Anda di halaman 1dari 21

ASSALAMUALAIKUM WR.WB.

AL-GHOZALI DAN
SUKHROWARDI AL-MAQTUL

Disusun Oleh :
Muhamad Johan Misbahudin
Achmad Faizal Madani
Novi
Biografi Imam Al-Ghazali
• Nama asli Imam al-Ghazali ialah Muhammad bin Ahmad, Al-Imamul
Jalil, Abu Hamid Ath Thusi Al-Ghazali. Lahir di Thusi daerah Khurasan
wilayah Persia tahun 450 H (1058 M). Pekerjaan ayah Imam Ghazali
adalah memintal benang dan menjualnya di pasar-pasar
• Ia wafat di Tusia, sebuah kota tempat kelahirannya pada tahun 505 H
(1111 M) dalam usianya yang ke 55 tahun. Pribadi al-Ghazali
sangatlah terkenal dikalangan ilmuan Islam. Tidak hanya dikenal ahli
dalam satu cabang ilmu melainkan meliputi sederetan cabang ilmu
pengetahuan. Imam al-Ghazali dikenal sebagai ahli Fikih, ahli Ushul,
ahli dalam Ilmu Akhlak, ahli dalam ilmu Tarbiyah dan ilmu Jiwa, ahli
ilmu Ekonomi, bahkan juga dikenal Imam yang Salafi, dan Sufi.
Daerah yang pernah ia singgahi Al-Ghozali
dan terobosan yang ia lakukan antara lain
• Ketika ia di Baghdad, ia pernah menjadi guru besar di perguruan Nidzamiyah
selama 4 (empat) tahun.
• Ia meninggalkan kota Baghdad untuk berangkat ke Syam, di Syam ia
menetap hampir 2 (dua) tahun untuk berkhalwat melatih dan berjuang keras
membersihkan diri, akhlak, dan menyucikan hati hati dengan mengingat
Tuhan dan beri’tikaf di mesjid Damaskus.
• kemudian ia menuju ke Palestina untuk mengunjungi kota Hebron dan
Jerussalem, tempat di mana para Nabi sejak dari Nabi Ibrahim sampai Nabi
Isa mendapat wahyu pertama dari Allah.
• tidak lama kemudian ia meninggalkan Palestina dikarenakan kota tersebut di
kuasai Tentara Salib, terutama ketika jatuhnya kota Jerussalem pada tahun
492 H/1099 M, lalu iapun berangkat ke Mesir, yang merupakan pusat kedua
bagi kemajuan dan kebesaran Islam sesudah Baghdad.
• Dari Palestina (Kairo), iapun melanjutkan perjalanannya ke
Iskandariyah. Dari sana ia hendak berangkat ke Maroko untuk
memenuhi undangan muridnya yang beranama Muhammad bin
Taumart (1087-1130 M), yang telah merebut kekuasaanya dari tangan
kaum Murabithun, dan mendirikan pemerintahan baru yang bernama
Daulah Muwahhidun. Ia mengurungkan niatnya untuk pergi memenuhi
undangan ke Maroko, ia tetap tinggal di Mekkah, ia berasalan untuk
melaksanakan kewajiban yang ke lima dalam rukun Islam, yakni
melaksanakan ibadah haji, kemudian ia menziarahi kuburan Nabi
Ibrahim.
• Selanjutnya ia kembali ke Naisabur, di sana ia mendirikan Madrasah
Fiqh, madrasah ini khusus untuk mempelajari ilmu hukum, dan
membangun asrama (khanqah) untuk melatih Mahasiswa-mahasiswa
dalam paham sufi di tempat kelahirannya.
Karya al-ghozali Di Bidang Filsafat
• Maqashid al-Falasifat (The tendencies of the Philosophers:
Tujuan Ilmu Filsafat). Berisi mengenai ringkasan ilmu-ilmu filsafat,
dijelaskan juga ilmu-ilmu mantiq, fisika dan ilmu alam.
• Tahafut al-falasifat (The distruction of the Philosophers:
Kerancuan pemikiran para filosof). Berisi pertentangan
(kontradiksi) yang ada dalam ajaran filsafat , serta dijelaskannya
juga ketidaksesuaiannya dengan akal.
• Al-Ma’riful ‘Aqliyah (Ilmu Pengetahuan yang Rasional). Kitab ini
mengungkap asal muasal ilmu-ilmu yang rasional dan
kemudianhakikat apa yang dihasilkan serta ke arah mana tujuan
pastinya.
Karya Al-Ghozali Di Bidang Agama
• Di bidang Agama
• Ihya’ Ulumuddin (Menghidup-hidupkan Ilmu Agama).
• Al-munqiz min al-Dhalal ( Terlepas dari kesesatan).
• Minhaj ul’Abidin (Jalan Mengabdi Tuhan).
Karya Al-ghozali Di bidang akhlak
tasawuf
a) Miezan ul ‘Amal (neraca amal).
b) Kitab pendamping Ihya’ yang juga berisi akhlak dan tasawuf.
c) Kimiya us Da’adah (kimianya kebahagiaan).
d) Kitabul Arba’ien (empat puluh prinsip agama).
e) At-Tibrul Masbuk fi nashiehat el muluk(emas yang sudah ditatah untuk menasehati para
penguasa).
f) Al-Mustashfa fil ushul (keterangan yang sudaah dipilih mengenai soal pokok-pokok ilmu hukum).
g) Mishkat ul Anwar (lampu yang bersinar banyak). Berisi tentang kaitan akhlak dengan ilmu aqidah
dan teologi.
h) Ayyuhal Walad (wahai anakku !).
i) Al-adab fi Dien(adab sopan keagamaan).
j) Ar-Risalah al-Laduniyah (risalah tentang soal-soal batin).
Karya Al-Ghozali Di Bidang Kenegaraan

• Mustazh hiri.
• Sir ul Alamain (rahasia dua dunia yang berbeda).
• Suluk us Sulthanah (cara menjalankan
pemerintahan). Buku ini memberi tahu pimpinan
bagaimana seorang kepala Negara harus menjalankan
pemerintahannya demi kesejahteraan rakyatnya.
• Nashihat et Muluk (nasehat untuk kepala-kepala negara).
Karya Al-Ghozali Di bidang Fiqh dan Ushul
Fiqh
• Asrar al-Hajj, dalam Fiqh al-Syafi’I, terbit di Mesir.
• Al-Mustasfa fi Ilmi al-Ushul, terbit berulang kali di Kairo.
• Al-Wajiz fi al-Furu’.
Pemikiran Filsafat Imam Al-Ghazali
• Metafisika
Untuk pertama kalinya Al-Ghazali mempelajari karangan-karangan
ahli filsafat terutama karangan Ibnu Sina. Setelah mempelajari
filsafat dengan seksama, ia mengambil kesimpulan bahwa
mempergunakan akal semata-mata dalam soal ketuhanan adalah
seperti mempergunakan alat yang tidak mencukupi kebutuhan. Al-
Ghazali dalam Al-Munqidz min al-Dhalal menjelaskan bahwa jika
berbicara mengenai ketuhanan (metafisika), maka disinilah terdapat
sebagian besar kesalahan mereka (para filosof) karena tidak dapat
mengemukakan bukti-bukti menurut syarat-syarat yang telah
mereka tetapkan sendiri dalam ilmu logika.
Iradat Tuhan
• Mengenai kejadian alam dan dunia, Al-Ghazali berpendapat bahwa dunia
itu berasal dari iradat (kehendak) tuhan semat-mata, tidak bisa terjadi
dengan sendirinya. Iradat tuhan itulah yang diartikan penciptaan. Iradat itu
menghasilkan ciptaan yang berganda, di satu pihak merupakan undang-
undang, dan di lain pihak merupakan zarah-zarah (atom-atom) yang masih
abstrak. Penyesuaian antara zarah-zarah yang abstrak dengan undang-
undang itulah yang merupakan dunia dan kebiasaanya yang kita lihat
ini. Iradat tuhan adalah mutlak, bebas dari ikatan waktu dan ruang, tetapi
dunia yang diciptakan itu seperti yang dapat ditangkap dan dikesankan
pada akal (intelek) manusia, terbatas dalam pengertian ruang dan waktu.
Al-Ghazali menganggap bahwa tuhan adalah transenden, tetapi kemauan
iradatnya imanen di atas dunia ini, dan merupakan sebab hakiki dari
segala kejadian
Etika
• Mengenai filsafat etika Al-Ghazali secara sekaligus dapat kita lihat pada
teori tasawufnya dalam buku Ihya’ ‘Ulumuddin. Dengan kata lain, filsafat
etika Al-Ghazali adalah teori tasawufnya itu. Mengenai tujuan pokok dari
etika Al-Ghazali kita temui pada semboyan tasawuf yang terkenal “Al-
Takhalluq Bi Akhlaqihi ‘Ala Thaqah al-Basyariyah, atau Al-Ishaf Bi Shifat al-
Rahman ‘Ala Thaqah al-Basyariyah”. Maksudnya adalah agar manusia
sejauh kesanggupannya meniru perangai dan sifat-sifat ketuhanan seperti
pengasih, pemaaf, dan sifat-sifat yang disukai Tuhan, jujur, sabar, ikhlas
dan sebagainya.
• Sesuai dengan prinsip Islam, Al-Ghazali menganggap Tuhan sebagai
pencipta yang aktif berkuasa, yang sangat memelihara dan menyebarkan
rahmat (kebaikan) bagi sekalian alam. Berbeda dengan prinsip filsafat
klasik Yunani yang menganggap bahwa Tuhan sebagai kebaikan yang
Sukhrawardi Al-Maqtul
Biografi Suhrawardi Al-Maqtul
• Harmonisasi spiritual dan filsafat yang sempurna pada Islam dicapai dalam ajaran
iluminasi (al-ishraq) (al-ishraq)yang didirikan oleh Syaikh al-Ishraq bin Shihab al-Din
Suhrawardi.
• Nama lengkap Suhrawardi ialah ‘Abu al-Futuh Yahya bin Habasy bin Amirak as-
Suhrawardi al-Kurdi, lahir pada tahun 549 H/1153 M, di Suhraward. Sebuah
kampung di kawasan Jibal, Iran Barat Laut dekat Zanjan. Ia memiliki sejumlah gelar.
Akan tetapi Suhrawardi lebih dikenal dengan sebutan al-Maqtul. Penyebutan al-
Maqtul dibelakang namanya terkait dengan dengan proses meninggalnya.
Disamping itu, al-Maqtul adalah gelar yang membedakannya dari dua tokoh yang
memiliki nama yang serupa.[ Amroni Drajat, SUHRAWARDI: Kritik Falsafah
Peripateik,
• Al-Suhrawardi belajar kepada seorang faqih dan teoLog terkenal, Majduddin Al-Jilli,
guru Fakhruddin Al-Razi. Di Isfahan dia belajar logika pada Ibnu Sahlan Al-Sawi,
penyusun kitab Al-Basha’ir Al-Nashiriyyah
Karya Pertama adalah Kitab induk Filsafat
Iluminasinya Sukhrowardi Al-Maqtul

• Al-Talwihat (Pemberitahuan)
• Al-Muqawwamat (Yang Tepat)
• Al-Masyari wa Al-Mutarahat (Jalan dan Pengayoman)
• Al-Hikmah Al-Isyraq (Filsafat Pencerahan).
Karya Kedua adalah risalah ringkas
filsafat

• Hayakil al-Nur (Rumah Suci Cahaya.


• Al-Alwah al-Imadiyah (Lembaran Imadiyah.
• Partaw-Namah (Uraian Tentang Tajalli),
• Bustan al-Qulub (Taman Kalbu).
Karya ketiga berupa kisah
perumpamaan
• Qishshah al-Gurbah al-Garbiyyah (Kisah Pengasingan ke Barat.
• Risalah al-Thair (Risalah Burung), Buku ini banyak membahas karya Ibnu Sina
• Awzi Parii Jibra’il (Suara Sayap Jibril)
• Aqli-surkh (Akal Merah)
• Ruzi ba Jama’ati Sufiyan (Sehari dengan Para Sufi)
• Fi Haqiqah al-Isyaq (Hakikat Cinta Ilahi), Pembahasan buku ini juga tentang filsafat
masyriqiyah Ibnu Sina
• Fi Halah al-Thufuliyyah
• Lugah al-Muran (Bahasa Semit)
• Safiri Simurgh (Jerit Merdu Burung Pingai). Kisah ini memiliki nilai sastra yang
tinggi[ Syafieh, Filsafat Islam Suhrawrdi Al-Maqtul dan Pemikiran].
Filsafat Suhrawardi Al-Maqtul
Kata Ishraq bahasa arab itu sendiri berarti iluminasi dan
sekaligus juga cahaya pertama pada saat pagi hari seperti
cahayanya dari timur (sharq). Timur tidak hanya berarti
timur secarra geografis tetapi awal cahaya, realitas.
Filsafat ishraqiyah berarti “ketimuran” dan “iluminatif”. Ia
memancar karena ia adalah Timur dan ia Timur karena ia
memancar.
Filsafat Ishraqiyah atau teosofi, menjadi lebih tepat didasarkan
pada metafisika cahaya. Pemula dan sumber segala sesuatu
addalah cahaya atas segala cahaya ( nur al-anwar ), yang
merupakan Cahaya Absolut dan tak terbatas diatas dan
dibelakang semua sinar yang memancar. Semua tingkat realitas,
bagaimanapun, juga adalah derajat dan tingkat-tingkat cahaya
yang berbeda dari tiap sesuatu oleh tingkat intensitas dan
kelemahannya dan dengan tak sesuatupun dalam alam semesta
yang luas ini melainkan cahaya. Dari cahaya diatas segala
cahaya ada suatu hierarkhi cahaya-cahaya, vertikal maupun
longitudinal tentang cahaya-cahaya yang terdiri dari tingkat-tingat
eksistensi universal dan suatu tatanan horisontal atau latitudinal (
melintang ) yang berisi pola dasar ( rab al-naw’ ) atau idea-idea
platonik tentang segala sesuatu yang kelihatannya dibawah
sebagai objek atau barang.
dapun menurut wujud, Al-Suhrawardi telah menyusun
sebuah teori, yang dia kemukakan secara simbolis,
berdasarkan teori emanasi. Akan tetapi teorinya tidak bisa
dipandang sebagai teori para sufi tentang kesatuan wujud
dalam pengertiannya yang rinci. Sebab manurutnya,
terdapat aliran yang melimpah dari Allah, atau cahaya dari
segala cahaya, yang mirip dengan matahari, yang sama
sekali tidak kehilangan cahayanya sekalipun ia bersinar
terus menerus. Menurutnya, terdapat tiga alam yang
melimpah, alam akal-budi, alam jiwa dan alam tubuh
Jiwa manusia menurut Al-Suhrawardi, tidak bisa sampai
pada alam suci serta tidak bisa menerima cahaya-cahaya
Iluminsasi kecuali dengan latihan rohaniah

Anda mungkin juga menyukai