Anda di halaman 1dari 12

Makalah

TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH

Dosen Pengampu: Afifah, S. Fil. I, M.Pd.I

Oleh:

NURUL HIDAYAH

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM

FAKULTAS TARBIYAH

INSTITUT DIROSAT ISLAMIYAH AL-AMIEN PRENDUAN SUMENEP

2020
PENDAHULUAN

Islam masuk ke Indonesia pada abad ke-7 M yang pada saat itu di bawa oleh pedagang-
pedagang Arab, Gujarat, dan Yaman1. Yang mana mereka menyebarkan Islam tanpa kekerasan
sedikitpun. Keikhlasan dan kesabaran dalam menyebarkan agama Islam membuat orang-orang
tertarik kala itu. Dan pada masa itu, para pedagang menyentuh masyarakat Indonesia melalui
keakraban dengan kalagan raja dan rakyat. Yang perlu diketahui adalah mereka menyebarkan
agama Islam bukan untuk kepentingan politik melainkan untuk dakwah dan meluruskan
keyakinan orang Indonesia.

Penyebaran agama Islam di Indonesia bisa berhasil karena yang menyebarkan agama
Islam berlatarbelakang tarekat. Dimana konsep ihsan menjadi tolak ukur manusia bisa menyadari
betapa Tuhan dekat sekali dengan urat nadi manusia. Nuansa Persia yang paling kental di bawa
oleh Maulana Malik Ibrohim.

Begitu banyak tarekat yang berkembang di Indonesia sekarang. Tarekat-tarekat ini


berkembang karena kebutuhan para pencari Tuhan. Ciri khas dan ritual yang ada di dalamnya
memiliki ketertarikan sendiri. Mulai dari dzikir, hingga pembaiatan yang berbeda-beda membuat
rasa penasaran dan ingin tahu akan sebuah tarekat.

Yang akan dibahas pada makalah ini adalah salah satu tarekat yang cukup terkenal di
Indonesia yaitu tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Penulis akan membahas mulai dari
sejarah hingga bagaimana ritual yang ada didalamnya. Tujuannya agar pembaca memahami apa
itu tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, tujuan dari tarekat ini, dan mengetahui ritual yang
ada didalamnya.

1
Nur Syam, Pembangkangan Kaum Tarekat (Surabaya: PT Bina Ilmu Offset Surabaya, 2004), 19.
PEMBAHASAN

A. SEJARAH SINGKAT TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH


Tarekat berasal dari bahasa Arab “tharikah” jamaknya “taraiq” yang berarti jalan,
keadaan, aliran yang dalam garis sesuatu2. Tarekat adalah suatu metode yang digunakan oleh
seorang Sufi besar dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah, yang kemudian di ikuti
oleh murid-muridnya. Pada perkembangan selanjutnya membentuk suatu organisasi, inilah
yang kemudian disebut tarekat.
Islam Kaffah adalah Islam yang di dalamnya terpadu aspek akidah, syariat dan hakikat.
Yang mana dari akidah itu lahirlah tauhid, dari syariat melahirkan fikih sedangkan dari
hakikat lahirlah tarekat. Tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah adalah salah satu aliran
dalam tasawuf yang substansi ajarannya merupakan gabungan dari dua tarekat, yaitu tarekat
Qadariyyah dan Naqsyabandiyyah.
Tarekat tidak bisa dipisahkan dari pendirinya. Pendiri tarekat Qodiriyah adalah Sultan al-
Auliya Syekh Abdul Qadir al-Jilani. Sedangkan pendiri tarekat Naqsyabandiyah adalah
Syekh Bahauddin an-Nasyabandi. Dari kedua tarekat ini di padukan menjadi tarekat
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah oleh seorang Maha Guru Tasawuf yang menjadi marja
tasawuf di Makkah al-Mukarramah di masanya yaitu Syekh Ahmad Khotib as-Simbasi.
Beliau memadukan dua tarekat ini karena beliau tahu benar bahwa kesempurnaan
pengalaman ajaran tarekat ada dalam keterpaduan dari keduanya.

B. TUJUAN TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH


Tujuan dari tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah sama dengan tujuan Islam itu sendiri,
yaitu menuntun manusia agar mendapat Ridho Allah, sejahtera di dunia dan di akhirat.
Tujuan tarekat ini tergambar dalam mukaddimah yang mesti dibaca oleh setiap ikhwan
manakala ia akan melakukan dzikrullah. Kalimat yang dimaksud adalah:
‫الهى انت مقصودي ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعرفتك‬
Artinya: “Tuhanku, Engkaulah yang aku maksud dan keridhaan-Mu yang aku cari. Berilah
aku kemampuan untuk bisa mencintai-Mu dan makrifat kepada-Mu”.

2
M Solihin, ILMU TASAWUF (Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2014), 203.
Doa diatas wajib dibaca oleh para ikhwan tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah setiap
selesai sholat minimal dua kali sebagai mukaddimah dan akhir pengalam dzikir. Dalam do’a
tersebut terkandung 4 macam tujuan tarekat ini, yaitu3:
1. Taqarrab ilallah. Ialah mendekatkan diri kepada Allah dengan jalan dzikrullah.
2. Menuju jalan mardatillah. Ialah jalan yang di ridhoi Allah baik dalam ‘ubudiyyah
maupun diluar ‘ubudiyyah.
3. Kemakrifatan. Ialah melihat Tuhan dengan mata hati.
4. Mahabbah terhadap Allah. Ialah mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati.

C. RITUAL TAREKAT QODIRIYAH WA NAQSYABANDIYAH


Didalam tarekat ini terdapat beberapa ritual, diantaranya ialah:
1. Dzikir
a. Dzikir yang dimaksud dalam tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah
Dzikir secara bahasa artinya ingat atau mengingat. Dzikir terbagi menjadi dua
yaitu dzikir bimakna ‘am (dzikir secara umum) adan dzikir bimakna khas (dzikir dalam
arti khusus)4. Dzikir bimakna ‘am adalah segala bentuk ketaatan kepada Allah seperti
sholat, puasa, zakat, membaca Al-Qur’an dan sebagainya.
Sedangkan dzikir yang dimaksud dalam tarekat ini adalah dzikir bimakna khas.
Dzikir bimakna khas adalah “hudural qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama Allah).
Dzikir bimakna khas ini terbagi menjadi dua yaitu dzikir jahr dan dzikir khafi.
 Dzikir jahr adalah melafalkan kalimat tayibah yakni “Lailaha illallah” secara lisan
dengan suara keras dan dengan cara-cara tertentu. Kalimat tayibah menjadi amalan
tarekat ini karena kalimat ini merupakan kalimat tauhid, kalimat ikhlas, kalimat yang
paling agung, paling besar manfaatnya dan paling berbekas ke dalam hati manusia
yang membacanya.
 Dzikir khafi adalah ingat kepada Allah dengan dzikir isbat saja yaitu mengingat nama
Allah secara tersembunyi dalam hati dengan cara-cara yang di terangkan dalam talqin.

3
Cecep Alba, Tasawuf Dan Tarekat (Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012), 95.
4
Alba, 98.
b. Cara berdzikir (Kaifiyat az-Zikr)
Dalam kitab Miftah as-Sudur di jelaskan cara berdzikir yang benar sebagai
amalan dalam tarekat Qodiriyah wa Naqsyabandiyah. Berikut caranya5:
Orang yang berdzikir memulai dengan ucapan Laa dari bawah pusat dan di
angkatnya sampai ke otak dalam kepala, sesudah itu di ucapkan Ilaaha dari otak
dengan menurunkannya perlahan-lahan ke bahu kanan. Lalu memulai lagi dengan
ucapan Illallah dari bahu kanan dengan menurunkan kepala kepada pangkal dada di
sebelah kiri, dan berkesudahan pada hati sanubari di bawah tulang rusuk lambung
engan menghembuskan lafazh nama Allah sekuat mungkin sehingga terasa geraknya
pada seluruh badan, seakan-akan di seluruh badan amal yang rusak itu terbakar dan
memancarkan Nur Tuhan. Gerakan itu meliputi seluruh bidang lathifah, sehingga
dengan demikian tercapai makna tahlil yang artinya “Tidak ada yang dimaksudkan
melainkan Allah”. Kalimat nafyi melenyapkan seluruh wujud sesuatu yang baru
daripada pandangan da ibarat, lalu berubah menjadi pandangan fana dari kalimat
isbat ditegakkanlah dengan tegak dalam hati dan kepad Dzat Yang Maha Besar, lalu
memandang wujud Dzat Allah dengan pandangan yang baqa (kekal).
Setelah Selesai dzikir dengan bilangan ganjil (minimal 165 kali), kemudian
meakhirinya dengan bacaan: Sayyiduna Muhammadun Rasulullah Shollallahu ‘alaihi
wasallam.
2. Talqin dan Bai’at
Untuk dapat mengamalkan dzikir khas ataupun amalan-amalan lainnya dalam tarekat
Qodiriyah wa Naqsyabandiyah, seorang salik (murid) harus melalui proses talqin.
Talqin adalah peringatan guru (mursyid) kepada murid. Sedangkan bai’at adalah
kesanggupan dan kesetiaan murid dihadapa gurunya untuk mengamalkan dan
mengerjakan segala kebajikan yang diperintah mursyidnya. Di dalam talqin secara
spiritual terjadi proses penanaman cahaya iman, sekaligus di jelaskan pula secara sarih
(jelas) bagaimana cara berdzikir agar iman dapat tumbuh subur sehingga menghasilkan
amal sholeh. Talqin hanya bisa dilakukan oleh seorang guru mursyid. Guru mursyid

5
Alba, 105–6.
adalah seorang guru spiritual yang telah mendapat izin dari Rasulullah melalui guru-
gurunya secara ittisal (bersambung) untuk melaksanakan talqin.
Sedangkan talqin dzikir khafi dilakukan dengan itsbat tidak dengan nafsyi yaitu
dengan lafadz Allah.
3. Khataman
Kata khatam berasal dari kata “khatama-yakhtumu-khatman” artinya
selesai/menyelesaikan. Maksud khatam dalam tarekat Qidiriyah wa Naqsyabandiyah
adalah menyelesaikan atau menamatkan pembacaan aaurad (wirid-wirid) yang menjadi
ajaran tarekat ini pada waktu-waktu tertentu. Wirid-wirid ini minimal dibaca secara
keseluruhan sampai khatam (tamat) 1 kali dalam seminggu. Wirid-wirid yang menjadi
amalan mingguan itu terdapat dalam buku himpunan dan di kodifikasi oleh Syekh
Mursyid. Buku tersebut diberi nama ‘Uqud al-Juman.
Khatam ini dilakukan setelai selesai sholat fardhu dan dzikir. Khatam ini bisa di
lakukan secara sendiri-sendiri atau berjamaah. Namun akan lebih baik jika berjamaah.
Berikut proses khatamannya6:
a. Tawassul
1) Al-Fatihah, ke hadirat Nabi Saw beserta keluarga dan sahabatnya.
2) Al-Fatihah, untuk para Nabi dan Rasul, para malaikat Al-Muqarrabin, para
Syuhada’, para Shalihin setiap keluarga, setiap sahabat, dan kepada arwah
bapak kita adam, dan ibu kita Hawa’, dan semua keturunan dari keduanya
sampai hari kiamat.
3) Al-Fatihah, kepada arwahnya Khulafa’ur Rasyidin ra (Abu Bakar, Umar
Utsman, Ali), semua sahabat awal dan akhir, para tabi’in, tabi’it tabi’in dan
semua yang mengikuti kebaikan mereka sampai hari kiamat.
4) Al-Fatihah, untuk arwah para Imam Mujtahid dan para pengikutnya, para
Ulama dan pembimbing, para qari’, para mukhlisin, para imam hadits, mufassir,
semua tokoh-tokoh sufi yang ahli tarekat, para wali baik laki-laki maupun
perempuan. Kaum muslimin dan muslimat di seluruh penjuru dunia.
5) Al-Fatihah, untuk semua arwah Syekh Tarekat Qadiriyah Wa Naqsyabandiyah,
khususnya Sultanul Auliya’ Syaikh Abdul Qadir al-Jilani, Abdul Qasim Al-

6
A. Aziz Masyhuri, ENSIKLOPEDI 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf (Surabaya: IMTIYAZ, 2014), 201.
Junadi, Sirri as-Saqathi, Ma’ruf Al-Karkhi, Habib Al-Ajami, Hasan Al-Bashri,
Ja’far As-Shadiq, Abu Yazid Al-Basthami, Yusuf AlpHamadani, Baha’uddin
An-Naqsyabandi, As-Shirhindi, berikit nenek moyang dan keturunan mereka,
ahli silsilah mereka dan orang yang mengambil ilmu dari mereka.
6) Al-Fatihah, kepada arwah orang tua kita dan syaikh-syaikh kita, keluarga kita,
dan orang yang mempuyai hak dari kita, orang yang mewasiati kita, dan orang
kita wasiati, serta orang yang mendoakan baik kepada kita.
7) Al-Fatihah, kepada semua arwah mikminin-mukminat, muslimin-muslimat
yang masih hidup maupun yang sudah mati dibelahan Barat maupun Timur. Di
kanan dan kiri dunia, dan dari semua penjuru dunia, semua keturunan Nabi
Adam sampai kiamat.
b. Wirid
Setelah membaca tawassul dilanjutkan dengan membaca wirid berikut:
1. )× 100( ‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم‬
2. )×79( ‫سورة النشراح‬
3. )× 100( ‫سورة الخالص‬
4. )×1( ‫الفاتحة لحرة الشيخ أهل الطريقة‬
5. )× 100( ‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم‬
6. )×100( ‫اللهم يا قا ضي الحاجات‬
7. )×100( ‫اللهم يا كافي المهمات‬
8. )×100( ‫اللهم يا رافع الدرجات‬
9. )×100( ‫اللهم يا دافع البليات‬
10. )×100( ‫اللهم يا محل المشكالت‬
11. )×100( ‫اللهم يا مجيب الدعوات‬
12. )×100( ‫اللهم يا شافي ألمراض‬
13. )×100( ‫اللهم يا أرحم الراحمين‬
14. )× 100( ‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم‬
15. ‫الفاتحة لحضراة االمام‬
16. ‫الفاتحة لحضراة سلطان األملياء الشيخ عبد القادر الجيالني‬
17. )× 100( ‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم‬
18. )×200( ‫حسبنا هللا منعم الوكيل‬
‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم (‪19. )× 100‬‬
‫الفاتحة لحضراة سلطان األملياء الشيخ عبد القادر الجيالني ‪20.‬‬
‫الفاتحة لحضراة االمام القطب الرباني الشيخ أحمد الفاروقالسرهندي ‪21.‬‬
‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم (‪22. )× 100‬‬
‫ال حول وال قوة الال با هلل العلي العظيم (‪23. )×100‬‬
‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم (‪24. )× 100‬‬
‫‪Kemudian berhenti sejenak menghadap ke hadirat Allah SWT serendah-‬‬
‫‪rendahnya dengan memohon ampunan dan keselamatan serta ketetapan iman di‬‬
‫‪dunia dan akhirat, dan momohon dimudahkan memperoleh rezeky yang halal‬‬
‫‪dengan merendahkan diri dari semua makhluk dengan arti tidak merasa punya‬‬
‫‪kelebihan. Dengan membaca doa:‬‬
‫اللهم أنت مقصودي ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعر فتك ‪25.‬‬
‫الفاتحة على هذه النية الصالحة ‪26.‬‬
‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم (‪27. )× 100‬‬
‫يا لطيف (‪28. )16.641‬‬
‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم (‪29. )× 100‬‬
‫الفاتحة الى حضرة النبي واله وصحبه جمعين ‪30.‬‬
‫)‪c. Doa Khususiyah (Khatam‬‬
‫اللهم يا لطيف اللهم يا لطيف اللهم يا لطيف يا من وسع لطفه أهل السموات واألرض نسألك بخفي لطفه أن‬
‫تخفينا في نفي خفي لطفك الخفي انك قلت وقولك الحق هللا لطيف بعباده يرزق من يشاء وهوالقوي العزيز اللهم‬
‫يا القوي العزيز يا العزيز معين بقوتك وعزتك يا متين أن تكون لنا عونا ومعينا في جميع األقوال واألفعال‬
‫واألحوال وجميع ما نحن فيه من فعل اخيرات وأن تدفع عنا كل شر ونقمة ومحنة قد استحققناها من عفلتنا‬
‫وذنوبنا فانك أنت اغفور الرحيم وقد قلت وقولك الحق ويعفوا عن كثير اللهم بحق من لطفت به وجهته عندك‬
‫وجعلت اللظف الحف ي تابعا له حيث توجه أسألك أن توجهنا عندك وأنتخفينا بخفي لطفك انك على كل شيئ قدير‬
‫وصلى هللا على سيدنا محمد وعلى أله وصحبه وسلم والحمد هلل رب العالمين ‪.‬‬
‫‪4. Manaqiban‬‬
‫‪Kata manaqib merupakan kata jamak dari manaqabah yang artinya babakan‬‬
‫‪sejaran hidup seseorang7. Maka dapat dilihat dari sini dan kita menarik kesimpulan‬‬
‫‪manaqiban ini memiliki arti proses pembacaan penggalan sejarah hidup seseorang secara‬‬
‫‪spiritual. Manaqib dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah manaqib Syekh‬‬

‫‪7‬‬
‫‪Alba, Tasawuf Dan Tarekat, 148.‬‬
Abdul Qadir al-Jilani sebagai pendiri tarekat Qadiriyah. Isi manaqib secara khusus
menceritakan akhlak Tuan Syekh, silsilahnya, kegiatan dakwahnya, karamahnya, dan
lain-lain yang relevan dijadikan pelajaran oleh para pengikutnya.
Manaqiban dalam tarekat ini merupakan amalan syahriyah, artinya amalan yang
dilakukan minimal satu bulan satu kali. Biasanya materi manaqiban terbagi pada dua
bagian penting, yaitu:
1. Materi (kontens) tentang khidmat ‘amaliyah. Substansi pada materi ini meliputi:
a. Pembacaan ayat suci Al-Qur’an.
b. Pembacaan Tanbih
c. Pembacaan Tawassul
d. Pembacaan Manaqabah Syekh ‘Abdul Qadir al-Jilani
e. Do’a
2. Khidmat ‘Ilmiyah
Maksudnya adalah pembahasan tasawuf secara keilmuan dan pembahasan aspek-
aspek ajaran Islam secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk membuka wawasan
keislaman para Ikhwan, memperdalam ilmu ketasawufan, dan memotivasi para
ikhwan agar semakin rajin mendalami ilmu-ilmu Islam, khususnya ilmu tasawuf dan
tarekat, serta mengamalkan amalan ajaran Islam, khususnya amalan tarekat
Qadiriyah wa Naqsabandiyah dalam kehidupan sehari-hari. Setelah selesai khidmat
ilmiyah, dilanjutkan dengan membaca salawat Bani Hasyim tiga kali dan diakhiri
dengan penutupan.

D. TATA CARA BERTAREKAT QADARIYAH WA NAQSYABANDIYAH


Seseorang yang akan memasuki dan mengambil tarekat ini maka harus melaksanakan tata
cara sebagai berikut8:
1. Datang kepada guru mursyid untuk memohon izin memasuki tarekatnya dan menjadi
muridnya.
2. Mandi taubat yang dilanjutkan dengan Sholat Taubat dan Sholat Hajat.
3. Membaca istigfar 100 kali.

8
Masyhuri, ENSIKLOPEDI 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf, 208–10.
4. Sholat istikharah, yang bisa dilakukan sekali atau sesuai dengan petunjuk mursyid.
5. Tidur miring kanan menghadap kiblat sambil membaca shalawat Nabi sampai tidur

Setelah hal diatas dilakukan, selanjutnya adalah pelaksanaan talqin dzikir Baiat.
Melakukan puasa Zirruh (puasa yang bernyawa) selama 41 hari. Baru setelah itu, dia akan
tercatat sebagai murid. Adapun setelah menjadi murid, dia berkewajiban mengamalkan wirid
berikut:
1. Diawali dengan membaca:

)3×( ‫الهى انت مقصودي ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعرفتك والحول وال قوة اال باهلل العلي العظيم‬

2. Hadiah Al-Fatihah kepada ahli Silsilah Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah.


3. Membaca Al-Ikhlas 3 kali, Al-Falaq 1 kali dan An-Naas 1 kali.
4. Membaca shalawat Ummi 3 kali.
‫اللهم صلى على سيدنا محمد النبي األمي وعلى أله وصحبه وسلم‬
5. Membaca istogfar 3 kali.
6. Rabithah kepada guru mursyid sambil baca:
‫ ال اله اال هللا حي موجود‬, ‫ال االهللا حي باق ال اله اال هللا حي موجود‬

7. Membaca dzikir Nafi Itsbat 65 kali.


‫ال اله اال هللا‬

Kemudian dilanjutkan dengan:

1. Membaca lagi:
)3×( ‫الهى انت مقصودي ورضاك مطلوبي أعطني محبتك ومعرفتك والحول وال قوة اال باهلل العلي العظيم‬
2. Menenangkan dan mengonsentrasikan hati, kemudian kedua bibir dirapatkan sambil lidah
ditekan dan gigi direkatkan seperti orang mati, dan merasa inilah nafas terakhir sambil
mengingat alam kubur dan kiamat dengan segala kerepotannya.
3. Kemudian dengan hatinya mewiridkan dzikir nama Allah 1000 kali.
KESIMPULAN

Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah gabungan dari 2 tarekat yaitu tarekat


Qadiriyyah dan tarekat Nasyabindiyah. Pendiri Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah adalah
Syaikh Ahmad Khatib Simbas. Beliau menggabungkan kedua tarekat ini karena beliau
mengetahui benar kesempurnaan pengalaman dari keduanya.

Di dalam tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah tujuan sama seperti tujuan islam itu
sendiri yaitu menuntun manusia agar mendapat Ridho Allah, sejahtera di dunia dan di akhirat.
Nah untuk mencapai tujuan tersebut tarekat ini lebih mengutamakan dzikrullah. Tarekat ini
memiliki dzikir atau wirid khusu yang diamalkan oleh setiap pengikutnya. Cara berdzikirnyapun
memiliki cara yang khusus.

Namun untuk bisa mendapatkan dzikir dan wirid khusus ini, seseorang harus di baiat dulu
oleh seorang mursyid. Jika ingn di baiat maka seorang itu harus mengikuti persyaratan yang
diberikan oleh seorang mursyid tadi baik perintah atau laranyan darinya. Setelah resmi menjadi
murid, maka dia harus mengamalkan ajarannya secara istiqomah.
DAFTAR PUSTAKA

Alba, Cecep. Tasawuf Dan Tarekat. Bandung: PT REMAJA ROSDAKARYA, 2012.


Masyhuri, A. Aziz. ENSIKLOPEDI 22 Aliran Tarekat Dalam Tasawuf. Surabaya: IMTIYAZ,
2014.
Solihin, M. ILMU TASAWUF. Bandung: CV PUSTAKA SETIA, 2014.
Syam, Nur. Pembangkangan Kaum Tarekat. Surabaya: PT Bina Ilmu Offset Surabaya, 2004.

Anda mungkin juga menyukai