Anda di halaman 1dari 49

LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM


UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERBICARA
PADA SISWA KELAS 1-C SD NEGERI KENDANGSARI
I/276 SURABAYA SEMESTER GASAL TAHUN
PELAJARAN 2019/2020

Oleh :
MASIYEM
NIP. 19660301 199008 2 001

SD NEGERI KENDANGSARI I/276


JL. KENDANGSARI BLOK S NO. 26
KOTA SURABAYA
2019

i
LAPORAN PENELITIAN TINDAKAN KELAS

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SUPERITEM UNTUK MENINGKATKAN

KEMAMPUAN BERBICARA PADA SISWA KELAS 1-C SD NEGERI KENDANGSARI

I/276 SURABAYA SEMESTER GASAL TAHUN PELAJARAN 2019/2020

Oleh :

MASIYEM, S.Pd

NIP. 19660301 199008 2 001

SD NEGERI KENDANGSARI I/276 SURABAYA

JL. KENDANGSARI BLOK S NO. 26

SURABAYA

2019

i
ii
ABSTRAK

Masiyem, 2019. “Penerapan Model Pembelajaran Superitem untuk Meningkatkan Kemampuan


Berbicara pada Siswa Kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya Semester Gasal Tahun
Pelajaran 2019/2020.”

Kata Kunci : Kemampuan Berbicara Kosakata Bahasa Indonesia


Model Pembelajaran Superitem

Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar adalah
banyak memberi kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan diri melalui berbicara tentang
materi, mengungkapkan pendapat dan presentasi pemahaman. Kegiatan-kegiatan tersebut harus
dioptimalkan agar guru mengetahui ketercapaian pembelajaran dan efektivitas hasil pembelajaran
yang didapatkan. Namun pada kenyataannya aktivitas tersebut jarang tampak pada proses belajar
mengajar. Dan fenomena ini juga terjadi pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276
Surabaya.
Oleh karenanya, penulis sebagai guru pada kelas tersebut mencoba untuk
mengimplementasikan konsep pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menitikberatkan pada
aktivitas belajar siswa untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan melalui model pembelajaran
Superitem. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan kemampuan berbicara dengan kosakata
Bahasa Indonesia siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya.
Penelitian dilakukan dengan mekanisme tindakan dua siklus. Dan berdasarkan hasil
analisis hasil maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan berbicara
dengan kosakata Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada
siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya. Peningkatan kemampuan berbicara
dengan kosakata Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada
siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya sebesar 22%.

iii
KATA PENGANTAR

Segala puji syukur kami panjatkan kepada Allah Swt. yang telah menganugerahkan

kesehatan dan kesempatan bagi penulis, sehingga dapat menyelesaikan penyusunan laporan PTK

dengan judul “Penerapan Model Pembelajaran Superitem untuk Meningkatkan Kemampuan

Berbicara pada Siswa Kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya Semester Gasal Tahun

Pelajaran 2019/2020”.

Penyusunan laporan ini dapat terealisasikan tidak terlepas dari peranan berbagai pihak

yang telah memberikan bantuan dan dukungan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima

kasih kepada :

1. Ibu Siti Fatonah, S.Pd, selaku Kepala SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya yang telah

memberikan kesempatan untuk melakukan PTK ini.

2. Juga seluruh rekan guru yang telah bekerja sama dan saling memberikan masukan demi

kelengkapan penyusunan laporan PTK ini.

Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna. Meski demikian

penulis berharap agar hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi khalayak umum khususnya demi

kemajuan pendidikan di negara kita.

Semoga.

Surabaya, Oktober 2019

Penulis.

iv
DAFTAR ISI

Halaman Judul ............................................................................................................... i

Lembar Pengesahan ...................................................................................................... ii

Berita Acara Seminar ................................................................................................... iii

Surat Pernyataan Kepala Perpustakaan ...................................................................... iv

Kata Pengantar ..............................................................................................................v

Daftar Isi ..................................................................................................................... vi

Daftar Tabel ............................................................................................................. viii

Daftar Gambar ........................................................................................................... ix

Daftar Lampiran ........................................................................................................... x

Abstrak ........................................................................................................................ xi

Bab I Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah ...................................................................... 1

B. Identifikasi Masalah ............................................................................. 3

C. Pembatasan Masalah ............................................................................ 3

D. Rumusan Masalah ................................................................................ 4

E. Tujuan Penelitian ................................................................................. 4

F. Manfaat Penelitian ............................................................................... 5

Bab II Kajian Pustaka

A. Kemampuan Berbicara ......................................................................... 6

B. Strategi Peningkatan Kemampuan Berbicara ...................................... 9

C. Model Pembelajaran Superitem ......................................................... 12

D. Kerangka Berpikir .............................................................................. 15

F. Hipotesis Tindakan ............................................................................ 16

Bab III Metode Penelitian

A. Setting Penelitian ............................................................................... 17

B. Subyek Penelitian ............................................................................... 19

v
C. Sumber Data ....................................................................................... 20

D. Teknik Pengumpulan Data ................................................................. 20

E. Validasi Data ...................................................................................... 21

F. Teknik Analisa Data .......................................................................... 22

G. Indikator Kinerja ................................................................................ 26

H. Prosedur Penelitian ............................................................................ 27

Bab IV Hasil Penelitian dan Pembahasan

A. Deskripsi Kondisi Awal ..................................................................... 29

B. Deskripsi Siklus I ............................................................................... 31

C. Deskripsi Siklus II .............................................................................. 32

D. Pembahasan ........................................................................................ 34

E. Hasil Tindakan ................................................................................... 39

Bab V Kesimpulan dan Saran

A. Kesimpulan ........................................................................................ 41

B. Implikasi ............................................................................................ 41

C. Saran .................................................................................................. 42

Daftar Pustaka ............................................................................................................ 43

Lampiran

vi
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Waktu Pelaksanaan

Tabel 3.2. Indikator Aktivitas Guru

Tabel 3.3. Indikator Kemampuan Berbicara Siswa

Tabel 4.1. Rekapitulasi Nilai Pre-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 1-C pada Pembelajaran Mata Pelajaran Tematik

Tabel 4.2. Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan berbicara dengan kosakata Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 1-C pada Pembelajaran Mata Pelajaran Tematik

Siklus I

Tabel 4.3. Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan berbicara dengan kosakata Bahasa

Indonesia Siswa Kelas 1-C pada Pembelajaran Mata Pelajaran Tematik

Siklus II

vii
DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1. Kerangka Pikir

Gambar 3.1. Alur PTK

viii
DAFTAR LAMPIRAN

1. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

2. . Lembar Observasi Aktivitas Guru

3. . Lembar Observasi Siswa

4. . Lampiran-lampiran Berita Acara Seminar PTK

5. . Surat Pernyataan Keaslian

6. . Identitas Diri

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam UU No. 2 Tahun 1989 pada pasal 1 dinyatakan bahwa pendidikan adalah usaha

untuk menyiapkan siswa melalui kegiatan bimbingan, pembelajaran dan atau latihan bagi

peranannya di masa yang akan dating. Di sini jelas bahwa pembelajaran merupakan salah satu

bagian dari pendidikan. Itulah sebabnya dikatakan bahwa istilah pembelajaran dapat dibedakan

dari pendidikan tetapi sulit untuk dipisahkan secara tegas.

Menurut Kemp (1985), pembelajaran merupakan bagian dari pendidikan. Pendidikan

adalah proses membimbing manusia dari kegelapan dan kebodohan ke kecerahan

pengetahuan. Sesungguhnya perbedaan pendidikan dan pembelajaran terletak pada penekanan

yang ingin dicapai dengan pendidikan atau pembelajaran tersebut. Jika yang dipersoalkan atau

dijadikan tekanan adalah aspek kognitif dan psikomotor maka disebut pembelajaran,

sedangkan bila penekanannya kepada tercapainya tujuan untuk membentuk sikap disebut

pendidikan

Penguasaan kosakata Bahasa Indonesia adalah bagian dari pada pembelajaran Bahasa

Indonesia, sebagai bahasa asing, tidak cukup dilakukan secara simbolis. Upaya untuk

meningkatkan kemampuan berbicara, terutama mengeja kata, kalimat atau bahan cerita utuh,

bagi siswa tingkat SD, sangat diperlukan. Karena ejaan dalam Bahasa Indonesia memiliki

perbedaan signifikan dengan ejaan dalam bahasa Indonesia. Maka berlatih mengeja,

mengucapkan, berbicara, dalam konteks pembelajaran Bahasa Indonesia harus dilaksanakan

secara terus menerus melalui aktivitas dalam proses belajar mengajar.

Penguasaan Bahasa Indonesia sebagai bahasa asing yang paling sering digunakan

dalam seluruh aspek kehidupan bagi siswa pada tingkat Sekolah Dasar merupakan bagian

yang tidak dapat dipisahkan dengan pembelajaran atau penguasaan bahasa lainnya. Oleh

karena itu pembelajaran Bahasa Indonesia sangat berkaitan erat dengan pembelajaran bahasa

Indonesia yang notabene memiliki kesamaan pada tiap tingkat aspek pembelajarannya, yang

meliputi aspek mendengar, berbicara, dan menulis.

1
Ketiga aspek tersebut harus secara berkesinambungan dilatih dalam rangka

menanamkan pemahaman yang utuh pada setiap kosakata yang baru dikenal, sudah dikenal,

dan/atau kosakata yang diimplementasikan pada suatu kalimat utuh atau tidak utuh.

Pembelajaran berbahasa acapkali terganjal pada banyak sedikitnya kosakata yang telah

dikuasai siswa. Semakin banyak kosakata yang telah dikuasai maka pemahaman akan mudah

dicapai, baik itu pada aspek mendengar, berbicara, dan menulis, pada satu waktu.

Salah satu cara untuk meningkatkan aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar

adalah banyak memberi kesempatan bagi mereka untuk mengekspresikan diri melalui

berbicara tentang materi, mengungkapkan pendapat dan presentasi pemahaman. Kegiatan-

kegiatan tersebut harus dioptimalkan agar guru mengetahui ketercapaian pembelajaran dan

efektivitas hasil pembelajaran yang didapatkan. Namun pada kenyataannya aktivitas tersebut

jarang tampak pada proses belajar mengajar. Dan fenomena ini juga terjadi pada siswa kelas 1-

C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya.

Superitem adalah sebuat teknik pemberian tugas kepada siswa oleh guru, yang

dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan

memperhatikan tahap SOLO siswa, Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat

konsep dan proses yang makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada

siswa dalam mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep,

Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan

keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam

memecahkan masalah.

Oleh karenanya, penulis sebagai guru pada kelas tersebut mencoba untuk

mengimplementasikan konsep pembelajaran pada kurikulum 2013 yang menitikberatkan

pada aktivitas belajar siswa untuk mendapatkan nilai-nilai pendidikan melalui model

pembelajaran Superitem. Metode ini diharapkan mampu meningkatkan Kemampuan

Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276

Surabaya.

2
B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, ada beberapa hal yang mendasar mengapa

aktivitas siswa dalam proses belajar mengajar kurang optimal, antara lain sebagai berikut :

1. Proses belajar mengajar masih menggunakan model, metode, strategi dan teknik

pembelajaran yang kurang mengkomodasi aktivitas siswa;

2. Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa rendah; dan

3. Lingkungan sekitar siswa yang kurang mendukung daya kembang mereka.

C. Pembatasan Masalah

Karena luasnya beberapa variabel dalam penelitian tindakan ini yang meliputi model

pembelajaran Superitem dan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia

siswa, maka penulis perlu membatasi agar hasil penelitian lebih komprehensif dan lebih

dapat dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. Aspek-aspek yang perlu dibatasi antara

lain sebagai berikut :

1. Kemampuan berbicara siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan

mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan pikiran,

perasaan, dan ide tentang materi pembelajaran kepada orang lain secara lisan.

2. Kemampuan pengembangan kosakata siswa dalam penelitian ini adalah kemampuan

mengenal, memahami dan menggunakan kosakata.

3. Model pembelajaran Superitem dalam penelitian ini adalah menyajikan atau

mengemukakan informasi tentang materi pembelajaran kepada orang lain dengan tujuan

agar orang lain mengetahui informasi yang dipahaminya.

4. Siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya pada tahun pelajaran 2019/2020

yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar pada bulan September 2019

berjumlah 32 siswa.

D. Rumusan Masalah

1. Apakah ada peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia

melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri

Kendangsari I/276 Surabaya?

3
2. Jika ada, seberapa besar peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD

Negeri Kendangsari I/276 Surabaya?

E. Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui ada tidaknya peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata

Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-

C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya.

2. Untuk mengetahui seberapa besar peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata

Bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-

C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya.

F. Manfaat Penelitian

1. Bagi Siswa

Hasil penelitian ini dapat meningkatkan kompetensi sosial siswa sehingga

diharapkan dapat membentuk karakter yang kuat.

2. Bagi Guru

Guru dapat memperbaiki dan meningkatkan kualitas proses dan hasil

pembelajaran.

3. Bagi Penulis Lain

Dapat dijadikan acuan bagi penelitian lain untuk meneliti hal yang sama

dan belum terungkap dalam penelitian ini.

4
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kemampuan Berbicara

1. Pengertian Kemampuan Berbicara

Berbicara merupakan salah satu aspek keterampilan berbahasa dan juga

merupakan sasaran pembelajaran berBahasa Indonesia. Keterampilan berbicara dapat

meningkat jika ditunjang oleh keterampilan berbahasa yang lain, seperti menyimak,

membaca, dan menulis. Keterampilan berbicara ini sangat penting posisinya dalam

kegiatan belajar-mengajar.

Pentingnya keterampilan berbicara bukan saja bagi guru, tetapi juga bagi siswa

sebagai subjek dan objek didik. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia dituntut terampil

berbicara. Hal ini sejalan dengan pernyataan yang dilontarkan oleh Suyoto (2003:32)

bahwa seseorang yang terampil berbicara cenderung berani tampil di masyarakat. Dia

juga cenderung memiliki keberanian untuk tampil menjadi pemimpin pada

kelompoknya.

Berbicara adalah kemampuan mengucapkan bunyi-bunyi artikulasi atau kata-kata

untuk mengekspresikan, menyatakan serta menyampaikan pikiran, gagasan dan perasaan

(Tarigan, 1993:15). Pendapat yang sama disampaikan oleh Tarigan, dkk (1997:13).

Mereka berpendapat bahwa berbicara adalah keterampilan menyampaikan pesan melalui

bahasa lisan kepada orang lain.

Berbicara merupakan suatu keterampilan, dan keterampilan tidak akan

berkembang kalau tidak dilatih secara terus menerus. Oleh karena itu, kepandaian

berbicara tidak akan dikuasai dengan baik tanpa dilatih. Apabila selalu dilatih,

keterampilan berbicara tentu akan semakin baik. Sebaliknya, kalau malu, ragu, atau

takut salah dalam berlatih berbicara, niscaya kepandaian atau keterampilan berbicara itu

semakin jauh dari penguasaan. Keterampilan berbicara lebih mudah dikembangkan

apabila siswa-siswa memperoleh kesempatan untuk mengkomunikasikan sesuatu secara

alami kepada orang lain, dalam kesempatan-kesempatan yang bersifat informal. Selama

5
kegiatan belajar disekolah, guru menciptakan berbagai lapangan pengalaman yang

memungkinkan siswa-siswa mengembangkan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata

Bahasa Indonesia (Pronounsasi).

2. Pentingnya Kemampuan Berbicara Bagi Siswa Sekolah Dasar

Pentingnya penguasaan keterampilan berbicara untuk siswa Sekolah Dasar juga

dinyatakan oleh Farris (Supriyadi, 2005:179) bahwa pembelajaran keterampilan

berbicara penting dikuasai siswa agar mampu mengembangkan kemampuan berpikir,

membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan berpikir mereka akan terlatih ketika

mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, mengklarifikasikan, dan menyederhanakan

pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

Keterampilan berbicara harus dikuasai oleh para siswa Sekolah Dasar karena

keterampilan ini secara langsung berkaitan dengan seluruh proses belajar siswa di

Sekolah Dasar. Keberhasilan belajar siswa dalam mengikuti proses kegiatan belajar-

mengajar di sekolah sangat ditentukan oleh penguasaan Kemampuan Berbicara Dengan

Kosakata Bahasa Indonesia mereka. Siswa yang tidak mampu berbicara dengan baik dan

benar akan mengalami kesulitan dalam mengikuti kegiatan pembelajaran untuk semua

mata pelajaran.

Seperti yang diungkapkan Galda (dalam Supriyadi, 2005: 178) keterampilan

berbicara di SD merupakan inti dari proses pembelajaran bahasa di sekolah, karena

dengan pembelajaran berbicara siswa dapat berkomunikasi di dalam maupun di luar

kelas sesuai dengan perkembangan jiwanya. Pendapat tersebut juga didukung oleh Farris

(dalam Supriyadi, 2005: 179) yang menyatakan bahwa pembelajaran keterampilan

berbicara penting diajarkan karena dengan keterampilan itu seorang siswa akan mampu

mengembangkan kemampuan berpikir, membaca, menulis, dan menyimak. Kemampuan

berpikir tersebut akan terlatih ketika mereka mengorganisasikan, mengonsepkan, dan

menyederhanakan pikiran, perasaan, dan ide kepada orang lain secara lisan.

6
3. Faktor Penunjang dan Penghambat Kemampuan Berbicara

Dalam ketrampilan berbicara dalam proses pembelajaran memiliki faktor

penunjang yang mampu meningkatkan ketrampilan berbicara. Namun, memanglah

dipastikan akan mengalami kendala yang berarti dalam ketercapainnya. Berikut faktor

penunjang dan faktor penghambat dalam peningkatan ketrampilan berbicara siswa

sekolah dasar :

a. Faktor Penunjang Ketrampilan Berbicara

Berbicara atau kegiatan komunikasi lisan merupakan kegiatan individu dalam

usaha menyampaikan pesan secara lisan kepada sekelompok orang, yang disebu juga

audience atau majelis. Supaya tujuan pembicaraan atau pesan dapat sampai kepada

audience dengan baik, perlu diperhatikan beberapa faktor yang dapat menunjang

keefektifan berbicara. Kegiatan berbicar juga memerlukan hal-hal di luar

kemampuan berbahasa dan ilmu pengetahuan. Pada saat berbicara diperlukan; a)

penguasaan bahasa, b) bahasa, c) keberanian dan ketenangan, d) kesanggupan

menyampaikan ide dengan lancar dan teratur.

Faktor penunjang pada kegiatan berbicara sebagai berikut. Faktor kebahasaan

meliputi; a) ketepatan ucapan, b) penempatan tekanan nada, sendi atau durasi yang

sesuai, c) pilihan kata, d) gerak-gerik dan mimik yang tepat, e) kenyaringan suara, f)

kelancaran, g) relevansi dan penalaran, h) penguasaan topik.

Berdasarkan uraian diatas, maka dapat disimpulkan bahwa faktor-faktor yang

mempengaruhi kegiatan berbicara adalah faktor kehahasaan (linguistik) dan non

kebahasaan (non linguistik).

b. Faktor Penghambat Ketrampilan Berbicarau

Ada kalanya proses komunikasi mengalami gangguan yang mengakibatkan

pesan yang diterima oleh pendenganr tidak sama dengan apa yang dimaksudkan oleh

pembicara. Oleh karena itu, ada tiga faktor penyebab gangguan dalam kegiatan

berbicara antar lain :

1. Faktor fisik, yaitu faktor yang ada pada partisipan sendiri dan faktor yang

berasal dari luar partisipan.

7
2. Faktor media, yaitu faktor linguitisk dan faktor nonlinguistik, misalnya lagu,

irama, tekanan, ucapan, isyarat gerak bagian tubuh, dan

3. Faktor psikologis, kondisi kejiwaan partisipan komunikasi, misalnya dalam

keadaan marah, menangis, dan sakit.

B. Strategi Peningkatan Kemampuan Berbicara

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, strategi bermakna rencana yang cermat

mengenai kegiatan untuk mencapai sasaran khusus. Strategi kompetensi disebut juga dengan

strategi komunikasi atau communication strategies (Thornburry, 2006: 29). Ada beberapa hal

yang yang harus diperhatikan dalam strategi komunikasi yakni:

1. Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak langsung (tidak to the point)

2. Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal (penyerapan kata asing), contoh: mesjid

3. Menggunakan kata-kata yang umum atau sudah dikenal.

4. Menggunakan ekspresi atau alih kode, contoh:menggunakan bahasa yang sopan pada

orang yang lebih tua.

5. Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk meyakinkan maksud yang kita inginkan.

Strategi berbicara menurut Modul untuk Profesional Persiapan Pengajaran Asisten

dalam Bahasa Asing (Grace Stovall Burkart, ed 1998 ; Pusat Linguistik Terapan,) adalah

sebagai berikut.

1. Menggunakan minimal tanggapan

Bahasa siswa yang kurang percaya diri dalam kemampuan mereka untuk

berpartisipasi dengan sukses dalam interaksi lisan sering mendengarkan dalam

keheningan sementara yang lain yang bicara. Salah satu cara untuk mendorong siswa

tersebut untuk mulai berpartisipasi adalah untuk membantu mereka membangun suatu

persediaan tanggapan minimal yang mereka dapat digunakan dalam berbagai jenis

pertukaran..tanggapan tersebut dapat sangat berguna untuk pemula.

Tanggapan minimal dapat diprediksi bahwa peserta percakapan digunakan untuk

menunjukkan pemahaman, perjanjian, keraguan, dan tanggapan lain untuk apa yang

8
dikatakan pembicara lain.. Memiliki stok tanggapan tersebut memungkinkan pelajar

untuk fokus pada apa peserta lain katakan, tanpa harus secara simultan rencana

tanggapan.

2. Menggunakan bahasa untuk berbicara tentang bahasa

Bahasa siswa sering terlalu malu atau malu untuk mengatakan sesuatu ketika

mereka tidak mengerti pembicara lain atau ketika mereka menyadari bahwa mitra

percakapan tidak mengerti mereka. Guru dapat membantu siswa mengatasi keengganan

ini dengan meyakinkan mereka bahwa kesalahpahaman dan kebutuhan untuk klarifikasi

dapat terjadi pada berbagai tipe interaksi, apapun bahasa peserta tingkat

keterampilan. Guru juga dapat memberikan strategi siswa dan frase yang digunakan

untuk klarifikasi dan cek pemahaman.

Dengan mendorong siswa untuk menggunakan frase klarifikasi di kelas saat

terjadi kesalahpahaman, dan dengan menanggapi positif ketika mereka melakukannya,

guru dapat menciptakan lingkungan praktek otentik di dalam kelas itu sendiri. Ketika

mereka mengembangkan kontrol dari strategi berbagai klarifikasi, siswa akan

mendapatkan kepercayaan diri dalam kemampuan mereka untuk mengelola berbagai

situasi komunikasi yang mungkin mereka hadapi di luar kelas.

Setelah mengetahui langkah-langkah atau strategi dalam meningkatkan Kemampuan

Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia (Pronounsasi), maka Kemampuan Berbicara

Dengan Kosakata Bahasa Indonesia diharapkan dapat meningkat. Kemampuan Berbicara

Dengan Kosakata Bahasa Indonesia sangat penting dalam kehidupan manusia pada umumnya.

Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang baik dapat menunjang

segala aktifitas yang ada, contohnya:

1. Sebagai guru tentunya harus memiliki Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia yang baik agar dalam menyampaikan materi kepada siswa akan berjalan

dengan baik.

2. Ketika dihadapkan pada suatu forum, seminar dan diskusi dipastikan sang partisipan

harus memiliki Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang sangat

9
baik. Karena di dalam forum tersebut tentunya sang partisipan diajak unuk berargumen

yang didukung dengan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang

baik.

3. Pada situasi wawancara, Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang

baik tentu diperlukan untuk menunjang kemampuan menjawab pertanyaan dalam

wawancara.

C. Model Pembelajaran Superitem

1. Pengertian Model pembelajaran Superitem

Pembelajaran menggunakan tugas bentuk superitem adalah pembelajaran yang

dimulai dari tugas yang sederhana meningkat pada yang lebih kompleks dengan

memperhatikan tahap SOLO siswa. Dalam pembelajaran tersebut digunakan soal-soal

bentuk superitem. Alternatif pembelajaran yang direkomendasikan Sumarmo tersebut,

dirancang agar dapat membantu siswa dalam memahami hubungan antar konsep. Juga

membantu dalam memacu kematangan penalaran siswa. Hal itu dilakukan agar siswa

dapat memecahkan masalah dalam berkomunikasi.

Sebuah superitem terdiri dari sebuah stem yang diikuti beberapa pertanyaan

atau item yang semakin meningkat kekompleksannya. Biasanya setiap superitem terdiri

dari empat item pada masing-masing stem. Setiap item menggambarkan dari empat level

penalaran berdasarkan Taksonomi SOLO. Semua item dapat dijawab dengan merujuk

secara langsung pada informasi dalam stem dan tidak dikerjakan dengan mengandalkan

respon yang benar dari item sebelumnya. Pada level 1 diperlukan penggunaan satu

bagian informasi dari stem. Level 2 diperlukan dua atau lebih bagian informasi dari

stem. Pada level 3 siswa harus mengintegrasikan dua atau lebih bagian dari informasi

yang tidak secara langsung berhubungan dengan stem, dan pada level 4 siswa telah

dapat mendefinisikan hipotesis yang diturunkan dari stem.

10
2. Ciri-Ciri Model Pembelajaran Superitem

Karakteristik soal-soal bentuk superitem yang memuat konsep dan proses yang

makin tinggi tingkat kognitifnya tersebut, memberi peluang kepada siswa dalam

mengembangkan pengetahuannya dan memahami hubungan antar konsep. Hal itu

dikuatkan Lajoie (1991) yang menyatakan bahwa superitem didisain untuk

mendatangkan penalaran dalam berbahasa. Di samping itu soal bentuk superitem

diharapkan lebih menantang dan mendorong keterlibatan siswa dalam pembelajaran.

Sebaliknya guru dapat melakukan kegiatan diagnostik selama pembelajaran, sehingga

perkembangan penalaran siswa dapat dimonitor lebih dini.

Kemampuan memahami hubungan antar konsep, kematangan dalam bernalar dan

keterlibatan secara aktif dalam pembelajaran merupakan bagian yang diperlukan dalam

memecahkan masalah. Dengan demikian pembelajaran menggunakan tugas bentuk

superitem dapat diharapkan menjadi salah satu alternatif pembelajaran yang dapat

membantu siswa dalam meningkatkan kemampuan berbahasa.

3. Langkah-Langkah Model Pembelajaran Superitem

Pembelajaran ini dengan cara memberikan tugas kepada siswa secara bertingkat-

bertahap dari simpel ke kompleks, berupa pemecahan masalah.

Sintaksnya adalah :

a. ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,

b. berikan latihan soal bertingkat,

c. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi

informasi,

d. integrasi, dan

e. hipotesis.

4. Kelebihan Model Pembelajaran Superitem

Kandungan maksud agar siswa memahami hubungan antar konsep secara

bertahap dari yang sederhana sampai meningkat kepada yang lebih kompleks. Selain

daripada itu guru melakukan kegiatan diagnostik terhadap respon siswa, sehingga dapat

11
dengan segera menentukan langkah-langkah yang diperlukan dalam mencapai tujuan

pembelajaran.

Kelebihan pembelajaran Bahasa Indonesia dengan menggunakan tugas bentuk

superitem diantaranya, dapat memberikan kesempatan kepada siswa untuk memahami

persoalan secara bertahap sesuai kesiapannya; dan guru dapat memberikan bantuan yang

tepat kepada siswa berdasarkan respon dari siswa. Pada sisi lain pembelajaran ini akan

memberi kesulitan kepada guru dalam membuat atau menyusun butir-butir soal bentuk

superitem. Kemudian dimungkinkan terdapat respon siswa yang beragam. Hal itu akan

menuntut kesiapan guru dalam mengantisipasinya.

Wilson dan Chavarria (1993) memberikan pengalamannya dalam

mengkonstruksi bentuk soal superitem yaitu:

a. Mengkonstruksi sebuah superitem akan dimulai dengan menentukan terlebih dahulu

prinsip umum apa yang akan menjadi fokus pada item level empat. Prinsip tersebut

akan dibangun oleh tiga item sebelumnya. Setiap item akan membantu siswa dalam

menggali situasi dari masalah.

b. Superitem akan menyajikan sebuah masalah yang relevan dan diperlukan siswa.

c. Respon dari setiap item di dalam sebuah superitem tidak bergantung pada respon

yang benar dari item sebelumnya.

d. Pengalaman kedua ahli tersebut, tampaknya dapat membantu guru dalam menyusun

butir soal bentuk superitem.

D. Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir adalah sebuah pemahaman yang melandasi pemahaman-

pemahaman yang lainnya, sebuah pemahaman yang paling mendasar dan menjadi pondasi

bagi setiap pemikiran selanjutnya.

Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpkir akan suatu hal bukan sesuatu yang

mudah, diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta

yang dapat terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu,

diperlukan sebuah pemikiran yang cerdas akan setiap informasi yang dimilikinya dan

berupaya dengan keras menyimpulkan sesuatu kesimpulan yang memunculkan keyakinan.

12
Adapun kerangka pikir dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :

Kemampuan Berbicara
Kemampuan Berbicara
Dengan Kosakata
Dengan Kosakata Bahasa
Bahasa Indonesia
Indonesia Tinggi
Rendah
1. Menggunakan kata- 1. Menggunakan kata-kata
kata yang sedikit/ yang banyak/tidak
langsung (to the point). langsung (tidak to the
2. Menggunakan kata- point).
kata lama (tidak ada 2. Mengubah kata-kata
unsur penyerapan baru agar lebih dikenal
bahasa asing). (penyerapan kata asing).
3. Menggunakan kata- 3. Menggunakan kata-kata
Pembelajaran
kata yang tidak umum yang umum atau sudah
Artikulasi
atau tidak baku. dikenal.
4. Tidak menggunakan 4. Menggunakan ekspresi
ekspresi atau alih kode. atau alih kode,
5. Tidak menggunakan contoh:menggunakan
gerak tubuh atau bahasa yang sopan
mimik. pada orang yang lebih
tua.
5. Menggunakan gerak
tubuh atau mimik untuk
meyakinkan maksud
yang kita inginkan

Gambar 2.1 Kerangka Pikir

E. Hipotesis Tindakan

Hipotesis diartikan sebagai dugaan sementara pada penelitian yang akan dilakukan.

Temasuk dalam pelaksanaan penelitian tindakan kelas, hipotesis dibutuhkan sebagai acuan

penulis yang disebut dengan hipotesis tindakan. Hipotesis dalam penelitian tindakan bukan

hipotesis perbedaan atau hubungan yang terdapat pada metode-metode penelitian lain

melainkan hipotesis tindakan. Idealnya hipotesis penelitian tindakan mendekati keketatan

penelitian formal dengan situasi lapangan yang senantiasa berubah membuatnya sulit untuk

memenuhi tuntutan itu.

Rumusan hipotesis tindakan memuat tindakan yang diusulkan untuk menghasilkan

perbaikan yang diinginkan untuk sampai pada pemilihan tindakan yang dianggap tepat,

penulis dapat mulai dengan menimbang prosedur-prosedur yang mungkin dapat dilaksanakan

13
yang perbaikan yang diinginkan dapat dicapai sampai menemukan prosedur tindakan yang

dianggap tepat.

Oleh karena itu hipotesis yang penulis ajukan pada penelitian tindakan ini adalah

sebagai berikut :

1. Hipotesis Alternatif (Ha)

Ada peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia melalui

penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari

I/276 Surabaya.

14
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Setting Penelitian

Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang

terjadi di masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada

masyarakat yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama

dalam penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara penulis dengan

anggota kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang

memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba

sambil jalan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang

terlibat dalam kegiatan teersebut dapat mendukung satu sama lain.

Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai

berikut :

1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata

dan penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan

penulis untuk melakukan perubahan.

2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh

sampai mengganggu atau menghambat kegiatan utama.

3. Jenis intervensi yang dicobakan harus efektif dan efisien

4. Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan

dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek

setiap hipotesis dan pembuktiannya.

5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-

going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan

memang tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu. (Arikunto,

Suharsimi, 2002: 82-83).

15
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka

penelitian ini menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam

Arikunto, Suharsimi, 2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang

berikutnya. Setiap siklus meliputi planning (rencana), action (tindakan), observation

(pengamatan), dan reflection (refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan

yang sudah direvisi, tindakan, pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I

dilakukan tindakan pendahuluan yang berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari

tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat dilihat pada gambar berikut:

Gambar 3.1. Alur PTK

Penjelasan alur diatas adalah:

1. Rancangan/ rencana awal, sebelum mengadakan penelitian penulis menyusun rumusan

masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument

penelitian dan perangkat pembelajaran.

2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh penulis sebagai upaya

membangun pemahaman konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari

diterapkannya Metode pembelajaran investigasi kelompok terkolaborasi.

16
3. Refleksi, penulis mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari

tindakan yang dilakukan berdasarkan lembar observasi.

4. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat

rancangan yang direvisi untuk dilaksanakan pada siklus berikutnya.

B. Subyek Penelitian

1. Lokasi

Penelitian ini dilaksanakan oleh penulis di SD Negeri Kendangsari I/276 dengan

alamat Jl. Kendangsari Blok S No. 26 Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya.

2. Waktu

Pelaksanaan penelitian dan perbaikan dijadwalkan oleh penulis dengan rincian

jadwal sebagai berikut :

Tabel 3.1

Waktu Pelaksanaan Tindakan

No Jenis Kegiatan Agustus September Oktober


1 Konsultasi dengan Kepala Sekolah. M1
2 Mengajukan proposal penelitian. M1
3 Mengajukan RPP M2
4 Revisi RPP. M3
5 Evaluasi kualitas RPP tahap akhir. M4
6 Konsultasi dengan Observer. M4 M1-4
7 Pelaksanaan siklus I. M1-4
8 Pelaksanaan siklus II. M1-4
9 Menyusun laporan tindakan. M1-3

3. Kelas

Kelas yang dijadikan obyek perbaikan dan penelitian adalah kelas 1-C dengan

jumlah siswa sebanyak 32 siswa.

C. Sumber Data

Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini meliputi :

1. Dokumen

a. Bank data siswa

b. Evaluasi hasil belajar

17
2. Pengalaman empiris

a. Catatan lapangan

b. Hasil observasi

D. Teknik Pengumpulan Data

Adapun teknik pengumpulan data yang penulis gunakan dalam penelitian ini adalah

sebagai berikut:

1. Dokumentasi

Penulis mengumpulkan dan menggunakan data kelas, siswa dan dokumentasi

nilai.

2. Observasi

Observasi pada umumnya digunakan untuk memperoleh data mengenai perilaku

individu atau proses kegiatan tertentu (Sudjana, 2006:67). Pada penelitian ini penulis

melakukan observasi untuk mengamati aktifitas siswa pada saat pembelajaran

berlangsung yaitu dari tahap awal sampai akhir.

3. Tes

Digunakan untuk mengetahui hasil belajar siswa pada materi pembelajaran yang

disampaikan. Materi tes dibuat penulis dengan memperhatikan buku guru dan buku siswa

mata pelajaran Tematik kelas 1-C kurikulum 2013.

E. Validasi Data

Validasi data dapat ditempuh dengan penganekaragaman alat pengumpul data.

Semakin banyak data yang menguatkan didapat dengan alat pengumpul data yang berbeda

maka data tersebut semakin valid. Sedangkan untuk memperoleh data yang mendukung

keshahihan, serta sesuai denga fokus permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai pada

penelitian digunakan teknik validasi data.

Untuk mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus

permasalahan dan tujuan penelitian maka dilakukan beberapa tahap validasi data sebagai

berikut :

18
1. Triangulasi Data

Triangulasi data yaitu mengecek keabsahan (validasi) data dengan

mengkonfirmasikan data yang sama dari sumber yang berbeda untuk memastikan

keabsahan (derajat kepercayaan). Dari guru dilakukan pada saat pelaksanaan refleksi

setelah pelaksanaan tindakan dan dengan data yang dijaring melalui lembar observasi.

Dari kepala dan pengawas sekolah dilakukan pada saat bimbingan mengenai temuan-

temuan penelitian dan penyusunan laporan.

2. Member Check

Member check dilakukan untuk mengecek kebenaran data temuan penelitian

dengan mengkonfirmasikan kepada responden (sumber informasi). Dalam kegiatan ini

data atau informasi yang diperoleh tersebut dikonfirmasikan dengan guru lainnya, melalui

refleksi dan diskusi pada tiap siklus sampai akhir keseluruhan pelaksanaan tindakan.

Sehingga terjaring data yang lengkap dan memilki validitas dan reliabilitas yang tinggi.

3. Audit Trail

Audit trail yaitu pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian

yang telah diperksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (siswa).

Selain itu juga penulis mengkonfirmasikan dan mendiskusikan temuan penelitian tersebut

dengan guru lain yang mengajar mata pelajaran yang sejenis, pembimbing, penulis

senior, dan teman-teman penulis. Kegiatan ini dilakukan guna memperoleh kritik,

tanggapan, dan memperoleh validitas yang lebih tinggi.

4. Expert opinion

Expert opinion adalah pendapat para ahli, termasuk dalam hal ini adalah

sumbangan saran kepala dan pengawas sekolah dalam penelitian serta pendapat para ahli

dalam referensi tulisannya.

19
F. Teknik Analisa Data

Teknik analisis data adalah kegiatan mencermati, menguraikan,dan mengkaitkan

setiap informasi yang terkait dengan kondisi awal, proses belajar, dan hasil pembelajaran

untuk memperoleh simpulan tentang keberhasilan tindakan perbaikan pembelajaran.

1. Teknik Analisis Data Kuantitatif

Pada data-data kuantitatif seperti nilai hasil belajar, skor angket, persentase,

distribusi frekuensi yang dapat dilakukan dengan 2 cara yaitu : (1) Analisis secara

deskriptif, analisis ini dilakukan dengan cara seperti menghitung jumlah, rata-rata, nilai

persentase, dan membuat grafik, (2) Analisis secara statistik, analisis ini dilakukan

dengan cara seperti menghitung nilai beda terkecil dan nilai korelasi antar variabel.

Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa yang bertujuan untuk

mengetahui pemahaman siswa tentang materi pelajaran dari setiap siklus, di mana siswa

secara individu telah belajar tuntas atau berhasil apabila sekurang-kurangnya mendapat

skor 3,0 atau 75% (dengan skor maksimal 4).

Standar penentuan ketuntasan belajar siswa menurut Sudjana (2006:109) sbb :

P = ∑X x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu.
∑X = Jumlah siswa yang mendapat skor ≥ 3,0 atau 75%
N = Jumlah siswa seluruhnya.

Sedangkan untuk mencari persentase ketuntasan secara klasikal menggunakan

rumus:

P = ∑n x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang memperoleh ketuntasan.
N = Jumlah siswa seluruhnya.

2. Teknik Analisis Data Kualitatif

Pada data kualitatif dapat dilakukan analisis :

20
a. Analisis Interaktif

Analisis ini dilakukan dengan : (1) memilih atau mereduksi data terhadap hasil

temuan data yang relevan dengan penelitian diambil sementara data yang tidak relevan

dibuang, (2) mendeskripsikan semua data yang relevan hasil temuan, dan (3) menarik

kesimpulan berdasarkan deskripsi hasil temuan,serta (4) melakukan verifikasi

b. Analisis dengan mencari pola

Analisis ini dilakukan dengan cara mencarai pola berdasarkan hasil refleksi dari

guru, kemudian digabung dengan data-data yang diperoleh pengamat pada saat

observasi.

Dalam PTK, perhatian lebih pada kasus daripada sampel. Hal ini berimplikasi

bahwa metodologi yang dipakai lebih dapat diterpkan terhadap pemahaman situasi

problematik dari pada atas dasar prediksi di dalam parameter.

Analisis data dalam penelitian Kualitatif menggunakan statistik. Ada 2 macam

statistik yang digunakan untuk analisis data dalam penelitian yaitu statistik deskriptif

dan statistik inferensial

Statistik deskriptif adalah ststistik yang digunakan untuk menganalisis data

dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagai

mana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku umum. Penelitian

yang dilakukan pada populasi (tanpa diambil sampelnya), jelas akan menggunakan

ststistik deskriptif dalam menganalisisnya. Termasuk dalam statistik deskriptif antara

lain pengujian data melalui tabel, grafik, diagram lingkaran, pictogram. Perhitungan

modus, median, mean, desil, persentil, perhitungn penyebaran data dan perhitungan

persentase.

Statistik inferensial (sering juga disebut statistik induktif atau statistik

probabilita) adalah teknik statistik yng digunakan untuk menganilisa data sampel dan

hasilnya diberlakukan untuk populasi. Statistik ini akan cocok digunakan oleh sampel

diambil dari populasi secara random.

Salah satunya diterapkan pada instrumen lembar observasi. Lembar observasi

yang diisi oleh pengamat pada saat mengamati proses pembelajaran berlangsung, baik

21
pengamatan terhadap aktivitas guru maupun pengamatan terhadap aktivitas siswa

dengan menggunakan rumus sebagai berikut :

P = f x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase yang sedang dicari nilainya.
f = Jumlah seluruh skor yang diperoleh.
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang semestinya.

Pengelolahan kegiatan belajar mengajar dianalisis dengan ketentuan sebagai

berikut :

1 = Kurang sekali
2 = Kurang
3 = Baik
4 = Baik sekali

Data pengamatan dianalisis dengan menghitung rata-rata pada setiap siklus

yang dilaksanakan, selanjutnya nilai rata-rata tersebut diklasifikasikan dengan kriteria

sebagai berikut :

76 – 100% = Sangat baik.


66 – 75% = Baik.
46 – 65% = Cukup.
0 – 45% = Kurang.
G. Indikator Kinerja

Indikator kinerja disusun berdasarkan aktivitas siswa selama kegiatan belajar

mengajar yang mengindikasikan munculnya Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata

Bahasa Indonesia sebagaimana terinci dalam tabel berikut :

Tabel 3.2.

Indikator Aktivitas Guru

Penilaian Rata-
No Aspek Yang Dinilai Kategori
1 2 3 4 rata
1 ilustrasikan konsep konkret dan
gunakan analogi,
2 berikan latihan soal bertingkat,
3 berikan sal tes bentuk super item,
yaitu mulai dari mengolah informasi-
koneksi informasi,
4 integrasi,
5 hipotesis.

22
Jumlah
Rata-rata
Keterangan : (1) Sangat Kurang, (2) Kurang, (3) Baik, (4) Sangat Baik

Tabel 3.3.

Indikator Kemampuan Berbicara

Indikator Kemampuan Berbicara Dengan


Keterangan
No Kosakata Bahasa Indonesia dalam Model Skor %
(T/TT)
pembelajaran Superitem
Menggunakan kata-kata yang banyak/tidak
1
langsung (tidak to the point)
Mengubah kata-kata baru agar lebih dikenal
2
(penyerapan kata asing)
Menggunakan kata-kata yang umum atau
3
sudah dikenal
Menggunakan ekspresi atau alih kode,
4 contoh:menggunakan bahasa yang sopan
pada orang yang lebih tua
Menggunakan gerak tubuh atau mimik untuk
5
meyakinkan maksud yang kita inginkan
Total Skor

Keterangan :
1. Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa
berdasarkan penjabaran dari langkah-langkah dalam model
pembelajaran Superitem.
2. Range nilai yang diberikan : (1) Tidak menunjukkan, (2) Jarang menunjukkan,
(3) Sering menunjukkan, (4) Selalu menunjukkan.

Penempatan poin penilaian Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik pada masing-masing aktivitas didasarkan pada aktif

dan pasifnya siswa. Adapun nilai maksimal yang diberikan pada masing-masing kolom

adalah 4.

H. Prosedur Penelitian

Sebagai penelitian berbentuk proses yang dinamis dan fleksibel, langkah-langkah

PTK tidak dapat diformulasikan menjadi sebuah cetak biru yang berlaku bagi setiap PTK.

Sehubungan dengan itu langkah-langkah PTK yang diuraikan dalam teori-teori PTK harus

diterima sebagai panduan umum. Prosedur berikut diusulkan oleh Cohen, Manion, dan

23
Morrison (dalam McKay, 2008: 31-32) yang menggambarkan langkah-langkah pelaksanaan

PTK dalam delapan tahapan berikut :

1. Penulis mengidentifikasi, mengevaluasi, dan memformulasikan sebuah masalah yang

dianggap perlu diatasi.

2. Penulis berkonsultasi dengan berbagai pihak yang tertarik, seperti guru atau penulis lain

untuk merumuskan masalah menjadi lebih jelas dan spesifik dan sedapat mungkin

mengidentifikasi penyebabnya. Tahapan ini bersifat sangat krusial karena mencakup

penentuan tujuan dan asumsi penelitian.

3. Penulis memperkaya pengetahuannya tentang masalah yang akan diteliti dengan cara

mempelajari informasi yang relevan melalui studi kepustakaan. Jika tersedia, penulis

sangat disarankan untuk membaca hasil-hasil penelitian terdahulu tentang masalah yang

sama.

4. Berdasarkan studi kepustakaan di tahap 3, jika dibutuhkan, penulis dapat mengubah atau

memperbaiki fokus penelitian. Selain itu, asumsi penelitian yang dibuat pada tahap 2 juga

bisa dinyatakan secara lebih terperinci.

5. Penulis menetapkan desain penelitian, termasuk partisipan, sumber dan jenis data yang

akan dijaring, perlengkapan, dan prosedur.

6. Penulis menjelaskan bagaimana penelitian akan dievaluasi secara berkelanjutan sesuai

dengan jumlah siklus yang terlaksana.

7. Penulis melaksanakan penelitian untuk menjaring data.

8. Penulis melaksanakan refleksi untuk menganalisis data, menarik kesimpulan, dan

mengevaluasi penelitian. Jika kriteria keberhasilan ternyata belum dicapai, penulis perlu

mempersiapkan pelaksanaan siklus kedua.

24
BAB IV

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Deskripsi Kondisi Awal

Tabel 4.1.

Rekapitulasi Nilai Pre-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa

Kelas 1-C pada Pembelajaran Mata Pelajaran Tematik

Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
1 Achmad Firmansyah 4 1 3 1 3 12 60% TT
Adelia Zivana Mazaya
2 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
3 Ahmad Zakaria 2 1 2 1 3 9 45% TT
4 Aisyahfira Subiyanto 1 3 1 2 2 9 45% TT
Aurelia Khanza
5 3 1 4 1 1 10 50% TT
Azzahra
Azzahra Kanaya
6 1 4 2 1 1 9 45% TT
Izzaty
Chelvin Maulana
7 3 1 3 3 1 11 55% TT
Raisa Ilyas
Danesh Maulana
8 1 3 1 4 1 10 50% TT
Rusydi
9 Derajat Wahyono 2 1 2 1 3 9 45% TT
Elsha Dianita Lisa
10 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
11 Fahri Dirga Satya 2 1 4 1 4 12 60% TT
12 Ferry Arman Maulana 1 3 1 2 2 9 45% TT
13 Fikri Bahresy Salam 3 1 2 1 1 8 40% TT
14 Hayfa Aretha Zizi 1 2 2 4 1 10 50% TT
15 Khairon Hafiz 2 1 2 1 3 9 45% TT
Khofifah Dwi
16 1 2 1 4 2 10 50% TT
Indarwati
Kinanthi Victory
17 3 4 4 2 3 16 80% T
Yulianto
18 Maiza Azkadina 1 2 2 2 1 8 40% TT
M. Dzaki Rizki
19 2 2 3 2 3 12 60% TT
Afandi
Muhammad Al
20 1 4 1 2 2 10 50% TT
Hafizhi
Muhammad Arizki
21 3 1 2 1 4 11 55% TT
Febriansyah
Muhammad Lintang
22 4 3 2 3 3 15 75% T
Putrayanto
23 Nuri Tryas Hidayat 4 1 3 3 1 12 60% TT
24 Prissa Rahma Qonitah 1 3 1 2 1 8 40% TT

25
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
Raina Apta Ramaniya
25 2 1 2 1 3 9 45% TT
Budi Utomo
Rangga Albryan
26 2 4 1 4 1 12 60% TT
Wicaksono
Revalina Laudya
27 1 1 3 2 3 10 50% TT
Noura
28 Richta Aaqilah Zahraa 2 3 2 3 1 11 55% TT
Viola Javeline
29 2 1 4 1 1 9 45% TT
Florencia Putri
Zaskia Marwah Islami
30 2 4 4 3 2 15 75% T
Mahardika
Zhafran Aryasatya
31 2 1 4 1 4 12 60% TT
Wibisono
Zinedine Sabrie
32 1 3 1 2 2 9 45% TT
Oetomo
Rata-rata 1,98 2,20 2,35 2,15 2,10 10,78 54%

Berdasarkan data tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian

Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa pada Mata Pelajaran

Tematik sangat kurang oleh karenanya butuh tindakan untuk meningkatkan kemampuan

tersebut.

26
B. Deskripsi Siklus I

1. Perencanaan

a) Waktu

Pembelajaran pada siklus I dilaksanakan dalam waktu 2 x 3 x 35 menit.

Pertemuan siklus I direncanakan pada hari Selasa, tanggal 3 dan 10 September

2019, jam pelajaran 1 sampai dengan 3.

b) Materi

Materi sebagaimana termaktub dalam buku siswa kurikulum 2013 Mata

Pelajaran Tematik Kelas 1-C, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan

menceritakan, mengkomunikasikan dan mempresentasikan.

c) Penilaian

Penilaian 70% dilakukan dengan metode tanya jawab dan sisanya

menggunakan teknik tes tertulis dengan butir soal atau tugas sebagaimana

termaktub dalam buku siswa.

2. Tindakan

Kegiatan pembelajaran pada siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan

kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan ini sesuai dengan langkah-

langkah model pembelajaran Superitem sebagai berikut :

a. ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,

b. berikan latihan soal bertingkat,

c. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi

informasi,

d. integrasi, dan

e. hipotesis.

3. Pengamatan

Pembelajaran pada siklus ini tentu saja menjadi pengalaman yang baru bagi

siswa yang notabene memiliki Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

27
Indonesia yang rendah. Ketegangan jelas tampak pada sebagian besar siswa karena

sebagian besar mereka grogi dan demam panggung sehingga tidak maksimal dalam

mengungkapkan pemahamannya terhadap materi di hadapan siswa lainnya.

Walaupun masih banyak yang bingung dan bergurau pada saat pelaksanaan

kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran Superitem ini, secara keseluruhan

pelaksanaan metode pembelajaran ini relatif lancar dan siswa sedikit banyak mulai

belajar cara berkomunikasi dan berbicara.

4. Refleksi

Selain bagi siswa, model pembelajaran Superitem ini merupakan hal yang

baru bagi penulis sehingga sempat agak bingung bagaimana cara menjelaskan aturan

pelaksanaannya pada siswa. Di samping itu, penulis sempat meragukan apakah

dengan model dan metode pembelajaran ini Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata

Bahasa Indonesia siswa berubah.

C. Deskripsi Siklus II

1. Perencanaan

a) Waktu

Pembelajaran pada siklus II dilaksanakan dalam waktu 2 x 3 x 35 menit.

Pertemuan siklus II direncanakan pada hari Selasa, tanggal 17 dan 24 September

2019, jam pelajaran 1 sampai dengan 3.

b) Materi

Materi sebagaimana termaktub dalam buku siswa kurikulum 2013 Mata

Pelajaran Tematik Kelas 1-C, khususnya yang berkaitan dengan kegiatan

menceritakan, mengkomunikasikan dan mempresentasikan.

c) Penilaian

Penilaian 70% dilakukan dengan metode tanya jawab dan sisanya

menggunakan teknik tes tertulis dengan butir soal atau tugas sebagaimana

termaktub dalam buku siswa.

28
2. Tindakan

Kegiatan pembelajaran pada siklus II meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan

kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan ini sesuai dengan langkah-

langkah model pembelajaran Superitem sebagai berikut :

a. ilustrasikan konsep konkret dan gunakan analogi,

b. berikan latihan soal bertingkat,

c. berikan sal tes bentuk super item, yaitu mulai dari mengolah informasi-koneksi

informasi,

d. integrasi, dan

e. hipotesis.

3. Pengamatan

Pembelajaran pada siklus kedua membuat siswa tertarik, apalagi guru

menggunakan media gambar dan video yang ditampilkan melalui lcd proyektor.

Tidak ada ketegangan pada sebagian besar siswa karena sebagian besar mereka sudah

mulai berani maju sehingga maksimal dalam mengungkapkan pemahamannya

terhadap materi di hadapan siswa lainnya.

Penggunaan audio visual juga diterapkan oleh guru, ketika beberapa siswa

maju mempresentasikan materi tertentu maka guru memberikan background audio

dan visual sehingga menarik minat siswa lainnya untuk mau dan berani melakukan

presentasi. Sehingga secara keseluruhan pelaksanaan metode pembelajaran ini relatif

lancar dan siswa mulai belajar tentang manfaat berkomunikasi dan berbicara.

4. Refleksi

Selain bagi siswa, model pembelajaran Superitem ini merupakan hal yang

menyenangkan bagi penulis sehingga pembelajaran menjadi hidup dan aktivitas siswa

dalam belajar semakin meningkat. Model pembelajaran Superitem ini harus

dilaksanakan secara berkesinambungan sebagai upaya pembiasaan bagi siswa.

29
D. Pembahasan

Penilaian observer tentang Aktivitas Guru pada Siklus I termasuk dalam kategori

baik. Hal ini terlihat pada tahap pembelajaran kegiatan awal. Hal ini dipengaruhi oleh

kemampuan guru dalam memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti guru masih belum bisa

melakukan improvisasi dan belum mengerti tentang langkah-langkah penyelesaian dalam

pemecahan. Maka dari tinjauan ini, observer menyimpulkan bahwa pada tahap kegiatan

Siklus I, tampaknya guru masih perlu bimbingan dalam hal mengimprovisasi langkah demi

langkah dari metode yang digunakan.

Pada siklus I penerapan model pembelajaran Superitem banyak sekali perubahan

yang dialami siswa, khususnya mereka yang cenderung memiliki Kemampuan Berbicara

Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang rendah. Berikut adalah rekapitulasi nilai pada

Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik

dan jumlah ketuntasan siswa (yang memiliki nilai ≥ 3 / 75% pada sub indikator) pada siklus I

Tabel 4.2.

Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa

Kelas 1-C pada Pembelajaran Mata Pelajaran Tematik Siklus I

Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
1 Achmad Firmansyah 4 2 4 3 3 16 80% T
Adelia Zivana Mazaya
2 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
3 Ahmad Zakaria 2 2 4 1 3 12 60% TT
4 Aisyahfira Subiyanto 2 4 3 4 2 15 75% T
Aurelia Khanza
5 3 1 4 3 2 13 65% TT
Azzahra
6 Azzahra Kanaya Izzaty 1 4 2 3 2 12 60% TT
Chelvin Maulana Raisa
7 3 3 3 4 2 15 75% T
Ilyas
Danesh Maulana
8 1 3 1 4 2 11 55% TT
Rusydi
9 Derajat Wahyono 2 1 2 3 4 12 60% TT
Elsha Dianita Lisa
10 2 4 4 4 2 16 80% T
Putri
11 Fahri Dirga Satya 2 3 4 2 4 15 75% T
12 Ferry Arman Maulana 1 3 3 3 3 13 65% TT

30
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
13 Fikri Bahresy Salam 3 1 4 2 2 12 60% TT
14 Hayfa Aretha Zizi 3 2 4 4 2 15 75% T
15 Khairon Hafiz 2 1 4 2 4 13 65% TT
Khofifah Dwi
16 3 3 3 4 2 15 75% T
Indarwati
Kinanthi Victory
17 3 4 4 2 3 16 80% T
Yulianto
18 Maiza Azkadina 1 4 3 2 1 11 55% TT
19 M. Dzaki Rizki Afandi 2 4 4 2 3 15 75% T
20 Muhammad Al Hafizhi 1 4 1 2 2 10 50% TT
Muhammad Arizki
21 4 3 2 2 4 15 75% T
Febriansyah
Muhammad Lintang
22 4 4 2 3 3 16 80% T
Putrayanto
23 Nuri Tryas Hidayat 4 3 3 3 2 15 75% T
24 Prissa Rahma Qonitah 2 4 1 2 1 10 50% TT
Raina Apta Ramaniya
25 2 1 4 2 4 13 65% TT
Budi Utomo
Rangga Albryan
26 2 4 3 4 2 15 75% T
Wicaksono
Revalina Laudya
27 2 2 4 3 4 15 75% T
Noura
28 Richta Aaqilah Zahraa 2 3 4 4 2 15 75% T
Viola Javeline
29 2 1 4 2 2 11 55% TT
Florencia Putri
Zaskia Marwah Islami
30 2 4 4 4 2 16 80% T
Mahardika
Zhafran Aryasatya
31 2 3 4 2 4 15 75% T
Wibisono
Zinedine Sabrie
32 1 3 3 3 3 13 65% TT
Oetomo
Rata-rata 2,30 2,88 3,30 2,80 2,58 13,85 69%

Persentase didapatkan dari rumus :


P = ∑X x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu.
∑X = Jumlah nilai perolehan siswa.
N = Jumlah nilai maksimal perolehan siswa.
Tabel tersebut di atas telah dihitung dengan menggunakan MS Office Excel 2013.

Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus I rata-rata nilai

Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik

siswa adalah 13,85 atau 69%. Hal ini bila diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi

dengan rata-rata 2,77 dari rata-rata skor 13,85 maka termasuk ke dalam kategori cukup.

31
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal didapatkan dari rumus :

P = ∑n x 100%
N

P = 19 x 100%
32
P = 59%

Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang tuntas.
N = Jumlah siswa seluruhnya.
Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal pada siklus I
sebesar 59% dengan kategori cukup.

Penilaian observer tentang Aktivitas Guru pada Siklus II termasuk dalam kategori

sangat baik. Hal ini terlihat pada tahap pembelajaran kegiatan awal. Hal ini dipengaruhi oleh

kepandaian guru dalam memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti guru telah berhasil

melakukan improvisasi pada langkah-langkah penyelesaian. Maka dari tinjauan ini, observer

menyimpulkan bahwa pada tahap kegiatan Siklus II secara global berjalan dengan lancar.

Adapun rekapitulasi nilai pada Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik dan jumlah ketuntasan siswa (yang memiliki nilai ≥

3 / 75% pada sub indikator) pada siklus II adalah sebagai berikut :

Tabel 4.3.

Rekapitulasi Nilai Post-Test Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia Siswa

Kelas 1-C pada Pembelajaran Mata Pelajaran Tematik Siklus II

Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
1 Achmad Firmansyah 4 3 4 3 3 17 85% T
Adelia Zivana Mazaya
2 2 4 4 3 2 15 75% T
Putri
3 Ahmad Zakaria 3 3 4 2 3 15 75% T
4 Aisyahfira Subiyanto 2 4 3 4 2 15 75% T
Aurelia Khanza
5 3 1 4 4 3 15 75% T
Azzahra
6 Azzahra Kanaya Izzaty 2 4 2 4 3 15 75% T
Chelvin Maulana Raisa
7 3 3 3 4 3 16 80% T
Ilyas
Danesh Maulana
8 1 3 1 4 3 12 60% TT
Rusydi

32
Indikator Kemampuan
Berbicara Dengan Kosakata
Bahasa Indonesia pada Mata Keterangan
No Nama Siswa Skor %
Pelajaran Tematik (T/TT)
1 2 3 4 5
9 Derajat Wahyono 2 1 2 4 4 13 65% TT
10 Elsha Dianita Lisa Putri 2 4 4 4 2 16 80% T
11 Fahri Dirga Satya 2 3 4 3 4 16 80% T
12 Ferry Arman Maulana 1 3 4 4 4 16 80% T
13 Fikri Bahresy Salam 3 2 4 3 3 15 75% T
14 Hayfa Aretha Zizi 3 2 4 4 3 16 80% T
15 Khairon Hafiz 2 1 4 3 4 14 70% TT
16 Khofifah Dwi Indarwati 3 4 4 4 2 17 85% T
Kinanthi Victory
17 3 4 4 2 3 16 80% T
Yulianto
18 Maiza Azkadina 2 4 4 3 2 15 75% T
19 M. Dzaki Rizki Afandi 2 4 4 2 3 15 75% T
20 Muhammad Al Hafizhi 1 4 1 2 2 10 50% TT
Muhammad Arizki
21 4 4 2 2 4 16 80% T
Febriansyah
Muhammad Lintang
22 4 4 2 3 3 16 80% T
Putrayanto
23 Nuri Tryas Hidayat 4 4 3 3 2 16 80% T
24 Prissa Rahma Qonitah 3 4 1 2 1 11 55% TT
Raina Apta Ramaniya
25 2 2 4 3 4 15 75% T
Budi Utomo
Rangga Albryan
26 2 4 4 4 3 17 85% T
Wicaksono
27 Revalina Laudya Noura 2 2 4 4 4 16 80% T
28 Richta Aaqilah Zahraa 2 3 4 4 3 16 80% T
Viola Javeline Florencia
29 2 2 4 3 4 15 75% T
Putri
Zaskia Marwah Islami
30 2 4 4 4 2 16 80% T
Mahardika
Zhafran Aryasatya
31 2 3 4 3 4 16 80% T
Wibisono
Zinedine Sabrie
32 1 3 4 4 4 16 80% T
Oetomo
Rata-rata 2,45 3,13 3,50 3,23 2,98 15,28 76%
Persentase didapatkan dari rumus :
P = ∑X x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu.
∑X = Jumlah nilai perolehan siswa.
N = Jumlah nilai maksimal perolehan siswa.
Tabel tersebut di atas telah dihitung dengan menggunakan MS Office Excel 2013.
Berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa pada siklus II rata-rata nilai

Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik

siswa adalah 15,28 atau 76%. Hal ini bila diinterpretasikan ke dalam tabel interpretasi

dengan rata-rata 3,05 dari rata-rata skor 15,28 maka termasuk ke dalam kategori baik.

33
Sedangkan persentase ketuntasan klasikal didapatkan dari rumus :

P = ∑n x 100%
N
P = 28 x 100%
32
P = 88%
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang tuntas.
N = Jumlah siswa seluruhnya.
Dari perhitungan di atas maka dapat disimpulkan bahwa ketuntasan klasikal pada siklus
II sebesar 88% dengan kategori sangat baik.

E. Hasil Tindakan

Dengan demikian penerapan model pembelajaran Superitem memiliki efektifitas

untuk meningkatkan nilai autentik Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia pada Mata Pelajaran Tematik siswa. Hal ini terlihat dari tanjakan persentase

Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa dalam Mata Pelajaran

Tematik dari sebelum diterapkan metode pembelajaran ini yang hanya 54% menjadi 69%

pada siklus I dan 76% pada siklus II.

Peningkatan kemampuan sebesar 22% dari dua siklus ini jika ditelusuri lebih dalam

adalah karena adanya faktor motivasi dari dalam diri siswa itu sendiri, apakah mereka mau

menunjukkan seluruh Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia yang

menjadi indikator penelitian sepenuh hati mereka atau tidak. Model dan metode

pembelajaran yang diterapkan hanyalah faktor stimulus untuk memunculkan pembiasaan

pada diri siswa.

Anggapan penulis ini tentu saja masih perlu dibuktikan dengan penelitian tindakan

kelas lanjutan dari penelitian ini tiga atau empat bulan ke depan untuk menilai apakah

pembiasaan dengan penggunaan model dan metode pembelajaran tertentu memiliki

signifikansi yang besar terhadap peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata

Bahasa Indonesia siswa.

34
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan paparan hasil penelitian dan pembahasan, dapat dirumuskan kesimpulan

penelitian sebagai berikut:

1. Ada peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia melalui

penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari

I/276 Surabaya.

2. Peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia melalui

penerapan model pembelajaran Superitem pada siswa kelas 1-C SD Negeri Kendangsari

I/276 Surabaya sebesar 22%.

B. Implikasi

Upaya peningkatan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa Indonesia

melalui penerapan model pembelajaran Superitem dapat dijadikan acuan untuk mengadakan

penelitian selanjutnya dengan sudut permasalahan berbeda atau solusi berbeda dengan

permasalahan serupa. Selain itu juga dapat diimplementasikan sebagai bahan kajian bagi

guru yang memiliki masalah dengan perilaku kurang terpuji siswa, khususnya siswa kelas 1-

C sekolah dasar agar dapat segera tertangani oleh karena adanya unsur terapi dan pembiasaan

dalam model dan metode pembelajaran ini.

Dari hasil kesimpulan maka penulis sampaikan bahwa penerapan model pembelajaran

Superitem ini dapat meningkatkan Kemampuan Berbicara Dengan Kosakata Bahasa

Indonesia siswa dan membutuhkan langkah tindak lanjut dan pembiasaan agar terbentuk

karakter yang baik pada diri siswa agar kelak berguna bagi bangsa, negara dan agamanya.

C. Saran

Beberapa saran penulis utarakan pada akhir laporan penelitian tindakan kelas ini

sebagaimana berikut :

35
1. Agar persepsi negatif siswa terhadap suasana proses belajar mengajar yang menjenuhkan

segera berubah, guru kelas harus kreatif dengan menerapkan berbagai model dan metode

pembelajaran yang PAKEMIP.

2. Guru kelas seyogyanya sering memberi peluang kepada siswanya untuk berkomunikasi

antarteman, guru dan masyarakat sekolah, tentang materi ajar.

3. Orang tua harus turut dilibatkan dalam rangka pembentukan Kemampuan Berbicara

Dengan Kosakata Bahasa Indonesia siswa karena bagaimanapun juga 83% waktu sehari

semalam siswa dihabiskan di luar sekolah yang sepenuhnya adalah tanggung jawab orang

tua.

36
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Sinar Grafika Offset.

Asruri, Djoko. 2000. Penguasaan Kosakata Melalui Pembelajaran Membaca dan Menyimak pada
Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama: Sebuah Eksperimen. Tesis: UNNES.

Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 1990. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai
Pustaka,

Wilson dan Chavarria. 1993. Superitem Test as a Classroom Assessment Toll. Dalam Webb dan
Coxford (ed). Assessment in the Mathematics Classroom 1993 Yearbook. NCTM:
Reston Virginia

37

Anda mungkin juga menyukai