Anda di halaman 1dari 30

MAKALAH MEDIA PENDIDIKAN

EXPLORING STUDENT LEARNING

Disusun untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Media Pendidikan yang diampu

oleh Bapak Deni Herdianto, M.Pd

Disusun oleh : Kelompok 1

1. Andreeta Dara Dinanti (21105241017)


2. Khoirunnisa Fitria Aldira (21105241019)
3. Alfiana Alfarisya (21105241054)
4. Mohammad Raihan (21105244006)
5. Ayuni Wulan Saputri (21105244008)
6. Silma Acnesya Rosyana (21105244027)
7. Sahnaz Zillah Rukmana (21105244033)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa. Atas rahmat, hidayah, serta inayah-Nya,
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Media Pendidikan yang berjudul
"Exploring Student Learning" dengan tepat waktu.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Bapak Deni Herdianto, M.Pd. selaku dosen Mata
Kuliah Media Pendidikan. Ucapan terimakasih juga disampaikan kepada teman-teman yang
telah membantu menyelesaikan makalah ini.

Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan
baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh sebab itu, saran dan kritik yang
membangun diharapkan demi kesempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, 15 Februari 2021

Tim Penyusun

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ................................................................................................................ i

KATA PENGANTAR ............................................................................................................. ii

DAFTAR ISI ........................................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1

A. Latar Belakang ............................................................................................................... 1

B. Rumusan Masalah .......................................................................................................... 2

C. Tujuan ........................................................................................................................... 2

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................... 3

A. Komponen Kunci Dari Kerangka Kerja Untuk Pembelajaran Dan Pengintegrasian


Teknologi Dan Media Dalam Kelas Saat Ini ................................................................ 3

B. Peran Guru Digital, Alat Dan Sumber Daya Yang Tersedia Untuk Mengintegrasikan
Teknologi Ke Dalam Pengajaran Dan Pedoman Serta Standar Untuk Mengajarkan
Pengetahuan Dan Keterampilan Konten ........................................................................ 8

C. Peran Pembelajar Digital ............................................................................................... 9

D. Kerangka Kerja Untuk Literasi Pembelajaran Akademik Dan Karir .......................... 11

E. Lingkungan Pembelajaran Yang Efektif ...................................................................... 16

F. Undang-Undang Hak Cipta Untuk Penggunaan Pendidikan ....................................... 21

BAB III PENUTUP ................................................................................................................ 26

A. KESIMPULAN ............................................................................................................ 26

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................ 27

iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Belajar adalah suatu proses yang kompleks yang terjadi pada diri tiap orang
sepanjang hidupnya. Proses belajar itu terjadi karena adanya interaksi antara
seseorang dengan lingkungannya. Salah satu pertanda bahwa seseorang itu telah
belajar adalah adanya perubahan tingkah laku pada diri orang itu yang mungkin
disebabkan oleh terjadinya perubahan pada tingkat pengetahuan, keterampilan, dan
sikapnya. Kegiatan sadar ini juga dilakukan dalam setiap praktik pendidikan di
Indonesia. Sebagaimana yang termuat pula di dalam Undang-Undang Dasar 1945,
pendidikan menjadi salah satu pilar terciptanya kecerdasan bangsa. Oleh karena itu,
belajar sebagai sebuah bentuk usaha sadar dapat dilakukan kapan saja dan dimana
saja.
Dalam dunia pendidikan Strategi Belajar Mengajar adalah sebagai
perencanaan yang berisi tentang rangkaian kegiatan yang didesain untuk mencapai
tujuan pendidikan tertentu, kegiatan pembelajaran yang harus dikerjakan guru dan
siswa agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan efisien Kegiatan guru
saat merancang pembelajaran amatlah krusial. Salah satu bagian dari kegiatan
merancang pembelajaran ini adalah menentukan pendekatan, metode, strategi, dan
teknik pembelajaran. Apabila guru memilih pendekatan, metode, strategi, dan teknik
yang tidak tepat maka dapat dipastikan bahwa pembelajaran tidak akan berjalan
efektif. Sementara bila guru berhasil memilih dan menentukan pendekatan, metode,
strategi, dan teknik pembelajaran dengan baik, dapat diasumsikan bahwa
pembelajaran yang akan dilakukannya kemungkinan besar akan berjalan efektif.
Secara umum pengertian atau definisi strategi pembelajaran adalah suatu
usaha menggunakan strategi yang sistematis yang dilakukan secara efektif untuk
mendapatkan suatu prestasi dan juga keberhasilan dalam kegiatan pembelajaran.
Khususnya dalam dunia pendidikan, strategi ini dapat diartikan sebagai suatu
rancangan sekaligus metode dalam mencapai tujuannya. Strategi pembelajaran adalah
suatu rencana, yang didalamnya terdapat rangkaian kegiatan yang dirancang secara
khusus.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana mengidentifikasi komponen kunci dari kerangka kerja untuk
pembelajaran akademik dan karir?
2. Apa saja peran guru digital?
3. Apa saja peran pembelajar digital?
4. Bagaimana kerangka kerja untuk literasi pembelajaran?
5. Bagaimana lingkungan pembelajaran yang efektif?
6. Bagaimana masalah utama terkait dengan UU hak cipta untuk pendidikan?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai
berikut.
1. Mengidentifikasi komponen dari kerangka kerja untuk pembelajaran akademik
dan karir
2. Menjelaskan peran guru digital
3. Menjelaskan peran pembelajar digital
4. Menjelaskan kerangka kerja untuk literasi pembelajaran
5. Menjelaskan lingkungan yang efektif
6. Menjelaskan masalah terkait UU Hak Cipta untuk penggunaan pendidikan

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Komponen Kunci Dari Kerangka Kerja Untuk Pembelajaran Dan


Pengintegrasian Teknologi Dan Media Dalam Kelas Saat Ini

Saat kita terus melangkah ke masa depan, sangat penting bahwa komponen dasar
pendidikan mengikuti perkembangan kebutuhan masyarakat untuk mempersiapkan
siswa menjadi warga negara dengan karir yang sukses.

Dasar pengetahuan dan keterampilan adalah persiapan siswa untuk menggunakan


teknologi dan media secara bermakna dan bertujuan untuk kreativitas dan inovasi,
komunikasi, penelitian, dan pemecahan masalah.

 Teknologi Instruksional
Untuk mendorong pembelajaran siswa, perlu menciptakan lingkungan belajar
yang sesuai dengan cara mengetahui karakteristik peserta didik. Hasil yang
diharapkan (tujuan) harus ditentukan. Kita juga perlu memilih strategi dan bahan
yang sesuai. Teknologi dan media terbaik yang tersedia harus digunakan dengan
baik untuk mendorong pembelajaran yang optimal. Dengan melibatkan
pembelajaran melalui latihan dan umpan balik yang tepat. Sepanjang proses,
nantinya akan menilai pembelajaran siswa dan mengevaluasi instruksional
pengalaman, serta komponennya, sehingga dapat merevisi seperlunya. Tahapan-
tahapan ini telah digabung dalam satu model yakni model ASSURE.
Model assure merupakan rujukan bagi pendidik dalam membelajarkan peserta
didik dalam pembelajaran yang direncanakan dan disusun secara sistematis dengan
mengintegrasikan teknologi dan media sehingga pembelajaran menjadi lebih
efektif dan bermakna bagi peserta didik.

Tahapan tersebut menurut Smaldino merupakan penjabaran dari model


ASSURE, adalah sebagai berikut:
 A: Analyze Learner Characterictic (menganaIisa karakter pebelajar)
Langkah yang pertama adalah mengidentifikasi karakteristik pebelajar.
Pebelajar, mungkin siswa, mahasiswa, peserta pelatihan, atau anggota suatu

3
organisasi pebelajar. Gardner (1999) mengemukakan 3 jenis gaya belajar
seseorang yaitu : visual, auditory, dan kinestetik.
 S: State Objective (menyatakan tujuan)
Langkah berikutnya adalah merumuskan tujuan pembelajaran
sekhusus mungkin tujuan ini mungkin dijabarkan dalam silabus, buku teks,
kurikulum, atau dikembangkan sendiri oleh guru. Teknik ABGD untuk
menyatakan tujuan (Mager, 1997): (Audience): apa yang dikerjakan oleh
pebelajar (bukan apa yang dilakukan oleh guru), (Behaviour): kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan yang akan dicapai setelah pembelajaran.
(Gonditions): pernyataan tujuan yang meliputi kondisi dimana untuk kerja itu
diamati. (Degree): pernyataan tujuan yang mengidentifikasikan standar atau
kriteria yang akan memutuskan sejauh mana keberhasilan untuk kerja itu dapat
diterima. Meskipun ada rentangan pendapat mengenai cara terbaik untuk
mendeskripsikan dan mengorganisasikan jenis-jenis belajar, ada 3 kategori
(domain) yang secara luas diterima yaitu: keterampilan kognitif, afektif, dan
psikomotorik. Smaldino (Z005) menambahkan keterampilan
interpersonal, karena keterampilan ini sangat penting dalam suatu kerja tim.
 S: Select method, media and materiaI (memilih metode, media dan materi)
Rencana untuk penggunaan media dan teknologi, pertama-tama tentu saja
menuntut pemilihan yang sistematis. Proses memilih ada tiga tahap yaitu: (1)
menentukan metode yang sesuai untuk suatu tugas belajar, (2) memilih bentuk
media yang cocok dengan metode yang akan disajikan, dan (3) memilih,
memodifikasi atau merancang materi secara khusus dalam bentuk media. Hasil
riset terbaru oleh Mc Alpin & Weston, 1994 (dalam Smaldino, Z005)
mengemukakan kriteria tertentu yang penting dalam penilaian media.

 U: Utilize media and material (memanfaatkan media dan materi)


Perubahan paradigma pembelajaran dari teacher– centered ke student–
centered, yang lebih memungkinkan pebelajar untuk memanfaatkan materi,
baik secara mandiri atau kelompok kecil daripada mendengarkan presentasi
guru secara klasikal.

 R: Require Learner Participation (meminta partisipasi pebelajar)

4
Pendidik yang merealisasikan partisipasi aktif dalam pembelajaran,akan
meningkatkan kegiatan belajar. John Dewey pada tahun 90'an telah
mengemukakan partisipasi tersebut. Perkembangan selanjutnya muncul teori
belajar kognitif yang menekankan pada proses mental, juga mendukung
partisipasi aktif tersebut. Kaum behavioris menyarankan bahwa individu harus
melakukan sesuatu, jadi belajar merupakan suatu proses untuk mencoba
berbagai perilaku dengan hasil yang menyenangkan. Dengan pendekatan ini
berarti perancang pembelajaran harus mencari cara agar pebelajar melakukan
sesuatu.

Dari sudut pandang psikologi kognitif disarankan bahwa pebelajar


membangun schemata mental ketika otaknya secara aktif mengingat atau
mengaplikasikan beberapa konsep atau prinsip. Kaum konstruktivis seperti
juga behavioris memandang belajar sebagai proses aktif. Tetapi penekanannya
berbeda. Aliran konstruktivis lebih menekankan pada proses mental, bukan
pada kegiatan fisik

 E: Evaluate (menilai)
Evaluasi dan revisi merupakan komponen yang paling penting untuk
pengembangan kualitas pembelajaran. Pertama, guru menilai pencapaian hasil
belajar tergantung pada hakekat tujuan itu. Ada tujuan yang menuntut
keterampilan kognitif, misalnya mengingat hukum OHM, membedakan kata
sifat dengan kata keterangan, menyimpulkan sesuatu.
Kedua, menilai metode dan media. Evaluasi juga menilai metode dan
media pembelajaran. Apakah materi pembelajaran efektif? Dapatkah
meningkatkan pembelajaran? apakah efektif untuk menilai pencapaian hasil
belajar? Apakah penyajian membutuhkan waktu yang lebih banyak daripada
apa yang seharusnya? Analisis reaksi pebelajar pada metode. Pembelajaran
dapat membantu untuk memperoleh data dengan cara yang halus. Misalnya:
diskusi guru dengan pebelajar mengindikasikan bahwa pebelajar lebih suka
belajar mandiri pada waktu presentasi kelompok. Percakapan dengan spesialis
media akan memusatkan perhatian pada nilai khusus media dalam suatu unit
pembelajaran, yang diperlukan untuk meningkatkan pembelajaran di masa
mendatang. Revisi langkah terakhir adalah melihat kembali hasil data evaluasi
yang akan dikumpulkan. Adakah kesenjangan antara apa yang diharapkan

5
dengan apa yang terjadi. Apakah pebelajar mencapai suatu tujuan?Bagaimana
pebelajar mereaksi materi dan media yang disajikan? Apakah guru puas
dengan nilai materi yang dipilih? Guru seharusnya melakukan refleksi
pelajaran dan tiap komponen di dalamnya. Buat catatan segera sebelum
mengimplementasikan pelajaran lagi. Bila dari hasil data evaluasi
menunjukkan ada kelemahan pada komponen tertentu, kembalilah pada bagian
itu dengan merencanakan dan merevisinya.

Teknologi saat ini menawarkan beberapa manfaat bagi guru.


1. Salah satunya adalah kemampuan untuk menyimpan dan mengakses informasi
dalam jumlah besar secara digital, baik sebagai teks, audio, visual, game, atau
video, dalam file komputer, DVD, atau dalam ruang penyimpanan cloud.
2. Keuntungan unik lainnya dari teknologi saat ini adalah kemampuan
beradaptasinya untuk memenuhi berbagai kebutuhan siswa Anda. Seperti yang
terlihat di Teknologi untuk Semua Pembelajar, Anda dapat membedakan
instruksi dan akses ke pengalaman belajar dengan berbagai alat teknologi.
3. Keuntungan ketiga dari teknologi adalah siswa Anda tidak lagi terbatas pada
ruang kelas. Melalui media center sekolah dan jaringan komputer seperti
Internet, dunia menjadi ruang kelas setiap siswa.
Kata media berasal dari bahasa Latin dan merupakan bentuk jamak dari kata
medium yang secara harfiah berarti perantara atau pengantar. Media adalah perantara
atau pengantar pesan dari pengirim ke penerima pesan. (Pustekkom Depdikbud). Media
sebagai segala bentuk dan saluran yang dipergunakan orang untuk menyalurkan
pesan/informasi (AECT). Media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan
siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar (Gagne). Media adalah segala alat fisik
yang dapat menyajikan pesan dan merangsang siswa untuk belajar, seperti buku, film,
kaset, dan lain-lain (Briggs).

Dari definisi media pembelajaran tersebut di atas, maka media pembelajaran


sebenarnya melingkupi tiga jenis, yaitu
(1) alat bantu mengajar,
(2) alat peraga dalam mengajar, dan

6
(3) sumber belajar. Di sisi lain media juga ada yang wujudnya konkret seperti
kebendaan (papan tulis, buku, dan lain-lain) dan bersifat abstrak, seperti suara guru,
muatan isi, dan lain-lain.

Enam kategori dasar media yang digunakan dalam pembelajaran: teks, audio, visual,
video, manipulatif (objek), dan orang.

1. Teks, media yang paling umum digunakan, terdiri dari karakter alfanumerik yang
dapat ditampilkan dalam format apapun—papan tulis, layar komputer, buku, poster,
dan sebagainya.
2. Audio, media lain yang biasa digunakan dalam pembelajaran, mencakup apapun
yang dapat Anda dengar —suara seseorang, musik, suara mekanis (mesin mobil
berjalan), kebisingan, dan sebagainya. Ini mungkin hidup atau direkam.
3. Visual juga secara teratur digunakan untuk mempromosikan pembelajaran dan
menyertakan diagram di layar komputer, gambar di papan tulis, foto, grafik dalam
buku, kartun, dan sebagainya.
4.Video adalah media visual dan audio yang menampilkan gerakan dan dapat disimpan
dalam DVD atau flash drive, streaming dari Internet, dalam bentuk animasi
komputer, dan sebagainya.
5.Meskipun sering tidak dianggap sebagai media, objek dan model nyata adalah
manipulatif tiga dimensi yang dapat disentuh dan ditangani oleh siswa. Semakin
populer adalah manipulatif digital, yang mewakili objek tiga dimensi dan dapat
dimanipulasi secara digital.
6.Kategori media yang keenam dan terakhir adalah orang. Faktanya, orang sangat
penting untuk belajar. Siswa belajar dari guru, siswa lain, dan orang dewasa.

 Peran Teknologi dan Media dalam Pembelajaran


Jonathan Bergmann dan Aaron Sams (2012) menciptakan frase "kelas
terbalik" untuk menggambarkan model instruksi yang mencampur instruksi
langsung dengan pengalaman belajar konstruktivis. Idenya menggabungkan
peluang instruksional berbasis teknologi dengan pembelajaran yang dipandu guru.
Siswa dapat mengumpulkan informasi melalui video, eksplorasi online, dan format
audio di luar pengaturan instruksional yang kemudian mereka gunakan di kelas
untuk memperluas pemahaman mereka tentang konten dengan bimbingan guru.
Teknologi dan media memainkan peran penting dalam jenis pengalaman belajar ini,

7
baik ketika Anda membuatnya untuk digunakan siswa Anda atau ketika siswa Anda
mengeksplorasi peluang belajar baru. Ruang kelas terbalik memberi Anda
kesempatan untuk menghadirkan teknologi secara lebih alami ke dalam ruang kelas
Anda dan untuk mengeksplorasi cara yang lebih kreatif untuk melibatkan siswa
Anda dalam pembelajaran (Hertz, 2012).

B. Peran Guru Digital, Alat Dan Sumber Daya Yang Tersedia Untuk
Mengintegrasikan Teknologi Ke Dalam Pengajaran Dan Pedoman Serta Standar
Untuk Mengajarkan Pengetahuan Dan Keterampilan Konten
 Guru Digital dan Alat Digital
Ketika pengajaran berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan
untuk mendukung penyajian pengajaran. Misalnya, Anda dapat menggunakan
papan tulis elektronik untuk menampilkan variasi grafik batang saat siswa
Anda memprediksi pertumbuhan populasi dari waktu ke waktu. Anda juga
dapat menggunakan bagan saku untuk menunjukkan bagaimana arti kalimat
berubah ketika kartu kata disusun ulang. Memproyeksikan umpan video
langsung dari kebun binatang dapat memfasilitasi presentasi tentang kebiasaan
makan burung. Tentu saja, bahan ajar yang dirancang dengan baik dapat
meningkatkan dan mendorong pembelajaran
Alat digital memperluas dan meningkatkan kemampuan Anda untuk
memenuhi berbagai peran dan tanggung jawab yang terkait dengan menjadi
seorang pendidik. Alat-alat ini lebih memungkinkan guru "digital" untuk
merencanakan dan memberikan instruksi interaktif sambil berpartisipasi dalam
komunitas praktik global dengan sesama pendidik. Contoh berikut
menunjukkan potensi yang tersedia di lingkungan digital yang dilengkapi
dengan baik

 Instruksi Digital
Instruksi guru "digital" mencakup presentasi yang kaya media dan interaktif :
a) Sistem Tanggapan Pribadi, Guru digital menggunakan perangkat digital
genggam, seperti:sistem respons pribadi, untuk mengumpulkan dan
menampilkan secara grafis jawaban siswa atas pertanyaan guru.
b) Alat Penilaian Seluler, Perangkat digital seluler, seperti ponsel pintar
dan tablet, memungkinkan guru merekam data penilaian siswa secara

8
langsung ke perangkat seluler yang mentransfer data ke komputer untuk
pembuatan laporan.
c) Komunitas Praktek, Guru digital berpartisipasi dalam kegiatan
komunitas praktik, di mana kelompok pendidik dengan tujuan bersama
dari seluruh bangsa dan seluruh dunia berbagi ide dan sumber daya.
Interaksi berbasis internet ini memungkinkan guru untuk berkolaborasi
dan bertukar ide dan materi.
 Standar Teknologi untuk Guru

C. Peran Pembelajar Digital

Ketika pengajaran berpusat pada siswa, pengguna utama teknologi dan media adalah
siswa itu sendiri. Kegiatan yang berpusat pada siswa memungkinkan guru untuk
menghabiskan lebih banyak waktu mereka untuk menilai dan mengarahkan
pembelajaran siswa

1) Alat Digital
Siswa digital menggunakan perangkat nirkabel seluler dalam berbagai cara masuk
dan keluar dari lingkungan sekolah dengan mengambil teknologi di mana
diperlukan. Misalnya, siswa Anda di karpet baca mungkin menemukan sumber
daya Internet di tablet nirkabel; siswa lain mungkin membawa perangkat seluler
pribadi (ponsel pintar), tablet. atau lebih kecil dan lebih ringan komputer ke
perpustakaan untuk membuat catatan dari artikel surat kabar komunitas online
yang diarsipkan; atau pasangan siswa mungkin menggunakan kamera digital untuk
menangkap contoh simetri yang ditemukan di kampus sekolah.

9
2) Komunikasi Digital dengan Lainnya
Siswa berkomunikasi dengan perangkat digital mereka melalui perintah suara,
catatan tertulis, atau dengan menggunakan layar sentuh atau keyboard mini.
Dokumen dengan komentar dan pengeditan yang disematkan secara digital
dipertukarkan secara instan antara siswa dan guru mereka, di antara siswa, dan
dengan para ahli. Komunitas belajar siswa meluas ke seluruh dunia melalui alat
komunikasi interaktif berbasis web dan situs media sosial seperti blog (jurnal
pribadi yang dapat diakses publik), wiki (informasi web yang dapat diedit oleh
pengguna terdaftar mana pun), dan podcast (File audio dan video yang
didistribusikan melalui internet yang diformat untuk diunduh langsung ke
perangkat seluler).

3) Pedoman Teknologi untuk Siswa

4) Teknologi untuk Inklusi


Untuk siswa penyandang disabilitas, Standar Aksesibilitas Bahan Instruksional
Nasional (NIMAS) memandu produksi dan distribusi elektronik versi digital dari
buku teks dan bahan ajar lainnya sehingga dapat lebih mudah dikonversi ke format
yang dapat diakses, termasuk Braille dan text-to- speech
5) Desain Universal
Pedoman tambahan termasuk konsep desain universal untuk pembelajaran (UDL),
yang diciptakan untuk memperluas kesempatan belajar bagi semua individu, terutama

10
mereka yang cacat (Center for Applied Special Technology [CAST], 2014). Kerangka
kerja UDL terdiri dari tiga prinsip utama:
1) Berbagai sarana representasi,untuk memberikan siswa yang beragam pilihan
untuk pemahaman, bahasa, ekspresi matematika dan simbol, dan persepsi.
2) Berbagai sarana tindakan dan ekspresi,untuk memberikan peserta didik pilihan
untuk fungsi eksekutif, ekspresi dan komunikasi, dan tindakan fisik.
3) Berbagai cara keterlibatan,untuk memberikan peserta didik pilihan untuk
pengaturan diri, mempertahankan upaya dan ketekunan, dan merekrut minat
(CAST, 2014)

D. Kerangka Kerja Untuk Literasi Pembelajaran Akademik Dan Karir


Pengalaman kelas harus memberikan banyak peluang untuk memperoleh
pengetahuan dan keterampilan baru yang tercakup dalam serangkaian literasi
pembelajaran yang kritis.
 Student Outcomes

Guru membutuhkan pemahaman tentang kemampuan siswa untuk


memahami atau memecahkan kode informasi dan menggunakan, mengubah,
dan membuat informasi baru. Saat mengikuti model ASSURE untuk
mengembangkan rencana pelajaran, selalu sertakan kesempatan bagi siswa
untuk membangun pengetahuan dan keterampilan literasi umum.

Pendidik juga akan mempertimbangkan standar pembelajaran dan


mengenali bagaimana mendukung pengalaman belajar siswa sehingga mereka
dapat berhasil dalam menunjukkan pengetahuan dan keterampilan mereka.
Dengan mengenali siswa sebagai individu dengan kebutuhan belajar yang
unik, kita akan dapat membantu mereka mencapai hasil belajar yang
ditargetkan yang menunjukkan pengetahuan, keterampilan, dan prestasi
mereka.

 Support Systems
Sebagai guru kelas, pendidik tidak sendirian dalam membantu siswa
mencapai hasil yang ditentukan. Ada banyak sumber daya yang tersedia untuk,
seperti spesialis media, koordinator teknologi, dan universitas daerah dengan
kursus dan program yang dapat membantu memperoleh pengetahuan

11
tambahan tentang teknologi. Banyak dari sistem pendukung ini difokuskan
untuk memastikan keterlibatan dan pembelajaran siswa. Tujuan mereka adalah
untuk membantu guru membuat pilihan yang tepat untuk memenuhi
kebutuhan belajar siswa dan untuk memastikan gurudapat menggunakan
sumber daya dengan sukses.

Pengembangan siswa secara menyeluruh tidak lagi hanya mengacu pada


pertumbuhan intelektual, tetapi melibatkan penguasaan berbagai keterampilan seperti
berpikir kritis, pemecahan masalah, keterampilan komunikasi dan kolaborasi. Namun
diantara komponen keterampilan abad kedua puluh satu, banyak guru yang khususnya
kurang dalam literasi teknologi informasi, literasi informasi, literasi media serta
keterampilan kolaborasi digital. Keterbatasan ini dapat mempengaruhi kinerja
pengajaran mereka dalam memimpin, membimbing, memberi contoh dan menyelidiki
siswa dalam penjelasan bukti untuk membantu mereka memperoleh keterampilan
abad kedua puluh satu dalam model pembelajaran yang berpusat pada siswa dan
berbasis inkuiri.

1. Literasi Teknologi Informasi


Literasi teknologi informasi (TI) adalah yang paling mendasar di
antara rangkaian literasi digital. Literasi IT adalah keterampilan pertama yang
harus dimiliki guru untuk menguasai ketiga keterampilan di bawah payung
literasi digital, karena pencarian dan pengorganisasian informasi sebagian
besar didukung oleh teknologi saat ini, serta penciptaan dan pemanfaatan
media (Barone, 2012; Safar dan AlKhezzi, 2013.
Guru maju melalui berbagai tahap adopsi teknologi, dimulai dengan
waspada terhadap kemungkinan penerapan teknologi untuk tujuan pribadi dan
membiarkan siswa memperoleh literasi TI dalam pembelajaran sehari-hari
mereka. Kesadaran ini pada akhirnya menghasilkan pemanfaatan teknologi
secara rutin, dan dengan pelatihan dan dukungan yang tepat, mereka maju ke
penggunaan teknologi yang lebih kreatif untuk pengajaran dan pembelajaran
(Christensen dan Knezek, 2008; Sandholtz dkk.1997). Sisi baiknya, penelitian
terbaru telah melaporkan kompetensi dan kepercayaan diri guru dalam
memberikan pengajaran menggunakan teknologi (Ismail et al.2011; Kopcha,
2012). Namun demikian, guru yang mengaku menghadapi hambatan integrasi
teknologi selama bertahun-tahun umumnya ditemukan kurang dalam akses ke

12
perangkat keras dan perangkat lunak, pelatihan dan dukungan, dan mereka
sering memiliki sedikit kepercayaan atau kepercayaan pada Teknologi (Bhalla,
2012; Dawson, 2008; Ertmer dkk. 2012; Kopcha, 2012).
Keyakinan guru dalam TI dan keyakinan pada keterampilan TI mereka
sendiri adalah dua hambatan sikap utama menuju integrasi teknologi yang
efektif dalam pengajaran mereka (Bhalla, 2012; Kopcha, 2012; Ottenbreit-
leftwich dkk.2010). Kekhawatiran khusus yang dimiliki guru termasuk
kekhawatiran mereka bahwa silabus tidak dapat diselesaikan tepat waktu jika
komputer digunakan dalam proses belajar mengajar, dan ketakutan mereka
bahwa komputer mungkin rusak, hilang, atau rusak saat digunakan. Kedua
kekhawatiran ini memiliki peringkat tertinggi dalam kategori tantangan sikap
dalam studi yang dilakukan oleh Bhalla (2012). Studi di area tersebut telah
menunjukkan bahwa keyakinan guru tentang TI secara positif terkait dengan
praktik TI mereka (Ertmer et al.2012; Ottenbreit-Leftwich dkk.2012). Jika
guru merasa tidak nyaman dengan penggunaan alat Teknologi atau khawatir
bahwa mereka mungkin tidak memenuhi syarat untuk mengajar menggunakan
TI, kemungkinan kecil untuk memasukkan teknologi ke dalam pengajaran
mereka, mengakibatkan interaksi yang lebih sedikit antara siswa dan
teknologi.
2. Literasi Informasi
Munculnya pembelajaran berbasis proyek inkuiri menempatkan guru
dalam peran baru mereka sebagai fasilitator, membimbing siswa melalui
pemahaman dan eksplorasi topik yang dipilih (Harada dan Yoshina, 2004).
Kapasitas guru untuk menerapkan keterampilan penelitian dan pemecahan
masalah diperlukan untuk memfasilitasi perkembangan siswa dalam
pembelajaran berbasis inkuiri. Dalam proses membekali diri dengan
pengetahuan tentang berbagai topik yang berpotensi dipilih oleh siswa, guru
harus mengatur informasi yang berlimpah dan mengintegrasikan materi
kontekstual yang berbeda ke dalam kurikulum. Setelah siswa menyerahkan
proyek pembelajaran inkuiri mereka, guru sering harus meninjau dan
memvalidasi sumber yang mereka kutip dalam penilaian siswa. Tepatnya,
pengajaran inkuiri membutuhkan guru untuk memiliki pengetahuan khusus
tentang bagaimana mendukung siswa dalam mengembangkan pertanyaan yang

13
dapat diteliti, merencanakan penyelidikan, mengumpulkan dan menafsirkan
data, dan menyajikan hasil (Gess-Newsome dan Lederman, 1999).
3. Literasi Media
Pendidikan media paling efektif ketika guru memiliki harapan yang
jelas tentang kebiasaan konsumsi media siswa dan kesadaran media untuk
dapat merancang program pendidikan media yang dibuat khusus untuk
manfaat maksimal siswa mereka dan untuk mengevaluasi peningkatan mereka
dan program itu sendiri (Chu et al.2010). Sejak anak-anak di era sekarang
terpapar konten media dari tahap yang jauh lebih awal pada tingkat yang lebih
sering melalui Internet dan media sosial populer seperti Facebook (Prensky,
2001), guru mungkin memiliki asumsi yang salah bahwa siswa asli digital
mereka memiliki tingkat literasi media yang sama seperti mereka, dan bahwa
kurikulum pendidikan media konvensional yang bekerja untuk guru di usia
sekolah mereka masih sesuai dengan siswa mereka sekarang (Buckingham,
2002). Estimasi yang salah tentang kebiasaan dan kesadaran konsumsi media
siswa ini dapat membuang waktu siswa untuk mempelajari sesuatu yang telah
mereka peroleh atau menyebabkan desain yang tidak tepat dan fokus yang
salah diterapkan dan tidak memadai pada pendidikan media (Chu et al. 2010).
Oleh karena itu, pemahaman realistis guru memainkan peran yang
berpengaruh dalam perkembangan dan hasil belajar siswa di masa depan.
Selanjutnya, literasi media mencakup penggunaan alat media yang
terampil dan berbagi informasi yang sesuai dan relevan dengan orang lain
(Hobbs, 2010). Untuk menjadi kompeten dalam, guru tidak hanya harus
memperoleh tingkat pemahaman dasar dalam menguasai alat media, tetapi
juga mengikuti perkembangan teknologi dan keterampilan baru yang
diperlukan untuk menjaga dan meningkatkan kualitas dan kemampuan
mengakses informasi melalui berbagai media. Tujuan penggunaan media di
dalam kelas seringkali terbatas pada penyajian informasi satu arah dari guru
kepada siswa (Keengwe dan Kang, 2013). Ada persepsi kurangnya interaksi
antara siswa dan teknologi, di mana siswa tetap berada di ujung penerima
media, karena penggunaan teknologi yang dominan seperti PowerPoint dan
klip video dalam presentasi guru. Alasan di balik peran pasif siswa dalam
pemanfaatan media di kelas adalah akibat ketidaktahuan guru dengan
perangkat lunak yang dipilih siswa untuk membuat presentasi PowerPoint, dan

14
kurangnya keterampilan mereka untuk memfasilitasi penggunaan media oleh
siswa. Studi terbaru ini menunjukkan bahwa kemahiran literasi media guru
sangat mempengaruhi penggunaan media siswa.
4. Keterampilan Kolaborasi
Untuk mengembangkan dan mempertajam keterampilan berkolaborasi
dengan teman sebaya dan menjadi pemain tim, salah satu cara yang sangat
efektif adalah belajar melalui pengalaman— berkolaborasi dengan teman
sekelas dalam kegiatan yang mendorong interaksi sosial. (Cortez dkk.2009).
Dalam proses pembelajaran kolaboratif, peran tradisional guru sebagai dosen
digantikan oleh fasilitator (Chu et al.2012). Dengan perubahan peran guru dari
pemberi pengetahuan menjadi mediator pengembangan pengetahuan siswa,
alat dan pedagogi baru diperlukan untuk merancah akuisisi keterampilan
kolaborasi dan komunikasi siswa dengan tepat. Berbagai macam perangkat
lunak dan platform, seperti blog, forum, dan wiki membantu kerjasama antar
guru, kelompok siswa serta antara guru dan siswa.
Setelah mengambil langkah pertama untuk mengadopsi alat kolaboratif
dalam pengajaran dan pembelajaran, sangat penting bahwa guru mengambil
langkah-langkah yang diperlukan untuk memastikan komunikasi yang cukup
dan efektif di antara siswa pada platform kolaboratif yang dipilih. Tanpa
dukungan dan mediasi tepat waktu dari guru, kolaborasi membutuhkan lebih
banyak usaha dan memakan waktu, yang menyebabkan kegagalan dalam
penyelesaian tugas. Tetapi ketika siswa maju dalam keterampilan kolaborasi
mereka, mereka secara bertahap membutuhkan lebih sedikit bimbingan untuk
menyelesaikan tugas kelompok mereka. Untuk merancang kegiatan
pembelajaran kolaboratif yang paling sesuai dengan pengalaman dan tingkat
siswa, guru harus dapat mengamati dan menilai tingkat kepemilikan siswa
terhadap model inkuiri, seperti yang Heick (2013) telah mengistilahkan, dan
memutuskan derajat kebebasan yang akan diberikan kepada siswa dalam hal
pertanyaan penelitian yang akan ditetapkan, metode belajar, pengumpulan
data, pilihan penyajian, dan alat kolaborasi. Untuk mengintegrasikan
keterampilan abad kedua puluh satu ke dalam konten pengajaran saat ini, guru
harus terbuka untuk pengembangan profesional berkelanjutan. Guru tidak
cukup hanya fokus pada praktik pengajaran rutin di kelasnya masing-masing
dan mengabaikan guru lain. Selain melacak pembelajaran profesional mereka

15
sendiri, bermanfaat bahwa guru berbagi pengetahuan mereka dengan rekan-
rekan dalam komunitas praktik, terlibat dalam refleksi pengajaran mereka
sendiri, siap mengambil risiko dan menumbuhkan kepercayaan dalam
komunitas praktik (Hukum dkk. 2008).
Guru harus mempersiapkan diri secara mental untuk mengadopsi
keterampilan mengajar abad kedua puluh satu sebelum perubahan yang
sebenarnya, sehingga dapat mengidentifikasi dan terlibat secara profesional
dalam peran mengajar yang sesuai dengan penggunaan teknologi dan jaringan
kolaboratif. Kesediaan guru untuk berkolaborasi satu sama lain juga agak
banyak dipengaruhi oleh budaya sekolah. Terbukti ada korelasi positif antara
kerjasama guru dengan dukungan yang mereka terima dari sekolah. Untuk
kasus dimana sumber daya, dalam hal waktu dan pelatihan, tidak cukup untuk
pengembangan hubungan kolaboratif, guru lebih cenderung memusatkan
perhatian mereka pada pekerjaan individu mereka dan kurang siap untuk
meningkatkan beban kerja mereka untuk menjangkau dan berkolaborasi
(Leithwood et Al.2000; Kecil, 2003). Selain itu, penting bagi guru dan
administrator di sekolah untuk berbagi tujuan dan nilai bersama dalam
pekerjaan mereka. Kepala sekolah dapat menumbuhkan iklim sekolah yang
mempromosikan pembelajaran profesional, dengan menerapkan strategi
seperti memperhatikan prioritas khusus sekolah (misalnya, keuangan atau
struktural), menumbuhkan nilai bersama dan fleksibilitas di antara anggota
staf, dan membangun budaya kolaborasi (Drago-Severson, 2012).

E. Lingkungan Pembelajaran Yang Efektif

Tren untuk guru masa depan adalah beralih dari strategi dan alat pengajaran
tradisional ke penggunaan alat digital dengan pendekatan instruksional yang lebih
memenuhi kebutuhan siswa. Namun, transisi dari lingkungan kelas tradisional ke
digital sangat bervariasi dari guru ke guru dan sekolah ke sekolah. Prensky (2006)
menggambarkan guru dalam proses variabel adopsi dan adaptasi teknologi ini
bergerak, baik lambat atau cepat, melalui proses empat fase, yang masih berlaku
untuk guru saat ini: (1) mencoba-coba, (2) melakukan hal-hal lama di cara lama, (3)
melakukan hal lama dengan cara baru, dan (4) melakukan hal baru dengan cara baru.

16
Proses yang dijelaskan oleh Prensky dimulai dengan Fase 1, “berkecimpung”
dengan teknologi dengan menambahkan alat teknologi secara acak ke beberapa situasi
pembelajaran. Pada Fase 2, Teknologi digunakan untuk melakukan hal-hal lama
dengan cara lama, seperti ketika guru menampilkan catatan kuliah di PowerPoint
daripada menggunakan papan tulis dan handout. Tidak sampai Fase 3, melakukan hal-
hal lama dengan cara baru, teknologi mulai menunjukkan janjinya, seperti ketika
seorang guru menggunakan model 3-D virtual untuk mendemonstrasikan struktur
senyawa daripada menggambarnya di papan tulis, atau siswa menggunakan pengolah
kata dan clip art daripada kertas notebook dan gambar yang digambar tangan untuk
membuat cerita pendek. Terakhir, Fase 4, melakukan hal-hal baru dengan cara baru,
memanfaatkan sepenuhnya kekuatan teknologi dan media, tetapi ini mengharuskan
siswa kami memberikan “konten berorientasi masa depan [untuk] mengembangkan
keterampilan mereka dalam pemrograman, penyaringan pengetahuan, menggunakan
konektivitas mereka . . . dengan teknologi canggih, kuat, miniatur, dapat disesuaikan,
satu-ke-satu” (Prensky, 2006)

 Kontinum Pembelajaran: Tradisional ke Digital

Banyak ruang kelas saat ini telah mencapai Fase 4 Prensky dengan
mengadopsi dan mengadaptasi lingkungan mereka dengan alat digital yang
mendukung dan meningkatkan kemampuan guru dan siswa "digital". Misalnya,
teknologi memperluas lingkungan di luar dinding kelas dengan
menghubungkan siswa dengan siswa lain, pakar dari luar, dan orang tua. Situs
web kelas individu menyediakan akses ke kalender pekerjaan rumah, detail
tugas, sumber daya online, dan sering kali menawarkan akses orang tua ke
laporan real-time tentang kemajuan siswa.

Dalam fase ini, tiga jenis instruksi utama digunakan: instruksi tatap
muka, pembelajaran jarak jauh, dan pembelajaran campuran. Kita semua
pernah mengalami pengajaran tatap muka di sekolah, di rumah, dan selama
kegiatan ekstrakurikuler. Pembelajaran jarak jauh terjadi ketika guru dan siswa
tidak berada di lokasi fisik yang sama selama pengajaran. Sampai hari ini,
sebagian besar negara bagian menawarkan kesempatan kepada siswa untuk
berpartisipasi dalam kelas virtual online sekolah menengah atau atas. Sekolah
lain menawarkan kursus yang menggabungkan pengajaran tatap muka dengan

17
pembelajaran jarak jauh untuk membuat pengajaran campuran, memungkinkan
siswa untuk melihat demonstrasi guru dan bekerja dengan siswa lain selama
kegiatan langsung, seperti laboratorium, pertunjukan seni drama dan musik,
atau gedung model 3-D. Banyak negara bagian sekarang telah menambahkan
persyaratan kelulusan bahwa semua lulusan sekolah menengah harus telah
menyelesaikan setidaknya satu kursus campuran atau benar-benar online.

 Perubahan Peran Media Center

Banyak perpustakaan sekolah telah digabungkan menjadi apa yang


sekarang disebut pusat media perpustakaan, yang menawarkan sumber bacaan
perpustakaan tradisional tetapi sekarang juga mencakup berbagai aset
teknologi informasi. Sebagian besar pusat media perpustakaan dilengkapi
dengan beberapa komputer yang terhubung ke Internet, seringkali dengan
langganan sumber daya online seperti perpustakaan buku digital, bahan
referensi, dan perangkat lunak pendidikan. Pusat media perpustakaan juga
memberi berbagai materi pendukung kelas mulai dari peralatan lab hingga
perangkat lunak dan video khusus mata pelajaran. Peran pustakawan dan/atau
spesialis media terus berkembang untuk menuntut peningkatan keahlian dalam
mengakses berbagai sumber daya digital, serta memahami teknologi komputer
dasar untuk membantu siswa Anda menggunakan peralatan di pusat.

 Kondisi Pembelajaran yang Efektif


Guru sebagai pembimbing diharapkan mampu menciptakan kondisi
yang strategi yang dapat membuat peserta didik nyaman dalam mengikuti
proses pembelajaran tersebut. Dalam menciptakan kondisi yang baik,
hendaknya guru memperhatikan dua hal: pertama, kondisi internal merupakan
kondisi yang ada pada diri siswa itu sendiri, misalnya kesehatan, keamanannya,
ketentramannya, dan sebagainya. (Fakhrurrazi, 2018)

Kedua, kondisi eksternal yaitu kondisi yang ada di luar pribadi


manusia, umpamanya kebersihan rumah, penerangan serta keadaan lingkungan
fisik yang lain. Untuk dapat belajar yang efektif diperlukan lingkungan fisik
yang baik dan teratur, misalnya ruang belajar harus bersih, tidak ada bau-bauan
yang dapat mengganggu konsentrasi belajar, ruangan cukup terang, tidak gelap

18
dan tidak mengganggu mata, sarana yang diperlukan dalam belajar yang cukup
atau lengkap (Hadari Nawawi, 1989: 117).

Keberhasilan dalam proses pembelajaran di kelas memang tidak semata


tergantung guru, tetapi melibatkan banyak faktor, diantaranya keaktifan siswa,
tersedianya fasilitas belajar, kenyamanan dan keamanan ruangan kelas dan
beberapa faktor lainnya, kendati memang keberadaan guru merupakan faktor
penentu dalam menciptakan kondisi pembelajaran yang efektif. Dalam
mewujudkan kondisi pembelajaran yang efektif, maka perlu dilakukan
langkah-langkah berikut ini:

1. Melibatkan siswa secara aktif


Mengajar adalah membimbing kegiatan belajar siswa sehingga ia mau
belajar. Dengan demikian aktivitas siswa sangat diperlukan dalam kegiatan
pembelajaran. Aktivitas belajar siswa dapat digolongkan ke dalam
beberapa hal, antara lainfaktifi: Aktivitas visual, seperti membaca, menulis,
melakukan eksperimen, Aktivitas lisan, seperti bercerita, tanya jawab,
Aktivitas mendengarkan, seperti mendengarkan penjelasan guru,
mendengarkan pengarahan guru, Aktivitas gerak, seperti melakukan
praktek di tempat praktek dan Aktivitas menulis, seperti mengarang,
membuat surat, membuat karya tulis dsb.

2. Menarik minat dan perhatian siswa


Kondisi pembelajaran yang efektif adalah adanya minat dan perhatian
siswa dalam belajar. Minat merupakan suatu sifat yang relatif menetap
pada diri seseorang. Minat ini besar sekali pengaruhnya terhadap belajar,
sebab dengan minat seseorang akan melakukan sesuatu yang diminatinya.
Sebaliknya tanpa minat seseorang tidak mungkin melakukan sesuatu.
Keterlibatan siswa dalam pembelajaran erat kaitannya dengan sifat, bakat
dan kecerdasan siswa. Pembelajaran yang dapat menyesuaikan sifat, bakat
dan kecerdasan siswa merupakan pembelajaran yang diminati (Rosyada,
2004: 56).

3. Membangkitkan motivasi siswa


Motivasi adalah semacam daya yang terdapat dalam diri seseorang yang
dapat mendorongnya untuk melakukan sesuatu. Sedang motivasi adalah

19
suatu proses untuk menggiatkan motif-motif menjadi perbuatan atau
tingkah laku untuk memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan. Tugas guru
adalah bagaimana membangkitkan motivasi siswa sehingga ia mau belajar
(John W. Santrock, 2008: 9).

4. Memberikan pelayanan individu


Salah satu masalah utama dalam pendekatan pembelajaran adalah
kurangnya pemahaman guru tentang perbedaan individu antar siswa. Guru
sering kurang menyadari bahwa tidak semua siswa dalam suatu kelas dapat
menyerap pelajaran dengan baik. Kemampuan individual mereka dalam
menerima pelajaran berbeda-beda. Disinilah sebenarnya perlunya
keterampilan guru di dalam memberikan variasi pembelajaran agar dapat
diserap oleh semua siswa dalam berbagai tingkatan kemampuan, dan disini
pulalah perlu adanya pelayanan individu siswa (Madri M. dan Rosmawati,
2004: 273).

5. Menyiapkan dan menggunakan berbagai media dalam pembelajaran


Alat peraga/media pembelajaran adalah alat-alat yang digunakan guru
ketika mengajar untuk membantu memperjelas materi pelajaran yang
disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri
siswa. Sebab, pembelajaran yang menggunakan banyak verbalisme tentu
akan membosankan. Sebaliknya pembelajaran akan lebih menarik, bila
siswa merasa senang dan gembira setiap menerima pelajaran dari gurunya
(Rosyada, 2004: 57).

 Suasana pembelajaran efektif

Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran


sangat tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat menciptakan
situasi yang memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga merupakan titik
awal keberhasilan pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana
yang wajar, tanpa tekanan dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.

Dalam kaitan dengan proses belajar mengajar hendaknya guru dapat


mengarahkan dan membimbing siswa untuk aktif dalam kegiatan belajar
mengajar sehingga tercipta suatu interaksi yang baik antara guru dengan siswa

20
maupun siswa dengan siswa. Hal ini senada seperti yang ditulis Madri M. dan
Rosmawati, bahwa terjadinya proses pembelajaran itu ditandai dengan dua hal
yaitu : (1) siswa menunjukkan keaktifan, seperti tampak dalam jumlah curahan
waktunya untuk melaksanakan tugas ajar, (2) terjadi perubahan perilaku yang
selaras dengan tujuan pengajaran yang diharapkan ( Madri M. dan Rosmawati,
2004: 274).

Untuk menciptakan suasana yang dapat menumbuhkan gairah belajar,


meningkatkan prestasi belajar siswa, dan lebih memungkinkan guru
memberikan bimbingan dan bantuan terhadap siswa dalam belajar, maka
diperlukan pengorganisasian kelas yang memadai (Cony Semiawan, 1990:
63). Upaya-upaya yang dilakukan ini merupakan usaha dalam menciptakan
sekaligus memelihara kondisi dan suasana belajar yang kondusif, optimal dan
menyenangkan agar proses pembelajaran dapat berjalan secara efektif
sehingga tujuan pembelajaran prestasi dapat dicapai dengan maksimal.

F. Undang-Undang Hak Cipta Untuk Penggunaan Pendidikan

Untuk melindungi kepentingan finansial pencipta, produsen, dan distributor


karya asli informasi dan seni, negara negara mengadopsi undang-undang hak cipta.
Hak cipta mengacu pada hak hukum atas suatu karya asli. Undang-Undang ini
mengatur kondisi dimana setiap orang dapat menyalin, secara keseluruhan atau
sebagian, karya asli yang dapat ditransmisikan dalam media apapun. Tanpa undang-
undang hak cipta, penulis, artis, dan produser media tidak akan menerima kompensasi
yang pantas mereka terima atas ciptaan mereka, aliran karya kreatif akan berkurang
menjadi tetesan kecil, dan kita semua akan menjadi pihak yang merugi.

Teknologi, khususnya Internet, telah mempermudah penyalinan dari berbagai


materi digital—teks, visual, audio, dan video. Semua materi di Internet memiliki hak
cipta kecuali dinyatakan lain. Pada tahun 1998, Conference on Fair Use mengeluarkan
laporan (Lehman, 1998) bahwa, meskipun bukan dokumen hukum, memberikan
pandangan konsensus (sampai diuji di pengadilan) tentang penggunaan materi berhak
cipta. Guru memiliki tanggung jawab hukum dan etika untuk menjadi panutan bagi
siswa, oleh karena itu, gunakan semua materi secara profesional dan etis.

21
 Hukum Pendidik dan Hak Cipta

Apa yang terjadi jika seorang pendidik secara sadar dan sengaja
melanggar undang-undang hak cipta? Undang-undang Hak Cipta tahun 1976
berisi sanksi pidana dan perdata. Kemungkinan denda untuk pelanggaran hak
cipta berkisar dari $750 hingga $30.000 per pelanggaran. Jika dapat dibuktikan
bahwa hukum dilanggar dengan sengaja, denda dapat dinaikkan menjadi $
150.000. Pelanggaran yang disengaja untuk keuntungan pribadi atau komersial
membawa kemungkinan denda $ 250.000 dan hingga 5 tahun penjara.
Pelanggaran hak cipta adalah kejahatan serius.

 Penggunaan Wajar

Penggunaan wajar memberikan pengecualian hak cipta yang penting


bagi guru dan siswa. Sebagian kecil dari karya berhak cipta dapat digunakan
dalam pengajaran bila dikutip dengan benar dan dicatat bahwa materi tersebut
memiliki hak cipta dan oleh siapa. Meskipun tidak ada pedoman mutlak untuk
menentukan apa yang merupakan penggunaan wajar dalam lingkungan
pendidikan, undang-undang tersebut menetapkan empat kriteria dasar untuk
menentukan apa itu penggunaan wajar:

a. Tujuan dan karakter penggunaan, termasuk apakah penggunaan tersebut


untuk tujuan pendidikan non profit dan bukan untuk tujuan komersial.
Menggunakan karya berhak cipta untuk tujuan pendidikan lebih cenderung
dianggap sebagai penggunaan wajar daripada menggunakannya untuk
keuntungan komersial atau hiburan.
b. Sifat dari karya berhak cipta. Jika karya tersebut untuk pembaca umum,
seperti majalah atau terbitan berkala yang tidak dirancang khusus untuk
pendidikan, karya tersebut cenderung mendukung penggunaan wajar di
dalam kelas. Karya yang bersifat hiburan, seperti kartun, film, atau musik,
cenderung tidak dianggap sebagai penggunaan wajar. Jika karya itu sendiri
bersifat mendidik, penilaian penggunaan wajar mungkin tidak didukung
karena berpotensi berdampak pada penjualan.
c. Jumlah dan substansi bagian yang digunakan sehubungan dengan karya
berhak cipta secara keseluruhan. Menggunakan jumlah yang lebih kecil dari

22
total pekerjaan lebih mungkin dianggap sebagai penggunaan wajar daripada
menggunakan jumlah yang lebih besar.
d. Pengaruh penggunaan pada pasar potensial atau nilai dari karya berhak cipta.
Penggunaan yang berdampak negatif terhadap potensi penjualan karya asli
lebih berat daripada penggunaan wajar.
Sampai pengadilan memutuskan sebaliknya, guru dan profesional media dapat
menggunakan kriteria penggunaan wajar untuk memutuskan kapan menyalin
materi yang seharusnya dilindungi. Misalnya, jika pusat media sekolah
berlangganan jurnal atau majalah yang Anda referensikan kepada siswa dan
Anda membuat slide digital dari beberapa grafik untuk membantu siswa
memahami sebuah artikel, ini akan menjadi penggunaan wajar berdasarkan
kriteria berikut:

 Sifat dari karya tersebut bersifat umum, dan audiensnya (dan pasar) tidak
didominasi oleh komunitas pendidikan.
 Karakter penggunaan adalah nirlaba.
 Jumlah yang disalin minimal.
 Tidak ada maksud untuk mengganti yang asli, hanya untuk membuatnya
lebih bermanfaat bagi siswa dalam hubungannya dengan kata-kata yang
dilindungi hak cipta.
 Mencari Izin untuk Menggunakan Materi Berhak Cipta

Dalam meminta izin untuk menggunakan materi berhak cipta,


umumnya yang terbaik adalah menghubungi distributor atau penerbit materi
daripada pembuatnya. Apakah pencipta adalah pemegang hak cipta atau tidak,
distributor atau penerbit umumnya menangani permintaan izin dan menetapkan
biaya. Jika alamat penerbit tidak dicantumkan pada materi, Anda biasanya
dapat menemukannya di Internet. Saat meminta izin:

 Sespesifik mungkin. Untuk bahan cetak, berikan nomor halaman dan


jumlah persis bahan cetak yang ingin Anda salin. Jika memungkinkan,
kirimkan bersama fotokopi materi. Jelaskan sepenuhnya materi noncetak.
Nyatakan bagaimana Anda ingin menggunakan materi tersebut, dimana
Anda ingin menggunakannya, dan jumlah salinan yang ingin Anda buat.

23
 Ingatlah bahwa biaya untuk reproduksi materi berhak cipta terkadang dapat
dinegosiasikan. Jika biayanya di luar anggaran Anda, jangan ragu untuk
bertanya apakah bisa diturunkan.
 Jika karena alasan apapun Anda memutuskan untuk tidak menggunakan
materi yang diminta, sampaikan fakta ini kepada penerbit atau produser.
Tanpa pemberitahuan resmi ini, kemungkinan besar akan diasumsikan
bahwa Anda sebenarnya telah menggunakannya seperti yang diminta dan
Anda mungkin akan dikenakan biaya yang sebenarnya tidak Anda miliki.
 Simpan salinan dari semua korespondensi dan catatan Anda tentang semua
kontak lain yang Anda buat relevan untuk meminta izin menggunakan
materi instruksional yang dilindungi hak cipta.
Solusi lain adalah dengan mendapatkan koleksi media yang “bebas
royalti”. Anda dapat mengakses koleksi gambar dan suara yang dapat
digunakan dalam presentasi atau produk lain tanpa pembayaran royalti
menggunakan sumber daya Internet. Banyak vendor sekarang menjual CD
yang berisi jenis sumber daya serupa yang dapat Anda bagikan dengan siswa
Anda untuk produksi mereka. Pastikan untuk membaca cetakan kecil. Apa arti
"bebas royalti" bervariasi dari satu koleksi ke koleksi berikutnya. Dalam satu
kasus, hampir tidak ada pembatasan penggunaan materi (seperti materi yang
ditemukan melalui Creative Commons); di tempat lain, Anda mungkin tidak
diizinkan untuk menggunakan materi dalam produk elektronik jenis apapun.

 Jangka Waktu Perlindungan

Istilah, atau durasi, hak cipta diubah oleh Undang-Undang


Perpanjangan Jangka Waktu Hak Cipta Sonny Bono tahun 1998. Untuk
seorang penulis individu, jangka waktu hak cipta berlanjut selama 70 tahun
setelah kematiannya. Jika suatu karya dibuat untuk disewa (yaitu, oleh seorang
karyawan atau oleh seseorang yang ditugaskan untuk melakukan pekerjaan
itu), jangka waktunya adalah 100 tahun sejak tahun pembuatannya atau 75
tahun sejak tanggal publikasi atau distribusi pertama, mana saja yang lebih
dulu. Karya yang dilindungi hak cipta sebelum 1 Januari 1978, dilindungi
selama 28 tahun dan kemudian hak ciptanya dapat diperbarui. Pembaruan
melindungi mereka untuk jangka waktu 75 tahun setelah tanggal hak cipta asli
mereka.

24
 Mengubah Format Materi

Hukum hak cipta melindungi format di mana ide-ide diekspresikan


(Becker, 2003). Guru tidak dapat membuat rekaman audio dari buku
perpustakaan atau buku teks untuk digunakan siswa. Satu pengecualian dalam
undang-undang mengizinkan rekaman audio buku untuk digunakan oleh siswa
yang buta secara hukum.

 Menurut UU No. 28 Tahun 2014 Tentang Hak Cipta

Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan tentang pelanggaran hak


cipta buku untuk kepentingan pendidikan menurut UU Hak Cipta 2014, maka
penulis membuat kesimpulan sebagai berikut: (Syailendra Agustian, 2019)

1. Perlindungan hukum terhadap pencipta buku untuk kepentingan pendidikan


secara yuridis telah dilindungi oleh UU Hak Cipta 2014 yaitu Pasal 44 ayat
(1) huruf a dan Pasal 46 ayat (1) dan ayat (2) huruf b untuk kepentingan
pribadi, dan Pasal 47 huruf a untuk kepentingan perpustakaan. Sedangkan
untuk perlindungan hukum hak ekonomi pencipta juga telah dilindungi
dalam Pasal 58 ayat (1) Undang-Undang Hak Cipta 2014.
2. Penyelesaian terhadap pelanggaran hak cipta buku untuk kepentingan
pendidikan secara yuridis pun dilindungi berdasar Pasal 95 dan Pasal 113
ayat
Undang-Undang Hak Cipta 2014 dimana langkah pertama penyelesaian
dilakukan dengan jalur arbitrase, sehingga jalur pengadilan (jalur litigasi)
merupakan upaya paling akhir apabila jalur arbitrase belum berhasil.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Ketika pengajaran berpusat pada guru, teknologi dan media digunakan untuk
mendukung penyajian pengajaran. Tentu saja, bahan ajar yang dirancang dengan baik
dapat meningkatkan dan mendorong pembelajaran. Banyak ruang kelas saat ini telah
mencapai Fase 4 Prensky dengan mengadopsi dan mengadaptasi lingkungan mereka
dengan alat digital yang mendukung dan meningkatkan kemampuan guru dan siswa
"digital". Situs web kelas individu menyediakan akses ke kalender pekerjaan rumah,
detail tugas, sumber daya online, dan sering kali menawarkan akses orang tua ke
laporan real-time tentang kemajuan siswa.
Dalam fase ini, tiga jenis instruksi utama digunakan: instruksi tatap muka
pembelajaran jarak jauh, dan pembelajaran campuran. Kita semua pernah mengalami
pengajaran tatap muka di sekolah, di rumah, dan selama kegiatan ekstrakurikuler.
Keberhasilan pengajaran dalam arti tercapainya tujuan-tujuan pengajaran sangat
tergantung pada kemampuan mengatur kelas yang dapat menciptakan situasi yang
memungkinkan anak didik dapat belajar, sehingga merupakan titik awal keberhasilan
pengajaran. Siswa dapat belajar dengan baik dalam suasana yang wajar, tanpa tekanan
dalam kondisi yang merangsang untuk belajar.

26
DAFTAR PUSTAKA

Achmadi, H. ., Suharno, & Suryani, N. (2014). Edisi Maret 2014 Edisi Maret 2014.
Teknologi Pendidikan Dan Pembelajaran, 35–48. http://jurnal.fkip.uns.ac.id
Chávez Arcega, M. (2010). Instructional technology and media for learning. In Revista
mexicana de investigación educativa (Vol. 15, Issue 44).
Chu, S. K. W., Reynolds, R. B., Tavares, N. J., Notari, M., & Lee, C. W. Y. (2017). 21st
Century Skills Development Through Inquiry-Based Learning. In 21st Century Skills
Development Through Inquiry-Based Learning: From Theory to Practice (Issue August
2018).
Fakhrurrazi, F. (2018). Hakikat Pembelajaran Yang Efektif. At-Tafkir, 11(1), 85–99.
https://doi.org/10.32505/at.v11i1.529
Oktavian, R., & Aldya, R. F. (2020). Efektivitas Pembelajaran Daring Terintegrasi di Era
Pendidikan 4.0. Didaktis: Jurnal Pendidikan Dan Ilmu Pengetahuan, 20(2), 129–135.
https://doi.org/10.30651/didaktis.v20i2.4763
Ramli, M. (2012). Media Teknlogi Pembelajaran. IAIN Antasari Press, 1–3.
Syailendra Agustian, I. F. S. (2019). PELANGGARAN HAK CIPTA BUKU UNTUK
KEPENTINGAN PENDIDIKAN MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 28 TAHUN
2014 TENTANG HAK CIPTA. 1(28), 105–112.

27

Anda mungkin juga menyukai