Anda di halaman 1dari 6

ARTIKEL

CAKRAWALA TASAWUF

UNTUK MEMENUHI TUGAS TAJRIBAH DALAM SEMINAR


“PENGANTAR ILMU TASAWUF”
PEMBIMBING:
USTADZAH ULIN NI’MAH

DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 7(RABI’AH ADAWIYAH)
A’FIRDA FRETIA PURNAMA
FINKA OKTAVIANA PUTRI
INAYAH MUNTADHIROH
NOVITA NUR LAILI
SUHAYLA AMAMI
ULINNUHA

TAKHASUSH TASAWUF DAN TAREKAT


MA’HAD ALY DARUSSALAM BLOKAGUNG
2021
CAKRAWALA TASAWUF
Mabadi’ asyarah dalam ilmu tasawuf adalah sepuluh pijakan dasar yang sangat
penting untuk diketahui. Diantara sepuluh dasar tersebut adalah pengertian, objek
pembahasan, fungsi, keutamaan dan keistimewaan, hubungan tasawuf dengan ilmu lain,
pencetus tasawuf, sebutan nama, suber ilmu, hukum, dan pembahasan ilmu tasawuf.

Tasawuf adalah amal-amal dhohir dan bathin yang membersihkan diri dan hati.
Amal dhohir mencakup adab, segala ibadah masuk dalam syariat dan amal batin
mencakup takwa. Menurut Imam Junaidi, tasawuf adalah masuk pada setiap akhlak
yang luhur dan keluar dari segala sifat tercela.

Jalan tasawuf adalah jalan yang paling benar dalam menggapai kebahagiaan
yang hakiki. “Benar” disini jangan diartikan bahwa jalan yang lain salah. Benar dalam
pandangan Imam al- Ghozali bahwa jalan yang ditempuh oleh para sufi adalah jalan
“pengalaman”, merasakan betul bagaimana lezatnya beragama, merasakan pertemuan
dan kedekatan dengan Allah.

Adapun objek pembahasan dari ilmu tasawuf yakni dzat yang luhur dan jiwa,
hati, serta ruh. Dzat yang luhur adalah Allah SWT. Sedang jalan menuju Allah SWT. itu
bisa ditempuh dengan 2 jalan, yakni melalui burhan (tanda) atau hujjah, orang-orang
yang menempuh jalan ini disebut “Thalibin”. Dan jalan yang kedua adalah jalan yang
ditempuh dengan melihat langsung sebab nur ilahiyah, orang yang menempuh jalan ini
disebut “Washilin”. Adapun jalan menuju washilin yaitu suluk (pengetahuan dan
pengalaman hukum-hukum syari’at), thariqot (membersihksn diri atau jiwa), haqiqat
(kebenaran sejati), ma’rifat (pengenalan terhadap Allah). Sayyidina Ali berkata “awwal
addini ma’rifatullah” yaitu awal dari beragama adalah mengenal ma’rifat kepada Allah.
Objek lainnya adalah jiwa, hati, serta ruh yang dicapai membersihkan hati dan diri dari
segala kemaksiatan, penyakit hati dan segala keburukan lainnya.

Fungsi dan Tujuan ilmu tasawuf terbagi menjadi 3 macam. Pertama, takhalli
adalah menyepikan hati dari penyakit qalbu yakni, berdzikir ketika hati dalam keadaan
kosong, “Kosong” yang dimaksud disini, ketika kita tidak melakukan perbuatan apapun
selain berdzikir kepada Allah SWT., untuk menolak penyakit hati yang kosong dari
godaan setan. Kedua, tahalli adalah mengisi diri dengan akhlak Islam yang mulia,
seperti membaca istighfar dan melantunkan kalimat-kalimat pujian setelah sholat
kepada Allah SWT. Dan yang terakhir tajalli, tajalli adalah menggapai derajat Islam
dalam ibadah. Maksudnya, seiring berjalannya waktu para wali selalu meningkatkan
dan memperbanyak ibadah kepada Allah SWT. agar mencapai derajat yang lebih tinggi.

Ilmu tasawuf memiliki keutamaan dan keistimewaan. Yakni ilmu tasawuf


merupakan ilmu yang haqiqi karena berkaitan langsung oleh Allah SWT. dengan
menyatakan makna pengabdian seorang hamba.

Selain itu, ilmu tasawuf juga memiliki hubungan dengan ilmu lain. Seperti
hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu kalam, keduanya sama-sama membahas tentang
ketuhanan yang maha esa, ibadah, sesuatu yang membedakan antara mujazimah dengan
ahlu sunnah. Kemudian hubungan ilmu tasawuf dengan ilmu filsafat (tidak hanya
logistik, tapi juga berfikir/rasional), psikologi agama, ilmu tarekat, dan ilmu fiqih
seperti bunyi hadits

"‫"فمن تصوف و لم تفقه فقد تزندق و من تفقه و ال تصوف فقد تفسق و من جمع بينهما فقد تحقق‬

Sebenarnya telah diajukan oleh seorang guru sufi Ali bin Ahmad 1000 tahun
silam di Persia Timur tentang pernyataan mengenai apa hakikat tasawuf. Beliau berkata
“sekarang ini , tasawuf adalaha nama tanpa pernyataan. Sedangkan dulu dia ada tanpa
nama.” Ungkapan bahwa tasawuf sudah ada semenjak kehadiran agama islam,
walaupun tanpa nama, menegaskan bahwa tasawuf adalah bagian yang tak terpisahkan
dari agama Islam.

Dalam kitab ‘Abdu Al- Karim Al- Qusyairi yakni, seandainya engkau
mengetahui hal ini, hendaklah engkau tahu bahwa para sufi cenderung pada ilmu-ilmu
yang diperoleh melalui ilham, bukan ilmu-ilmu yang diperoleh melalui belajar. Dari
pendapat Imam Al- Ghozali tersebut bisa dipahami bahwa pengetahuan para wali Allah
atau para sufi diperoleh langsung dari Allah SWT tanpa perantara. Namun, pengetahuan
itu berbeda dari pengetahuan kenabian, sebab ia hanya berupa ilham atau insprirasi
dalam qalbu yang tidak diketahui sang sufi bagaimana dan darimana memperplehnya.
Sementara pengetahuan para nabi merupakan wahyu yang diperoleh dari Allah SWT
melalui seorang nabi. Dan nabi tersebut mengetahui penyebabnya, seperti turunnya
malaikat kepadanya. Begitu juga nabi ataupun wali yang sepenuhnya yakin, bahwa ilmu
tersebut datang dari Allah SWT. dalam 2 keadaan.

Tasawuf pada artinya adalah upaya untuk melatih jiwa dengan berbagai kegiatan
yang dapat membebaskan dirinya dari pengaruh kehidupan dunia, hal ini dilakukan
guna bercermin akhlak yang mulia dan senantiasa pelakunya dekat dengan Allah SWT.

Tasawuf bermunculan pada berbagai sumber yaitu diantaranya al- Qur’an yang
merupakan menjadi sumber utama dalam bertasawuf. Sebab apa? Sebab al- Qur’an
adalah kalam Allah SWT. yang tiada tandingnya (mukjizat). Yang terus mengalir
diturunkan kepada nabi Muhammad Saw. Sebagai nabi dan rosul yang paling terakhir
serta dengan perantara malaikat Jibril, dan ditulis dalam mushaf-mushaf yang
disampaikan secara mutawatir, serta mempelajarinya adalah suatu perbuatan yang
bernilai ibadah. Setelah al- Qur’an datanglah sebuah hadits yang menjadi sumber
kedua.sehingga dalam kajian ilmu keagamaanpun hadits tetap menjadi rujukan setelah
al- Qur’an. Dua sumber diatas telah terurai, disambung dengan ijtihad oleh para sufi
yang tertera sebagai pengurai pemikiran-pemikiran oleh para sufi mengenai tasawuf.
Salah satu tokoh sufi beriringan dengan pemikirannya dalam pandangan kajian tasawuf,
yaitu Dzun Nun al- Mishri namanya Abul Faidh Dzun Nun Tsaubah bin Ibrahim al-
Mishri, wafat pada tahun 245H/859H. Ayahnya berasal dari Naubi. Dia seorang yang
sangat terhormat. Paling alim, wara’, kharismatik, dan sastrawan di masanya. Dzun
Nun adalah seorang yang kurus, berkulit putih kemerah-merahan, dan tidak berjenggot
putih. Salah satu mutiara nasihatnya yaitu “diantara tanda tanda orang yang cinta
dengan Allah SWT. adalah mengikuti kekasihnya, dalam perilaku, perbuatan, perintah,
dan sunnahnya. Beliau dikenal sebagai sufi yang mengembangkan teori tentang
ma’rifat. Ma’rifat dalam tema sufistik memiliki pengertian yang berbeda dengan istilah
‘ilm, melalui jalan usaha dan proses pembelajaran. Sedangkan ma’rifat menurutnya
adalah fadl (anugerah) semata dari Allah SWT. Dan ini hanya bisa dicapai dengan
pengetahuan.

Ilmu tasawuf memiliki banyak istilah. Menurut pendapat Ahlu ash- Shuffah ada
4 macam. Pertama shafwun (bersih), kedua ash- Shuf (kain wol yang kasar), ketiga
shafa (nama salah satu bukit di Makkah selain marwa), dan yang terakhir ash- Shof
(barisan).

Hukum mempelajari ilmu tasawuf sendiri adalah fardhu ‘ain menurut pendapat
Imam Syaghili, beliau menganggap seseorang tidak akan lepas dari tasawuf kecuali
nabi, karena nabi memiliki shifat ma’sum.

Faktor-faktor deskriminasi terhadap ilmu tasawuf, yaitu: mengingkari majaz,


mencukupkan diri dengan teori tanpa mempraktekkan, mencampur adukkan antara
tingkatan syariat (Islam), tarekat (iman), danhakekat (ihsan), kesalahpahaman dalam
memahami tujuan dan jalan tasawuf, salah menilai sikap dari para tokoh sufi, dan
mengambil referensi bukan pada sumbernya.

Diantara nash-nash al- Qur’an yang memerintahkan orang-orang beriman agar


senantiasa berbekal untuk akhirat adalah firman Allah SWT:

‫ل غيث اعجب‬ll‫وال و االوالد كمث‬ll‫ر فى االم‬ll‫اعلموا انما الحياة الدنيوة الدنيا لعب و لهو و زينة و تفا خر بينكم و تكا ث‬
‫اة‬l‫ا االحي‬l‫وان و م‬l‫ر ة من هللا ورض‬l‫ديد و مغف‬l‫الكفا رنباته ثم يهيج فتره مصفرا ثم يكون حطاماو فى االخرة عذاب ش‬
‫االدنيا اال متا ع الغر ور‬

(Q. S al- Hadid [57] ayat: 20) [3]. Yang artinya “Ketahuilah, bahwa
sesungguhnya kehidupan di dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan,
perhiasan dan bermegah-megahan antara kamu serta berbangga-banggaan tentang
banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumka para
petani; Kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning
kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat nanti ada azab yang keras dan ampunan dari
Allah SWT. Serta keridhoan- Nya dan kehidupan dunia ini tidak lain hanyalah
kesenangan yang menipu. Ayat ini menandakan bahwa kebanyakan manusia
melaksanakan amalan-amalan yang menjauhkannya dari amalan-amalan yang
bermanfaat untuk diri dan keluarganya, sehingga mereka dapat kita temukan
menjajakan diri dalam kubangan hitamnya kesenangan dan gelapnya hawa nafsu mulai
dari kesenangan dalam berpakaian yang indah, tempat tinggal yang megah dan segala
hal yang dapat menyenangkan hawa nafsu, berbangga-bangga dengan nasab dan
banyaknya harta serta keturunana. Akan tetapi, semua hal tersebut bersifat sementara
dan dapat menjadi penyebab utama terseretnya seseorang ke dalam azab yang sangat
pedih pada hari ditegakkannya kesedihan di sisi Allah SWT., karena semua hal trsebut
hanyalah kesenagan yang melalaikan, sementara rahmat Allah SWT. Hanya terarah
kepada mereka yang menjauhkan diri dari hal-hal yang melalaikan tersebut.

Anda mungkin juga menyukai