Makalah ini disusun dalam rangka memenuhi tugas mata kuliah Penilaian
Pembelajaran yang diampu oleh Ibu Monika Sidabutar, S.Si., M.Pd.
Disusun oleh:
Kolompok 3
2022
KATA PENGANTAR
Puji syukur atas kehadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang,
atas rahmat, hidayah, serta inayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul “Membuat Instrumen Non-Tes” dengan tepat waktu. Adapun, tujuan dari
penulisan makalah ini yaitu untuk memenuhi tugas pada mata kuliah Penilaian Pembelajaran
yang diampu oleh Ibu Monika Sidabutar, S.Si., M.Pd. serta sebagai sarana untuk menambah
wawasan dan ilmu bagi para pembaca dan penulis.
Kami mengucapkan terima kasih kepada kedua orang tua yang telah memberikan cinta
dan kasih sayangnya, sehingga kami dapat menyelesaikan penugasan ini dengan semangat
dan rasa hangat. Selanjutnya, kami ucapkan terima kasih kepada Ibu Monika Sidabutar, S.Si.,
M.Pd. selaku dosen mata kuliah Penilaian Pembelajaran yang telah dengan sabar
membimbing kami selama perkuliahan berlangsung. Yang terakhir—di antara banyak pihak
yang turut memberi sumbangsih dalam pengerjaan makalah ini dan tidak dapat disebutkan
satu per satu—kami sampaikan terima kasih kepada teman-teman kelas B angkatan 21 yang
telah mencurahkan ilmu dan waktunya guna melengkapi wawasan pengetahuan anggota
kelompok 3. Terlepas dari segala hal tersebut, kami menyadari bahwa makalah ini masih
terdapat kekurangan, baik dari segi penyusunan kalimat maupun penggunaan tata bahasa.
Oleh sebab itu, saran dan kritik yang membangun kami harapkan demi perbaikan makalah ini.
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .............................................................................................................. 1
BAB I ....................................................................................................................................... 4
BAB II ..................................................................................................................................... 6
A. KESIMPULAN ........................................................................................................... 21
A. Latar Belakang
C. Tujuan Penulisan
Instrumen non-tes merupakan cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis.
Menurut (Sudijono, 2009), instrumen non-tes biasanya dilakukan dengan cara wawancara,
pengamatan secara sistematis, menyebarkan angket, ataupun menilai/mengamati
dokumen-dokumen yang ada. Selaras dengan pernyataan Widoyoko (2009), instrumen
non-tes biasanya digunakan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft-
skills, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan oleh
peserta didik. Hal tersebut dapat diperoleh dari hasil pemahaman yang mereka dapatkan
selama proses pembelajaran berlangsung. Instrumen non-tes ini dapat digunakan jika kita
ingin mengetahui kualitas proses dan produk dari suatu pekerjaan serta hal-hal yang
berkenaan dengan domain afektif, seperti sikap, minat, bakat, dan motivasi (Arifin, 2014).
Instrumen non-tes adalah alat yang digunakan untuk mengumpulkan data secara
komperehensif. Instrumen non-tes biasanya digunakan untuk mengukur pada ranah afektif
dan psikomotorik. Dalam konteks pembelajaran, instrumen non -tes juga memiliki tujuan
untuk mengevaluasi hal yang berhubungan dengan kejiwaan peserta didik seperti
persepsinya terhadap mata pelajaran tertentu, persepsi terhadap pengajar, bakat, dan
minat. Semua hal tersebut tidak dapat dievaluasi menggunakan instrumen tes saja, oleh
karena itu diperlukan instrumen non-tes (Shobariyah, 2018). Jadi kita dapat mengartikan
bahwa tujuan utama dari instrumen non-tes adalah untuk melakukan pengukuran dan
penilaian yang tidak dapat dilakukan dengan menggunakan instrumen tes.
Seperti halnya pengembangan instrumen tes, instrumen non-tes juga memiliki tahapan
penyusunan yang harus diikuti, yaitu:
1. Menentukan Spesifikasi Instrumen
2. Menulis Instrumen
Instrumen (non-tes) disusun berdasarkan kisi-kisi yang telah dibuat. Instrumen
dapat berbentuk pernyataan atau pertanyaan. Kaidah yang perlu diperhatikan ketika
menulis butir instrumen adalah:
d. Melengkapi butir pernyataan dengan skala sikap (bisa genap, 4 atau 6, dan bisa
ganjil 5 atau 7)
6. Merakit Instrumen
Setelah instrumen diperbaiki, selanjutnya dirakit dengan memperhatikan
format, tata letak, urutan pernyataan dan pertanyaan. Format harus menarik. Urutan
pernyataan sesuai dengan aspek yang akan diukur.
9. Memperbaiki Instrumen
Perbaikan dilakukan terhadap butir-butir pertanyaan/pernyataan yang tidak
baik. Perbaikan berdasarkan hasil ujicoba dan saran masukan dari responden.
1. Observasi
a. Definisi
Suatu proses pengamatan dan pencatatan secara sistematis, logis, objektif, dan
rasional mengenai berbagai fenomena, baik dalam situasi yang sebenarya maupun
dalam situasi buatan untuk mencapai tujuan tertentu. Alat yang digunakan dalam
melakukan observasi disebut pedoman observasi
b. Fungsi/Tujuan
Tujuan dari observasi adalah untuk mengumpulkan data dan informasi
mengenai suatu fenomena. Baik berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam
situasi yang sesungguhnya maupun dalam situasi buatan. Adapun fungsi dari
observasi adalah untuk mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru maupun
peserta didik), interaksi antara perserta didik dan guru, dan faktor yang dapat
diamati lainya terutama kecakapan sosial.
c. Cara/Langkah
Adapun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi, sebagai berikut.
1) Merumuskan tujuan observasi.
2) Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi.
3) Menyusun pedoman observasi.
4) Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi, baik yang berkenan dengan
proses belajar peserta didik dan kepribadiannya maupun penampilan guru
dalam pembelajaran.
5) Melakukan uji coba pedoman observasi untuk melihat kelemahan pedoman
observasi.
6) Merevisi pedoman observasi berdasarkan hasil uji coba
7) Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
8) Mengolah dan menafsirkan hasil observasi.
d. Contoh
2. Wawancara
a. Definisi
Wawancara merupakan salah satu bentuk alat penilaian jenis non-tes yang
dilakukan melalui percakapan dan tanya jawab, baik langsung maupun tidak
langsung dengan peserta didik. Pengertian wawancara langsung adalah wawancara
yang dilakukan secara langsung antara pewawancara (interviewer) atau guru
dengan orang yang diwawancarai (interview atau peserta didik tanpa melalui
perantara, sedangkan wawancara tidak langsung artinya pewawancara atau guru
menanyakan sesuatu peserta didik melalui perantaraan orang lain.
b. Fungsi/Tujuan
Tujuan wawancara untuk memperoleh informasi secara langsung guna
menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu. Selain itu, wawancara juga
bertujuan untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah dan untuk memperoleh data
agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu
c. Cara/Langkah
Adapun penyusunan langkah-langkah pedoman wawancara, sebagai berikut:
1) Merumuskan tujuan wawancara
2) Membuat kisi - kisi
3) Menyusun pertanyaan sesuai dengan data yang diperlukan
4) Melakukan uji coba
5) Melaksanakan wawancara.
d. Kelebihan & Kekurangan
Adapun, kelebihan dari wawancara antara lain adalah kita dapat berkomunikasi
secara langsung sehingga informasi yang diperoleh dapat diketahui
objektivitasnya. Selain itu, kita dapat memperbaiki proses dan hasil belajar dan
kegiatan cenderung lebih fleksibel, dinamis, dan personal. Sementara itu,
kelemahan dari wawancara di antaranya banyak memakan waktu, berlaru - larut
tanpa arah, perlu adanya adaptasi diri antara pewawancara dengan yang
diwawancarai.
e. Contoh
3. Skala Sikap
a. Definisi
Skala sikap merupakan suatu alat ukur yang digunakan untuk mengukur sikap,
nilai, dan karakteristik-karaktersitik lainnya. Sikap merupakan suatu
kecenderungan tingkah laku untuk berbuat sesuatu dengan cara, metode, teknik,
dan pola tertentu terhadap dunia sekitarnya baik berupa orang-orang maupun
berupa objek-objek tertentu.
b. Fungsi/Tujuan
Skala sikap igunakan untuk mengukur sikap, hanya bentuknya tidak pilihan
ganda maupun checklist, tetapi tersusun dalam satu garis kontinu yang jawaban
bersifat “sangat positifnya” terletak di bagian kanan garis, dan jawaban yang
bersifat “sangat negatif” terletak di bagian kiri garis, atau sebaliknya.
c. Cara/Langkah
Adapun langkah-langkah pengaplikasian skala sikap, sebagai berikut:
1) Memilih variabel afektif yang akan diukur
2) Membuat beberapa pernyataan
3) Mengklasifikasikan pernyataan positif dan negatif
4) Menentukan jumlah gradual dan frasa atau angka yang dapat menjadi alternatif
pilihan
5) Menyusun pernyataan dan pilihan jawaban
6) Melakukan uji coba
7) Membuang butir - butir pernyataan yang jurang baik
8) Melaksanakan penilaian.
d. Contoh
4. Angket
a. Definisi
Angket merupakan alat untuk mengumpulkan dan mencatat data atau informasi,
pendapat, dan paham dalam hubungan kausal.
b. Cara/Langkah
1) Menyusun kisi-kisi angket
2) Menyusun pertanyaan-pertanyaan dan bentuk jawaban yang diinginkan,
berstruktur atau tak berstruktur. Setiap pertanyaan dan jawaban harus
menggambarkan atau mencerminkan data yang diperlukan. Pertanyaan harus
diurutkan, sehingga antara pertanyaan yang satu dengan lainnya ada
kesinambungan.
3) Membuat pedoman atau petunjuk cara menjawab pertanyaan, sehingga
memudahkan peserta didik untuk menjawabnya.
4) Jika angket sudah tersusun dengan baik, perlu dilaksanakan uji coba di
lapangan sehingga dapat diketahui kelemahan-kelemahannya.
5) Angket yang sudah diujicobakan dan terdapat kelemahan perlu direvisi, baik
dilihat dari bahasa, pertanyaannya maupun jawabannya
6) Menggandakan angket sesuai dengan banyaknya jumlah peserta didik.
c. Kelebihan & Kekurangan
Adapun, kelebihan dari angket di antaranya responden dapat menjawab dengan
bebas tanpa dipengaruhi oleh penilai, informasi dapat terkumpul lebih mudah
karena itemnya homogen, dapat digunakan untuk mengumpulkan data dari jumlah
responden yang besar yang dijadikan sampel. Sementara itu, kelemahan dari
angket adalah adanya kemungkinan angket diisi oleh orang lain, hanya
diperuntukan bagi yang hanya melihat saja, responden hanya menjawab
berdasarkan jawaban yang ada.
d. Contoh
5. Studi Kasus
a. Definisi
Studi kasus adalah studi yang mendalam dan komprehensif tentang peserta
didik, kelas, atau sekolah yang memiliki kasus tertentu. Pengertian mendalam dan
komprehensif adalah mengungkap semua variabel dan aspek-aspek yang
melatarbelakanginya, yang diduga menjadi penyebab timbulnya perilaku atau
kasus tersebut dalam kurun waktu tertentu.
b. Cara/Langkah
Dalam melakukan studi kasus, langkah-langkah yang dapat dilakukan oleh
seorang pengajar, sebagai berikut:
1) Pengumpulan Data
Guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat
yang dapat digunakan adalah depth-interview, yaitu melakukan wawancara
secara mendalam. Jenis data yang diperlukan, antara lain latar belakang
kehidupan, latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan,
perkembangan kesehatan, dan sebagainya.
2) Penginterpretasian Data
Setelah data terkumpul, selanjutnya data tersebut diinterpretasikan
untuk membuat diagnosis tentang kasus tersebut dan prognosis yang mungkin
dilakukan. Hal ini menuntut tilikan ke masa lalu dan masa kini. sehingga dapat
memudahkan sintesis aspek-aspek data yang relevan dengan masalah-masalah
yang dihadapi masa kini.
.
c. Kelebihan & Kekurangan
Kelebihan dari studi kasus adalah kita dapat mempelajari seseorang secara
mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat diketahui selengkap-
lengkapnya. Sedangkan kekuranganya adalah hasil studi kasus tidak dapat
digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu saja.
d. Contoh
6. Catatan Insidential
a. Definisi
Catatan insidental adalah catatan-catatan singkat tentang peristiwa peristiwa
sepintas yang dialami peserta didik secara perseorangan.
b. Fungsi/Tujuan.
Catatan ini berfungsi sebagai pelengkap dalam rangka penilaian guru terhadap
peserta didiknya, terutama yang berkenaan dengan tingkah laku peserta didik.
c. Cara/Langkah
Adapun langkah/-langkah sekaligus hal-hal yang harus diperhatikan oleh
pengajar dalam pengaplikasian catatan insidential, sebagai berikut:
1) Tetapkan terlebih dahulu peserta didik yang sangat memerlukan penyelidikan.
Dalam hal apakah penyelidikan itu harus dilakukan
2) Setiap kegiatan pencatatan suatu peristiwa hendaknya diambil kesimpulan
sementara. Kesimpulan final baru ditentukan setelah membandingkan
beberapa kesimpulan sementara dari berbagai kegiatan pencatatan
3) Fokus perhatian guru adalah tingkah laku peserta didik yang dianggap perlu
diselidiki tersebut.
d. Contoh
7. Sosiometri
a. Definisi
Sosiometri adalah suatu prosedur untuk merangkum, menyusun, dan sampai
batas tertentu dapat mengkuantifikasi pendapat-pendapat peserta didik tentang
penerimaan teman sebayanya serta hubungan di antara mereka. Seperti diketahui,
di sekolah banyak peserta didik kurang mampu menyesuaikan diri dengan
lingkungannya. Mereka tampak murung, mengasingkan diri, mudah tersinggung
atau bahkan over-acting. Hal ini dapat dilihat ketika mereka sedang istirahat,
bermain atau mengerjakan tugas kelompok. Fenomena tersebut menunjukkan
kekurang mampuan peserta didik dalam menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
Kondisi seperti ini perlu diketahui dan dipelajari oleh guru dan dicarikan upaya
untuk memperbaikinya, karena dapat mengganggu proses belajarnya.
b. Fungsi/Tujuan
Adapun, tujuan dari penerapan Sosiometri, sebagai berikut:
1) Menemukan murid mana yang ternyata mempunyai masalah penyesuain diri
dalam kelompoknya.
2) Membantu meningkatkan partisipasi sosial diantara murid-murid dengan
penerimaan sosialnya.
3) Membantu meningkatkan pemahaman dan pengertian murid terhadap masalah
pergaulan yang sedang dialami oleh individu tertentu.
4) Merencanakan program yang konstruktif untuk menciptakan iklim sosial yang
lebih baik dan sekaligus membantu mengatasi masalah penyesuaian di kelas
tertentu.
c. Cara/Langkah
Adapun, langkah-lanlah dalam penerpan sosimetri, sebagai berikut:
1) Memberikan "petunjuk" atau pertanyaan-pertanyaan, seperti: "tuliskan pada
selembar kertas nama teman-temanmu yang paling baik" atau "siapa temanmu
yang paling baik di dalam kelas?" atau "siapa di antara temanmu yang sering
meminjamkan buku pelajaran kepada teman-teman yang lain". Usahakan tidak
terjadi kompromi untuk saling memilih di antara peserta didik
2) Mengumpulkan jawaban yang sejujurnya dari semua peserta didik
3) Jawaban-jawaban tersebut dimasukkan ke dalam tabel
4) Pilihan-pilihan yang tertera dalam tabel digambarkan pada sebuah sosiogram.
d. Contoh
a. Kelebihan
Hal tersebut juga berkaitan dengan latar penilaian yang dilakukan secara alami. Di
mana instrument penilaian non-tes ini cenderung tidak memberikan beban kognitif
kepada peserta didik secara berlebihan. Beban kognitif yang diberikan berlebihan
dapat kita lihat pada penerapan instrument tes, di mana peserta didik terkadang
mengalami stress dari serangkaian ulangan yang harus mereka hadapi.
b. Kekurangan
Setiap instrument non-tes memiliki poin-poin tersendiri untuk dinilai, hal tersebut
menuntut kejelian dari pengajar untuk merancangnya. Selain itu, pada proses
pelaksanaannya, pengajar dituntut untuk mengamati pola perilaku peserta didik
dengan seksama, sehingga penilaian berjalan dengan optimal.
Poin ini berkaitan dengan keadaan di mana siswa tidak paham terhadap penilaian
yang diberikan oleh guru, misalnya dalam penilaian membaca guru melakukan
teknik observasi dengan lembar observasi yang berisi poin-poin yang sudah
disiapkan, siswa tidak dijelaskan terlebih dahulu sehingga siswa kurang paham
dengan penilaian dan apa saja yang dinilai.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Instrumen non-tes merupakan cara penilaian hasil belajar peserta didik yang dilakukan
tanpa menguji peserta didik tetapi dengan melakukan pengamatan secara sistematis.
Tujuan Instrumen non-tes yaitu untuk mengukur pada ranah afektif dan psikomotorik.
Dalam konteks pembelajaran, instrumen no-tes juga memiliki tujuan untuk mengevaluasi
hal yang berhubungan dengan kejiwaan peserta didik seperti persepsinya terhadap mata
pelajaran tertentu, persepsi terhadap pengajar, bakat, dan minat. Untuk membuat
Instrumen non-tes diperlukan tahapan-tahapan yaitu: (1) Menentukan Spesifikasi
Instrumen; (2) Menulis Instrumen; (3) Menentukan Skala Instrumen; (4) Menentukan
Sistem Penskoran; (5) Menelaah Instrumen; (6) Merakit Instrumen; (7) Melakukan
Ujicoba; (8) Menganalisis Hasil Ujicoba; (9) Memperbaiki Instrumen; (10) Melaksanakan
Pengukuran; (11) Menafsirkan Hasil Pengukuran. Jeni-jenis instrumen non-tes meliputi
Observasi, Wawancara, Skala Sikap, Angket, Studi Kasus, Catatan Insidental, Sosiometri
Dalam penggunaan evaluasi non-tes cenderung tidak semudah seperti yang kita
bayangkan. Pada kenyataannya, evaluasi non-tes itu cukup rumit untuk diterapkan karena
banyak poin-poin yang harus kita buat untuk penilaian. Ada beberapa faktor yang
meneyebabkan pelaksanaan evaluasi non tes terhambat, antara lain: (1) Kurangnya waktu
dalam pembuatan instrument non tes; (2) Ssiswa yang kurang paham terhadap
pelaksanaan penilaian non tes; (3) Kurang terampilnya guru dalam pembuatan instrumen
non-tes, dan berbagai permasalahan lainnya. Permasalahan-permasalahan dan
kekurangan-kekurangan tersebut tentunya harus diperhatikan setip perancang
pembelajaran, sehingga instrument penilaian non-tes lebih merata penerapannya,
mengingat banyak sekolah saat ini yang cenderung lebih “suka” menerapkan instrumen
penilaian tes—yang hanya dapat menilai aspek kognitif siswa saja.
DAFTAR PUSTAKA