Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL PENILAIAN TINDAKAN KELAS

PENINGKATAN MOTIVASI BELAJAR PESERTA DIDIK


DENGAN METODE BERMAIN PERAN PADA
PEMBELAJARAN PAI KELAS I
SDN 064 KAMPUNG TULU
TAHUN PELAJARAN
2021/2022

Oleh :

SAHARIAH

PENDIDIKAN PROPESI GURU ANGKATAN KE II


UNIVERSITAS IAIN SULTAN AMAI
GORONTALO TAHUN 2022

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya

sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami

mengucapkan terimakasih terhadap bantuan dari pihak yang telah berkontribusi

dengan memberikan sumbangan baik pikiran maupun materinya.

Penulis sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah

pengetahuan dan pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh

lagi agar makalah ini bisa pembaca praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan

dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman

Kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun

dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Galung Tulu, 20 Mei 2022

SAHARIAH

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL....................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................1

A. Latar Belakang Masalah...................................................................................1

B. Identifikasi Masalah.........................................................................................5

C. Batasan Masalah...............................................................................................5

D. Cara Pemecahan Masalah.................................................................................5

E. Tujuan Penelitian...............................................................................................6

F. Kegunaan Penelitian...........................................................................................6

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN......................7

A. Kajian Teori.......................................................................................................7

B. Kerangka Konseptual/Alur Pikir.......................................................................22

C. Hipotesis Tindakan............................................................................................22

BAB III METODE PENELITIAN................................................................19

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian........................................................................23

B. Setting Penelitian..............................................................................................25

C. Sumber Data.....................................................................................................26

D. Teknik Pengumpulan Data................................................................................27

E. Prosedur Penelitian...........................................................................................33

F. Teknik Analisis Data.........................................................................................33

DAFTAR PUSTAKA..................................................................................37

3
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Terwujudnya kondisi pembelajaran peserta didik aktif merupakan

harapan dari semua komponen pendidikan termasuk masyarakat dan para praktisi

dunia pendidikan. Oleh karena itu dalam dalam kegiatan pembelajaran dituntut

suatu strategi pembelajaran yang direncanakan oleh guru dengan mengedepankan

keaktifan peserta didik saat proses belajar mengajar sedang berlangsung. Dengan

proses mengajar yang mengedepankan keaktifan peserta didik diharapkan mampu

meningkatkan motivasi belajar peserta didik sehingga hasil belajar menjadi lebih

maksimal sesuai dengan tujuan pendidikan di sekolah.

Menurut Suparno, peserta didik yang aktif dalam proses pembelajaran

dicirikan oleh dua aktivitas, yaitu aktivitas dalam berfikir (minds-on), dan

aktivitas dalam berbuat (hands-on). Perbuatan nyata peserta didik dalam

pembelajaran merupakan hasil keterlibatan berfikir peserta didik terhadap

kegiatan belajarnya. Dengan demikian proses pembelajaran peserta didik aktif

dalam kegiatan belajar mengajar merupakan suatu kegiatan pembelajaran yang

harus dilaksanakan secara terus menerus dan tidak berhenti. Hal ini dilakukan

apabila interaksi antara guru dan peserta didik terjalin dengan baik. Sebab

menurut Usman, interaksi dan hubungan timbal balik antara Guru dengan

Peserta

4
didik itu merupakan syarat utama bagi berlangsungnya proses belajar

mengajar.

Terdapat opini yang menyatakan bahwa terdapat beberapa

masalah pembelajaran di sekolah yang antara lain adalah:

1. Materi ajar yang tidak bermakna.

2. Belajar hanya berisi ceramah yang membosankan.

3. Guru hanya menyuapi (spoon feeding) siswa dengan pengetahuan yang

bersifat superficial

4. Proses belajar bukan merupakan proses yang menyenangkan tapi malah

menakutkan.

Berdasarkan pada pendapat tersebut, menunjukkan bahwa aktivitas

peserta didik dalam proses belajar mengajar sangatlah diperlukan. Namun yang

lebih penting lagi dalam meningkatkan aktivitas peserta didik tersebut ialah

kemampuan Guru dalam merencanakan suatu kegiatan belajar mengajar sehingga

dengan rencana tersebut peserta didik dapat beraktivitas dalam proses belajar

mengajar hingga dicapai tujuan pembelajaran.

Dalam pengalaman penulis, masih sering menjumpai beberapa sekolah

yang terdapat guru-guru yang masih menerapkan pendekatan konvensional dalam

pembelajaran. Pembelajaran yang diselenggarakan banyak menggunakan metode-

metode cenderung monoton dan membosankan, seperti metode ceramah.

5
Dampak dari penggunaan pendekatan yang tidak produktif dan tidak

menarik berdampak pada rendahnya motivasi dan minat belajar siswa yang pada

akhirnya menghasilkan prestasi belajar siswa rendah. Hal ini dibuktikan oleh

adanya data hasil belajar siswa kelas SDN 064 Kampung Tulu yang mencapai

ketuntasan belajar di bawah rata-rata, yakni 70.

Untuk meningkatkan prestasi belajar siswa di atas, dipandang perlu

menggunakan pendekatan lain sebagai solusi. Di antara pendekatan yang

memungkinkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa adalah Metode

Pendekatan Berbasis Aktivitas. Pendekatan ini memiliki kemampuan untuk

mendorong siswa lebih aktif dalam kegiatan pembelajaran yang pada

gilirannya dapat meningkatkan prestasi belajar siswa. Pandangan ini di

dasarkan pada sejumlah kelebihan yang dimiliki oleh pendekatan tersebut.

Berbagai kelebihan Kelebihan Penggunaan Metode Pembelajaran

Yang Berbasis pada Aktivitas Peserta didik, yakni:

a. Membantu peserta didik untuk memperbaiki dan meningkatkan keterampilan-

keterampilan dan proses-proses kognitif. Usaha penemuan merupakan kunci

dalam proses ini, seseorang tergantung bagaimana cara belajarnya.

b. Pengetahuan yang diperoleh melalui strategi ini sangat pribadi dan ampuh

karena menguatkan pengertian, ingatan dan transfer.

c. Menimbulkan rasa senang pada siswa, karena tumbuhnya rasa menyelidiki dan

berhasil.

6
d. Strategi ini memungkinkan siswa berkembang dengan cepat dan sesuai dengan

kecepatannya sendiri.

e. Menyebabkan siswa mengarahkan kegiatan belajarnya sendiri dengan

melibatkan akalnya dan motivasi sendiri.

f. Strategi ini dapat membantu siswa memperkuat konsep dirinya, karena

memperoleh kepercayaan bekerja sama dengan yang lainnya.

g. Berpusat pada siswa dan guru berperan sama-sama aktif mengeluarkan

gagasan-gagasan. Bahkan gurupun dapat bertindak sebagai siswa, dan sebagai

peneliti di dalam situasi diskusi.

h. Membantu peserta didik menghilangkan skeptisme (keragu-raguan) karena

mengarah pada kebenaran yang final dan tertentu atau pasti.

i. Siswa akan mengerti konsep dasar dan ide-ide lebih baik.

j. Membantu dan mengembangkan ingatan dan transfer kepada situasi proses

belajar yang baru.

k. Mendorong siswa berpikir dan bekerja atas inisiatif sendiri.

l. Mendorong siswa berpikir intuisi dan merumuskan hipotesis sendiri.

m. Memberikan keputusan yang bersifat intrinsik.

n. Situasi proses belajar menjadi lebih terangsang.

o. Proses belajar meliputi sesama aspeknya siswa menuju pada pembentukan

manusia seutuhnya.

p. Meningkatkan tingkat penghargaan pada siswa.

q. Kemungkinan siswa belajar dengan memanfaatkan berbagai jenis sumber

belajar.

7
r. Dapat mengembangkan bakat dan kecakapan individu.

Berdasarkan pemikiran di atas, Penulis menganggap penting untuk

melakukan penelitian lebih jauh tentang penerapan Peningkatan Motivasi Belajar

Peserta Didik Dengan Metode Bermain Peran Pada Pembelajaran PAI Kelas I

SDN 064 Kampung Tulu Tahun Pelajaran 2021/2022

B. Identifikasi Masalah

Merujuk pada latar belakang di atas, dimungkinkan yang menjadi

penyebab redahnya motivasi belajar siswa adalah penggunaan model

konvensional dan atau model yang kurang tepat dalam pembelajaran PAI di

sekolah. Oleh karena itu, perubahan penggunaan metode dalam pembelajaran

tersebut mutlak dibutuhkan. Sebagai metode alternatif yang dipandang efektif

untuk mencapai tujuan pembelajaran PAI adalah Metode Bermain Peran

C. Batasan Masalah

Berdasarkan identifikasi masalah tersebut di atas terdapat sejumlah factor

yang dapat meningkatkan motivasi belajar. Dalam penelitian ini akan dibatasi

pada metode Bermain Peran dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik

dalam pembelajaran PAI.

D. Cara Pemecahan Masalah


Berdasarkan hasil refleksi peneliti terhadap permasalahan dalam
8
pembelajaran PAI pada peserta didik SDN 064 Kampung Tulu disimpulkan

bahwa terdapat permasalahan yaitu redahnya motivasi belajar siswa. Berpijak

pada permasalahan yang terjadi tersebut adalah dengan penerapan metode

Bermain Peran dalam meningkatkan motivasi belajar peserta didik. Metode

Bermain Peran dipilih untuk memecahkan masalah tersebut, karena metode

tersebut telah terbukti keunggulanya dalam meningkatkan motivasi belajar peserta

didik.

E. Tujuan Penenelitian

Adapun tujuan dari penelitian tindakan kelas ini adalah untuk

mengetahui penerapan Metode Bermain Peran untuk meningkatkan Motivasi

Belajar Peserta Didik Pada Pembelajaran PAI Kelas I SDN 064 Kampung Tulu.

F. Kegunaan Penelitian

Penulis berharap dari hasil penelitian ini, dapat didapat manfaat sebagai

berikut:

1. Bagi siswa

a. Meningkatkan motivasi peserta didik dalam memahami materi yang

dipelajari dalam Pendidikan Agaman Islam dan Budi Pekerti Pembelajaran

PAI Kelas I.

9
b. Dengan penerapan model ini diharapkan mampu memotivasi peserta didik

lebih aktif dalam proses pembelajaran Pendidikan Agama Islam dan Budi

Pekerti Pembelajaran PAI Kelas I.

c. Dapat meningkatkan prestasi belajar siswa dari yang sebelumnya.

2. Bagi guru

a. Dapat memacu para guru untuk senantiasa meningkatkan kualitas proses

pembelajaran.

b. Membuat para guru untuk senantiasa mencipatakan suasana belajar yang

aktif, kreatif, dan menyenangkan.

c. Dapat menjadi referensi sekaligus solusi bagi para guru yang sedang

mengalami permasalahan dalam proses pembelajaran.

3. Bagi sekolah

Dapat memajukan dan meningkatkan prestasi dan mutu sekolah. Serta

dapat menjadi bahan informasi dan sumbangan pemikiran yang dapat dijadikan

bahan perbandingan atau acuan bagi sekolah atau lembaga- lembaga lain dalam

mengembangkan segala hal yang berkaitan dengan pendidikan khususnya dalam

pengajaran dan keguruan.

10
BAB II

KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN

A. Kajian Teori

1. Motivsi Belajar

a. Pengertian Motivasi Belajar

Dalam buku psikologi pendidikan Drs. M. Dalyono memaparkan bahwa

“motivasi adalah daya penggerak/pendorong untuk melakukan sesuatu pekerjaan,

yang bisa berasal dari dalam diri dan juga dari luar”.

Dalam bukunya Ngalim Purwanto, Sartain mengatakan bahwa motivasi

adalah suatu pernyataan yang kompleks di dalam suatu organisme yang

mengarahkan tingkah laku terhadap suatu tujuan (goal) atau perangsang

(incentive). Tujuan adalah yang membatasi/menentukan tingkah laku organisme

itu.

Dengan demikian motivasi dalam proses pembelajaran sangat dibutuhkan

untuk terjadinya percepatan dalam mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran

secara khusus. Belajar dalam arti luas dapat diartikan sebagai suatu proses yang

memungkinkan timbulnya atau berubahnya suatu tingkah laku sebagai hasil dari

terbentuknya respon utama, dengan sarat bahwa perubahan atau munculnya

tingkah laku baru itu bukan disebabkan oleh adanya kematangan atau oleh adanya

perubahan sementara oleh suatu hal.

Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa motivasi belajar pada

dasarnya ada dua yaitu: motivasi yang datang sendiri dan motivasi yang

11
ada karena adanya rangsangan dari luar. Kedua bentuk motivasi belajar ini sangat

berpengaruh terhadap prestasi belajar. Setiap motivasi itu bertalian erat hubungan

dengan tujuan atau suatu cita-cita, maka makin tinggi harga suatu tujuan itu, maka

makin kuat motivasi seseorang untuk mencapai tujuan.

b. Jenis-Jenis Motivasi Belajar

Berdasarkan pengertian dan analisis tentang motivasi yang telah dibahas

diatas maka pada pokoknya motivasi dapat dibagi menjadi dua jenis yaitu: (a)

motivasi intrinsik dan (b) motivasi ekstrinsik. Motivasi intrinsik adalah motivasi

yang tercangkup di dalam situasi belajar mengajar serta memenuhi kebutuhan dan

tujuan-tujuan para murid. Motivasi seperti ini juga sering disbut dengan motivasi

murni yakni motivasi yang sebenarnya timbul dari dalam diri peserta didik

sendiri, seperti keinginan untuk mendapat keterampilan tertentu, keinginan untuk

memperoleh informai, keinginan untuk diterima oleh orang lain dan lain

sebagainya.

Jadi, motivasi ini timbul murni dari dalam (intern) tanpa pengaruh dari

luar (ekstern), maka motivasi intrinnsik adalah motivasi yang muncul dari dalam

diri peserta didik dan sangat berguna dalam situasi belajar mengajar yang

funsional. Dalam hal ini hadiah, pujian ataupun sejenisnya tidak diperlukan oleh

karena tidak akan menyebabkan peserta didik bekerja atau belajar untuk

mendapatkan hadiah ataupun pujian yang dimaksud, sebagaimana yang dikatakan

Emerson: The reward of a thing well done is to have done it.

12
c. Prinsip-prinsip Motivasi Belajar

Ada beberapa prninsip-prinsip motivasi belajar yakni.

1) Pujian lebih efektif dari pada hukuman

Hukuman bersifat menghentikan suatu perbuatan, sedangkan pujian

bersifat menghargai apa yang telah dilakukan. Karena itu pujian lebih besar

nilainya bagi motivasi belajar peserta didik.

2) Kebutuhan psikologis

Semua peserta didik mempunyai kebutuhan-kebutuhan psikologis (yang

bersifat mendasar) tertentu yang harus mendapatkan kepuasan. Kebutuhan-

kebutuhan ini dinyatakan dalam bentuk diri yang berbeda-beda. Peserta didik

yang dapat memenuhi dirinya secara efektif melalui kegiatan- kegiatan belajar dan

hanya memerlukan sedikit bantuan di dalam memotivasi dan disiplin.

3) Prinsip intrinsik

Motivasi yang berasal dari dalam diri individu lebih efektif dari pada

motivasi yang berasal dari luar individu yang sifatnya dipaksakan. Ini disebabkan

karena kepuasan yang diperoleh oleh individu itu sesuai dengan ukuran yang ada

dalam diri peserta didik sendiri.

4) Prinsip pemantapan.

Perbuatan belajar yang diharapkan bisa menuai hasil dan dapat dilihat

maka perlu diulang beberapa saat setelah menyampaikan materi yang telah

disampaikan sehingga hasilnya tetap mantap dan pemantapan itu perlu dilakukan

dalam setiap tingkatan pengalaman belajar.

13
5) Prinsip minat

Motivasi itu mudah menjalar dan menyebar terhadap orang lain, Guru

yang berminat tinggi dan antusias akan menghasilkan peserta didik yang berminat

tinggi dan antusias pula, sehingga peserta didik yang antusias akan mendorong

motivasi peserta didik lainnya.

6) Prinsip pemahaman

Pemahaman nyang jelas terhadap tujuan-tujuan itu akan merangsang

motivasi. Jadi, apabila seseorang telah menyadari tujuan yang hendak dicapai

maka perbiatannya kearah itu akan lebih besar daya dorongnya.

7) Prinsip beban

Tugas-tugas yang dibebankan oleh diri sendiri akan menimbulkan minat

yang lebih besar untuk mengerjakan dari pada tugas itu dipaksakan oleh guru,

apabila peserta didik diberikan kesempatan menemukan masalahnya sendiri dan

memecahkannya sendiri maka akan berkembang motivasi dan disiplin yang lebih

baik pada dirinya.

8) Prinsip external reward

Puji-pujian yang datangnya dari luar(external reward) kadang- kadang

diperlukan dan cukup efektif untuk merangsang minat yang sebenarnya.Berkat

dorongan oranglain, misalnya untuk mewmperoleh angka yang tinggi maka akan

berusaha lebih giat karna minatnya akan lebih besar.

14
9) Prinsif kreativitas

Motivasi yang besar dan erat hubungannya dengan kreativitas peserta

didik. Dengan teknik mengajar tertentu, maka motivasi peserta didik dapat

diajukan kepada kegiatan-kegiatan kreatif. Motivasi yang telah dimiliki oleh

peserta didik apabila diberi semacam penghalang seperti ada ujian mendadak,

peraturan-peraturan sekolah dan lain-lain. Maka, kegiatan kreatif akan timbul

sehingga akan lolos dari penghalang-penghalangnya.

Prinsip-prinsip tersebut dapat digunakan oleh pendidik dalam upaya

peningkatan motivasi peserta didik dalam mengikuti kegiatan belajar mengajar,

sehingga didapatkan hasil dan prestasi yang optimal. Diantanya yaitu sebagai

berikut:

a) Kebermaknaan

Pelajaran akan menjadi lebih bermakna bagi peserta didik jika seorang

Guru berusaha menghubungkannya dengan pengalaman masa lampau atau dengan

pengalaman-pengalaman yang mereka miliki sebelumnya. Sesuatu yang menarik

minat dan nilai-nilai tinggi bagi peserta didik berarti bermakna bagi mereka. Oleh

sebab itu guru hendaknya berusaha menyesuaikan pelajaran dengan minat para

peserta didiknya, dengan cara memberikan kesempatan kepada para peserta didik

untuk berperan serta memilih.

b) Modeling (keteladanan)

Peserta didik akan suka memperoleh tingkah laku baru bila dilaksanakan

dan ditirunya, pelajaran akan lebih mudah dihayati dan

15
diterapkan oleh peserta didik jika guru mengajar dalam bentuk tingkah laku model

(keteladanan), bukan hanya dengan cara berceramah atau bercerita secara lisan.

Dengan mode tingkah laku itu, peserta didik dapat mengamati dan menirukan apa

yang diinginkan oleh guru.

c) Komunikasi terbuka

Peserta didik akan lebih suka belajar bila penyajiannya terstruktural

sehingga pesa-pesan guru lebih terbuka dengan pengamatan peserta didiknya.

d) Prasyarat

Apa yang telah dipelajari peserta didik sebelumnya mungkin merupakan

faktor penting yang dapat menentukan keberhasilan peserta didik dalam belajar.

Oleh karena itu hendaknya guru berusaha mengetahui atau mengenali prasyarat-

prasyarat yang telah mereka miliki, yakni: peserta didik yang berada dalam

kelompok yang berprasyarat akan mudah mengamati hubungan antara

pengetahuan yang sederhana yang telah dimiliki dengan pengetahuan yang

kompleks yang akan dipelajari.

e) Novelty

Peserta didik akan lebih senang belajar bila pengetahuan dan

pengalamannya di tarik dengan penyajian-penyajian yang baru (novelty) atau

masih asing.

f) Latihan / praktek yang aktif dan bermanfaat

16
Latihan ataupun praktek secara aktif bararti peserta didik mengerjakan

sendiri apa yang dipelajari, bukan mendengarkan ceramah atau menulis pada buku

yang ditugaskan oleh gurunya.

g) Latihan terbagi

Peserta didik lebih senang belajar jika latihan dibagi-bagi berdasarkan

jumlah kurun waktu yang pendek. Latihan yang demikian akan meningkatkan

motivasi peserta didik dalam belajar dibandingkan dengan latihan yang dilakukan

sekaligus dalam jangka waktu yang panjang.

h) Kurangi secara sitematik cara belajar paksaan

Peserta didik perlu diberikan paksaan atau pemompaan semangat

motivasi. Akan tetapi bagi peserta didik yang sudah mulai menguasai pelajaran,

maka secara sistematik pemompaan itu dikurangi dan akhirnya peserta didik dapat

belajar mandiri.

i) Kondisi yang menyenangkan

Peserta didik akan lebih senag melanjutkan belajarnya jika kondisi

belajar mengajarnya menyenangkan dan menarik hatinya.

d. Cara mengaktifkan motivasi belajar peserta didik

Guna dapat menggunakan berbagai cara untuk menggerakkan atau

membangkitkan motivasi belajar peserta didik, diperlukan sebagai berikut :

1) Memberi angka

Umumnya peserta didik ingin mengetahui hasil pekerjaannya yakni

berupa angka yang diberikan oleh guru, peserta didik yang mendapat angka

17
(nilai) baik itu akan menambah motivasi belajarnya sebaliknya peserta didik yang

mendapat angka kurang baik akan terjadi dua kemungkinan yakni peserta didik itu

frustasi ataupun akan menjadi pendorong motivasi agar belajar lebih baik.

2) Pujian

Peserta didik yang mendapat pujian dari gurunya akan merasa puas,

senang dan merasa diperhatikan sehingga akan menambah motivasinya untuk

belajar. Contoh pujian yang sederhana antara lain: bagus nak, pintar nak,

membenarkannya walaupun keliru jawaban si anak dengan kata-kata “benar” dan

lain sebagainya.

3) Memberikan hadiah

Cara ini dapat juga dilakukan oleh guru dalam batas-batas tertentu,

misalnya pemberian hadiah hasil belajar pada akhir tahun kepada para peserta

didik yang mendapat atau menunjukkan hasil belajar yang baik, memberikan

hadiah bagi para pemenang sayembara atau pertandingan olah raga.

4) Kerja Kelompok

Dalam kerja kelompok dimana peserta didik melakukan kerjasama dalam

belajar dan setiap anggaota kelompok turut mendukung kelompoknya. Demi nama

baik kelompok itu menjadi pendorong yang kuat dalam perbuatan belajar.

5) Persaingan

18
Persaingan secara individu maupun secara kelompok akan memberikan

motif-motif sosial bagi peserta didik. Hanya saja persaingan individu akan

memberikan pengaruh yang tidak baik, seperti : rusaknya hubungan persahabatan,

perkelahian, pertentangan, persaingan antar kelompok belajar.

6) Tujuan dan level of aspiration

Dalam keluarga atau pendidikan informal sangat berpengaruh besar

untuk mendorong kegiatan peserta didik.

7) Sarkames

Dalam batas-batas tertentu sarkames dapat mendorong kegiatan belajar

demi nama baiknya, tapi pihak lain dapat sebaliknya, sehingga memungkinkan

timbulnya konflik antara peserta didik dan garu.

8) Penilaian

Penilaian secara berkesinambungan akan memotivasi peserta didik untuk

belajar, karena setiap anak cendrung ingin dapat nilai yang baik, disamping itu

peserta didik selalu mendapat tantangan dan masalah yang harus dihadapi dan

dipecahkan sehingga mendorongnya belajar lebih teliti dan saksama.

9) Karya wisata atau ekskursi

Cara ini akan menimbulkan mmotivasi belajar, karena dalam kegiatan ini

akan mendapat pengalaman langsung dan bermakna baginya, selain karena obyek

yang dikunjungi menarik, bebas, lepas dari keterikatan ruang kelas juga besar

manfaatnya untuk menghilangkan kepengatan yang

19
ada, sehingga kegiatan belajar mengajar menjadi lebih menyenangkan bagi peserta didik.

10) Film pendidikan (balajr melalui visual)

Setiap orang pasti senang menonton film lebih-lebih filmnya menarik,

namun disini yang dimaksud film viksi ilmiah, gambaran dan isi cerita yang

menarik akan menarik perhatian peserta didik, para peserta didik akan mendapat

pengalaman baru yang merupakan suatu unit cerita yang bermakna.

11) Belajar melalui audio

Mendengar radio lebih diperhatikan dari pada mendengan ceramah guru,

kendatipun demikian radio tidak mungkin dapat menggantikan posisi guru dalam

mengajar. Masih banyak cara untuk membangkitkan motivasi peserta didiknya,

namun yang lebih penting ialah motivasi yang timbul dari diri peserta didik

seperti dorongan kebutuhan, kesadaran dan pribadi guru sendiri merupakan

contoh yang dapat meransang motivasi mereka.

2. Metode Pembagian Tugas

Djamarah (2006) menyatakan bahwa metode pembagian tugas adalah

metode penyajian bahan dimana guru memberikan tugas tertentu agar peserta

didik melakukan kegiatan belajar. Sudjana (2005) mengemukakkan bahwa tugas

dan resitasi tidak sama dengan pekerjaan rumah, tetapi jauh lebih luas dari itu.

Tugas bisa dilaksanakan di rumah, di sekolah, di perpustakaan, dan di tempat

lainnya. Tugas dan resitasi merasang anak untuk aktif belajar baik secara

individu maupun secara

20
berkelompok. Oleh karena itu tugas dapat diberikan secara individu maupun

secara kelompok. Teknik Bermain Peran biasanya digunakan dengan tujuan agar

siswa termotivasi lebih giat belajar dan siswa memiliki hasil belajar yang lebih

mantap karena siswa melakukan latihan selama melakukan tugas, sehingga

pengalaman siswa dalam mempelajari sesuatu dapat lebih terintegrasi. Hal ini terjadi

disebabkan siswa mendalami situasi atau pengalaman yang berbeda waktu

menghadapi masalah-masalah baru.

Sudjana (2005) menyatakan beberapa Langkah-langkah dalam melaksanakan

metode Bermain Peran yaitu :

1. Fase Bermain Peran, tugas yang diberikan kepada siswa hendaknya

mempertimbangkan :

a. Tujuan yang akan dicapai

b. Jenis tugas yang jelas dan tepat sehingga anak mengerti apa yang

ditugaskan tersebut

c. Sesuai dengan kemampuan siswa

d. Ada petunjuk / sumber yang dapat membantu pekerjaan siswa

2. Langkah pelaksanaan tugas

a. diberikan pengawasan dan bimbingan oleh guru

b. diberikan dorongan sihingga siswa mau bekerja

c. diusahakan / dikerjakan oleh siswa sendiri tidak menyuruh orang lain

d. dianjurkan siswa agar mencatat hasil-hasil yang ia peroleh dengan baik

dan sistematis

3. Fase mempertanggungjawabkan tugas

21
a. laporan siswa baik lisan / tulisan dari apa yang telah dikerjakannya

b. ada tanya jawab / diskusi di kelas

c. penilaian hasil pekerjaan siswa baik dengan tes maupun nontes atau cara

lainnya.

B. Kerangka Berfikir

Metode pembelajaran yang menarik dapat membangun minat dan

motivasi belajar peserta didik. Belajar PAI di SDN 064 Kampung Tulu

membutuhkan kondisi dan minat belajar yang tinggi dari setiap peserta didik

sebagai prasyarat untuk mendapatkan hasil belajar yang memuaskan. Metode

Bermain Peran dipandang memiliki kemampuan mendorong peserta didik

mendapatkan hasil belajar yang maksimal.

C. Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian tidakan kelas ini adalah dengan penerapan

metode pembagian tugas dapat meningkatkan motivasi belajar PAI Kelas I SDN

064 Kampung Tulu

22
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Pendekatan Penelitian

Jenis penelitian adalah Kuantitatif dengan pendekatan eksplanatori.

B. Setting Penelitian

Penelitian yang akan dilakukan berbentuk Penelitian Tindakan Kelas,

untuk itu peneliti mempersiapkan setting penelitian berupa

Keterangan lokasi penelitian, waktu penelitian, sarana dan prasarana, kondisi

Guru dan Siswa, serta gambaran umum sekolah penelitian.

Berikut penjelasan lebih rinci mengenai setting penelitian diantaranya:

1. Tempat Penelitian Lokasi penelitian yaitu di SDN 064 Kampung Tulu

Kecamatan Balanipa Kabupaten Polewali Mandar

2. Kondisi Guru Tenaga Guru terdapat 12 orang yang secara keseluruhan sudah

berpendidikan S1, tetapi baru 4 orang yang sudah lulus sertifikasi 6 orang

pegawai negri sipil (PNS) dan 6 orang guru bantu.

3. Kondisi Jumlah siswa keseluruhan sebanyak 33 orang,

C. Sumber Data

Sumber data merupakan subjek dari mana data dapat diperoleh.6 Sumber

data penelitian ini adalah sumber data primer dan sekunder. Sumber data primer

yaitu informan (orang) yang dapat memberikan informasi tentang data penelitian.

Informan dalam penelitian ini adalah siswa Kelas I SDN 064 Kampung Tulu yang

terdiri dari 16 siswa perempuan dan 17 siswa laki-laki. Hal ini menjadi

pertimbangan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan siswa dalam

pembelajaran yang diberikan dengan diterapkannya penggunaan model

pembelajaran bermain dalam pembelajaran PAI.

23
D. Teknik Pengumpulan Data

Berdasarkan jenis data penelitian di atas maka teknik pengumpulan data

dilakukan dengan dua metode yaitu:

a. Metode angket, yakni metode ini digunakan untuk mendapatkan data motivasi

belajar siswa.

b. Metode observasi, yakni metode ini digunakan untuk mendapatkan data

tentang situasi dan praktik metode bermai peran.

E. Prosedur Penelitian

Prosedur penelitian tindakan kelas terdiri dari empat tahapan, yaitu:

Perencanaan, Tindakan, Observasi, dan refleksi. Pelaksanaan penelitian ini

direncanakan 2 siklus. Adapun skema pelaksanaan tahapannya adalah:

Siklus I (Pra Tindakan)

a. Tahap Perencanaan

1. Merancang skenario pembelajaran dengan membuat RPP sebagai langkah-

langkah pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif

tipe NHT.

2. Menyiapkan potongan-potongan karton kecil berisi angka 1-6 yang akan di

berikan kepada setiap kelompok

24
3. Menyiapkan soal untuk diberikan kepada setiap kelompok dan soal tes setelah

pembelajaran 4. Mempersiapkan lembar observasi siswa dan lembar observasi

guru.

b. Tahap Pelaksanaan

1. Mengajar

Pada tahap ini guru mengajar dengan menggunakan tipe Numbered Head

Together diawali dengan materi globalisasi, penjelasan ini menyangkut

komponen-komponen pembuka dan petunjuk pelaksanaan materi pembelajaran

dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif tipe NHT. 5

2. Tes Pertama

Setelah melakukan pengajaran maka selanjutnya yang dilakukan adalah

melakukan tes pertama yang berbentuk multiple choice kepada siswa secara

individu yang dilaksanakan setengah jam pelajaran yang bertujuan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan dan nilai awal siswa sebelum pelaksanaan.

3. Diskusi kelompok

Pada tahap ini siswa telah dibagi kedalam kelompoknya yang melakukan

kegiatan yang telah ditentukan. Guru membagikan lembar kerja dan guru melihat

keberhasilan siswa dalam sebuah diskusi kelompok tersebut ditandai dengan

tingginya interaksi perbincangan tentang materi pembelajaran antar siswa dalam

sebuah kelompok yang terbentuk dan

25
mengumpulkan pendapat, membuat kesimpulan, jawaban atau menyusun berbagai

alternatif pemikiran masing-masing anggota kelompok.

4. Pembuatan kesimpulan

Dalam pembuatan kesimpulan guru membantu siswa, mengarahkan cara

menyusun laporan yang benar.

5. Tes kedua

Setelah selesai pemaparan hasil kerja kelompok di dalam kelas, guru

melakukan tes kedua untuk mengetahui hasil tes dan membandingkannya dengan

nilai awal pada tes pertama.

6. Penghargaan kelompok

Setelah selesai, guru memberikan hadiah kepada kelompok yang

memiliki skor yang tinggi, dengan cara memberikan penghargaan berupa nilai

tambah atau hadiah lainnya kepada seluruh anggota kelompok. 6

7. Tahap Observasi

Pada waktu melakukan tindakan peneliti melakukan observasi untuk

mengetahui kondisi serta keaktifan para siswa dalam melaksanakan tugas yang

diberikan, untuk mengetahui siswa dalam mngeluarkan pendapat, mengetahui

tingkat pemahaman siswa terhadap materi yang diberikan serta untuk mengetahui

seberapa jauh penerapan siswa yang diberikan serta untuk mengetahui seberapa

jauh penerapan NHT dalam memotivasi siswa dalam belajar dikelas.

26
8. Tahap Refleksi

Kegiatan ini mencoba untuk melihat hasil perkembangan pelaksanaan

dan membuat kesimpulan mengenai kekurangan dan kelebihan selama

pelaksanaan NHT. Hal ini dilakukan dengan mengevaluasi dengan tindakan yang

telah dilakukan, serta menentukan langkahlangkah selanjutnya pada pelaksanaan

siklus II.

Siklus II

a. Tahap perencanaan tindakan

Tahap perencanaan pada siklus I, pada tahap ini peneliti dapat

mengetahui seberapa banyak siswa yang memiliki hasil belajar rendah. Pada tahap

ini peneliti memfokuskan kesulitan yang dialami siswa pada siklus I. pada tahap

ini peneliti menyediakan rancangan pembelajaran sesuai dengan materi, kemudian

sebelum masuk ke materi terlebih dahulu peneliti membuat soal-soal tes hasil

belajar I dan hasil belajar II. Kemudian bagi siswa yang kurang mampu

memahami konsep, peneliti diharapkan mampu menyampaikan materi

pembelajaran lebih jelas lagi dan sistematis, untuk mengatasi kesalahan siswa

dalam soalsoal peneliti memberikan peneliti penjelasan kepada siswa untuk lebih

teliti dan semangat lagi.

b. Tahap Pelaksanaan Tindakan

Pada tahap ini peneliti berusaha untuk sebaik mungkin memberikan

pengarahan dan bimbingan kepada siswa yang diteliti agar seluruh materi yang

diajarkan kepada siswa dapat dinikmati dan benar-benar dapat

27
dipahami oleh siswa. Serta memberikan motivasi agar siswa selalu aktif dalam

menyelesaikan soal yang diberikan.

c. Observasi

Sama halnya pada siklus I, tahapan observasi dilakukan bersamaan

dengan saat pelaksanaan tindakan dilakukan. Pada tahap ini, siswa melakukan

kegiatan atau pun mengerjakan tugas yang diberikan, sehingga keefektifan siswa

dapat terlihat jelas. Kemudian, guru memberikan tes kepada siswa untuk

mengetahui perubahan hasil belajar siswa.

d. Refleksi

Pada tahap ini merupakan kegiatan untuk mencari tahu seberapa besar

tingkat keberhasilan yang dilakukan. Tindakan keberhasilan ditentukan dengan

melihat dari kriteria yang telah ditetapkan sebelumnya. Lebih jelasnya lagi,

pelaksanaan penelitian tindakan kelas dapat dilihat sebagai berikut :

28
SIKLUS I (PRA TINDAKAN)

Perencanaan pra Pelaksanaan pra


tindakan

Pengamatan/
Refleksi pra tindakan

Pengumpulan

Permasalahan Perencanaan Pelaksanaan


hasil refleksi Tindakan Siklus Tindakan Siklus
pra II II

SIKLUS II

Pengamatan/
Refleksi Tindakan Siklus Pengumpulan
II data tindakan
Siklus II

Permasalahan baru
Perencanaa
hasil refleksi n
Tindakan Siklus II Tindakan

Pelaksanaa
n
Tindakan

SIKLUS III

Pengamatan/
Refleksi Tindakan Pengumpulan
Siklus III data tindakan
Siklus III

29
F. Teknik Analisis Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah

sebagaiberikut:

1.Angket

Angket yaitu mengajukan daftar pertanyaan tertulis guna

memperoleh informasi dari siswa tentang tingkat pendidikan orang tuanya

atau hal-hal tentang pribadinya serta hal-hal yang diketahui.

2.Wawancara

Menurut Djam’an Satori & Aan Komariah mengemukakan bahwa

Wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data untuk mendapatkan

30
DAFTAR PUSTAKA

Abuddin Nata, 2001, perspektif islam tentang pola hubungan guru-murid, Jakarta: PT
Raja Grafindo Persada

Arifin, Anwar. 1998.Ilmu Komunikasi Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Raja Grafindo
Persada

Bafadal,. 1994. Proses Perubahan di Sekolah. Disertasi Tidak


Dipublikasikan Program Pascasarjana IKIP Malang.

Budiningsih, A. 2005. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta Bruner

http://www.lifecircles- inc.com (diakses jam 14.00 tgl 14 Oktober 2019)

Bogdan,R.C., 8s Biklen, S. K. 1982. Qualitative Research in Education. Boston: Allyn


& Bacon

Cholid Narbuko, Abu Achmadi, 2015, Metodologi Penelitian,


Jakarta: PT Bumi Aksara

Dalyono. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta

Daryanto, 2011, Penelitian Tindakan Kelas dan Penelitian Tindakan


Sekolah.Yogyakarta: Gava Media

Dimyati, Moedjiono. 1993. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta: Departemen Pendidikan


dan Kebudayaan.

Djamarah Syaiful Bahri. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Jakarta : Rineka Cipta. Dokumen

Guru PAI Kelas III.1 SMPN 1 Praya Timur, Tahun 2019

Guba, E. G., &. Lincoln, Y.S 1981 Effective Evaluation. San Fransisco: Jossey-Bass Publishers.

Hamalik, O.2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Hamalik; O, 2002. Perencanaan Pengajaran Berdasarkan Sistem. Jakarta: PT Bumi


Aksara

Kemendikbud (dalam buku pelatihan guru Implementasi Kuriulum 2013)

Khozin Abu Faqih, 2015, Tangga Kemuliaan Menuju Tawadhu, Jakarta: Al-Itishom
Muhammad Ali, 2002, Guru Dalam Proses Belajar Mengajar, Bandung: Sinar Baru

31
Mulyasa, 2011, Praktik Penelitian Tindakan Kelas, Bandung: PT Remaja Rosdakarya.

Miles, M. B, 8s Hubermen, A.M.1984. Analisis Data Qualitatif Terjemahan oleh


Tjetjep Rohendi Rohidi. Universitas Indonesia, Jakarta.

Moh. Nazir,2005, Metode Penelitian, (Bogor Selatan: Ghalia Indonesia.

32

Anda mungkin juga menyukai