Anda di halaman 1dari 32

PROPOSAL

PENELITIAN TINDAKAN KELAS (PTK)

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED


LEARNING TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR
PAI MATERI BERIMAN KEPADA HARI AKHIR PADA
SISWA KELAS XII MIPA 6 SMA NEGERI 2 BREBES
TAHUN PELAJARAN 2021/2022

Disusun untuk memenuhi tugas Lokakarya PPG dalam Jabatan 2022


LPTK IAIN PONOROGO

Dosen Pengampu: Dra. Hj. ARIES FITRIANI, M.Pd.

disusun Oleh:

MUHROYI, S.Pd.I

PENDIDIKAN PROFESI GURU DALAM


JABATAN LPTK IAIN PONOROGO
DIREKTORAT JENDERAL PENDIDIKAN ISLAM
KEMENTERIAN AGAMA RI
2022
KATA PENGANTAR

Segala puji hanya milik Allah SWT, shalawat dan salam kepada Rasulullah

SAW yang telah membimbing umat manusia melalui lembaga pendidikan terbaik.

Alhamdulillah, Proposal Penelitian Tindakan Kelas (PTK) yang berjudul:

“PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING

TERHADAP PENINGKATAN HASIL BELAJAR PAI MATERI BERIMAN KEPADA

HARI AKHIR PADA SISWA KELAS XII MIPA 6 SMA NEGERI 2 BREBES TAHUN

PELAJARAN 2021/2022 " dapat diselesaikan sesuai yang diharapkan. Oleh karena itu,

sudah sepantasnya kami mengucapakan terima kasih kepada :

1. Dr. H. Moh. Munir, Lc., M.Ag, selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan

/ Ketua LPTK IAIN Ponorogo yang telah memberikan ijin serta dukungan secara

moral maupun materiil dalam penyelenggaraan PPG Dalam Jabatan 2022.

2. H. Mukhlison Effendi, M.Ag., selaku Ketua Program Studi PPG di FTIK IAIN

Jember yang telah memberikan layanan dan fasilitas dalam menempuh kegiatan

PPG Dalam Jabatan 2022 ini.

3. Dra. Hj. Aries Fitriani, M.Pd. selaku dosen pengampu Lokakarya Penelitian

Tindakan Kelas yang telah banyak memberikan bimbingan, saran dan motivasi

dalam penyusunan Proposal PTK ini.

4. Bpk. Drs. Muhammad Royani, M.Pd. selaku Kepala SMA Negeri 2 Brebes

5. Seluruh tim panitia penyelenggaraan PPG Dalam Jabatan 2022 yang telah

memfasilitasi dan mendampingi rangkaian kegiatan dengan sabar.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan proposal ini masih belum sempurna

dan masih banyak kekurangan. Oleh karena itu, kritik dan saran yang konstruktif sangat

kami harapkan demi kesempurnaan proposal kami. Penulis berharap mudah-mudahan

penelitian ini bermanfaat bagi semua pihak terkait.

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ....................................................................................


KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................
A. Latar Belakang Masalah……………..................................................
B. Rumusan Masalah ................................................................................
C. Cara Pemecahan Masalah…………………………………………….
D. Tujuan Penelitian..................................................................................
E. Manfaat Penelitian...............................................................................
F. Definisi Istilah......................................................................................
BAB II KAJIAN PUSTAKA ...........................................................................
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning……………………….
B. Kajian Terdahulu.................................................................................
C. Kajian Teori………………………………………………………….
D. Hipotesis Tindakan…………………………………………………..
BAB III METODE PENELITIAN...................................................................
A. Rancangan Penelitian …………...........................................................
B. Lokasi, Waktu, dan Subyek Penelitian ................................................
C. Prosedur Penelitian...............................................................................
D. Pengumpulan Data...............................................................................
E. Instrumen Penelitian ............................................................................
F. Analisis Data........................................................................................
G. Indikator Keberhasilan .........................................................................
H. Sistem Penulisan....................................................................................
I. Tim Peneliti..........................................................................................

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................


LAMPIRAN-LAMPIRAN
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan Agama Islam menjadi salah satu mata pelajaran wajib bagi

seluruh sekolah yang ada di Indonesia. Pendidikan Agama Islam dalam sistem

pendidikan nasional memiliki peran yang sangat penting karena melalui mata

pelajaran Pendidikan Agam Islam inilah siswa dapat mengetahui agama Islam lebih

jauh. Karena memiliki peran penting, maka dari itu perlu dilakukan inovasi dalam

pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat berperan aktif dalam proses belajar

mengajar di mana siswa akan merasa senang dan tidak merasa bosan dalam

penyampaian materi pembelajaran secara maksimal dan siswa dapat memahami

materi yang diberikan.

Metode pembelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang selama ini

digunakan adalah metode ceramah sehingga siswa belajar terbatas hanya

mendengarkan keterangan guru, untuk kemudian dihafalkan dan diungkapkan pada

saat ujian semata. Siswa tidak mencoba memahami materi yang diajarkan

kemudian mengaitkan dengan kehidupan sehari-hari. Cara belajar seperti ini

bukanlah suatu keberhasilan, meskipun nilai hasil ujian mereka memuaskan.

Apabila seorang siswa hanya mendengarkan apa yang disampaikan gurunya, siswa

akan cenderung menghafal dan yang diketahui hanya lingkup yang dijelaskan saja.

Akibatnya siswa terbelenggu dalam pikirannya dan tidak bisa mengembangkan

solusi ketika menghadapi sebuah permasalahan yang berbeda. Padahal, pemahaman

Islam seharusnya adalah pemahaman yang bukan hanya teori, melainkan juga harus

aplikatif.

Syeikh Khalid bin Abdurrohman menyatakan bahwa “ pendidikan Agama


Islam adalah pendidikan yang istimewa yang mendidik anak-anak dengan
pendidikan keimanan. Pendidikan ini menuju sasaran pada pembagian akal
manusia dan melatihnya untuk berpikir, merenung, memperhatikan,
membahas dan menggali kecerdasan manusia pada puncak kemampuan
akal.” (Syeikh Khalid bin Abdurrahman Al’-Akk, 2006)

Pendapat Syekh Khalid di atas dapat diambil garis besar bahwa pendidikan

Islam adalah pendidikan yang mendidik keimanan dengan melatihnya berpikir

kritis dengan cara merenung, memperhatikan, membahas dan menggali kecerdasan

manusia pada puncak kemampuan akal. Menurut Syekh Khalid bahwa pendidikan

Islam ialah pendidikan yang memaksimalkan akal sehingga melahirkan generasi-

generasi ulil albab. Jadi, pendidikan Islam seharusnya mencetak individu-individu

yang tidak hanya mampu menghafal materi saja, namun juga mampu memahami

dan mampu menyelesaikan masalah.

Pada abad ke-21 ini dengan semakin majunya teknologi pasti diiringi

dengan semakin banyaknya permasalahan-permasalahan yang menuntut untuk

dipecahkan. Namun jika melihat para pemuda abad 21 ditengah kehidupan yang

semakin hedonis, banyak melahirkan genarasi-generasi yang apatis. Generasi yang

hanya memikirkan masalah pribadi tanpa mau memikirkan masalah yang sedang

melanda umat manusia. Begitu pula dalam pembelajaran, banyak siswa yang sulit

ketika dituntut untuk berpikir mengkritisi suatu masalah atau menyelesaikan soal

yang menuntut untuk berpikir kritis.

Kejumudan dalam berpikir ini terjadi akibat siswa tidak terbiasa berpikir

kritis baik dalam pembelajaran ataupun diluar pembelajaran. Padahal banyak

permasalahan yang menuntut untuk segera dipecahkan. Untuk menyelesaikan

sebuah permasalahan seseorang harus memiliki kemampuan berpikir yang tinggi.

(Muslimah, 2017)

Kenyataan dilapangan menunjukkan bahwa peserta didik kurang termotivasi

untuk belajar agama karena proses pembelajaran yang kurang inovasi dan hanya
menggunakan metode pembelajaran yang monoton. Perserta didik kurang tertarik

dan termotovasi untuk aktif dalam kegiatan pembelajaran sehingga materi kurang

dipahami oleh peserta didik.

Untuk menumbuhkan semangat motivasi peserta didik dalam pembelajaran

Pendidikan Agama Islam, harus ada pembelajaran yang aktif, kreatif, menarik dan

tidak membosankan. Peneliti memilih untuk menerapkan metode pembelajaran

Problem Based Learning yaitu cara penyajian pembelajaran dengan memperagakan

atau mempertujukan kepada peserta didik suatu proses, situasi atau benda tertentu

yang sedang dipelajari baik dalam bentuk tiruan maupun sebenarnya yang

dipertunjukan oleh guru atau sumber lain yang ahli dalam proses dalam topik

pembahasan (Mulyani Sumantri dalam Roetiyah 2001: 82)

Fathurrohman P. (2007:98) mengemukakan bahwa tujuan penerapan

metode problem based learning adalah untuk memperjelas pengertian konsep dan

memperlihatkan cara melakukan sesuatu atau proses terjadinya sesuatu seperti :

a. Mengajar siswa tentang suatu tindakan, proeses atau prosedur keterampilan –

keterampilan fisik dan motorik.

b. Mengembangkankemampuan pengamatan pendengaran dan penglihatan para

siswa secara bersama-sama.

c. Mengkonkritkan informasi yang disajikan kepada siswa.

Dengan kata lain, metode pembelajaran Problem Based Learning dapat

membantu siswa dalam mengatasi kesulitan belajar dan pemahaman pelajaran yang

diajarkan oleh guru . Guru merupakan komponen dalam belajar mengajar dan

berinteraksi langsung dengan siswa. Guru mempunyai peranan sangat penting

terhadap terciptanya proses pembelajran yang dapat mengantarkan siswa ketujuan

pembelajaran yang telah ditetapkan. Selama ini dalam pelaksaan pembelajaran di


sekolah masih banyak guru yang mendesain siswa untuk menghafal seperangkat

fakta yang diberikan oleh guru. seolah-olah guru sebagai sumber utama

pengetahuan.

Aktivitas belajar siswa yang rendah seringkali juga menyebabkan

pemahaman dan pengusaan materi pembelajran menjadi berkurang. Jika hal ini

dibiarkan terjadi terus menerus maka tidak bisa dipungkiri akan berpengaruh pada

hasil belajar siswa. Kerana kurangnya aktivitas belajar maka hasil belajar juga

menjadi kurang bahkan bisa menjadi rendah.

Dalam hal ini sebenarnya para guru dituntut untuk memiliki kemampuan

untuk memilih dan mendesain program dan metode mengajar sehingga bisa

diterapkan menjadi system pembelajaran efektif. Pembelajaran yang efektif adalah

pembelajaran yang menyediakan kesempatan belajar sendiri atau melakukan

aktivitas sendiri.

Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan belajar, maka guru

hendaknya merencanakan proses pembelajaran yang menuntut siswa banyak

melakukan aktivitas belajar sehingga mampu dalam mempelajari suatu pelajaran

dan tercermin dari hasil belajarnya. Hasil belajar mempunyai peranan penting

dalam proses pembelajaran.

Salah satu cara untuk membangkitkan aktivitas dan hasil belajar siswa

dalam proses pembelajaran, guru sebagai tenaga pendidik perlu mencari atau

mengganti metode pembelajaran yang tepat untuk itu perlu dipilih metode

pembelajaran yang tepat dan menarik aktivitas siswa.

Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran PAI

proses belajar mengajarnya harus menarik agar siswa termotivasi untuk belajar.

Diperlukan metode pembelajaran interaktif dimana guru yang pada saat ini
menggunakan metode ceramah dan lebih banyak memberikan peran kepada siswa

sebagai subjek belajar, guru mengutamakan proses dari pada hasil. Salah satu cara

adalah dengan menunggunakan pembelajaran Problem Based Learning. Dalam hal

ini siswa dituntut untuk dapat berfikir, memecahkan masalah dan belajar untuk

mengaplikasikan pengetahuan, konsep dan keterampilan kepada peserta didik yang

membutuhkan dan siswa merasa senang untuk menyumbangkan pendapatnya di

dalam pembelajaran PAI.

Dari hasil saat observasi mengajar di kelas XII Mipa 6 SMA 2 Negeri

Brebes diperoleh bahwa rata-rata hasil ulangan PAI masih tergolong rendah karena

rata-rata siswa belum mencapai taraf ketuntasan yaitu kurang dari KBM 75

sehingga masih diperlukan perbaikan. Hasil belajar pada kelas lain cenderung lebih

bagus dari kelas ini. Penulis berpikir ada sesuatu yang menjadi penyebab di kelas

ini sehingga hasil belajarnya masih rendah di bandingkan dengan kelas lain. Oleh

karena itu penulis tertantang meneliti kelas ini agar dapat menemukan masalahnya

dan menemukan solusi terbaik.

Dari pemaparan latar belakang tersebut, penulis tertarik untuk mengadakan

penelitian tindakan kelas yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Problem

Based Learning terhadap Peningkatan Hasil Belajar PAI Materi Beriman Kepada Hari

Akhir pada Siswa Kelas XII Mipa 6 SMA Negeri 2 Brebes Tahun Pelajaran 2021/2022 ”.

B. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas maka rumusan masalah penelitian ini

adalah apakah penerapan metode problem based learning dapat meningkatkan hasil

belajar PAI pada siswa kelas XII mipa 6 SMA Negeri 2 brebes tahun pelajaran

2021/2022
C. Cara Pemecahan Masalah

Proses belajar mengajar menggunakan metode ceramah yang selama ini digunakan,

ternyata memiliki kelemahan sehingga hasil belajar siswa di kelas mipa 6 masih

rendah. Untuk meningkatkan aktivitas dan hasil belajar dalam pembelajaran PAI di

kelas ini adalah dengan menunggunakan pembelajaran Problem Based Learning.

Dalam hal ini siswa dituntut untuk dapat berfikir, memecahkan masalah dan belajar

untuk mengaplikasikan pengetahuan dan keterampilan dalam pembelajaran PAI

D. Tujuan Penelitian

Sesuai dengan permasalahan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengatahui

bahwa metode pembelajara Problem Based Learning dapat meningkatkan hasil

belajar PAI pada siswa kelas XII mipa 6 SMA Negeri 2 brebes tahun pelajaran

2021/2022.

E. Manfaat Penelitian

Penulis mergharapkan dengan hasil penelitian ini dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Guru.

a. Sebagai bahan masukan dan pertimbangan dalam upaya memilih strategi

pembelajaran khususnya metode Problem Based Learning dalam

meningkatkan hasil belajar siswa

b. Meningkatkan kinerja guru dalam proses pembelajaran PAI

c. Dapat menggunakan metode pembelajaran Problem Based Learning dalam

proses belajar mengajar.

2. Bagi siswa

a. Meningkatkan keaktifan siswa dalam mengikuti proses

pembelajaran PAI
b. Meningkatkan prestasi belajar pada mata pelajaran PAI

3. Bagi Sekolah

a. Memberikan masukan kepada sekolah tentang hasil belajar siswa SMA

Negeri 2 brebes khususnya pada pelajaran PAI

b. Tumbuhnya suasana pembelajaran siswa aktif di sekolah

F. Definisi Istilah

Agar mempermudah pemahaman serta untuk menetukan arah yang jelas

dalam menyusun penelitian ini, maka penulis memberikan penegasan maksud dan

penulisan judul sebagai berikut :

1. Metode pembelajaran Problem Based Learning

Sebagaimana yang dikutip oleh Aris Shoimin bahwa Pembelajaran Berbasis

Masalah merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran yang

mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-dasar

pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik dalam

peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak terstruktur

dengan baik. (Aris Shoimin, 2014)

2. Hasil Belajar

Secara umum pengertian hasil belajar adalah perubahan perilaku dan

kemampuan secara keseluruhan yang dimiliki oleh siswa setelah belajar, yang

wujudnya berupa kemampuan kognitif, afektif, dan psikomotor yang

disebabkan oleh pengalaman dan bukan hanya salah satu aspek potensi saja.

Setelah suatu proses belajar berakhir, maka siswa memperoleh suatu hasil

belajar. Hasil belajar mempunyai peranan penting dalam proses pembelajaran.

Hasil belajar digunakan untuk mengetahui sebatas mana siswa dapat memahami
serta mengerti materi tersebut.

Peningkatan hasil belajar adalah kemampuan–kemampuan yang dimiliki

siswa setelah menerima pengalaman belajarnya (Sudjana, 2004:22). Sedangkan

menurut Horwart Kingsley dalam bukunya Sudjana membagi tiga macam hasil

belajar mengajar :(1). Keterampian dan Kebiasaan, (2). Pengetahuan dan

Pengarahan, (3). Sikap dan Cita-cita.


BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Model Pembelajaran Problem Based Learning

1. Pengertian model pembelajaran

Model pembelajaran ialah pola-pola kegiatan tertentu dalam kegiatan

pembelajaran yang merupakan kombinasi yang tersusun dari bagian atau

komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran yang terdiri dari unsur-unsur

manusiawi, material, fasilitas, perlengkapan dan prosedur yang saling

mempengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran. Dengan kata lain model

pembelajaran merupakan kemasan atau bingkai dari penerapan suatu

pendekatan, strategi, metode, dan teknik pembelajaran. (Eneng Muslihah,

2014)

Dari pendapat diatas dapat ditarik garis besar bahwa model pembelajaran

ialah pola-pola kegiatan pembelajaran yang didalamnya tersusun komponen-

komponen yang terdiri dari unsur-unsur manusiawi dan perlengkapan yang

saling memepengaruhi untuk mencapai tujuan pembelajaran.

2. Cirri-ciri Model Pembelajaran

Model pembelajaran memiliki cirri-ciri sebagai berikut:

a. Berdasarkan teori pendidikan dan teori belajar dari para ahli tertentu

sebagai contoh, model penelitian kelompok disusun oleh Herbert Thelen

dan berdasarkan teori John Dewey. Model ini dirancang untuk melatih

partisispasi kelompok secara demokratis.

b. Mempunyai misi atau tujuan pendidikan tertentu, misalnya model berpikir


induktif dirancang untuk mengembangkan proses berpikir induktif.

c. Dapat dijadikan pedoman untuk kegiatan perbaikan kegiatan belajar

mengajar di kelas, misalnya model synetic dirancang untuk memperbaiki

kreativitas dalam pelajaran mengarang.

d. Memiliki bagian-bagian model yang dinamakan:

1) urutan langkah-langkah pembelajaran (syntax),

2) adanya prinsip-prinsip reaksi,

3) sistem social dan

4) sistem pendukung

e. Memiliki dampak sebagai akibat terapan model pembelajaran. Dampak

tersebut meliputi:

1) dampak pembelajaran, yaitu hasil belajar yang dapat diukur;

2) dampak pengiring, yaitu hasil belajar jangka panjang. (Aris Shoimin,

2014)

3)

3. Pengertian Model Pembelajaran Problem Based Learning

Sebagaimana yang dikutip oleh Aris Shoimin bahwa Pembelajaran

Berbasis Masalah merupakan pengembangan kurikulum dan sistem pengajaran

yang mengembangkan secara simultan strategi pemecahan masalah dan dasar-

dasar pengetahuan dan keterampilan dengan menempatkan para peserta didik

dalam peran aktif sebagai pemecah permasalahan sehari-hari yang tidak

terstruktur dengan baik. (Aris Shoimin, 2014)

Sebagaimana juga yang dikutip oleh Rusman, bahwa pembelajaran

berbasis masalah merupakan suatu pendekatan pembelajaran yang

menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi siswa untuk
belajar tentang berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah serta untuk

memperoleh pengetahuan serta konsep yang esensinya dari materi pelajaran.

(Rusman, 2016).

Menurut Howard dan Kelson dalam Taufik Amir (2010: 21) menyatakan

bahwa yang dimaksud Problem Based Learning (PBL) adalah kurikulum dan

proses pembelajaran, yang di dalamnya dirancang masalah-masalah yang

menuntut siswa mendapatkan pengetahuan yang penting, membuat mereka

mahir dalam memecahkan masalah dan memiliki strategi belajar sendiri serta

memiliki kecakapan berpartisipasi dalam tim. Proses pembelajaran

menggunakan pendekatan sistematik untuk memecahkan masalah atau

menghadapai tantangan yang nanti diperlukan dalam karir dan kehidupan

sehari-hari.

Sedangakan menurut Dutch dalam Taufik Amir (2010:21) menyatakan

bahwa PBL adalah metode intruksional yang menantang siswa agar “belajar

untuk belajar” bekerja sama dalam kelompok mencari solusi dalam masalah

nyata. Permasalahan yang ada digunakan untuk mengkaitkan keingintahuan

serta kemampuan analisis siswa dan inisiatif atas materi pelajaran. PBL

mempersiapkan peserta didik untuk kritis dan analitis dan untuk mencari serta

menggunakan sumber pembelajaran yang sesuai.

Masalah yang dibahas dalam pembelajaran harus relevan dengan tuntutan

kehidupan masa sekarang dan masa yang akan datang. PBL dapat

memanfaatkan fasilitas e-learning secara kolaboratif dalam proses pemecahan

masalah. Bagi para guru pemahaman terhadap berbagai pendekatan yang

berpusat pada siswa, salah satunya pembelajaran berbasis masalah, perlu

ditingkatkan karena tantangan kehidupan masa sekarang dan masa yang akan
datang akan semakin komplek dan mennuntut setiap orang secara individual

mampu menghadapinya dengan berbagai pengetahuan dan keterampilan yang

relevan. Penguasaan keterampilan lebih efektif apabila individu, khusunya

siswa dapat mengalaminya sendiri, bukan hanya menunggu materi dan

informasi dari guru, tetapi berdasarkan usaha sendiri untuk menemukan

pengetahuan dan keterampilan yang baru dan kemudian mengintegrasikan

dengan pengetahuan yang dimiliki sebelumnya. (Rusman, 2016)

a. Karakteristik Probelem Based Learning (PBL)

Pembelajaran berbasis masalah (PBM) atau problem based learning

(PBL) adalah salah satu bentuk pembelajaran yang berlandaskan pada

paradigma kontruktivisme, yang berorientasi pada proses belajar yang

berpusat pada siswa (student –centered-learning). PBM berfokus pada

penyajian suatu permasalahan (nyata atau simulasi) kepada siswa,

kemudian siswa diminta mencari pemecahanya melalui serangkaian

penelitian dan investigasi berdasarkan teori, konsep, prinsip yang

dipelajarinya dari berbagai bidang ilmu. Permasalahan menjadi fokus,

stimulus, dan pemandu proses belajar. Sementara, guru menjadi fasilitator

dan pembimbing. PBM memiliki banyak variasi, diantaranya terdapat

lima bentuk belajar berbasis masalah, sebagai berikut:

1) Permasalahan sebagai pemandu, masalah menjadi acuan konkret yang

harus menjadi perhatian pemelajar. Bacaan diberikan sejalan dengan

masalah. Masalah menjadi kerangka berpikir pemelajar dalam

mengerjakan tugas.

2) Permasalahn sebagai kesatuan dan alat evaluasi. Masalah disajikan

setelah tugas-tugas dan penjelasan diberikan. Tujuannya memberikan


kesempatan bagi pemelajar untuk menerapkan pengetahuannya untuk

pemecahan masalah.

3) Permasalahn sebagai contoh. Masalah dijadikan contoh dan bagian

dari bahan belajar. Masalah digunakan untuk menggambarkan teori,

konsep atau prinsip dan dibahas antara pemelajar dan guru.

4) Permasalahan sebagai fasilitas proses belajar. Masalah dijadikan alat

untuk melatih pemelajar bernalar dan berpikir kritis.

5) Permasalahan sebagai stimulus belajar. Masalah merangsang pelajar

untuk mengembangkan keterampilan mengumpulkan dan

menganalisis data yang berkaitan dengan masalah dan keterampilan

metakognitif. (Eveline Siregar dan Hartini Nara. 2014)

Adapun karakteristik PBL yang dikembangan oleh Barrow, Min Liu,

yaitu:

1) Learning Is Student Centered

Proses pembelajaran dalam PBL lebih menitikberatkan siswa sebagai

orang belajar. Oleh karena itu, PBL didukung juga oleh teori

konstruktivisme dimana siswa didorong untuk dapat mengembangkan

pengetahuan sendiri.

2) Authentic Problem Form The Organizing Focus For Learning

Masalah yang disajikan keadaan siswa adalah masalah yang otentik

sehingga siswa dengan mudah memahami masalah tersebut serta dapat

menerapkan dalam kehidupan profesionalnya nanti.

3) New Information Is Aquired Through Self Directed Learning

Dalam proses pemecahan masalah mungkin saja siswa belum

mengetahui dan memahami semua pengetahuan prasayaratnya


sehingga siswa berusaha mencari sendiri melalui sumbernya, baik dari

buku ataupun informasi lainnya.

4) Learning Occurs In Small Groups Agar

terjadi interaksi ilmiah dan tukar pemikiran dalam usaha membangun

pengetahuan secara kolaboratif, PBL dilaksanakan dalam kelompok

kecil. Kelompok yang dibuat mnenurut pembagian tugas yang jelas

dan penetapan tujuan yang jelas.

5) Teacher Act As Facilitator

Pada pelaksanaan PBL, guru hanya berperan sebagai fasilitator.

Meskipun begitu guru harus selalu memantau perkembangan aktifitas

siswa dan mendorong mereka agar mencapai target yang hendak

dicapai.

b. Langkah-langkah pembelajaran

1) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. Menjelaskan logistik yang

dibutuhkan. Memotivasi siwa terlibat dalam aktifitas pemecahan

masalah.

2) Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas

belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut (menetapkan

topik, tugas, jadwal, dll)

3) Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai,

eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah,

pengumpulan data, hipotesis, dan pemecahan masalah.

4) Guru membantu siswa dalam merencanakan serta menyiapkan karya

yang sesuai seperti laporan dan membantu mereka berbagi tugas

dengan temannya.
5) Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi

terhadap penyelidikan dan proses-proses yang mereka gunakan.

Jadi, Problem Based Learning (PBL) ialah pembelajaran yang

berpusat pada siswa (student center) sebagai pemecah masalah, dengan

masalah yang diambil dari kehidupan sehari-hari peserta didik untuk

meningkatkan kemampuan berpikir kritis siswa. Pembelajaran ini

digunakan untuk merangsang pembelajaran tingkat tinggi yaitu berpikir

kritis dengan keterampilan pemecahan masalah di dunia nyata.

4. Hasil belajar

Menurut Fathoni Toto (2011: 14), yang dimaksud dengan hasil belajar

adalah penilaian pendidikan tentang kemampuan siswa setelah melakukan

aktivitas belajar. Selanjutnya hasil belajar dapat digunakan untuk memotivasi

peserta didik dan guru agar dapat melakukan perbaikan dan peningkatan

kualitas pembelajaran.

Sedangkan menurut Gagne dan Brigs dalam Winkel (2004: 75), terdapat 5

katagori kapabilitas hasil belajar, yaitu: (1) kemampuan intelektual (intellectual

skill); (2) strategi kognitif (cognitve strategies); (3) informasi verbal (verbal

information); (4) ketrampilan motorik (motor skill); dan (5) sikap (attitudes).

Selanjutnya Winkel (2004: 75), menambahkan bahwa hasil belajar bukan

hanya berupa penguasaan pengetahuan, tetapi juga kecakapan dan ketrampilan

dalam melihat, menganalisis dan memecahkan masalah. Hasil belajar tampak

sebagai terjadinya perubahan tingkah laku pada diri siswa yang dapat diamati

dan diukur dalam bentuk perubahan pengetahuan sikap dan ketrampilan.

Perubahan tersebut dapat diartikan teradinya peningkatan dan pengembangan


yang lebih baik dibandingkan dengan sebelumnya. Sementara Suprijono (2012:

5), menjelaskan belajar adalah pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-

pengertian, sikap-sikap, apresiasi danketrampilan-ketrampilan.

Selanjutnya menunjuk pemikiran Gagne dalam Suprijono (2011:5-6),

menyebutkan bahwa hasil belajar berupa: (a) informasi verbal yaitu:

kapabilitas mengungkapkan pengetahuan dalam bentuk bahasa, baik lisan

maupun tertulis. Kemampuan merespon secara spesifik terhadap rangsangan

spesifik. Kemampuan tersebut tidak memerlukan manipulasi simbol,

pemecahan masalah maupun penerapan aturan; (b) ketrampilan intelektual

yaitu: kemampuan mempresentasikan konsep dan lambang. Ketrampilan

intelektual terdiri dari kemampuan dari mengkategorisasi, kemampuan analitis-

sintesis fakta-konsep dan mengembangkan prinsip-prinsip keilmuan.

Ketrampilan intektual merupakan kemampuan melakukan aktivitas kognitif

bersikap khas; (c) strategi kognitif yaitu, kecakapan menyalurkan dan

mengarahkan aktivitas kognitifnya sendiri. Kemampuan ini meliputi

penggunaan konsep dan kaidah dalam memcahkan masalah; d) kemampuan

motorik yaitu kemampuan melakukan serangkaian gerakjasmani alam urusan

dan koordinasi, sehingga terwujud otomatisme, gerak jasmani; dan e) sikap

adalah kemampuan menerima atau menolak objek bedasarkan penlaian

terhadap objek tersebut. Sikap berupa kemampuan menginternalisasi dan

ekternalisasi nilai-nlai. Sikap merupakan kemampuan menjadikan nilai-nilai

menjadi standar perilaku.

B. Kajian Terdahulu

Temuan penelitian sebelumnya yang relevan dengan penelitian ini adalah


sebuah penelitian dari Rakib Hadi yang berjudul Penerapan Model Problem Based

Learning (PBL) dalam Pembelajaran Agama Islam untuk Meningkatkan Hasil

Belajar Siswa Kelas Xii Ips -1 Sma Negeri 5 Kota Ternate Tahun Pelajaran 2017-

2018, yang hasil penelitiannya data disimpulkan sebagai berikut:

1. proses pelaksanaan pembelajaran dengan penerapan metode Problem Based

Learning (PBL) dalam pembelajaran agama Islam pada siswa kelas XII IPS-1

dilaksanakan dalam dua siklus yang terdiri dari empat tahapan yaitu,

perencanaan tindakan, pelaksanaan tindakan, observasi dan refleksi. Metode

PBL dalam pembelajaran agama Islam dapat meningkatkan keefektifan belajar

dan keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.

2. Penerapan metode Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran agama

Islam dapat meningkatkan hasil belajar siswa, hal ini dapat dilihat dari hasil

belajar siswa sebagai berikut, sebelum dilaksanakan tindakan adalah sebesar

40,62% yang tuntas, dan belum tuntas mencapai 59,37 %. Setelah dilaksanakan

tindakan pada siklus I tingkat ketuntasan klasikal kelas meningakat sebesar

68,75 % dan terjadi peningkatan lagi pada siklus II menjadi 87,62 %.

Selanjutnya penelitian yang relevan dengan penelitian ini dari Iim

Muslimah dengan judul Penerapan Problem Based Learning dalam Upaya

Meningkatkan Berfikir Kritis Siswa pada Pembelajaran PAI di Kelas XII IPA

IV SMA Negeri Pandeglang yang hasilnya dapat disimpulkan sebagai berikut

1. Model pembelajaran Problem Based Learning pada mata pelajaran PAI dan Budi

Pekerti dapat meningkatkan ketuntasan belajar siswa dan kemampuan berpikir

kritis, hal ini ditunjukkan dengan persentase ketuntasan belajar siswa mencapai

17,64% pada pra siklus 58, 82% pada siklus I dan 88,23% pada siklus II.

Persentase ketuntasan belajar ini menunjukan peningkatan kemampuan berpikir


kritis siswa.

2. Model pembelajaran Problem Based Learning ternyata mampu meningkatkan

kemampuan berpikir kritis siswa dan memberikan pemahaman tentang beriman

kepada hari akhir dengan konkrit.

Dari dua penelitian terdahulu sama-sama membahas tentang model problem

based learning. Pada penelitian pertama ternyata metode tersebut mampu

meningkatkan hasil belajar siswa, dan penelitian kedua bahwa PBL mampu

meningkatkan kemampuan berpikir kritis.

C. Variabel Penelitian

Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau yang menjadi

sebab perubahannya atau timbulnya variabel terikat. Variabel terikat adalah

variabel yang dipengaruhi atau yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas

(Sugiyono, 2012)

Variabel Penelitian dalam penelitian ini dibagi menjadi dua, yaitu Variabel

Bebas dan Variabel Terikat:

a. Variabel bebas (X) dalam penelitian ini meliputi metode problem based learning

b. Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini adalah hasil belajar siswa kelas XII

mipa 6 SMA 2 Brebes.

D. Hipotesis Tindakan

Hipotesis tindakan merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang

dihadapi, sebagai alternatif tindakan yang dipandang paling tepat untuk

memecahkan masalah yang telah dipilih untuk diteliti melalui PTK (Mulyasa, 2011:

63). Hipotesis dalam penelitian ini bukan hipotesis perbedaan atau hubungan,
melainkan hipotesis tindakan. Rumusaan hipotesis tindakan memuat tindakan yang

diusulka untuk menghasilakan perbaikan yang diinginkan (Kunandar, 2011: 90).

Jadi suatu hipotesis akan diterima jika disertai dengan fakta- fakta yang

membenarkan.

Setelah menelaah dari berbagai sumber, penulis mengajukan hipotesis

sebagai berikut: “Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based Learning terhadap

Peningkatan Hasil Belajar PAI Materi Beriman Kepada Hari Akhir pada Siswa Kelas XII

Mipa 6 SMA Negeri 2 Brebes Tahun Pelajaran 2021/2022”


BAB III

METODE PENELITIAN

A. Rancangan Penelitian

Penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan

kelas (PTK). Menurut Arikunto, Penelitian Tindakan Kelas merupakan percermatan

dalam bentuk tindakan kelas yang senagaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah

kelas secara bersamaan (Suyadi, 2010:18). Rancangan penelitian yang ditetapkan

adalah penelitian tindakan kelas mengenai peningkatan hasil belajar PAI materi

beriman kepada hari akhir melalui model pembelajaran problem based learning

pada siswa kelas XII mipa 6 SMA Negeri 2 brebes untuk mengikatkan hasil

belajarnya.

Ada beberapa ahli yang mengemukakan model penelitian tindakan dengan

bagan yang berbeda, namun secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim

dilalui, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan dan (4) refleksi.

(Arikunto & Suharsimi, 2010: 16)

Bagan tahapan siklus I dan siklus II

B. Lokasi, Waktu dan Subyek Penelitian

1. Lokasi dan waktu


Lokasi penelitian ada di jalan Ahmad yani no 77 Kecamatan Brebes Babupaten

Brebes pada bulan januari –mei 2022

2. Subyek Penelitian

Subyek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas XII mipa 6 Tahun

Pelajaran 2021/2022 yang berjumlah 29 siswa, terdiri dari 8 siswa laki-laki dan

21 siswa perempuan

C. Prosedur Penelitian

Secara garis besar terdapat empat tahapan yang lazim dilalui, yaitu (1)

perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun model dan

penjelasan masing-masing tahap adalah sebagai berikut (Arikunto dkk, 2007: 16).

1. Siklus I

a) PerencanaanTindakan

Merencanakan materi pembelajaran PAI tentang Beriman Kepada

hari Akhir.

a) Menyiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP).

b) Menyusun lembar pengamatan aktivitas peserta didik dalam kegiatan

pembelajaran.

c) Menyiapkan tes dengan materi tentang beriman kepada hari akhir

menggunakan metode Problem Based Learning

b) Pelaksanaan Tindakan

Pelaksanaan tindakan yaitu menerapkan tindakan yang mengacu

pada skenario Metode Problem Based Learning adapun kegiatannya:

a. Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan

tugas-tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan


jelas.

b. Guru menyajikan materi pembelajaran.

c. Guru melaksanakan tindakan yang tertera dalam RPP menggunakan

metode Problem Based Learning

d. Guru memotivasi peserta didik untuk mengerjakantugas.

e. Guru memberikan tes pada peserta didik untuk dapat diketahui

keberhasilan pembelajaran pada siklus I.

c) Pengamatan

Pengamatan terhadap proses pembelajaran yang sedang

berlangsung untuk mengetahui aktivitas belajar peserta didik dengan

metode. Problem Based Learning, serta mengetahui kendala yang dihadapi

dalam menerapkan pembelajaran yang sedang berlangsung

d) Refleksi

Data-data yang diperoleh dari observasi dikumpulkan, dianalisis

oleh peneliti dengan mitra penelitian sebagai dasar untuk membuat

perencanaan pembelajaran siklus II.

2. Siklus II

Setelah melakukan evaluasi I, maka peneliti melakukan tindakan II. Pada

siklus II ini merupakan perbaikan siklus I yang didasarkan atas hasil refleksi

siklus I. Adapun pelaksanaannya yaitu:

a. Perencanaan Tindakan

1) Mengidentifikasi masalah/hambatan yang muncul ketika pembelajaran

berlangsung pada siklusI.

2) Menyusun perencanaanpembelajaran.

3) Peneliti menyiapkan lembar pengamatan yang meliputi lembar


pengamatan aktivitas peserta didik dalam kegiatan pembelajaran.

4) Menyiapkan format evaluasi yang berupa tes yang diberikan pada

akhir siklus.

b. Pelaksanaan Tindakan

1) Guru memberikan informasi awal tentang jalannya pembelajaran dan

tugas-tugas yang harus dilaksanakan peserta didik secara singkat dan

jelas.

2) Guru menyampaikan materi pembelajaran.

3) Guru melaksanakan tindakan yang tertera dalam RPP menggunakan

metode Problem Based Learning.

4) Guru memotivasi peserta didik untuk mengerjakantugas.

5) Guru memberikan tes pada peserta didik untuk dapat diketahui

keberhasilan pembelajaran pada pertemuan siklus II.

c. Pengamatan

Pengamatan terhadap pembelajaran yang sedang berlangsung

untuk mengetahui aktivitas peserta didik dalam pembelajaran, apakah ada

peningkatan dari siklus sebelumnya.

d. Refleksi

Semua data dari observasi tindakan dikumpulkan dan dianalisis.

Setelah akhir dari siklus yang terakhir diharapkan Metode Problem Based

Learning ini dapat meningkatkan prestasi belajar pada peserta didik dalam

pembelajaran PAI dalam materi beriman kepada hari akhir

D. Pengumpulan Data

Untuk memperoleh data-data yang akurat, penulis menggunakan beberapa


metode pengumpulan data. Hal ini dimaksudkan agar metode yang satu dengan

yang lain saling melengkapi. Adapun metode yang penulis gunakan adalah:

1. Metode Observasi

Metode observasi atau pengamatan dapat diartikan sebagai cara

mengumpulkan data dengan jalan mengadakan pengamatan terhadap kegiatan

yang sedang berlangsung.

2. Dalam penelitian ini, peneliti langsung terjun ke lokasi penelitian untuk

mengadakan pengamatan dan guna mendapatkan data yang diperlukan. Metode

observasi ini untuk mengumpulkan data antara lain:

a. Mengamati lokasi penelitian untuk memperoleh gambaran umum lokasi

penelitian.

b. Mengamati aktivitas peserta didik pada siklus awal sampai siklus akhir

yang meliputi minat, perhatian, danpartisipasi.

c. Metode Dokumentas

Metode dokumentasi adalah pendekatan untuk mencari data mengenai hal-

hal yang berupa catatan, surat kabar, majalah, buku-buku, transkrip,

notulen rapat, agenda dan sebagainya (Arikunto, 2010: 274)

Peneliti menggunakan metode dokumentasi untuk mengetahui data terkait

dengan letak sekolah SMA Negeri 2 Brebes, jumlah guru, absensi kelas

untuk mengetahui data siswa kelas XII MIPA 6 , daftar nilai siswa kelas

XII MIPA 6, sarana dan prasarana serta data terkait lainnya.

d. Metode Tes

Penulis mengadakan tes yaitu pre-tes dan post-tes dalam setiap siklus yang

harus dikerjakan oleh peserta didik. Metode tes bertujuan untuk mengukur

prestasi peserta didik.


E. Instrumen Penelian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah Lembar Kegiatan

pembelajaran, Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP), Materi, Soal Tes, Lembar

Kerja Peserta Didik, Lembar Observasi Peserta Didik dan Lembar Observasi Guru.

F. Analisis Data

Data-data yang diperoleh dari tindakan yang dilakukan, dianalisis untuk

memastikan bahwa dengan penerapan metode Problem Based Learning dapat

meningkatkan prestasi belajar peserta didik kelas XII Mipa 6 di SMA negeri 2

Brebes. Data yang dikumpulkan dari hasil observasi berupa angka untuk

mengetahui apakah ada peningkatan prestasi belajar peserta didik seperti apa yang

diharapkan dilakukan dengan cara menghitung prosentase kemudian

dideskripsikan.

Dalam penelitian ini penulis menganalisis dengan cara sebagai berikut:

a. Membandingkan Pencapaian Nilai dengan Ketuntasan Belajar Minimal

(KBM)

b. Pencapaian pemahaman materi beriman kepada hari akhir

Untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar peserta didik, peneliti

menggunakan statistik deskriptif dengan mencari prosentase dari hasil belajar

peserta didik.

Dan untuk mengetahui hasil observasi pada penelitian perlu dianalisis guna

merefleksikan kegiatan yang telah dilaksanakan dalam penelitian. Observasi pada

penelitian ini mencakup observasi terhadap guru dengan menggunakan teknik

penskroran skala likert sebagai berikut: kategori 5 adalah kategori sangat baik (SB),

skor 4 kategori baik (B), skor 3 kategori cukup baik (CB), skor 2 kategori kurang
baik (KB), dan skor 1 kategori tidak baik (TB). Analisis lembar observasi dengan

rumus:

∑𝑠𝑘𝑜𝑟 𝑥100%
𝑃 = ∑𝑎𝑘𝑡𝑎𝑎𝑣𝑎𝑎𝑡𝑎𝑠 𝑥
∑𝑝𝑜𝑎𝑎𝑛𝑡

Keterangan:
∑𝑠𝑘𝑜𝑟 : Jumlah aktivitas skor yang diperoleh
∑𝑎𝑘𝑡𝑎𝑎𝑣𝑎𝑎𝑡𝑎𝑠 : Jumlah aktivitas yang dilakukan
∑𝑝𝑜𝑎𝑎𝑛𝑡 : Nilai skor tertinggi
Dan untuk menganalisis hasil observasi siswa yaitu dengan cara
menjumlahkan semua ceklist yang diperoleh kemudian dinilai dengan
munggunakan kriteria sangat baik, baik, cukup baik, kurang baik dan tidak baik.
Adapun untuk memudahkan dalam penafsiran data yang diperoleh maka
penulis menggunakan kriteria sebagai berikut:

Tabel 1
Kriteria Penafsiran Data Angket, Observasi dan Tes
Prosentasi Penafsiran
80%-100% Sangat baik
60%-79% Baik
40%-59% Cukup baik
20%-39% Kurangbaik
0%-19% Tidakbaik
(Suharsimi Arikunto, 2006: 167)
Sedangkan untuk analisis hasil belajar siswa, peneliti menjumlahkan nilai
yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa yang mengikuti tes
sehingga diperoleh nilai rata-rata. Adapun rumus untuk menentukan nilai rata-rata
adalah sebagai berikut:
∑𝑋𝑋
𝐗𝐗 = ∑𝑁
Keterangan:
X= Nilai rata-rata
∑𝑋𝑋= Jumlah semua nilai siswa
∑𝑁 = Jumlah siswa
(Sudjana, 2005:67)
Sedangkan untuk mengetahui presentase ketuntasan belajar menggunakan
rumus sebagai berikut:

P =
∑𝑠𝑎𝑎𝑠𝑤𝑎𝑦𝑎𝑛𝑔𝑡𝑢𝑛𝑡𝑎𝑠𝑏𝑒𝑙𝑎𝑠𝑠𝑎 x100%
∑𝑠𝑠𝑢𝑚𝑙𝑎 ℎ𝑠𝑎𝑎𝑠𝑤𝑎

Untuk standar ketuntasan belajar yang ditetapkan sekolah pada mata


pelajaran PAI disesuaikan dengan kriteria ketuntasan minimal (KKM) yaitu sebesar
75. Jadi siswa yang mendapat nilai ≥ 75 diakatakan tuntas sedangkan jika ≤ 75
dikatakan belum tuntas.

G. Indikator Keberhasilan

Indikator keberhasilan dalam penelitian ini adalah apabila model pembelajara

problem based learning mempengaruhi peningkatan hasil belajar telah mencapai

tarjet yang telah ditentukan ditandai dengan peningkatan hasil belajar adalah 75%

dari 35 siswa kelas XI I mipa 6 SMA Negeri 2 Brebes mencapai nilai dengan KKM

adalah 75 sesuai dengan KKM yang ditentukan oleh sekolah

H. Sistematika Penulisan

Untuk mempermudah pembahasan dalam memahami isi dari penelitian ini,

maka disusun sistematika penulisan sebagai berikut:

BAB I: Pendahuluan memuat Latar Belakang Masalah, Rumusan Masalah,

Tujuan Penelitian, Hipotesis Tindakan dan Indikator Keberhasilan, Manfaat

Penelitian, Penegasan Istilah, Metode Penelitian dan Sistematika Penelitian.

BAB II : Kajian Pustaka, merupakan bagian yang menjelaskan landasan teori

ysng berhubungan dengan hasil belajar siswa, menjelaskan tentang metode

pembelajaran Problem Based Learning dan menjelaskan tentang ruang lingkup

mata pembelajaran pendidikan agama islam.

BAB III: Pelaksanaan Penelitian, pada bab ini peneliti akan menguraikan

proses pelaksanaan penelitian yang dimulai dari siklus awal hingga akhir.
I. Tim Peneliti

Dalam penilitian tindakan kelas terdapat tim peneliti

dan pembagian tugas dalam tabel sebagai berikut:

No Nama Tugas
1 Muhroyi, S.Pd.I Guru & Peneliti
2 Siti Khosiah. S.Pd.I Observer
3 Puriana Norhidayati, S.Pd.I Observer
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. (Jakarta:


Rineksa Cipta, 2018)

Aris Shoimin, Pembelajaran Inovatif dalam Kurikulum 2013 (Yogyakarta: Ar-Ruzz


Media, 2014)

Amir, Taufik (2009). Inovasi Pendidikan Melalui Problem Based Learning. Jakarta:
Kencana Prenada Grup

Eveline Siregar dan Hartini Nara, Teori Belajar dan Pembelajaran (Bogor: Ghalia
Indonesia, 2014),

Fathurrohman, Pupuh. Strategi Belajar Mengajar. (Bandung: PT Refika Aditama,


2007)

Mulyani sumantri, Strategi Belajar mengajar (Bandung: CV Maulana, 2001)

Rusman, Model-Model Pembelajaran (Jakarta: PT.Raja Grafindo Persada)

Sudjana, Nana. 2004. Dasar-dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung :Sinar.

Syeikh Khalid bin Abdurrahman Al’-Akk, Cara Islam Mendidik Anak (Jogjakarta:
Ar-Ruzz Media, 2006)

Anda mungkin juga menyukai