3
Harun Nasution, Filsafat Dan Mistisisme
Dalam Islam, (Jakarta: Bulan Bintang, 1973),
hlm. 41.
Al-Ghazali pergi ke kota menghabiskan waktunya untuk
Baghdad pada tahun 484 H/1090 M. berkhalwah dan beribadah serta i’tikaf
Al-Ghazali pergi untuk mengajar pada di Mesjid kota ini, mengurung diri di
Madrasah Nizamiyah di kota itu. Ia menara Mesjid pada waktu siang hari.
melaksanakan tugasnya dengan baik Kemudian ia berpindah ke Baitul
sekali, sehingga banyak para penuntut Maqdis untuk melanjutkan khalwah
ilmu memadati halkahnya. Namanya dan ibadahnya kepada Allah Swt. Pada
menjadi lebih dikenal di kawasan itu masa ini timbullah gerak hatinya untuk
karena berbagai fatwa agama yang naik haji, lalu ia pergi ke Mekkah dan
dikeluarkannya. Disamping mengajar selanjutnya ke Madinah untuk ziarah
ia mulai berpikir dan menulis dalam ke Makam nabi setelah lebih dulu ia
ilmu fikih dan al-kalam dan juga kitab- menziarahi makam nabi Ibrahim di
kitab yang berisi sanggahan terhadap Qudus. Setelah lebih kurang sepuluh
aliran-aliran Batiniyyah, Ismailiyyah tahun mondar-mandir di Negeri Syam,
dan falsafah. Akan tetapi, ia mulai Baitul Maqdis dan Hijaz, maka pada
mengalami krisis rohani pada tahun tahun 499 H/1106 M. Al-Ghazali
488 H/1098 M yakni krisis keraguan kembali kembali ke Naisabur atas
yang meliputi akidah dan semua jenis desakan Fakhrul Muluk anak
ma’rifah, baik yang empiris maupun Nizhamul Muluk untuk mengajar di
yang rasional. Krisis itu tidak lebih Madrasah Nizamiyah kota itu4.
daripada dua bulan. Setelah itu, ia
Setelah Al-Ghazali kembali
memperdalam ilmu tentang sekte-
untuk mengajar di Madrasah
sekte teology, ilmu kalam, falsafah
Nizamiyah itu. Kemudian beliau
serta menulis berbagai kitab dalam
memperdalam ilmunya dibawah
bidang falsafah, batiniyyah, fikih dan
bimbingan Imam Haramain. Pada
lain-lain. Namun, Al-Ghazali tidak
Madrasah ini Al-Ghazali mengkaji
merasa puas dengan kerjanya itu, lalu
berbagai macam ilmu pengetahuan.
ia meninggalkan kota Baghdad menuju
Kemudian beliau diangkat sebagai
Damaskus, ia tinggal disana lebih
kurang dua tahun, dalam masa ini ia
4
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta:
PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 98.
pemimpin madrasah tersebut, setelah penelititian terakhir yang dilakukan
meninggalnya gurunya, walaupun dalam waktu yang relatif lama dan
gurunya telah meninggal dunia, beliau dengan sangat teliti dan cermat sekali,
tetap bertahan disana untuk seraya menunjukkan kitab-kitab karya
melanjutkan tugasnya lebih kurang Al-Ghazali yang sudah diterbitkan dan
selama empat tahun5. diterjemahkan dan juga yang masih
dalam bentuk naskah yang tersimpan
Pada tahun 500 H/1107 M, Al-
pada berbagai perpustakaan di Negeri-
Ghazali kembali ke rumah asalnya di
negeri Arab dan Eropa, serta suatu
Thus, dimana ia menghabiskan sisa
pemaparan singkat tentang kandungan
umurnya untuk membaca Al-qur’an,
masing-masing kitab, Abdurrahman
hadist, dan mengajar. Di sebelah
Badawi telah berhasil menulis suatu
rumahnya ia membangun Madrasah
kitab khusus tentang karangan Al-
untuk para penuntut ilmu dan tempat
Ghazali yang berjudul Mu’allafat Al-
khalwat bagi para sufi. Kemudian AL-
Ghazali. Buku ini ditulis dalam rangka
Ghazali wafat pada hari Senin 14
seminar yang diadakan pada tahun
Jumadil Akhir tahun 505 H/18
1961 di Damaskus untuk
Desember 1111 M. Al-Ghazali wafat
memperingati tahun kelahiran Al-
di tempat asalnya Thus dalam usia
Ghazali yang kesembilan ratus. Dalam
lima puluh lima tahun dengan
buku tersebut, Abdurrahman Badawi
meninggalkan sejumlah anak
mengklasifikasikan kitab-kitab yang
perempuan. Hujjatul Islam Imam Al-
ada hubungannya dengan karya Al-
Ghazali adalah seorang ulama dan
Ghazali dalam tiga kelompok pertama,
pemikir besar dalam dunia Islam yang
kelompok kitab yang dapat dipastikan
sangat produktif dalam menulis.
sebagai karya Al-Ghazali terdiri atas
Jumlah kitab yang ditulisnya sampai
tujuh puluh dua kitab. Kedua,
kini belum disepakati secara definitif
kelompok kitab yang diragukan
oleh penulis sejarahnya. Dalam suatu
sebagai karyanya terdiri atas dua puluh
dua kitab. Ketiga, kelompok kitab
5
Yusliadi, Yusliadi, “Hakekat Ilmu Dalam
Perspektif Al-Ghazali” yang dapat dipastikan bukan karyanya
(www.researchgate.net/publication)
terdiri atas tiga puluh satu kitab. tasawuf sebagai metode terbaik dan
Kitab-kitab yang ditulis oleh Imam Al- mampu mencapai kebenaran absolute.
Ghazali meliputi berbagai bidang ilmu Al-Ghazali akhirnya dikenal sebagai
pada zaman itu, seperti : Al-qur’an, seorang sufi dan menulis karya
akidah, ilmu, kalam, ushul fikih, fikih, tasawuf berpengaruh, bahkan sampai
tasawuf, mantik, falsafah, kebatinan ke Indonesia itulah karyanya yang
dan lain-lain. Diantara karya Al- berjudul Ihya’u Ulmuddin. Salah satu
Ghazali yang banyak dibaca orang dan karya Al-Ghazali terkenal yaitu
sekaligus telah membuatnya secara Maqashid al-Falasifah dan Tahafut al-
dominan pengaruhnya dalam Falasifah. Kitab Maqashid al-Falasifah
pemikiran umat Islam adalah : Tahafut berisikan pokok-pokok pikiran para
al-Falasifah (keruntuhan para filosof), filsuf peripatetic. Setelah menulis
Ihya’u Ulmuddin (menghayati ilmu-ilmu Maqashid al-Falasifah, Al-Ghazali
agama), Al-Munqidz Mina’adh Dhalal6. menulis Tahafut al-Falasifah yang
berisikan kecaman dan kritikan
Karya-karya Al-Ghazali selain
terhadap pemikiran para filsuf Muslim
dari yang tiga itu yaitu : Al-Iqtishad fi
seperti al-Farabi dan Ibn Sina. Dalam
Al-I’tiqad, Jawahir Qur’an, Mizan al-
Tahafut al-Falasifah, Al-Ghazali
‘Amal dan masih banyak lagi yang
mengkritisi 20 pendapat para filsuf.
lain7.
Menurut Al-Ghazali, 17 pendapat
Dalam kitab Al-Munqidz membuat para filsuf disebut ahli
Mina’adh Dhalal , Al-Ghazali bid’ah, sedangkan 3 pendapat
menyatakan secara tegas bahwa para membuat para filsuf menjadi kafir.
teolog, ahli kebatinan, dan para filsuf Ketiga pendapat filsuf Muslim yang
telah membuat kekeliruan dan tidak dikafirkan al-Ghazali adalah pendapat
mampu menemukan kebenaran sejati. filsuf bahwa alam bersifat kekal
Akhirnya Al-Ghazali meyakini metode (qadim), pendapat filsuf bahwa tuhan
tidak mengetahui hal-hal partikular,
6
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, (Jakarta: pendapat filsuf bahwa kebangkitan
PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 99.
7
Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al- jasmani mustahil, tetapi kebangkitan
Ghazali”. Akhlak dan Tasawuf, vol. 2 No. 1,
2016, 153.
hanya kebangkitan ruhani, bukan mendalam, sehingga ia berhak disebut
jasmani. Al-Ghazali dikenal juga sebagai seorang filosof, kendatipun ia
sebagai kritikus filsafat peripatetik al- sendiri tidak rela. Kitab yang berjudul
Farabi dan Ibn Sina8. Maqashid al-Falasifah (maksud para
filosof) adalah suatu bukti nyata atas
Maksud dari Al-Ghazali
pemahaman yang mendalam terhadap
dikenal sebagai kritikus disini, harus
ilmu falsafah, sedangkan kitabnya yang
dipahami bahwasanya Al-Ghazali
berjudul Tahafut al-Falasifah
hanya mengkritik kesimpulan-
(keruntuhan para filosof) adalah dalil
kesimpulan para filsuf peripatetik
lain atas kemampuannya yang luar
awal, dan meragukan bahkan menolak
biasa dalam mengkritik teori dan
pendekatan rasional dalam
pemikiran para filosof. Dalam kitab al-
menemukan kebenaran, dan akhirnya
Munqidz mina’adh Dhalal (pembebas
ia lebih mempercayai pendekatan
dari kesesatan), Al-Ghazali
intuitif sebagai metode terbaik dalam
menyatakan bahwa para filosof yang
mendapatkan ilmu dan kebenaran.
menganut berbagai mazhab dan yang
Filsafat pasca Al-Ghazali tidak sekedar
membawa pemikiran yang berciri
disiplin ilmu rasional, melainkan
kekufuran dapat dibagi menjadi tiga
pemaduan antara syariat, filsafat, dan
golongan :
tasawuf9.
a) Golongan Atheis (al-
Dahriyyah)
Golongan ini mengingkari
PEMIKIRAN AL-GHAZALI
adanya Tuhan, Pencipta alam semesta.
1. Al-Ghazali dan Falsafah
Kata mereka, ala mini telah ada
Sebagai yang digelar sebagai
dengan sendirinya sejak semula.
Hujjatul Islam, Al-Ghazali telah
Seperti halnya hewan berasal sejak
menguasai ilmu falsafah dengan sangat
dahulu dari mani dan mani dari hewan
tanpa kesudahan lingkarannya,
8
Al-Rasyidin dan Ja’far, Filsafat Ilmu Dalam
Tradisi Islam, (Medan: Perdana Publishing, demikian pula halnya ala mini.
2015), hlm. 47.
9
Al-Rasyidin dan Ja’far, Filsafat Ilmu Dalam Golongan ini adalah Zindik.
Tradisi Islam, (Medan: Perdana Publishing,
2015), hlm. 48.
b) Golongan Naturalis (ath- yang berasal darinya dianggap oleh Al-
Thabi’iyyah) Ghazali sebagai kekufuran. Dalam
Golongan ini memusatkan bidang ketuhanan, kata Al-Ghazali
pembahasannya pada alam pendapat para filosof banyak
fisika,terutama hewan dan tumbuh- bertentangan dengan agama Islam
tumbuhan. Keajaiban yang mereka sehingga wajib ditolak. Untuk maksud
temukan dalam pembahasan masalah ini, ia menulis buku khusus Tahafut al-
ini telah membuat mereka mengakui Falasifah, dimana ia mengemukakan
adanya pencipta yang maha bijaksana. dua puluh masalah yang tidak sesuai
Hanya karena dugaan bahwa daya dengan ajaran Islam, tujuh belas
berpikir pada manusia mengikuti masalah dipandang bid’ah dan tiga
temperamennya. Sehingga ia akan masalah dipandang sebagai
musnah karena kekufuran11.
lenyapnyatemperamennya itu, maka Perincian dua puluh masalah
mereka berpendapat bahwa jiwa akan tersebut seperti dalam kitab Tahafut
fana, tidak akan kembali lagi. Akibat dapat dibagi sebagai berikut :
dari itu, mereka mengingkari adanya 1) Hubungan Allah Swt dengan
hari akhirat, surga dan neraka. alam. Masalah ini mencakup
Golongan ini juga termasuk Zindik10. empat masalah yang pertama :
c) Golongan Theis (al-Ilahiyyah) kadimnya alam, keabadian alam
Golongan ini muncul dari dua dan zaman, Allah pencipta dan
golongan tersebut, Aristoteles telah pembuat alam dan
menyanggah pemikiran para filosof ketidakmampuan
sebelumnya, tapi ia sendiri tidak dapat membuktikan adanya pembuat
membebaskan diri dari sisa-sisa alam.
kekufuran mereka, sehingga ia juga 2) Keesaan dan ketidak mampuan
termasuk orang kafir dan juga para membuktikannya (masalah
pengikutnya. Namun, tidak semua kelima)
10
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 100. 11
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 101.
3) Sifat-sifat Ilahi (masalah berpendapat pembawa bid’ah dari
keenam sampai dengan kedua golongan Islam, maka itu kafir12.
belas) 2. Metafisika
4) Mengetahui hal-hal yang kecil a. Dalil Wujud Allah
(masalah ketiga belas) Sebagai halnya ulama kalam,
5) Masalah falak dan alam Al-Ghazali mengemukakan sejumlah
(masalah keempat belas sampai dalil tentang wujud Allah Swt. Dalil
keenam belas) tersebut dapat disimpulkan pada dalil
6) Sebab-akibat (masalah ketujuh agama dan dalil akal. Dalil agama ialah
belas) berdasarkan pemahaman terhadap
7) Jiwa manusia (masalah kandungan ayat-ayat Al-qur’an,
kedelapan belas dan sedangkan dalil akal ia membedakan
kesembilan belas) Allah dengan alam13.
8) Kebangkitan jasad pada hari b. Dzat dan Sifat
akhirat (masalah kedua puluh) Menurut Al-Ghazali, ilmu yang
Pada bagian penutup kitab sangat tinggi martabatnya ialah
tersebut, Al-Ghazali mengkafirkan mengenal Allah dengan mengetahui
para filosof dalam tiga masalah : dzat, sifat, dan af’alnya (perbuatan)14.
kekadiman alam, Allah tidak c. Af’alul –Lah
mengetahui hal-hal yang kecil dan Maksudnya ialah perbuatan
pengingkaran kebangkitan jasad pada Allah Swt yang berwujud penciptaan
hari akhirat. Keputusan ini dipaparkan segala sesuatu di alam ini. Al-Ghazali
hanya dalam satu halaman. Katanya, telah membahasnya secara terperinci
dalam masalah-masalah tersebut jelas yaitu segala yang baharu adalah
kekufurannya yang tidak ada satu ciptaan Allah Swt tidak ada pencipta
golongan pun dari umat Islam
menganutnya. Adapun masalah lain,
12
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,
Al-Ghazali memandangnya sebagai hal
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 102.
yang berciri bid’ah, maka siapa yang 13
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 107.
14
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 108.
selainnya. Allah adalah pencipta segala Allah Swt karena ma’rifah berarti
sesuatu15. hadir bersama-Nya dan musyahadah
3. Fisika kepada-Nya. Menurut Al-Ghazali,
Al-Ghazali mengatakan bahwa sarana ma’rifah adalah qalbu,
alam ini dua jenis, yaitu alam rohani bukannya perasaan dan bukan pula
dan jasmani atau alam akali dan alam akal budi. Qalbu menurutnya
empiris. Alam pertama adalah alam bukanlah bagian tubuh yang dikenal
hakiki dan alam mulk adalah alam terletak pada bagian tubuh. Qalbu
bayangan16. menurut Al-Ghazali bagaikan cermin,
4. Jalan (at-Thariq) jika cermin qalbu tidak bening, maka
Menurut Al-Ghazali, ada ia tidak memantulkan realitas ilmu18.
beberapa maqamat yang harus dilalui 6. Akhlak
oleh seorang calon sufi. Pertama, Al-Ghazali membangun
taubat mencakup tiga hal : ilmu, sikap, pemikirannya tentang ilmu akhlak atas
dan tindakan. Kedua, Sabar, Al- dasar ajaran Islam yang berciri mistik.
Ghazali menyebutkan ada tiga daya Dan seperti telah dibuat di muka
dalam jiwa manusia, yaitu daya nalar, bahwa ilmu penegetahuan dan
daya yang memotivasi untuk berbuat konsepsinya, dibagi kepada ilmu
baik dan yang melahirkan dorongan muamalah dan ilmu mukasyafah. Ilmu
berbuat jahat. Ketiga, kefakiran yaitu muamalah adalah ilmu akhlak, yakni
berusaha untuk menghindarkan diri membahas tingkah laku amaliah
dari hal-hal yang diperlukan. Keempat, manusia. Dan untuk keperluan ini, Al-
zuhud. Kelima, tawakkal17. Ghazali menulis dalam kitabnya Ihya’u
5. Ma’rifah Ulmuddin. Dalam kitab ini ditulis ada
Ma’rifah kepada Allah Swt empat masalah yaitu : bagian ibadah
dengan sendirinya adalah zikir kepada (rubu al-‘ibadah), bagian adat istiadat
(rubu al-‘adah), bagian yang
15
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, membinasakan (rubu al-muhlikat),
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 110.
16
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 113.
17
Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al- 18
Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al-
Ghazali”. Akhlak dan Tasawuf, vol. 2 No. 1, Ghazali”. Akhlak dan Tasawuf, vol. 2 No. 1,
2016, 153. 2016, 155.
bagian yang menyelamatkan (rubu ‘al- tercipta untuknya. Seperti kenikmatan
munajjiyat). Akhlak menurut Al- mata, telinga, hati dan sebagainya20.
Ghazali mempunyai tiga dimensi yaitu: 8. Tingkatan Manusia
dimensi diri, yakni orang dengan Al-Ghazali memandang
dirinya dan tuhannya seperti ibadah manusia ada tiga golongan yaitu kaum
dan sholat, dimensi sosial, yakni awam, cara berfikirnya sederhana
masyarakat, pemerintah dan sekali, kaum pilihan yaitu akalnya
pergaulannya dengan sesamanya, tajam dan berfikirnya secara
dimensi metafisis, yakni akidah dan mendalam, kemudian, kaum ahli
pegangan dasarnya19. debat. Kaum awam dengan daya
7. Kebahagiaan akalnya yang sederhana tidak dapat
Menurut Al-Ghazali jalan menangkap hakikat-hakikat, mereka
menuju kebahagiaan itu adalah ilmu mempunyai sifat lekas percaya dan
serta amal. Ia menjelaskan bahwa menurut golongan ini harus dihadapi
seandainya anada memandang kearah dengan memberi sikap nasihat dan
ilmu, anda niscaya melihatnya petunjuk21.
bagaikan begitu lezat. Sehinga ilmu itu
dipelajari karena kemanfaatannya.
Anda pun niscaya mendapatkannya
sebagai sarana menuju akhirat serta
kebahagiaannya dan juga sebagai jalan
mendekatkan diri kepada Allah Swt.
Menurut Al-Ghazali bahwa segala
sesuatu memiliki rasa bahagia, nikmat
dan kepuasan. Rasa nikmat diperoleh
bila ia melakukan semua yang
diperintahkan oleh tabiatnya. Tabiat
segala sesuatu adalah semua yang 20
Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al-
Ghazali”. Akhlak dan Tasawuf, vol. 2 No. 1,
2016, 156.
21
Ahmad Zaini, “Pemikiran Tasawuf Imam Al-
19
Ahmad Daudy, Kuliah Filsafat Islam, Ghazali”. Akhlak dan Tasawuf, vol. 2 No. 1,
(Jakarta: PT Bulan Bintang, 1986), hlm. 124. 2016, 155.
PENUTUP Jumadil Akhir tahun 505 H/18
Dari uraian diatas dapat ditarik Desember 1111 M. Al-Ghazali wafat
kesimpulan, Nama lengkap Imam AL- di tempat asalnya Thus dalam usia
Ghazali adalah Abu Hamid lima puluh lima tahun dengan
Muhammad ibn Muhammad ibn meninggalkan sejumlah anak
Muhammad ibn Ahmad al-Ghazali perempuan. Karya-karya Al-Ghazali
ath-Thusi. Ia lahir di Thus wilayah yang banyak dibaca orang dan
Khurasan, pada tahun 450 H/1058 M. sekaligus telah membuatnya secara
Ia merupakan seorang pemikir Islam dominan pengaruhnya dalam
yang terbesar dengan gelar Hujjatul pemikiran umat Islam adalah : Tahafut
Islam (bukti kebenaran Islam) dan al-Falasifah, Ihya’u Ulmuddin, Al-
Zainuddin (hiasan agama). Ayahnya Munqidz Mina’adh Dhalal. Kemudian
seorang sufi yang sangat wara’. Al- pemikiran-pemikiran Al-Ghazali
Ghazali yang dikenal sebagai orang diantaranya : Al-Ghazali dan Falsafah
yang syak terhadap segala-galanya (Sebagai yang digelar sebagai Hujjatul
timbul dalam dirinya dari al-Juwaini. Islam, Al-Ghazali telah menguasai
Kemudian, pada tahun 1091 Al- ilmu falsafah dengan sangat
Ghazali diangkat menjadi guru di mendalam, sehingga ia berhak disebut
Madrasah al-Nizamiyah Baghdad. Al- sebagai seorang filosof, kendatipun ia
Ghazali pergi ke kota Baghdad pada sendiri tidak rela), Metafisika, fisika,
tahun 484 H/1090 M. Al-Ghazali Jalan (at-Thariq), Ma’rifah, Akhlak,
pergi untuk mengajar pada Madrasah kebahagiaan, dan tingkatan manusia.
Nizamiyah di kota itu. Ia
melaksanakan tugasnya dengan baik
sekali, sehingga banyak para penuntut
ilmu memadati halkahnya. Namanya
menjadi lebih dikenal di kawasan itu
karena berbagai fatwa agama yang
dikeluarkannya. Kemudian, AL-
Ghazali wafat pada hari Senin 14
DAFTAR PUSTAKA
Daudy, Ahmad. 1986. Kuliah Filsafat
Islam. Jakarta: PT Bulan Bintang
Nasution, Harun. 1973. Filsafat dan
Mistisisme Dalam Islam. Jakarta: Bulan
Bintang
Rasyidin dan Ja’far. 2015. Filsafat Ilmu
Dalam Tradisi Islam. Medan: Perdana
Publishing
Yusliadi, Yusliadi. 2018. Hakekat Ilmu
Dalam Perspektif Al-Ghazali.
www.researchgate.net/publication/32
9443571
Zaini, Ahmad. 2016. Pemikiran
Tasawuf Imam Al-Ghazali. Akhlak
dan Tasawuf. 2(1). Journal. stainkudus.
ac. id/index.php/Esoterik