“VALIDITAS”
Dosen Pengampu :
OLEH KELOMPOK 5:
Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas
rahmat-Nya makalah ini dapat diselesaikan dengan baik. Makalah ini disusun
sebagai tugas dalam mata kuliah Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran yang
berjudul “Validitas”. Terselesaikannya makalah ini tidak terlepas dari dukungan
dan bimbingan dari berbagai pihak yang terkait. Oleh karena itu, dalam
kesempatan ini penulis menyampaikan terima kasih kepada:
1. Ibu Made Juniantari, S.Pd., M.Pd. selaku dosen pengampu mata kuliah
Assesmen dan Evaluasi Pembelajaran di kelas 5A
2. Teman-teman kelas 5A yang telah memberikan semangat dan informasi
mengenai penyusunan makalah ini.
3. Semua pihak yang telah membantu penulis dalam menyusun makalah ini
yang tidak bisa penulis sebutkan satu persatu.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh sebab itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun dari berbagai pihak. Harapan penulis, semoga makalah ini dapat
memberikan manfaat bagi para pembaca. Akhirnya atas segala kerendahan hati,
penulis sampaikan terima kasih.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
iii
DAFTAR TABEL
iv
BAB I
PENDAHULUAN
5
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan di atas, adapun
rumusan masalah yang akan dibahas dalam makalah ini adalah sebagai
berikut:
1.2. 1 Apa saja jenis – jenis dari validitas?
1.2. 2 Bagaimana cara menghitung validitas tes objektif?
1.2. 3 Bagaimana cara menghitung validitas tes uraian atau berskala?
1.2. 4 Apa saja faktor – faktor yang mempengaruhi validitas?
1.3 Tujuan
Adapun tujuan dari penyusunan makalah ini, yaitu sebagai berikut:
1.3. 1 Mengetahui serta memahami jenis – jenis validitas yang ada
1.3. 2 Mengetahui serta memahami cara menghitung validitas tes objektif
1.3. 3 Mengetahui serta memahami cara menghitung validitas tes uraian
atau berskala
1.3. 4 Mengetahui serta memahami faktor – faktor yang mempengaruhi
validitas
1.4 Manfaat
1.4. 1 Bagi Penulis
Penulisan makalah ini dapat membantu penulis selaku calon
pendidik untuk memperdalam pengetahuan tentang proses evaluasi
belajar dan hasil belajar peserta didik, khususnya mengenai
validitas.
1.4. 2 Bagi Pembaca
Penulisan makalah ini dapat menjadi referensi serta membantu
pembaca dalam memahami materi mengenai validitas.
6
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
7
pengertian validitas dapat dinyatakan sebagai sejauhmana skor
tampak atau skor perolehan mendekati besar skor murni. Skor
tampak tidak akan sama dengan skor murni kecuali alat ukur yang
bersangkutan mempunyai validitas yang sempurna. Semakin skor
perolehan mendekati skor murni maka semakin tinggi validitasnya,
dan sebaliknya semakin rendah validitas maka semakin besar
perbedaan skor perolehan dan skor murni
3) Azwar (2012) menyatakan bahwa validitas berasal dari kata validity
yang mempunyai arti sejauhmana akurasi suatu tes atau skala dalam
menjalankan fungsi pengukurannya.
4) Scarvia B. Anderson (dalam Arikunto, 2005) menyatakan bahwa “a
test is valid if it measures what it purpose to measure”, atau jika
diartikan ialah sebuah tes dikatakan valid apabila tes tersebut
mengukur apa yang hendak diukur.
5) Purwanto (2013) menyatakan bahwa “Validitas (kesahihan) adalah
kualitas yang menunjukkan hubungan antara suatu pengukuran
(diagnosis) dengan arti atau tujuan kriteria belajar atau tingkah
laku”
Berdasarkan paparan tersebut dapat dinyatakan bahwa validitas
atau kesahihan adalah relevansi, kecocokan, atau kesesuaian alat
evaluasi dengan fungsi evaluasi dan sasaran evaluasi. Sebuah alat
evaluasi dapat dikatakan valid apabila telah dapat mengukur apa yang
seharusnya diukur.
Sebelum menggunakan suatu tes, hendaknya kita mengukur
terlebih dahulu derajat validitasnya berdasarkan kriteria tertentu.
Dengan kata lain, untuk melihat apakah tes tersebut valid (sahih), kita
harus membandingkan skor peserta didik yang didapat dalam tes
dengan skor yang dianggap sebagai nilai baku. Misalnya, nilai ujian
akhir semester peserta didik dalam salah satu mata pelajaran
dibandingkan dengan nilai ujian akhir semester pada mata pelajaran
yang lain. Semakin mendekati kedua skor tersebut, maka semakin soal
ujian akhir tadi dapat dikatakan valid. Validitas suatu tes erat
8
kaitannya dengan tujuan penggunaan tes tersebut. Namun demikian,
tidak ada validitas yang berlaku secara umum. Artinya, jika suatu tes
dapat memberikan informasi yang sesuai dan dapat digunakan untuk
mencapai tujuan tertentu, maka tes itu valid untuk tujuan tersebut
(Arifin, 2012).
Menurut Gronlud (dalam Fatinah, 2013) menyebutkan bahwa
jika kita berpikir tentang validitas dalam kaitannya dengan tes, hal-hal
yang perlu dipertimbangkan adalah sebagai berikut.
1) Validitas menunjuk pada kelayakan interpretasi yang dibuat
berdasarkan skor hasil tes yang berkaitan dengan penggunaan
tertentu, bukan terhadap instrumen atau tes tersebut. Penggunaan
istilah yang lazim digunakan “validitas alat tes” sebenarnya yang
lebih tepat adalah validitas interpretasi terhadap hasil tes.
2) Validitas adalah masalah kadar (matter of degree) sehingga perlu
dihindari pemikiran bahwa sebuah hasil tes itu valid atau tidak
valid, melainkan ada validitas yang sempurna, ada yang sedang,
dan ada pula yang rendah.
3) Validitas berkaitan dengan penggunaan khusus karena tidak ada
satu tes pun yang valid untuk semua tujuan. Oleh karena itu,
penilaian terhadap validitas tes harus berkaitan dengan tujuan
penggunaan hasil tes itu.
9
secara konseptual validitas pada hakikatnya bersifat tunggal
(unitary concept), tidak berjenis-jenis. Yang beragam adalah cara
pembuktian keberadaan validitas yang dapat dilakukan melalui
salah satu dari tiga cara pokok pengumpulan bukti kesesuaian tes
dengan sasaran tes.
Validitas Isi
Validitas Teoritik
Validitas Muka
(Logik)
Validitas
Validitas Konstruksi
Validitas
Bandingan
Validitas Empirik
Validitas
Ramalan
10
dicapai oleh sebuah instrumen yaitu: validitas isi, validitas
muka dan validitas konstruksi.
a. Validitas Isi (Content Validity)
Validitas isi dari suatu tes hasil belajar
adalah validitas yang diperoleh melalui
penganalisisan, penelusuran, serta pengujian
terhadap isi yang terkandung dalam tes hasil
belajar tersebut. Validitas jenis ini sering
digunakan dalam pengukuran hasil belajar.
Arikunto (2005) menyatakan bahwa sebuah tes
dikatakan memiliki validitas isi apabila
mengukur tujuan khusus tertentu yang sejajar
dengan materi atau isi pelajaran yang diberikan.
Validitas isi dapat diusahakan tercapainya sejak
saat penyusunan dengan cara merinci materi
kurikulum atau materi buku pelajaran. Dengan
demikian salah satu cara untuk memperoleh
validitas isi adalah dengan melihat soal-soal yang
membentuk tes itu.
Arifin (2012) menjelaskan bahwa jika
dilihat dari segi kegunaannya dalam penilaian
hasil belajar, validitas isi ini sering disebut juga
validitas kurikuler dan validitas perumusan.
Disebut demikian karena validitas isi berkenaan
dengan pertanyaan apakah materi tes relevan
dengan kurikulum yang sudah ditentukan.
Pertanyaan ini timbul karena sering terjadi materi
tes tidak mencakup keseluruhan aspek – aspek
yang akan diukur, baik aspek kognitif, afektif,
maupun psikomotorik. Diharapkan dengan
validitas isi/kurikuler ini timbul ketelitian yang
jelas dan totalitas dengan menjelajahi semua
11
aspek yang tercakup dalam kisi-kisi dan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang
bersangkutan.
b. Validitas Muka (Face Validity)
Validitas ini menggunakan kriteria yang
sangat sederhana, karena hanya melihat dari sisi
muka atau tampilan dari instrumen itu sendiri.
Artinya, jika suatu tes secara sepintas telah
dianggap baik untuk mengungkap fenomena yang
akan diukur, maka tes tersebut sudah dapat
dikatakan memenuhi syarat validitas permukaan,
sehingga tidak perlu lagi adanya judgement yang
mendalam. Dikarenakan face validity didasarkan
pada penilaian terhadap format penampilan
(appearance) tes, maka seringkali face validity
dikategorikan sebagai tipe validitas yang paling
rendah signifikasinya sehingga validitas tipe ini
tentu tidak menjadi hal yang perlu dirisaukan
apabila suatu tes telah terbukti valid lewat pengujian
validitas tipe lain yang lebih dapat diandalkan.
Azwar (2012) menyatakan bahwa suatu tes
sudah pasti dikatakan tidak valid berdasarkan
validitas muka apabila tes yang tujuannya
mengukur kemampuan verbal akan tetapi item-
itemnya dipenuhi oleh formula matematika.
Penampilan dari suatu tes sesungguhnya cukup
berdampak pada keyakinan seseorang dalam
mengerjakan item-item soalnya. Tes yang memiliki
validitas muka yang tinggi akan terlihat meyakinkan
sehingga akan memancing motivasi individu yang
dites untuk menghadapi tes dengan sungguh-
sungguh. Selain itu, pembahasan validitas muka
12
dalam suatu tes juga dapat menyangkut bentuk soal,
baik berupa pertanyaan, pernyataan ataupun kalimat
suruhan. Dalam konteks ini, keabsahan susunan
kalimat atau kata-kata yang dipergunakan dalam
soal dituntut untuk jelas pengertiannya atau tidak
menimbulkan tafsiran yang beragam. Apabila suatu
soal sulit dipahami maksudnya, yang kemudian
berakibat responden tidak dapat menjawabnya,
maka ini berarti validitas muka dari tes tersebut
tidak baik. Tes yang memuat tulisan yang
berdesakan, tanda baca dan notasi yang kurang
jelas, atau dicetak pada kertas yang memiliki
kualitas buruk, maka dikatakan tes ini memiliki
muka yang tidak meyakinkan, sehingga tidak akan
mendapat apresiasi yang baik dari calon responden
dalam mengerjakan tes. Hal ini bisa jadi membuat
responden menjawab tes secara asal-asalan,
sehingga hasil tes menjadi tidak maksimal dan
berdampak pada data yang diperoleh menjadi tidak
valid.
c. Validitas Konstruksi (Construct Validity)
Sudijono (2015) menyatakan bahwa suatu
tes hasil belajar dapat dinyatakan sebagai tes yang
telah memiliki validitas konstruksi, apabila tes hasil
belajar tersebut ditinjau dari segi susunan, kerangka,
atau rekaannya secara tepat mencerminkan suatu
konstruksi. “Konstruksi” dalam pengertian ini
bukanlah “susunan” seperti yang dijumpai dalam
teknik, melainkan merupakan rekaan psikologis,
yaitu suatu rekaan yang dibuat oleh para ahli Ilmu
Jiwa yang dengan suatu cara tertentu “merinci” isi
jiwa atas beberapa aspek seperti: ingatan
13
(pengetahuan), pemahaman, aplikasi, dan
seterusnya.
Arifin (2012) menjelaskan bahwa validitas
konstruk berkenaan dengan pertanyaan sejauhmana
suatu tes betul-betul dapat mengobservasi dan
mengukur fungsi psikologis yang merupakan
deskripsi perilaku peserta didik yang akan diukur
oleh tes tersebut. Validitas konstruk banyak dikenal
dan digunakan dalam tes-tes psikologis untuk
mengukur gejala perilaku yang abstrak, seperti
kesetiakawanan, kematangan emosi, sikap,
motivasi, minat, dan sebagainya.
14
a. Validitas Bandingan (Concruent Validity)
Sudijono (2015) menyatakan bahwa suatu tes
dikatakan memiliki validitas bandingan apabila tes
tersebut dalam kurun waktu yang sama dengan secara
tepat telah mampu menunjukkan adanya hubungan yang
searah, antara tes pertama dengan tes berikutnya.
Validitas bandingan juga sering dikenal dengan istilah
validitas sama saat, sebab validitas tes, atau validitas
ada sekarang. Dalam membandingkan hasil sebuah tes
maka diperlukan suatu kriterium atau alat banding,
yakni hasil tes. Jika hasil tes yang ada sekarang ini
mempunyai hubungan searah dengan hasil tes
berdasarkan pegalaman yang lalu, maka tes memiliki
karakteristik seperti itu dapat dikatakan telah memiliki
validitas bandingan. Misalnya seorang guru ingin
mengetahui apakah tes sumatif yang disusun sudah
valid atau belum. Untuk ini diperlukan sebuah kriterium
masa lalu yang sekarang datanya dimiliki, seperti nilai
ulangan harian atau nilai ulangan sumatif yang lalu.
15
suatu tes dapat memprakirakan perilaku peserta didik
pada masa yang akan datang (Arifin, 2012).
Untuk mengetahui apakah suatu tes hasil belajar
dapat dinyatakan sebagai tes yang telah memiliki
validitas ramalan atau belum, dapat ditempuh dengan
cara mencari korelasi antara tes hasil belajar yang
sedang diuji validitas ramalannya dengan kriteria
tertentu, jika kedua variabel tersebut terdapat korelasi
positif yang signifikan, maka tes hasil belajar yang
sedang diuji validitas ramalannya dapat dinyatakan
sebagai tes hasil belajar yang telah memiliki daya
ramalan yang tepat, artinya apa yang diramalkan
tersebut benar-benar terjadi secara nyata dalam praktek.
16
BAB III
PEMBAHASAN
17
s = Selisih skor yang diberikan dan nilai terendah
Contoh :
Sebuah skala yang terdiri dari 5 (lima) item dalam tes dinilai oleh 7
(tujuh) orang ahli mengenai relevansinya. Rentang nilai yang
diberikan adalah 1 (terendah) dan 5 (tertinggi).
Diketahui:
n = 7 ; lo = 1 ; c = 5
18
Menurut Lawshe, jika lebih dari setengah panelis menunjukkan
bahwa item penting/esensial, maka aitem tersebut memiliki
setidaknya validitas isi. Formula yang diajukan oleh Lawshe :
N
ne
CVR
2
N
2
CVR = content validity ratio,
ne = adalah jumlah anggota panelis yang menjawab “penting”,
N = adalah jumlah total panelis
Contoh :
Seorang peneliti ingin menguji validitas isi dari 1 item pernyataan
pada kuesioner. sebuah skala yang terdiri dari 5 item. Sebanyak 12
orang panel ahli dijadikan penilai dengan memilih 3 pilihan
jawaban yaitu “penting”, “sesuai, tidak penting” dan “tidak
berguna”.
Penyelesaian :
Tabel 2: Koefisien Validitas Isi – Lawshe’s CPR
Penilai Penilaian
A Penting
B Penting
C Tidak berguna
D Penting
E Penting
F Penting
G Tidak berguna
H Penting
I Penting
J Penting
Sesuai, Tidak
K Penting
L Penting
19
Dari 12 orang panel ahli, 9 orang menyatakan aitem tersebut
“penting”, 1 orang menyatakan “sesuai, tidak penting”, dan 2 orang
menyatakan “tidak berguna. Dari data ini kemudian dapat dihitung
CVR sebagai berikut :
CVR
2(9) 1
12
Formula ini menghasilkan nilai-nilai yang berkisar dari +1 sampai
-1, nilai positif menunjukkan bahwa setidaknya setengah panelis
(SME) menilai item sebagai penting/esensial. Semakin lebih besar
CVR dari 0, maka semakin “penting” dan semakin tinggi validitas
isinya. Dari contoh di atas diperoleh nilai CVR sebesar 0.500 yang
menunjukkan bahwa aitem yang digunakan sudah memenuhi
validitas isi yang baik.
20
3.2.1 Validitas Butir Soal Objektif
koefisien korelasi biserial (rbis). Korelasi point biserial adalah
product moment yang diterapkan pada data, dimana variabel-
variabel yang dikorelasikan sifatnya masing-masing berbeda satu
sama lain, dengan rumus.
M p Mt p
rpbi
St q
Keterangan :
Mp = Rerata skor dari subyek yang menjawab betul bagi item
yang dicari validitasnya.
Mt = Rerata skor total
St = Standar deviasi dari skor total proporsi
p = Proporsi siswa yang menjawab benar
q = Proporsi siswa yang menjawab salah q 1 p 1
Contoh soal :
Tabel 3: Validitas Butir Soal Objektif
Nomor Butir Instrumen
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0
B 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0
C 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1
D 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0
E 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1
F 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0
G 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1
H 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1
I 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1
J 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1
K 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 1 1
L 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1
M 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1
N 1 0 0 1 1 1 1 1 1 0 1 1
O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1
21
Penyelesaian :
Tabel 4:Tabel Penyelesaian butir soal objektif
Nomor Butir Instrumen
Nama Xt Xt²
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
A 0 1 1 1 0 0 0 0 0 1 0 0 4 16
B 0 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 0 7 49
C 1 0 0 0 0 0 1 1 0 0 1 1 5 25
D 0 0 0 1 0 0 0 0 1 0 1 0 3 9
E 1 1 1 1 0 1 0 0 0 1 1 1 8 64
F 0 0 0 1 1 0 0 0 1 1 0 0 4 16
G 0 0 1 1 0 1 1 1 0 0 0 1 6 36
H 0 1 1 0 0 1 1 0 1 0 0 1 6 36
I 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 5 25
J 0 1 1 0 0 0 1 0 1 0 0 1 5 25
K 1 1 1 1 0 1 0 0 1 1 0 1 8 64
L 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 0 1 9 81
M 1 1 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 8 64
N 1 0 0 0 1 1 1 1 1 0 0 1 7 49
O 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 12 144
n 7 8 10 9 6 9 10 5 11 7 4 11 97 703
p 0,47 0,53 0,67 0,6 0,4 0,6 0,67 0,33 0,73 0,47 0,27 0,73 6,47 41,9
q 0,53 0,47 0,33 0,4 0,6 0,4 0,33 0,67 0,27 0,53 0,73 0,27 5,53 30,6
Mp 8,14 6 12,4 6,78 7,83 7,89 7 7,6 6,3 7,43 7 7,2 91,6
Penjelasan :
Untuk mencari nilai Mp yaitu dengan cara menjumlahkan nilai rata
rata jawaban siswa yang benar pada masing masing butir soal lalu
membagi dengan (n).
Contoh : butir soal 1
Jumlah yang menjawab betul 7 orang (siswa No. 3, 5, 11, 12, 13,
14, 15), sedangkan skor total setiap siswa adalah 5 + 8 + 8 + 9 + 8
+ 7 + 12 = 57.
Jadi Mp = 57/7 = 8,14.
ΣXt = 97 ΣXt2 = 703
22
Nilai p = jumlah yang menjawab benar pada butir tertentu
dibagi jumlah siswa (pada butir 1, misalnya, yang
menjawab benar 7 orang, berarti p = 7/ 15 = 0,47)
q = 1 – p ( pada butir 1; q = 1 – 0,47 = 0,53)
Demikian seterusnya sehingga didapatkan nilai p dan q
seperti pada tabel di atas.
Menghitung rata-rata skor total :
X t 97
Mt 6,46
N 15
Menghitung standar deviasi total dengan menggunakan rumus
Xt 2 Xt
2
St
N N
2
703 97
St
15 15
St 46,87 41,82
St 2,247
Mp Mt p
rpbi
St q
8,14 6,46 0,47
rpbi
2,247 0,53
rpbi 0,748 0,942 0,702
Lakukan hal yang sama pada tiap butir soal untuk melihat korelasi
dari soal, makin tinggi koefisien korelasi yang dimiliki makin valid
butir instrument tersebut. Secara umum, jika koefisien korelasi
sudah lebih besar dari 0,3 maka butir instrument tersebut sudah
dikategorikan valid.
23
3.2.2 Validitas Butir Soal Uraian
Validitas butir soal uraian ini dihitung dengan product moment
karena data yang dikorelasikan berupa data interval. Djaali (dalam
Matondang, 2009) mengatakan bahwa untuk menghitung koefisien
validitas untuk skor butir politomi digunakan korelasi product
moment dengan rumus:
nxy x y
pearsonr
nx 2
x
2
ny 2
y
2
Keterangan :
rxy = koefisien korelasi antara variabel X dan Y
24
Penyelesaian :
Tabel 6:Penyelesaian Butir Soal Uraian
Nomor Butir Instrumen Yt Yt²
Nama
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10
A 5 4 3 3 2 5 5 4 3 4 38 1444
B 5 5 5 3 2 5 4 4 4 4 41 1681
C 4 4 5 4 2 5 4 5 4 4 41 1681
D 4 4 5 4 3 5 3 5 5 5 43 1849
E 5 4 4 5 3 4 3 4 5 5 42 1764
F 3 5 2 5 4 4 4 4 5 5 41 1681
G 3 5 2 5 4 5 4 5 4 5 42 1764
H 2 3 5 5 5 5 5 5 3 4 42 1764
I 4 3 5 4 5 4 5 5 3 5 43 1849
J 2 4 3 2 3 4 3 4 4 4 33 1089
JML 37 41 39 40 33 46 40 45 40 45 406 16566
No X1 X1² Y Y² X1Y
1 5 25 38 1444 190
2 5 25 41 1681 205
3 4 16 41 1681 164
4 4 16 43 1849 172
5 5 25 42 1764 210
6 3 9 41 1681 123
7 3 9 42 1764 126
8 2 4 42 1764 84
9 4 16 43 1849 172
10 2 4 33 1089 66
N=
10 37 149 406 16566 1512
25
Menghitung butir 1 :
nxy (x)(y )
r
nx 2
(x) 2 ny 2
(y ) 2
101512 37 406
r
10149 37 1016566 406
2 2
15120 15022
r
1490 1369 165660 164836
98
r 0,31
1128,71
N XY ( X )( Y )
rXY
N X 2
( X ) 2 N Y 2 ( Y ) 2
Keterangan :
r XY = koefisien korelasi antara variabel X dan variabel Y
X = Nilai Variabel X
Y = Nilai Variabel Y
XY = Jumlah perkalian antara X dan Y
X2 = Kuadrat dari nilai X
Y2 = Kuadrat dari nilai Y
26
Koefisien Korelasi adalah sebagai berikut:
Antara 0,800 sampai dengan 1,00 = sangat tinggi
Antara 0,600 sampai dengan 0,800 = tinggi
Antara 0,400 sampai dengan 0,600 = cukup
Antara 0,200 sampai dengan 0,400 = rendah
Antara 0,00 sampai dengan 0,200 = sangat renda
Contoh Perhitungan:
Tabel 8: Validitas item non tes
No Skor Butir Skor
Resp 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 Total
1 4 3 4 3 2 3 4 1 4 4 32
2 4 4 4 3 4 4 3 4 4 4 38
3 3 3 3 3 3 3 3 2 3 2 28
4 3 3 2 3 3 3 4 1 3 3 28
5 4 4 4 4 4 4 4 4 4 4 40
6 4 4 4 3 4 2 3 1 4 3 32
7 4 4 4 4 4 3 3 1 4 3 32
8 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 37
27
9 3 3 4 3 4 2 2 2 3 2 28
10 4 4 4 3 4 4 3 2 4 4 36
11 4 4 4 4 4 4 4 4 4 3 39
12 4 4 3 4 4 4 3 4 4 4 38
13 4 3 4 3 3 3 4 3 4 3 34
14 4 4 3 4 3 4 3 3 4 3 35
15 4 4 4 4 2 2 4 4 4 3 35
16 4 4 4 4 3 2 2 1 4 3 31
17 4 4 4 3 2 1 2 2 4 3 29
18 4 4 4 4 4 4 4 1 4 4 37
19 3 3 4 3 4 3 4 2 4 4 34
20 4 4 4 3 3 3 3 1 4 4 33
28
Tabel 9: Mencari Validitas Butir Soal 1 Non Tes
No Resp X Y XY X2 Y2
1 4 32 128 16 1024
2 4 38 152 16 1444
3 3 28 84 9 784
4 3 28 84 9 784
5 4 40 160 16 1600
6 4 32 128 16 1024
7 4 34 136 16 1156
8 4 37 148 16 1369
9 3 28 84 9 784
10 4 36 144 16 1296
11 4 39 156 16 1521
12 4 38 152 16 1444
13 4 34 136 16 1156
14 4 35 140 16 1225
29
15 4 35 140 16 1225
16 4 31 124 16 961
17 4 29 116 16 841
18 4 37 148 16 1369
19 3 34 102 9 1156
20 4 33 132 16 1089
20(2594 ) (76)(678)
rXY 0,601
20(292) 5776 20(23252 ) 459684
30
3.4.1 Faktor yang Berasal dari Dalam Tes
Pengujian terhadap item dalam tes secara hati-
hati akan menunjukkan apakah tes yang digunakan
untuk mengukur isi materi atau fungsi-fungsi mental
yang akan diukur oleh penyusun tes. Bagaimanapun
juga, beberapa faktor berikut dapat menjaga item tes
dari fungsi yang dikehendaki dan dengan demikian
juga terjaga dari rendahnya validitas. Berikut hal-hal
yang terkait dengan faktor yang bersumber dari dalam
tes itu sendiri:
1) Petunjuk yang tidak jelas. Petunjuk yang tidak
jelas menyebabkan subjek kehilangan waktu
untuk sekedar memahami petunjuk pengerjaan
atau bahkan tidak dapat melakukan apa yang
seharusnya dilakukan.
2) Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang
sulit. Penggunaan kosa kata atau struktur kalimat
yang sulit dapat menyebabkan subjek terjebak
untuk pemahaman terhadap pemahaman maksud
dari sebuah pertanyaan bukan untuk
menyelesaikan pertanyaan itu sendiri.
3) Ambiguitas yaitu adanya kemungkinan multi
tafsir juga menyebabkan menurunnya validitas.
4) Alokasi waktu yang tidak cukup. Idealnya sebuah
tes disediakan waktu yang cukup untuk
mengerjakan seluruh butir tes yang ada.
Kekurangan waktu dalam menyelesaikan sebuah
tes bisa jadi bukan karena subjek tidak mampu
untuk menyelesaikan tesnya tetapi karena
keterbatasan kesempatan untuk mengerjakannya.
31
5) Penekanan yang berlebihan terhadap aspek
tertentu, sehingga terlalu mudah ditebak
kecenderungan dari jawaban akan menyebabkan
menurunnya tingkat validitas soal.
6) Kualitas butir tes yang tidak memadai untuk
mengukur hasil belajar. Kualitas yang tidak
memadai misalnya tes dimaksudkan untuk
mengukur kemampuan berpikir tingkat tinggi
(higher order thinking) jelas tidak cukup hanya
digunakan tes yang bersifat untuk mengungkap
pengetahuan faktual saja.
7) Susunan tes yang jelek.
8) Tes terlalu pendek.
9) Penyusunan butir tes yang tidak runtut.
10) Pola jawaban yang mudah ditebak, misalnya pada
soal pilihan ganda jawabannya adalah A semua,
atau B semua atau menunjukkan pola tertentu
misalnya D, C, B, A, D, C, B, A, dan sebagainya.
Mengembangkan instrumen evaluasi memang
tidaklah mudah, apalagi jika seorang evaluator tidak atau
kurang memahami prosedur dan teknik evaluasi itu sendiri.
Jika instrumen evaluasi kurang baik, maka dapat berakibat
hasil evaluasi menjadi kurang baik. Untuk itu, dalam
mengembangkan instrumen evaluasi, seorang evaluator
harus memperhatikan hal-hal yang mempengaruhi validitas
instrumen dan berkaitan dengan prosedur penyusunan
instrumen, seperti silabus, kisi-kisi soal, petunjuk
mengerjakan soal dan pengisian lembar jawaban, kunci
jawaban, penggunaan kalimat efektif, bentuk alternatif
jawaban, tingkat kesukaran, daya pembeda, dan sebagainya.
32
3.4.2 Faktor yang Berasal dari Hakikat Kelompok dan Kriteria.
Sebuah asesmen atau instrumen alat ukur mungkin hanya
valid untuk kelompok tertentu saja dan tidak valid untuk
kelompok yang lain. Sebagai contoh misalnya sebuah tes
diujicobakan pada sekelompok subjek pada sebuah sekolah
dengan kualitas biasa-biasa saja tentu akan berbeda hasilnya
jika tes yang sama diberikan pada sekelompok.
3.4.3 Faktor yang Berasal dari Administrasi dan Skor
Pemberian skor terhadap jawaban subjek harus dilakukan
secara hati-hati jangan sampai salah tulis atau meremehkan
selisih angka walaupun hanya sedikit. Hal ini akan
menyebabkan hasil pengujian terhadap validitas akan
memberikan makna yang berbeda.
3.4.4 Faktor yang Berasal dari Jawaban Siswa
Tanggapan subjek yang tidak serius biasanya dijumpai
pada saat subjek diminta untuk mengisi sebuah angket atau
skala. Hal ini akan menyebabkan subjek mengisi angket
atau skala secara sembarangan karena merasa tidak penting
maupun alasan-alasan yang lain. Oleh karena itu berikan
angket/skala pada waktu dan kondisi yang tepat.
33
BAB IV
PENUTUP
4.1 Simpulan
Dari uraian yang telah dijelaskan dalam pembahasan materi adapun
simpulan dari rumusan masalah yang diambil yaitu :
a. Secara konvensional dikenal beberapa jenis validitas, namun secara
konseptual validitas pada hakikatnya bersifat tunggal, tidak berjenis-
jenis. Sedangkan yang beragam adalah cara membuktikannya, salah
satu yang umum dikenal yaitu validitas teoritik dan validitas empirik
b. Validitas soal objektif dapat dihitung dengan koefisien korelasi biserial
(rbis). Korelasi point biserial adalah product moment yang diterapkan
pada data, dimana variabel-variabel yang dikorelasikan sifatnya
masing-masing berbeda satu sama lain.
c. Validitas butir soal uraian dapat dihitung dengan product moment
karena data yang dikorelasikan berupa data interval, untuk menghitung
koefisien validitas untuk skor butir politomi digunakan korelasi
product.
d. Faktor-faktor yang memengaruhi validitas ada empat yakni berasal
dari dalam tes, berasal dari, hakikat kelompok dan kriteria,
administrasi dan skor, dan jawaban siswa.
4.2 Saran
Saran yang dapat penulis berikan dari penulisan makalah ini yaitu :
a. Siswa
Siswa sebagai objek pelaksanaan evaluasi sebaiknya dapat menjawab
atau melaksanakan proses evaluasi dengan baik dan bersungguh
sungguh agar mendapatkan hasil yang valid dan objektif dalam proses
evaluasi sehingga dapat digunakan untuk mengukur kemampuan
subjektif lainnya.
b. Pendidik
Sebagai pendidik dalam proses evaluasi sebaiknya dapat
memperhatikan faliditas soal sesuai dengan indikator-indikator yang
dicapai dan memperhatikan prestasi dari peserta didik atau pesertas tes.
34
Sehingga pendidik dapat mengetahui tingkat keberhasilan dan prestasi
kelas dapat ditingkatkan.
c. Lembaga Pendidikan
Sebagai lembaga pendidikan yang menaungi proses pendidikan secara
formal, Diharapkan lembaga pendidikan mampu menfasilitasi segala
sarana dan prasarana yang memang menunjang proses evaluasi dalam
hasil belajar peserta didik dengan begitu diharapkan kegiatan
pembelajaran yang berkualitas dan bermakna dapat tercapai.
35
DAFTAR PUSTAKA
36
LAMPIRAN
37
SOAL-SOAL
1. Validitas butir soal menunjukkan kesesuaian antara fungsi soal dengan
fungsi tes secara keseluruhan. Butir soal dinyatakan valid jika...
a. r hitung = r tabel
b. r hitung > r tabel
c. r hitung < r tabel
d. r hitung ≤ r tabel
e. r hitung ≥ r tabel
2. Faktor dalam tes yang mempengaruhi validitas suatu tes tersebut
adalah…
a. Petunjuk yang tidak jelas
b. Penggunaan kosa kata dan struktur kalimat yang baku
c. Tes terlalu panjang
d. Pola jawaban yang sulit ditebak
e. Penyusunan butir tes yang berurutan
3. Sebuah asesmen atau instrumen alat ukur mungkin hanya valid untuk
kelompok tertentu saja dan tidak valid untuk kelompok yang lain
merupakan faktor…
a. Faktor yang berasal dari hakikat kelompok dan kriteria
b. Faktor yang berasal dari administrasi dan skor
c. Faktor yang berasal dari jawaban siswa
d. Faktor yang berasal dari dalam tes itu sendiri
e. Tidak ada faktor yang mempengaruhi
4. Terdapatnya suatu tanda pada jawaban yang terdapat di pilihan jawaban
merupakan salah satu faktor yang berasal dari dalam tes itu sendiri, yaitu
faktor…
a. Alokasi waktu yang tidak tepat
b. Penekanan terhadap suatu aspek tertentu
c. Teks terlalu pendek
d. Susunan tes yang jelek
e. Ambiguitas
38
5. Ada dua jenis validitas yaitu validitas teoritik dan empiric. Manakah yang
termasuk dalam validitas empiric…
a. Validitas isi, muka dan kontruksi
b. Validitas setara, validitas saat ini
c. Validitas bandingan, validitas ramalam
d. Validitas rasional, validitas setara
e. Validitas real, validitas isi
6. Suatu tes hasil belajar ditinjau dari segi susunan, kerangka dan rekaannya
merupakan definisi……
a. Validitas muka
b. Validitas isi
c. Validitas bandingan
d. Validitas kontruksi
e. Validitas ramalan
7. Jika berkaitan dengan validitas suatu tes maka hal – hal apa saja yang
perlu dipertimbangkan kecuali….
a. Validitas menunjuk pada kelayakan interpretasi
b. Validitas merupakan masalah peluang
c. Validitas berkaitan dengan penggunaan khusus
d. Validitas adalah masalah kadar
e. Validitas yang dibuat berdasarkan hasil tes.
8. Bagaimana cara menghitung proporsi siswa yang menjawab salah?
a. Benar dikurangi salah
b. Salah diberi nilai setengah
c. Salah diebri nilai nol
d. Satu dikurangi proporsi siswa menjawab benar
e. Menghitung nilai benar
9. Bagaimana cara menghitung rata-rata skor total?
a. Rata-rata jawaban benar siswa dibagi jumlah siswa
b. Rata-rata jawaban benar tiap butir soal dibagi jumlah siswa
c. Jawaban benar dibagi jumlah siswa
d. Skor benar tiap butir soal
39
e. Skor paling tinggi dibagi jumlah siswa.
10. Validitas isi dapat dibedakan menjadi berapa bagian?
a. 2
b. 4
c. 4
d. 1
e. 5
40