al Ghozali menitipkan kepada sahabatnya, seorang sufi agar diurus dan dididik
bekal itu habis ia berharap kedua anaknya hidup mandiri dengan jalan
belajar ilmu fiqih secara luas, semangatnya menuntut ilmu sangat tinggi.3
1
M. Muhaimin, Ilmu Kalam, Penerbit Pustaka Pelajar: Yogyakarta, Cet ke-1, 1999,
Hlm. 119
2
Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Imam Al-Ghozali, Bulan Bintang: Jakarta, Cet
Ke-1, 1975, Hlm. 29
3
Victor Said Basil, Al-Ghozali Mencari Makrifah, Alih Bahasa Ahmadie Thaha,
Pustaka Panji Mas: Jakarta, 1990, Hlm. 7
36
Kemudian al Ghozali pindah ke Jurjan untuk belajar kepada Imam al Alamah
rasional dari apa yang dia tulis dan dia dengar. Dari Jurjan al Ghozali kembali
Untuk itu al Ghozali pergi ke Naisabur satu dari sekian kota ilmu pengetahuan
jadal (dialektika), ushul dan logika kepada Imam al Haromain Abi al Ma’ali al
Juwaini.4
kesombongan dan saling berebut untuk meraih kemewahan dunia. Oleh sebab
4
Mohammad Rifa’i, Alam Pemikiran Al-Ghozali, Pustaka Mantiq: Jakarta, 1995, Hlm.
17
37
Ghozali terhadap ilmu pengetahuan tradisional. Akhirmya Imam al Ghozali
sebagai guru besar yang kreatif ahli dalam setiap kajian, sangat menyukai
perdebatan dan diskusi. Untuk itu tidak satu aliranpun yang terlepas dari
meningkatkan belajar, dia diangkat pula menjadi Asisten professor dari Imam
5
Ibid, hal. 22
6
Zainal Abidin, Op. Cit., Hlm. 34
38
Dr. Muhammad Abu Bahiy menyebutkan bahwa nama al Ghozali
diundang pada tahun 1085 datang ke kantor pemerintahan Malik Shah dari
mengarang.7
Namun pada tahun 488 H/1995 M dia menderita penyakit jiwa yang
membuat dirinya secara fisik tidak dapat lagi memberi kuliah. Beberapa bulan
tetapi sebenarnya dia ingin meninggalkan status guru besarnya dan kariernya
dirinya telah banyak didiskusikan hingga hari ini. Al Ghozali sendiri berkata
bahwa ia takut masuk neraka, dan melakukan banyak kritik atas kerusakan
bahwa dia meninggalkan seluruh jabatan resmi yang terorganisasi itu, yang di
dalamnya dia juga terlibat, karena jabatan tersebut korup. Oleh sebab itu, satu-
7
Ibid, Hlm. 51
39
satunya cara untuk mengarah kepada kehidupan yang benar, sebagaimana
kehormatan dan keluarga yang ada di Baghdad untuk pergi ke Suriah pada
mencapai angka yang besar sekali yakni 300 buah. Inilah yang menjadi
keistimewaan yang luar biasa baginya, yaitu tunggalnya soal yang dibicarakan
dengan dasar-dasar fikiran yang tegas dan cara-cara pembelaan yang kuat
kalangan ilmu, antara lain Teologi Islam, Hukum Islam (Fiqh, Tasawuf,
b. Surrul Alamain, suatu buku politik yang mungkin isinya perbedaan antara
dua negara, adil dan zalim, atau antara negara duniawiyah atau negara
c. Al Madhnun bihi ‘Ala Ghairi Ahlihi, yaitu ilmu yang harus disembunyikan
dari orang-orang yang bukan ahlinya. Pada saat yang sama selesai pula
8
M. Amin Abdullah, Filsafat Etika Islam, Penerbit Mizan: Bandung, Cet ke-1, 2002,
Hlm. 29
9
Kitab AlMunqidz Adh Dhalal, Kegelisahan Al-Ghozali, Terj.Ahmad Khudori Sholeh,
Pustaka Hidayah: Bandung, Cet ke-1 1998,Hlm.2
10
A. Hanafi, Pengantar Filsafat Islam, Bulan Bintang: Yogyakarta, 1967, Hlm. 199
40
karangannya tentang ilmu kalam, khusus mengenai aliran bathiniyah yaitu
Qudsiyah.
e. Pada tahun 490 sampai 495, sewaktu dia berada di Syam, palestina, Hijaz,
f. Pada tahun 495 H, buku tentang ilmu akhlak yaitu Bidayatul Hidayah dan
al Maqshad ul Asna.
g. Pada tahun 495H dan 498 H dalam berbagai ilmu yaitu Jawahir ul Qur’an
h. Pada tahun 500 H, Ayyuhal Wakid tentang tasawuf, dan al Munqid adh
i. Pada tahun 503 sampai 505 di Naisabur buku al Mustasfa min Ilmil Ushul
Ghozali meninggal dunia di Thus pada tanggal 14 Jumadil Akhir 505 H (19
11
Zainal Abidin, Op.Cit., Hlm. 60
12
Ibid., Hlm. 53
41
B. Pemikiran Al Ghozali tentang Hukum Seni Musik
ulama termasuk kemungkaran dan bid’ah. Tidak pernah ada seorangpun yang
membawa ajaran seperti itu, juga tidak pernah ada satu nabipun yang
bodoh, bahkan perbuatan setan. Para ulama berpendapat bahwa acara yang
disertai rebana dan seruling hukumnya haram. Acara-acara di mana kaum pria
dan wanita berikhtilaf juga termasuk mungkar yang wajib ditolak. Kaum pria
bukanlah termasuk salah satu majelis khusus tersebut. Bahwa perbuatan itu
termasuk salah satu cara taqqarub, adalah sebuah kebohongan terhadap Allah
SWT.13
Bahkan yang masyhur dari perkataan para ulama salaf itu adalah
berkata nyanyian dan musik termasuk hal yang diharamkan dan juga nyanyian
baik maka dalam hal ini nyanyian dan musik dari segi bahwasannya dia itu
baik maka tak sepatutnya diharamkan, bahwa suara tersebut halal berdasarkan
13
Ibnu Qayyim al Jauziyah, Bila Nyanyian Dianggap Halal, Cendekia Sentra
Muslim:Jakarta, Cet ke-1, 2002, Hlm. 29
14
Imam Al Ghazali, Ihya Ulumuddin Juz II, Darul Ihya al Kutub al Arabiyah : hlm 267
42
indera pendengaran dan nash menunjukkan bolehnya mendengarkan suara
yang baik sebagai anugerah Allah SWT pada hambanya.15 dan sesungguhnya
seperti dari mulut dapat merasakan apa yang disentuhnya, begitu pula mata,
piano dan sebagainya. Dan demikian pula suara yang tidak enak didengar,
dalil syar’i yang menerangkan pengharaman lagu dan musik secara mutlak,
baik itu nash ataupun qiyas, kalaupun ada qiyas namun dibantah dengan ayat
musik mempunyai beberapa makna yang sepantasnya kita bahas satu persatu
15
Ibid, Hlm 268
16
Departemen Agama RI, Hlm. 329
17
Imam Al Ghazali, Op.Cit., Hlm. 269
18
Ibid, Hlm. 268
43
kemudian kita kompilasikan agar jelas bahwa mendengarkan suara-suara yang
maka agama itu datang untuk menentang insting dan fitrah itu? Tentu saja
Lahwi merupakan obat bagi hati yang sedang penat dan bosan, sudah
maka lahwi dengan niat seperti itu akan lebih mendekatkan kepada
19
Ibid., Hlm. 268
44
itu sepantasnya masalah musik dan lagu dapat mencapai maksud tadi, yaitu
yang hak. Tetapi kebaikan yang diperbuat untuk menghapus kejelekan, seperti
seorang menuntut ilmu dan menjadikan lagu sebagai pengobat hati dan
manfaatnya.21
atas dirinya sendiri atau atas orang lain, barang baik yang telah dikaruniakan
Allah SWT, betapapun baik niatnya atau tujuannya yang mencari keridhoan
20
Ibid, Hlm. 284
21
Imam Al Ghazali, Op.Cit, Hlm. 266
22
Departemen Agama RI, Al-Qur’an dan Terjemahannya, Toha Putra: Semarang, 1996,
Hlm. 171.
45
SWT serta menyeret pelakunya ke dalam jurang penyesalan yang dalam
menyukai nyanyian dan lagu dengan suara yang bagus itu merupakan naluri
dan pembawaan manusia, sehingga bayi dalam ayunanpun kita lihat berhenti
binatang juga terpengaruh oleh suara-suara yang indah dan irama-irama yang
“maka pendengaran bagi hati adalah batu asahan yang benar dan
ukuran yang berbicara, maka jiwa dan pendengarannya tidak sampai
melainkan sesuatu yang menguasainya (dari kebaikan atau kejelekan)
telah bergerak didalamnya dan apabila hati itu taat kepada
pendengaran sehingga membuka segala keburukannya dan
menampakkan segala kebaikannya 24
rapi berdasarkan pada makharajnya (tempat keluar suara) dibagi menjadi tiga
macam:
Kedua, ada yang keluar dari jenis hewan, adapun asal suara-suara
23
Yusuf Al-Qardhawy, Islam dan Seni., Pustaka Hidayah:Bandung, Cet. Ke-1, 2001,
Hlm. 71-72
24
Imam al Ghozali, op. cit., Juz 2, Hlm. 273
46
SWT), tidak suatu apapun yang diciptakan oleh seseorang kecuali ia
Ketiga, bahwa suara yang baik dan indah serta iramanya yang teratur
adalah derajat pemahaman artinya suara yang baik, ungkapan yang teratur dan
dapat dipahami yaitu syair/nyanyian yang dapat dipahami dan tidak haram,
mengakui dan memuji akan keindahan iramannya. Ini adalah suatu keterangan
yang kuat dan tidak diragukan lagi, bahkan ada keterangan yang menguatkan
lagi bahwa Rasulullah pernah mendengar nyanyian dari sebuah syair seperti:26
sisi untaian skatanya yang merdu, yaitu lagu dan musik itu bisa menggugah
antaranya, ada yang menyenangkan, ada yang menyedihkan dan ada lagu atau
Inilah fitrah Allah SWT yang terdapat pada setiap makhluk dan
benda-benda yang hidup seperti fitrah dalam diri manusia. Ia akan terpengaruh
suara-suara yang indah dan merdu, sedangkan Islami tidak datang untuk
25
Ibid, Hlm. 269
26
Ibid, Hlm. 270
27
Ibid, Hlm. 273
47
merubah fitrah Allah SWT, tetapi Islam datang untuk menetapkannya dan
‘Ilmun Laduniyyun yang secara harfiah berarti ilmu perolehan langsung dari
Allah SWT. Ilmu ini hanya mungkin diperoleh setelah seseorang menguasai
pegangan imam al Ghozali dalam memberi fatwa tentang hukum seni musik,
filsafat praktis. Keutamaan rasio (akal) praktis sangat nampak bagi pemikiran
al Ghozali.29
Ghozali menggunakan istilah adillah al ahkam yang terdiri dari enam macam,
(maslahah) dan tiga sumber terakhir disebut dalil al aql (dalil yang di gunakan
a. Al Qur’an
28
Juhaya S. Praja, Filsafat Hukum Islam, LPPM UI: Bandung, 1995, Hlm. 16
29
M. Amin Abdullah, Op.Cit., Hlm. 46
48
Dalil bahwa Al-Qur'an adalah hujjah atas umat manusia dan
adalah bahwa Al-Qur'an dari sisi Allah SWT dan disampaikan kepada
mereka melalui cara yang pasti qath’i). Tidak ada keraguan mengenai
kebenarannya.30
hakekat keimanan.31
lain dalam Islam maka sumber-sumber ini hanya dijadikan sebagai alat
b. As Sunnah
30
Abdul Wahab Kallaf, Ilmu Ushul Fiqh, Dina Utama:Semarang, Cet ke-1, 1994, Hlm.
20
31
Victor Said basil, Op.cit., Hlm. 15
32
Ibid., Hlm. 103
33
A. Hanafi, Op. cit., Hlm. 207
49
Al Ghozali sendiri mengambil dari as Sunnah atau al Hadits
tidaknya sesuatu hadits Nabi SAW antara lain dengan mengetahui dan
c. Ijma
menunjuk atasnya.35
iman).36
34
Hadi Mufa’at, Dirasah Islamiyah, CV Sarana Aspirasi:Semarang, Cet. Ke-1, 1994,
Hlm. 59
35
Abdul Wahab Kallaf, Op. Cit., Hlm. 60
36
Victor Said, Op.Cit., Hlm. 28
50
(alim), sebaliknya sebagian besar ilmu aqli menjadi bagian ilmu syar’i
ilmu), akal ini syarat bagi makhluk Allah SWT untuk memperoleh ilmu
pengetahuan.
ilmu pada masa sekarang. Pada waktu itu ilmu belum banyak cabangnya
seperti yang ada sekarang. Dan tidak juga berdiri sendiri lepas dari agama,
51
satu yang diganti namanya ialah fiqih. Fiqih diubah dari ilmu jalan ke
akherat menjadi ilmu fatwa, lalu kata ‘ilm membeku bagi mereka yang
a. Istishab
,اﺑﻘﺎء ﻡﺎآﺎن ﻋﻠﻰ ﻡﺎآﺎن ﻋﻠﻰ ﻡﺎآﺎن ﻋﻠﻴﻪ ﻻن ﻋﺪام اﻟﻤﻐﻴﺮ اﻋﺘﻘﺎ
آﻮن اﻟﺸﺮء ﻓﻰ اﻟﻤﺎض او اﻟﺤﺎض ﻱﻮﺟﺐ ﻇﻦ ﺗﺒﻮﻱﻪ ﻓﻰ اﻟﺤﺎل
40
اوﻻء ﺳﺘﻘﺒﺎل
Dalam suatu kasus yang telah ada hukumnya dan tidak
diketahui tidak ada dalil lain yang mengubah hukum tersebut, maka
adanya.41
b. Istihsan
اﺳﻢ ﻟﺪﻟﻴﻞ ﻱﻌﺎرض اﻟﻘﻴﺎس اﻟﺤﻠﻲ واﻟﻴﻌﻠﻤﻞ ﺑﻪ اذا آﺎن اﻗﻮى ﻡﻨﻪ
Secara konsep apa yang dinamakan istihsan itu di terima oleh
c. Al Istislah (Maslahah)
39
Victor Said Basil, Op.Cit., Hlm. 64
40
TM Hasby Asy Shidhiqy, Pengantar Hukum Islam, Bulan bintang,: Jakarta, Cet. Ke7
1994, Hlm. 234
41
Abdul Wahab Kallaf, Op.Cit., Hlm. 127
52
اﻟﻤﺤﺎﻓﻈﺔ ﻋﻠﻰ ﻡﻘﺼﻮد اﻟﺸﺎرع ﺑﺪﻓﻊ اﻟﻤﻌﺎﺳﺪ
Adalah memelihara maksud syara’ dengan jalan menolak
memenuhi syarat:
qathi’
lagu dan juga hadits Rasulullah SAW yang menetapkan hukum seni
musik dengan qat’i tentang halal dan haramnya lagu dan musik.44
42
Ibid,Hlm. 120
43
Yusuf Qardhawi, Islam dan Seni, Pustaka Hidayah: Bandung, Cet. I, 2001, Hlm. 49
44
Yusuf Qardhawi, Fiqih Musik dan Lagu, Mujahid Press: Bandung, Cet. I, 2001, Hlm.
117
45
Departemen Agama RI, Op. Cit., Hlm.346
53
Maka dikatakan bahwa itu (apa yang dikehendaki) adalah
merdu.47
illat yang kuat tentang keharuman lagu dan musik, tapi disandarkan
mengandung fasad.48
suara gendang, gitar dan sebagainya. Dan demikian pula suara yang
46
Ibid., Hlm. 122
47
Yusuf Qardhawy, Fiqih Musik dan Lagu, Op.Cit., Hlm. 113
48
Ibid., Hlm. 152
54
mendengar suara jeritan keledai, inilah makna yang dapat di pahami
musik sangat mendetail, dia sangat berbeda dengan ahli fiqih lainnya,
masalah.
49
Ibids, Hlm.151
55