Anda di halaman 1dari 14

1

HAKEKAT ILMU PENGETAHUAN DALAM ISLAM


( SUMBER ILMU, BIDANG ILMU DAN HUBUNGANNYA DENGAN PROSES
PENDIDIKAN ISLAM )
A. Pendahuluan
Ilmu merupakan penuntun kehidupan manusia yang bila mana manusia itu lari dari
norma-norma agama, beberapa pandangan bahwa ilmu itu adalah bersifat universal
(menyuruh) dan ilmu itu juga memihak kepada kebenaran. Kalau kita kaji secara
mendalam bahwa ilmu itu suatu hasil berpikir yang sistimatis, objektif dan sehingga
dibuktikan secara sistimatis.
Dalam sebuah buku filsafat ilmu sebuah pengantar populer dijelaskan bahwa Sokrates
adalah juga termasuk filosof di zaman Yunani dimana ia mata para ilmuan memiliki
derajat yang lebih tinggi sebagai peletak dasar. Dengan filsafatnya terhadap ilmu
pengetahuan termasuk ilmu-ilmu sosial.
Dan pada makalah ini akan disajikan beberapa poin-poin tentang hakekat ilmu
pengetahuan dalam persfektif (pandangan) Islam yang untuk menambah ilmu
pengetahuan.
B. Pengertian Ilmu Pengetahui
Kata ilmu berasal dari kata bahasa Arab (alima) yang berarti pengetahuan. Pemakaian
kata itu dalam bahasa Indonesia kita ekuipalenkan dengan istilaj seince yang berasal dari
bahasa latin : scoi yang juga berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan (pasal 1) tetapi ada berbagai pengetahuan. Dengan
pngetahuan ilmu dimaksud pengatahuan yang pasti, eksak dan betul-betul terorganisasi.
Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Ilmu haruslah sistimatis dan berdasarkan metodologi dan ia berusaha mencapai
generalisasi dalam kajian ilmiah.
1
Dan ilmu adalah suatu kebenaran yang selalu mencarai
sesuatu, yang memang dapat diterima oleh pikiran kita, ilmu tidak hanya sampai kepada
hukum yang umum (abstrak) tidak hanya terdiri dari teori tetapi menuju dunia yang nyata.
Ia mempelajari hubungan sebab akibat untuk diterapkan dalam alam kenyataan.

1
Sidi Gazalba, Sistimatika Filsafat, (Jakarta : Bulan Bintang, 1992), hlm 40.
2

Ilmu itu juga bersifat praktis ia memberikan ukuran atau norma yang lebih khusus
daripada ilmu praktis normatif norma yang dikaji ialah bagaimana membuat sesuatu atau
tindakan apa yang harus dilakukan untuk mencapai hasil tertentu. Dan ilmu sangat sering
dijadikan sebagai pembela antara disiplin ilmu pengetahuan.
2
Sedangkan ilmu
pengetahuan sebagai proses artinya kegiatan kemasyarakatan yang diperlukan demi
penemuan dan pemahaman duna alami sebagaimana adanya, bukan sebagaimana yang kita
kehendaki.
C. Kedudukan Ilmu Menurut Islam
Dalam buku filsafat ilmu sebuah pengantar populer dijelaskan bahwa Sokrates adalah
termasuk filosofis di zaman Yunani. Dimana ia diminta para ilmuan memiliki derajat lebih
tinggi, sebagai peletak dasar, dengan filsafatnya, terhadap ilmu pengetahuan, termasuk
ilmu-ilmu sosial. Jika dipertanyakan apakah ia atau Socrates ornag yang beriman ?
Jawabnya, hanya Allah yang mengetahui, akan tetapi dari yang penulis (pembuat makalah)
bahwa orang-orang yang tidak tergolong Islam maka tidak ada surga baginya. Seperti yang
ada dalam ajaran Islam, bahwa masalah shalat yang dipertanyakan terlebih dahulu
dipandang masyat (hari kiamat).
3
Jika shalatnya baik maka dilihatlah amalan lainnya,
begitu juga sebaliknya jika tidak baik shalatnya maka tidak dilihat malan-amalan lainnya.
Ada yang memberikan penjelasan bahwa Tanpa ilmu manusia sering dan suka
berdusta terhadap yang lainnya, dengan maksud menyesatkan manusia. Dalam surah 31
ayat 6:
=}g`4 +EEL- }4` O)O4;=4C 4O;_
g+CgE^- E_NOg }4N O):Ec *.-
)OO4) Ug E-EOgC+-4C4 -+O- _
Elj^q +O _-EO4N -)_G` ^g
Artinya: Dan diantara manusia (ada) orang yang menggunakan perkataan yang tidak
berguna untuk menyesatkan (manusia) dari jalan Allah tanpa pengetahuan
dan menjadikan jalan Allah itu diolok-olokkan, mereka itu akan
memperoleh azab yang menghinakan.

2
Miska Muhammad Umien, Epistemologi Islam Pengantar Filsafat Pengetahuan Islam, (Yogyakarta :
Universitas Indonesia, 1983), hlm. 5.
3
Abdurrahman Ahmad, dkk, Himpuanan Fadilah Amal, (Yogyakarta : Ash-Shaff, 2006), hlm. 106.
3

D. SUMBER ILMU MENURUT ISLAM
Perlu diketahui bahwa sumber ilmu menurut Islam adalah Al-Quran,
4
timbul
pertanyaan kenapa ? maka jawabnya dengan alasan Al-Quran itu membuat segala-
galanya, menyebabkan dalam berpikir untuk berilmu pengetahuan. Sehingga manusia
harus kembali kepada ayat-ayat Al-Quran.
Bukankah Allah SWT melalui firmannya memberikan jala agar manusia berpikir dan
belajar dari semua yang diciptakan-Nya dialam semesta ?
Dari sejumlah ayat Al-Qur'an Allah SWT berfirman agar manusia memperhatikan apa
saja yang ada di lingkungannya. Surah Yunus ayat 101 berbunyi yang artinya
katakanlah perhatikanlah apa yang ada dilangit dan di bumi....
Untuk mempelajari dan mengetahui ciptaan Allah SWT dengan kejadian-kejadian-
Nya serta asal-muasal-Nya (the gensis) Allah SWT berfirman seperti dalam surah Al-
Ankabut ayat 20:
~ W-+OOc ) ^O- W-NOO^
E-^O E4 4-UEC^- _ O +.-
4NC E;=E4- E4O=E- _ Ep)
-.- _O>4N ] 7/E* EOCg~ ^g
Artinya: Katakanlah berjalanlah dimana bumi, maka perhatikanlah bagaimana
Allah SWT menciptakan manusia dari permulaannya.
Suatu hal yang perlu dihubungkan dengan surah al-Mumin ayat 12-14 :
;4 E4^UE= =}=Oee"- }g` l-Uc
}g)` -gC ^g +OE4UEE_ LOE;C+^
O) O-4O~ -E` ^@ O 4L^UE=
OE;COL- LOU4 4L^UEC
OUE^- LO4;_N` 4L^UEC
O4;_^- VgN 4^O=O
=g^- V^4O O +O4^4=e

4
Jujun S. Suriasumantri, Filsafat Ilmu Sebuah Pengantar populer, (Jakarta : Pustaka Sinar Harapan,
2005), hlm. 50.
4

UE= 4OE=-47 _ E4O4l4 +.-
}=O;O 4-)UC^- ^j
Artinya: Dan sesungguhnya kami telah menciptakan manusia dari suatu sari pati
berasal dari tanah, kemudian kami jadikan sari pati itu air mani yang
disimpan dalam tempat yang kokoh (rahim), kemudian air mani itu kami
jadikan sekumpal darah, dan seterusnya dijadikan segumpal daging, itu
kami jadikan tlang-belulang, lalu kami tulang-belulang itu kami bungkus
dengan daging. Kemudian kami jadikan makhluk yang berbentuk lain.
Dalam surah az-zumar ayat 6 Allah SWT berfirman artinya:
7U^C O) pO7C+ :g-E_E`q
LUE= }g)` gu4 -UE= O) eEU
+U _ N7gO +.- 74O +O
lU^- W 4O) ) 4O- W _O^+
4pO4O^> ^g
Artinya: Dia menjadikan kamu dalam perut ibumu kejadian demi kejadian dalam
tiga kegelapan. yang (berbuat) demikian itu adalah Allah, Tuhan kamu,
Tuhan yang mempunyai kerajaan. tidak ada Tuhan selain dia; Maka
bagaimana kamu dapat dipalingkan?
Maka jelas kiranya, bahwa manusia diciptakan oleh yang Maha Pencipta dengan
kelengkapan panca indera untuk mampu memperhatiakan, berfikir dan mempelajari segala
sesuatu. Dan perlu diingat Al-Qur'an merupakan sumber ilmu pengetahuan yang
mengeluarkan manusia dari kegelapan.
E. CARA MENCAPAI ILMU
1) Pengetahuan Tentang Akal
Islam memberi kedudukan sangat tnggi kepada akal manusia. Hal ini dapat dilihat dari
beberapa ayat Al-Qur'an. Pengetauan lewat akal disebut, pengetahuan lewat aqli. Sedang
pengetahuan satu denga yang lain tidak dipisahkan secara tajam, satu dengan yang lain
bahkan saling berhubungan. Akal budi tidak bisa menyerap sesuatu dan panca indera tidak
dapat memikirkan sesuatu akan tetapi jika kedua-duanya digabung maka timbullah
pengetahuan.
5

Aktivitas akal adalah berpikir, berpikir merupakan ciri khas yang dimiliki oleh
manusia sebagai makhluk yang tertinggi derajatnya di muka bumi.
Dalam pengertian Islam, akal berbeda dengan otak. Dalam buku epistemologi Islam
oleh Miska Muhammad Amien bahwa Prof. Dr. Harun Nasution, yang menyatakan Akal
dalam mpengertian Islam bukanlah otak, melainkan daya berfikir dalam jiwa manusia, Ibn
Khalalalum berpendapat dengan jelas mengatkan bahwa akal memiliki kemampuan yang
sangat terbatas. Akal tidak lebih dari sebuah alat pengukur.
5

Sedangkan indera ialah segala pengetahuan yang didapat akal manusia lewat kelma
inderanya (Panca Indera). Pengetahuan inderadisebut pengetahuan inderawi (naqli) atau
pengetahuan empiri (Pengalaman). Prof.Dr.C.A Van Peursen berpendirian bahwa :
Pengetahuan tidak hanya pengetahuan ilmiah, melainkan pula pengalaman pribadi, melihat
dan mendengar, perasaan dan ilustrasi dugaan dan suasana jiwa.
Pengetahuan indera berwujud sentuhan indera manusia dengan dunia luar (alam), dari
sentuhan itu manusia memperoleh pengetahuannya. Penggunaan indera dalam islam
memperoleh ilmu pengetahuan itu dianjurkan ini diketahui dari kata kata ilmiah yang
berbunyi : Al hawassu abwaabul marifat dalam bahasa Indonesianya lebih kurang berarti
panca indera adalah pintu-pintu pengetahuan.
F. MANFAAT ILMU
Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas yang dengan melakukannya manusia manusia
memperoleh suatu pengetahuan dan penanaman yang senantiasa lebih lengkap, sekarang
dan kemudian hari. Sangat banyak manfaat ilmu kita dan karena ilmu juga manusia bisa
menyesuaikan kehidupannya secara universal, dalam kehidupan manusia sangat sering
terjadi penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma hukum ataupun penyimpangan
syariat Islam, maka dengan adnaya ilmu sehingga penyimpangan tersebut dapat
diluruskan dengan seksama, karena sudah jelas bahwa ilmu itu bertujuan untuk mengkaji
kebenaran objek dalam wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu, dan karena
penjelasan diatas bahwa pada dasarnya manfaat ilmu itu adalah mencari kebenaran dan
membawa manusia kepada kehidupan yang sebenarnya.


5
Hussei Bahriissj, Jawaban Islam, (Surabaya : Al-Ikhlas, 1997), hlm. 11
6



G. Klasifikasi Ilmu
Semakin lama pengetahuan manusia semakin berkembang, demikian juga pemikiran
manusia semakin tersebar dalam berbagai bidang kehidupan, hal ini telah mendorong para
ahli untuk mengklasifikasikan ilmu ke dalam beberapa kelompok dengan sudut
pandangnya sendiri-sendiri, namun secara umum pembagian ilmu lebih mengacu pada
obyek formal dari ilmu itu sendiri. Pada tahap awal perkembangannya ilmu terdiri dari dua
bagian yaitu :
1. triviumyang terdiri dari :
a. gramatika, tata bahasa agar orang berbicara benar
b. dialektika, agar orang berpikir logis
c. retorika, agar orang berbicara indah
2. quadriviumyang terdiri dari :
a. aritmetika, ilmu hitung
b. geometrika, ilmu ukur
c. musika, ilmu musik
d. astronomis, ilmu perbintangan
Pembagian tersebut di atas pada dasarnya sesuai dengan bidang-bidang ilmu yang
menjadi telaahan utama pada masanya, sehingga ketika pengetahuan manusia berkembang
dan lahir ilmu-ilmu baru maka pembagian ilmu pun turut berubah, sementara itu
Mohammad Hatta (1964) membagi ilmu pengetahuan ke dalam :
a. ilmu alam (terbagi dalam teoritika dan praktika)
b. ilmu sosial (juga terbagi dalam teoritika dan praktika)
c. ilmu kultur (kebudayaan)
Sementara itu Stuart Chase membagi ilmu pengetahuan sebagai berikut :
1. ilmu-ilmu pengetahuan alam (natural sciences)
a. biologi
b. antropologi fisik
c. ilmu kedokteran
d. ilmu farmasi
7

e. ilmu pertanian
f. ilmu pasti
g. ilmu alam
h. geologi
2. Ilmu-ilmu kemasyarakatan
a. Ilmu hukum
b. Ilmu ekonomi
c. Ilmu jiwa sosial
d. Ilmu bumi sosial
e. Sosiologi
f. Antropologi budaya dan sosial
g. Ilmu sejarah
h. Ilmu politik
i. Ilmu pendidikan
j. Publisistik dan jurnalistik
3. Humaniora
a. Ilmu agama
b. Ilmu filsafat
c. Ilmu bahasa
d. Ilmu seni
e. Ilmu jiwa
Dalam pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas, Endang Saifudin Anshori
menyatakan bahwa hal itu hendaknya jangan dianggap tegas demikian/mutlak, sebab
mungkin saja ada ilmu yang masuk satu kelompok, namun tetap bersentuhan dengan ilmu
dalam kelompok lainnya.
A.M. Ampere berpendapat bahwa pembagian ilmu pengetahuan sebaiknya didasarkan
pada objeknya atau sasaran persoalannya, dia membagi ilmu ke dalam dua kelompok yaitu
:
1. Ilmu yang cosmologis, yaitu ilmu yang objek materilnya bersifat jasadi, misalnya
fisika, kimia dan ilmu hayat.
2. Ilmu yang noologis, yaitu ilmu yang objek materialnya bersifat rohaniah seperti
ilmu jiwa.

8



August Comte membagi ilmu atas dasar kompleksitas objek materialnya yang terdiri
dari:
1) ilmu pasti
2) ilmu binatang
3) ilmu alam
4) ilmu kimia
5) ilmu hayat
6) sosiologi
Herbert Spencer, membagi ilmu atas dasar bentuk pemikirannya/objek formal, atau
tujuan yang hendak dicapai, dia membagi ilmu ke dalam dua kelompok yaitu :
1. Ilmu murni (pure science). Ilmu murni adalah ilmu yang maksud pengkajiannya
hanya semata-mata memperoleh prinsip-prinsip umum atau teori baru tanpa
memperhatikan dampak praktis dari ilmu itu sendiri, dengan kata lain ilmu untuk
ilmu itu sendiri.
2. Ilmu terapan (applied science), ilmu yang dimaksudkan untuk diterapkan dalam
kehidupan praktis di masyarakat.
Pembagian ilmu sebagaimana dikemukakan di atas mesti dipandang sebagai kerangka
dasar pemahaman, hal ini tidak lain karena pengetahuan manusia terus berkembang
sehingga memungkinkan tumbuhnya ilmu-ilmu baru, sehingga pengelompokan ilmu pun
akan terus bertambah seiring dengan perkembangan tersebut, yang jelas bila dilihat dari
objek materialnya ilmu dapat dikelompokkan ke dalam dua kelompok saja, yaitu ilmu
yang mengkaji/menelaah alam dan ilmu yang menelaah manusia, sementara variasi
penamaannya tergantung pada objek formal dari ilmu itu sendiri.
H. Hakekat ilmu pengetahuan
1) Hakikat I lmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat I lmu Berdasarkan
Landasan Ontologi
Untuk menhindari terjadinya kesalahpahaman dalam makalah ini maka perlu
diuraikan apa yang dimaksud dengan ilmu pengetahuan, dan ontologi. Ilmusecara
etimologi, term ilmu berasal dari bahasa arab yang terdiri atas tiga huruf yakni ) (
9

mengenal, memberi tanda dan petunjuk.
6
Ilmu secara terminologi adalah
pengetahuan secara mutlak tentang sesuatu yang disusun secara sistematis menurut
metode-metode tertentu dan dapat digunakan untu merenungkan gejala-gejala tertentu di
bidang pengetahuan. Pengertian ini mengidentifikasikan bahwa ilmu itu memiliki corak
tersendiri menurut suatu ketentuan yang terwujud dari hasil analisis-analisis secara
sistematis.
Pengetahuan ( Knowledge ) adalah ilmu yang merupakan hasil produk yang sudah
sistematis. Jadi ilmu bagian dari pengetahuan. Kata Ontologi berasal dari perkataan
yunani: On = being, dan Logos = logis jadi ontologi adalalah The Theori of being qua
being (Teori tentang keberadaan sebagai keberadaan) Sehingga dapat dipahami bahwa
ontologi adalah hakikat atau eksitensi.
Menurut Jujun S. Suria Sumantri dalam pengantar ilmu dalam perspektif mengatakan,
ontologi membahas apa yang ingin kita ketahui, sebarapa jauh kita ingin tahu atau dengan
perkataan lain suatu penkajian mengenai teori tentang ada. Pendapat ini sangat sejalan
dengan pendapat para filosof.
Untuk mengetahui hakikat ilmu pengetahuan dalam pespektif filsafat ilmu menurut
tinjauan ontologi maka pertanyaan yang harus dijawab adalah apakah ilmu pengetahuan
itu? Pertanyaan ini membutuhkan jawaban berupa hakikat ( isi arti hakiki, yaitu berupa
pengetahuan subtansional mengenai ilmu pengetahun).
Untuk menjawab pertanyaan tersebut maka iilmu pengetahuan itu harus ditinjau dari
beberapa aspek yaitu aspek abstraknya, aspek potensinya, dan aspek konkretnya.
Menurut aspek abstraknya, pluralitas ilmu pengetahuan berada dalam suatu kesatuan
sifat universal, yaitu filsafat. Menurut segi potensinya pluralitas ilmu pengetahuan barada
dalam perbedaan tetapi tetap dalam suatu kepribadian yaitu sifat ilmiah. Sedangkan dalam
aspek konkret pluralitas ilmu pengetahuan berada dalam perubahan dan perkembangan,
karena itu cenderumg berbeda dan terpisah-pisah, tetapi juga tetap terkait dalam satu
kesatuan fungsi, yaitu implementasinya yang bertujuan untuk menjaga kelangsungan
kehidupan. Jadi hakikat ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat ilmu berdasarkan
landasan ontologi sangat memiliki sifat yang terbuka yakni ilmu pengetahuan itu sangat

6
Suparlan Suhartono, Filsafat Ilmu Pengetahuan Persoalan Eksistensi dan Hakikat Ilmu Pengetahuan
( Cet.I; Yogyakarta: Arruz Media, 2008), hlm.24.
10

bersifat umum tergantung ilmu pengetahuan yang di dalaminya, akan tetapi ilmu
pengetahuan itu dapat dinilai dari kepribadian seseorang. Ilmu pengetahuan yang dimiliki
seseorang sangat menentukan kehidupannya.
Jenis-jenis ilmu pengetahuan menurut objeknya yaitu ilmu pengetahuan humaniora
dengan objek kajiannya adalah manusia, ilmu pengetahuan sosial dengan objek kajiannya
adalah masyarakat, ilmu pengetahuan alam debgan objek kajiannya benda-benda alam,
ilmu pengetahuan agama dengan objek kajiannya adalah Tuhan. Dari konsentrasi
pemikiran mengenai objek materi pluralitas ilmu pengetahuan sedemikian itu, pada
akhirya dapat ditemukan arah yang pasti mengenai hakikat ilmu pengetahuan yaitu bahwa
pluralitas ilmu pengetahuan itu berada cdalam suatu sistem hubungn yang integral.
Dalam kehidupan ini untuk mengenal sesuatu kadang-kadang kita mengenal dengan
memperhatikan ciri-ciri dan sifat-sifatnya, oleh karena itu untuk mengetahui hakikat ilmu
pengetahuan akan diuraikan ciri-ciri ilmu pengetahuan itu sendiri. Adapun ciri-ciri ilmu
pengetahuan mengandung pengertian bahwa pengetahuan yang diperoleh itu berdasarkan
pengamatan (observation) atau percobaan (eksprimen). Demikian penelaan terhadap
gejala-gejala dan kehidupan maupun gejala-gejala mental kemasyarakatan kini semuanya
sudah pasti menjadi ilmu-ilmu fisis, biologi, pikologi, dan ilmu-ilmu sosial yang berdiri
sendiri.
Ciri sistematis suatu ilmu berarti bahwa keterangan dan data yang tersusun sebagai
kumpulan pengetahuan itu mempunyai hubungan dan teratur. Dalam artian bahwa ilmu
pengatahuan itu harus saling terkait sehingga menjadi satu kesatuan.
Ciri objektif suatu ilmu berarti bahwa ilmu itu bebas dari prasangka perseorangan dan
kepentingan pribadi. Darri ciri-ciri ilmu pengetahuan tersebut maka hakikat ilmu
pengetahuan dapat lebih jelas.
2) I lmu Pengetahuan dalam Perspektif Filsafat I lmu Berdasarkan Landasan
Epistimolgi
Epistimologi atau teori pengetahuan adalah cabang filsafat yang berurusan dengan
hakikat dan lingkup pengetahuan pengandaian dan dasar-dasar serta pertanggungjawaban
atas pernyataan mengenai pengetahuan yang dimiliki. Dengan demikian dapat dipahami
bahwa ilmu pengetahuan dalam perspektif filsafat ilmu berdasarkan landasan epistimologi
adalah bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan itu, dengan melalui proses untuk
11

mendapatkan ilmu pengetahuan itu maka dapat dipertanggungjawabkan atas ilmu
pengetahuan yang dimilikinya.
Pada dasarnya ilmu pengetahuan yang diperoleh oleh manusia melalui akal dan indra
sehingga mempunyai metode tersendiri dalam teori pengetahuan yaitu metode induktif,
metode deduktif, metode positifisme, metode kontenplatif dan metide dialektis.
1) Metode induktif
Induksi yaitu suatu metode yang menyimpulkan peryataan hasil observasi
disimpulkan dalam suatu peryataan yang lebih umum.
2) Metode Deduktif
Deduktif adalah suatu metode yang menyimpulkan bahwa data-data empirik diolah
lebih lanjut dalam suatu sistem peryataan yang runtut. Metode ini biasanya dalam bentuk
perbandingan logis antara kesimpulan-kesimpulan itu sendiri.
3) Metode Positivisme
Metode ini dikelurkan oleh Agust Comte (1798-1957). Metode ini berpangkal apa
yang telah diketahui yang faktual dan positif. Jadi metode ini lebih cendrung kepada fakta
4) Metode Kontenplatif
Metode ini mengatakan bahwa adanya keteerbatasan indra dan akal manusia untuk
memperoleh pengetahuan sehinnga objek yang dihasilkan pun akan berbeda-beda
sehingga dikembangkan suatu kemampuan akal yang disebut dengan intuisi. Intuisi dalam
tasawuf disebut dengan marifat yaitu pengetahuan yang datang dari Tuhan melalui
pencerahan dan penyinaran.
5) Metode Dialektis
Dalam filsafat, diialektika mula-mula berarti metode tanya jawab untuk mencapai
kejernihan filsafat. Dengan kata lain metode dialektis juga disebut metode diskusi.
Melalui kelima metode tersebut maka epistimolgi ilmu pengetahuan dalam perspektif
filsafat ilmu tidak terlepas dari bagaimana cara memperoleh ilmu pengetahuan itu.
7

3) I lmu Pengetahuan Dalam Perspektif Filsafat I lmu Berdasarkan Tinjauan
Aksiologi

7
Amsal Bahtiar, Filsafat Ilmu (Edisi VII; Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 2009), hlm. 14.
12

Aksiologi menurut bahasa berasal dari bahasa yunani "axios" yang berarti bermanfaat
dan 'logos' berarti ilmu pengetahuan atau ajaran. Secara istilah, aksiologi adalah ilmu
pengetahuan yang menyelidiki hakikat nilai yang ditinjau dari sudut kefilsafatan. Sejalan
dengan itu, Sarwan menyatakan bahwa aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi,
realitas, dan arti dari nilai-nilai (kebaikan, keindahan, dan kebenaran). Dengan demikian
aksiologi adalah studi tentang hakikat tertinggi dari nilai-nilai etika dan estetika. Dengan
kata lain, apakah yang baik atau bagus itu.
Definisi lain mengatakan bahwa aksiologi adalah suatu pendidikan yang menguji dan
mengintegrasikan semua nilai tersebut dalam kehidupan manusia dan menjaganya,
membinanya di dalam kepribadian peserta didik. Dengan demikian aksiologi adalah salah
satu cabang filsafat yang mempelajari tentang nilai-nilai atau norma-norma terhadap
sesuatu ilmu.
Berbicara mengenai nilai itu sendiri dapat kia jumpai dalam kehidupan seperti kata-
kata adil dan tidak adil, jujur dan curang. Hal itu semua mengandung penilaian karena
manusia yang dengan perbuatannya berhasrat mencapai atau merealisasikan nilai. Nilai
yang dimaksud adalah sesuatu yang dimiliki manusia untuk melakukan berbagai
pertimbangan tentang apa yang dinilai.
Secara singkat dapat dikatakan, perkataan "nilai" kiranya mempunyai macam-macam
makna seperti (1) mengandung nilai, artinya berguna; (2) merupakan nilai, artinya baik
atau benar, atau indah; (3) mempunyai nilai artinya merupakan obyek keinginan,
mempunyai kualitas yang dapat menyebab-kan orang mengambil sikap menyetujui, atau
mempunyai sifat nilai tertentu; (4) memberi nilai artinya, menanggapi sesuatu sebagai hal
yang diinginkan atau sebagai hal yang menggambarkan nilai tertentu. Nilai ini terkait juga
dengan etika dan nilai estetika. Nilai etika adalah teori perbuatan manusia yang ditimbang
menurut baik atau buruk dan tentang hak dan kewajiban moral. Sedangkan nilai estika
adalah telaah filsafat tentang keindahan serta keindahan, dan tanggapan manusia
terhadapnya. Di dalam etika, nilai kebaikan dari tingkah laku manusia menjadi sentral
persoalan karena menyangkut tanggung jawab, baik tanggung jawab pada diri sendiri,
masyarakat, alam maupun terhadap Tuhan.
Ilmu pengetahuan pun mendapatkan pedoman untuk bersikap penuh tanggung jawab,
baik tanggungjawab ilmiah maupun tanggungjawab moral. Tanggungjawab ilmiah adalah
sejauhmana ilmu pengetahuan melalui pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan
13

untuk memperoleh pendekatan metode dan sistem yang dipergunakan untuk memperoleh
kebenaran obyektif, baik secara korehen-idealistik, koresponden realistis maupun secara
pragmatis-empirik. Jadi berdasarkan tanggungjawab ini, ilmu pengetahuan tidak
dibenarkan untuk mengejarkan kebohongan, dan hal-hal negatif lainnya.
8

Berdasar dari apa yang telah diuraikan dipahami ilmu pengetahuan mengandung nilai,
dan kebenaran nilai ilmu pengetahuan yang dikandungnya bukan untuk kebesaran ilmu
pengetahuan semata yang berdiri hanya mengejar kebenaran obyektif yang bebas nilai
melainkan selalu terikat dengan kemungkinan terwujudnya kesejahteraan dan kebahagiaan
umat manusia.
I. Kesimpulan
Kata ilmu berasal dari kata bahasa Arab (alima) yang berarti pengetahuan. Pemakaian
kata itu dalam bahasa Indonesia kita ekuipalenkan dengan istilaj seince yang berasal dari
bahasa latin : scoi yang juga berarti pengetahuan.
Ilmu adalah pengetahuan (pasal 1) tetapi ada berbagai pengetahuan. Dengan
pngetahuan ilmu dimaksud pengatahuan yang pasti, eksak dan betul-betul terorganisasi.
Jadi pengetahuan yang berasaskan kenyataan dan tersusun baik.
Perlu diketahui bahwa sumber ilmu menurut Islam adalah Al-Quran, timbul
pertanyaan kenapa ? maka jawabnya dengan alasan Al-Quran itu membuat segala-
galanya, menyebabkan dalam berpikir untuk berilmu pengetahuan. Sehingga manusia
harus kembali kepada ayat-ayat Al-Quran.
Ilmu adalah suatu bentuk aktivitas yang dengan melakukannya manusia manusia
memperoleh suatu pengetahuan dan penanaman yang senantiasa lebih lengkap, sekarang
dan kemudian hari. Sangat banyak manfaat ilmu kita dan karena ilmu juga manusia bisa
menyesuaikan kehidupannya secara universal, dalam kehidupan manusia sangat sering
terjadi penyimpangan-penyimpangan dari norma-norma hukum ataupun penyimpangan
syariat Islam, maka dengan adnaya ilmu sehingga penyimpangan tersebut dapat
diluruskan dengan seksama, karena sudah jelas bahwa ilmu itu bertujuan untuk mengkaji
kebenaran objek dalam wujud nyata dalam ruang dan waktu tertentu, dan karena

8
Jalaluddin dan Abdullah Idi, Filsafat Pendidikan (Jakarta: Baya Madya Pratama. 1997), h.
69.
14

penjelasan diatas bahwa pada dasarnya manfaat ilmu itu adalah mencari kebenaran dan
membawa manusia kepada kehidupan yang sebenarnya.

Anda mungkin juga menyukai