Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


1.2 Rumusan masalah
1. Apa prinsip dasar Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah?
2. Apa tujuan Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah ?
3. Apa amaliah dalam Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah?
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Dasar - dasar Tarekat Qodiriyah Naqsabandiyah

Dalam amalan Thorekat Qodiriyyah Naqsabandiyah (TQN) mempunyai prinsif


dasar yang harus kita pegang bersama, kalau kita ingin benar-benar diakui muridnya
Sulthonu Auliya Syekh Abdul Qodir Al-Jaelani. Kalau di Negara kita itu ada istilah
Pancasila (lima dasar) yang menjadi dasar pegangan hidup bangsa Indonesia. Jauh-jauh
sebelumnya dalam ajaran Thorekat Qodiriyah Naqsabandiyah (TQN) ini sebagaimana
kalau Pancasila yang syah dan diakui kebenarannya tercantum dalam Undang-undang
Dasar 1945 alinea ke-4. Kalau prinsip dasar ajaran TQN ini “Al-Ushuulul Qoodiriyyah
Khomsatun” yaitu yang tercantum dalam kitab miftahush shudur.

prinsip dasar yang harus dipegang bagi orang pengamal TQN ini :

1. tinggi cita-cita. Barang siapa yang tinggi cita citanya maka menjadi tinggilah
martabatnya. Tinggi cita-cita seorang pengamal TQN ialah selalu ingin dekat dengan
Allah SWT Dengan cara dengan melaksanakan amalan-amalan seperti ini (Manaqiban,
khotaman, dll)
2. memelihara kehormatan. Barang siapa yang memelihara kehormatan allah, alloh
memelihara kehormatannya.
3. memperbaiki khidmat. Barang siapa yang memperbaiki khidmatnya maka wajib
memperolah rahmat.
4. melaksanakan cita-cita. Barang siapa yang berusaha mencapai cita-citanya, ia selalu
memeperoleh hidayahnya.
5. membesarkan nikmat yang . Barang siapa yang membesarkan nikmat alloh berarti ia
bersyukur kepadanya. Barang siapa yang bersyukur kepadanya akan memperoleh
tambahan nikmat yang dijanjikan alloh itu.1

2.2 Tujuan Tarekat qodiriyah Naqsabandiah

Tujuan TQN ( tarekat qodiriyah naqsyabandiah) sama dengan tujuan islam itu sendiri,
yaitu menuntun manusia agar mendapat ridha alloh. Tujuan TQN tergambar dalam

1
Cecep alba, Tasawuf dan tarekat dimensi esitoris ajaran islam (dskd:), hlm. 97
mukadimah yang dibaca oleh setiap ikhwan manakala melakukan dzikrullah, kalimat yang
dimaksud adalah :

Artinya: Tuhanku, engkaulah yang ku maksud dan keridhaan mu yang aku cari. Berilah
aku kemampuan untuk bisa memncintaimu dan makrifat kepadamu.

Dalam doa tersebut terkandung empat macam tujuan TQN itu sendiri:

1. Taqarub ilallah SWT, ialah mendekatkan diri kepada alloh dengan jalan dzikrullah
yang mana dalam hal ini dapat dkatakan tak ada sesuatupun yang menjadi tirai
penghalang antara abid dengan ma’bud, antara khaliq dan makhluk.
2. Menuju jalan mardhatillah, ialah menuju jalan yang diridai Alloh SWT baik dalam
ubudiyah maupun diluar ubudiyah. Dalam setiap gerak gerik manusia harus menaati
perintah Alloh SWT dan menjaugi larangan Alloh SWT.
3. Kemakrifatan (al-makrifat), ialah melihat tuhan dengan mata hati.
4. Kecintaan (mahabbah), terhap alloh “ dzat laisa kamislihi syaiun”, yang mana dalam
mahabbah itu mengandung keteguhan jiwa dan kejujuran hati. Jika telah tumbuh
mahabbah maka timbulah rupa-rupa hikmah, diantaranya: membiasakan diri dengan
selurus lurusnya dalam hak zahir maupun batin, dan dalam keadilan yakni
menempatkan sesuatu pada tempatnya dengan sebenar-benarnya.2

2.3 Amaliah dalam Tarekat Qadiriyah Wa Naqsabandiyah


Amaliyah yang bersifat spiritual ini harus diamalkan oleh siapa saja yang telah
menyatakan diri melallui “talqin” sebagai murid dan ikhwan bagi Guru Mursyid dalam
komunitas tarekat termaksud
1. Dzikir
Dzikir, secara lugawi artinya ingat, mengingat atau eling dalam bahasa sunda. Yang
dimaksud dalam TQN adalah zikir bimakna khas. Zikir bimakna khas adalah “hudurul
Qalbi ma’allah” (hadirnya hati kita bersama Allah). Dalam suatu tarekat dzikir
dilakukan secara terus-menerus (istiqamah), hal ini dimaksudkan sebagai suatu latihan
psikologis (riyadah al-nafs) agar seseorang dapat mengingat Allah di setiap waktu dan
kesempatan. Dzikir merupakan makanan spiritual para sufi dan merupakan apresiasi

2
Cecep alba, Tasawuf dan tarekat dimensi esitoris ajaran islam (dskd:), hlm. 95
cinta kepada Allah. Sebab orang yang mencintai sesuatu tentunya ia akan banyak
menyebut namanya.
Dalam ajaran Tarekat Qadiriyah wa Naqsyabandiyah terdapat 2 (dua) jenis dzikir yaitu
 Dzikir jahar yaitu dzikir kepada Allah dengan menyebut kalimat
“lailahaillallah”. Dzikir ini merupakan inti ajaran Tarekat Qadiriyah yang
dilafadzkan secara jahr (dengan suara keras). Dzikir jahar pertama kali dibaiatkan
kepada Ali ibn Abi Thalib pada malam hijrahnya Nabi Muhammad dari Mekah
ke kota Yasrib (madinah) di saat Ali menggantikan posisi Nabi (menempati
tempat tidur dan memakai selimut Nabi). Dengan talqin dzikir inilah Ali
mempunyai keberanian dan tawakaal kepada Allah yang luar biasa dalam
menghadapi maut. Alasan lain Nabi membaiat Ali dengan dzikir keras adalah
karena karakteristik yang dimiliki Ali. Ia seorang yang periang, terbuka, serta
suka menentang orang-orang kafir dengan mengucapkan kalimat syahadat
dengan suara keras.
 Dzikir khafi yaitu dzikir kepada Allah dengan menyebut kalimat “Allah” secara
sirr atau khafi (dalam hati). Dzikir ini juga disebut dengan dzikir latifah dan
merupakan ciri khas dalam Tarekat Naqsyabandiyah. Sedangkan dzikir ismu dzat
dibaiatkan pertama kali oleh Nabi kepada Abu Bakar al-Siddiq, ketika
Baik zikir jahr maupun zikir khafi mempunyai landasan yang kuat dari al-Qur’an dan
tradisi Rasulullah saw.
Dalil-dalil zikir dalam al-Qur’an
“Orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring” (QS. 3 : 191)
“Maka berzikirlah kepada-Ku, pasti aku akan mengingat-mu,…” (QS. 2 : 152).
Dalil-dalil dzikir dalam Hadis Rasulullah saw.
“Perbaharuilah iman kamu sekalian !. para sahabat bertanya : Bagaimana cara kami
memperkuat dan memperbaharui iman itu ya Rasulullah ? Rasul bersabda ialah
dengan memperbanyak ucapan laailaaha illalaah”.
Syarat-syarat dzikir ada 3 macam :
 Hendaklah orang yang berdzikir mempunyai wudu yang sempurna.
 Hendaklah orang yang berzikir melakukannya dengan gerakan yang kuat.
 Berdzikir dengan suara keras sehingga dihasilkan cahaya zikr di dalam abtin
orang-orang yang berzikir dan menjadi hiduplah hati-hati mereka.
2. Khataman
Kata khataman berasala dri kata “khatama yakhtumu khataman”artinya selesai/
menyelesaikan. Maksud khataman dalam TQN adalah menyelesaikan atau
menamatkan pembacaan aurad (wirid-wirid) yang menjadi ajaran TQN pada waktu-
waktu tertentu.
3. Manakib (Manaqib)
Kata manakib merupakan kata jama dari manqabah mendapat akhiran an. Manqabah
sendiri artinya babakan sejarah hidup seseorang.
Jama dari manqobah adalah manaqib. Dalam tradisi bahasa sunda kata manaqib
ditambah dengan an sehingga bacaannya menjadi manaqiban yang mengandung arti
proses pembacaan penggalan hidup seseorang secara spiritual. Manaqib dalam TQN
adalah manaqib Syaikh Abdul Qadir al-Jilani sebagai pendiri tariqat Qadiriyyah.
Manaqiban dalam TQN merupakan amalan syahriyyah artinya amalan yang harus
dilakukan minimal satu bulan satu kali. Biasanya materi manaqiban terbagi pada dua
bagian penting. Pertama, materi (kontens) tentang hidmah ‘amaliyah. Hidmah amaliyah
ini adalah inti manaqiban itu sendiri. Substansi ajarannya ialah meliputi :
 Pembacaan ayat suci al-Qur’an
 Pembacaan Tanbih
 Pembacaan Tawassul
 Pembacaan manqabah Syaikh ‘Abdul Qadir al-Jilani
 Do’a
 Tutup
Kedua hidmah ‘Ilmiyyah. Maksud hidmah ilmiyyah adalah pembahasan tasawuf secara
keilmuan dan pembahasan aspek-aspek ajaran Islam keseluruhan.
Adapun Tujuan Manaqiban diantarnya:
 Mencintai dan menghormati zurriyyah (keturunan) Rasulullah saw.
 Mencintai para ulama, salihin dan para wali.
 Mencari berkah dan syafa’at dari Syaikh Abdul Qadir al-Jilani.
 Bertawassul dengan tuan Syaikh Abdul Qadir al-Jilani karena Allah semata.
 Melaksanakan nazar karena Allah semata, bukan karena maksiat.
4. Riyadoh
Riyadoh secara etimologis artinya latihan. Dalam term tasawuf yang dimaksud
riyadoh adalah latihan rohani dengan cara tertentu yang lazim dilakukan dalam dunia
tasawuf. Dalam tradisi TQN, riyadoh yang paling utama adalah dzikirullah.
5. Ziarah
Ziarah menurut bahasa berasal dari akar kata zaara – yazuuru, ziyaaratan artinya
berkunjung atau mengunjungi. Menurut istilah ziarah adalah mengunjungi tempat-
tempat suci, atau berkunjung ke kepada orang-orang salih, para nabi, para wali, baik
yang masih hidup maupun yang sudah meninggal dengan niat karena Allah.
Adapun Tujuan Ziarah, antara lain :
 Mengingatkan kita akan kematian.
 Mengambil pelajaran (‘ibrah) dari kehidupan manusia-manusia salih (salihin).
 Mendo’akan kepada arwah mukminin yang sudah meninggal mendahului kita.
 Attabarruk.
6. Khalwat
Khalwat artinya mengasingkan diri dari keramaian dunia ke suatu tempat
dengan tujuan agar konsentrasi beribadah kepada Allah semata. Khalwat bagi salik
mubtadi (pengamal tarekat baru) harus dibawah bimbingan Guru Mursyid. Lama masa
khalwat tergantung pada bimbingan guru bisa jadi sepuluh hari, dua puluh hari hingga
empat puluhhari. Paling sedikit tiga hari.
Dalam kitab Tanwir al-Qulub, Syaikh Amin Kurdi menjelaskan syarat-syarat yang
harus dipenuhi oleh seorang salik yang akan berkhalwat yaitu:
 Niat dengan ikhlas
 Meminta izin kepada mursyidnya sekaligus memohon do’anya.
 Didahului dengan ‘uzlah, tidak tidur malam, berpuasa dan terus berdzikir.
 Masuk tempat khlawat mendahulukan kaki kanan dengan membaca ta’awwuz,
basmalah dan membaca surat an-Nas tiga kali.
 Dawam al-Wudlu.
 Jangan bertujuan ingin mendapat karamat.
 Tidak menyandar badan ke dinding.
 Rabithah.
 Berpuasa.
 Diam dan terus Zikrullah.
 Waspada terhadap godaan yang empat,syaitan, materi, nafsu dan syahwat. Dan
laporkan kepada guru apa yang terjadi sewaktu khalwat.
 Menjauhi sumber suara.
 Salat fardu tetap berjama’ah demikian juga jum’at tidak boleh ditinggalkan.
 Jika harus keluar maka kepala ditutup dan melihat ke tanah.
 Jangan tidur, kecuali kalau sangat ngantuk boleh tetapi punya wudu. Tidak tidur
untuk rehat badan, bahkan kalau mampu jangan sampai merebahkan badannya ke
lantai tetapi tidurlah sambil duduk.
 Tidak lapar tidak kenyang.
 Jangan membuka pintu kepada orang yang bermaksud meminta berkah kepadanya.
 Semua keni’matan yang dialaminya harus merasa hanyalah dari gurunya.
 Menapikan getaran dan lintasan dalam hati, apakah getaran baik atau jelek, karena
boleh jadi mengganggu kekhusuan hati.
 Terus berdzikir dengan cara yang telah diperintahkan guru sampai guru
memerintah berhenti dan keluar dari khalwat.
7. Tanbih (Khusus TQN PP.Suryalaya)
Secara vertikal TQN membimbing manusia menuju kepada Tuhan dan secara
horizontal memberikan rambu-rambu dan prinsip-prinsip bagaimana seharusnya kita
hiddup secara berjamaah dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tanbih juga
mengandung ajaran moral, menyangkut pelbagai kehidupan pribadi, keluarga
masyarakat dan negara secara luas.3

3
Dr. H. Cecep Alba, MA (Rektor IAILM Suryalaya), ”TQN PP Suryalaya”, diakses dari
http://tqn-ppsuryalaya.blogspot.com/2013/11/tujuanazas-dan-amaliyah-tqn.html pada tanggal 28 november
2019 pada pukul 13.06
BAB II
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Dalam TQN (tarekat qodiriyah naqsabandiyah) terdapat beberapa prinsip dasar
diantaranya: tinggi cita-cita, memelihara kehormatan, melaksanakan cita-cita
membesarkan nikmat. Selain itu juga tujuan dari TQN (tarekat qodiriyah naqsabandiyah)
ialah: Taqarub ilallah SWT, Menuju jalan mardhatillah, Kemakrifatan (al-makrifat),
Kecintaan (mahabbah). Dalam TQN (tarekat qodiriyah naqsabandiyah) terdapat juga
beberapa amalan yang harus dilaksanakan oleh para ikhwan TQN diantaranya: dzikir,
khataman, manakib, riyadoh, zaiarah,khalwat, dan tanbih.

Anda mungkin juga menyukai