Anda di halaman 1dari 42

Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran

“Macam Alat Evaluasi”

Dosen Pengampu:

Dr. Ni Made Sri Mertasari, M. Pd.

Made Juniantari, S. Pd., M. Pd.

Disusun Oleh:

Kelompok II Kelas III B

Putu Garly Arya Riantara NIM 1913011037


Kadek Krisna Dharmawan NIM 1913011040
Riska Maulidya NIM 1913011044
I Wayan Dwi Purna Wirawan NIM 1913011062
Ni Made Cintya Dewi NIM 1913011065

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN MATEMATIKA

JURUSAN MATEMATIKA

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHA

2020
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat karunia-Nya, kami dapat menyelesaikan revisi makalah dengan judul
“Macam Alat Evaluasi” ini tepat pada waktunya untuk memenuhi tugas mata
kuliah Asesmen dan Evaluasi Pembelajaran.
Selama penyusunan makalah ini, kami mendapat bantuan dari berbagai
pihak. Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ibu Dr. Ni Made Sri Mertasari, M. Pd. dan Ibu Made Juniantari, S. Pd., M.
Pd. sebagai dosen pengampu mata kuliah Asesmen dan Evaluasi
Pembelajaran Program Studi Pendidikan Matematika Undiksha yang telah
membimbing serta memotivasi penulis dalam pembuatan makalah ini.
2. Pihak keluarga yang senantiasa memberi dukungan dan memberikan
banyak motivasi kepada penulis.
3. Teman-teman kelas III B yang telah memberi masukan, juga berperan
dalam proses pembuatan makalah ini sebagai rekan sharing sebaya.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna. Oleh karenanya,
kami sangat mengharapkan kritik, saran ataupun masukan guna penyempurnaan
penulisan makalah kedepannya.
Akhir kata kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
bagi kita semua, khususnya manfaat di bidang pendidikan.

Singaraja, 29 Agustus 2020

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................................................................... ii

DAFTAR ISI...................................................................................................... iii

BAB I PENDAHULUAN.................................................................................... 1

1.1 Latar Belakang ...................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah ................................................................................. 2

1.3 Tujuan ................................................................................................... 2

1.4 Manfaat ................................................................................................. 2

BAB II KAJIAN PUSTAKA ............................................................................... 3

2.1 Pengertian Evaluasi ............................................................................... 3

2.2 Pengertian Alat Evaluasi ....................................................................... 4

2.3 Macam Alat Evaluasi ............................................................................ 5

BAB III PEMBAHASAN.................................................................................. 13

3.1 Macam Alat Evaluasi Berdasarkan Pembuatnya .................................. 13

3.2 Macam Alat Evaluasi Berdasarkan Tujuannya ..................................... 16

BAB IV PENUTUP........................................................................................... 36

4.1 Simpulan ............................................................................................. 36

4.2 Saran ................................................................................................... 37

DAFTAR PUSTAKA

iii
1. BAB I
2. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Di era sekarang ini, pendidikan merupakan kebutuhan manusia yang
bersifat berkelanjutan, tidak memandang usia dan kedudukannya. Dengan
pendidikan manusia berusaha mengembangkan potensi yang dimilikinya dan
mengubah tingkah laku manusia ke arah yang lebih baik. Seperti yang kita
ketahui pendidikan yang bermutu dipengaruhi oleh berbagai faktor,
diantaranya siswa, guru, kurikulum, lingkungan belajar, dan lain sebagainya.
Untuk dapat mewujudkannya diperlukannya beberapa hal salah satunya dapat
dilihat dari komponen-komponen sistem pendidikan, usaha lebih lanjut dan
berkesinambungan antara komponen dalam sistem pendidikan terutamanya
dalam menjalankan fungsi serta peranannya. Komponen sistem pendidikan
yang dimaksudkan adalah antara kurikulum, pembelajaran dan evaluasi.
Usaha dalam meningkatkan kualitas pendidikan dapat ditempuh dengan
peningkatan kualitas pembelajaran dan sistem evaluasi yang baik. Kegiatan
evaluasi dianggap penting dalam berlangsungnya kegiatan pembelajaran
karena evaluasi merupakan salah satu cara memperbaiki dan mengembangkan
kemampuan peserta didik baik secara intelektual maupun spiritual agar dapat
menyesuaikan diri terhadap perubahan hidup dari masa ke masa.
Menurut Norman Grounlund dalam Purwanto (2013) menjelaskan
tentang evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau
membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran telah
dicapai oleh siswa. Evaluasi tidak terbatas pada kegiatan melakukan penilaian
dari hasil yang didapatkan di akhir kegiatan, tapi juga menyangkut pada
pelaksaaan (proses berlangsungnya) suatu kegiatan. Sistem penilaian atau
evaluasi yang baik akan dapat memotivasi peserta didik untuk membenahi diri
menjadi lebih baik lagi.
Oleh karena itu, penulis ingin membahas lebih jauh mengenai sistematis
evalusi melalui macam alat evaluasi berdasarkan pembuatnya dan berdasarkan
tujuannya.

1
1.2 Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang dapat kami ajukan adalah sebagai berikut:
1. Apakah pengertian evaluasi ?
2. Apakah pengertian alat evaluasi ?
3. Apa saja macam alat evaluasi ?
4. Apa saja macam-macam alat evaluasi berdasarkan pembuatnya?
5. Apa saja macam-macam alat evaluasi berdasarkan tujuannya?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan memahami pengertian evaluasi.
2. Mengetahui dan memahami pengertian alat evaluasi.
3. Mengetahui dan memahami macam alat evaluasi.
4. Mengetahui dan memahami macam-macam alat evaluasi berdasarkan
pembuatnya.
5. Mengetahui dan memahami macam-macam alat evaluasi berdasarkan
tujuannya.
1.4 Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan karya tulis ini adalah sebagai berikut :
1. Penulis, dapat mengetahui dan memahami mengenai pengertian evaluasi,
pengertian alat evaluasi, macam alat evaluasi, macam-macam alat
evaluasi berdasarkan pembuatnya dan tujuannya.
2. Pembaca, mengetahui mengenai pengertian evaluasi, pengertian alat
evaluasi, macam alat evaluasi, macam-macam alat evaluasi berdasarkan
pembuatnya dan tujuannya.

2
BAB II
KAJIAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Evaluasi


Pendidikan merupakan usaha yang dilakukan untuk memungkinkan
seseorang siswa mengalami perkembangan melalui proses pembelajaran.
Untuk mencapai keberhasilan dalam pendidikan salah satunya ditentukan oleh
faktor penilaian atau evaluasi. Adapun beberapa pendapat yang dikemukan
oleh para ahli mengenai evaluasi, antara lain:
a) Menurut Norman E Grounlund dalam (Purwanto, 2013). menjelaskan
tentang evaluasi adalah suatu proses yang sistematis untuk menentukan
atau membuat keputusan sampai sejauh mana tujuan-tujuan pengajaran
telah dicapai oleh siswa.
b) Menurut Sofan Amri , Evaluasi adalah sebuah proses untuk menentukan
kondisi, dimana suatu tujuan telah dapat dicapai atau tidak. Definisi ini
menerangkan secara langsung hubungan evaluasi dengan tujuan suatu
kegiatan ini untuk mengukur ketercapaian tujuan. Sebenarnya, evaluasi
juga merupakan proses memahami, memberi arti, mendapatkan, dan
mengkomunikasikan suatu informasi bagi keperluan mengambil
keputusan.
c) Menurut Stufflebeam, dalam (Putra, 2013) mendefenisikan evaluasi
merupakan proses menggambarkan, memperoleh, dan menyajikan
informasi yang berguna untuk merumuskan suatu alternatif keputusan.
d) Menurut Suharsimi Akunto, bahwa evaluasi adalah serangkaian kegiatan
yang ditujukan untuk mengukur keberhasilan program Pendidikan
e) Menurut Arifin menyatakan bahwa evaluasi dapat dinyatakan sebagai
proses pengambilan keputusan menggunakan informasi yang diperoleh
melalui pengukuran hasil belajar, baik menggunakan instrument tes
maupun non-tes.
f) Menurut Saifuddin Azwar, Evaluasi adalah uatu sproses yang di lakukan
secara teratur serta sistematis pada komparasi antara standar atau kriteria
yang sudah di tentukan dengan hasil yang di peroleh. Melalui hasil

3
perbandingan tersebut selanjutnya disusun suatu kesimpulan dan juga
saran pada setiap aktivitas yang ada pada program.
g) Menurut Purwanto, Secara garis besar dapat di katakan bahwa evaluasi
merupakan pemberian nilai terhadap kualitas sesuatu. Selain dari itu,
evaluasi juga dapat di pandang sebagai proses merencanakan,
memperoleh, serta menyediakan informasi yang sangat di perlukan
untuk membuat alternatif – alternatif keputusan .

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan bahwa


evaluasi merupakan suatu serangkaian kegiatan yang dilakukan guna menilai
apakah proses perkembangan telah tercapai dengan program dan kegiatan-
kegiatan yang telah dilaksanakan. Sehingga, melalui kegiatan evaluasi ini
diharapkan mampu memotivasi peserta didik agar dapat menjadi pribadi yang
lebih baik lagi.

2.2 Pengertian Alat Evaluasi

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), alat merupakan suatu


benda yang dipakai untuk mengerjakan sesuatu. Dalam pengertian umum,
sebagaimana yang dikutip dadalam Basrowi dan Siskandar (2012) alat adalah
evaluasi adalah sesuatuyang dapat digunakan untuk mempermudah seseorang
dalam melaksanakan tugas atau mencapai tujuan secara lebih efektif dan
efesien. Kata “alat” biasa disebut juga denga istilah “instrument”. Sedangkan
evaluasi adalah suatu kegiatan menilai berdasarkan beberapa pertimbangan
yang dilakukan. Jadi berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa
alat evaluasi merupakan sesuatu yang dapat digunakan untuk melakukan
penilaian, mengukur sesuatu berdasarkan pemikiran dan pertimbangan yang
dalam hal ini mengukur apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau
belum.

Untuk memperjelas pengertian “alat” atau “instrument” diterapkan dua


cara mengupas kelapa, yang satu menggunakan pisau parang dan yang lain
tidak. Tentu saja hasilnya akan lebih baik dan pekerjaan yang berakhir
disbanding dengan cara yang pertama. Dalam kegiatan evaluasi, fungsi alat
juga untuk memperoleh hasil yang lebih baik sesuai dengan kenyataan yang

4
dievaluasi. Dalam menggunakan alat evaluasi tersebut evaluator menggunakan
cara atau teknik yang dalam hal ini dikenal dengan teknik evaluasi. Adapun
teknik evaluasi dibagi menjadi dua yaitu teknik non tes dan teknik tes
(Widiarsih, 2015)

2.3 Macam Alat Evaluasi


Melihat definisi dari alat evaluasi dimana alat evaluasi merupakan
sesuatu yang dapat digunakan untuk melakukan penilaian, mengukur sesuatu
berdasarkan pemikiran dan pertimbangan yang dalam hal ini mengukur
apakah tujuan pembelajaran sudah tercapai atau belum. Adapun alat evaluasi
dapat dibagi berdasarkan beberapa hal baik kegunaan, tujuan, dan pembuat.
Menurut Daryanto (2001), ditinjau dari segi kegunaan untuk mengukur
siswa, alat evaluasi dibedakan menjadi 3, yaitu:

a) Tes Diagnostik
Ditinjau dari namanya, diagnostik memiliki makna menyelidiki, mencari,
meneliti terhadap sesuatu yang muncul. Menurut Suharsimi (2013) tes
diagnostik merupakan tes yang digunakan untuk mengetahui kelemahan-
kelemahan siswa, berdasarkan kelemahan tersebut dapat dilakukan
pemberian pemberlakuan yang tepat. Sejalan dengan pengertian tersebut,
Rasyid dan Mansyur (2007) menjelaskan bahwa tes diagnostik berguna
untuk mengetahui kesulitan belajar yang dihadapi peserta didik, termasuk
kesalahan pemahaman konsep.

Secara garis besar langkah-langkah dalam mengembangkan tes


diagnostik menurut Depdiknas dalam (Tarihoran, 2014) adalah:
1) Menentukan kompetensi dasar yang belum tercapai ketuntasannya
2) Menentukan kemungkinan sumber masalah
3) Menentukan bentuk dan jumlah soal yang sesuai
4) Menyusun kisi kisi soal
5) Membuat soal
6) Merevisi soal
7) Menyusun kriteria penilaian

5
Dilihat dari pengertiannya tes diagnostik memiliki beberapa fungsi
dimana menurut Tarihoran (2014) secara umum tes diagnostik memiliki
dua fungsi utama, yaitu:
1) Mengidentifikasi masalah atau kesulitan yang dialami siswa
2) Merencanakan tindak lanjut berupa upaya-upaya pemecahan sesuai
masalah atau kesulitan yang telah teridentifikasi

b) Tes Formatif
Ditinjau dari namanya yakni formatif test berasal dari kata form yang
berarti bentuk dan test yang berarti alat evaluasi. Dengan demikian
formatif test bertujuan sebagai alat untuk mengevaluasi sejauh mana
peserta didik telah “terbentuk” (sudah sesuai dengan tujuan pengajaran
yang telah ditentukan atau belum, sudah terbentuk dari segi ranah kognitif,
afektik, dan psikomotoriknya atau belum) dan biasanya diberikan setelah
mereka mengikuti proses pembelajaran pada waktu tertentu.

Adapun manfaat dari tes formatif yang dikutip dari Basrowi dan
Siskandar (2012) antara lain:
1) Manfaat Bagi Guru
• Untuk mengetahui apakah siswa sudah mampu menguasai
materi pelajaran yang disajikan secara menyeluruh atau tidak.
• Sebagai reinforcement (penguatan) bagi siswa. Dengan rata-
rata hasil dari tes formatif yang baik akan menambah
memotivasi siswa untuk mempertahankan bahkan
meningkatkan nilainya dengan belajar lebih giat lagi
(penguatan positif) sedangkan untuk yang mendapatkan nilai
buruk, digunakan untuk memacu dirinya untuk bisa
mendapatkan nilai yang baik (penguatan negative)
• Sebagai balikan (feed back) bagi guru. Apakah ia telah
berhasil mengajar atau belum, apakah ia terlalu cepat
menyajikan bahan atau sebaliknya, apakah metode dan
pendekatan yang digunakan tepat atau belum dan sebagainya.

6
• Sebagai diagnose, sesuai dengan pengertian dari tes formatif
ini digunakan untuk mengetahui sejauh nama konsep siswa
telah terbentuk (konsep mana yang sudah dikuasai dan yang
belum dikuasai) sehingga mempermudah dalam mengatasi
kesulitan dalam belajar.
2) Manfaat Bagi Siswa
• Mengetahui sampai sejauh mana bahan yang diajarkan sudah
dapat diterima oleh siswa.
• Mengetahui bahan-bahan mana yang belum dipahami oleh
siswa kemudian mencari alternative solusi atas alasan kenapa
siswa belum memahami bahan atau materi yang disampaikan
gurunya (bisa dengan memperbaiki cara mengajar).
• Dapat meramalkan sukses tidaknya seluruh program yang
akan diberikan.
3) Manfaat Bagi Program
• Apakah program yang telah diberikan merupakan program
yang tepat dalam arti sesuai dengan kecakapan siswa.
• Apakah program tersebut membutuhkan pengetahuan-
pengetahuan prasyarat yang belum diperhitungkan
• Apakah diperlukan alat, sarana, dan prasarana untuk
mempertinggi hasil yang akan dicapai
• Apakah metode, pendekatan, dan alat evaluasi yang
digunakan sudah tepat.

Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam penggunakan tes formatif


adalah:

• Penilaian dilakukan pada akhir setiap satuan pelajaran.


• Penilaian formatif bertujuan mengetaui sejauh mana Kompetensi
Dasar pada setiap satuan pelajaran yang telah tercapai.
• Penilaian formatif dilakukan dengan menggunakan tes hasil
belajar, kuesioner, ataupun cara lainnya yang sesuai.

7
• Siswa dinilai berhasil dalam penilaian formatif apabila mencapai
taraf sekurang-kurangnya 75% dari tujuan yang ingin dicapai.

c) Tes Sumatif
Ditinjau dari namanya tes sumatif berasal dari kata sum yang berarti
jumlah keseluruhan dan tes yang berarti alat yang digunakan untuk
mengevaluasi. Berdasarkan hal tersebut dapat disimpulkan bahwa tes
sumatif merupakan alat evaluasi yang digunakan dengan tujuan untuk
mengetahui pemahaman dan kemampuan siswa terhadap sejumlah materi
atau pokok bahasan tertentu. Tes ini dilaksanakan setelah berakhirnya
pemberian sekelompok program atau sebuah program yang lebih besar.

Sebagaimana yang telah dipaparkan oleh Basrowi dan Siskandar


(2012) dalam bukunya, adapaun beberapa manfaat dari tes sumatif antara
lain:

1) Untuk menentukan nilai atau prestasi siswa dalam mata pelajaran


tertentu.
2) Sebagai alat untuk menentukan prakiraan (prediction).
Contohnya : pada saat kenaikan kelas, guru mempertimbangkan
siapa saja yang kira-kira mampu mengikuti program di kelas
berikutnya. Sebagai bahan pertimbangan adalah nilai-nilai yang
diperoleh, terutama dari tes sumatif. Siswa yang sekiranya tidak
mampu mengikuti program di kelas berikutnya dipersilahkan
tinggal kelas.
3) Sebagai laporan kemajuan (nilai rapor/ STTB) yang akan berguna
bagi orang tua, guru bimbingan-penyuluh, pihak lain dan siswa itu
sendiri.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam tes sumatif:
• Siswa dinilai berhasil dalam mata pelajaran tertentu selama satu
semester apabila nilai rapor mata pelajaran tersebut tidak kurang
dari standar yang telah ditentukan.
• Penilaian sumatif (subsumatif) dilakukan dengan mempergunakan
tes hasil belajar, kuesioner ataupun cara yang lainnya yang sesuai

8
dengan menilai ketiga ranah yakni kognitif, afektif, dan
psikomotor.

Disamping pendapat tersebut, secara umum, alat-alat evaluasi kembali


diklasifikasikan menjadi 2 macam, yakni alat evaluasi menurut pembuatnya
dan alat evaluasi menurut tujuannya. Berdasarkan pembuatnya, alat evaluasi
diklasifikasikan ke dalam 2 macam, yakni alat evaluasi buatan guru dan alat
evaluasi terstandar. Dalam bukunya Suharsimi (2013), memaparkan macam
alat evaluasi berdasarkan pembuatnya dibedakan menjadi dua kelompok yaitu
tes Standar dan tes Buatan Guru.

No Tes Standar Tes Buatan Guru


1. Didasarkan atas bahan dan tujuan Didasarkan atas bahan dan tujuan
yang bersifat umum yang bersifat khusus
2. Mencakup aspek penilaian Mencakup aspek penilaian
pengetahuan dan keterampilan pengetahuan atau keterampilan
yang luas yang sempit
3. Disusun dengan kelengkapan staf Disusun sendiri oleh guru dengan
para pakar ahli seperti profesor, sedikit atau tanpa bantuan orang
pembahas, dan editor butir tes. lain
4. Menggunakan butir-butir tes Tidak sering menggunakan butir-
yang sudah diujicobakan (try butir tes yang sudah diujicobakan,
out), dianalisis dan direvisi dianalisis dan direvisi.
sebelum menjadi sebuah tes.
5. Mempunyai realibilitas yang Mempunyai realibilitas sedang
tinggi. atau rendah.
6. Dimungkinkan menggunakan Norma kelompok terbatas kelas
norma untuk seluruh Negara tertentu

a) Alat Evaluasi Buatan Guru


Menurut Arifin (2012), tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri
oleh guru yang akan mempergunakan tes tersebut. Tes ini digunakan
sebagai soal ulangan harian dan ulangan umum. Alat evaluasi buatan guru,

9
dibuat sebelum mengajar. Dalam hasilnya, alat evaluasi buatan guru
adalah alat untuk melakukan pengukuran hasil belajar siswa dalam bidang
kognitif, afektif, dan psikomotorik (baik berupa tes maupun non tes).
b) Alat Evaluasi Terstandar
Menurut Arifin (2012), tes standar adalah tes yang memiliki derajat
validitas dan reliabilitas yang tinggi berdasarkan pengujian terhadap
sampel yang cukup besar, representative, dan item-itemnya relevan serta
mempunyai daya pembeda yang tinggi. Berdasarkan namanya alat
evaluasi terstandar juga memiliki arti sebagai alat evaluasi yang
dibakukan. Alat evaluasi terstandar merupakan alat evaluasi yang
kualitasnya terjamin sehingga hasilnya mencerminkan keadaan
sebenarnya.

Berdasarkan tujuannya alat evaluasi dibedakan menjadi:

a) Tes Kecepatan (Speed Test)


Tes kecepatan merupakan suatu alat yang digunakan untuk mengevaluasi
kecepatan berpikir peserta didik (siswa) meliputi kemampuan kognitif dan
keterampilan baik yang bersifat spontanitas maupun hafalan dan
pemahaman dalam mata pelajaran yang telah dipelajarinya. Dalam tes
kecepatan terdapat tes intelegensi dan tes keterampilan. Menurut Zubaidi
(2009) intelegensi adalah kemampuan untuk menilai, mengerti, dan
menalar dengan baik. Tes intelegensi adalah tes tentang teknik atau alat
yang digunakan untuk berpikir, bertindak, dan menyesuaikan dirinya
secara efektif. Menurut Zubaidi (2009). Tujuan dari tes intelegensi ini
yaitu:
• Dapat meramalkan prestasi belajar dalam jangka pendek,
• Memberikan suatu cara untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan individu peserta didik,
• Mengungkap variabel penting dari kepribadian, dan
• Memungkinkan para peneliti, pendidik dan praktisi klinis
melacak perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
individu peserta didik.

10
Selain itu beliau juga mengemukakan macam-macam alat tes intelegensi
yaitu Wechsler Adut Intelligence Skill (WAIS), Test Standford Binet,
CFIT atau kepanjangan dari Culture Fair Intelligence Test, Intelligenz
Struktur Test (IST), The Standard Progressive Matrices (SPM)

b) Tes Kemampuan (Power Test)


Ditinjau dari namanya tes kemampuan merupakan alat yang digunakan
untuk mengevaluasi sekaligus mengukur tingkat kemampuan atau keahlian
(pada suatu hal). Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa kognitif atau
psikomotorik.

c) Tes Pencapaian (Archievement Test)


Ditinjau dari namanya tes pencapaian merupakan suatu alat yang
digunakan untuk mengevaluasi hasil belajar meliputi apa yang telah
diperoleh siswa dalam suatu kegiatan serta dapat digunakan sebagai alat
untuk mengukur prestasi siswa, memonitoring perkembangan
pembelajaran, dan pencapaian pengajaran.
d) Tes Kemajuan Belajar (Assessment Test)
Ditinjau dari namanya tes kemajuan belajar merupakan alat yang
digunakan untuk mengevaluasi atau melakukan pengukuran mengenai ada
atau tidaknya perubahan (dalam hal ini kemajuan) dalam belajar yang juga
disebut sebagai tes pemerolehan.

Tes ditinjau dari segi banyaknya orang yang dites. Tes ini terdiri atas :

• Test individual, yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik untuk dapat
mengetahui faktor-faktor individualnya.
• Test kelompok,yaitu tes yang diberikan oleh seorang guru atau beberapa
orang guru kepada sekelompok peserta didik.

Tes ditinjau dari segi cara penyampaian bahan, dapat dibagi atas :

• Test bahasa,yaitu tes untuk menguji kemampuan berbahasa. Ini dapat


ditempuh dengan lisan atau tulisan.
• Test perbuatan atau test tingkah laku. Ini dapat dilakukan dengan
menyuruh mempraktekkan, seperti praktek wudhu, salat, dan sebagainya.

11
Tes pilihan yang terdiri dari :

a) True False test,yaitu tes yang terdiri atas pernyataan-pernyataan yang


mengandung salah satu dari dua kemungkinan benar atau salah.
b) Multiple choice test atau tes pilihan ganda. Peserta tes dituntut untuk
memilih salah satu dari pernyataan-pernyataan yang tersedia sebagai
jawaban yang tepat.

Adapun Teknik non tes, Teknik non test pada umumnya dilakukan dengan tanpa “
menguji “ peserta didik, dan memegang peranan yang penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain). Teknik non test
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Wawancara
Wawancara (interview), yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak (responden
tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya).
b) Pengamatan

Pengamatan (observation), yaitu cara yang digunakan dengan mengadakan


pengamatan secara teliti dan pencatatan yang sistematis.

c) Kuesioner
Kuesioner (quesionary), yaitu angket / sebuah pertanyaan yang harus diisi
oleh responden.

12
BAB III
PEMBAHASAN

Dalam hal melakukan evaluasi, umumnya seorang guru melakukannya


dengan tes. Tes merupakan suatu alat atau prosedur sistematis dan objektif untuk
memperoleh data atau keterangan yang diinginkan. Jadi dalam pengajaran, tes
merupakan sebuah teknik atau cara yang digunakan dalam rangka melaksanakan
kegiatan pengukuran yang didalamnya termuat pertanyaan atau tugas yang harus
dikerjakan oleh peserta didik.
Berdasarkan pendapat beberapa ahli mengenai macam alat evaluasi, dapat
disimpulkan bahwa secara garis besar alat evaluasi dibagi menjadi dua yaitu
berdasarkan pembuatnya dan berdasarkan tujuannya
3.1 Macam Alat Evaluasi Berdasarkan Pembuatnya
1) Tes Standar (Baku)
Tes standar merupakan tes yang memiliki derajat validitas dan
reliabilitas yang tinggi berdasarkan pengujian terhadap sampel yang cukup
besar, representative, dan itemnya relevan serta mempunyai daya pembeda
yang tinggi. Di samping itu, tes baku telah diklasifikasikan sesuai dengan
tingkat usia dan kelasnya. Tes baku dianalisis secara statistik dan diuji
secara empiris oleh para ahli atau para pakar, karena itu dapat dinyatakan
sahih atau valid untuk digunakan secara umum. Pengolahan secara statistik
dimaksudkan untuk mencari derajat kesahihan dan keandalan serta daya
pembeda yang tinggi dari setiap item tes, sehingga tes dengan tepat
diberikan dan dapat dijadikan alat pengukur kemampuan setiap peserta didik
secara umum sesuai dengan tingkatannya. Sedangkan pengujian secara
empiris dimaksudkan untuk mengetahui kelemahan-kelemahan setiap item
tes. Tes baku bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta didik dalam
tiga aspek, yaitu kedudukan belajar, kemajuan belajar, dan diagnostik.
Secara umum, ciri-ciri dari tes Standar (Baku) yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan isi dan tujuannya yang bersifat umum,
b. Mencangkup pengetahuan dan kecakapan yang luas,

13
c. Dikembangkan oleh tenaga yang berkompeten dan para pakar
professional,
d. Item-item sudah diujicobakan, dianalisis, dan direvisi,
e. Memiliki derajat kesahihan dan keandalan yang tinggi, dan
f. Memiliki ukuran-ukuran bermacam-macam kelompok yang luas mewakili
performance seluruh daerah.
Dalam pelaksanaan tes Standar (Baku) ini, adapun tujuan yang
termuat adalah sebagai berikut :
a. Untuk mengukur kedudukan peserta didik dalam lingkup yang luas. Tes
ini dilakukan pada tingkat tertentu dan waktu tertentu.
b. Untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam matapelajaran tertentu
yang bersifat umum dan menyeluruh.
c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam
menguasai materi matapelajaran tertentu secara luas.
Adapun macam-macam alat tes Standar adalah seperti tes Ujian
Nasional jenjang SD dan sederajat, SMP dan sederajat, SMA dan sederajat,
Seleksi Olimpiade Sains. Tes Standar atau baku ini umumnya menggunakan
tes tertulis atau secara online.
Kelebihan alat evaluasi tes standar(baku) adalah pada ruang lingkup
cangkupannya lebih luas dan bersifat umum dibandingkan dengan tes
buatan guru. Contohnya, soal tes ujian nasional tingkat SD dan sederajat,
dipergunakan untuk seluruh SD yang ada di wilayah Indonesia. Ini
menunjukan bahwa tes standar mempunyai syarat baku yang luas dan
bersifat umum.
Namun, alat evaluasi tes standar(baku) ini mempunyai kelemahan
pada system penyusunannya yang harus melalui beberapa tahapan sehingga
memerlukan waktu yang cukup lama. Selain itu, dalam proses analisis serta
perbaikan tes harus dilakukan dan dikaji oleh para ahli dibidangnya, bukan
hanya pada bidang matapelajarannya tetapi juga dari segi Bahasa dan segi
alur psikologi social seperti keadaan lingkungan, situasi dan kondisi yang
dialami secara umum oleh peserta didik juga dianalisis bertahap.
2) Tes Buatan Guru

14
Tes buatan guru merupakan tes yang disusun oleh guru yang akan
mempergunakannya sebagai alat evaluasi. Tes ini digunakan sebagai soal
ulangan harian dan ulangan umum. Tes buatan guru ini dimaksudkan untuk
mengukur tingkat penguasaan peserta didik terhadap materi pelajaran yang
sudah disampaikan.
Secara umum, ciri-ciri dari tes buatan guru yaitu sebagai berikut:
a. Berdasarkan isi dan tujuan-tujuannya yang bersifat khusus,
b. Mencangkup pengetahuan dan kecakapan yang khusus,
c. Dikembangkan oleh seorang guru tanpa bantuan dari luar,
d. Item-item belum diujicobakan, direvisi, dan dianalisis,
e. Memiliki derajat kesahihan dan keandalan yang rendah. dan
f. Biasanya terbatas kelas atau sekolah sebagai suatu kelompok pemakainya.
Dalam pelaksanaan tes buatan guru ini, adapun tujuannya adalah
sebagai berikut :
a. Untuk mengukur kedudukan peserta didik dalam perbandingan lingkup
kelas atau sekolah.
b. Untuk mengukur kemajuan yang dicapai dalam matapelajaran tertentu
yang bersifat khusus.
c. Untuk mengetahui kelebihan dan kekurangan peserta didik dalam
menguasai materi matapelajaran tertentu dalam lingkup pembelajaran di
kelas.

Adapun macam-macam alat tes buatan guru adalah seperti tes


Ulangan Harian, tes Ulangan Tengah Semester, Ulangan Semester atau
Kenaikan, tes seleksi penerimaan siswa baru. Tes buatan guru bentuknya
dapat berupa tes lisan, tes tertulis atau tes praktek keterampilan(sebuah
karya).

Dalam soal-soal tes buatan guru dapat kemungkinan masuk dalam


ketegori tes standar (baku). Hal ini dapat terjadi jika semua syarat dan
ketentuan dalam kategori tes standar(baku) terpenuhi, terutama pada syarat
kurikulum.

15
Kelebihan dari pengunaan alat evaluasi tes buatan guru adalah seorang
pendidik lebih leluasa dan lebih khusus dalam mengevaluasi kemampuan
peserta didiknya, agar sesuai dengan tolak ukur penilaian pencapaian proses
belajar peserta didiknya. Dengan kondisi seperti ini, pendidik lebih
mengedepankan kajian evaluasi yang hanya perlu dibuat untuk mewakili
hasil dari proses pengulangan materi yang telah diajarkan. Sehingga waktu
yang diperlukan relative singkat dan dalam penyusunannya tidak melalui
tahapan revisi dan uji coba.

Adapun kelemahan dari tes buatan guru ini adalah pada kurangnya
daya pembeda pencapaian antar peserta didik. Hal ini disebabkan karena
sebagian besar tes yang diberikan adalah tes yang diulangkan dari
pemberian materi pada proses pembelajaran berlangsung. Selain itu juga,
dalam penyusunan tes sebagian besar tidak diuji, analisis dan direvisi,
sehingga ada kemungkinan keadaan tes tidak valid.

3.2 Macam Alat Evaluasi Berdasarkan Tujuannya


1) Tes Kecepatan (Speed Test)
Tujuan dalam tes kecepatan adalah merepresentasikan kecepatan
dan ketepatan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu pada waktu atau
periode tertentu. Dalam tes kecepatan ini dapat dikelompokkan menjadi
dua yaitu tes intelegensi dan tes keterampilan.
a. Tes Intelegensi

Tes intelegensi merupakan sekumpulan tugas yang didesain


untuk mengukur kapasitas, membuat pikiran abstrak, belajar dan
untuk berurusan dengan situasi baru. Macam-macam alat tes
intelegensi yaitu :

Ø Wechsler Adut Intelligence Skill (WAIS)

Wechsler Adut Intelligence Skill (WAIS) adalah tes yang


didesain untuk mengukur inteligensi orang dewasa dan remaja
akhir. Tes inteligensi ini diperkenalkan oleh David Wechsler
yang dirancang khusus untuk digunakan oleh orang dewasa.

16
WAIS terbir pada tahun 1939 dan dinamai Wechsler-Bellevue
Intelligence Scale (WBIS). Berdasarkan skala WBIS ini lalu
pada tahun 1949 menerbitkan skala intelligensi untuk anak-
anak yang diberi nama Wechsler Instelligence Scale for
Children (WISC). Pada tahun 1974, terjadi revisi pada tes
WSIC, lalu dari revisi tersebut diterbitkan kembali dengan
nama WSIC-R (R yang berarti Revised). Kemudian pada tahun
1955, Wechsler menyusun skala lain untuk mengukur
inteligensi orang dewasa dengan memperluas ini tes WISC dan
pada skala baru tersebut diberi nama Wechsler Adult
Intelligence Scale (WAIS). Pada tahun 1981 revisi tersebut
dilakukan dan diterbitkan WAIS-R

Ø Test Standford Binet

Tes ini dikembangkan oleh Alfred Binet (ahli psikologi)


bekerja sama dengan Simon. Awalnya Alfred Binet melakukan
pengukuran inteligensi menggunakan metode Paul Broca yaitu
dengan mengukur diameter tempurung anak-anak yang biasa
disebut metode kraniometri. Dalam kondisi diperlukan suatu
alat ukur yang mampu membedakan mana anak yang lemah
mental dan mana yang tidak. Binet bersama Theodore Simon
membuat skala intelegensi yang dikenal sebagai skala Binet-
Simon. Skala itu dikenal sebagai skala 1905, terdiri dari 30 soal
yang di susun berdasarkan tingkat kesukaran yang semakin
meningkat. Pada skala tersebut tidak menunjukkan secara pasti
mengenai bagaimana cara menghitung skor yang diperoleh
seorang anak.

Pada skala kedua yang dikenal dengan skala 1908,


jumlah tesnya diperbanyak dan beberapa tes pada skala
pertama yang terbukti tidak begitu baik dibuang.

17
Ø CFIT atau kepanjangan dari Culture Fair Intelligence Test

Merupakan salah satu tes inteligensi. Merupakan tes


psikologi yang bersifat adil budaya, yaitu tes yang dirancang
untuk mengukur intligensi tanpa mendasarkan pada
kemampuan khusus yang ada pada suatu kelompok budaya
tertentu. CFIT sengaja dirancang untuk mengurangi pengaruh
kemampuan verbal, perbedaan budaya dan tingkat pendidikan
seseorang, karena faktor-faktor tersebut dapat mempengaruhi
hasil tes. CFIT berusaha menjawab salah satu kelemahan tes
kecerdasan sebelumnya, yang dipandang memiliki bias budaya.
Tes ini dikembangkan oleh Raymond Bernard Cattel pada
tahun 1920

Ø Intelligenz Struktur Test (IST)

Intelligenz Struktur Test (IST) merupakan alat tes


kecerdasan yang dikembangkan oleh Rudolf Amthauer di
Frankfurt, Jerman pada tahun 1953. Menurut Amthauer,
Inteligensi dipandang sebagai suatu gestalt yang terdiri ari
bagian-bagian yang saling berhubungan secara bermakna
(struktur). Suatu struktur inteligensi tertentu menggambarkan
pola kerja tertentu, sehingga akan cocok untuk tuntutan profesi
atau pekerjaan tertentu. Tes ini dikonstruksi untuk orang subjek
usia 14 sampai dengan 60 tahun

Ø The Standard Progressive Matrices (SPM)

Tes ini dirancang oleh J.C. Raven. Tes ini pertama kali
digunakan oleh angkatan bersenjata inggris pada perang dunia
II. Dalam Azwar (2004), SPM merupakan skala tes individual
ataupun kelompok. Tes ini pertama kali diciptakan pada tahun
1936, lalu diterbitkan pertama kali pada 1938. Kemudian SPM
banyak mengalami revisi sampai revisi terakhir yang dijumpai
di Indonesia yaitu revisi pada tahun 1960.Tes ini tidak

18
memberikan hasil dalam bentuk angka IQ, akan tetapi
menyatakan hasilnya dalam tingkat level intelektualitas dalam
beberapa kategori menurut dan usia subjek yang dites, yaitu :

Grade I = Kapasitas intelektual Superior

Grade II = Kapasitas Intelektual Di atas rata – rata

Grade III = Kapasitas Intelektual Rata-rata

Grade IV = Kapasitas Intelektual di Bawah rata-rata

Grade V = Kapasitas Intelektual Terbatas

b. Tes Keterampilan
Tes keterampilan adalah tes yang bertujuan untk mengukur
sejauh mana kemampuan siswa untuk menerapkan apa yang telah
dipelajari. Contohnya adalah penggunaan alat peraga matematika
misalnya papan koordinat kartesius yang membantu siswa untuk
memahami garis bilangan. Jika siswa dapat menggunakan alat
peraga sesuai dengan apa yang diharapkan, maka hasil evaluasi
dinyatakan baik.
2) Tes Kemampuan (power test)
Tes ini bertujuan untuk mengetahui serta menungkapkan
kemampuan siswa (dalam bidang tertentu). Tes kemampuan
berbeda dengan tes kecepatan, dimana tes kemampuan tidak
memperhatikan waktu pengerjaan karena fokus kepada evaluasi
kemampuan dari siswa. Kemampuan yang dievaluasi bisa berupa
kognitif maupun psikomotor. Soal-soal tes menyangkut konsep dan
pemecahan masalah dan menuntut siswa untuk menggunakan
segala kemampuannya baik analisis, sistesis, maupun evaluasi serta
soal tes pada tes kemampuan relative sukar.
Contoh dari tes ini adalah tes untuk menentukan jurusan
pada siswa menengah atas. Siswa kelas X pada saat awal masuk
diberikan tes untuk menentukan kemampuannya untuk bisa masuk

19
ke kelas IPA, IPS, Bahasa atau jurusan lainnya yang ditentukan
oleh sekolah.
Perbandingan antara tes kecepatan dan kemampuan
Aspek Tes Kecepatan Tes Kemampuan

Ditinjau dari Sesuai dengan namanya tes Berbeda dengan tes


waktu pengerjaan kecepatan, waktu yang kecepatan, dalam tes
disediakan untuk menyelesaikan kemampuan tidak terpaku
tes yang disediakan relatif pada waktu pengerjaan
singkat. melainkan fokus pada
evaluasi kemampuan siswa.

Ditinjau dari Tes kecepatan memiliki tujuan Tes kemampuan bertujuan


tujuannya untuk mengevaluasi kecepatan untuk mengevaluasi atau
berpikir (kognitif) atau mengetahui kemampuan
keterampilan siswa, baik yang siswa dalam bidang kognitif
bersifat spontanitas (logic), maupun psikomotorik.
maupun hafalan dan pemahaman
dalam mata pelajaran yang telah
dipelajarinya.
Ditinjau dari Jenis atau bobot soal yang Jumlah soal yang
jenis soal terdapat dalam tes kecepatan disediakan dalam tes
relatif mudah dengan jumlah kemampuan lebih sedikit
yang banyak. dibandingkan dengan tes
kecepatan namun dengan
bobot soal yang lebih sulit.

3) Tes Pencapaian (archievement test)


Tes pencapaian dapat digunakan untuk mengukur prestasi
siswa, memonitoring perkembangan pembelajaran, dan pencapaian
pengajaran. Tes ini dimaksudkan untuk mengevaluasi hal yang
telah diperoleh dalam suatu kegiatan. Tes ini bertujuan untuk
meningkatkan pembelajaran siswa, untuk mengevaluasi hal yang

20
telah diperoleh dalam suatu kegiatan, mengukur prestasi siswa,
memonitoring perkembangan pembelajaran, dan untuk mengukur
pencapaian pengajaran. Tes pencapaian lebih mengutamakan hasil
belajar setelah kegiatan belajar mengajar dibandingkan dengan
proses belajarnya.
Misalnya siswa diberikan tes setelah mengikuti
pembelajaran namun dalam tes pencapaian ini lebih
mengutamakan hasil akhir yang diperoleh. Contoh dari tes
pencapaian hasil belajar seperti ulangan harian, kuis, maupun tes
pada akhir semester.
4) Tes Kemajuan Belajar (Assessment Test)
Menurut Fenton (1996), assessment test atau tes pengukuran
kemajuan belajar ialah tes yang gunakan untuk mengumpulkan
informasi yang relevan tentang pencapaian peserta didik, yang dapat
dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan keputusan. Ciri
pembeda dari tes kemajuan belajar adalah tes ini berpatokan pada tes
yang telah dilalui oleh peserta didik. Tes kemajuan belajar lebih
memerhatikan hasil akhir pada kegiatan pembelajaran juga
memerhatikan kondisi atau keadaan sebelum pembelajaran. Oleh
karena itu, umumnya peserta didik diawal pembelajaran diberikan tes
awal (pre test) yakni tes yang dilakukan untuk mengukur kondisi awal
peserta didik sebelum melakukan pembelajaran yang kemudian
diakhir juga dilakukan tes akhir (post test) sebagai tes pencapaian,
dimana gabungan dari pre test dan post tes disebut sebagai tes
kemajuan belajar, hal tersebut dilakukan untuk mengetahui seberapa
jauh perubahan atau kemajuan yang tercapai.
Adapun macam-macam alat tes kemajuan belajar adalah seperti
tes kuis harian, ulangan, dan ujian. Tes kemajuan belajar bentuknya
dapat berupa tes lisan, tes tertulis atau tes praktek
keterampilan(sebuah karya).

21
5) Tes Diagnostik
Sebagaimana telah dijelaskan pada kajian pustaka, tes
diagnostik mengandung makna mendiagnosis yang berarti mencari,
menyelidiki, atau meneliti penyebab dari suatu hal yang muncul.
Kegiatan diagnosis biasanya kerap dilakukan oleh seorang dokter
dalam halnya menanyai keluhan atau hal-hal yang dirasakan dan
dialami oleh pasiennya, kemudian memeriksa keadaan fisik pasien
tersebut dengan maksud mencari penyebab dari penyakit yang
dideritanya.
Kaitannya dengan kegiatan belajar mengajar matematika, tes
diagnostik adalah tes yang digunakan untuk menyelidiki atau
mengetahui hambatan-hambatan yang dialami siswa dalam
pembelajaran, sehingga berdasarkan hal tersebut dapat dilakukan
penanganan yang tepat.
Kurikulum yang ada sekarang didasarkan pada penguasaan
kompetensi, oleh karena itu dalam merencanakan tes diagnostik
sebaiknya dilakukan untuk memeriksa kompetensi yang bermasalah
dimana siswa mengalami sulit belajar sehingga belum mencapai
kriteria ketuntasan minimal (KKM), kemudian menentukan
kemungkinan sumber masalahnya.
Dalam pelaksanaannya tes diagnostik ini dapat dilakukan pada
beberapa waktu yaitu sebelum proses pembelajaran, pada saat proses
pembelajaran, dan pada saat akan mengakhiri proses pembelajaran.
• Tes diagnostik ke-1
Tes ini dilakukan terhadap calon siswa sebagai input, untuk
mengetahui apakah calon siswa sudah menguasai pengetahuan
yang merupakan dasar untuk menerima pengetahuan di sekolah.
Dalam pembicaraan tes secara umum, tes ini disebut tes
penjajakan masuk yang dalam istilah inggris disebut entering
behavior test. Dalam penggalan kecil, tes diagnogsis ke-1
dilakukan untuk mengukur tingkat penguasaan pengetahuan
dasar untuk dapat menerima pengetahuan lanjutannya.

22
Pengetahuan dasar ini disebut juga pengetahuan bahan prasyarat
(prerequisite). Oleh sebab itu tes ini juga disebut sebagai tes
prasyarat.
• Tes diagnostik ke-2
Tes ini dilakukan terhadap calon siswa yang akan memulai
mengikuti program. Apabila cukup banyak calon siswa yang
diterima sehingga diperlukan lebih dari satu kelas, maka untuk
membagian kelas diperlukan suatu pertimbangan khusus. Apakah
anak yang baik akan disatukan dalam satu kelas, atau semua
kelas akan diisi dengan campuran anak baik, sedang, atau
kurang. Ini semua memerlukan informasi yang dapat diperoleh
dengan cara mengadakan tes diagnostik. Dengan demikian tes
diagnostik telah berfungsi sebagai tes penempatan (placement
test) karena fungsi dari tes penempatan dalah menempatkan atau
mengelompokkan siswa sesuai dengan tingkat kemampuan.
• Tes diagnostik ke-3
Tes ini dilakukan terhadap siswa yang sedang belajar. Tidak
semua siswa dapat menerima pelajaran yang diberikan guru
dengan lancar. Sebagai guru yang bijaksana, maka pengajar
harus sekali-kali memberikan tes diagnostik untuk mengetahui
bagian mana dari bahan yang diberikan itu belum dikuasai oleh
siswa. Selain itu, ia harus dapat mengadakan deteksi apa sebab
siswa tersebut belum menguasai bahan. Berdasarkan atas hasil
mengadakan deteksi tersebut guru dapat memberikan bantuan
yang diperlukan.
• Tes diagnostik ke-4
Tes ini diadakan pada waktu siswa akan mengakhiri pelajaran.
Dengan tes ini guru akan dapat mengetahui tingkat penguasaan
siswa terhadap bahan yang ia berikan.

Adapun kelebihan dari tes diagnostik yaitu:

23
• Guru mengetahui permasalahan yang dihadapi siswa dalam
menerima pembelajaran
• Guru dapat mencari alternatif untuk permasalahan yang
dihadapi siswa
• Siswa dapat mempersiapkan diri untuk melangkah ke jenjang
selanjutnya
Selain kelebihan, adapun kekurangan dari tes diagnostik, yaitu:
• Sulitnya dalam menyusun kriteria penilaian
• Waktu yang dibutuhkan cukup lama karena tes ini
dilaksanakan dalam beberapa tahap
6) Tes Formatif
Tes formatif ini biasanya diberikan di tengah program pengajaran
yang telah disusun oleh seorang guru, yaitu pada setiap kali satuan
pelajaran atau sub pokok bahasan terakhir atau dapat diselesaikan
yang bertujuan untuk mengevaluasi, menilai, memonitor keadaan
siswa sehari-hari baik itu dari segi kemauan, kemampuan, dan
keterampilannya serta digunakan sebagai umpan balik bagi seorang
guru dalam memperbaiki cara mengajarnya, karena hasil tes formatif
ini akan menunjukkan sejauh mana siswa terbentuk yang dilihat dari
sejauh mana siswa mengerti dan memahami materi yang disampaikan
oleh gurunya.
Dalam kedudukannya seperti ini, tes formatif dapat juga
dipandang sebagai tes diagnostik ke-4 dimana diberikan pada akhir
pelajaran. Jika dibandingkan dengan tes diagnostik, tes formatif ini
bisa berfungsi sama, tes formatif dapat dipandang sebagai tes
diagnostik yang dilaksanakan pada akhir pembelajaran (baik itu akhir
pertemuan, atau ketika sub pokok bahasan berakhir), dan karena
dilaksanakan pada akhir pembelajaran maka dapat dipandang juga
sebagai tes akhir (post test). Hasil dari tes formatif tidak hanya
dijadikan evaluasi bagi siswa namun juga dari guru itu sendiri. Jika
hasi dari tes yang diberikan belum sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang diharapkan, maka sebaiknya guru memberikan pemahaman lebih

24
jelas mengenai materi yang belum dikuasai siswa sebelum beranjak ke
materi berikutnya. Contoh tes formatif adalah ulangan harian dan kuis
yang diberikan di akhir kegiatan pembelajaran atau di akhir satuan
pelajaran.

Adapun kelebihan dari tes formatif, yaitu:

• Guru mengetahui sejauh mana pemahaman siswa terhadap


satuan pelajaran
• Tes formatif dapat melatih kejujuran siswa dalam menjawab
soal. Hal ini karena guru akan memberikan perhatian lebih
kepada siswa selama tes formatif dilaksanakan
• Dapat membuat siswa menjadi lebih fokus dan tekun pada
setiap satuan pelajaran
• Dapat dijadikan salah satu pertimbangan dalam menentukan
nilai akhir siswa

Selain kelebihan, adapun kekurangan dari tes formatif, yaitu:

• Menjadi beban bagi para siswa karena dapat menimbulkan rasa


takut siswa terhadap hasil yang diperoleh
• Siswa dapat berspekulasi terhadap jawabannya
• Beresiko tidak tercapainya tujuan pembelajaran karena dalam
tes formatif memiliki standar ketuntasan yaitu mencapai
sekurang-kurangnya 75% dari keseluruhan tujuan pembelajaran
7) Tes Sumatif
Sebagaimana yang telah dijelaskan pada kajian pustaka, tes
sumatif berfungsi untuk mengevaluasi keseluruhan kegiatan
pembelajaran. Karena sifatnya yang digunakan untuk mengevaluasi
jumlah keseluruhan, maka biasanya pemberian tes ini dilakukan
diakhir pengajaran (maksudnya ketika materi pembelajaran secara
keseluhan telah habis dibahas).
Tes sumatif yang dilaksanakan meliputi beberapa materi
pelajaran Dalam pengalaman di sekolah, tes formatif dapat disamakan

25
dengan ulangan harian, sedangkan tes sumatif disamakan dengan
ulangan umum yang biasanya dilaksanakan pada tiap akhir semester.
Berdasarkan hal tersebut dapat dikatakan contoh dari tes sumatif ini
adalah Ujian Akhir Semester (UAS), ulangan umum, ujian sekolah,
dan UN Ujian Nasional. Namun perlu diketahui tes yang dilaksanakan
sebelum tes sumatif pada akhir semester disebut tes subsumatif atau
tes unit. Sebagai contoh yaitu pelaksanaan ujian yang dilaksanakan
setiap catur wulan atau yang saat ini dikenal dengan Ujian Tengah
Semester (UTS).

Adapun kelebihan dari tes sumatif, yaitu:

• Adanya persaingan sehat antarsekolah


• Adanya tolak ukur kemajuan antarsekolah
• Adanya standarisasi mutu antarsekolah

Selain kelebihan, adapun kekurangan dari tes sumatif yaitu:

• Otorisasi dalam pemberian materi pelajaran

Kecurangan-kecurangan individual riskan terjadi

Berdasarkan uraian di atas nampak bahwa antara tes diagnostik, tes


formatif, dan tes sumatif sangat erat kaitannya. Seperti antara tes diagnostik
dengan tes formatif, terlihat bahwa tes formatif dapat dikatakan sebagai tes
diagnostik ke-4 atau tes diagnostik yang diberikan pada akhir kegiatan
pembelajaran. Kemudian sebelum sampai pada tes sumatif, seorang guru perlu
mengadakan tes diagnostik dan tes formatif agar guru mengetahui sejauh
mana siswa mampu menerima pembelajaran dan mengetahui kelemahan yang
dihadapi siswa-siswanya sehingga untuk menghadapi tes sumatif siswa akan
menjadi lebih siap. Mengingat tes sumatif dijadikan pertimbangan oleh guru
untuk menentukan posisi siswa dalam suatu kelas.

Disamping hubungan ketiga tes tersebut, adapun perbandingan dari ketiga


tes tersebut ditinjau dari beberapa aspek yang akan dijabarkan pada tabel
berikut

26
Tabel 4 Perbandingan Tes Diagnostik, Tes Formatif, dan Tes Sumatif
No. Aspek Tes Diagnostik Tes Formatif Tes Sumatif
1 Ditinjau 1. Menentukan 1. Sebagai balikan 1. Untuk
dari apakah bahan bagi siswa, guru, memberikan
fungsinya prasyarat sudah maupun program tanda kepada
dikuasai atau untuk siswa bahwa
belum. mengevaluasi telah
pelaksanaan satu mengikuti
2. Menentukan unit program. suatu
tingkat penguasaan program, serta
siswa terhadap menentukan
bahan yang posisi
dipelajari. kemampuan
siswa
3. Memisah- dibandingkan
misahkan dengan
(mengelompokkan kawannya.
siswa) berdasarkan
kemampuan dalam
menerima
pelajaran yang
akan dipelajari.

4. Menentukan
kesulitan belajar
siswa dan cara
mengatasinya.
2 Dijtinjau 1. Pada waktu 1. Selama 1. Pada akhir
dari waktu penyaringan calon pengajaran unit pelajaran

27
siswa. berlangsung caturwulan,
untuk mengetahui semester,
2. Pada waktu kekurangan agar akhir tahun,
membagi kelas pelajaran dapat akhir
atau permulaan berlangsung program.
memberikan sebaik-baiknya.
pelajaran.

3. Selama pelajaran
berlangsung bila
guru akan
memberikan
bantuan kepada
siswa
3 Ditinjau 1. Tingkah laku 1. Tingkah laku 1. Tingkah laku
dari titik kognitif, afektif, kognitif, afektif, kognitif,
berat dan psikomotorik. dan afektif, dan
penilaian psikomotorik. psikomotorik.

4 Ditinjau 1. Tes prestasi 1. Tes prestasi 1. Tes ujian


dari alat belajar yang belajar yang akhir.
evaluasi sudah tersusun secara
distandardisasikan baik.
. 2. Tes buatan guru

2. Tes diagnosis
yang sudah
distandarisasikan.

3. Tes buatan guru.

4. Pengamatan dan

28
daftar.
5 Ditinjau 1. Untuk tes 1. Tingkat 1. Tidak
dari tingkat diagnostik yang pencapaian diperlakukan
pencapaian sifatnya adalah 75%. adanya batas
memonitorkemaju Siswa yang tingkat
an, tingkat belum mencapai penguasaan
pencapaian yang tingkat karena
diperoleh siswa penguasaan 75% ditujukan
merupakan diwajibkan untuk
informasi tentang mengikuti menentukan
keberhasilannya. kegiatan kedudukan
Tindakan guru perbaikan. siswa dalam
selanjutnya adalah kelompoknya,
menyesuaikan penentuan
dengan tes kelulusan atau
diagnostik. kenaikan
kelas.
2. Tes prasyarat
adalah tes
diagnostik yang
sifatnya khusus.
Fungsinya adalah
penguasaan bahan
prasyarat. Tingkat
penguasaan
dituntut 100%.
6 Ditinjau 1. Dicatat dan 1. Prestasi tiap 1. Keseluruhan
dari cara dilaporkan dalam siswa dilaporkan atau sebagian
pencatatan bentuk profil dalam bentuk skor dari
hasil catatan berhasil tujuan yang
atau menguasai dicapai
tugas

29
Tes ditinjau dari segi banyaknya orang yang dites. Tes ini terdiri atas :
a) Test individual, yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik untuk dapat
mengetahui faktor-faktor individualnya. Tes individual mencakup tes
kepribadian Rorschach, TAT (Thematic Apperception Test), tes intelegensi
WAIS ( Wechsler Adult Intellegence Scale ).
1) Rorschach
Herman Rorschach mengembangkan teknik Rorschach yang
dipublikasikan pada tahun 1921 bersamaan dengna dengan
dipublikasikannya monograph Psychodiagnostik. The Rorschach test
adalah sebuah tes psikologi di mana subjek mempersepsi sebuah
bentuk gambar tinta yang dicatat dan kemudian dianalisis dengan
menggunakan interpretasi psikologis. Beberapa psikolog menggunakan
tes ini untuk memeriksa kepribadian seseorang baik karakteristik
maupun fungsi emosional. Telah digunakan untuk mendeteksi
gangguan pikiran yang mendasari individu, terutama dalam kasus-
kasus di mana pasien tidak mau untuk menggambarkan proses berpikir
mereka secara terbuka. Tes ini mengambil nama dari penciptanya yaitu
psikolog dari Swiss, Hermann Rorschach.
Dasar Pemikiran Tes Rorschach:
• Asumsi ada hubungan antara persepsi dengan kepribadian.
• Bercak tinta ambigous dan unstructured , yaitu persepsi personal,
spontan dan tidak dipelajari.
• ujan utama mendeskripsikan kepribadian seseorang secara
keseluruhan (Gestalt)
2) TAT ( Thematic Apperception Test )
TAT yang dikenal sebagai teknik interpretasi gambar karena
menggunakan rangkaian standar provokatif berupa gambar yang
ambigu dan klien yang harus menceritakan sebuah cerita dari
gambar yang tertera. Tugas klien adalah menceritakan apa yang
sedang terjadi saat ini, sebelumnya (situasi apa yang menimbulkan
peristiwa saat ini), bagaimana pikiran dan perasaan tokoh-tokoh

30
yang ada dalam cerita, dan bagaimana akhir dari cerita yang dibuat
klien.
Manfaat dari TAT:
TAT berguna dalam mempelajari secara keseluruhan kepribadian
seseorang, sehingga dapat menginterpretasi tingkah laku abnormal,
penyakit psikosomatis, neurose.
Manfaat khusus TAT. Sebagai pendahuluan interview therapi dan
merupakan langkah pertama dalam psikoanalisa.
3) WAIS (Wechsler Adult Intellegence Scale)
Tes WAIS adalah tes intelegensi individual yang banyak
digunakan untuk orang dewasa. Revisi terbaru dari tes WAIS
adalah WAIS-IV pada tahun 2008. Perubahan yang ada dari
WAIS-III ke WAIS-IV adalah adanya penambahan 2 sub tes.
Rincian subtes untuk keempat skor indeks adalah sebagai berikut
• Indeks Pemahaman Verbal
• Indeks Pemahaman Perseptual
• Indeks Working Memory
• Indeks Kecepatan Pengolahan
b) Test kelompok,yaitu tes yang diberikan oleh seorang guru atau beberapa
orang guru kepada sekelompok peserta didik. Tes kelompok terdiri dari:
• Multidimensional Aptitude Battery II (MAB-II)
MAB dirancang setara WAIS-R dan untuk menghasilkan skor-skor IQ
dengan sifat-sifat psikometrik yang sama dengan yang terdapat pada
WAIS-R.
• Untuk peserta tes usia 16-74 tahun. MAB-II menghasilkan 10 skor
subtes, serta IQ verbal, kinerja, dan skala penuh.
• Tes Kemampuan Kognitif (CogAT – Cognitive Abilitiy Test
CogAT merupakan salah satu tes kombinasi terbaik berbasis sekolah
yang digunakan saat ini (Lohman & Hagen, 2001).
Sembilan subtes CogAT mencakup Tes Kombinasi Verbal, Tes
Kombinasi Kuantitatif, dan Tes Kombinasi Nonverbal.
• Culture Fair Intelligence Test (CFIT)

31
Merupakan pengukuran non verbal intelegensi yang berupaya memi-
nimalkan bias budaya.
• Matriks Progresif Raven (RPM)
Merupakan tes nonverbal penalaran induktif yang di dasarkan pada stimuli
ber-gambar. RPM bermanfaat sebagai pengujian tambahan untuk orang-
orang yang memiliki kelemahan pendengaran , bahasa, dan fisik.

Tes ditinjau dari segi cara penyampaian bahan, dapat dibagi atas :

a) Test bahasa, yaitu tes untuk menguji kemampuan berbahasa. Ini dapat
ditempuh dengan lisan atau tulisan. Secara umum pendekatan terhadap
bahasa yang akan menentukan dan mendasari dalam menyelenggarakan
pendekatan pembelajaran bahasa. Pendekatan pembelajaran bahasa
menentukan pendekatan dalam menyelenggarakan tes bahasa berdasarkan
ke empat kemampuan bahasa. Penyelenggaraan tes bahasa tergantung pada
sudut pandang dan unsur yang dianggap penting oleh para ahli.
Djiwandono (Dian Nuzulia, 2011) mengemukan perbedaan pandangan
pendekatan dalam menyelenggarakan tes bahasa dikelompokkan dalam
bentuk sebagai berikut.
1. Pendekatan Tradisional.
2. Pendekatan Diskret.
3. Pendekatan Integratif.
4. Pendekatan Pragmatik.
5. Pendekatan Komunikatif.
b) Test perbuatan atau test tingkah laku. Ini dapat dilakukan dengan
menyuruh mempraktekkan suatu hal yang telah di pelajari selama
pembelajaran. Evaluasi non-tes, biasanya digunakan untuk mengetahui
perubahan tingkah laku atau sikap pada mahasiswa. Sebagaimana
diketahui bersama bahwa hasil belajar dibagi menjadi tiga ranah atau
domen, yakni hasil pelajaran berupa pengetahuan teoritis (kognitif),
keterampilan (psikomotorik) dan sikap (afeksi). Pengetahuan teoritis dapat
diukur dengan menggunakan teknik tes.

Tes pilihan yang terdiri dari :

32
a) True False test,yaitu tes yang terdiri atas pernyataan-pernyataan yang
mengandung salah satu dari dua kemungkinan benar atau salah. Soal –
soal tipe benar salah berupa pernyataan – pernyataan (statement).
Statement tersebut ada yang benar dan ada yang salah. Orang yang ditanya
bertugas untuk menandai masing – masing pernyataan itu dengan
melingkari huruf B jika pernyataan itu benar menurut pendapatnya dan
melingkari huruf S jika pernyataannya salah. Tipe benar-salah termasuk
dalam tes objektif, karena tes ini telah menyediakan sejumlah jawaban
sehingga siswa tinggal memilih satu jawaban yang benar dari sejumlah
jawaban yang tersedia.
Menurut Arikunto (2013) bentuk benar – salah ada dua macam
(dilihat dari segi mengerjakan atau menjawab soal) yakni :
1. Dengan pembetulan (with correction), yaitu siswa diminta
membetulkan bila ia memilih jawaban yang salah.
2. Tanpa pembetulan (without Correction), yaitu siswa hanya
diminta melingkari huruf B atau S tanpa memberikan jawaban
yang betul.
b) Multiple choice test atau tes pilihan ganda. Peserta tes dituntut untuk
memilih salah satu dari pernyataan-pernyataan yang tersedia sebagai
jawaban yang tepat. Tes objektif yang juga dikenal dengan istilah tes
jawaban pendek (short answer test) tes ya-tidak (yes-no test) dan test
model baru (new tipe test) adalah salah satu jenis tes hasil belajar yang
terdiri dari butir-butir soal (item) yang dapat jawab oleh testee dengan
jalan memilih salah satu jawaban (atau lebih) di antara beberapa
kemungkinan jawaban yang dapat dipasangkan pada masing-masing items
atau dengan cara mengisikan (menuliskan) jawaban berupa kata-kata atau
simbol-simbol tertentu pada tempat atau ruang yang telah disediakan
untuk masing-masing butir items yang bersangkutan.
Dilihat dari sistem penskorannya, tes objektif akan menghasilkan skor
yang sama. Sebagaimana nama yang digunakannya, soal objektif adalah
soal yang tingkat kebenarannya objektif. Oleh karenanya, tes objektif
adalah tes yang dalam pemeriksaannya dapat dilakukan secara objektif

33
(Arikunto, 1995: 165). Karena sifatnya yang objektif maka penskorannya
dapat dilakukan dengan bantuan mesin. Soal ini tidak memberi peluang
untuk memberikan penilaian yang bergradasi karena dia hanya mengenal
benar dan salah. Apabila respons siswa sesuai dengan jawaban yang
dikehendaki maka respons tersebut benar dan biasa diberi skor 1. Apabila
kondisi yang terjadi sebaliknya, maka respons siswa salah dan biasa diberi
skor 0. Jawaban siswa bersifat mengarah kepada satu jawaban yang benar
(convergence).

Adapun Teknik non tes, Teknik non test pada umumnya dilakukan dengan tanpa
“menguji“ peserta didik, dan memegang peranan yang penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain). Teknik non test
dilakukan dengan cara sebagai berikut :

a) Wawancara
Wawancara (interview), yaitu cara yang digunakan untuk mendapatkan
jawaban dari responden dengan jalan tanya jawab sepihak (responden
tidak mempunyai kesempatan untuk bertanya). Jenis dalam melakukan
wawancara :
• Bebas, responden mempunyai kebebasan untuk mengutarakan
pendapat tanpa dibatasi oleh patokan-patokan yang dibuat oleh
penanya.
• Terpimpin, penanya mengajukan pertanyaan yang sudah disusun
terlebih dahulu, penanya tinggal memberikan tanda cocok di
tempat yang sesuai dengan jawaban responden ( penanya dan
responden sama-sama terpimpin oleh pertanyaan yang disusun ).
b) Pengamatan

Pengamatan (observation), yaitu cara yang digunakan dengan mengadakan


pengamatan secara teliti dan pencatatan yang sistematis. Macam-macam
observasi :

§ Partisipan, pengamat ikut serta dalam kelompok yang sedang


diamati. Pengamat harus benar-benar ikut serta agar ia bisa

34
menghayati dan merasakan apa yang dirasakan oleh orang yang
diamati.

§ Sistematik, faktor-faktor yang diamati sudah didaftar secara


sistematis dan sudah diatur menurut kategorinya. Pengamat berada
di luar kelompok ( dilihat dari sisi sistematisnya dilakukan oleh
penanya ).

§ Eksperimental, pengamat tidak berpartisipasi dalam kelompok.


Pengamat dapat mengendalikan unsur-unsur penting dalam situasi
sehingga dapat diatur sesuai dengan tujuan evaluasi.

c) Kuesioner
Kuesioner (quesionary), yaitu angket / sebuah pertanyaan yang harus diisi
oleh responden. Macam-macam kuesioner :
§ Ditinjau dari segi siapa yang menjawab :
- Langsung : dikirimkan dan langsung diisi oleh orang yang
dimintai jawaban tentang dirinya.
- Tidak langsung : dikirim dan diisi oleh orang lain ( bukan
orang yang diminta secara langsung ), biasanya digunakan
untuk mencari info tentang anak, tetangga, saudara dan
sebagainya.
§ Ditinjau dari segi cara menjawab :
- Tertutup : disusun dengan menyediakan pilihan jawaban
lengkap sehingga pengisi tinggal memberi tanda pada
jawaban yang dipilih.
- Terbuka : pengisi bebas mengemukakan pendapatnya,
biasanya digunakan untuk meminta pendapat seseorang.

35
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Adapun kesimpulan yang dapat kami peroleh yaitu sebagai berikut :
1) Macam alat evaluasi berdasarkan pembuatnya dikelompokan menjadi 2
yaitu
• Tes standar (baku), bertujuan untuk mengukur kemampuan peserta
didik dalam tiga aspek, yaitu kedudukan belajar, kemajuan
belajar, dan diagnostik. Contohnya tes ujian nasional tingkat SD
dan sederajat, SMP dan sederajat, SMA dan sederajat.
• Tes buatan guru adalah tes yang disusun sendiri oleh guru yang
akan mempergunakan tes tersebut. Contohnya tes kuis, tes
ulangan, dan tes seleksi siswa baru.
2) Macam alat evaluasi berdasarkan tujuannya yaitu dibagi menjadi 7
kelompok yaitu
• Tes kecepatan yang memiliki tujuan untuk merepresentasikan
kecepatan dan ketepatan peserta didik dalam mengerjakan sesuatu
pada waktu atau periode tertentu.
• Tes kemampuan bertujuan untuk mengetahui serta menungkapkan
kemampuan siswa (dalam bidang tertentu). Tes kemampuan
berbeda dengan tes kecepatan, dimana tes kemampuan tidak
memperhatikan waktu pengerjaan karena fokus kepada evaluasi
kemampuan dari siswa.
• Tes pencapaian merupakan suatu alat yang digunakan untuk
mengevaluasi hasil belajar meliputi apa yang telah diperoleh
siswa dalam suatu kegiatan serta dapat digunakan sebagai alat
untuk mengukur prestasi siswa, memonitoring perkembangan
pembelajaran, dan pencapaian pengajaran.
• Tes kemajuan belajar ialah tes yang gunakan untuk mengumpulkan
informasi yang relevan tentang pencapaian peserta didik, yang

36
dapat dipertanggungjawabkan dalam rangka pengambilan
keputusan. Contohnya, kuis harian, ulangan, ujian.
• Tes diagnostik yang biasa disebut tes prasyarat dimana tes ini
dilakukan sebelum proses pembelajaran, pada saat proses
pembelajaran, dan pada saat akan mengakhiri proses
pembelajaran.
• Tes formatif merupakan suatu tes yang biasanya diberikan setiap
kali satuan pelajaran atau sub pokok bahasan terakhir. Contohnya
ulangan harian
• Tes sumatif merupakan alat evaluasi yang bersifat menyeluruh
sehingga tes ini gunakan untuk mengevaluasi jumlah keseluruhan,
maka biasanya pemberian tes ini dilakukan diakhir pengajaran.
Contohnya adalah ulangan umum, ujian sekolah, dan UN (Ujian
Nasional).

3) Tes ditinjau dari segi banyaknya orang yang dites. Tes ini terdiri atas :

• Test individual, yaitu tes yang diberikan kepada peserta didik untuk dapat
mengetahui faktor-faktor individualnya.
• Test kelompok,yaitu tes yang diberikan oleh seorang guru atau beberapa
orang guru kepada sekelompok peserta didik.

4) Tes ditinjau dari segi cara penyampaian bahan, dapat dibagi atas :

• Test bahasa,yaitu tes untuk menguji kemampuan berbahasa. Ini dapat


ditempuh dengan lisan atau tulisan.
• Test perbuatan atau test tingkah laku. Ini dapat dilakukan dengan
menyuruh mempraktekkan, seperti praktek wudhu, salat, dan sebagainya.

Teknik non test pada umumnya dilakukan dengan tanpa “ menguji “


peserta didik, dan memegang peranan yang penting dalam rangka
mengevaluasi hasil belajar peserta didik dari segi ranah sikap hidup (affective
domain) dan ranah keterampilan (psychomotoric domain).

37
4.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan dari pembahasan di atas adalah
sebagai berikut :
1. Dalam menggunakan macam alat evaluasi banyak terdapat pilihan
yang dapat diambil sesuai dengan tujuan dan kriteria seorang pendidik
yang ingin dinilai. Oleh karena itu, implementasinya juga harus sesuai
dengan situasi, kondisi dan keadaan dilapangan.
2. Pelaksanaa evaluasi pada dasarnya bertujuan agar mengetahui ukuran
pencapaian pemahaman siswa terhadap pembelajaran yang diberikan.
Oleh karena itu, implementasinya juga harus sesuai dengan materi dan
konteks yang merujuk pada pembelajaran tersebut.
3. Akibat dari pelaksanaan evaluasi adalah adanya pembaharuan atau
pengembangan dalam proses pembelajaran. Oleh karena itu,
implementasinya pasti ada kemungkinan terdapat perubahan pola
pembelajaran, sehingga pendidik perlu persiapan yang lebih dalam
penyusunan RPP kelas.

38
DAFTAR PUSTAKA

Amri, Sofan. 2013. Pengembangan dan Model Pembelajaran dalam Kurikulum


2013 . Jakarta: PT Prestasi Pustakarya

Arifin, Zainal. 2012. Evaluasi Pembelajaran. Jakarta: Direktorat Jenderal


Pendidikan Islam Kementerian Agama RI

Basrowi dan Siskandar. 2012. Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja. Bandung: CV.
Karya Putra Darwati.

Fenton, R. 1996. Performance assessment system development. Alaska


Educational Research Journal.

Purwanto, N. 2013. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung:


PT. Remaja Rosdakarya

Putra, Sitiatava. 2013. Desain Evaluasi Belajar Berbasis Kinerja.


Yogyakarta:Diva Press

Rasyid dan Mansyur. 2007. Penilaian Hasil Belajar. Bandung: Wacana Prima
Suharsimi, Arikunto. 2013. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi Kedua.
Jakarta: Bumi Aksara
Tarihoran. Afwan. 2014. Tes Diagnostik Dalam Pembelajaran. Tersedia pada
https://www.academia.edu/19748217/TES_DIAGNOSTIK_DALAM_PEM
BELAJARAN. Diakses pada tanggal 3 September 2019
Widiarsih, Tasya. 2015. Alat Evaluasi Pembelajaran. Tersedia pada
https://www.academia.edu/19611970/ALAT_EVALUASI_PEMBELAJAR
AN. Diakses pada 3 September 2019
Zubaidi, A. 2009. Tes Inteligensi. Jakarta: Mitra Wacana Media
https://teks.co.id/pengertian-evaluasi-menurut-para-ahli. Diakses pada tanggal
24 Juli 2014
Fitria Febrinaraya. 2016. Pengantar Psikodiagnostik I. tersedia pada
http://fitriafebrinaraya.blogspot.com/2016/05/tes-individual-dan-tes-kelompok.
Diakses pada tanggal 10 Mei 2016

Anda mungkin juga menyukai