Nim : 2108310008
1. Tasawuf secara etimologis berasal dari kata bahasa arab, yaitu tashawwafa, Yatashawwafu,
selain dari kata tersebut ada yang menjelaskan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuf yang
artinya bulu domba, maksudnya adalah bahwa penganuttasawuf ini hidupnya sederhana,
tetapi berhati mulia serta menjauhi pakaian sutra dan memakai kain dari bulu domba yang
berbulu kasar atau yang disebut kain wol kasar. Yang mana pada waktu itu memakai kain
wol kasar merupakan bentuk kesederhanaan. Kata shuf juga diartikan dengan selembar bulu
yang maksud para sufi adalah dihadapan Allah merasa dirinya hanya bagaikan selembar
bulu yang terpisah dari kesatuannya yang tidak memiliki apa-apa. Kaa Tasawuf juga berasal
dari kata Shaff yang berarti barisan, makna kata shaff ini diartikan kepada para jamaah yang
selalu berada pada barisan kedepan ketika shalat, sebagaimana shalat yang berasa pada
barisan kedepan maka akan mendapatkan kemuliaan dan pahala. Tasawuf juga berasal dari
kata shafa yang berarti jernih, bersih atau suci. Makna tersebut sebagaimana dari mereka
yang memiliki hati yang bersih atau suci, maksudnya adalah mereka mensucikan dirinya
dihadapan Allah SWT melalui latihan kerohanian yang amat dalam yaitu dengan melatih
dirinya untuk menjauhi segala sifat yang kotor sehingga mencapai kebersihan dan kesucian
pada hatinya. Adapun yang mengatakan bahwa tasawuf berasal dari kata Shuffah yaitu
serambi masjid nabawi yang ditempati sebagian sahabat Rasulullah. Maknanya tersebut
dilatarbelakangi oleh sekelompok sahabat yang hidup zuhud dan konsentrasi beribadah
hanya kepada Allah SWT serta menimba ilmu bersama Rasulullah yang menghuni masjid
Nabawi. Sekelompok sahabat tersebut adalah mereka yang ikut berpindah bersama
Rasulullah dari Mekah ke Madinah dengan keadaan mereka kehilangan harta dan dalam
keadaan miskin. Sedangkan pengertian tasawuf secara terminologi terdapat banyak beberapa
pendapat berbeda yang telah dinyatakan oleh beberapa ahli, namun penulis akan mengambil
beberapa pendapat dari pendapat pendapat para ahli tasawuf yang ada, yaitu sebagai berikut:
a) Syekh Abdul Qadir al-Jailani berpendapat tasawuf adalah mensucikan hati dan
melepaskan nafsu dari pangkalnya denngan khalawt, riya-dloh, taubah dan ikhlas.
c) Syaikh Ibnu Ajibah menjelaskan tasawuf sebagai ilmu yang membawa seseorang
agar bisa dekat bersama dengan Tuhan Yang Maha Esa melalui penyucian rohani
dan mempermanisnya dengan amal-amal shaleh dan jalan tasawuf yang pertama
dengan ilmu, yang kedua amal dan yang terakhirnya adalah karunia Ilahi.
4. Murid Syeikh Abdur Rauf bin Ali al-Fansuri yang lain ialah Syeikh Burhanuddin
Ulakan. Beliau inilah yang disebut sebagai orang yang pertama sebagai penyebar Islam
di Minangkabau (Sumatera Barat) melalui kaedah pengajaran Tarekat Syathariyah.
a) Ajaran yang terdapat dalam tarekat Syattariyah adalah menganut paham Wahdatul
Wujud, Dimana paham ini memiliki kesamaan dengan paham tasawuf Ibn Arobi.
Wahdatul wujud terdiri dari dua kata, wahdat dan wujud.Wahdah mempunyai arti
tunggal dan wujud artinya ada, dengan demikian wahdatul wujud berarti kesatuan
wujud. Dari pengertian diatas kata wahdah sebagai kesatuan antara materi dan roh,
hakekat dan bentuk, lahir dan batin, Allah dan alam. Maka, dari pengertian itulah
bahwa manusia dan alam adalah satu kesatuan. Dengan kata lain, segala macam
benda-benda dan makhluk yang ada dialam ini merupakan manifestasi dari pada
tuhan. Tuhan yang dimaksud disini ialah bukan dalam arti esensi (dzat) akan tetapi
sifat-sifatnya yang indah.Wahdatul Wujud atau wujudiyah adalah milik paham dari
Ibn Arobi dan ajaran Insan Kamil milik al-Jili, dengan basis teori tanazzul dan
tajalli.
b) Ajaran Tarekat Syattariyah yang selanjutnya adalah talkin. Talkin adalah langkah
yang harus dilakukan terlebih dahulu sebelum seseorang di bai‟at menjadi anggota
tarekat dalam menjalani dunia tarekat. Menurut alQusashi diantara tatacara talkin
adalah calon murid terlebih dahulu meninap di tempat tertentu yang ditunjuk oleh
Syaikh-nya selama tiga malam dan dalam keadaan suci (berwudlu). Setiap
malamnya ia harus melaksanakan sholat sunnah sebanyak enam roka‟at dengan
tigan kali salam. Pada roka‟at pertama dari dua roka‟at pertama, setelah selesai
membaca surah al-Fatihah membaca surah al-Qodr enam kali, kemudian setelah
roka‟at kedua setelah baca surah al-Fatihah baca surah al-Qodr dua kali, pahala
shalat tersebut dihadiahkan kepada Nabi Muhammad SAW, seraya mengharap
pertolongan dari Allah. Selanjutnya pada roka‟at pertama dari dua roka‟at kedua,
setelah selesai baca surah al-Fatihah membaca surah al-Kafirun lima kali, dan pada
roka‟at kedua setelah surah al-Fatihah membaca surah al-Kafirun tiga kali, dan
pahalanya dihadiahkan kepad arwah para nabi, keluarga, sahabat, serta para
pengikutnya. Terahir pada roka‟at pertama dari dua roka‟at ketiga setelah surah al-
Fatihah membaca surah al-Ikhlas empat kali, dan pada roka‟at kedua setelah al-
Fatihah membaca surah al-Ikhlas dua kali. Kali ini pahalanya dihadiahkan kepada
para arwah guru-guru tarekat , keluarga, shabat, dan para pengikutnya. Kemudian
setelah rangkaian sholat diatas selesai lalu ditutup dengan membaca shalawat
kepada nabi sebanyak sepuluh kali.
c) Ajaran yang selanjutnya adalah bai‟at. Setelah menjalani talkin, hal yang harus
ditempuh oleh seseorang yang akan menjadi murid adalah di bai‟at. Secara hakiki
bai‟at menurut al-Qusashi merupakan ungkapan kesetiaan dan penyerahan diri dari
seorang murid secara khusus kepada syaikh-nya dan secara umum kepada lembaga
tarekat yang dimasukinya.
d) Ajaran selanjutnya adalah dikenal dengan tujuh macam dzikir muqoddimah, yang
disesuaikan dengan tujuh macam nafsu manusia. Tujuh macam dzikir itu adalah
i. Dzikir thowaf, yaitu dikir dengan memutar kepala, mulai dari bahu kiri sampai
bahu kanan, dengan mengucapkan laa ilaaha sambil menahan nafas . setelah
sampai dibahu kanan nafas ditarik lalu mengucapkan Illa Allah yang
dipukulkan kedalam hatisanubari yang letaknya kira-kira dua jari dibawah susu
kiri, tempat bersarangnya nafsu lawwamah.
ii. Dzikir nafi‟ isbat, yaitu dzikir dengan Laa ilaaha illa Allah dengan lebih
mengeraskan lafadz nafi‟nya (laa ilaaha) ketimbang isbat-nya (illa Allah) yang
diucapkan seperti memasukkan suara kedalam yang Empu-nya Allah.
iii. Dzikir isbat faqoth, yaitu berdzikir dengan illa Allah, illa Allah, illa Allah yang
dihujamkan kedalam hati sanubari.
iv. Dzikir ism al-dzat, yaitu dzikir dengan Allah, Allah, Allah yang dihujamkan
ketengah-tengah dada, tempat bersemayamnya ruh yang menandai adanya
hidup dan kehidupan manusia.
v. Dzikir taroqqi, yaitu dzikir Allahu, Allahu. Dzikir Allah diambil dari dalam
dada, dan hu dimasukkan kedalam bait al-makmur 9otak, markas selalu tersinar
oleh cahaya ilahi).
vi. Dzikir tanazzul, yaitu dzikir Huwa Allah, Huwa Allah, dzikir huwa diambil
dari ba‟it al-makmur, dan Allah dimasukkan kedalam dada. Dzikir ini
dimaksudkan agar seorang salik senantiasa memiliki kesadaran yang tinggi
sebagai insane cahaya ilahi.
vii. Dzikir Ism al-Ghoib, yaitu dzikir huwa, huwa, huwa dengan mata dipejamkan
dan mulut dikatupkan kemudian diarahkan tepat ke tengahtengah dada menuju
kearah kedalaman rasa.