Anda di halaman 1dari 21

“VALIDITAS DAN RELIABILITAS INSTRUMEN PENELITIAN SERTA

PERSYARATAN PENGUKURAN DALAM PENELITIAN”

MAKALAH

Diajukan untuk memenuhi Tugas Rutin

Mata Kuliah Metodologi Penelitian

DOSEN PENGAMPU : DR. WILDANSYAH LUBIS, M.PD

DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 8

Disusun Oleh :

KELOMPOK 7

SITI SYAFRIDA RAHMI 1191111057

MIFTAHUL JANNAH 1192411023

ROSELLA PRISELYA DABUKKE 1192411026

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
banyak memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya sehingga kami dapat
menyelesaikan makalah dengan judul “Validitas Dan Reliabilitas Instrumen Penelitian Serta
Persyaratan Pengukuran Dalam Penelitian” ini.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Dr.
Wildansyah Lubis, M.Pd selaku dosen mata kuliah Metodologi Penelitian. Dan atas
bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari meskipun penulisan makalah ini telah kami upayakan seoptimal
mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja. Untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya
dan khususnya bagi penulis.

Medan, 20 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok 7

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................i
DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................1
A. Latar Belakang................................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...........................................................................................................1
C. Tujuan.............................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................3
2.1 Validitas............................................................................................................................3
2.1.1 Pengertian Validitas...................................................................................................3
2.1.2 Jenis – Jenis Validitas................................................................................................4
2.2 Reliabilitas........................................................................................................................9
2.2.1 Pengertian Reliabilitas...............................................................................................9
2.2.2 Jenis – Jenis Reliabilitas..........................................................................................10
2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas.................................................................12
2.3 Uji Persyaratan Analisis Data Penelitian Infrensial.......................................................14
BAB III PENUTUP..................................................................................................................16
A. Kesimpulan...................................................................................................................16
B. Saran..............................................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA..............................................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Keberhasilan pendidikan sangat ditentukan oleh proses pembelajaran. Untuk
mengukur keberhasilan proses pembelajaran diperlukan evaluasi dan proses analisis
dari evaluasi. Manfaat dari analisis evaluasi untuk mengetahui kekuatan dan
kelemahan pembelajaran dalam rangka meningkatkan proses pembelajaran. Karena
itu begitu pentingnya guru mengadakan analisis butir soal (distraktor, tingkat
kesukaran, daya pembeda, dan kualitas soal), validasi dan reliabilitas instrument.
Hasil dari proses penilaian perlu dilakukan analisis, untuk melihat validitas dan
efektivitas instrument, serta untuk mengetahui kelemahan dan kekuatan proses
pembelajaran. Ada tiga sasaran pokok ketika guru melakukan analisis terhadap hasil
belajar, yaitu terhadap guru, siswa dan prosedur pembelajaran. Fungsi analisis untuk
guru terutama untuk mendiagnosis keberhasilan pembelajaran dan sebagai bahan
untuk merevisi dan mengembangkan pembelajaran dan tes. Bagi siswa, analisis
diharapkan berfungsi mengetahui keberhasilan belajar, mendiagnosa mengoreksi
kesalahan belajar, serta Memotivasi siswa belajar lebih baik.
Perkembangan konsep penilaian pendidikan yang ada pada saat ini
menunjukkan arah yang lebih luas. Penilaian program pendidikan menyangkut
penilaian terhadap tujuan pendidikan, isi program, strategi pelaksanaan program dan
sarana pendidikan. Penilaian proses belajar mengajar menyangkut penilaian terhadap
kegiatan guru, kegiatan siswa, pola interaksi guru siswa dan keterlaksanaan program
belajar mengajar. Sedangkan penilaian hasil belajar menyangkut hasil belajar jangka
pendek dan hasil belajar jangka panjang.
Dengan demikian, inti penilaian adalah proses memberikan atau menentukan
nilai kepada objek tertentu berdasarkan suatu kriteria tertentu. Proses pemberian nilai
tersebut berlangsung, baik dalam bentuk validitas maupun reliabilitas. Keberhasilan
mengungkapkan hasil dan proses belajar siswa sebagaimana adanya (objektivitas hasil
penilaian) sangat tergantung pada kualitas alat penilaiannya di samping pada cara
pelaksanaannya. Pada makalah ini akan dibahas mengenai validitas dan reliabilitas tes
yang berguna sebagai pedoman bagi pembaca dalam melakukan penelitian.

B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan validitas dan reliabilitas instrumen penelitian?
2. Apa saja jenis – jenis dari validitas dan reliabilitas instrumen penelitian?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi reliabilitas?
4. Bagaimana uji persyaratan analisis data penelitian infrensial?

1
C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari pembuatan makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami pengertian validitas dan reliabilitas instrumen penelitian.
2. Mengetahui dan memahami jenis – jenis validitas dan reliabilitas pada instrumen
penelitian.
3. Mengetahui dan memahami faktor yang mempengaruhi reliabilitas.
4. Memahami uji persyaratan analisis data penelitian infrensial.

2
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Validitas

2.1.1 Pengertian Validitas


Validitas menurut KBBI merupakan sifat benar menurut bahan bukti yang ada,
logika berpikir, atau kekuatan hukum, sifat valid, dan kesahihan. Menurut Azwar,
validitas berasal dari kata validity yang mempunyai arti sejauh mana ketepatan dan
kecermatan suatu alat ukur dalam melakukan fungsi ukurnya. Menurut Arikunto,
validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat kesahihan suatu tes, dan
menurut Nursalam, validitas adalah suatu ukuran yang menunjukkan tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Jadi, dapat disimpulkan bahwa validitas
adalah suatu standar ukuran yang menunjukkan ketepatan dan kesahihan suatu
instrumen.
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid bearti memiliki
validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud.
Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang digunakan dapat
mengukur apa yang hendak diukur, Gay (1983). Seorang guru hendak melakukan tes
untuk melakukan penilaian apakah para siswa dapat menguasi pengetahuan yang telah
diberikan di kelas. Agar dapat memperoleh hasil yang baik guru tersebut perlu
membuat atau mengembangkan tes yang sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai,
kemudian memanfaatkannya untuk mengukur peserta didik. Oleh karena guru
mengetahui seluk-beluk siswa yang diajarkannya, mereka dapat membuat tes yang
cocok dengan tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Namun apakah tes tersebut
dapat mengukur pada siswa ain dalam mata pelajaran sama dan guru yang berbeda?
Pertanyaan tersebut memerlukan kajian yang cermat untuk menjawabnya.
Validitas suatu instrumen penelitian, tidak lain adalah derajat yang
menunjukkan di mana suatu tes mengukur apa yang hendak diukur. Prinsip suatu tes
adalah valid, tidak universal. Validitas suatu tes yang perlu diperhatikan oleh para
peneliti adalah bahwa ia hanya valid untuk suatu tujuan tertentu saja. Misalnya tes
valid untuk bidang studi Kimia belum tentu valid untuk bidang yang lain, misalnya
bidang Biologi.
Hal ini juga dapat dianalogkan bahwa tes valid untuk suatu grup individu
belum tentu valid untuk grup lainnya. Sebagai contoh suatu tes valid untuk para siswa
Sekolah Menengah Atas (SMA), belum tentu valid untuk anak Sekolah Menengah

3
Pertama (SMP). Yang menjadi pertanyaan adalah bukannya valid atau tidak valid
suatu tes, tetapi tes yang telah dibuat, valid untuk apa dan valid untuk siapa?
Contohnya berkaitan dengan validitas dapat digambarkan seperti berikut. Seorang
guru valid untuk mengajar kelompok umur tertentu, misalnya taman kanak-kanak,
belum tentu valid untuk mengajar anak kelompok usia sekolah menengah kejuruan.
Validitas yang berkaitan untuk siapa perlu diperhatikan karena menyangkut
dengan membangun gambaran atau deskripsi terhadap suatu grup normal. Derajat
validitas hanya berlaku untuk suatu kelompok tertentu yang memang telah
direncanakan pemakaiannya oleh si peneliti . Contoh dalam tes pencapaian prestasi
anak yang direncanakan oleh orang dewasa, akan berbeda bentuk maupun
substansinya dengan tes prestasi untuk anak usia remaja. Oleh karena itu, tidak aneh
dalam hal ini jika instrumen direncanakan bervariasi bentuk maupun isinya, sesuai
dengan tujuan yang hendak dicapai.
Untuk memperoleh instrumen yang valid peneliti harus bertindak hati-hati
sejak awal penyusunanya. Dengan mengikuti langkah-langkah penyususnan
instrumen, yakni memecah variabel menjadi sub-variabel dan indikator baru
memuaskan butir-butir pertanyaanya, peneliti sudah bertindak hati-hati. Apabila cara
dan isi tindakan ini sudah betul, dapat dikatakan bahwa peneliti sudah boleh berharap
memperoleh instrumen yang memiliki validitas logis. Dikatakan validitas logis karena
validitas ini diperoleh dengan suatu usaha hati-hati melalui cara-cara yang benar
sehingga menurut logika akan dicapai suatu tingkat validitas yang dikehendaki. Selain
memperoleh validitas logis, peneliti juga menguji validitas instrumen yang sudah
disusun melalui pengalaman. Dengan mengujinya melalui pengalaman akan diketahui
tingkat validitas empiris atau validitas berdasarkan pengalaman.
Untuk menguji tingkat validitas empiris instrumen, peneliti mencobakan
instrumen tersebut pada sasaran dalam penelitian. Langkah ini bisa disebut dengan
kegiatan uji coba (try-out) instrumen. Apabila data yang didapat dari uji coba ini
sudah sesuai dengan yang seharusnya, maka berarti bahawa instrumenya sudah baik,
sudah valid. Untuk mengetahui ketepatan data ini diperlukan teknik uji validitas.

2.1.2 Jenis – Jenis Validitas


Secara metodologis, validitas suatu tes dapat dibedakan menjadi empat
macam, yaitu validitas isi, konstruk, kriteria, dan prediksi.
1. Validitas Isi
Validitas isi adalah derajat di mana sebuah tes mengukur cakupan substansi
yang ingin diukur. Untuk mendapatkan validitas isi memerlukan dua aspek
penting yaitu valid isi dan valid teknik sampling. Valid isi mencakup khususnya,
hal-hal yang berkaitan dengan apakah item-item itu menggambarkan pengukuran
berkaitan dengan bagaimanakah baiknya suatu sampel tes merepresentasikan total
cakupan isi. Contoh: Sebuah tes direncanakan untuk mengukur pengetahuan
tentang pendidikan teknologi kejuruan, dikatakan valid, karena dalam
kenyataannya semua item benar-benar berkaitan dengan faktual PTK. Tetapi
mungkin tes tersebut mempunyai validitas sampling jelek, karena pengambilan
sampling materi tidak merepresentasikan untuk materi yang dimaksud.

4
Kadang-kadang tes validitas isi juga disebut face validity atau validitas wajah.
Walaupun hal tersebut masih meragukan, karena validitas wajah hanya
menggambarkan derajat di mana sebuah tes tampak mengukur, tetapi tidak
menggambarkan cara psikometri yang mengukur apa yang ingin diusahakan dapat
diukur. Proses ini sering digunakan sebagai awal menyaring dalam tes pilihan.
Validitas isi juga mempunyai peran yang sangat penting untuk tes pencapaian atau
achievement test.
Validitas isi pada umumnya ditentukan melalui pertimbangan para ahli. Tidak
ada formula matematis untuk menghitung dan tidak ada cara untuk menunjukkan
secara pasti. Tetapi untuk memberikan gambaran bagaimana suatu tes divalidasi
dengan menggunakan validitas isi, pertimbangan ahlii tersebut dilakukan dengan
cara seperti berikut. Para ahli, pertama diminta untuk mengamati secara cermat
semua item dalam tes yang hendak divalidasi. Kemudian mereka diminta untuk
mengoreksi semua item-item yang telah dibuat. Dan pada akhir perbaikan, mereka
juga diminta untuk memberikan pertimbangan tentang tes tersebut
menggambarkan cakupan isi yang hendak diukur. Pertimbangan ahli tersebut
biasanya juga menyangkut, apakah semua aspek yang hendak diukur telah
dicakup melalui item pertanyaaan dalam tes. Atau dengan kata lain perbandingan
dibuat antara apa yang harus dimasukkan dengan apa yang ingin diukur yang telah
direfleksikan menjadi tujuan tes.
Langkah-langkah pengujian validitas isi:
a. Lakukan perhitungan korelasi setiap butir (item) instrumen dengan skor total
(corrected item-total correlation).
b. Lakukan perbandingan nilai korelasi yang diperoleh dengan tabel r dengan
tingkat signifikansi (α) dan derajat bebas sebesar N-2.
c. Pengambilan keputusan
 Jika r hitung (baik manual maupun dari output SPSS) > r tabel, item
tersebut valid
 Jika r hitung (baik manual maupun dari output SPSS) < r tabel atau r
bernilai negatif, maka item tersebut dikatakan tidak valid
d. Jika menggunakan SPSS, butir-butir (item) yang tidak valid perlu dikeluarkan
dari kelompoknya (dibuang) dan pengujian diulang untuk butir-butir yang
valid saja.
e. Apabila seteleh mengeluarkan butir yang tidak valid dan masih ditemukan
butir yang belum valid setelah dilakukan run maka proses eliminasi butir yang
tidak valid terus dilakukan sampai semua butir valid. Semakin banyak
pengulangan maka item yang menyusut semakin banyak
f. Hipotesis yang digunakan : H0 = butir pertanyaan berkorelasi positif dengan
skor total H1= butir pertanyaan tidak berkorelasi positif dengan skor total

2. Validitas Konstruk
Validitas konstruk merupakan derajat yang menunjukkan suatu tes mengukur
sebuah konstruk sementara atau hypotetical construct. Konstruk, secara definitif,

5
merupakan suatu sifat yang tidak dapat diobservasi, tetapi kita dapat merasakan
pengaruhnya melalui satu atau dua indra kita. Contoh suatu konstruk dalam
lingkup pendidikan teknologi kejuruan misalnya, implikasi orang terampil atau
memiliki skill, dapat dilihat dengan melalui tingkah laku dia ketika seseorang
tersebut melakukan pekerjaannya. Konstruk tidak lain adalah merupakan
“temuan” atau suatu pendekatan untuk menerangkan tingkah laku. Konstruk arus
listrik dalam suatu pendekatan, misalnya, dapat dirasakan efeknya, ketika kita
dengan sengaja atau tidak sengaja memegang dua kabel tersebut secara bersama-
sama. Kita tidak dapat memotong benda dan melihat arus listriknya. Arus listrik
dalam benda tersbut dapat dirasakan pengaruhnya secara lebih nyata dengan
melalui alat ukur, misalnya ohmmeter atau amperemeter. Dalam pendidikan anak
contoh konstruk seperti Intelligence Quotient (IQ), melalui penelitian
menghasilkan bahwa seseorang yang memiliki IQ lebih tinggi, ada kecenderungan
bahwa orang tersebut dapat mengerjakan tugas-tugas sekolah dengan lebih baik.
Dalam dunia pendidikan, contoh lain yang menyangkut konstrruk, misalnya
ketakutan, kreativitas, semangat, dan sebagainya.
Proses melakukan validasi konstruk dapat dilakukan dengan cara melibatkan
hipotesis testing yang dideduksi dari teori yang menyangkut dengan konstruk
yang relevan. Misalnya jika suatu teori kecemasan menyatakan bahwa seseorang
yang memiliki kecemasan yang lebih tinggi akan bekerja lebih lama dalam
menyelesaikan suatu masalah, dibanding dengan orang yang memiliki tingkat
kecemasan rendah. Jika terjadi orang yang cemasnya tinggi ternyata kemudian
bekerja sebaliknya, yaitu lebih cepat, ini bukan berarti bahwa tes yang sudah baku
tadi berarti tidak mengukur kecemasan orang. Atau dengan kata lain hipotesis
yang berhubungan dengan tingkah laku seseorang dengan kecemasan tinggi tidak
benar. Dari kasus tersebut mengindikasikan bahwa konstruk yang berhubungan
dengan orang yang memiliki kecemasan tinggi memerlukan kaji ulang, guna
mengadakan koreksi dan penyesuaian kembali. Umumnya beberapa studi yang
tidak berhubungan digunakan untuk mendukung kredibilitas tes konstruk yang
telah ada.

3. Validitas Kriteria
Validitas kriteria fokus pada membandingkan instrumen yang telah
dikembangkan dengan instrumen lain yang dianggap sebanding dengan apa yang
akan dinilai oleh instrumen yang telah dikembangkan. Instrumen lain ini disebut
sebagai kriteria. Ada dua jenis validitas kriteria: 1) Validitas Kriteria Prediktif dan
2) Validitas Kriteria Bersamaan (Concurrent) (Fraenkel, Wallen, & Hyun, 2012).
Perbedaan kedua uji validitas kriteria tersebut terletak pada waktu pengujian
instrumen dengan kriterianya. Jika pengujian instrumen dan kriterianya dilakukan
pada waktu yang berbeda, maka disebut dengan validitas kriteria prediktif,
sedangkan jika pengujian instrumen dengan kriterianya dilakukan pada waktu
yang bersamaan maka disebut dengan validitas kriteria bersamaan (concurrent).

6
Hasil dari uji instrumen dan kriterianya kemudian dihubungkan dengan uji
korelasi. Berikut ini disajikan rumus korelasi untuk mencari koefisien korelasi
hasil uji instrumen dengan uji kriterianya.

Keterangan :
rxy = koefisien korelasi
n = jumlah responden
xi = skor setiap item pada instrumen
yi = skor setiap item pada kriteria

Nilai koefisien ini disebut sebagai koefisien validitas (Fraenkel, Wallen, &
Hyun, 2012). Nilai koefisien validitas berkisar antara +1,00 sampai -1,00. Nilai
koefisien +1,00 mengindikasikan bahwa individu pada uji instrumen maupun uji
kriteria, memiliki hasil yang relatif sama, sedangan jika koefisien validitas bernilai
0 mengindikasikan bahwa tidak ada hubungan antara instrumen dengan
kriterianya. Semakin tinggi nilai koefisien validitas suatu instrumen, maka
semakin baik instrumen tersebut.
Hasil yang dicapai atau koefisien validitas yang muncul menunjukkan derajat
hubungan validitas tes yang baru. Jika koefisien tinggi, berarti tes yang baru
tersebut mempunyai validitas konkruen yang baik. Sebaliknya tes yang baru
dikatakan mempunyai validitas konkruen yang jelek, jika koefisien yang
dihasilkan rendah.
Metode pembeda (discrimination) merupakan validitas konkruen yang
melibatkan penentuan suatu tes. Jika skor tes dapat digunakan untuk membedakan
antara orang yang memiliki sifat-sifat tertentu yang diinginkan dengan seseorang
yang tidak memiliki sifat-sifat tersebut. Tes mental adalah merupakan contoh
nyata terapan suatu tes pembeda yang sering ditemui dalam kasus-kasus psikologi.
Jika hasil skor suatu tes dapat digunakan dengan benar untuk mengklarifikasi
person yang satu dengan person lainnya maka validitas konkruen tes tersebut
memiliki daya pembeda yang baik.

4. Validitas Prediksi
Validitas prediksi adalah derajat yang menunjukkan suatu tes dapat
memprediksi tentang bagaimana seseorang akan melakukan suatu prospek tugas
atau pekerjaan yang direncanakan. Tes kemampuan aljabar, sebagai contohnya,
dapat dikatakan mempunyai nilai validitas prediksi, jika tes tersebut dapat
menduga pada seseorang yang memiliki kemampuan aljabar dengan anak yang
tidak memiliki kemampuan. Tes kemampuan akademik yang sering diberikan
pada mahasiswa yang hendak melanjutkan ke jenjang pascasarjana juga dikenal
juga mempunyai nilai prediksi yang baik terhadap calon mahasiswa dalam
menyelesaikan studi di pascasarjana tersebut. Instrumen validitas prediksi

7
mungkin bervariasi bentuknya tergantung beberapa faktor, misalnya kurikulum
yang digunakan, buku pegangan yang dipakai, intensitas mengejar, dan letak
geografis atau daerah sekolah. Yang perlu diperhatikan ketika kita akan
melakukan tes prediksi di antaranya adalah perlunya memperhatikan proses dan
cara membandingkan instrumen yang divalidasi dengan tes yang telah dibakukan.
Untuk tes validasi prediksi, prinsip instrumen umum yang menyatakan bahwa
tidak ada tes yang memiliki tes prediksi sempurna masih tetap berlaku. Oleh
karena itu, perlu disadari bahwa skor tes yang dihasilkan juga memiliki sifat
ketidaksempurnaan tersebut.
Validitas prediksi suatu tes pada umumnya ditentukan dengan membangun
hubungan antara skor tes dan beberapa ukuran keberhasilan dalam situasi tertentu
yang digunakan untuk memprediksi keberhasilan, yang selanjutnya disebut
sebagai predicktor. Sedangkan tingkah laku yang hendak diprediksi pada
umumnya disebut sebagai criterion.
Dalam membuat validasi prediksi, suatu tes biasanya mempunyai sekuensi
sebagai berikut. Pertama, mengidentifikasi dan mendefinisikan secara teliti
criterion yang hendak diinginkan. Kriteria yang terpilih harus mengukur validitas
terhadap tingkah laku yang diprediksi. Sebagai contoh misalnya, jika kita hendak
memprediksi mata kuliah matematika. Kelengkapan kehadiran kuliah satu
semester, menyelesaikan tugas-tugas yang diberikan dan mengikuti mid semester
dari kulih tersebut dapat digunakan sebagai indikator criterion. Sedangkan
mahasiswa yang tidak hadir dan tidak mengumpulkan tugas-tugasnya, skor penuh
yang diperoleh menunjukkan bahwa nilai tersebut tidak merefleksikan prediksi
keberhasilan.
Yang perlu diperhatikan ketika suatu criterion ditentukan oleh seorang peneliti
adalah bahwa dalam menentukan tercapainya suatu kriteria, apakah sebagian besar
mahasiswa yang mengambil mata kuliah tersebut dapat mencapai suatu kriteria
yang sudah ditentukan? Seberapa besar mahasiswa dapat mencapai kriteria dalam
suatu tes sering disebut sebagai rerata dasar atau baserate. Rerata dasar adalah
proporsi individual yang diharapkan dapat memenuhi criterion yang telah
ditentukan. Dalam penentuan criterion suatu objek, kita sebaiknya menghindari
criterion di mana nilai rerata dasarnya adalah sangat tinggi. Nilai rerata dasar
tinggi berarti sangat mudah. Sebaliknya jangan pula terjadi bahwa nilai rerata
dasar yang ada ternyata sangat rendah. Karena nilai rerata dasar rendah tidak lain
adalah menunjukkan bahwa nilai tes sangat sulit.
Ketika kriteria telah diidentifikasi dan ditentukan, prosedur selanjutnya adalah
menentukan validitas prediksi suatu tes dengan cara seperti berikut.
a. Buat item tes sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai.
b. Tentukan grup yang dijadikan subjek dalam pilot study.
c. Identifikasi criterion prediksi yang hendak dicapai.
d. Tunggu sampai tingkah laku yang diprediksi atau variabel criterion muncul
dan terpenuhi dalam grup yang telah ditentukan.
e. Capai ukuran-ukuran criterion tersebut.
f. Korelasikan dua set skor yang dihasilkan.

8
2.2 Reliabilitas

2.2.1 Pengertian Reliabilitas


Reliabilitas dalam KBBI diartikan sebagai perihal sesuatu yang bersifat
reliabel (bersifat andal), ketelitian, dan ketepatan teknik pengukuran. Beberapa ahli
mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian reliabilitas antara lain; Menurut
Sekaran, reliabilitas atau keandalan suatu pengukuran menunjukkan sejauh mana
pengukuran tersebut tanpa bias (bebas dari kesalahan) dank arena itu menjamin
pengukuran yang konsisten lintas waktu dan lintas beragam item dalam instrument.
Dengan kata lain, keandalan suatu pengukuran merupakan indikasi mengenai
stabilitas dan konsistensi di mana instrument mengukur konsep dan membantu
menilai “ketepatan” sebuah pengukuran, selanjutnya Groth-Marnat mendefinisikan
reliabilitas suatu test merujuk pada derajat stabilitas, konsistensi, daya prediksi, dan
akurasi. Ia melihat seberapa skor-skor yang diperoleh seseorang itu akan menjadi
sama jika orang itu diperiksa ulang dengan tes yang sama pada kesempatan berbeda,
sedangkan Menurut Sugiyono, instrumen yang reliabel adalah instrumen yang bila
digunakan beberapa kali untuk mengukur objek yang sama akan menghasilkan data
yang sama. Dari tiga definisi di atas jelas bahwa reliabilitas instrument terkait dengan
bebas dari bias (error free) dan konsistensi instrument.
Pengertian reliabilitas menunjuk pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang
diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan test yang
sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas mendasari kesalahan
ukuran yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu, sehingga susunan dari
kelompok mungkin berubah.
Reliabel lebih mudah dimengerti, dengan memperhatikan tiga aspek dari suatu
alat ukur, yaitu : kemantapan, ketepatan , dan homogenitas. Suatu instrumen
dikatakan mantap apabila dalam mengukur sesuatu berulang kali, dengan syarat
bahwa kondisi saat pengukuran tidak berubah, instrumen tersebut memberikan hasil
yang sama. Ketepatan menunjuk kepada instrumen yang tepat / benar dalam
mengukur dari sesuatu yang diukur. Instrumen yang tepat adalah instrumen dimana
pernyataannya jelas, mudah dimengerti dan rinci. Homogenitas, menunjuk kepada
instrumen yang mempunyai kaitan erat satu sama lain dalam unsur – unsur dasarnya.
Contoh, umpamanya kita menimbang badan kita pada suatu timbangan dan
jarum menunjukan angka 59. Tak lama kemudian kita coba timbangan itu, ternyata
menunjuk angka 63. Kita katakan bahwa terjadi kesalahan pengukuran , timbangan
tersebut tidak reabel.
Reliabilitas menunjuk pada satu pengertian bahwa sesuatu instrumen cukup
dapat dipercaya untuk digunakan sebagai alat pengumpul data karena instrumen
tersebut sudah baik. Instrumen yang baik tidak akan bersifat tendensius mengarahkan
responden untuk memilih jawaban-jawaban tertentu. Instumen yang sudah dapat
dipercaya, yang reliabel akan menghasilkan data yang dapat dipercaya juga. Apabila

9
datanya memang benar sesuai dengan kenyataannya, maka berapa kalipun diambil,
tetap akan sama. Reliabilitas menunjuk pada tingkat keterandalan sesuatu. Reliabel
artinya, dapat dipercaya, jadi dapat diandalkan.

2.2.2 Jenis – Jenis Reliabilitas


1. Koefisien Stabilitas
Cronbach menggunakan istilah Coefficient of stability (koefisien stabilitas)
test dimana terjadi kesalahan pengukuran dalam nilai test ketika diadakan testing
pada waktu tertentu ke jangka waktu berikutnya. Pengukuran semacam itu
menunjukan sampel dimana nilai-nilai suatu test itu mantap atau dipengaruhi
perubahan-perubahan kondisi dalam ingkungan test. Teknik yang dipergunakan
dalam menentukan corak reliabilitas semacam ini adalah metode test-retest yaitu
pengulangan test yang sama. Koefisien reliabilitas diperoleh melalui korelasi nilai
yang diperoleh orang-orang yang sama melalui dua kali administrasi test tertentu.
2. Koefisien Ekuivalen
Yang dimaksud dengan aspek reliabilitas yang ini adalah pengukuran yang
didasarkan atas perangkat item test yang ekuivalen ( artinya berbeda bentuk tetapi
sama isinya), yang masing-masing perangkatnya berdiri sendiri meskipun jumlah
tingkat kesukaran dan luas itemnya sama.
Metode yang dipakai dalam menyelidiki reliabilitas test ini adalah dengan
menggunakan dua bentuk test yang paralel ( ekuivalen). Syarat-syarat yang harus
dipenuhi dua test paralel :
a. Kriteria yang dipakai pada kedua test sama
b. Masing-masing test dikonstruksi sendiri
c. Jumlah item, isi, dan corak sama.
d. Tingkat kesukaran sama
Suatu teknik yang terkenal dalam menghitung ekuivalensi item melalui
administrasi satu test tunggal adalah teknik ;perhitungan reliabilitas Split-Half.
Split berrti membelah dan half berati separo. Test dibelah menjadi dua bagian
yang sama dengan menyatukan item test yang nomornya ganjil dalam belahan
pertama (X) dan yang nomornya genap dalam belahan kedua (Y). Angka yang
diperoleh pada test belahan X dikorelasikan dengan angka yang diperoleh pada
test belahan Y dengan menggunakan rumus Pearson:

r=
∑ ( XY )−N ( Mx )( My )
√¿¿

Keterangan :
r = koefisien korelasi
X = angka individu untuk test nomor item ganjil
Y = angka individu untuk test nomor genap
Mx = rata -rata X
My = rata -rata Y

10
N = Jumlah pengikut ujian
Koefisien korelasi yang diperoleh baru menunjukan reliabilitas setengah test.
Setelah kita memperoleh angka korelasi dari angka individu pada nomernomer
ganjil dan genap maka untuk mencari koefisien reliabilitas dari keseluruhan test
dipakai rumus Spearman Brown:

Keterangan :

ri = reliabilitas instrument

rb = indeks korelasi antara dua belahan instrument

N = banyaknya responden

X = belahan pertama

Y = belahan kedua

3. Homogenitas Item
Aspek reliabilitas yang terakhir ini menunjukan ketetapan dalam
penyelenggaraan suatu test tertentu menghadapi semua item. Suatu contoh
konkrit: bila suatu test terdiri dari bagian –bagian perbendaharaan kata, struktur
kalimat, dan tatabahasa, sedangkan test bahasa yang lain hanya berisi item-item
perbendaharaan kata-kata, maka jelas bahwa item-item test terakhir ini lebih
homogen dari pada test pertama sehingga prestasi individu pada test ke 1
merupakan prestasi terhadap test yang itemnya heterogen.
Ramalan test yang kriterianya homogen menghasilkan interprestasi yang lebih
paasti daripada yang sifatnya heterogen. Sebenarnya masalah ini lebih banyak
dicakup oleh konsep validitas daripada reliabilitas. Namun begitu ketetapan
(konsistensi) respon subyek terhadap semua item test dicari melalui teknik
perhitungan yang terkenal dengan nama: Kuder- Richardson. Teknik ini yang
menunjuk pada konsistensi item-item didasarkan atas administrasi satu test.
Rumus yang terkenal dengan teknik ini adalah sebagai berikut :

Rumus KR-20

11
Keterangan :

ri= reliabilitas instrument

k= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal st2 = varians total

pi = proporsi subjek yang menjawab betul pada suatu butir (proporsi subjek
yang mendapat skor 1)

pi = banyaknya subjek yang skornya 1 / N

qi = 1 – pi

Atau
Rumus KR-21

Keterangan :

k= banyaknya butir pertanyaan atau banyaknya soal

σ 2t = varians total

pp = skor rata-rata

2.2.3 Faktor Yang Mempengaruhi Reliabilitas

1. Banyaknya Butir Soal

Banyaknya soal pada instrumen ikut mempengaruhi derajat reliabilitas,


sebagaimana dinyatakan dalam rumus Spearman, Brown. Hubungan antara jumlah
butir dengan reliabilitas dapat dilihat pada keadaan berikut:

12
Gambaran diatas menunjukkan bahwa semakin tinggi tingkat reliabilitas
instrumen, semakin sedikit peningkatan yang terjadi akibat pelipatgandaan
butirnya. Makin banyak butir makin reliabel.

2. Range skor total

Makin besar range skor total, alat ukur makin reliabel, karena
menunjukkan bahwa subyek uji coba heterogen.

3. Homogenitas item

Soal yang memili homogenitas tinggi cenderung mengarah kepada


tingginya tingkat reliabilitas. Dua buah tes yang sama jumlah butir-butirnya akan
tetapi berbeda isinya, misal yang satu mengukur pengetahuan kebahasaan dan
yang lainnya mengukur kemampuan kimia, akan menghasilkan tingkat reliabilitas
yang berbeda. Tes kimia cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih
tinggi daripada tes kebahasaan karena segi isi kemampuan menyelesaikan soal
kimia lebih homogen daripada pengetahuan kebahasaan.Makin homogen aitem,
makin reliabel.

4. Waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan tes

Semakin terbatasnya waktu dalam pengerjaan tes, maka akan mendorong


tes cenderung memiliki reliabilitas yang tinggi.

5. Keseragaman kondisi pada saat tes diberikan

Kondisi pelaksanaan tes semakin seragam akan memunculkan reliabilitas


yang makin tinggi.

6. Kecocokan tingkat kesukaran terhadap peserta tes

Bahwa soal-soal dengan tingkat kesukaran sedang, cenderung lebih


reliable dibandingkan dengan soal-soal yang sangat sukar maupun sangat mudah.
Tingkat kesulitan butir soal, butir yang terlalu mudah atau terlalu sulit, reliabilitas
rendah. Tingkat kesulitan yang baik berkisar 0.25s/d 0.75.

13
7. Heteroginitas kelompok

Bahwa semakin heterogen kelompok dalam pengerjaan tes, maka tes


tersebut semakin cenderung untuk menunjukkan tingkat reliabilitas yang tinggi.

8. Variabilitas skor

Instrumen yang menghasilkan rentangan skor yang lebih luas atau lebih
tinggi variabilitasnya, akan memiliki tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada
yang menghasikan rentangan skor yang lebih sempit, seperti bentuk pilihan ganda
cenderung menghasilkan tingkat reliabilitas yang lebih tinggi daripada bentuk
benar- salah.

9. Motivasi individu

Masing-masing individu dalam mengerjakan suatu instrumen akan


mempengaruhi tingkat reliabilitas tersebut secara sungguh-sungguh sehingga
jawaban yang diberikan tidak akan mencerminkan kenyataan yang sebenarnya.

2.3 Uji Persyaratan Analisis Data Penelitian Infrensial


Pengujian prasyarat analisis, merupakan konsep dasar untuk menetapkan statistik
uji mana yang diperlukan, apakah uji menggunakan statistik parametrik atau non
parametrik. Uji prasyarat , yakni uji homogenitas variansi populasi dan uji normalitas
untuk sebaran data hasil penelitian.
1. Uji Homogenitas
Uji homogenitas digunakan untuk mengetahui apakah beberapa varian populasi
adalah sama atau tidak. Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis
independent sample t test dan Anova. Asumsi yang mendasari dalam analisis varian
(Anova) adalah bahwa varian dari populasi adalah sama. Uji kesamaan dua varians
digunakan untuk menguji apakah sebaran data tersebut homogen atau tidak, yaitu
dengan membandingkan kedua variansnya. Jika dua kelompok data atau lebih
mempunyai varians yang sama besarnya, maka uji homogenitas tidak perlu dilakukan
lagi karena datanya sudah dianggap homogen. Uji homogenitas dapat dilakukan
apabila kelompok data tersebut dalam distribusi normal. Uji homogenitas dilakukan
untuk menunjukkan bahwa perbedaan yang terjadi pada uji statistik parametrik
(misalnya uji t, Anava, Anacova ) benar-benar terjadi akibat adanya perbedaan antar
kelompok, bukan sebagai akibat perbedaan dalam kelompok. Uji homogenitas
variansi sangat diperlukan sebelum membandingkan dua kelompok atau lebih, agar
perbedaan yang ada bukan disebabkan oleh adanya perbedaan data dasar
(ketidakhomogenan kelompok yang dibandingkan). Salah satu rumus yang bisa
digunakan untuk uji homogenistas variansi, yaitu uji Harley.

14
Uji Harley merupakan uji homogenitas variansi yang sangat sederhana karena
cukup membandingkan variansi terbesar dengan variansi terkecil. Uji homogenitas
variansi dengan rumus Harley bisa digunakan jika jumlah sampel antar kelompok
sama Misal ada dua populasi normal dengan varians σ 12 dan σ 22. Akan diuji mengenai
uji dua pihak untuk pasangan hipotesis:
H ₀ : σ 12 = σ 22
H 1 : σ 12 ≠ σ
Statistik yang digunakan untuk menguji hipotesis H ₀ adalah :
varians terbesar
F=
varians terkecil
Dimana tolak H ₀ jika F hitung ≥ F 1/ 2a (v v )
1. 2

2. Uji Normalitas
Uji normalitas yang paling sederhana adalah membuat grafik distribusi frekuensi
atas skor yang ada. Pengujian kenormalan tergantung pada kemampuan kita dalam
mencermati plotting data. Jika jumlah data cukup banyak dan penyebarannya tidak
100% normal ( tidak normal sempurna), maka kesimpulan yang ditarik kemungkinan
akan salah. Pada saat sekarang ini sudah banyak cara yang dikembangkan para ahli
untuk melakukan pengujian normalitas. Salah satu rumus yang bisa digunakan untuk
uji normalitas, yaitu Uji Kolmogorov-Smirnov.
Uji Kolmogorov Smirnov Dalam uji Kolmogorov Smirnov hipotesis yang
diajukan adalah:
H ₀ : f(X) = normal
H 1 : f ( X ) ≠ normal
Langkah-langkah dari uji Kolmogorov Smirnov adalah:
a. Menentukan rata-rata dan standar deviasi data
b. Menyusun data dimulai dari yang terkecil diikuti dengan frekuensi masing-masing
, frekuensi kumulatif (F) dari masing-masing skor. Nilai Z ditentukan dengan
rumus;
X − X́
Z skor=
σ
Dimana :
X́ = rata – rata
σ =simpangan baku
σ =√ ∑ ¿ ¿ ¿ ¿

c. Tentukan Probabilitas dibawah nilai Z yang dapat dilihat pada table Z (P ≤ Z)


d. Tentukan nilai selisih masing- masing baris dan selisih masing-masing F/n = Fz
dengan P ≤ Z (nilai a 2) dan selisih masing – masing f/n dengan a 2 (nilai a 1)
e. Selanjutnya bandingkan nilai tertinggi daria 1 dengan Tabel Kolmogorov Smirnov.
f. Selanjutnya Kriteria Pengujian adalah:

15
Terima H ₀ jika a 1 maks ≤ D tabel
Tolak H ❑ jika a 1 maks > D tabel
0

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan
Validitas merupakan suatu ukuran yang menunjukkan tingkat-tingkat
kevalidan atau kesahihan suatu instrumen. Suatu instrumen yang valid atau sahih
mempunyai validitas tinggi. Sebaliknya, instrumen yang kurang valid bearti memiliki
validitas rendah. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila mampu mengukur apa
yang diinginkan. Sebuah instrumen dikatakan valid apabila dapat mengungkapakan
data dari variabel yang diteliti secara tepat. Tinggi rendahnya validitas instrumen
menunjukkan sejauh mana data yang terkumpul tidak menyimpang dari gambaran
tentang validitas yang dimaksud. Suatu instrumen dikatakan valid jika instrumen yang
digunakan dapat mengukur apa yang hendak diukur. Secara metodologis, validitas
suatu tes dapat dibedakan menjadi empat macam, yaitu validitas isi, konstruk, kriteria,
dan prediksi.
Pengertian reliabilitas menunjuk pada ketetapan (konsistensi) dari nilai yang
diperoleh sekelompok individu dalam kesempatan yang berbeda dengan test yang
sama ataupun yang itemnya ekuivalen. Konsep reliabilitas mendasari kesalahan
ukuran yang mungkin terjadi pada nilai tunggal tertentu, sehingga susunan dari
kelompok mungkin berubah. Reliabel lebih mudah dimengerti, dengan
memperhatikan tiga aspek dari suatu alat ukur, yaitu : kemantapan, ketepatan , dan
homogenitas.

B. Saran
Oleh karena pengujian ini merupakan suatu hal yang penting dalam suatu
penelitian, alangkah suatu keharusan untuk peneliti mampu memahami teori
pengujian maupun praktiknya. Karena dengan instrumen ataupun data yang valid dan
reliabel, tentu saja akan menghasilkan suatu kesimpulan penelitian yang berkualitas
yakni sesuai dengan fakta yang ada.

16
DAFTAR PUSTAKA

Matondang, Z. (2009). Validitas dan reliabilitas suatu instrumen penelitian. Jurnal


tabularasa, 6(1), 87-97.

Usmadi, U. (2020). PENGUJIAN PERSYARATAN ANALISIS (UJI HOMOGENITAS


DAN UJI NORMALITAS). Inovasi Pendidikan, 7(1).

Yusup, F. (2018). Uji validitas dan reliabilitas instrumen penelitian kuantitatif. Tarbiyah:


Jurnal Ilmiah Kependidikan, 7(1).

17

Anda mungkin juga menyukai