Oleh :
SITI SAROKHAH, S.Pd
NIP. 19631007 200604 2 005
Oleh :
SURABAYA
2021
i
ii
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah. Segala puji syukur hanya bagi Allah Swt., atas rahmat, karunia dan
anugerahNya berupa kesempatan dan kesehatan, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan
laporan PTK dengan judul “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Penerapan Metode
Reciprocal Teaching secara Daring pada Siswa Kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya Semester
Penyusunan laporan ini dapat terealisasikan tidak terlepas dari peranan berbagai pihak yang
telah memberikan bantuan dan dukungan. Untuk itu penulis menyampaikan rasa terima kasih
kepada :
1. Bapak H. Sutaji, S.Pd.SD., M.Pd, selaku Kepala SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya yang
2. Juga seluruh rekan guru yang telah bekerja sama dan saling memberikan masukan demi
Penulis menyadari bahwa laporan ini masih kurang dari sempurna. Meski demikian penulis
berharap agar hasil laporan ini dapat bermanfaat bagi khalayak umum khususnya demi kemajuan
Semoga.
Penulis.
iii
DAFTAR ISI
Halaman Judul............................................................................................................... i
Abstrak ....................................................................................................................... ix
Bab I Pendahuluan
A. Membaca ............................................................................................. 8
iv
Bab III Metode Penelitian
D. Pembahasan ....................................................................................... 33
A. Kesimpulan ....................................................................................... 41
B. Implikasi ............................................................................................ 41
C. Saran .................................................................................................. 42
Lampiran
v
DAFTAR TABEL
vi
DAFTAR GAMBAR
vii
DAFTAR LAMPIRAN
6. Identitas Diri
viii
ABSTRAK
Sarokhah, Siti. 2021. “Peningkatan Kemampuan Membaca Pemahaman melalui Penerapan Metode
Reciprocal Teaching secara Daring pada Siswa Kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya
Semester Gasal Tahun Pelajaran 2021/2022.”
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya dan besaran peningkatan kemampuan
membaca pemahaman materi pembelajaran berbahasa melalui penerapan metode Reciprocal
Teaching secara Daring pada siswa Kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya.. Sudah
setengah tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan masih belum ada kepastian kapan
berakhirnya. Salah satu sektor yang terimbas pandemi ini adalah pendidikan. Pembatasan kontak
fisik dan tatap muka menyebabkan interaksi yang melibatkan guru dan siswa dalam sebuah
pembelajaran dinilai kurang efektif terbangun. Hal ini disinyalir karena kurangnya motivasi siswa
dalam belajar secara mandiri di rumah, tanpa adanya bimbingan dari guru secara langsung,
khususnya siswa pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Kegiatan pembelajaran yang ditekankan pada
jenjang tersebut adalah kegiatan membaca, yang notabene sebagai dasar untuk mengeksplorasi
materi dari berbagai sumber belajar di sekitarnya. Permasalahan rendahnya kemampuan membaca
pemahaman juga dialami siswa kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya. Oleh karenanya,
penulis sebagai guru pada kelas tersebut mencoba untuk menerapkan metode Reciprocal
Teaching yang menitikberatkan pada aktivitas belajar siswa agar mendapatkan nilai-nilai
pendidikan, pengetahuan dalam belajar dan kemampuan membaca pemahaman yang lebih
maksimal. Penelitian dilakukan dengan mekanisme tindakan dua siklus. Dan berdasarkan hasil
analisa data maka dapat ditarik kesimpulan bahwa ada peningkatan kemampuan membaca
pemahaman materi pembelajaran berbahasa melalui penerapan metode Reciprocal Teaching
secara Daring pada siswa kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya. Peningkatan
kemampuan membaca pemahaman materi pembelajaran berbahasa melalui penerapan metode
Reciprocal Teaching secara Daring pada siswa kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya
rata-rata sebesar 24%.
ix
BAB I
PENDAHULUAN
Sudah setengah tahun pandemi Covid-19 melanda Indonesia dan masih belum ada
kepastian kapan berakhirnya. Salah satu sektor yang terimbas pandemi ini adalah pendidikan.
Pembatasan kontak fisik dan tatap muka menyebabkan interaksi yang melibatkan guru dan
siswa dalam sebuah pembelajaran dinilai kurang efektif terbangun. Hal ini disinyalir karena
kurangnya motivasi siswa dalam belajar secara mandiri di rumah, tanpa adanya bimbingan dari
guru secara langsung, khususnya siswa pada jenjang Sekolah Dasar (SD). Kegiatan
pembelajaran yang ditekankan pada jenjang tersebut adalah kegiatan membaca, yang notabene
sebagai dasar untuk mengeksplorasi materi dari berbagai sumber belajar di sekitarnya.
pemahaman, memberi kesenangan tersendiri karena bisa membaca sesuatu yang mereka minati
(berbeda dari bahan bacaan yang berhubungan dengan pelajaran). Selain itu efek yang muncul
adalah ketagihan membaca di awal Kegiatan Belajar Membaca sehingga ketika guru lupa
membagikan bahan bacaan di awal Kegiatan Belajar Mengajar siswalah yang mengingatkan
dan menagih kesempatan untuk membaca. Bahkan ada beberapa siswa yang tak ingin segera
Pengetahuan tentang hubungan struktural itu berguna bagi proses pemahaman kalimat, sebab
kalimat bukanlah untaian kata-kata saja melainkan untaian kata yang saling berkaitan mengikuti
Hubungan-hubungan struktural yang penting untuk memahami makna kalimat itu tidak
1
hanya diberikan dalam struktur luar, tetapi juga diberikan dalam struktur isi kalimat.
Pemahaman kalimat tidak akan dapat dilakukan dengan baik tanpa dukungan pemahaman atas
hubungan isi antarkalimat tersebut. Untuk itu, agar memiliki keterbacaan yang tinggi, kalimat
yang disusun dalam suatu wacana harus selalu memperhatikan unsur struktur luar, struktur isi,
Masalah yang berhubungan dengan pengaruh struktur kalimat terhadap proses membaca
ada dalam bidang yang sangat khusus, yakni keterbacaan (Harjasujana dan Damaianti (2003:4).
Berbicara tentang keterbacaan, setiap penyusun wacana atau buku bacaan, baik fiksi maupun
nonfiksi, harus mendasarkan diri pada orientasi teoretis, yakni masalah struktur kalimat dan
pada kosakata dan bangun kalimat yang dipilih oleh pengarang untuk tulisannya. Tulisan yang
banyak mengandung kata yang tidak umum lebih sulit dipahami daripada yang menggunakan
kosakata sehari-hari. Tentang hal ini telah dijelaskan pada penjelasan tentang kosakata baca.
Demikian pula, bangun kalimat yang panjang dan kompleks akan menyulitkan pembaca yang
pengarang sudah sesuai dengan tingkat perkembangan usia anak, namun tanpa mengindahkan
penguasaan kosakata dan kalimat yang digunakan dalam suatu wacana yang mereka kenal,
Pengukuran terhadap penguasaan kosakata dan kalimat dalam bacaan oleh anak amat
penting dilakukan sebagai dasar penyusunan bacaan yang memiliki tingkat keterbacaan yang
tinggi. Hal ini disebabkan oleh bahwa membaca berarti memahami isi (deep structure) bacaan.
Ada yang berpendapat bahwa panjang kalimat sebagai unsur utama yang menyebabkan
timbulnya kesulitan dalam kegiatan membaca. Oleh karena itu, panjang kalimat dijadikan alat
ukur tingkat keterbacaan sebuah wacana, dan biasanya dijadikan unsur utama dalam formula-
2
formula keterbacaan. Kalimat-kalimat yang kompleks pada umumnya panjang-panjang.
Menurut susunan kalimatnya, kalimat tunggal lebih mudah dipahami maknanya atau
maksudnya daripada kalimat majemuk. Hal ini disebabkan kalimat majemuk lebih rumit
Dari pendapat para ahli di atas tentang pengertian, tujuan, proses, dan pembelajaran
membaca, serta pemahaman dapat disimpulkan pemahaman bacaan adalah pengertian yang
diperoleh dari aktivitas membaca. Aktivitas ini melibatkan pembaca, teks, dan isi pesan yang
mendapatkan informasi atau pesan yang disampaikan oleh penulis, baik tersurat maupun
tersirat.
Melihat banyaknya manfaat yang akan didapat jika anak memiliki kemampuan
membaca, khususnya membaca pemahaman. Maka penting bagi anak untuk menguasai
membaca pemahaman, tetapi tidak semua anak mempunyai kemampuan membaca pemahaman.
Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan oleh peneliti bahwa kemampuan membaca
pemahaman tidak berjalan baik dikarenakan siswa tidak mampu terfokus pada bahan bacaan.
Hal ini juga diperkuat dengan keluhan seorang guru SD bahwa anak-anak dalam membaca
selalu terburu-buru untuk menyelesaikan bacaan dan hasilnya mereka tidak mampu menjawab
tidak berjalan dengan baik dikarenakan peserta kurang atau tidak disertai konsentrasi dalam
diasumsikan bahwa membaca pemahaman dapat dilatihkan, dan akan lebih baik jika dilatih
terus menerus. Konsentrasi bukan merupakan bawaan, yang dapat diturunkan secara genetika.
Menurut Idrus (1993), konsentrasi merupakan kemampuan yang dapat dilatih atau ditingkatkan,
jadi jika seseorang sukar berkonsentrasi atau tidak dapat berkonsentrasi dengan waktu yang
cukup lama, maka dapat dilatih sehingga kemampuan berkonsentrasi menjadi kebiasaan.
3
Membaca pemahaman ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini
perlu lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Dalam Kurikulum 2006 tertera membaca
sekilas, membaca dangkal, membaca intensif, dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat
teknis.
membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat gerakan mata lebih
cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca pemahaman lebih cepat prosesnya daripada
membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan
membaca pemahaman dalam kegiatan membaca / wacana apapun. Jangan biarkan membaca
menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat – kamit, karena kegiatan ini akan
B. IDENTIFIKASI MASALAH
C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya. Oleh karenanya, penulis sebagai guru pada kelas
tersebut mencoba untuk menerapkan metode Reciprocal Teaching yang menitikberatkan pada
aktivitas belajar siswa agar mendapatkan nilai-nilai pendidikan, pengetahuan dalam belajar dan
berbahasa bukan sesuatu yang dibawa sejak lahir, tetapi tumbuh karena suasana lingkungan.
Dalam konteks ini, tentu faktor pola asuh dan pola didik, yakni yang berasal dari orang tua,
orang sekeliling siswa dan guru di sekolah menjadi penting di samping juga penerapan model,
Oleh karenanya dibutuhkan penerapan model, metode, strategi dan teknik pembelajaran
yang sesuai agar siswa mau belajar dan meningkatkan kemampuan berbahasa tulis serta
4
lisannya. Khususnya pada materi pembelajaran berbahasa, yang apabila ditelisik lebih dalam
mengandung pembelajaran sosial dan bermasyarakat, yaitu cara berkomunikasi dengan sesama.
Nilai-nilai ini dapat diakomodasi oleh penerapan metode Reciprocal Teaching untuk
Daya tarik pada materi pembelajaran bahasa tersebut akan membuat mereka mencari
tahu sendiri apa dan bagaimana pengetahuan itu terbentuk dan pengembangan kemampuan
berbahasa pada diri mereka dibutuhkan. Jika hal tersebut terjadi maka kajian pada materi
C. PEMBATASAN MASALAH
Karena luasnya beberapa variabel dalam penelitian tindakan ini yang meliputi metode
siswa, maka penulis perlu membatasi agar hasil penelitian lebih komprehensif dan lebih dapat
dijadikan acuan untuk penelitian berikutnya. Aspek-aspek yang perlu dibatasi antara lain
sebagai berikut :
ini adalah nilai pemahaman siswa pada siklus I dan II yang dikumpulkan penulis sebagai
2. Metode Reciprocal Teaching dalam penelitian ini adalah menerapkan teori Barrett tentang
membaca dengan cara mereorganisasi cara membaca dengan 4 taxonomy atau tahapan.
3. Siswa Kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya pada tahun pelajaran 2021/2022
yang masih aktif mengikuti kegiatan belajar mengajar pada bulan Oktober 2021 berjumlah
36 siswa.
5
D. RUMUSAN MASALAH
melalui penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada siswa Kelas 4-C SD
pembelajaran berbahasa melalui penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada
E. TUJUAN PENELITIAN
pembelajaran berbahasa melalui penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada
pembelajaran berbahasa melalui penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada
F. MANFAAT PENELITIAN
1. Manfaat Teoritis
samping itu dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain pada bidang penerapan
2. Manfaat Praktis
a. Bagi Siswa
6
b. Bagi Guru
pembelajaran tertentu.
c. Bagi Sekolah
7
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. MEMBACA
1. Pengertian Membaca
Membaca berasal dari kata dasar “baca” yang artinya memahami arti tulisan.
Membaca adalah salah satu proses yang sangat penting untuk mendapatkan ilmu dan
pengetahuan. Tanpa bisa membaca, manusia dapat dikatakan tidak bisa hidup di zaman
sekarang ini. Sebab hidup manusia sangat bergantung pada ilmu pengetahuan yang
dimilikinya. Dan untuk mendapatkan ilmu pengetahuan itu, salah satunya dengan cara
membaca.
Terdapat tiga cara umum membaca didalam kehidupan sehari-hari dilihat dari apa
a. Membaca sebagai hiburan tidak perlu memeras otak terlalu keras. Bacaan yang
mengandung unsur hiburan disini contohnya novel, cerpen, komik, majalah ringan dll.
b. Membaca untuk memperoleh ilmu pengetahuan yang tujuannya adalah mencari dan
c. Membaca kritis. Membaca disini sama dengan membaca untuk mencari ilmu. Namun
membaca disini diikuti oleh proses menelaah isi bacaan tersebut, misalnya dengan
pertanyaan-pertanyaan
Dalam membaca kritis, kita menyediakant bacaan sebagai lawan yang harus
dikalahkan dengan cara mengetahui dan memahami seluruh isinya. Belajar dengan
membosankan. Kita tidak hanya diminta untuk memahami isi bacaan tapi juga diajak
8
2. Merangsang Anak Gemar Membaca
Merangsang anak agar gemar membaca perlu dilakukan sejak kecil, sehingga
membaca menjadi bagian hidup si anak. Untuk memupuk dan merangsang kegemaran
membaca pada anak memerlukan strategi yang tepat. Apabila strategi yang digunakan
orang tua ketika membantu anaknya dalam belajar membaca tepat dan sangat menarik bagi
si anak, biasanya si anak selain cepat dapat membaca selanjutnya juga akan senang
membaca. Jadi antara membantu anak belajar membaca dan merangsang anak gemar
Anak yang gemar membaca biasanya adalah anak yang cara membacanya baik
dan pemahamannya terhadap bahasa dan daya imajinasinya juga biasanya sangat baik.
pemahaman mereka tentang dunia. Hal ini akan mengembangkan bahasa dan ketrampilan
mendengar serta mempersiapkan mereka untuk memahami bahasa tulis. Apabila ritme dan
melodi bahasa menjadi bagian hidup anak maka belajar membaca bukanlah semacam
B. MEMBACA PEMAHAMAN
Membaca pemahaman ialah cara atau teknik membaca tanpa suara. Jenis membaca ini
perlu lebih ditekankan kepada pemahaman isi bacaan. Dalam Kurikulum 2006 tertera membaca
sekilas, membaca dangkal, membaca intensif, dan membaca ekstensif. Membaca jenis ini dapat
teknis.
membaca teknis lebih banyak menggunakan gerakan mulut. Mengingat gerakan mata lebih
cepat menanggapi apa yang dibaca, maka membaca pemahaman lebih cepat prosesnya daripada
9
membaca teknis. Karena itu dalam kehidupan sehari-hari kita lebih banyak menggunakan
membaca pemahaman dalam kegiatan membaca / wacana apapun. Jangan biarkan membaca
menggunakan ujung jari atau mulut yang berkomat – kamit, karena kegiatan ini akan
1. Membaca Ekstensif
mungkin teks dalam waktu yang sesingkat mungkin. Tujuan dan tuntutan kegiatan membaca
ekstensif adalah untuk memahami isi yang penting-penting dengan cepat. Dengan demikian,
membaca secara efisien dapat terlaksana. Membaca ekstensif biasanya lebih banyak
Sebelum kita mulai membaca maka biasanya kita meneliti terlebih dahulu apa-apa
yang akan kita telaah. Kita mensurvei bahan bacaan yang akan dipelajari dan yang akan
a. Tentukan pada diri kita apa yang ingin kita cari, caranya dengan melihat-lihat,
memeriksa, meneliti judul-judul bab yang terdapat dalam buku yang bersangkutan;
c. Bilamana kita telah menemukan yang telah kita cari, bacalah teks sekelilingnya juga.
Sejenis membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat,
Maka disini Anda harus dapat menemukan inti dari setiap alinea. Kerjakanlah sebagai
berikut :
a. Baca dan periksalah alinea pertama pada tiap bab atau paragraf, karena ini merupakan
10
b. Baca alinea terakhir dari suatu bab karena disini terangkum kesimpulannya.
c. Bacalah dari alinea yang berada ditengah-tengah kalimat pertama dan terakhir.
d. Perhatikan kata-kata yang digaris bawahi dan kata-kata yang dicetak dengan cara lain.
Dengan membaca sekilas kita dapat mempelajari sifat hakikat dan jangkauan buku
tersebut, susunan atau organisasinya, dan sikap umum sang penulis serta pendekatannya
Kerap kali membaca sekilas itu untuk mendapatkan fakta atau hal tertentu.
Kita pun membaca sekilas kartu katalog untuk mendapatkan buku-buku yang sesuai.
Apabila kita telah menemui apa yang kita ingin dengan cara membaca sekilas. Ubahlah
cara membaca kita. Bacalah bahan itu dengan teliti. Catatlah hal-hal yang penting serta
Pada dasarnya bertujuan untuk memperoleh pemahaman yang dangkal yang bersifat
luaran, yang tidak mendalam dari suatu bahan bacaan. Biasanya dilakukan bila kita
waktu senggang.
11
C. METODE RECIPROCAL TEACHING
negara Indonesia, baik sebagai pribadi maupun anggota masyarakat, serta mampu
mengembangkan fungsi bahasa dan kebudayaan. Ada empat kemampuan berbahasa yang
kemampuan menulis. Keterampilan membaca sebagai salah satu dari empat keterampilan
Membaca merupakan mata pelajaran tertua dalam sekolah formal. Setiap sekolah
sangat penting bagi siswa sebab seluruh aktivitas sehari-hari selalu melibatkan kemampuan
membaca. Mulai dari tanda-tanda di jalan raya, judul-judul buku, dan surat kabar yang
diterbitkan setiap hari. Kemampuan membaca merupakan modal utama dalam proses
diharapkan dapat memahami isi wacana yang mereka baca dan dapat memberi tanggapan
terhadap isi bacaan. Memahami isi suatu bacaan memang bukan perkara yang mudah.
Kendala yang dihadapi guru adalah tidak adanya ketertarikan siswa terhadap
pembelajaran membaca, rendahnya konsentrasi siswa saat membaca dan pemahaman siswa
terhadap bacaan. Siswa akan memahami bacaan jika bacaan tersebut dibaca lebih dari satu
kali. Dalam metode Reciprocal Teaching siswa diminta untuk menemukan informasi dan
Palincsar dan Ann Brown untuk mengajar siswa strategi - strategi kognitif serta untuk
membantu mereka memahami bacaan. Menurut Palincsar dan Sullivan “model reciprocal
12
clarifying, dan 4) predicting.” Pada tahap summarizing, kegiatan yang dilaksanakan
bertujuan untuk membantu siswa mengakses pengetahuan awal yang telah mereka miliki,
mendorong siswa untuk berpikir, dan memotivasi siswa untuk belajar. Tahap question
generating, siswa dikondisikan untuk berdiskusi dalam kelompok mengerjakan LKS yang
diberikan. Tahap clarifying digunakan untuk mengevaluasi sejauh mana pemahaman siswa
terhadap materi pembelajaran. Terakhir tahap predicting, pada tahap ini siswa diminta
menerapkan konsep atau pengetahuan mereka dalam berbagai pertanyaan yang diberikan
prinsip pembuatan / pengajuan pertanyaan (Trianto, 2007 : 96). Menurut Sriyanti dan
Marlina ( 2003:118 ) pembelajaran terbalik merupakan salah satu model pembelajaran yang
memiliki manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai melalui kegiatan belajar mandiri
sehingga peserta didik mampu menjelaskan temuannya kepada pihak lain serta dapat
metakognitif diajarkan melalui pengajaran langsung dan pemodelan oleh guru. Pembelajaran
menggunakan reciprocal teaching harus memperhatikan tiga hal yaitu siswa belajar
mengingat, berfikir dan memotivasi diri. Dalam reciprocal teaching, guru mengajarkan
keterampilan tersebut atas usaha mereka sendiri dengan pemberian semangat (Brown dalam
Untuk memahami isi sebuah buku materi siswa harus membaca,dan membaca
identik dengan belajar. Belajar ialah suatu proses untuk memperoleh motivasi dalam
13
Sehingga dengan keterampilan yang dimilikinya siswa mampu memahami isi buku dan
mampu mengatasi kesulitannya. Salah satu model pembelajaran yang dapat digunakan untuk
membantu siswa dalam memahami isi suatu buku adalah model pembelajaran terbalik (
Reciprocal Teaching ).
(Reciprocal Teacing ) adalah suatu metode pembelajaran yang dirancang untuk memberikan
manfaat agar tujuan pembelajaran tercapai dan memberikan ketrampilan pada siswa dalam
Ada empat tugas dalam metode Reciprocal Teaching. Empat tugas itu adalah:
a. Menyusun pertanyaan
b. Membuat ringkasan
c. Membuat prediksi
d. Mengklasifikasi
yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak
disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang
menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu
pandangan sekilas dan agar makna kata-kata secara individual akan dapat diketahui.
Menurut Crawley dan Mountain (dalam Somadaya, 2011: 6-7), membaca pada
hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar
melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, dan metakognitif sebab proses
visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulisan (huruf) ke dalam kata
lisan.
14
2. Prosedur Penerapan Metode Reciprocal Teaching dalam Kegiatan Membaca
pemahaman
sebagai berikut:
6. Siswa lain membaca dengan tidak bersuara bagian materi bacaan yang lain
Pada saat membaca pemahaman, kita hanya menggunakan ingatan visual (visual
memory) yang melibatkan pengaktifan mata dan ingatan. Tujuan utama membaca
D. KERANGKA BERPIKIR
pengetahuan yang lainnya, sebuah pengetahuan yang paling mendasar dan menjadi pondasi
15
bagi setiap pemikiran selanjutnya.
Untuk mendapatkan sebuah kerangka berpkir akan suatu hal bukan sesuatu yang mudah,
diperlukan suatu pemikiran yang mendalam, tidak menyimpulkan hanya dari fakta yang dapat
terindra, atau hanya dari sekedar informasi-informasi yang terpenggal. Selain itu, diperlukan
sebuah pemikiran yang cerdas akan setiap informasi yang dimilikinya dan berupaya dengan
16
Adapun kerangka pikir dalam penilitian ini adalah sebagai berikut :
Variabel X Variabel Y
E. HIPOTESIS TINDAKAN
rumusan masalah penelitian telah dinyatakan dalam bentuk kalimat pertanyaan (Sugiyono, 2013
: 96). Berdasarkan latar belakang dan kajian teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada siswa Kelas 4-C SD Negeri
17
BAB III
METODE PENELITIAN
A. SETTING PENELITIAN
Menurut pengertiannya penelitian tindakan adalah penelitian tentang hal-hal yang terjadi di
masyarakat atau sekelompok sasaran, dan hasilnya langsung dapat dikenakan pada masyarakat
yang bersangkutan (Arikunto, Suharsimi 2002: 82). Ciri atau karakteristik utama dalam
penelitian tindakan adalah adanya partisipasi dan kolaborasi antara penulis dengan anggota
kelompok sasaran. Penelitian tindakan adalah satu strategi pemecahan masalah yang
memanfaatkan tindakan nyata dalam bentuk proses pengembangan inovatif yang dicoba sambil
jalan dalam mendeteksi memecahkan masalah. Dalam prosesnya pihak-pihak yang terlibat
Sedangkan tujuan penelitian tindakan harus memenuhi beberapa prinsip sebagai berikut :
1. Permasalahan atau topik yang dipilih harus memenuhi kriteria, yaitu benar-benar nyata dan
penting, menarik perhatian dan mampu ditangani serta dalam jangkauan kewenangan
2. Kegiatan penelitian, baik intervensi maupun pengamatan yang dilakukn tidak boleh sampai
4. Metodologi yang harus jelas, rinci dan terbuka, setiap langkah dari tindakan dirumuskan
dengan tegas, sehingga orang yang berminat terhadap penelitian tersebut dapat mengecek
5. Kegiatan penelitian diharapkan dapat merupakan proses kegiatan yang berkelanjutan (on-
going), mengingat bahwa pengembangan dan perbaikan terhadap kualitas tindakan memang
tidak dapat berhenti tetapi menjadi tantangan setiap waktu. (Arikunto, Suharsimi, 2002: 82-
83).
18
Sesuai dengan jenis penelitian yang dipilih, yaitu penelitian tindakan, maka penelitian ini
menggunakan model penelitian tindakan dari Kemmis dan Taggart (dalam Arikunto, Suharsimi,
2002: 83), yaitu berbentuk spiral dari siklus yang satu ke siklus yang berikutnya. Setiap siklus
(refleksi). Langkah pada siklus berikutnya adalah perencanaan yang sudah direvisi, tindakan,
pengamatan, dan refleksi. Sebelum masuk pada siklus I dilakukan tindakan pendahuluan yang
berupa identifikasi permasalahan. Siklus spiral dari tahap-tahap penelitian tindakan kelas dapat
Putaran 1
Refleksi Rencana
awal/rancangan
Tindakan/ Putaran 2
Observasi
Rencana yang
Refleksi direvisi
Tindakan/
Observasi
masalah, tujuan dan membuat rencana tindakan, termasuk di dalamnya instrument penelitian
19
2. Kegiatan dan pengamatan, meliputi tindakan yang dilakukan oleh penulis sebagai upaya
membangun pengetahuan konsep siswa serta mengamati hasil atau dampak dari
3. Refleksi, penulis mengkaji, melihat dan mempertimbangkan hasil atau dampak dari tindakan
4. Rancangan/ rencana yang direvisi, berdasarkan hasil refleksi dari pengamat membuat
B. SUBYEK PENELITIAN
1. Lokasi
alamat Jl. Kendangsari Blok S No. 26 Kecamatan Tenggilis Mejoyo Kota Surabaya.
2. Waktu
3. Kelas
Kelas yang dijadikan obyek perbaikan dan penelitian adalah Kelas 4-C dengan
20
C. SUMBER DATA
1. Dokumen
2. Pengalaman empiris
a. Catatan lapangan
b. Hasil observasi
1. Dokumentasi
Penulis mengumpulkan dan menggunakan data kelas, siswa dan dokumentasi nilai.
2. Observasi
individu atau proses kegiatan tertentu (Sudjana, 2006:67). Observasi dapat mengukur atau
menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa pada belajar, tingkah laku guru
pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, partisipasi siswa dalam simulasi dan
penggunaan alat peraga pada waktu belajar. Pada penelitian ini penulis melakukan observasi
untuk mengamati Aktivitas Guru pada saat pembelajaran berlangsung yaitu dari tahap awal
sampai akhir.
3. Tes
pembelajaran yang disampaikan. Materi tes dibuat penulis dengan memperhatikan buku
21
E. VALIDASI DATA
Validasi data juga dapat ditempuh dengan penganekaragaman alat pengumpul data.
Semakin banyak data yang menguatkan didapat dengan alat pengumpul data yang berbeda maka
data tersebut semakin valid. Sedangkan untuk memperoleh data yang mendukung keshahihan,
serta sesuai dengan fokus permasalahan dan tujuan yang hendak dicapai pada penelitian
Untuk mendapatkan data yang mendukung dan sesuai dengan karakteristik fokus
permasalahan dan tujuan penelitian, teknik validasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah
audit trail. Audit trail adalah pengecekan keabsahan temuan penelitian dan prosedur penelitian
yang telah diperiksa dengan mengkonfirmasikan kepada sumber data pertama (guru dan siswa).
Selain itu juga penulis mengkonfirmasikan dan mendiskusikan temuan penelitian terhsebut
dengan guru lain yang mengajar mata pelajaran yang sejenis, pembimbing, penulis senior, dan
teman-teman peneliti. Kegiatan ini dilakukan guna memperoleh kritik, tanggapan, dan
22
F. TEKNIK ANALISA DATA
Pengumpulan data yang ada, selanjutnya dianalisis. Untuk menganalisis data tersebut,
penulis memerlukan analisis data yang sesuai agar data yang diperoleh dapat
dipertanggungjawabkan, maka dalam penelitian ini penulis menggunakan analisis data kualitatif
Analisis data kualitatif pada penelitian ini diperoleh dari hasil observasi yang
dilakukan oleh penulis yang memuat gambaran tingkat pengetahuan siswa terhadap suatu
mata pelajaran, aktivitas dan antusiasme siswa saat mengikuti pelajaran setiap siklus.
Analisis data kuantitatif diperoleh dari hasil tes siswa yang bertujuan untuk
mengetahui pengetahuan siswa tentang materi pelajaran dari setiap siklus, di mana siswa
secara individu telah belajar tuntas atau berhasil apabila sekurang-kurangnya mendapat skor
70% berdasarkan indikator kemampuan berbahasa lisan dan tulis yang diterapkan melalui
berikut :
P = ∑f x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu.
∑f = Jumlah nilai yang diperoleh siswa.
N = Nilai maksimal.
rumus:
P = ∑n x 100%
N
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan belajar secara klasikal.
∑n = Jumlah siswa yang mendapat nilai ≥ 70.
N = Jumlah siswa seluruhnya.
23
Data pengamatan dianalisis dengan menghitung rata-rata pada setiap siklus yang
berikut :
66-75 = Baik.
46-65 = Cukup.
0-45 = Kurang.
G. INDIKATOR KINERJA
Indikator kinerja disusun berdasarkan aktivitas siswa selama kegiatan belajar mengajar
membaca pemahaman materi pembelajaran berbahasa sebagaimana terinci dalam tabel berikut :
Tahap
Aspek Yang Dinilai
Pembelajaran
Kegiatan Menyampaikan tujuan pembelajaran
Awal
Memancing antusiasme siswa terhadap PBM berlangsung
Kegiatan Inti Menjelaskan arti kata-kata yang baru dari materi atau dari kamus
Memberi kesempatan bagi siswa untuk membaca materi baru dalam
hati
Mengajukan pertanyaan bacaan tanpa melihat kembali bacaan tersebut
Mendeskripsikan jawaban pertanyaan ingatan maupun pikiran
berdasarkan bacaan secara lisan dan tulisan
Mempresentasikan konsep materi berdasarkan bacaan
Kegiatan Menyimpulkan materi dengan membuat rangkuman
Penutup
No Aktivitas Siswa
1 Mengklasifikasikan
2 Menguraikan
24
3 Menyimpulkan
4 Mengumpulkan
5 Menjawab pertanyaan
H. PROSEDUR PENELITIAN
1. Studi Awal
2. Fase Perencanaan
Menerapkan tindakan yang mengacu pada scenario dan langkah kegiatan mengajar atau
25
4. Fase Refleksi
Memperbaiki pelaksanaan tindakan sesuai hasil evaluasi untuk digunakan pada siklus
berikutnya.
Evaluasi tindakan.
26
BAB IV
Observasi awal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi awal pembelajaran membaca intensif.
Kondisi awal yang ditemukan penulis, rendahnya minat siswa dan kemampuan siswa
memahami isi bacaan serta kurang aktifnya siswa dalam mengikuti pembelajaran. Kurangnya
pemahaman yang didapat siswa ketika membaca menjadikan mereka tidak serius dalam
bahwa kemampuan siswa pada bidang bahasa Indonesia tidak begitu baik, sebagaimana tertera
Indikator Kemampuan
Membaca pemahaman Keterangan
No Nama Siswa Skor %
(T/TT)
1 2 3 4 5
1 Abdullah Al Mubarok 2 1 2 1 3 9 45% TT
Achmad Wildan Syah
2 2 4 1 4 1 12 60% TT
Ramdhany
Affreza Adhitya Prasetyo
3 2 1 4 1 1 9 45% TT
Hermawan
Alfionita Meilani Devina
4 2 3 1 3 3 12 60% TT
Putri
Anindita Maheswari
5 4 1 3 1 3 12 60% TT
Marsidhiono
Ardharaja
6 2 4 4 3 2 15 75% T
Alendraliansyah Sukma
7 Arvino Lanang Anugerah 2 1 2 1 3 9 45% TT
Ayatullah Khairani
8 1 3 1 2 2 9 45% TT
Purnomo
9 Chale Moussa 2 4 4 3 2 15 75% T
10 Dannish Faizah Isyham 2 1 4 1 4 12 60% TT
11 Dennys Maulana Arifin 1 3 1 2 2 9 45% TT
12 Dewi Putri Anggraini 3 1 2 1 1 8 40% TT
13 Endhita Salfa Vellisa 1 2 2 4 1 10 50% TT
14 Faatih Ahmad Duriyad 2 1 2 1 3 9 45% TT
15 Fandy Kurniawan 1 2 1 4 2 10 50% TT
27
Indikator Kemampuan
Membaca pemahaman Keterangan
No Nama Siswa Skor %
(T/TT)
1 2 3 4 5
16 Fellisa Rizkia Putri 3 4 4 2 3 16 80% T
17 Giscelda Rahma Arzura 1 2 2 2 1 8 40% TT
18 Juliano Putra Maulana 2 2 3 2 3 12 60% TT
19 Kayyisa Mutia Azzahara 1 4 1 2 2 10 50% TT
Lintang Jagat Istiko
20 3 1 2 1 4 11 55% TT
Mahendra
M. Andre Saputra
21 4 3 2 3 3 15 75% T
Ramadhan
Marsya Callysta Putri
22 4 1 3 3 1 12 60% TT
Aditia
23 M. Harlan Fadhila 1 3 1 2 1 8 40% TT
Mochamad Ikhwan
24 2 1 2 1 3 9 45% TT
Ikhsan Mulya
Mochamad Revano
25 2 4 1 4 1 12 60% TT
Ariyantono
Muhammad Fawwaz
26 1 1 3 2 3 10 50% TT
Nugraha
Muhammad Ghany Risky
27 2 3 2 3 1 11 55% TT
Wijaya
Muhammad Ridho
28 2 1 4 1 1 9 45% TT
Wijaya
Naura Cyntia Bella
29 2 4 4 3 2 15 75% T
Setiawan
30 Nizar Almair Zidane 2 1 4 1 4 12 60% TT
31 Novita Angraini 1 3 1 2 2 9 45% TT
32 Qyara Wida Ayyasy 3 1 2 1 1 8 40% TT
33 Reyhan Adji Bima Sena 1 2 2 4 1 10 50% TT
34 Ribby Kirana Agung 2 1 2 1 3 9 45% TT
35 Robbi Farul Purnomo 1 2 1 4 2 10 50% TT
Syafirah Azizaurrasayid
36 3 4 4 2 3 16 80% T
Balqis
Rata-rata 2,05 2,21 2,34 2,11 2,11 10,82 54%
Berdasarkan data tabel di atas maka dapat disimpulkan bahwa pencapaian kemampuan
membaca pemahaman materi pembelajaran berbahasa siswa sangat kurang oleh karenanya
28
B. DESKRIPSI SIKLUS I
1. Perencanaan
a) Waktu
Pertemuan siklus I direncanakan pada hari Kamis, tanggal 7 dan 14 Oktober 2021,
b) Materi
Materi pembelajaran pada siklus ini adalah bacaan yang terdapat pada buku
c) Penilaian
soal atau tugas sebagaimana termaktub dalam buku siswa mata pelajaran Tematik
2. Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada siklus I meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan ini sesuai dengan langkah-
Siswa lain membaca dengan tidak bersuara bagian materi bacaan yang lain
29
3. Pengamatan
Pada siklus II kelas mulai terkendali dan siiswa lebih fokus dengan pelajaran
karena peneliti lebih fokus juga. Untuk mengatasi kebosanan siswa, peneliti memberikan
sedikit canda. Materi juga sudah bagus karena penliti mampu menyesuaikan materi
dengan alokasi waktu yang diberikan. Siswa mulai terbiasa dengan peneliti sebagai guru
dan metode pembelajaran yang berganti teks dan topik, membuat siswa lebih semangat.
Berdasarkan hasil observasi siklus II, peneliti menyimbulkan bahwa aktivitas dalam
proses belajar dan mengajar menggunakan metode Reciprocal Teaching berjalan dengan
lancar, terbukti banyaknya kelebihan dan keberhasilan dalam mengajar, siswa sudah
fokus dalam pembelajaran, materi selesai sesuai dengan target yang diinginkan oleh
guru. Kelebihan pembelajaran dalam proses pembelajaran kali ini antara lain, 1) kerja
sama antar siswa meningkat, 2) antusias siswa dalam menutarakan pendapat meningkat,
3) banya pertanyaan peneliti yang bisa dijawab oleh siswa, 4) siswa lebih detail dalam
Hasil observasi siklus II, didapati temuan bahwa metode Reciprocal Teaching
akan lebih baik bila dilakukan beberapa kali untuk mempermudah pemahaman siswa
dalam sebuah teks. Penggunaan metode Reciprocal Teaching akan lebih baik bila
dilakukan beberapa kali untuk mempermudah pemahaman siswa dalam sebuah teks.
konsentrasi oleh guru, karena terdiri dari beberapa poin yang harus diulas satu persatu
dengan baik. Sebelum menerapkan metode Reciprocal Teaching, guru harus menguasai
atmosfir siswa.
30
4. Refleksi
Selain bagi siswa, metode Reciprocal Teaching ini merupakan hal yang baru bagi
pelaksanaannya pada siswa. Di samping itu, penulis sempat meragukan apakah dengan
C. DESKRIPSI SIKLUS II
1. Perencanaan
a) Waktu
Pertemuan siklus II direncanakan pada hari Kamis, tanggal 21 dan 28 Oktober 2021,
b) Materi
Materi pembelajaran pada siklus ini adalah bacaan yang terdapat pada buku
c) Penilaian
soal atau tugas sebagaimana termaktub dalam buku siswa mata pelajaran Tematik
2. Tindakan
Kegiatan pembelajaran pada siklus II meliputi kegiatan awal, kegiatan inti dan
kegiatan akhir. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan ini sesuai dengan langkah-
31
Meminta siswa membaca bacaan pada bagian yang ditetapkan
Siswa lain membaca dengan tidak bersuara bagian materi bacaan yang lain
3. Pengamatan
Teaching secara Daring pada siklus I berjalan dengan lancar. Siswa lebih aktif bertanya
dan berdebat, terutama ketika berlangsungnya praktek berkelompok dan mereka saling
bantu untuk menemukan apa yang diperintah oleh peneliti. Tapi terkadang masih ada
pertanyaan dari siswa uang menyimpang dari materi. Pernyataan yang dilontarkan oleh
siswa adalah respon yang baik, karena membuktikan bahwa siswa memperhatikan
pelajaran atau hanya sekedar selingan mereka agar mereka lebih dekat dengan peneliti.
Banyak siswa yang mampu mengerjakan tugas, hingga menghasilkan nilai yang baik
dengan metode Reciprocal Teaching berjalan lancar. Namun hasil yang diperoleh
kurang memuaskan karena banyak kekurangan yang terjadi selama proses pembelajaran.
kekurangan tersebut antara lain 1) sebagian siswa sibuk dengan kegiatannya sendiri
32
Faktor penyebab siswa kurang tuntas dalam pembelajaran adalah pada batasan
waktu yang diberikan dan siswa terlalu bersemangat sehingga membuat kelas menjadi
gaduh dan sulit dikendalikan. Hasil observasi pertama di siklus I siswa memang terlihat
kurang berminat dengan pelajaran bahasa Indonesia terutama membaca, karena siswa
kurang begitu suka dalam mempelajari teks, terutama teks yang terbilang teks panjang.
4. Refleksi
Selain bagi siswa, metode Reciprocal Teaching ini merupakan hal yang
menyenangkan bagi penulis sehingga pembelajaran menjadi hidup dan aktivitas siswa
dalam belajar semakin meningkat. Metode Reciprocal Teaching ini harus dilaksanakan
D. PEMBAHASAN
1. Siklus I
Siklus I
P = f x 100%
N
P = (1 x 0) + (2 x 3) + (3 x 4) + (4 x 1) x 100%
8x4
P = 22 x 100%
32
P = 68,7%
Keterangan :
P = Persentase yang sedang dicari nilainya
f = Jumlah seluruh skor yang diperoleh
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang semestinya
Pada tabel 4.2 menunjukkan data Aktivitas Guru pada Siklus I dengan perolehan
skor 78,1% dengan kategori “Baik”. Aktivitas Guru yang memperoleh skor 4 dengan
kategori “Sangat Baik” terlihat pada tahap pembelajaran kegiatan awal. Hal ini
dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti
sebagian siswa masih merasa bingung dan belum mengerti tentang langkah-langkah
penyelesaian dalam pemecahan. Maka dari tinjauan ini, penulis simpulkan bahwa pada
tahap kegiatan Siklus I, tampaknya siswa masih perlu bimbingan guru secara intensif.
34
b. Pembahasan tentang evaluasi kemampuan membaca pemahaman siswa Siklus I
Indikator Kemampuan
Membaca pemahaman Keterangan
No Nama Siswa Skor %
(T/TT)
1 2 3 4 5
1 Abdullah Al Mubarok 2 1 4 2 4 13 65% TT
Achmad Wildan Syah
2 2 4 3 4 2 15 75% T
Ramdhany
Affreza Adhitya Prasetyo
3 2 1 4 2 2 11 55% TT
Hermawan
Alfionita Meilani Devina
4 3 4 3 3 3 16 80% T
Putri
Anindita Maheswari
5 4 2 4 3 3 16 80% T
Marsidhiono
Ardharaja Alendraliansyah
6 2 4 4 3 2 15 75% T
Sukma
7 Arvino Lanang Anugerah 2 2 4 1 3 12 60% TT
Ayatullah Khairani
8 2 4 3 4 2 15 75% T
Purnomo
9 Chale Moussa 2 4 4 4 2 16 80% T
10 Dannish Faizah Isyham 2 3 4 2 4 15 75% T
11 Dennys Maulana Arifin 1 3 3 3 3 13 65% TT
12 Dewi Putri Anggraini 3 1 4 2 2 12 60% TT
13 Endhita Salfa Vellisa 3 2 4 4 2 15 75% T
14 Faatih Ahmad Duriyad 2 1 4 2 4 13 65% TT
15 Fandy Kurniawan 3 3 3 4 2 15 75% T
16 Fellisa Rizkia Putri 3 4 4 2 3 16 80% T
17 Giscelda Rahma Arzura 1 4 3 2 1 11 55% TT
18 Juliano Putra Maulana 2 4 4 2 3 15 75% T
19 Kayyisa Mutia Azzahara 1 4 1 2 2 10 50% TT
Lintang Jagat Istiko
20 4 3 2 2 4 15 75% T
Mahendra
M. Andre Saputra
21 4 4 2 3 3 16 80% T
Ramadhan
Marsya Callysta Putri
22 4 3 3 3 2 15 75% T
Aditia
23 M. Harlan Fadhila 2 4 1 2 1 10 50% TT
Mochamad Ikhwan Ikhsan
24 2 1 4 2 4 13 65% TT
Mulya
Mochamad Revano
25 2 4 3 4 2 15 75% T
Ariyantono
Muhammad Fawwaz
26 2 2 4 3 4 15 75% T
Nugraha
35
Indikator Kemampuan
Membaca pemahaman Keterangan
No Nama Siswa Skor %
(T/TT)
1 2 3 4 5
Muhammad Ghany Risky
27 2 3 4 4 2 15 75% T
Wijaya
28 Muhammad Ridho Wijaya 2 1 4 2 2 11 55% TT
Naura Cyntia Bella
29 2 4 4 4 2 16 80% T
Setiawan
30 Nizar Almair Zidane 2 3 4 2 4 15 75% T
31 Novita Angraini 1 3 3 3 3 13 65% TT
32 Qyara Wida Ayyasy 3 1 4 2 2 12 60% TT
33 Reyhan Adji Bima Sena 3 2 4 4 2 15 75% T
34 Ribby Kirana Agung 2 1 4 2 4 13 65% TT
35 Robbi Farul Purnomo 3 3 3 4 2 15 75% T
Syafirah Azizaurrasayid
36 3 4 4 2 3 16 80% T
Balqis
Rata-rata 2,37 2,87 3,39 2,82 2,58 14,03 70%
P = ∑X x 100%
N
P = 22 x 100%
36
P = 61%
Jadi ketuntasan klasikal mencapai 61%
Keterangan :
P = Persentase ketuntasan secara individu
∑x = Jumlah siswa yang mendapat skor ≥ 70%
N = Jumlah siswa seluruhnya
Tingkat pemahaman siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah memiliki daya
serap ≥ 70%. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila paling sedikit 75% siswa di
kelas tersebut telah tuntas belajar. Pada tabel 4.3 terlihat bahwa tingkat pemahaman
siswa pada Siklus I belum dapat dikatakan tuntas karena masih terdapat 14 orang siswa
yang belum tuntas belajar sehingga ketuntasan klasikal hanya mencapai 61%.
36
2. Siklus II
Siklus II
P = f x 100%
N
P = (1 x 0) + (2 x 1) + (3 x 5) + (4 x 2) x 100%
8x4
P = 25 x 100%
32
P = 78,1%
Keterangan :
P = Persentase yang sedang dicari nilainya
f = Jumlah seluruh skor yang diperoleh
N = Jumlah item pengamatan dikalikan skor yang semestinya
37
Pada tabel 4.4 menunjukkan data Aktivitas Guru pada Siklus I dengan perolehan
skor 78,1% dengan kategori “Sangat Baik”. Aktivitas Guru yang memperoleh skor 4
dengan kategori “Sangat Baik” terlihat pada tahap pembelajaran kegiatan awal. Hal ini
dipengaruhi oleh kepandaian guru dalam memotivasi siswa. Pada tahap kegiatan inti
siswa sudah tidak lagi merasa bingung tentang langkah-langkah penyelesaian. Maka dari
tinjauan ini, penulis simpulkan bahwa pada tahap kegiatan Siklus II secara global
Indikator Kemampuan
Membaca pemahaman Keterangan
No Nama Siswa Skor %
(T/TT)
1 2 3 4 5
1 Abdullah Al Mubarok 2 2 4 3 4 15 75% T
Achmad Wildan Syah
2 2 4 4 4 3 17 85% T
Ramdhany
Affreza Adhitya Prasetyo
3 2 2 4 3 4 15 75% T
Hermawan
Alfionita Meilani Devina
4 4 4 4 3 3 18 90% T
Putri
Anindita Maheswari
5 4 3 4 3 3 17 85% T
Marsidhiono
Ardharaja
6 2 4 4 3 2 15 75% T
Alendraliansyah Sukma
7 Arvino Lanang Anugerah 3 3 4 2 3 15 75% T
Ayatullah Khairani
8 2 4 3 4 2 15 75% T
Purnomo
9 Chale Moussa 2 4 4 4 2 16 80% T
10 Dannish Faizah Isyham 2 3 4 3 4 16 80% T
11 Dennys Maulana Arifin 1 3 4 4 4 16 80% T
12 Dewi Putri Anggraini 3 2 4 3 3 15 75% T
13 Endhita Salfa Vellisa 3 2 4 4 3 16 80% T
14 Faatih Ahmad Duriyad 2 1 4 3 4 14 70% TT
15 Fandy Kurniawan 3 4 4 4 2 17 85% T
16 Fellisa Rizkia Putri 3 4 4 2 3 16 80% T
17 Giscelda Rahma Arzura 2 4 4 3 2 15 75% T
18 Juliano Putra Maulana 2 4 4 2 3 15 75% T
19 Kayyisa Mutia Azzahara 1 4 1 2 2 10 50% TT
38
Indikator Kemampuan
Membaca pemahaman Keterangan
No Nama Siswa Skor %
(T/TT)
1 2 3 4 5
Lintang Jagat Istiko
20 4 4 2 2 4 16 80% T
Mahendra
M. Andre Saputra
21 4 4 2 3 3 16 80% T
Ramadhan
Marsya Callysta Putri
22 4 4 3 3 2 16 80% T
Aditia
23 M. Harlan Fadhila 3 4 1 2 1 11 55% TT
Mochamad Ikhwan
24 2 2 4 3 4 15 75% T
Ikhsan Mulya
Mochamad Revano
25 2 4 4 4 3 17 85% T
Ariyantono
Muhammad Fawwaz
26 2 2 4 4 4 16 80% T
Nugraha
Muhammad Ghany Risky
27 2 3 4 4 3 16 80% T
Wijaya
Muhammad Ridho
28 2 2 4 3 4 15 75% T
Wijaya
Naura Cyntia Bella
29 2 4 4 4 2 16 80% T
Setiawan
30 Nizar Almair Zidane 2 3 4 3 4 16 80% T
31 Novita Angraini 1 3 4 4 4 16 80% T
32 Qyara Wida Ayyasy 3 2 4 3 3 15 75% T
33 Reyhan Adji Bima Sena 3 2 4 4 3 16 80% T
34 Ribby Kirana Agung 2 1 4 3 4 14 70% TT
35 Robbi Farul Purnomo 3 4 4 4 2 17 85% T
Syafirah Azizaurrasayid
36 3 4 4 2 3 16 80% T
Balqis
Rata-rata 2,55 3,18 3,58 3,21 2,97 15,50 78%
Tingkat pemahaman siswa dikatakan tuntas belajar apabila telah memiliki daya serap ≥
70%. Sedangkan ketuntasan klasikal tercapai apabila paling sedikit 75% siswa di kelas tersebut
telah tuntas belajar. Pada tabel 4.5 terlihat bahwa tingkat pemahaman siswa pada Siklus II
dapat dikatakan tuntas karena hanya 6 orang siswa yang belum tuntas belajar sehingga
E. HASIL TINDAKAN
Penerapan model pembelajaran inkuiri berbantuan dengan teknik bertanya guru sangat
efektif digunakan untuk meningkatkan pemahaman pada tema 1 Perkembangbiakan Hewan dan
Tumbuhan siswa Kelas 4-C SD Negeri Kendangsari I/276 Surabaya. Hal ini dibuktikan dengan
meningkatnya siswa yang mencapai kriteria ketuntasan minimal (KKM) atau telah memiliki
daya serap ≥ 70% pada materi, dan juga meningkatnya ketuntasan klasikal yang tercapai
apabila paling sedikit 75% siswa di kelas tersebut telah tuntas belajar.
Dalam upaya peningkatan pemahaman dalam penelitian tindakan ini telah dilaksanakan
dalam dua tahap yang menunjukkan progresifitas ditilik dari ketercapaian individu maupun
yang signifikan dari 54% (kondisi prasiklus) menjadi 78% atau kenaikan 24%. Sedangkan
secara klasikal, rata-rata ketuntasan mengalami kenaikan yang signifikan dari 13% (kondisi
40
BAB V
A. KESIMPULAN
penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada siswa Kelas 4-C SD Negeri
penerapan metode Reciprocal Teaching secara Daring pada siswa Kelas 4-C SD Negeri
B. IMPLIKASI
melalui penerapan metode Reciprocal Teaching dapat dijadikan acuan untuk mengadakan
penelitian selanjutnya dengan sudut permasalahan berbeda atau solusi berbeda dengan
permasalahan serupa.
Dari hasil kesimpulan maka penulis sampaikan bahwa penerapan metode Reciprocal
berbahasa siswa dan membutuhkan langkah tindak lanjut dan pembiasaan agar terbentuk
karakter yang baik pada diri siswa agar kelak berguna bagi bangsa, negara dan agamanya.
41
C. SARAN
Beberapa saran penulis utarakan pada akhir laporan penelitian tindakan kelas ini
sebagaimana berikut :
1. Agar persepsi negatif siswa terhadap suasana proses belajar mengajar yang menjenuhkan
segera berubah, guru kelas harus kreatif dengan menerapkan berbagai model dan model
2. Guru kelas seyogyanya sering memberi peluang kepada siswanya untuk berkomunikasi
3. Orang tua harus turut dilibatkan dalam rangka meningkatkan kemampuan membaca
pemahaman materi pembelajaran berbahasa siswa karena bagaimanapun juga 83% waktu
sehari semalam siswa dihabiskan di luar sekolah yang sepenuhnya adalah tanggung jawab
orang tua.
42
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi. 2003. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Sinar Grafika Offset. Jakarta.
Clymer. 2011. The Barrett Taxonomy of Cognitive and Affective Dimensions of Reading
Comprehension. (Online).
http://www.vdac.de/vdac/index.php?option=com_docman&task=doc_vie w&gid=149.
Diakses pada tanggal 25 September 2011.
Harjasujana, Ahmad Slamet dan Vismaian Damaianti. Membaca dalam Terori dan Praktik.
Bandung: Mutiara, 2003.
Khuzaimatun, Siti. 2009. “Upaya Meningkatkan Kemampuan Membaca Intensif dengan Metode
SQ3R pada Siswa Kelas X3 SMA Negeri 1 Sumberlawang. Skripsi. Universitas Sebelas
Maret.
Munawaroh. 2005. “Peningkatan Keterampilan Membaca Intensif Teks Profil Tokoh dengan
Pendekatan Kontekstual Komponen Inquiry pada Siswa kelas VII B SMP N 10 Semarang”.
Skripsi. http://www.pustakaskripsi.com/peningkatan-keterampilan-membacaintensif.html.
diakses pada tanggal 31 Mei 2012.
Somadoyo, Samsu. 2011. Strategi dan Teknik Pembelajaran Membaca. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Sulistyorini. 2009. Evaluasi Pendidikan dalam Meningkatkan Mutu Pendidikan. Yogyakarta: Teras.
Tarigan, Henry Guntur. 2008. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung:
Angkasa.
Tarigan, Henry Guntur. 1979. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung :
Angkasa
Rooijakkers, Ad. 1995. Cara Belajar di Perguruan Tinggi. Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama
43
LAMPIRAN-LAMPIRAN
PENELITIAN
RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN SIKLUS 1
A. Tujuan Pembelajaran
1. Dengan mengamati gambar, siswa mampu membuat daftar pertanyaan untuk persiapan
wawancara dengan tepat.
2. Dengan mengamati gambar, siswa mampu membuat pertanyaan tertulis menggunakan kosa
kata baku dan kalimat efektif untuk persiapan wawancara dengan benar.
3. Dengan mengamati gambar, siswa mampu membuat pertanyaan tertulis menggunakan kosa
kata baku dan kalimat efektif untuk persiapan wawancara dengan benar.
Pertemuan Kedua
Alokasi
Kegiatan Deskripsi Kegiatan
Waktu
Awal 1. Guru membuka pelajaran dengan salam, menanyakan kabar dan 10
mengecek kehadiran siswa secara online melalui Microsoft Teams, Menit
lalu berdo’a. Religius
2. Guru melakukan apersepsi dengan cara :
a. Mendeskripsikan alat/bahan/media yang akan digunakan, yaitu :
1. WA Group, Microsoft Foarms dan beberapa portal belajar
online.
2. Bahan Presentasi.
b. Mengajukan pertanyaan tentang :
1. Daftar Pertanyaan
A. Tujuan Pembelajaran
1. Setelah bertanya jawab, siswa mampu mengidentifikasi ciri-ciri pertanyaan yang baik dengan
benar.
2. Setelah membaca, mencermati langkah-langkah, dan berlatih, siswa mampu menjelaskan
keterampilan dalam melakukan wawancara dengan tepat.