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan.
N = Jumlah siswa seluruhnya.
20
a. Analisis Interaktif
Analisis ini dilakukan dengan : (1) memilih atau mereduksi data terhadap hasil
temuan data yang relevan dengan penelitian diambil sementara data yang tidak relevan
dibuang, (2) mendeskripsikan semua data yang relevan hasil temuan, dan (3) menarik
Analisis ini dilakukan dengan cara mencarai pola berdasarkan hasil refleksi dari
guru, kemudian digabung dengan data-data yang diperoleh pengamat pada saat
observasi.
Dalam PTK, perhatian lebih pada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi
bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterpkan terhadap pemahaman situasi
statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu statistik deskriptif
dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai
mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Penelitian
yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya), jelas akan menggunakan
lain pengujian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram. Perhitungan
modus, median, mean, desil, persentil, perhitungn penyebaran data dan perhitungan
persentase.
probabilita) adalah teknik statistik yng digunakan untuk menganilisa data sampel dan
hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan oleh sampel
yang diisi oleh pengamat pada saat mengamati proses pembelajaran berlangsung, baik
21
pengamatan terhadap aktivitas guru maupun pengamatan terhadap aktivitas siswa
P = f x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase yang sedang dicari nilainya.
f = Jumlah seluruh skor yang diperoleh.
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang semestinya.
berikut :
1 = Kurang sekali
2 = Kurang
3 = Baik
4 = Baik sekali
sebagai berikut :
Tabel 3.2.
Penilaian Rata-
No Aspek Yang Dinilai Kategori
1 2 3 4 rata
1 ilustrasikan konsep konkret dan
gunakan analogi,
2 berikan latihan soal bertingkat,
3 berikan sal tes bentuk super item,
yaitu mulai dari mengolah informasi-
koneksi informasi,
4 integrasi,
5 hipotesis.
22
Jumlah
Rata-rata
Keterangan : (1) Sangat Kurang, (2) Kurang, (3) Baik, (4) Sangat Baik
Tabel 3.3.
Keterangan :
1. Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa
berdasarkan penjabaran dari langkah-langkah dalam model
pembelajaran Superitem.
2. Range nilai yang diberikan : (1) Tidak menunjukkan, (2) Jarang menunjukkan,
(3) Sering menunjukkan, (4) Selalu menunjukkan.
Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik pada masing-masing aktivitas didasarkan pada aktif
dan pasifnya siswa. Adapun nilai maksimal yang diberikan pada masing-masing kolom
adalah 4.
H. Prosedur Penelitian
PTK tidak dapat diformulasikan menjadi sebuah cetak biru yang berlaku bagi setiap PTK.
Sehubungan dengan itu langkah-langkah PTK yang diuraikan dalam teori-teori PTK harus
diterima sebagai panduan umum. Prosedur berikut diusulkan oleh Cohen, Manion, dan
23
Morrison (dalam McKay, 2008: 31-32) yang menggambarkan langkah-langkah pelaksanaan
2. Penulis berkonsultasi dengan berbagai pihak yang tertarik, seperti guru atau penulis lain
untuk merumuskan masalah menjadi lebih jelas dan spesifik dan sedapat mungkin
3. Penulis memperkaya pengetahuannya tentang masalah yang akan diteliti dengan cara
mempelajari informasi yang relevan melalui studi kepustakaan. Jika tersedia, penulis
sangat disarankan untuk membaca hasil-hasil penelitian terdahulu tentang masalah yang
sama.
4. Berdasarkan studi kepustakaan di tahap 3, jika dibutuhkan, penulis dapat mengubah atau
memperbaiki fokus penelitian. Selain itu, asumsi penelitian yang dibuat pada tahap 2 juga
5. Penulis menetapkan desain penelitian, termasuk partisipan, sumber dan jenis data yang
mengevaluasi penelitian. Jika kriteria keberhasilan ternyata belum dicapai, penulis perlu
24
BAB IV
Tabel 4.1.
Rekapitulasi Nilai Pre-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
1 Achmad Firmansyah 4 1 3 1 3 12 60% TT
Adelia Zivana Mazaya
2 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
3 Ahmad Zakaria 2 1 2 1 3 9 45% TT
4 Aisyahfira Subiyanto 1 3 1 2 2 9 45% TT
Aurelia Khanza
5 3 1 4 1 1 10 50% TT
Azzahra
Azzahra Kanaya
6 1 4 2 1 1 9 45% TT
Izzaty
Chelvin Maulana
7 3 1 3 3 1 11 55% TT
Raisa Ilyas
Danesh Maulana
8 1 3 1 4 1 10 50% TT
Rusydi
9 Derajat Wahyono 2 1 2 1 3 9 45% TT
Elsha Dianita Lisa
10 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
11 Fahri Dirga Satya 2 1 4 1 4 12 60% TT
12 Ferry Arman Maulana 1 3 1 2 2 9 45% TT
13 Fikri Bahresy Salam 3 1 2 1 1 8 40% TT
14 Hayfa Aretha Zizi 1 2 2 4 1 10 50% TT
15 Khairon Hafiz 2 1 2 1 3 9 45% TT
Khofifah Dwi
16 1 2 1 4 2 10 50% TT
Indarwati
Kinanthi Victory
17 3 4 4 2 3 16 80% T
Yulianto
18 Maiza Azkadina 1 2 2 2 1 8 40% TT
M. Dzaki Rizki
19 2 2 3 2 3 12 60% TT
Afandi
Muhammad Al
20 1 4 1 2 2 10 50% TT
Hafizhi
Muhammad Arizki
21 3 1 2 1 4 11 55% TT
Febriansyah
Muhammad Lintang
22 4 3 2 3 3 15 75% T
Putrayanto
23 Nuri Tryas Hidayat 4 1 3 3 1 12 60% TT
24 Prissa Rahma Qonitah 1 3 1 2 1 8 40% TT
25
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
Raina Apta Ramaniya
25 2 1 2 1 3 9 45% TT
Budi Utomo
Rangga Albryan
26 2 4 1 4 1 12 60% TT
Wicaksono
Revalina Laudya
27 1 1 3 2 3 10 50% TT
Noura
28 Richta Aaqilah Zahraa 2 3 2 3 1 11 55% TT
Viola Javeline
29 2 1 4 1 1 9 45% TT
Florencia Putri
Zaskia Marwah Islami
30 2 4 4 3 2 15 75% T
Mahardika
Zhafran Aryasatya
31 2 1 4 1 4 12 60% TT
Wibisono
Zinedine Sabrie
32 1 3 1 2 2 9 45% TT
Oetomo
Rata-rata 1,98 2,20 2,35 2,15 2,10 10,78 54%
Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa pada Mata Pelajaran
Tematik sangat kurang oleh karenanya butuh tindakan untuk meningkatkan kemampuan
tersebut.
26
B. Deskripsi Siklus I
1. Perencanaan
a) Waktu
b) Materi
c) Penilaian
menggunakan teknik tes tertulis dengan butir soal atau tugas sebagaimana
2. Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan ini sesuai dengan langkah-
c. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi
informasi,
d. integrasi, dan
e. hipotesis.
3. Pengamatan
Pembelajaran pada siklus ini tentu saja menjadi pengalaman yang baru bagi
27
Indonesia yang rendah. Ketegangan jelas tampak pada sebagian besar siswa karena
sebagian besar mereka grogi dan demam panggung sehingga tidak maksimal dalam
Walaupun masih banyak yang bingung dan bergurau pada saat pelaksanaan
pelaksanaan metode pembelajaran ini relatif lancar dan siswa sedikit banyak mulai
4. Refleksi
Selain bagi siswa, model pembelajaran Superitem ini merupakan hal yang
baru bagi penulis sehingga sempat agak bingung bagaimana cara menjelaskan aturan
dengan model dan metode pembelajaran ini Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata
C. Deskripsi Siklus II
1. Perencanaan
a) Waktu
b) Materi
c) Penilaian
menggunakan teknik tes tertulis dengan butir soal atau tugas sebagaimana
28
2. Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada siklus II meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan ini sesuai dengan langkah-
c. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi
informasi,
d. integrasi, dan
e. hipotesis.
3. Pengamatan
menggunakan media gambar dan video yang ditampilkan melalui lcd proyektor.
Tidak ada ketegangan pada sebagian besar siswa karena sebagian besar mereka sudah
Penggunaan audio visual juga diterapkan oleh guru, ketika beberapa siswa
dan visual sehingga menarik minat siswa lainnya untuk mau dan berani melakukan
lancar dan siswa mulai belajar tentang manfaat berkomunikasi dan berbicara.
4. Refleksi
Selain bagi siswa, model pembelajaran Superitem ini merupakan hal yang
menyenangkan bagi penulis sehingga pembelajaran menjadi hidup dan aktivitas siswa
29
D. Pembahasan
Penilaian observer tentang Aktivitas Guru pada Siklus I termasuk dalam kategori
baik. Hal ini terlihat pada tahap pembelajaran kegiatan awal. Hal ini dipengaruhi oleh
kemampuan guru dalam memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti guru masih belum bisa
pemecahan. Maka dari tinjauan ini, observer menyimpulkan bahwa pada tahap kegiatan
Siklus I, tampaknya guru masih perlu bimbingan dalam hal mengimprovisasi langkah demi
yang dialami siswa, khususnya mereka yang cenderung memiliki Kemampuan Berbicara
Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang rendah. Berikut adalah rekapitulasi nilai pada
Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik
dan jumlah ketuntasan siswa (yang memiliki nilai ≥ 3 / 75% pada sub indikator) pada siklus I
Tabel 4.2.
Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
1 Achmad Firmansyah 4 2 4 3 3 16 80% T
Adelia Zivana Mazaya
2 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
3 Ahmad Zakaria 2 2 4 1 3 12 60% TT
4 Aisyahfira Subiyanto 2 4 3 4 2 15 75% T
Aurelia Khanza
5 3 1 4 3 2 13 65% TT
Azzahra
6 Azzahra Kanaya Izzaty 1 4 2 3 2 12 60% TT
Chelvin Maulana Raisa
7 3 3 3 4 2 15 75% T
Ilyas
Danesh Maulana
8 1 3 1 4 2 11 55% TT
Rusydi
9 Derajat Wahyono 2 1 2 3 4 12 60% TT
Elsha Dianita Lisa
10 2 4 4 4 2 16 80% T
Putri
11 Fahri Dirga Satya 2 3 4 2 4 15 75% T
12 Ferry Arman Maulana 1 3 3 3 3 13 65% TT
30
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
13 Fikri Bahresy Salam 3 1 4 2 2 12 60% TT
14 Hayfa Aretha Zizi 3 2 4 4 2 15 75% T
15 Khairon Hafiz 2 1 4 2 4 13 65% TT
Khofifah Dwi
16 3 3 3 4 2 15 75% T
Indarwati
Kinanthi Victory
17 3 4 4 2 3 16 80% T
Yulianto
18 Maiza Azkadina 1 4 3 2 1 11 55% TT
19 M. Dzaki Rizki Afandi 2 4 4 2 3 15 75% T
20 Muhammad Al Hafizhi 1 4 1 2 2 10 50% TT
Muhammad Arizki
21 4 3 2 2 4 15 75% T
Febriansyah
Muhammad Lintang
22 4 4 2 3 3 16 80% T
Putrayanto
23 Nuri Tryas Hidayat 4 3 3 3 2 15 75% T
24 Prissa Rahma Qonitah 2 4 1 2 1 10 50% TT
Raina Apta Ramaniya
25 2 1 4 2 4 13 65% TT
Budi Utomo
Rangga Albryan
26 2 4 3 4 2 15 75% T
Wicaksono
Revalina Laudya
27 2 2 4 3 4 15 75% T
Noura
28 Richta Aaqilah Zahraa 2 3 4 4 2 15 75% T
Viola Javeline
29 2 1 4 2 2 11 55% TT
Florencia Putri
Zaskia Marwah Islami
30 2 4 4 4 2 16 80% T
Mahardika
Zhafran Aryasatya
31 2 3 4 2 4 15 75% T
Wibisono
Zinedine Sabrie
32 1 3 3 3 3 13 65% TT
Oetomo
Rata-rata 2,30 2,88 3,30 2,80 2,58 13,85 69%
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I rata-rata nilai
Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik
siswa adalah 13,85 atau 69%. Hal ini bila diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi
dengan rata-rata 2,77 dari rata-rata skor 13,85 maka termasuk ke dalam kategori cukup.
31
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal didapatkan dari rumus :
P = ∑n x 100%
N
P = 19 x 100%
32
P = 59%
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang tuntas.
N = Jumlah siswa seluruhnya.
Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal pada siklus I
sebesar 59% dengan kategori cukup.
Penilaian observer tentang Aktivitas Guru pada Siklus II termasuk dalam kategori
sangat baik. Hal ini terlihat pada tahap pembelajaran kegiatan awal. Hal ini dipengaruhi oleh
kepandaian guru dalam memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti guru telah berhasil
melakukan improvisasi pada langkah-langkah penyelesaian. Maka dari tinjauan ini, observer
menyimpulkan bahwa pada tahap kegiatan Siklus II secara global berjalan dengan lancar.
Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik dan jumlah ketuntasan siswa (yang memiliki nilai ≥
Tabel 4.3.
Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
1 Achmad Firmansyah 4 3 4 3 3 17 85% T
Adelia Zivana Mazaya
2 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
3 Ahmad Zakaria 3 3 4 2 3 15 75% T
4 Aisyahfira Subiyanto 2 4 3 4 2 15 75% T
Aurelia Khanza
5 3 1 4 4 3 15 75% T
Azzahra
6 Azzahra Kanaya Izzaty 2 4 2 4 3 15 75% T
Chelvin Maulana Raisa
7 3 3 3 4 3 16 80% T
Ilyas
Danesh Maulana
8 1 3 1 4 3 12 60% TT
Rusydi
32
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
9 Derajat Wahyono 2 1 2 4 4 13 65% TT
10 Elsha Dianita Lisa Putri 2 4 4 4 2 16 80% T
11 Fahri Dirga Satya 2 3 4 3 4 16 80% T
12 Ferry Arman Maulana 1 3 4 4 4 16 80% T
13 Fikri Bahresy Salam 3 2 4 3 3 15 75% T
14 Hayfa Aretha Zizi 3 2 4 4 3 16 80% T
15 Khairon Hafiz 2 1 4 3 4 14 70% TT
16 Khofifah Dwi Indarwati 3 4 4 4 2 17 85% T
Kinanthi Victory
17 3 4 4 2 3 16 80% T
Yulianto
18 Maiza Azkadina 2 4 4 3 2 15 75% T
19 M. Dzaki Rizki Afandi 2 4 4 2 3 15 75% T
20 Muhammad Al Hafizhi 1 4 1 2 2 10 50% TT
Muhammad Arizki
21 4 4 2 2 4 16 80% T
Febriansyah
Muhammad Lintang
22 4 4 2 3 3 16 80% T
Putrayanto
23 Nuri Tryas Hidayat 4 4 3 3 2 16 80% T
24 Prissa Rahma Qonitah 3 4 1 2 1 11 55% TT
Raina Apta Ramaniya
25 2 2 4 3 4 15 75% T
Budi Utomo
Rangga Albryan
26 2 4 4 4 3 17 85% T
Wicaksono
27 Revalina Laudya Noura 2 2 4 4 4 16 80% T
28 Richta Aaqilah Zahraa 2 3 4 4 3 16 80% T
Viola Javeline Florencia
29 2 2 4 3 4 15 75% T
Putri
Zaskia Marwah Islami
30 2 4 4 4 2 16 80% T
Mahardika
Zhafran Aryasatya
31 2 3 4 3 4 16 80% T
Wibisono
Zinedine Sabrie
32 1 3 4 4 4 16 80% T
Oetomo
Rata-rata 2,45 3,13 3,50 3,23 2,98 15,28 76%
Persentase didapatkan dari rumus :
P = ∑X x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu.
∑X = Jumlah nilai perolehan siswa.
N = Jumlah nilai maksimal perolehan siswa.
Tabel tersebut di atas telah dihitung dengan menggunakan MS Office Excel 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus II rata-rata nilai
Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik
siswa adalah 15,28 atau 76%. Hal ini bila diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi
dengan rata-rata 3,05 dari rata-rata skor 15,28 maka termasuk ke dalam kategori baik.
33
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal didapatkan dari rumus :
P = ∑n x 100%
N
P = 28 x 100%
32
P = 88%
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang tuntas.
N = Jumlah siswa seluruhnya.
Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal pada siklus
II sebesar 88% dengan kategori sangat baik.
E. Hasil Tindakan
Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik siswa. Hal ini terlihat dari tanjakan persentase
Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa dalam Mata Pelajaran
Tematik dari sebelum diterapkan metode pembelajaran ini yang hanya 54% menjadi 69%
Peningkatan kemampuan sebesar 22% dari dua siklus ini jika ditelusuri lebih dalam
adalah karena adanya faktor motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri, apakah mereka mau
menjadi indikator penelitian sepenuh hati mereka atau tidak. Model dan metode
Anggapan penulis ini tentu saja masih perlu dibuktikan dengan penelitian tindakan
kelas lanjutan dari penelitian ini tiga atau empat bulan ke depan untuk menilai apakah
34
BAB V
A. Kesimpulan
penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari
I/276 Surabaya.
penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari
B. Implikasi
melalui penerapan model pembelajaran Superitem dapat dijadikan acuan untuk mengadakan
penelitian selanjutnya dengan sudut permasalahan berbeda atau solusi berbeda dengan
permasalahan serupa. Selain itu juga dapat diimplementasikan sebagai bahan kajian bagi
guru yang memiliki masalah dengan perilaku kurang terpuji siswa, khususnya siswa kelas 1-
C sekolah dasar agar dapat segera tertangani oleh karena adanya unsur terapi dan pembiasaan
Dari hasil kesimpulan maka penulis sampaikan bahwa penerapan model pembelajaran
Indonesia siswa dan membutuhkan langkah tindak lanjut dan pembiasaan agar terbentuk
karakter yang baik pada diri siswa agar kelak berguna bagi bangsa, negara dan agamanya.
C. Saran
Beberapa saran penulis utarakan pada akhir laporan penelitian tindakan kelas ini
sebagaimana berikut :
35
1. Agar persepsi negatif siswa terhadap suasana proses belajar mengajar yang menjenuhkan
segera berubah, guru kelas harus kreatif dengan menerapkan berbagai model dan metode
2. Guru kelas seyogyanya sering memberi peluang kepada siswanya untuk berkomunikasi
3. Orang tua harus turut dilibatkan dalam rangka pembentukan Kemampuan Berbicara
Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa karena bagaimanapun juga 83% waktu sehari
semalam siswa dihabiskan di luar sekolah yang sepenuhnya adalah tanggung jawab orang
tua.
36
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset.
Asruri, Djoko. 2000. Penguasaan Kosakata Melalui Pembelajaran Membaca dan Menyimak pada
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama: Sebuah Eksperimen. Tesis: UNNES.
Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka,
Wilson dan Chavarria. 1993. Superitem Test as a Classroom Assessment Toll. Dalam Webb dan
Coxford (ed). Assessment in the Mathematics Classroom 1993 Yearbook. NCTM:
Reston Virginia
37