Anda di halaman 1dari 16

Tasawuf (Tasawwuf) atau Sufisme ‫تصوف‬

• adalah ilmu untuk mengetahui bagaimana cara menyucikan jiwa,


menjernihan akhlaq, membangun dhahir dan batin serta untuk
memperoleh kebahagian yang abadi.
Tasawuf
• Akhlak
• Etika
• Moral
No SUB ESENSI

1 Penegrtian tasawuf (Etimolgi, Terminologi)


As Sajdah ayat 16, Asy Syam 7-10, At Thalaq
2 Dasar-dasar Tasawuf
2-3
3 Pandangan tentang asal usul tasawuf
4 Sejarah Perkembangan Tasawuf Abad I dan II H, III dan IV, Abad VH, VI
Akhlaki (Takhlli, Tahalli, Tajali)
5 Pambagian Ilmu Tasawuf Amali (Syariat, Tharikat, Hakikat, Ma’rifat)
Falsafi (Hulul, Wahdah Al Wujud, Ittihad)
Allah, Rasulullah, Pengalaman Sahabat, Ijma’
6 Sumber-sumber Tasawuf Sufi, Ijtihad Sufi, Qiyas Sufi, Nurani Sufi,
Amalan Sufi
7 Istilah-istilah Tasawuf Al Maqamat, Al Ahwal
Peran Tasawuf dalam Kehidupan
8
modern
Syari’at
• Syara'a artinya jalan, dapat dimaksudkan sebagai hukum, metode.
Syariat ini tertuang didalam hukum-hukum fikih yang harus dipahami
dan dikerjakan sesuai dengan aturan-aturan yang ada.
Tingkatan kesadaran: ada milikku, ada milikmu.
Thariqat
• Thoraqo artinya jalan, perbedaannya dengan syara'a: kalau syara'a jalan di
dalam kota, maka thoraqo jalan ke luar kota yang lebih panjang.
Oleh sebab itu, maka tarekat disebut juga jalan untuk memahami hakekat.
Orang yang menggunakan jalan ini disebut penganut tarekat, yang
dipimpin oleh seorang guru tarekat.
Mereka yang memasuki tarekat berkehendak untuk mendapatkan ridha
Allah, dan disebut al-muridin atau salik atau orang yang menuntut ilmu
suluk.
Banyak sekali perkumpulan tarekat seperti Naqsabandiah, Qadiriah,
Tijaniah, Sanusiah, dsb.
Pengikut tarekat melakukan wirid-wirid tertentu yang dibimbing oleh guru
tarekat.
Tingkat kesadaran: milikku adalah milikmu dan milikmu adalah milikku.
Haqiqat
• Haqqo artinya kebenaran.
Wujud dari kebenaran yang dapat dilihat adalah kejujuran, keadilan
cinta kasih.
Pada tingkatan ini orang telah memahami makna ibadah yang
dilakukan, misalnya sholat mencegah kemunkaran, makna berzakat,
makna berpuasa, makna berhaji.
Tingkat kesadaran: tidak ada milikku, tidak ada milikmu - Semuanya
milik Allah.
Ma'rifat
• Asal katanya arofa artinya tahu ; kenal pada Sang Pencipta.
Batinnya sudah dekat dengan Allah.
Semua gerakannya lillahitaala,
Terucap kata kata : Tuhan sedekat nadi di leher atau Ana al Haq. tidak
ada aku, tidak ada kamu; yang ada hanyalah Allah
Tokoh-tokoh Ilmu Tasawuf klasik
• Ibn Athaillah as Sakandary (w. 1350M)
• Al Muhasibi (w. 857)
• Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166)
• Al Hallaj (857-932)
Ibn Athaillah as Sakandary
• Nama lengkapnya Ahmad ibn Muhammad Ibn Athaillah as Sakandary (w.
1350M), dikenal seorang Sufi sekaligus muhadits yang menjadi faqih dalam
madzhab Maliki serta tokoh ketiga dalam tarikat al Syadzili. Penguasaannya
akan hadits dan fiqih membuat ajaran-ajaran tasawufnya memiliki
landasan nas dan akar syariat yang kuat. Karya-karyanya amat menyentuh
dan diminati semua kalangan, diantaranya Al Hikam, kitab ini ditujukan
untuk meningkatkan kesadaran spiritual di kalangan murid-murid tasawuf.
Kitab lainnya, Miftah Falah Wa Wishbah Al Arwah (Kunci Kemenangan dan
Cahaya Spiritual), isinya mengenai dzikir, Kitab al Tanwir Fi Ishqat al Tadhbir
(Cahaya Pencerahan dan Petunjuk Diri Sendiri), yang disebut terakhir berisi
tentang metode madzhab Syadzili dalam menerapkan nilai Sufi, dan ada
lagi kitab tentang guru-guru pertama tarekat Syadziliyah - Kitab Lathaif Fi
Manaqib Abil Abbas al Mursi wa Syaikhibi Abil Hasan.
Al Muhasibi
• Nama lengkapnya Abu Abdullah Haris Ibn Asad (w. 857). Lahir di
Basrah. Nama "Al Muhasibi" mengandung pengertian "Orang yang
telah menuangkan karya mengenai kesadarannya". Pada mulanya ia
tokoh muktazilah dan membela ajaran rasionalisme muktazilah.
Namun belakangan dia meninggalkannya dan beralih kepada dunia
sufisme dimana dia memadukan antara filsafat dan teologi. Sebagai
guru Al Junaed, Al Muhasibi adalah tokoh intelektual yang merupakan
moyang dari Al Syadzili. Al Muhasibi menulis sebuah karya "Ri'ayah Li
Huquq Allah", sebuah karya mengenai praktek kehidupan spiritual.
Abdul Qadir Al Jilani (1077-1166)
• Beliau adalah seorang Sufi yang sangat tekenal dalam agama Islam. Ia
adalah pendiri tharikat Qadiriyyah, lahir di Desa Jilan, Persia, tetapi
meninggal di Baghdad Irak. Abdul Qadir mulai menggunakan dakwah Islam
setelah berusia 50 tahun. Dia mendirikan sebuah tharikat dengan namanya
sendiri. Syeikh Abdul Qadir disebut-sebut sebagai Quthb (poros spiritual)
pada zamannya, dan bahkan disebut sebagai Ghauts Al Azham (pemberi
pertolongan terbesar), sebutan tersebut tidak bisa diragukan karena
janjinya untuk memperkenalkan prinsip-prinsip spiritual yang penuh
kegaiban. Buku karangannya yang paling populer adalah Futuh Al Ghayb
(menyingkap kegaiban).
Melalui Abdul Qadir tumbuh gerakan sufi melalui bimbingan guru tharikat
(mursyid). Jadi Qadiriyah adalah tharikat yang paling pertama berdiri.
Al Hallaj
• Nama lengkapnya Husayn Ibn Mansyur Al Hallaj (857-932), seorang Sufi Persia
dilahirkan di Thus yang dituduh Musyrik oleh khalifah dan oleh para pakar
Abbasiyah di Baghdad oleh karenanya dia dihukum mati. Al Hallaj pertama kali
menjadi murid Tharikat Syeikh Sahl di Al Tutsari, kemudian berganti guru pada
Syeikh Al Makki, kemudian mencoba bergabung menjadi murid Al Junaed Al
Baghdadi, tetapi ditolak.
Al Hallaj terkenal karena ucapan ekstasisnya "Ana Al Haqq" artinya Akulah Yang
Maha Mutlak, Akulah Yang Maha Nyata,bisa juga berarti "Akulah Tuhan",
mengomentari masalah ini Al Junaid menjelaskan "melalui yang Haq engkau
terwujud", ungkapan tersebut mengandung makna sebagai penghapusan antara
manusia dengan Tuhan. Menurut Junaid " Al Abd yahqa al Abd al Rabb Yahqa al
Rabb" artinya pada ujung perjalanan "manusia tetap sebagai manusia dan Tuhan
tetap menjadi Tuhan". Pada jamannya Al Hallaj dianggap musrik, akan tetapi
setelah kematiannya justru ada gerakan penghapusan bahkan Al Hallaj disebut
sebagai martir atau syahid. Sampai sekarang Al Hallaj tetap menjadi teka-teki
ataumisteri karena masih pro dan kontra.
Tokoh-tokoh Tasawuf Moderat dan Ajarannya
• Junaid Al-Baghdadi 297/910 M
• Al-Qusyairi An-Naisabury 376 H atau 986 M
• Al-Harawi 396 H
Ittihad
• Ittihad menurut bahasa berarti penyatuan atau berpadunya dua hal,
artinya perpaduan dengan Tuhan tanpa diantarai sesuatu apapun.
• Ittihad dipandang sebagai ajaran doktrinal karena memadukan eksestensi
dua wujud yang terpisah (Wahdah al-Wujud). Hal ini bertentangan dengan
konsep kesatuan wujud (Wahdah al-Wujud) jika dipahami sebagai
kesatuan.
Dalam tasawuf, ittihad adalah kondisi dimana seorang sufi merasa dirinya
menyatu dengan Tuhan sehingga masing-masing diantara keduanya bisa
memanggil kata-kata aku.
Menurut Abu Yazid, ia tidak pernah mengaku sebagai Tuhan. Proses ittihad
adalah naiknya jiwa manusia ke hadirat Illahi, bukan melalui reinkarnasi.
Sirnanya segala sesuatu dari kesadaran dan pandangannya, yang disadari
dan dilihat hanya hakikat yang satu, yakni Allah. Bahkan dia tidak melihat
dan tidak menyadari sendiri karena dirinya terlebur dalam Dia yang dilihat.
Al-Hulul
• Al-Hulul secara bahasa berarti menempati.
• Dalam istilah tasawuf hulul adalah ajaran yang menyatakan bahwa Tuhan
memilih tubuh manusia-manusia tertentu untuk mengambil tempat
didalamnya setelah sifat-sifat kemanusiaannya dihilangkan.
Doktrin Hulul adalah salah satu tipe dalam aliran tasawuf falsafi dan
merupakan perkembangan lanjut dari paham ittihad.
• Paham Al-Hulul ini pertama ditampilkan oleh Husain Ibnu Mansur Al-Hallaj.
Ajaran al-hallaj adalah imbauan kepada perbaikan moral dan kepada
pengalaman persatuan dengan Yang Dicintai, yaitu Tuhan.
• Ungkapan yang sangat terkenal “Ana Al-Haqq” (Aku adalah kebenaran
Absolut) atau yang kemudian sering diterjemahkan menjadi “Aku adalah
Tuhan”.
Al-Hulul mempunyai dua bentuk, yaitu :
• Al-Hulul Al-Jawari yakni keadaan dua esensi yang satu mengambil tempat
pada yang lain (tanpa persatuan), seperti air mengambil tempat dalam
bejana.
2. Al-Hulul As-Sarayani yakni persatuan dua esensi (yang satu mengalir
didalam yang lain) sehingga yang terlihat hanya satu esensi, seperti zat air
yang mengalir didalam bunga.
Al-hulul dapat dikatakan sebagai suatu tahap dimana manusia dan Tuhan
bersatu secara rohaniah. Dalam hal ini hulul pada hakikatnya istilah lain
dari al-ittihad sebagaimana telah disebutkan diatas. Tujuan dari hulul
adalah mencapai persatuan secara batin. Untuk itu Hamka mengatakan
bahwa al-hulul adalah ketuhanan (lahut) menjelma kedalam diri insan
(nasut0, dan hal ini terjadi pada saat kebatinan seorang insan telah suci
bersih dalam menempuh perjalanan hidup kebatinan.

Anda mungkin juga menyukai