Anda di halaman 1dari 14

MENDESAIN RENCANA PENGEMBANGAN SEKOLAH

(Analisis Tantangan Sekolah, Penentuan Sasaran Sekolah, Identifikasi Fungsi – Fungsi,

dan Analisis SWOT)

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi Tugas Rutin

Mata Kuliah Manajemen Berbasis Sekolah

DOSEN PENGAMPU : Drs. ROBENHART TAMBA, M.Pd

Disusun Oleh :

KELOMPOK 8

LIDIA MALAU 1191111048

MIFTAHUL JANNAH 1192411023

PUTRI UTARI SIREGAR 1191111051

RIZKY PRATIWI 1191111059

PROGRAM STUDI S1 PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN MEDAN

OKTOBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah banyak
memberikan beribu-ribu nikmat kepada kita umatnya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul “Mendesain Rencana Pengembangan Sekolah (Rps)” ini.
Dalam upaya penyelesaian makalah ini kami telah banyak mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, kami ucapkan terimakasih kepada Bapak Drs.
Robenhart Tamba, M.Pd selaku dosen mata kuliah Manajemen Berbasis Sekolah. Dan atas
bimbingan beliau kami dapat menyelesaikan makalah ini.
Kami menyadari meskipun penulisan makalah ini telah kami upayakan seoptimal
mungkin tentu masih ada kekurangan maupun kekeliruan yang tidak sengaja. Untuk itu kritik
dan saran dari pembaca sangat diharapkan yang sifatnya membangun demi perbaikan dan
kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca umumnya dan
khususnya bagi penulis.

Medan, 25 Oktober 2021


Penyusun

Kelompok 8

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ................................................................................................................ i


DAFTAR ISI..............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN .......................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ................................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................... 2
C. Tujuan ............................................................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
A. Analisis Tantangan Sekolah ............................................................................................ 3
B. Penentuan Sasaran Sekolah............................................................................................. 6
C. Identifikasi Fungsi – Fungsi............................................................................................ 7
D. Analisis SWOT ............................................................................................................... 7
BAB III PENUTUP ................................................................................................................. 10
A. Kesimpulan ................................................................................................................... 10
B. Saran ............................................................................................................................. 10
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 11

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengembangan sekolah merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi
manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) merupakan salah satu wujud dari salah satu fungsi
manajemen sekolah yang amat penting yang harus dimiliki sekolah. RPS berfungsi
untuk memberi arah dan bimbingan bagi para pelaku sekolah dalam rangka menuju
tujuan sekolah yang lebih baik (peningkatan, pengembangan) dengan resiko yang kecil
dan untuk mengurangi ketidakpastian masa depan.
Pengembangan sekolah wajib dibuat oleh semua sekolah, baik yang termasuk
kelompok rintisan, potensial, nasional maupun internasional. Pengembangan sekolah
harus dimiliki oleh setiap sekolah sebagai panduan dalam penyelenggaraan pendidikan,
baik untuk jangka panjang (20 tahun), menengah (5 tahun) maupun pendek (satu tahun).
Diharapkan, semua jenis kelompok sekolah menggunakan format Rencana
Pengembangan Sekolah (RPS) yang sama. Perbedaannya terletak pada isi, kedalaman,
dan luasan atau cakupan program sesuai dengan kondisi sekolah dan tuntutan
masyarakat sekitarnya. Perbedaan lainnya adalah lama waktu pencapaian SNP. Bagi
sekolah yang memiliki potensi lebih tinggi dari pada sekolah lain akan dapat mencapai
SNP relatip lebih cepat. Demikian sebaliknya, bagi sekolah yang miskin potensi akan
lebih lamban dalam mencapai SNP. Namun demikian harapannya adalah semua
sekolah tersebut dalam kurun waktu tertentu mencapai SNP yang ditentukan oleh
pemerintah.
Demi optimalisasi penerapan MBS di sekolah maka penting disusun rencana
pengembangan sekolah yang teliti dan cermat. Rencana ini ditujukan dalam rangka
meningkatkan kemampuan sekolah dalam menghasilkan lulusan yang berkualitas,
perbaikan sarana prasarana pendidikan sekolah memiliki kunci pembelanjaan yang
tersedia dengan bijaksana. Selain dari pada itu rencana pengembangan ini penting
dalam rangka meningkatkan kepercayaan para pemangku kepentingan. Sebab hanya
dengan pola kemitraan bersama pihak pemangku kepentingan pengembangan sekolah
dapat berjalan secara optimal dan efektif.

1
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana analisis tantangan sekolah dalam Rencana Pengembangan Sekolah?
2. Bagaimana penentuan sasararan sekolah dalam Rencana Pengembangan Sekolah?
3. Bagaimana identifikasi fungsi – fungsi dalam Rencana Pengembangan Sekolah?
4. Bagaimana analisis SWOT dalam Rencana Pengembangan Sekolah?

C. Tujuan
Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari makalah ini adalah :
1. Mengetahui dan memahami analisis tantangan sekolah dalam Rencana
Pengembangan Sekolah.
2. Mengetahui dan memahami penentuan sasararan sekolah dalam Rencana
Pengembangan Sekolah.
3. Mengetahui dan memahami identifikasi fungsi – fungsi dalam Rencana
Pengembangan Sekolah.
4. Mengetahui dan memahami analisis SWOT dalam Rencana Pengembangan
Sekolah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Analisis Tantangan Sekolah

Tantang nyata sekolah adalah merupakan gap (kesenjangan) antara tujuan yang
ingin dicapai sekolah dengan kondisi sekolah saat ini. Tantangan nyata adalah selisih
(ketidaksesuaian) antara output sekolah saat ini dengan output sekolah yang diharapkan
di masa yang akan datang (tujuan sekolah). Besar kecilnya ketidak sesuaian antara
output sekolah saat ini (kenyataan) dengan output sekolah yang diharapkan (idealnya)
di masa yang akan datang memberitahukan besar kecilnya tantangan. Contoh tantangan
kualitas, misalnya, jika dalam tiga tahun kedepan dicanangkan tujuan sekolah untuk
mencapai GSA sebesar +2, sementara saat ini baru meneapai +0,4 berarti tantangan
nyata yang dihadapi sekolah adalah (+2) - (0,4) = (+1,6). Jika saat ini sekolah baru
mencapai juara ketiga pada KIR tingkat kabupaten, sedangkan tujuan sekolah ingin
menjadi juara pertama, maka tantangan nyata yang dihadapi sekolah adalah “dua
peringkar" yaitu dari juara ketiga menjadi juara pertama. Contoh tantangan
efektivitas;dari 300 orang siswa yang ikut Ujian Nasional (UN).yang lulus 270 orang,
sehingga tantangannya adalah 30 siswa atau 10 persen yaitu berasal dari 30 siswa dibagi
300 siswa. Output sekolah saat ini dapat dengan mudah diidentifikasikan, karena
tersedia datanya. Akan tetapi bagaimanakah caranya mengidentifikasikan output
sekolah yang yang diharapkan, sehingga output yang diharapkan tersebut cukup
realistis? Caranya, perlu dilakukan analisis prakiraan (foreeasting) lengkap dengan
asumsi-asumsinya untuk menemukan kecenderungan-kecenderungan yang diharapkan
di masa depan.

Tantangan nyata sekolah tidak selalu dirumuskan sebagai "rumusan


matematik". Misalnya sebuah sekolah mencantumkan salah satu tujuan pengembangan
sekolah 6 tahun ke depan adalah menjadi juara II pada LKIR tingkat nasional, pada saat
ini baru mencapai juara I tingkat kabupaten. Nah, dalam kasus seperti ini tantangan
tidak dapat dirumuskan secara matematik sederhana, karena juara II tingkat nasioual
tidak dapat dibandingkan langsung dengan juara I tingkat kabupaten. Yang dapat
dirumuskan adalah sekolah tersebut harus mampu melewati peringkat-peringkat finalis
tingkat provinsi, juara II, juara I tingkat provinsi, finalis tingkat nasional, juara III

3
tingkat nasional dan baru juara II tingkat nasional. Dalam bahasa statistika, peringkat
seperti itu disebut ordinal dan bukan interval, sehingga formula matematik tidak dapat
diterapkan secara langsung. Namun yang penting dapat dipahamni makna peningkatan
yang harus dilalui oleh sekolah.

Pada umumnya, tantangan nyata sekolah bersumber dari output sekolah yang
dapat dikategorikan menjadi empat hal, yakni :kualitas, produktivitas, efektivitas, dan
efisiensi.

1. Kualiatas,adalah gambaran dan karakterisitk menyeluruih dari barang atau jasa,


yang menunjukkan kemampuannya dalam memuaskan kebutuhan yang ditentukan
atau yang tersirat. Dalam konteks pendidikan, kualitas yang dimaksud adalah
kualitas output sekolah yang bersifat akademik (misal: Nilai UN, LKIR) dan non-
akademik (misal: olah raga dan kesenian). Mutu output sekolah dipengaruhi oleh
tingkat kesiapan input dan proses persekolahan.
2. Produktivitas adalah perbandingan antara output sekolah dengan input sekolah.
Baik output maupun input sekolah adalah dalam bentuk kuantitas. Kuantitas input
sekolah, misalnya jumlah guru, modal sekolah, bahan,energi. Kuantitas output
sekolah misalnya jumlah siswa yang lulus setiap tahunnya. Contoh produktivitas,
misalnya, jika tahun ini sebuah sekolah lebih banyak meluluskan siswanya dari
pada tahun lalu dengan input yang sama (jumlah guru, fasilitas, dsb), maka dapat
dikatakan bahwa tahun ini sekolah tersebut lebih produktif dari pada tahun
sebelumnya.
3. Efektivitas adalah ukuran yang menyatakan sejauh mana tujuan (kualitas, kuantitas,
dan waktu) telah dicapai. Dalam bentuk persamaan, efektivitas sama dengan hasil
nyata dibagi hasil yang diharapkan. Misalnya, nilai UN idealnya berjumlah 60,
namun yang diperoleh siswa hanya 45, maka efektivitasnya adalah 45-60=75%.
4. Efesiensi dapat diklasifikasikan menjadi dua yaitu efisiensi intenal dan efisiensi
ekstemal. Efisensi internal menunjuk kepada hubungan antara output sekolah
(pencapaian prestasi belajar) dan input (sumber daya) yang digunakan untuk
memproses/ menghasilkan output sekolah. Efisiensi interal sekolah biasanya diukur
dengan biaya-efiktivitas. Setiap penilaian biaya-efektivitas selalu memerlukan dua
hal, yaitu penilaian ekonomi untuk mengukur biaya masukan (input) dan penilaian
hasil pembelajaran (prestasi belajar, lama belajar, angka putus sekolah). Misalnya

4
jika dengan biaya yang sama, tetapi nilai UN tahun ini lebih baik dari pada nilai UN
tahun lalu, maka dapat dikatakan bahwa tahun ini sekolah yang bersangkutan lebih
efisien secara internal dari pada tahun lalu. Efisiensi ekstemal adalah hubungan
antara biaya yang digunakan untuk menghasilkan tamatan dan keuntungan
kumulatif (individu, sosial, ekonomi, dan non-ekonomi) yang didapat setelah pada
kurun waktu yang panjang di luar sekolah. Analisis biaya-manfaat merupakan alat
utama untuk mengukur efisiensi eksternal. Misalnya, dua sekolah SMTA I dan
SMTA 2 dengan menggunakan biaya yang sama setiap tahunnya, tetapi lulusan
SMTA I mendapatkan upah yang lebih besar dari pada lulusan SMTA 2 setelah
mereka bekerja. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa lulusan SMTA I lebih
efisien secara eksternal dari pada SMTA 2.

Pada organisasi besar, misalnya perusahaan atau departemen tertentu, sesudah


tujuan dirumuskan dilanjutkan dengan merumuskan strategi perusahaan/ organisasi/
departemen. Strategi dalam hal ini dimaksudkan sebagai “langkah besar” untuk
mencapai tujuan. Dalam menyusun strategi, di samping mengacu kepada tujuan, juga
harus diperhatikan kondisi sekolah saat ini, khususnya kekuatan dan peluang apa yang
dapat digunakan. Misalnya sebuah sekolah yang berada di lingkungan masyarakat yang
secara sosial ekonomni sangat bagus, sementara anggaran pemerintah belum bagus,
merumuskan stralegi untuk mencapai tujuan sekolah adalah "menggalang partisipasi
orang tua dan masyarakal". Sekolah lain yang merasa jumlah dan kualifikasi tenaga
guru cukup baik, namun prestasi akademik siswa temyata rendah, melakukan analisis
dan menemukan bahwa kondisi kerja di sekolah merupakan salah satu faktor penentu
motivasi kerja guru dan akhimya berujung pada mutu hasil belajar. Oleh karena itu,
sekolah tersebut merumuskan salah satu strateginya adalah“meningkatkan iklim kerja
sekolah”. Jadi strategi harus memperhatikan hasil evaluasi din atau profil sekolah.

Untuk sekolah,mungkin strategi seperti tersebut di atas tidak harus dirumuskan


seeara khusus. Namun perlu dipikirkan pada saat menentukan alternatif langkah-
langkah pengetasan masalah (butir 8) dan penyusunan renceana dan program sekolah
(butir 9), sebaiknya kedua langkah tersebut memperhatikan strategi dasar sekolah
dalam mencapai tujuan yang diinginkan.

5
B. Penentuan Sasaran Sekolah

Sasaran dapat diartikan sebagai tujuan jangka pendek atau tujuan situasional
sekolah Sebutan tujuan situasional mengingatkan bahwa tujuan sekolah dirumuskan
dengan bertolak dari hasil pengamatan atas situasi sekolah. Keterangan “situasi"
memberitahukan tantangan nyata yang dihadapi oleh sekolah saat ini. Dengan latar
belakang seperti itu, maka yang dimaksud dengan sasaran/ tujuan situasional adalah
tujuan yang dirumuskan dengan memperhitungkan tantangan yang nyata dihadapi oleh
sekolah.

Berdasarkan pada tantangan nyata yang telah dianalisis, dirumuskanlah sasaran


atau target mutu yang akan dicapai oleh sekolah. Sasaran harus menggambarkan mutu
dan kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi
keberhasilannya. Meskipun sasaran dirumuskan berdasarkan tantangan nyata yang
dihadapi sekolah, namun perumusan sasaran tersebut harus tetap mengacu pada visi,
misi, dan tujuan sekolah yang telah diuumuskan sebelumnya. Visi, Misi, dan Tujuan
Sekolah merupakan sumber pengertian (sumber referensi) bagi perumusan sasaran
sekolah.

Sasaran direncanakan untuk waktu yang relatif pendek, misalnya untuk satu
tahun pelajaran. Dengan demikian sasaran pada dasarnya adalah tahapan untuk
mencapai tujuan sekolah. Ketika menentukan sasaran, prioritas sasaran harus
dipertimbangkan secara sungguh- sungguh. Misalnya, sekolah rnencanangkan tujuan
yang mencakup tiga aspek, maka sekolah perlu menyusun prioritas, apakah ketiga
aspek tersebut akan digarap pada tahun pertama, atau hanya beberapa aspek saja
berdasarkan pertimbangan kondisi dan kemampuan sekolah. Sebagai contoh, sebuah
sekolah memutuskan ingin menggarap ketiga aspek dari delapan aspek yang tereantum
dalam tujuan, meskipun baru pada tahap awal. Oleh karena itu, sekolah tersebut
menetapkan sasaran sekolah untuk tahun ajaran 2021 – 2022 sebagai berikut:

1. Rata-rata GSA + 0,40 (plus nol koma empat)


2. Jumlah lulusan yang melanjutkan studi ke sekolah unggul di atasnya minimal
30 persen
3. Memiliki tim kesenian yang terlatih secara teratur dan mengadakan pentas di
sekolah.

6
C. Identifikasi Fungsi – Fungsi

Setelah sasaran sekolah ditentukan berdasarkan situasi sekolah selanjutnya


dilakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut.
Fungsi yang diidentifikasi adalah bidang-bidang garapan manajemen pendidikan.
Bidang (substansi) garapan yang menjadi fungsi yang dimaksud meliputi
pengembangan kurikulum dan proses belajar mengajar, peserta didik, personalia
(ketenagaan), sarana dan prasarana, penanganan, layanan khusus, ketatausahaan, dan
hubungan sekolah dengan masyarakat.

Identifikasi fungsi ini sebagai persiapan dalam melakukan analisis SWOT


(Strength,Weakness, Opportunity,and Threat). Fungsi yang dimaksud, misalnya untuk
meningkatkan skor (GSA) adalah fungsi (bidang garapan) proses belajar mengajar
(PBM) dan pendukung PBM, sepertI ketenagaan, kesiswaan, kurikulum, pereneanaan
instruksional, sarana dan prasarana,serta hubungan sekolah dengan masyarakat. Selain
itu terdapal pula fungsi- fungsi yang tidak terkait langsung dengan proses belajar
mengajar, di antaranya pengelolaan keuangan dan pengembangan iklim akademik
sekolah.

Apabila sekolah keliru dalam menetapkan fungsi-fungsi tersebut atau fungsi


tidak sesuai dengan sasarannya, maka dapat dipastikan hasil analisis akan menyimpang
dan tidak berguna untuk memecahkan persoalan. Untuk itu, diperlukan kecermatan dan
kehati-hatian dalam menentukan fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai
sasaran yang ditentukan. Pada setiap fungsi ditentukan pula faktor-faktornya, baik
faktor yang tergolong internal maupun eksternal agar setiap fungsi memiliki batasan
yang jelas dan memudahkan saat melakukan analisis. Fungsi-fungsi yang perlu
diidentifikasikan adalah fungsi-fungsi manajeren yang didesentralisasikan yang-terdiri
dari depalan fungsi seperti telah dikemukakn sebelumnya.

D. Analisis SWOT

Analisis SWOT adalah suatu kajian tentang profil lembaga yang mencoba
menganalisis dan sekaligus menggambarkan kelebihan-kelebihan dan kelemahan-
kelemahan yang dihadapi sehingga dapat dipikirkan peluang-peluang dalam mencapai
sasaran yang telah ditetapkan dengan mengupayakan berbagai cara untuk menghadapi
ancaman-ancaman bila Sasaran Sekolah tidak tercapai.

7
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan
setiap fungsi dari keseluruhan bidang (substansi) manajemen pendidikan yang
diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan
fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-masing faktor yang terlibat pada setiap
fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi
tersebut baik faktor internal maupun ekstenal. Yang dimaksud dengan kriteria kesiapan
faktor adalah faktor yang memenuhi kriteria/ standar untuk mencapai sasaran/tujuan
situasional. Faktor yang memenuhi kriteria atau standar standar ini ditemukan melalui
perhitungan-perhitungan atau pertimbangan-pertimbangan yang bersumber pada
pencapaian sasaran.

Faktor intemal adalah faktor-faktor pada setiap fungsi yang berada didalam
kewenangan sekolah. Sedangkan faktor ekstemal adalah faktor-faktor pada setiap
fungsi yang berada di luar kewenangan sekolah. Misalnya untuk fungsi proses belajar
mengajar yang terdiri dari banyak faktor,satu diantaranya perilaku mengajar guru
(faktor internal) dan satu lagi lainnya kondisi lingkungan sosial masyarakat (faktor
eksternal). Perilaku mengajar guru digolongkan faktor intemal karena sekiranya
perilaku tersebut perlu diubah, masih dalam kewenangan sekolah. Sebaliknya, kondisi
lingkungan sosial masyarakat digolongkan sebagai faktor eksternal karena sekiranya
kondisi tersebut ingin diubah, maka hal tersebut di luar kewenangan sekolah. Dalam
melakukan analisis terhadap fungsi dan faktor-faktomya, maka berlaku ketentuan
berikut:

"untuk tingkat kesiapan memadai, artinya minimal memenuhi kriteria kesiapan


yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan sebagai kekuatan bagi fakior
internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan tingkat kesiapan yang kurang
memadai artinrya tidak memenuhi kriteria kesiapan minimal. dinyatakan sebagai
kelemahan bagi fakror internal atau ancaman bagi fakior eksternal. Untuk
mienentukan kriteria kesiapan diperlukan kecermatan, kehatia-hatian, pengelahian
dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan yang tepat”.

Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor
eksternal yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama
masih adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang telah
ditetapkan diduga tidak dapat tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran sekolah dapat

8
tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi
siap.Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan masalah yang pada
hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan dan ancaman agar menjadi
kekuatan atau peluang.

Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah


selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan.yakni
tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang
siap dan mengoptimalkan fungsi yang dinyatakan siap.

Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan
lainnya, maka altematif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda,
disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah
tersebul. Dengan kata lain,sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah
pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama.

Sebagai contoh, untuk sasaran sekolah (rata-rata GSA) mencapai minimal 0,40
maka harus ditentukan fungsi-fungsi apa saja berikut faktor-faktornya yang berperan
penting dalam mencapai sasaran tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi diri dan
pengalaman sebelumnya, diidenaifikasikan bahwa fungsi yang berperan untuk
meningkatkan GSA adalah fungsi proses belajar mengajar yang didukung oleh fungsi
ketenagaan,dan fungsi sarana belajar. Berdasarkan pada fungsi yang telah
diidentifikasikan tersebut, maka ditemukan faktor-faktor yang berpengaruh baik
intemal maupun ekstemal Setelah ditemukan faktor-faktor terseout lalu dianalisis
dengan memasukkannya ke dalam tabel analisis SWOT.

9
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Tantangan nyata adalah selisih (ketidaksesuaian) antara output sekolah saat ini
dengan output sekolah yang diharapkan di masa yang akan datang (tujuan sekolah).
Besar kecilnya ketidak sesuaian antara output sekolah saat ini (kenyataan) dengan
output sekolah yang diharapkan (idealnya) di masa yang akan datang memberitahukan
besar kecilnya tantangan. Pada umumnya, tantangan nyata sekolah bersumber dari
output sekolah yang dapat dikategorikan menjadi empat hal, yakni :kualitas,
produktivitas, efektivitas, dan efisiensi.

Berdasarkan pada tantangan nyata yang telah dianalisis, dirumuskanlah sasaran


atau target mutu yang akan dicapai oleh sekolah. Sasaran harus menggambarkan mutu
dan kuantitas yang ingin dicapai dan terukur agar mudah melakukan evaluasi
keberhasilannya.

Setelah sasaran sekolah ditentukan berdasarkan situasi sekolah selanjutnya


dilakukan identifikasi fungsi-fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran tersebut
Fungsi yang diidentifikasi adalah bidang-bidang garapan manajemen pendidikan.

Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan masing-
masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan terhadap
keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut baik faktor internal maupun ekstenal.
Yang dimaksud dengan kriteria kesiapan faktor adalah faktor yang memenuhi kriteria/
standar untuk mencapai sasaran/tujuan situasional. Faktor yang memenuhi kriteria atau
standar standar ini ditemukan melalui perhitungan-perhitungan atau pertimbangan-
pertimbangan yang bersumber pada pencapaian sasaran.

B. Saran
Demikianlah makalah yang sederhana yang masih banyak kekurangan di sana
sini. Oleh karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
perbaikan makalah ini.

10
DAFTAR PUSTAKA

Mukhtar, R. (2015). Rencana pengembangan sekolah. Manajer Pendidikan, 9(3).

Muhaimin, M. A. (2015). Manajemen Pendidikan (Aplikasinya dalam Penyusunan Rencana


Pengembangan Sekolah/Madrasah). Prenada Media.

Sagala, S. (2013). Menyusun rencana pengembangan sekolah dengan prinsip partisipatif


transparan dan akuntabel. -.

11

Anda mungkin juga menyukai