Anda di halaman 1dari 37

PROPOSAL PENELITIAN

DAMPAK PEMBELAJARAN DALAM JARINGAN TERHADAP


KONSENTRASI BELAJAR SISWA
(STUDI KASUS PADA MTsS MUHAMMADIYAH RAROWATU)

Oleh :

HENDIANTO
NIM. C1B118128

JURUSAN SOSIOLOGI
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS HALUOLEO
2021
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………….. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………….. iii
BAB I PENDAHULUAN…………………………………………………. 4
A. Latar Belakang………………………………………………………. 4
B. Rumusan Masalah…………………………………………………… 6
C. Tujuan dan Kegunaan……………………………………………….. 6
D. Kerangka Pikir………………………………………………………. 6
BAB II TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 9
A. Dasar Teori………………………………………………………….. 9
B. Penelitian Relevan………………………………………………….. 25
C. Kerangka Pikir………………………………………………………. 26
BAB III METODE PENELITIAN……………………………………….. 28
A. Tempat dan Waktu Penelitian………………………………………. 28
B. Jenis Penelitian……………………………………………………… 28
C. Fokus dan Deskripsi Fokus Penelitian……………………………… 28
D. Informan Penelitian…………………………………………………. 29
E. Teknik Pengumpulan Data………………………………………….. 29
F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data……………………………….. 32
DAFTAR PUSTAKA

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan abad 21 ditandai dengan adanya era revolusi industri 4.0


yang pada masa ini ditandai dengan pesatnya perkembangan Teknologi
Informasi dan Komunikasi (TIK) dalam berbagai bidang kehidupan, termasuk
dalam pendidikan. Salah satu pengaruh besar teknologi, informasi dan
komunikasi dalam bidang pendidikan yaitu munculnya terobosan baru yang
mulai memanfaatkan jaringan komputer dan internet dalam proses
pembelajaran yang sering disebut sebagai e-learning atau pembelajaran dalam
jaringan yang disingkat daring (Yanti, 2020). Pembelajaran daring merupakan
pembelajaran yang menggunakan jaringan internet dengan aksesibilitas,
konektivitas, fleksibilitas, dan kemampuan untuk memunculkan berbagai
jenis interaksi pembelajaran. Penelitian yang dilakukan oleh Zhang et al.,
(2004) menunjukkan bahwa penggunaan internet dan teknologi multimedia
mampu merombak cara penyampaian pengetahuan dan dapat menjadi
alternatif pembelajaran yang dilaksanakan dalam kelas tradisional.
Penggunaan teknologi mobile mempunyai sumbangan besar dalam lembaga
pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pencapaian tujuan pembelajaran
jarak jauh (Korucu & Alkan, 2011).Berbagai media juga dapat digunakan
untuk mendukung pelaksanaan pembelajaran secara daring.Misalnya kelas-
kelas virtual menggunakan layanan Google Classroom, Edmodo, dan
Schoology (Enriquez, 2014; Sicat, 2015; Iftakhar, 2016), dan applikasi pesan
instan seperti WhatsApp (So, 2016).Pembelajaran secara daring bahkan dapat
dilakukan melalui media social seperti Facebook dan Instagram (Kumar &
Nanda, 2018).
Pembelajaran daring menghubungkan peserta didik dengan sumber
belajarnya (database, pakar/instruktur, perpustakaan) yang secara fisik

3
terpisah atau bahkan berjauhan namun dapat saling berkomunikasi,
berinteraksi atau berkolaborasi (secara langsung/synchronous dan secara tidak
langsung/asynchronous).Pembelajaran daring (e-learning) adalah bentuk
pembelajaran jarak jauh yang memanfaatkan teknologi telekomunikasi dan
informasi, misalnya internet, CD-ROOM (Molinda, 2005).
Siswa adalah penuntut ilmu yang terdaftar dan belajar disuatu
lembaga sekolah tertentu. Salah satu komponen yang menempati posisi
sentral dalam proses pembelajarn baik di kelas maupun di luar kelas, adalah
siswa atau peserta didik itu sendiri. Dalam proses pembelajaran siswa sebagai
penuntut ilmu yang ingin meraih cita-cita, memiliki tujuan dan kemudian
ingin mencapainya secara optimal. Dalam hal ini, selama proses pembelajaran
siswa ditempatkan sebagai subjek belajar bukan sebagai objek. Karena siswa
sebagai subyek yang mengarahkan agar siswa itu sendiri lebih aktif selama
proses pembelajaran. Dalam hal ini sekolah juga sebagai salah satu lembaga
pendidikan formal, merupakan suatu tempat kegiatan belajar mengajar
berlangsung. Di tempat inilah peserta didik akan diajarkan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan tersebut. Kemudian para guru dan siswa
terlibat secara interaktif dalam proses pendidikan.Untuk itu, menurut Tu’u
(2004: 1) bahwa proses belajar mengajar meliputi beberapa kegiatan sebagai
berikut :
Proses belajar mengajar meliputi kegiatan pendidikan, pembelajaran, dan
latihan. Kegiatan mendidik mengarah pada peningkatan dan perkembangan
afektif (sikap) yang terdiri dari moral, etika, mental, spiritual dan perilaku
positif.Sementara pembelajaran mengarah pada peningkatan dan
perkembangan kemampuan kognitif (pengetahuan), yang terdiri dari
menghafal, mengingat, analisis, sintesa, aplikasi dan evaluasi.Selanjutnya,
latihan mengarah pada peningkatan danmperkembangan psikomotorik
(keterampilan) yang berkaitan dengan mengajarkan hal-hal praktis.
Dalam proses pembelajaran diperlukan konsentrasi belajar atau
perhatian terpusat pada materi pembelajaran. Pemusatan perhatian tertuju
pada suatu objek tertentu dengan mengabaikan masalah-masalah lain. Ketika
melakukan proses pembelajaran atau menerima mata pelajaran, hendaknya

4
mengabaikan orang yang ada di sekitar kita dan lebih memfokuskan perhatian
terhadap guru yang sedang melangsungkan proses pembelajaran, agar upaya
memusatkan perhatian terhadap mata pelajaran tersebut terterima dan dapat
menguasai pelajaran dengan baik. Djamarah (2002:15), konsentrasi adalah
pemusatan fungsi jiwa terhadap sesuatu masalah atau objek. Misalnya,
konsentrasi pikiran, perhatian dan sebagainya. Sedangkan perhatian adalah
pemilihan rangsangan yang datang dari lingkungan.
Konsentrasi belajar merupakan pemusatan perhatian terhadap mata
pelajaran tertentu. Dalam melakukan proses atau kegiatan belajar secara
konvensional maupun pembelajaran dalam jaringan tidak senantiasa berhasil,
karena seringkali ada hal-hal yang mengakibatkan timbulnya kesulitan belajar
yang dialami peserta didik yaitu tidak konsentrasi belajar. Terjadinya tidak
konsentrasi belajar dikarenakan peserta didik tidak mampu memusatkan
perhatian terhadap mata pelajaran tertentu sehingga menimbulkan
ketidakpahaman/ketidakjelasan terhadap mata pelajaran tersebut. Adapun
gejala rendahnya konsentrasi belajar siswa akan tampak diantaranya, kurang
memusatkan perhatian, melamun pada saat proses pembelajaran berlangsung,
memperoleh nilai rendah, tidak menguasai pelajaran, dan tidak ada partisipasi
secara aktif dalam proses pembelajaran misalnya untuk bertanya atau
memberikan pendapat mengenai topic pembahasan dalam pembelajaran.
Hal ini tidak dapat dibiarkan begitu saja, karena akan membawa
dampak besar terhadap rendahnya prestasi belajar yang di peroleh oleh
peserta didik dan tidak tercapainya tujuan pembelajaran tersebut. Oleh karena
itu, perlu adanya usaha untuk mencari faktor yang menyebabkan rendahnya
konsentrasi belajar siswa khususnya dalam pembelajaran daring tersebut guna
untuk mengantisipasi rendahnya konsentrasi belajar siswa. Untuk itu perlu
adanya kerja sama baik dari pihak guru, sekolah dan siswa itu sendiri untuk
bersama-sama memperbaiki segala sesuatu yang menyebabkan rendahnya
konsentrasi belajar siswa. Dengan proses belajar yang baik, dapat dijamin
bahwa sekolah tersebut mampu menghasilkan lulusan yang berkompeten dan

5
mempunyai prestasi belajar yang baik pula walaupun dalam proses
pembelajaran yang dilakukan secara daring.
Pembelajaran dalam jaringan memberikan lingkungan baru, cara
belajar baru, media belajar baru, metode belajar baru, yang tentunya semua
hal tersebut akan berdampak pada konsentrasi belajar siswa dalam proses
pembelajaran. Pada penelitian terdahulu mengenai “Analisis Tingkat
Konsentrasi Belajar Siswa Dalam Proses Pembelajaran Matematika Ditinjau
Dari Hasil Belajar” oleh Mutia Rahma Setyani mnenyebutkan beberapa
faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa yaitu suasana
lingkungan belajar yang tidak kondusif dan siswa merasa jenuh selama proses
pembelajaran. Dalam proses pembelajaran dalam jaringan, tidak menutup
kemungkinan ada siswa yang merasa jenuh karena lingkungan rumahnya
yang mungkin saja tidak kondusif untuk proses pembelajaran sehingga
mengurangi konsentrasi belajar siswa terhadap proses pembelajaran.
Berdasarkan hasil observasi maka penulis tertarik melakukan
penelitian untuk memecahkan masalah yang tertera diatas dengan langkah
ilmiah yang penulis formulasikan dalam sebuah judul “Dampak Pembelajaran
Dalam Jaringan Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah tersebut, maka permasalahan
penelitian dapat dirumuskan sebagai berikut : Bagaimana dampak
pembelajaran dalam jaringan terhadap konsentrasi belajar siswa?

C. Tujuan Penelitian

Mengacu pada rumusan masalah, maka tujuan penelitian adalah :


Untuk mendeskripsikan dampak pembelajaran dalam jaringan terhadap
konsentrasi belajar siswa.

6
D. Manfaat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan dengan memberikan beberapa manfaat,


baik manfaat teoritis maupun manfaat praktis.
a. Manfaat Teoritis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperkaya kajian tentang
konsentrasi belajar siswa dalam upaya membantu siswa untuk
menyelesaikan permasalahannya, khususnya yang berkaitan dengan
konsentrasi belajar selama proses pembelajaran dalam jaringan.
b. Manfaat Praktis
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah wawasan tentang
upaya yang dapat dilakukan dalam mengembangkan cara belajar siswa
yang efektif serta dapat berkonsentrasi dalam pembelajaran dalam
jaringan.

7
BAB II

KAJIAN TEORI

A. Dasar Teori
1. Pembelajaran Dalam Jaringan
a. Definisi Pembelajaran Dalam Jaringan
Menurut Pribadi (2009:10) menjelaskan bahwa,
“Pembelajaran adalah proses yang sengaja dirancang untuk
menciptakan terjadinya aktivitas belajar dalam individu. Sedangkan
pembelajaran menurut.” Sedangkan menurut Gegne (dalam Pribadi,
2009:9) menjelaskan “pembelajaran adalah serangkaian aktivitas
yang sengaja diciptakan debgan maksud untuk memudahkan
terjadinya proses belajar.”
Pembelajaran (instruction) adalah suatu usaha untuk
membuat peserta didik belajar atau suatu kegiatan untuk
membelajarkan peserta didik (Warsita, 2008:85). Dalam pengertian
lain, pembelajaran adalah usaha-usaha yang terencana dalam
memanipulasi sumber-sumber belajar agar terjadi proses belajar
dalam diri peserta didik (Sadiman dkk, 1986:7). Sedangkan menurut
Depdiknas (dalam Warsita, 2008:85) “Dalam UU No.20 Tahun 2003
tentang Sikdiknas Pasal 1 Ayat 20, Pembelajaran adalah proses
interaksi peserta didik dengan pendidik dan sumber belajar pada
suatu lingkungan belajar.”
Dari semua pendapat mengenai pembelajaran menurut para
ahli dapat disimpulkan bahwa pembelajaran merupakan suatu
interaksi aktif antara guru yang memberikan bahan pelajaran dengan
siswa sebagai objeknya. Proses pembelajaran merupakan kegiatan
yang didalamnya terdapat sistem rancangan pembelajaran hingga
menimbulkan sebuah interaksi antara pemateri (guru) dengan
penerima materi (murid/siswa). Adapun beberapa rancangan proses

8
kegiatan pembelajaran yang harus diterapkan adalah dengan
melakukan pendekatan pembelajaran, strategi pembelajaran serta
metode pembelajaran.
Pembelajaran juga sebagai suatu proses membelajarkan
peserta didik yang telah direncanakan, dilaksanakan, dan dievaluasi
agar siswa/peserta didik mencapai tujuan pembelajaran secara efektif
dan efesien. Pembelajaran dapat dipandang melalui dua sudut, yang
pertama pembelajaran merupakan suatu sistem. Pembelajaran terdiri
dari beberapa komponen yang terstruktur antara lain tujuan
pembelajaran, media pembelajaran, strategi, pendekatan dan metode.
Pembelajaran, pengorganisasian kelas, evaluasi
pembelajaran, dan tindak lanjut pembelajaran berupa remedial dan
pengayaan. Kedua, pembelajaran merupakan suatu proses, maka
pembelajaran merupakan kegiatan guru dalam rangka membuat
siswa untuk belajar. Proses tersebut meliputi : (a) Persiapan dari
mulai merencanakan program pengajaran tahunan, semester, dan
penyusunan perencanaan mengajar dilengkapi dengan persiapan
media belajar, dan evaluasi; (b) Pelaksanaan kegiatan belajar dengan
mengacu pada persiapan pembelajaran yang telah dipersiapkan
sebelumnya; (c) Menindaklanjuti pembelajaran yang telah dikelola
yang berbentuk pengayaan atau penambahan jam pelajaran, dan
remedial bagi siswa yang mendapatkan kesulitan dalam belajar.
Sistem pembelajaran daring (dalam jaringan) merupakan
sistem pembelajaran tanpa tatap muka secara langsung antara guru
dan siswa tetapi dilakukan melalui online yang menggunakan
jaringan internet.Pembelajaran dalam jaringan memiliki beberapa
ciri-ciri secara umum.Ciri-ciri tersebut didasarkan atas gabungan
dari beberapa teori dan pendekatan yang mendukung pembelajaran
dalam jaringan. Dari beberapa bahan sumber pustaka, dapat
diketahui bahwa ciri-ciri dari pembelajaran dalam jaringan sangat
luas, tetapi secara garis besar didapatkan bahwa ciri-ciri dari

9
pembelajaran dalamjaringan menurut Flinders University, yaitu
personal, structurd, active dan Connective.
- Pembelajaran Individu
Pengalaman belajar pada pembelajaran dalam jaringan
diciptakan oleh siswa itu sendiri.Pada pembelajaran dalam
jaringan siswa berdiri di atas pijakan sendiri.Salah satu
keuntungan dari pembelajaran online yaitu, siswa dapat
menciptakan sendiri suasana belajar yang nyaman dan sesuai
keinginan. Semua proses belajar Anda yang menentukan, mulai
dari waktu, tempat, suasana, dan lain-lain. Siswa dalam proses
pembelajaran dalam jaringanakan belajar secara sendiri dan
mandiri. Ada beberapa faktor internal maupun eksternal yang
akan memengaruhi keberhasilan dari pembelajaran dalam
jaringan yang dilakukan oleh siswa. Faktor internal yang dapat
mempengaruhi yaitu kecerdasan, rasa ingin tahu yang tinggi,
motivasi, kepribadian, dan lain sebagainya.Sedangkan faktor
eksternal yang dapat mempengaruhi pembelajaran dalam
jaringan yaitu teknologi yang dipakai, lingkungan sekitar,
kecepatan akses internet dan lain sebagainya.Dalam
pembelajaran dalam jaringan setiap siswa perlu untuk
menciptakan kehadiran guru, yang dapat digunakan sebagai
kontrol untuk dirinya. Ketika siswa telah menciptakan kehadiran
guru, siswa akan mampu mengotrol kecepatan belajarnya
sendiri. Ketika peran guru tidak ada, maka dapat memungkinkan
adanya kemalasan siswa yang dapat mengakibatkan tidak
berjalannya pembelajaran online sesuai jadwal.
- Terstruktur dan Sistematis
Sama seperti pembelajaran konvensional, pembelajaran
dalam jaringan dilakukan secara terstruktur.Sebelum
diadakannya kegiatan belajar mengajar secara daring, terlebih
dahulu guru menyiapkan silabus, materi pelajaran, media dan

10
sumber belajar.Semua kegiatan tersebut dilakukan secara
terstruktur. Selain terstruktur secara teknis, materi perlajaran
pun diatur sedemikian rupa agar dapat terstruktur sesuai
tingkatan kemampuan. Materi yang lebih mudah akan diberikan
di awal pertemuan, dan materi yang sulit akan diberikan di akhir
pertemuan. Selain itu materi-materi yang dirasa sulit akan
diberikan penjelasan dan contoh.
- Mengutamakan Keaktifan Siswa
Proses belajar terjadi akibat adanya proses aktif dari
siswa. Proses aktif ini sangat diperlukan dalam pembelajaran
konvensional maupun pembelajaran daring. Pada pembelajaran
dariing memerlukan kegiatan aktif dari siswa.Cara mengaktifkan
siswa dapat menggunakan teknologi.Teknologi dipilih, karena
dapat memfasilitasi dan menyediakan berbagai hal yang dapat
mengaktifkan siswa.Dengan menggunakan teknologi, guru dapat
merancang beberapa akifitas yang dapat membuat siswa aktif,
baik dalam aktif berpikir, aktif bersosialisasi maupun aktif
dalam hal lainnya.
- Keterhubungan
Pembelajaran dalam jaringan dikenal sebagai
pembelajaran mandiri.Pembelajaran dalam jaringan tidak
merubah kebiasaan-kebiasaan yang terjadi pada pembelajaran
konvensional seperti adanya pertemanan, ataupun interaksi
dengan guru.Salah satu karakteristik dari pembelajaran daring
yaitu adanya konektivitas. Aktivitas pembelajaran daring
menghubungkan antara siswa dan guru, siswa yang satu dan
lainnya, menghubungkan antara tim pengajar ataupun siswa
dengan staf pendidik lainnya. Pembelajaran konektif didasarkan
pada pembelajaran sosial dan teori pembelajaran konstruktivis,
seperti yang dijelaskan oleh George Siemens. Menurutnya
bahwa belajar tidak harus dipandang sebagai suatu peristiwa,

11
tetapi merupakan sebuah proses yang melibatkan antara memori,
kognisi, emosi, keyakinan, dan persepsi. Selain itu belajar dapat
dilakukan dengan berbagai cara seperti mengirim e-mail,
melihat blog, melakukan percakapan online dan lain-lain.
Melalui pembelajan dalam jaringan siswa akan terkoneksi
dengan dunia maya. Siswa akan lebih banyak menemukan
banyak sumber belajar yang tidak terbatas. Dalam pembelajaran
dalam jaringan tidak adanya batasan ruang dan waktu sehingga
siswa dapat belajar secara terkoneksi.
b. Konsep Pembelajaran Dalam Jaringan Menurut Para Ahli
Kualitas pendidikan adalah salah satu masalah pendidikan
yang harus menjadi sorotan penting dalam perbaikan sistem
pendidikan, khususnya yang berkenaan dengan kualitas
pembelajaran.Dari berbagai kondisi dan potensi yang ada upaya
yang dapat dilakukan untuk peningkatan kualitas tersebut adalah
mengembangkan pembelajaran yang berorientasi pada
siswa.Pembelajaran yang berorientasi pada siswa dapat dilakukan
dengan membangun sistem pembelajaran yang memungkinkan siswa
memiliki kemampuan untuk belajar lebih menarik, interaktif, dan
bervariasi.Siswa harus mampu memiliki kompetensi yang berguna
bagi masa depannya.Seiring dengan perkembangan teknologi berikut
infrastruktur penunjangnya, upaya peningkatan kualitas
pembelajaran dapat dilakukan melalui pemanfaatan teknologi
tersebut dalam suatu sistem yang dikenal dengan online learning atau
pembelajaran dalam jaringan.
Pembelajaran dalam jaringan pertama kali dikenal karena
pengaruh dari perkembangan pembelajaran berbasis elektronik (e-
learning) yang diperkenalkan oleh Universitas Illionis melalui sistem
pembelajaran berbasis komputer (Hardiayanto). Online learning
merupakan suatu sistem yang dapat memfasilitasi siswa belajar lebih
luas, lebih banyak, dan bervariasi. Melalui fasilitas yang disediakan

12
oleh sistem tersebut, siswa dapat belajar kapan dan dimana saja
tanpa terbatas oleh jarak, ruang dan waktu.Materi pembelajaran yang
dipelajari lebih bervariasi, tidak hanya dalam bentuk verbal,
melainkan lebih bervariasi seperti visual, audio, dan gerak.
Secara umum, pembelajaran dalam jaringan sangat berbeda
dengan pembelajaran secara konvensional.Pembelajaran dalam
jaringan lebih menekankan pada ketelitian dan kejelian siswa dalam
menerima dan mengolah informasi yang disajikan secara
online.Menurut Bonk Curtis J. secara tersirat mengemukakan dalam
survei Online Training in an Online World bahwa konsep
pembelajaran online sama artinya dengan e-learning. Menurut The
Report of the Commission on Technology and Adult Learning
(2001) dalam Bonk Curtis J. (2002, hlm. 29) defines e-learning as
“instructional content or learning experiences delivered or enabled
by electronic technology”. Oleh karena itu, Online learning
memerlukan siswa dan pengajar berkomunikasi secara interaktif
dengan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi, seperti
media komputer dengan internet-nya, telepon atau fax, Pemanfaatan
media ini bergantung pada struktur materi pembelajaran dan tipetipe
komunikasi yang diperlukan.Transkrip percakapan, contoh-contoh
informasi, dan dokumen-dokumen tertulis yang menghubungkan
pada online learning atau pembelajaran melalui Web yang
menunjukkan contoh-contoh penuh teks adalah cara-cara tipikal
bahwa pentingnya materi pembelajaran didokumentasi secara dalam
jairngan.
Komunikasi yang lebih banyak visual meliputi gambaran
papan tulis, kadang-kadang digabungkan dengan sesi percakapan,
dan konferensi video, yang memperbolehkan siswa yang suka
menggunakan media yang berbeda untuk bekerja dengan pesanpesan
yang tidak dicetak. Pembelajaran dalam jaringan dapat dirumuskan
sebagai “a large collection of computers in networks that are tied

13
together so that many users can share their vast resources’ (Williams,
1999). Pengertian pembelajaran dalam jaringan meliputi aspek
perangkat keras (infrastruktur) berupa seperangkat komputer yang
saling berhubungan satu sama lain dan memiliki kemampuan untuk
mengirimkan data, baik berupa teks, pesan, grafis, maupun suara.
Dengan kemampuan ini pembelajaran dalam jaringan dapat diartikan
sebagai suatu jaringan komputer yang saling terkoneksi dengan
jaringan komputer lainnya keseluruh penjuru dunia (Kitao,1998).
Namun demikian, pengertian pembelajaran dalam jaringan bukan
hanya berkaitan dengan dengan perangkat keras saja, melainkan juga
mencakup perangkat lunak berupa data yang dikirim dan disimpan,
sewaktu-waktu dapat diakses.
Beberapa komputer yang saling berhubungan satu sama lain
dapat menciptakan fungsi sharing yang secara sederhana dapat
disebut sebagai jaringan (networking). Fungsi sharing yang tercipta
melalui jaringan (networking) tidak hanya mencakup fasilitas yang
sangat dan sering dibutuhkan, seperti printer atau modem, maupun
yang berkaitan dengan data atau program aplikasi tertentu.
Kemajuan lain yang berkaitan dengan pembelajaran dalam jaringan
sebagaimana yang dikemukakan oleh Kenji Kitao (1998) adalah
banyaknya terminal komputer di seluruh dunia terkoneksi ke
pembelajaran dalam jaringan, sehingga banyak pula orang yang
menggunakan pembelajaran dalam jaringan setiap harinya.
Mengingat pembelajaran dalam jaringan sebagai metode atau
sarana komunikasi yang mampu memberikan manfaat besar bagi
kepentingan para peneliti, pengajar, dan siswa, maka para pengajar
perlu memahami karakteristik atau potensi pembelajaran dalam
jaringan agar dapat memanfaatkannya secara optimal untuk
kepentingan pembelajaran para siswa-nya.Keuntungan online
learning atau pembelajaran dalam jaringan adalah media yang
menyenangkan, sehingga menimbulkan ketertarikan siswa pada

14
program-program online. Siswa yang belajar dengan baik akan cepat
memahami komputer atau dapat mengembangkan dengan cepat
keterampilan komputer yang diperlukan, dengan mengakses Web.
Oleh karena itu, siswa dapat belajar di mana pun pada setiap waktu
Online learning di Indonesia mulai dirasakaan dari proses
pembelajaran mandiri melalui tugas-tugas yang diberikan.
Pembelajaran mandiri lebih menekankan belajar melalui
segala sumber yang dapat mendukung dengan bantuan seminimal
mungkin dari orang lain. Perkembangan pembelajaran dalam
jaringan mulai kentara saat adanya pembelajaran jarak jauh.Melalui
pembelajran jarak jauh, pemerintah dapat mengatasi masalah
pemerataan pendidikan untuk semua individu. Melalui pembelajaran
jarak jauh proses pembelajaran dikombinasikan dengan e-learning,
sejak saat itu online learning atau pembelajaran dalam jaringan terus
berkembang di Indonesia. Pembelajaran dalam jaringan di Indonesia
berkembang dengan pesat.Pada awalnya pembelajaran dalam
jaringan masih dikombinasikan dengan pembelajaran konvensional
untuk melatih siswa untuk lebih mandiri.Melatih kemandirian belajar
untuk siswa di Indonesia bukan suatu hal yang mudah, dikarenakan
sistem pembelajaran terdahulu (pola tradisional) yang beranggapan
bahwa guru merupakan sumber belajar utama.Setelah siswa lebih
mandiri barulah pembelajaran dalam jaringna dapat dilakukan secara
menyeluruh.
c. Analisis Kebutuhan Pembelajaran Dalam Jaringan
Faktanya yang terjadi bahwa pembelajaran dalam jaringan
semakin banyak digunakan. Teknologi telah menjadi cara yang
penting untuk menangani pendidikan, pelatihan, dan kebutuhan
pelatihan ulang dari sebuah masyarakat memperluas pengetahuan.
Menurut sebuah laporan pada keterampilan kerja, 50% dari semua
keterampilan karyawan menjadi usang dalam tiga sampai lima tahun.
Selain itu, para ahli mengatakan persentase pekerjaan yang masuk ke

15
dalam kategori "pekerja pengetahuan (knowledge workers)"
meningkat dengan pesat (Moe & Blodgett, 2000).Bahkan pekerjaan
yang secara tradisional dianggap memerlukan keterampilan lebih
sedikit, seperti penjualan ritel, sekarang umumnya membutuhkan
keterampilan computer dan kemampuan untuk mengikuti perubahan
produk.Banyak pekerja kerah biru secara teratur menggunakan
komputer dan database dalam pekerjaan mereka. Karena teknologi
adalah bagian dari produk untuk masa depan pembelajaran, sehingga
perlu dipelajari sejak dini. Singkatnya, belajar online yang paling
rasional ketika secara langsung memenuhi kebutuhan peserta didik
dan organisasi.Misalnya, jika suatu organisasi perlu menyediakan
kegiatan pembelajaran untuk peserta didik yang tersebar dan
memiliki sumber daya yang tepat serta dukungan fasilitas, teknologi
hal ini bisa sangat membantu.Di sisi pembelajar, teknologi dapat
menjadi nilai tambah yang besar bagi peserta didik yang memiliki
tujuan pembelajaran yang spesifik, memiliki ade-quate dukungan,
dan bersedia serta mampu menerima pembelajaran.
Pembelajaran dalam jaringan semakin banyak digunakan saat
ini, munkin kita bisa menganggap bahwa media ini cocok dan
memiliki segudang kelebihan terlebih lagi pada saat sekarang
dimana Covid-19 yang mengharuskan sementara pendidikan
dilakukan secara penuh dalam jaringan. Namun kalau media ini tidak
dirancang dengan baik, bukannya manfaat yang diperoleh akan tetapi
yang timbul adalah kebosanan. Hal ini terlihat dari fitur yang
tersedia rata-rata hanya berupa Next dalam serangkaian pertanyaan
yang bisa dijawab dengan mencoba terus tanpa harus dipelajari
secara serius.Pada umumnya masyarakat lebih suka meniru produk
inovasi yang baru tanpa didasari oleh kreativitas, lebih cenderung
memola dari yang sudah ada.Misalnya, ketika film merupakan media
baru, pembuat film menampilkan adegan dalam filmnya tidak lebih
dari drama panggung yang direkam dengan kamera film. Seiring

16
waktu, mereka menyadari bahwa film tidak harus mengikuti aturan
yang sama seperti drama panggung. Mereka mulai mengoptimalkan
karakteristik terbaik dari media baru-misalnya, kenyataan bahwa kita
bisa memiliki perubahan adegan terbatas dan menambahkan efek
khusus, sesuatu yang tidak dapat kita lakukan di atas panggung.
Pembelajaran dalam jaringan telah mengikuti pola yang sama.
Dengan merancang pembelajaran dalam jaringan yang pada dasarnya
tidak lebih dari buku teks yang dipindahan pada layar komputer,
pengembang gagal menggunakan keuntungan dan kekhasan dari
Web untuk merancang online learning.Apa yang kita harus lakukan
malah mengevaluasi karakteristik dari teknologi ini untuk
mempertimbangkan apa yang menjadi kebutuhan siswa. Sebagai
contoh, teknologi jaringan (networking) memungkinkan orang untuk
berkomunikasi dan berbagi, sehingga semua informasi dapat dikirim
dan diterima melalui e-mail. Ini adalah cara yang murah dan dapat
diandalkan untuk berbagi pengetahuan. Kelebihannya bahwa kita
dapat dengan mudah memanfaatkan kemampuan ini untuk belajar.
Implementasi modus pembelajaran apa yang digunakan
membutuhkan satu kearifan untuk memutuskan mana yang paling
cocok. Guru perlu mempertimbangkan dengan mengacu pada
karakteristik materi pelajaran, kompetensi yang akan dicapai, serta
karakteristik siswa. Pada dasarnya semua model tersebut memiliki
keunggulan.Yang penting untuk diperhatikan dalam hal ini adalah
kondisi siswa (learner condition). Pembelajaran yang sepenuhnya
online membutuhkan beberapa persyaratan utuk siswa, yaitu : (1)
ICT literacy: siswa harus memiliki kemampuan awal berupa
penguasaan ICT yang dasar sebagai alat untuk belajar, artinya jika
siswa kelas rendah dimana kemampuan membaca dan menuisnya
belum baik, maka tidak cocok menggunakan online, namun bagi
mereka lebih cocok menggunakan kelas tradisional yang langsung
dibimbing oleh guru secara langsung. (2) Indevedency: pembelajaran

17
dalam jaringan membutuhkan kondisi siswa yang sudah terbiasa
untuk belajar mandiri, yaitu memanfaatkan fasilitas belajar online
untuk mempelajari materi, mengerjakan quiz dan berlatih menguasai
kompetensi tanpa harus di bimbing langsung oleh guru. Dalam hal
ini siswa harus memiliki motivasi internal yang tinggi untuk terus
belajar mencapai target dan kondisi seperti ini hanya ada pada siswa
kelas tinggi dan pendidikan tinggi. (3) Creativity and Critical
Thinking : fasilitas pembelajaran online sangat beragam, siswa dapat
mempelajari berbagai tools yang tersedia seperti browsing, chatting,
groups discussion, video conferencing, quiz online, drill online dan
lainnya, hal ini menuntut adanya kreativitas siswa untuk
memanfaatkan semua dengan optimal. Dalam hal ini diperlukan
kreatifitas siswa memvariasikan dan menggali pengalaman belajar
dengan modus yang bervariasi.
Pembelajaran dalam jaringan memfasilitasi content yang
lebih banyak dari materi yang tersedia di pembelajaran tradisional,
sehingga siswa dituntut untuk memiliki kemampuan kritis untuk
memilih, menentukan dan menyerap pengetahuan mana yang lebih
dibutuhkannya. Contoh : siswa SMA adalah level peserta didik yang
sudah cukup memiliki kemampuan dasar ICT, memiliki kemandirian
belajar yang sudah mulai baik dan kreatif dan kritis dalam berfikir,
sehingga pemanfaatan cocok mengkombinasikan pembelajaran
dengan online learning. Guru dapat memfasilitasinya melalui CMS
(content management system), Blog pembelajaran, dan LMS
(learning management system).
2. Konsentrasi Belajar Siswa
a. Definisi Konsentrasi Belajar Siswa
Menurut asal katanya, konsentrasi atau concentrate (kata kerja)
berarti memusatkan, dan dalam bentuk kata bentuk kata benda,
concentration artinya pemusatan. Konsentrasi adalah pemusatan
pikiran pada suatu hal dengan cara menyampingkan hal-hal lain yang

18
tidak berhubungan. Siswa yang berkonsentrasi belajar dapat diamati
dari beberapa tingkah lakunya ketika proses belajar mengajar. Menurut
pendapat lain konsentrasi yaitu kemampuan untuk memusatkan
perhatian secara penuh pada persoalan yang sedang dihadapi.
Konsentrasi memungkinkan individu untuk terhindar dari
pikiranpikiran yang mengganggu ketika berusaha untuk memecahkan
persoalan yang sedang dihadapi.Pada kenyataannya, justru banyak
individu yang tidak mampu berkonsentrasi ketika menghadapi
tekanan.Perhatian mereka malah terpecahpecah dalam berbagai arus
pemikiran yang justru membuat persoalan menjadi semakin kabur dan
tidak terarah. Secara garis besar, sebagian besar orang memahami
pengertian konsentrasi sebagai suatu proses pemusatan pikiran kepada
suatu objek tertentu.
Dengan adanya pengertian tersebut, timbullah suatu pengertian
lain bahwa di dalam melakukan konsentrasi, orang harus berusaha
keras agar segenap perhatian panca indera dan pikirannya hanya boleh
focus pada satu objek saja. Panca indera, khususnya mata dan telinga
tidak boleh terfokus kepada hal-hal lain, pikiran tidak boleh
memikirkan dan teringat masalah-masalah lain. Berdasarkan beberapa
pendapat dapat disimpulkan bahwa secara umum konsentrasi
merupakan suatu proses pemusatan pikiran terhadap suatu objek
tertentu. Berarti tindakan atau pekerjaan itu dilakukan dengan
sungguhsungguh dengan memusatkan seluruh panca indra yang kita
miliki bahkan yang bersifat abstrak sekalipun seperti perasaan.
Konsentrasi adalah pemusatan pemikiran kepada suatu objek
tertentu.Semua kegiatan kita membutuhkan konsentrasi.Dengan
konsentrasi kita dapat mengerjakan pekerjaan lebih cepat dan dengan
hasil yang lebih baik.Karena kurang konsentrasi hasil pekerjaan
biasanya tidak dapat maksimal dan diselesaikan dalam waktu yang
cukup lama.Oleh karena itu konsentrasi sangat penting dan
perlu dilatih.Pikiran kita tidak boleh dibiarkan melayang-layang karena

19
dapat menyebabkan gangguan konsentrasi.Pikiran harus diarahkan
kesuatu titik dalam suatu pekerjaan. Dengan begitu pikiran kita makin
hari akan semakin kuat. Konsentrasi adalah bagaimana anak fokus
dalam mengerjakan atau melakukan sesuatu sehingga pekerjaan itu
mampu dikerjakan dalam waktu tertentu.Kemampuan anak
berkonsentrasi berbeda-beda sesuai dengan usianya.Rentang perhatian
anak dalam menerima informasi melalui aktivitas apapun juga berbeda.
Rentang perhatian pada anak pra-sekolah sangat dipengaruhi
oleh banyak faktor, misalnya kurang menariknya materi, faktor
lingkungan yang ramai, kesulitan anak untuk mengerjakan, dll.Untuk
anak-anak memang sangat dibutuhkan kemampuan yang aktif untuk
menyampaikan materi dan disesuaikan dengan perkembangan
motoriknya.Sedangkan yang dimaksud dengan kesulitan konsentrasi
adalah bila tidak fokus dalam memperhatikan suatu hal atau
perhatiannya terpecah dan mudah beralih.Jadi, untuk suatu pekerjaan,
dia tidak bisa menuntaskannya.Sedikit-sedikit, perhatiannya sudah
berubah dan itu terjadi pada semua hal.Akan tetapi kesimpulan bahwa
seorang anak sulit konsentrasi, baru bisa didapat setelah dibandingkan
dengan anak normal umumnya.
Konsentrasi sangat penting dan dibutuhkan bagi siswa dalam
mengikuti proses pembelajaran, agar kompetensi yang diharapkan
dapat dikuasainya dengan baik. Begitu pentingnya konsentrasi bagi
siswa, sehingga konsentrasi merupakan prasyarat bagi siswa agar dapat
belajar dan berhasil mencapai tujuan pembelajaran.Selain itu
konsentrasi belajar merupakan hal penting bagi siswa karena
menentukan prestasi belajarnya, konsentrasi belajar tersebut dapat
dilihat dari fokusnya siswa belajar (Hasanah, Ahmad, and Karneli
2017).Petersan (2010), menyatakan bahwa rendahnya prestasi belajar
siswa sebagian besar disebabkan oleh lemahnya kemampuan anak
untuk berkonsentrasi (Erwiza et al. 2019). Konsentrasi belajar menurut
Dimyati (2009) merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada

20
pelajaran, pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar
maupun proses memperolehnya (Setiani, Setyowani, and Kurniawan
2014). Jika seorang siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar,
bisa jadi ia tidak dapat menikmati proses belajar yang dilakukannya.
Sedangkan belajar adalah modifikasi atau memperteguh
kelakuan melalui pengalaman, yang artinya belajar adalah suatu proses
dan bukan suatu hasil. Belajar tidak hanya mengingat akan tetapi
mengalami.17 Menurut Arthur J.Gates, belajar adalah perubahan
tingkah laku melalui pengalaman dan latihan. Sedangkan menurut
Clifford T. Morgan, belajar adalah perubahan tingkah laku yang
relative tetap yang merupakan hasil pengalaman yang lalu.Belajar
merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah.Belajar merupakan halyang
kompleks.Kompleks belajar tersebut dapat dipandang dari dua subyek
yaitu dari siswa dan guru. Dari segi siswa, belajar dialami sebagai
suatu proses. Siswa mengalami proses mental dalam menghadapi
bahan belajar. Dari segi guru, proses belajar tersebut dapat diamati
tidak langsung. Artinyaproses belajar yang merupakan proses internal
siswa tidak dapat diamati, tetapi dapat dipahamioleh guru. Proses
belajar tersebut “tampak” lewat perilaku siswa mempelajari bahan
belajar. Dari beberapa pengertian diatas dapat diketahui bahwa belajar
mengacu pada berubahnya perilaku seseorang yang dinyatakan dalam
bentuk penguasaan, penggunaan, penilaian mengenaik sikap,
pengetahuan dan kecakapan dasar yang terdapat dalam berbagai
bidang studi atau lebih luas lagi dalam aspek kehidupan dan
pengalaman. Belajar selalu menunjukkan suatu proses perubahan
tingkah laku atau pribadi seseorang berdasarkan praktik pengalaman
yang dialaminya.
Berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), belajar
mengandung arti berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu.
Sedangkan pembelajaran itu sendiri mengandung arti proses, cara,
perbuatan menjadikan orang atau mahluk hidup belajar. Pendapat

21
lainnya dari belajar adalah suatu proses untuk memperoleh motivasi
dalam pengetahuan, keterampilan, kebiasaan dan tingkah laku.21
Pengertian belajar menurut H.C. Witherington adalah suatu perubahan
di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai suatu pola baru
dari reaksi berupa kecakapan, sikap,kebiasaan, atau Berdasarkan UU
Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional,
disebutkan bahwa pembelajaran adalah proses interaksi peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Sementara menurut PP Nomor 32 Tahun 2013, pembelajaran diartikan
sebagai proses interaksi antara peserta didik, antara peserta didik
dengan pendidik dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar.
Jadi konsentrasi belajar siswa adalah terpusatnya perhatian
siswa pada proses pembelajaran yang berlangsung tanpa melakukan
hal-hal lain. Konsentrasi belajar merupakan kemampuan memusatkan
perhatian pada pelajaran. Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi
bahan belajar maupun proses memperolehnya. Jika seorang siswa tidak
dapat berkonsentrasi dalam belajar, bisa jadi ia tidak dapat menikmati
proses belajar yang dilakukannya. Hal ini bisa saja dikarenakan mata
pelajaran yang dipelajari dianggap sulit sehingga tidak dapat menyukai
pelajaran tersebut, guru yang menyampaikan tidak disukai karena
beberapa alasan, suasana dan tempat tidak menyenangkan, atau bahkan
cara penyampaiannya membosankan. Gangguan konsentrasi pada saat
belajar banyak dialami oleh para siswa terutama dalam mempelajari
mata pelajaran yang mempunyai tingkat kesulitan cukup tinggi
misalnya pelajaran yang berkaitan dengan ilmu pasti dan mata
pelajaran yang termasuk kelompok ilmu social.Gangguan Pemusatan
Perhatian/Hiperaktif atau dikenal dengan attention deficit
disorder/hiperactivity disoder yang disingkat ADHD merupakan salah
satu bentuk gangguan eksternalisasi. Anak yang mengetukkan jari,
selalu bergerak, menggoyang-goyangkan kaki, mendorong tubuh orang
lain tanpa ada alasan yang jelas, berbicara tanpa henti, dan selalu

22
bergerak gelisah seringkali disebut hiperaktivitas. Di samping itu, anak
dengan simtomsimtom seperti itu juga sulit untuk
berkonsentrasi.Konsentrasi besar pengaruhnya terhadap belajar
seorang siswa. Jika seorang siswa mengalami kesulitan dalam
berkonsentrasi, jelas belajarnya akan sia-sia, karena hanya akan
membuang tenaga, waktu, pikiran maupun biaya. Seseorang yang
dapat belajar dengan baik adalah orang yang dapat berkonsentrasi
dengan baik.
b. Faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
Faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa menurut
Slameto di antaranya:
1) Kurangnya minat terhadap mata pelajaran yang dipelajari.
2) Perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci dan
dendam.
3) Suasana lingkungan belajar yang berisik dan berantakan.
4) Kondisi kesehatan jasmani.
5) Kebosanan terhadap pelajaran atau sekolah.
Tonie Nase mengatakan konsentrasi belajar siswa dapat
dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti:

1) Lingkungan. Lingkungan dapat mempengaruhi kemampuan dalam


berkonsenrasi, kita akan dapat memaksimalkan kemampuan
konsentrasi. Jika kita dapat mengetahui faktor apa saja yang
berpengaruh terhadap konsentrasi, kita mampu menggunakan
kemampuan kita pada saat dan suasana yang tepat. Faktor
lingkungan yang mempengaruhi konsentrasi belajar adalah suara,
pencahayaan, temperature, dan desain belajar.

2) Modalitas belajar. Modalitas belajar yang menentukan siswa dapat


memproses setiap informasi yang diterima. Konsentrasi dalam
belajar dan kreativitas guru dalam mengembangkan strategi dan

23
metode pembelajaran di kelas akan meningkatkan konsentrasi
belajar siswa sehingga hasil belajarnya meningkat.

3) Pergaulan. Pergaulan juga dapat mempengaruhi siswa dalam


menerima pelajaran. Perilaku dan pergaulan mereka, dapat
mempengaruhi konsentrasi belajar yang dipengaruhi juga oleh
beberapa faktor, seperti faktor teknologi yang berkembang saat ini
contohnya televisi, internet, dll hal ini sangat berpengaruh pada
sikap dan perilaku siswa.

4) Psikologi. Faktor psikologi juga dapat mempengaruhi bagaimana


sikap dan perilaku siswa dalam berkonsentrasi, misalnya karena
adanya masalah dalam lingkungan sekitar dan keluarga. Hal ini
tentunya akan mempengaruhi keadaan psikologi siswa, karena
siswa akan kehilangan semangat dan motivasi belajar mereka,
tentunya akan berpengaruh juga terhadap tingkat konsentrasi siswa
yang semakin menurun.18 Berdasarkan paparan di atas dapat
disimpulkan bahwa faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar
siswa yaitu adanya faktor dari internal siswa (minat belajar,
perasaan gelisah, tertekan, marah, khawatir, takut, benci, dendam
dan kesehatan jasmani) dan eksternal siswa (lingkungan, modalitas
belajar, pergaulan dan psikologi).
B. Penelitian Relevan
Beberapa penelitian yang relevan dalam penelitian ini sebagai
berikut:

1. Hasil penelitian Caca Handika (2020) dengan judul “PENGARUH


GAME ONLINE TERHADAP KONSENTRASI BELAJAR SISWA
PADA PENDIDIKAN AGAMA ISLAM (PAI) DI SMK NEGERI 2
KOTA BENGKULU” pada penelitian diatas melihat bagaimana
pengaruh game online terhadap konsentrasi belajar siswa pada
pendidikan agama Islam (PAI) di SMK Negeri 2 Kota Bengkulu.
Persamaan dalam penelitian terdahulu dan penelitian ini yaitu membahas

24
tentang konsentrasi belajar siswa sedangkan perbedaan penelitian
terdahulu dengan penelitian yang di lakukan peneliti yaitu pada
penelitian terdahulu melihat pengaruh game online terhadap konsentrasi
belajar siswa sedangkan pada penelitian ini peneliti membahas tentang
dampak [embelajaran dalam jaringan terhadap konsentrasi belajar siswa.
Selain itu, dalam penelitian terdahulu objek penelitiannya pada jenjang
pendidikan SMK sedangkan pada penelitian ini pada jenjang Pendidikan
MTs.
2. Hasil penelitian Hidayatur Rahman dengan judul “ANALISIS
KEEFEKTIFAN PEMBELAJARAN ONLINE DI MASA PANDEMI
COVID-19”. Kesamaan antara penelitian terdahulu dengan penelitian ini
yaitu membahas tentang pembelajaran online atau pembelajaran dalam
jaringan.
3. Hasil Penelitian Ratih Noviati (2019) dengan judul “PENGARUH
LINGKUNGAN BELAJAR TERHADAP TINGKAT KONSENTRASI
BELAJAR SISWA PADA MATA PELAJARAN AKIDAH AKHLAK
DI MAN 2 PALEMBANG”. Kesamaan penelitian tersebut dengan
penelitian ini yaitu membahas tentang konsentrasi belajar siswa.
4. Hasil Penelitian Mutia Rahma Setyani dan Ismah dengan judul
“ANALISIS TINGKAT KONSENTRASI BELAJAR SISWA DALAM
PROSES PEMBELAJARAN MATEMATIKA DITINJAU DARI
HASIL BELAJAR”. Kesamaan penelitian tersebut dengan penelitian ini
yaitu membahas tentang konsentrasi belajar siswa.
C. Kerangka Pikir

Berdasarkan kajian teori diatas, pembelajaran dalam jaringan


merupakan pembelajaran yang sanagat berbeda dari pembelajaran tatap muka
secara langsung didalam kelas. Pembelajaran dalam jaringan lebih
menekankan pada ketelitian dan kejelian siswa dalam menerima dan
mengolah informasi pembelajaran yang disajikan secara daring. Pembelajaran

25
dalam jaringan semakin banyak digunakan saat ini, munkin kita bisa
menganggap bahwa media ini cocok dan memiliki segudang kelebihan.

Pembelajaran dalam jaringan telah mengikuti pola yang sama. Dengan


merancang pembelajaran dalam jaringan yang pada dasarnya mentransferkan
materi atau bahan ajar melalui alat elektronik dengan bantuan jaringan
internet menuntut guru untuk lebih kreatif dalam memilih metode
pembelajaran, media pembelajaran, sehingga tujuan pembelajaran dapat
tercapai walaupun dengan kondisi pembelajaran yang dilakukan jarak jauh.
Pembelajaran dalam jaringan memiliki banyak manfaat misalnya
memudahkan siswa dan guru untuk melaksanakan proses pembelajaran
walaupun dengan jarak jauh, memudahkan setiap siswa untuk mendapatkan
bahan ajar yang dapat langsung dilihat pada handphone ataupun computer
yang digunakan selama proses pembelajaran, dan lain-lain. Tetapi, disamping
manfaat, ada beberapa hambatan yang dapat dihadapi siswa selama proses
pembelajaran daring, misalnya saja jika siswa yang berada ditempat yang
terkategori sebagai tempat yang masih susah jangkauan jaringan maka
otomatis proses pembelajaran yang berlangsung kurang efektif, kemudian jika
masih ada siswa yang belum memiliki alat elektronik seperti hp atau
computer tentu saja akan kesusahan untuk mengikuti proses pembelajaran,
siswa yang mengalami kejenuhan saat pembelajaran daring karena tidak dapat
berinteraksi langsung dengan teman ataupun guru pada saat pembelajaran dan
masih banyak hambatan lainnya. Manfaat dan hambatan tersebut tentu saja
memberikan dampak pada konsentrasi belajar siswa.

Konsentrasi belajar adalah terpusatnya perhatian siswa pada proses


pembelajaran yang berlangsung tanpa melakukan hal-hal lain. Konsentrasi
belajar merupakan kemampuan memusatkan perhatian pada pelajaran.
Pemusatan perhatian tersebut tertuju pada isi bahan belajar maupun proses
memperolehnya. Jika seorang siswa tidak dapat berkonsentrasi dalam belajar,
bisa jadi ia tidak dapat menikmati proses belajar yang dilakukannya. Hal ini
bisa saja dikarenakan mata pelajaran yang dipelajari dianggap sulit sehingga

26
tidak dapat menyukai pelajaran tersebut, guru yang menyampaikan tidak
disukai karena beberapa alasan, suasana dan tempat tidak menyenangkan,
atau bahkan cara penyampaiannya membosankan. Oleh karena itu, diperlukan
upaya untuk mengetahui faktor-faktor apa saja yang berpengaruh terhadap
konsentrasi belajar siswa, sehingga dapat dilakukan tindakan dalam rangka
meningkatkan konsentrasi belajar siswa.

Pembelajaran Dalam Jaringan

Manfaat Pembelajaran Daring Hambatan Pembelajaran Daring

Kondisi Siswa Selama Proses


Pembelajaran Dalam Jaringan
(Konsentrasi Belajar Siswa)

Faktor-faktor Yang Mempengaruhi


Konsentrasi Belajar Siswa

Dampak Pembelajaran Daring


Terhadap Konsentrasi Belajar Siswa

Gambar 1. Kerangka Pikir

27
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Tempat dan Waktu Penelitian


Penelitian ini di laksanakan di MTs S Muhammadiyah Rarowatu
kabupaten Bombana. Sekolah ini berlokasi di desa Lampeantani Kecamatan
Rarowatu Kabupaten Bombana pada bulan Februari sampai bulan Maret.

B. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan pendekatan
studi kasus di maksudakan untuk mengungkapkan dampak pembelajaran
dalam jaringan terhadap konsentrasi belajar siswa. Pendekatan sudi kasus
ialah suatu serangkaian kegiatan ilmiah yang dilakukan secara intensif,
terinci dan mendalam tentang suatu program, peristiwa, dan aktivitas, baik
pada tingkat perorangan, sekelompok orang, lembaga, atau organisasi
untuk memperoleh pengetahuan mendalam tentang peristiwa tersebut.
Biasanya, peristiwa yang dipilih yang selanjutnya disebut kasus adalah
hal yang aktual (real-life events), yang sedang berlangsung, bukan sesuatu
yang sudah lewat. Penelitian ini menggunakan pendekatan studi kasus dengan
maksud mendeskripsikan hasil penelitian dan berusaha menemukan gambaran
menyeluruh mengenai dampak pembelajaran daring terhadap konsentrasi
belajar siswa.
C. Fokus dan deskripsi fokus penelitian
a. Fokus penelitian
Fokus penelitian ini adalah mendeskripsikan bagaimana dampak
pembelajaran dalam jaringan terhadap konsentrasi belajar siswa.
b. Deskripsi fokus penelitian
Untuk memudahkan pemahaman tentang fokus penelitian maka di
uraikan sehingga nampak lebih jelas maksud yang di kehendaki dalam
penelitian ini yaitu sebagai berikut :

28
1. Bagaimana proses, manfaat dan hambatan pembelajaran daring
2. Bagaimana kondisi (konsentrasi belajar) siswa selama proses
pembelajaran daring
3. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi konsentrasi belajar siswa
4. Bagaimana dampak pembelajaran dalam jaringan terhadap konsentrasi
belajar siswa

D. Informan penelitian
Data dan informasi penelitian di peroleh dari siswa MTs S
Muhammadiyah Rarowatu dan dianggap dapat mendeskripsikan dampak
pembelajaran dalam jaringan terhadap konsentrasi belajar siswa.
E. Teknik Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, teknik pengumpulan data yang akan di gunakan
adalah :
1. Wawancara
Menurut Esterberg dalam Sugiyono (2015:72) wawancara adalah
pertemuan yang dilakukan oleh dua orang untuk bertukar informasi
maupun suatu ide dengan cara tanya jawab, sehingga dapat dikerucutkan
menjadi sebuah kesimpulan atau makna dalam topik tertentu. Dalam
wawancara terdapat tahapan-tahapan yang akan dilakukan oleh peneliti
untuk melakukan pengumpulan data yaitu:
a. Membuat pedoman pertanyaan wawancara, sehingga pertanyaan yang
diberikan sesuai dengan tujuan wawancara tersebut.
b. Menentukan narasumber wawancara.
c. Menentukan lokasi dan waktu wawancara.
d. Melakukan proses wawancara
e. Dokumentasi
f. Memastikan hasil wawancara telah sesuai dengan informasi yang
dibutuhkan oleh peneliti.
g. Merekap hasil wawancara.

29
2. Dokumentasi
Dokumentasi Menurut Sugiyono (2015:82) merupakan catatan
peristiwa pada waktu yang lalu, dan dapat berbentuk tulisan, gambar,
maupun karya – karya monumental dari seseorang.Peneliti menggunakan
data siswa, data sekolah, dokumentasi berupa foto dengan siswa sebagai
data sekunder dalam penelitian ini.
3. Observasi
Menurut Marshall (dalam Sugiyono 2016;310) menyatakan bahwa,
“through observation, the researcher learn behavior and the meaning
attached to those behavior”. Melalui observasi, peneliti belajar tentang
perilaku, dan makna dari perilaku tersebut. Dalam melakukan observasi,
peneliti akan terlibat kegiatan proses pembelajaran siswa dan sisawa yang
diamati sebagai sumber data penelitian.
4. Kehadiran Peneliti
Peneliti sebagai orang yang melakukan observasi mengamati
dengan cermat terhadap obyek penelitian.Untuk memperoleh data tentang
penelitian ini, maka peneliti terjun langsung kelapangan.Kehadiran peneliti
dalam penelitian ini berperan sebagai instrumen kunci yang berperan
sebagai pengamat non partisipan, di mana peneliti turun kelapangan tidak
melibatkan diri secara langsung dalam kehidupan obyek penelitian.Sesuai
dengan ciri pendekatan kualitatif salah satunya sebagai instrumen
kunci.Dengan itu peneliti di lapangan sangat mutlak hadir atau terjun
langsung dalam melakukan penelitian.Berkenaan dengan hal tersebut,
dalam mengumpulkan data peneliti berusaha menciptakan hubungan yang
baik dengan informan yang menjadi sumber data agar data-data yang
diperoleh betul-betul valid. Dalam pelaksanaan penelitian ini peneliti akan
hadir di lapangan sejak diizinkannya melakukan penelitian, yaitu dengan
cara mendatangi lokasi penelitian pada waktu-waktu tertentu, baik
terjadwal maupun tidak terjadwal.
5. Teknik Analisis Data

30
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini teknik
analisis interaktif dari Miles dan Huberman (1982), yang meliputi empat
langkah, yaitu:
a. Pengumpulan data
Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi,
wawancara, dan dokumentasi.Uji kesahihan instrumen dan data
penelitian kualitatif menggunakan metode triangulasi, yaitu
mengumpulkan data dengan menggunakan beberapa bentuk metode,
dimana antara data yang diperoleh dibandingkan dengan tujuan
kenyataannya yang tujuannya untuk mengabsahkan data. Triangulasi
meliputi empat hal, yaitu: metode, teori, sumber data dan triangulasi
antar peneliti (Rahardjo: 2010).
Teknik analisis data dalam penelitian kualitatif terdapat tiga
tahapan yaitu : reduksi data, penyajian data, dan penarikan kesimpulan.
Reduksi data adalah kegiatan pemilihan, pemusatan perhatian dan
penyederhanan data kasar yang diperoleh dilapangan. Penyajian data
adalah kegiatan ketika sekumpulan informasi disusun sehingga
memberikan kemungkinan akan adanya penarikan kesimpulan dan
pengambilan tindakan. Kesimpulan diperoleh melalui berbagi informasi
yang diperoleh dimulai pada saat pengumpulan data hingga pengolahan
data yang kemudian diperkuat dengan bukti-bukti teoritis yang
mendukung.
b. Reduksi data
Reduksi data bukanlah suatu hal yang terpisah dari analisi.
Reduksi data di artikan sebagai proses pemilihan pemusatan, pemusatan
perhatian pada penyederhanaan, pengabstraksian, dan transformasi data
kasar yang muncul dari catan-catan yang tertulis di lapangan. Kegiatan
reduksi data berlangsung terus menerus, terutama selama proyek yang
berorientasi kualitatif berlangsung atau selama pengumpulan
data.Selama pengumpulan data berlangsung, terjadi tahapan reduksi,
yaitu membuat ringkasan, mengkode, menelusuri tema, membuat

31
gugus-gugus membuat putrisi dan menulis memo.Reduksi data
merupakan suatu bentuk analis yang menjamkan, pengolongan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data
sedemikian rupa sehingga kesimpulan-kesimpilan akhirnya dapat di
tarik dari verifikasi. Reduksi data atau proses transformasi ini berlanjut
terussesudah penelitian lapangan, sampai laporan akhir lengkap
tersusun. Jadi dalam penelitian kualitatif dapat di sederhanakan dan di
transformasikan dalam aneka macam cara: melalui seleksi, melalui
ringkasan atau uraian singkat, menggolongkan,dalam suatu pola yang
lebih luas dan sebagainya.
c. Penyajian data
Untuk menetapkan penyajian data di perlukan teknik
pemeriksaan.Pelaksanaan teknik pemeriksaan di dasarkan atau sejumlah
kriteria tertentu.Ada empat criteria yang digunakan yaitu derajat
kepercayaan, keteralihan,ketergantungan, dan kepastian.
d. Penarikan kesimpulan
Kegiatan analisi menarik kesimpulan dan verifikasi.Ketika
kegiatan pengumpulan data di lakukan, seorang penganalisis kualitatif
mencari arti benda-benda, mencatat, keteraturan, pola-pola, penjelasan,
konfigurasi-konfigurasi yang mungkin, alur sebab akibat, dan proporsi.
Kesimpulan yang mula-mulanya belom jelas akan meningkat menjadi
terperinci, kesimpulan-kesimpulan catatan lapangan, pengkodenanya
menyimpan dan metode pencarian ulang yang di lakukan, kecakapan
penelitidan tuntunan pemberi dana, tetapi sering kali kesimpulan itu
telah sering di rumuskan sebelumnya awal.

F. Teknik Pengecekan Keabsahan Data


a. Kriteria Kredibilitas dengan teknik pemeriksaan sbb:
1) Perpanjangan waktu penelitian
Perpanjangan dalam penelitian sangat menentukan dalam
pengumpulan data.Perpanjangan tidak hanya di lakukan dalam

32
waktu singkat, tetapi memerlukan perpanjangan keikutsertaan
peneliti pada latar peneliti. Perpanjangan keikutsertaan peneliti
akan memungkinkan meningkatkan derajat kepercayaan data yang
di kumpulkan. Hall tersebur penting artinya karena penelitian
kualitatif beriorientasi pada situasi, sehingga dengan perpanjangan
keikutsertaan dapat memastikan apakah kontek itu di pahami dan di
hayati.Di samping itu membangun kepercayaan antara subjek dan
peneliti memerlukan waktu yang cukup lama.
2) Ketekunan pengamatan
Ketekunan pengamatan di maskusdkan menemukan cirri-ciri dan
unsure-unsur dalam situasi yang sangat relevan dengan persoalan
atau isu yang sedang di cari dan kemudian memusatkan diri pada
hal-hal tersebut secara rinci. Dengan kata lain jika perpanjangan
penelitian menyediakan lingkup, maka ketekunan pengamatan
menydiakan kedalaman.
b. Triangulasi
Trianggulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan
pengecekan atau sebagian pembanding terhadap data itu. Teknik
trianggulasi yang palingbanyak di gunakan ialah pemeriksaan melalui
sumber lainya.Denzim(1978) membedakan empat macam trianggulasi
sebagai teknik pemeriksaan yang memanfaatkan sumber metode
penyidik dan teori.
c. Pemeriksaan sejawat melalui diskusi
Teknik ini lakukan dengan cara mengekspos hasil sementara atau hasil
akhir yang di peroleh dalam bentuk diskusi analitik dengan rekan-rekan
sejawat. Adapun maksudnya adalah sbb:
- Untuk membuat agar peneliti tetap mempertahankan sikap terbuka
dan kejujuran. Dalam diskusi analitik tersebut kemencengan
peneliti di singkat dana enelitian dan pengertian mendalam di
telaah yang nantinya menjadi dasar bagi klarifikasi penafsiran.

33
- Diskusi dengan teman sejawat memberikan kesempatan awal yang
baik untuk menjajaki dan menguji hipotesisi yang muncul dari
pemikiran peneliti. Ada kemungkinan hipotesisi yang muncul
dalam benak peneliti sudah dapat di kofirmasikan, tetapi dalam
diskusi analitik inimungkin sekali dapat terungkap segi-segi lainya
judtru membongkar pemikiran peneliti. Sekiranya peneliti tidak
dapat mempertahankan posisinya. Maka dia perlu
membertimbangkan kembali arah hipotesisinya itu.
d. Analisis kasus negative
Teknik analisis kasus negative di lakukan dengan jalan mengumpulkan
contoh dan kasus yang tidak sesuai dengan pola dan kecenderungan
informasi yang telah di kumpulkan dan di gunakan sebagai kasus
negative untuk mejelaskan hipotesisi alternative sebagai upaya
peningkatan argumentasi penemuan.
e. Pengecekan melalui buku rekaman
Kecukupan referensial mula-mula di usulkan oleh Eisner (1987 dalam
lincon dan guba, 1981:313) sebagai alat untuk meanmpung dan
menyesuaikna dengan kritik tertulis untuk keperluan evaluasi, film atau
video-tape, dapat di gunakan sebagai alat perekam pada saat senggang
dapat di manfaatkan untuk membandingkan hasil yang di peroleh
dengan kritik yang terkumpul. Jadi bahan-bahan yang tercacat dan
terekam dapat di gunakan sebagai patokan untuk menguji sewaktu
diadakan analisi dan penafsiran data.
f. Pengecekan melalui anggota peneliti
Pengecekak anggotan yang terlibat dalam proses pengumpulan data
sangat penting dalam memeriksa derajatkepercayaan, yang di cek
dengan anggota yang terlibat meliputi data, kategori analitis, penafsiran
dan kesimpulan .tujuanya tentu pemeriksan derajat kepercayaan.
g. Tranferabilitas
Keteralihan sebagai persoalan empiris bergantung pada kesamaan
antara konteks pengirim dan menerima.Untuk melakukan pengalihan

34
tersebut seorang peneliti mencari dan mengumpulkan kejadian empiri
tentang kesamaan konteks. Dengan demikian penelitian bertanggung
jawab untuk menyediakan data deskriptif secukupnya jika ia ingin
membuat keputusan tentang pengalihan tersebut. Untuk keperluan itu
peneliti harus melakukan penelitian kecil untk memastikan pola
konsumsi tersebut.
h. Dependablitas
Konsep kebergantungan lebih luas dari pada realibilitas hal tersebut di
sebabkan peninjauan yang dari segi bahwa konsep itu di perhitungkan
segala-galanya yaitu yang ada pada rehabilitas itu sendiri di tambah
faktor-faktor lainya yang tersangkut.
i. Confirmabilitas
Objektifitas-objektifitasnya sesuatu hal bergantung pada orang seorang,
menurut scriven (1971).Selain itu masih ada unsure kualitas yang
melekat pada konsep objektivitas itu, berarti dapat di percaya, factual
dan dapat di pastikan.Subjektif berarti tidak dapat di percaya, atau
menceng pengertian terajhir ini lah yang di jadikan tumpuhan
pengalihan pengertian objektifitas-subjekivitas menjadi pengalihan.

35
DAFTAR PUSTAKA

Aprilia, Diana, dkk. (2014). Penerapan Konseling Kognitif dengan Teknik


Pembuatan Kontrak (Contingency Contracting) untuk Meningkatkan
Konsentrasi Belajar Siswa Kelas X TKR I SMK Negeri 3 Singaraja. Jurnal
Pendidikan Jurusan Bimbingan Konseling Undika Volume 2 No. 1 Tahun
2014. Bali: Undika.
Arifin, Zainal. (2014). Evaluasi Pembelajaran; Prinsip, Teknik, Prosedur.
Bandung: Rosda.
Aunurrahman. (2014). Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta.
Azizah, Sulis Nur. (2015). Peningkatan Konsentrasi Belajar IPA Melalui Mind
Mapping Siswa Kelas V SDN Jomblangan. Jurnal Penddikan Guru
Sekolah Dasar UNY Edisi 5 Tahun ke IV April 2015: 1-13. Yogyakarta:
UNY.
Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta
Hamiyah, Nur dan Mohammad Jauhar. (2014). Strategi Belajar Mengajar Dikelas.
Jakarta: Prestasi Pustakarya.
Ismah, dan Erna Ratna Wibiastuti. (2015). Pengaruh Gerografis Sekolah terhadap
Konsentrasi Belajar Siswa Sekolah Menengah Pertama. FIBONACCI:
Jurnal Penddikan Matematika dan Matematika Volume 1 No. 1 Juni 2015:
82-95. Jakarta: Fibonacci.
Meutiarani, Riska. (2014). Hubungan Anemia Diferensiesi Besi Terhadap
Gangguan Konsentrasi Pada Siswa-Siswi SMAIT Al-Fityan Medan.
Skripsi Dipublikasikan. Sumatra Utara: USU.
Hanum, N. S. (2013). Keefetifan e-learning sebagai media pembelajaran (studi
Evaluasi model pembelajaran e-learning SMK Telkom Sandhy Putra
Purwokerto). Jurnal Pendidikan Vokasi, 3(1), 90–102.
https://doi.org/10.21831/jpv.v3i1.1584.
Hartanto, W. (2016).Penggunaan E-Learning sebagai Media Pembelajaran. Jurnal
Pendidikan Ekonomi, 10(1), 1–18.
Hikmatiar, H., Sulisworo, D., & Wahyuni, M. E. (2020). Pemanfaatan Learning

36
Manegement System Berbasis Google Classroom Dalam Pembelajaran.
Jurnal Pendidikan Fisika, 8(1), 78–86.
https://doi.org/10.26618/jpf.v8i1.3019.
Nadziroh, F. (2017).Analisa Efektifitas Sistem Pembelajaran Berbasis E-
Learning.
Jurnal lmu Komputer Dan Desain Komunikasi Visual (Jikdiskomvis),
2(1), 1–14.
Susanto, Handy.2006. Meningkatkan Konsentrasi Siswa melalui Modalitas
Belajar Siswa.Jurnal Pendidikan Penabur.
Syafi’i, Asrof. 2005. Metodologi Penelitian Pendidikan. Surabaya: eLKAF.
Tanzeh, Ahmad. 2009. Pengantar Metode Penelitian. Yogyakarta: Teras.

37

Anda mungkin juga menyukai